• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR MATA KULIAH

TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH

DESAIN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL)PHENYL ETHYL ALCOHOL

Dibawah bimbingan : Haruki Agustina

Disusun Oleh :

NITTA WIDYA YULIANTI (J3M210114)

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Desin

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Phenyl Ethyl Alkohol”.

Penulisan makalah ini merupakan tugas akhir semester yang beguna untuk

melengkapi proses pembelajaran mata kuliah Teknologi Pengelolaan dan

Pemanfaatan Limbah serta pendalaman proses pengelolaan dan pemanfaatan

limbah industri atau rumah tangga.

Dalam penulisan makalah ini saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga

kepada Ibu Haruki Agustina dan pihak – pihak yang telah membimbing dan

membantu untuk menyelesaikan makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

keterbatasan kemampuan yang dimiliki saya. Untuk itu kritik dan saran dari

semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal

pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Selasa, 11 Januari 2012

(3)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri merupakan penyumbang polusi yang terbanyak di dunia ini.

Hampir semua permasalahan lingkungan saat ini disebabkan oleh emisi-emisi

industri dan kebiasaan manusia yang buruk. Limbah yang di hasilkan oleh

industri/ pabrik biasanya dibuang ke sungai yang merupakan salah satu sumber

kehidupan makhluk hidup disekitarnya yang banyak memanfaatkan sungai.

Begitu pula pada industri Phenyl Ethyl Alkohol yang akan saya rancang,

pembuatannya harus disertakan dengan pembangunan IPAL, karena pada akhir

proses pembuatannya terdapat limbah yang mengandung bahan-bahan pencemar

yang dapat merusak lingkungan. Pada dasarnya air limbah ini dapat diolah dengan cara fisika, kimia dan biologi agar dapat memenuhi baku mutu seperti yang

disyaratkan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang teknologi pengolahan

limbah cair industri Phenyl Ethyl Alcohol yang tepat guna sehingga bisa

digunakan sebagai dasar dalam perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL).

Namun, pendirian pabrik Phenyl Ethyl Alkohol ini juga dapat memberikan

dampak positif dalam segala bidang, antara lain dibukanya lapangan kerja baru,

sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran di

Indonesia. Di samping itu untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri yang

diharapkan dapat meningkatkan devisa negara.

1.2. Tujuan

- Untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari pembuatan produk agar

aman dibuang ke lingkungan dengan teknologi IPAL.

- Menghasilkan Industri yang berbasis ramah lingkungan.

- Mengetahui proses apa saja yang dibutukan dalam IPAL ssesuai

(4)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. IPAL

Menurut Prof. Tjandra Setiadi (2001), agar dapat memenuhi baku mutu,

industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu

baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses

produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi

bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga

konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses

produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada

akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.

Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang

besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus

dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan

pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit

pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.

2.2. Proses Pengolahan Air Limbah

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan

bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi,

mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh

mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat

dibagi menjadi 5 (lima) tahap (Prof. Tjandra Setiadi, 2001):

1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk

menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.

Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen

(5)

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki

tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada

proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap

pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation,

sedimentation, dan filtration.

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat

terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik

biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap

ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated

lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic

contactor and filter.

4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap

ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption,

ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan

sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet

combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation,

(6)

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Profil Perusahaan

3.1.1. Jenis Industri

Bentuk Perusahaan yang direncanakan pada prarancangan pabrik

Phenyl Ethyl Alcohol ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Perseroan

Terbatas merupakan bentuk perusahaan yang mendapatkan modalnya dari

penjualan saham dimana tiap sekutu turut mengambil bagian sebanyak

satu saham atau lebih.

Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dalam melaksanakan

tugas sehari-harinya diwakili oleh Dewan Komisaris, sedangkan tugas untuk menjalankan perusahaan dilaksanakan oleh Direktur Utama dibantu

oleh Direktur Teknik, Direktur Keuangan dan Umum. Direktur Teknik

membawahi bidang pemasaran, teknik dan produksi, sedangkan Direktur

Keuangan dan Umum membidangi kelancaran pelayanan.

Direktur-direktur ini membawahi beberapa kepala bagian yang akan bertanggung

jawab atas bagian dalam perusahaan, sebagai bagian dari pendelegasian

wewenang dan tanggung jawab.

3.1.2. Produk

Phenyl Ethyl Alcohol (C8H10O) merupakan salah satu produk

kimia hasil produksi antara (intermediate) yang sangat komersial untuk

bahan baku industri pembuatan parfum yang cukup potensial. Di samping

itu Phenyl Ethyl Alcohol juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik,

sabun, bahan pengawet, anti bakteri dan lain sebagainya.

Phenyl ethyl alcohol adalah suatu senyawa aromatis yang

mempunyai sifat berbau harum seperti bunga mawar. Secara alami phenyl

ethyl alcohol ditemuai dalam minyak yang mudah menguap (volatile) pada

bunga mawar, bunga jeruk manis, dan daun teh. Phenyl ethyl alcohol

merupakan senyawa aromatis paling sederhana dan memiliki banyak

(7)

3.2. Bahan Baku dan Penolong

Bahan baku pembuatan Phenyl Ethyl Alcohol adalah Ethylene oxide dan

Benzene. Benzene diperoleh dari PT Pertamina Cilacap, sedangkan Ethylene

Oxide masih mengimport dari Botany Company Australia.

(1) Benzene

Rumus molekul : C6H6

Bentuk : Cair

Warna : Tidak berwarna

Berat molekul, g/gmol : 78

Kemurnian, min % berat : 99,90

Impuritas : H2O, % berat : 0,10 Densitas (25oC), kg/m3 : 882,827

Titik didih : 80oC

Data kelarutan : Tidak larut dalam air

(2) Ethylene Oxide

Rumus molekul : C2H4O

Bentuk : Uap

Warna : Tidak berwarna

Berat molekul, g/gmol : 44

Kemurnian, min % berat : 99,90

Impuritas: H2O, % berat : 0,10

Densitas (10oC), kg/m3 : 887,242

Titik didih : 10,45oC

(8)

(3) Alumunium Klorid

dengan refrigeran, digunakan pendingin butana untuk mengkondisikan suhu 10 0

C. Bahan baku berupa ethylene oxide akan dipompakan dengan pompa-03

menuju reaktor. Bersamaan dengan itu dialirkan benzene yang disimpan pada

fase cair, suhu dan tekanan lingkungan dalam tangki silinder tegak dengan tutup

berbentuk kurucut (conical), dimana benzene akan dialirkan dengan pompa-04.

Demikian juga diumpankan katalis alumunium cloride yang berfase padat yang

disimpan dalam silo pada suhu dan tekanan lingkunan, selanjutnya diangkut

dengan belt conveyo dan bucket elevator diumpankan menggunakan feeder

menuju reaktor.

Reaktor difungsikan untuk mereaksikan ethylene oxide dan benzene

dengan menggunakan katalis alumunium cloride untuk memperolah produk

Phenyl Ethyl Alcohol. Dengan reaksi irreversible, eksotermis kondisi operasi

reaktor dioperasikan secara batch dengan suhu 10oC dan tekanan 1 atm,

isotermal non adiabatis. Dimana untuk mempertahankan suhu reaksi digunakan

pendingin butana yang dilewatkan koil.

Setelah konversi yang diinginkan tercapai sampai 99,9% produk

dikeluarkan dengan menggunakan pompa-05 menuju tangki penampung-01 yang

(9)

dialirkan dengan pompa-06 menuju wash tank yang berfungsi sebagai tempat

pencuci produk keluar reaktor dengan melarutkan kandungan katalis, selanjutnya

dialirkan dengan pompa-08 menuju dekanter yang berfungsi untuk memisahkan

produk dan sisa reaktan ethylene oxide dan benzene dimana produk atas

ethylene oxide dan benzene tidak larut dalam air berdasarkan densitasnya.

Produk atas yang berupa ethylene oxide dan benzene dialirkan dengan pompa-09

menuju tangki penampung-02 yang berfungsi untuk menampung sisa reaktan

ethylene oxide dan benzene yang dialirkan sebelum direaksikan kembali menuju

reaktor.

Produk bawah dekanter akan dialirkan dengan pompa-11 menuju

evaporator yang berfungsi untuk menguapkan produk Phenyl Ethyl Alcohol

dengan proses pemanasan menggunakan pemanas steam yang dilewatkan dalam shell. Bahan baku yang tidak teruapkan dalam bentuk lelehan akan dialirkan

menuju unit regenerasion dengan pompa-12. Produk uap yang terdiri dari Phenyl

Ethyl Alcohol dan air akan didinginkan dengan cooler-01 dan diumpankan

menuju menara distilasi yang berfungsi untuk memurnikan Phenyl Ethyl Alcohol

dengan memisahkan kandungan airnya. Produk atas menara distilasi yang berupa

uap akan dikondensasikan dengan condenser, hasil kondensasi akan ditampung

dalam acumulator sebagian digunakan untuk refluk dan sebagian lagi berupa air

akan dialirkan menuju unit pengolahan limbah. Produk bawah menara distilasi

yang berupa cairan akan dialirkan menuju reboiler yang berfungsi untuk

menguapkan sebagian cairan, dimana cairan yang teruapkan akan dikembalikan

menuju menara destilasi, dan sebagian yang tidak teruapkan akan dialirkan

dengan pompa-14 dan didinginkan dengan menggunakan cooler-02 sampai suhu

lingkungan dan ditampung menggunakan tangki penampung-03 produk dengan

(10)

3.4. Limbah yang Dihasilkan

3.4.1. Limbah B3

Berdasarkan PP No. 85/1999, Limbah B3 adalah sisa suatu usaha

dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan

lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,

kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Limbah B3 yang dihasilkan dari proses pembuatan Phenyl Ethyl

Alkohol ini adalah kandungan air hasil dari pemisahan Phenyl Etyl

Alkohol sehingga menjadi produk yang murni 99%. Dan sisa dari bahan baku Benzene dan Ethyl Oxide yang tidak dapat larut dalam air.

Limbah B3 ini juga dapat berupa kertas, kaleng, dan plastik.

3.4.2. Limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan dari industri ini berasal dari prosses

pembuatan produk, MCK, laboratorium, kantin, dan dapur. Semua limbah

cair tersebut dialirkan ke IPAL untuk diproses dan dapat dibuang ke

lingkungan.

3.4.3. Karakteristik Limbah

Karakteristik limbah yang sudah tercampur untuk diproses

diantaranya berwarna agak keruh, pH rendah, suhu 10oC, kaya akan bahan

organik dan berbau sedikit harum karena aroma dari sisa Phenyl Ethyl

Alkohol.

3.4.4. Pengolahan Limbah

3.4.4.1.Bak Screening

Setelah limbah dialirkan melalui inlet, limbah melalui

screening untuk dipisahkan dengan limbah-limbah padat yang

(11)

3.4.4.1.Proses Equalisasi

Pada proses ini limbah berupa air dan Phenyl Ethyl Alcohol

dari semua kegiatan produksi ditampung dalam suatu bak dan

didiamkan selama beberapa hari. Selama waktu pendiaman ini

akan terjadi kenaikan pH dan timbul bau yang menyengat. Hal ini

menandakan bahwa mikroorganisme telah melakukan aktifitasnya

karena limbah ini kaya zat organik.

3.4.4.2.Proses Sedimentasi

Limbah cair yang berada dalam bak Equalisai dialirkan ke

bak Pengendapan. Disini padatan yang tidak larut diendapkan dan

disaring melalui tumpukan pasir dan serbuk garjen. Sebelum limbah dialirkan ke bak anaerob, air limbah dipompakan menuju

Feeding anaerob tower untuk ditambahkan kapur hingga pHnya

netral.

3.4.4.3.Bak Penampungan

Air limbah selanjutnya ditampung terlebih dahulu dan

dibiarkan selama beberapa hari dan kemudian dites kadar COD dan

BODnya. Jika semua standar baku air limbah telah diketahui dan

ada pada batas aman, air limbah ini akan dipompa keluar menuju

sungai.

3.4.4.4.Proses Anaerob

Dalam tahap ini polutan-polutan yang ada dalam limbah

akan diuraikan mikroorganisme yang terdapat dalam lumpur

dengan limbah dan didiamkan selama tiga bulan agar

mikroorganisme dapat beradaptasi dengan kondisi limbah. Air

(12)

3.4.4.5.Deodorisasi

Proses selanjutnya adalah penghilangan bau air limbah

dengan melewatkan pada bak yang berisi karbon aktif selama

waktu tertentu.

3.4.4.6.Proses Aerob

Air limbah yang ada dalam bak ini selanjutnya dilakukan

aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air limbah yang

dimaksudkan untuk membunuh bakteri anaerob dan mengaktifkan

bakteri-bakteri aerob.

3.5. Desain IPAL

Inlet Bak Screening Equalisasi Sedimentasi

Bak Penampungan Proses Anaerob Deodorasi

(13)

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Hasil limbah produksi phenyl ethyl alcohol sebagai bahan baku

pembuatan parfum diproses kembali berdasarkan prosedur IPAL serta UPL

menurut standar operasional yang benar dan cermat, sehingga tidak menimbulkan

efek negatif bagi lingkungan dan dapat menjadi salah satu sumber produksi yang

dapat meningkatkan pendapatan negara.

4.2. Saran

Peningkatan fasilitas pengolahan air limbah serta pengolahan limbah bagi

setiap produsen produk – produk yang menghasilkan efek lain atau limbah sebaiknya terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk lebih meminimalisir hasil

limbah dari produksi industri untuk menciptakan keselarasan dalam kehidupan

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1981. Encyclopedia of Chemical Technology, dalam

Prarancangan Pabrik Phenyl Ethyl Alcohol dari Benzene dan Ethylene

oleh Joko Sembodo.

Sembodo, Joko. 2008. Prarancangan Pabrik Phenyl Ethyl Alcohol dari Benzene

dan Ethylene. Universitas Muhammadiyah Surakarta. PP No. 85/1999. Tentang Pengelolaan Limbah B3.

Setiadi, Tjandra. 2001. Pengelolaan Limbah Industri

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat mencatat data primer masalah kesehatan gigi dapat dilakukan dengan cara Untuk dapat mencatat data primer masalah kesehatan gigi dapat dilakukan dengan cara  berikut

Sementara itu, berdasarkan nilai tracking signal diketahui bahwa permalan IHK Kota Padangsidempuan baik dengan metode SSA maupun SARIMA stabil pada peramalan

Dengan menyimak teks eksplanasi melalui video, siswa mampu menelaah informasi penting dari teks ekplanasi yang didengar dengan

Babasan wangun frasa nya éta babasan anu diwangun ku dua kecap atawa leuwih anu hubungan antar unsur-unsurna ranggang teu dalit, sarta ngandung harti injeuman..

Mengacu pada data yang telah diperoleh, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada korelasi hubungan antara kecerdasan emosi

Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran model Discovery Learning dalam penelitian ini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru memberikan stimulus yang

(2014) juga memperkuat penjelasan Kemendikbud bahwa implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk mengembangkan

SD Negeri Ciporos 04 merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang beralamat di desa Ciporos RT 02/14 Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap. Lingkungan sekitar