• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Wilayah Perbatasan Darat Ant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembangunan Wilayah Perbatasan Darat Ant"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

 

MENGEDEPANKAN PEMBANGUNAN

HALAMAN DEPAN NEGARA

i

oleh Dr. Erdi, M.Si.

Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Kunjungan Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) ke Kalbar, khususnya ke wilayah perbatasan Negara sangatlah

berarti, tidak saja bagi daerah ini tetapi juga bagi dignity

bangsa (Negara). Selama ini, kunjungan ke kawasan perbatasan yang dilakukan oleh pembesar negeri setingkat menteri selalu tidak ditindak-lanjuti dengan program. Janji pengalokasian dana Negara untuk pembangunan kawasan perbatasan yang luas dari sisi wilayah dan berpenduduk kecil dengan jumlah milyaran, bahkan triliunan rupiah, baru keluar dari mulut saja dan belum dari anggaran Negara. Yang lebih miris lagi, janji itu kemudian hilang bersamaan dengan berjalannya waktu. Semoga kali ini, janji Presiden Jokowi tidak senasib dengan janji para pendahulunya itu!

Janji Presiden untuk mengubah wajah perbatasan karena merasa malu melihat kondisi miris perlu diapresiasi oleh masyarakat. Sebagai akademisi, saya bangga dengan keberpihakan Presiden tersebut dan juga bangga memiliki Presiden seperti Jokowi! Hal yang lebih penting lagi adalah adanya tindak-lanjut program pembangunan dengan alokasi dana dari Negara untuk pembangunan kawasan perbatasan. Alokasi sebesar Rp 1 triliun rupiah, mudahan alokasi dimaksud adalah per tahun untuk masa 5 tahun selama pemerintahan Jokowi - JK, sehingga kawasan perbatasan Negara di Kalbar akan mendapat alokasi sebesar Rp 5 triliun untuk masa lima tahun hingga 2019.

(2)

 

uangkapnya dengan lantang tanpa tipu. Masih darinya “jalan menuju perbatasan Sajingan Besar sepanjang 70 Km dari Sambas, kondisinya bagaikan ‘bubur ayam’ yang tentu membuat rakyat susah” ungkap tokoh Dayak Salako berusia 86 tahun ini dengan nada miris dan sedih.

Meskipun kondisi SDM, infrastruktur dan kesejahteraan rakyat terbilang hancur, R. Dinggah dan masyarakat Sajingan Besar serta masyarakat perbatasan Negara lainnya di Kalbar, yakni Badau, Jagoi Babang, Entikong dan Senaning tetap memiliki semangat nasionalisme dan kesetiaan yang sudah pakem terhadap Pemerintah dan Negara Republik Indonesia. Kesetiaan dan loyalitas yang tinggi ini belum berbanding lurus dengan perhatian Negara kepada mereka.

Komitmen yang sama juga disampaikan oleh Tumenggung Panca Benua, Bapak Ayim (86 tahun) di Kembayan, Kabupaten Sanggau. Melalui selulernya, Pak Tumenggung yang juga sangat kokoh pendiriannya ini mengatakan bahwa komitmen dan kesetiaan masyarakat perbatasan terhadap Negara dan pemerintah sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun, komitmen yang tinggi tersebut belum terbalaskan oleh pemerintah pusat dalam bentuk perhatian yang cukup kepada mereka.

Dari ungkapan kedua tokoh adat Dayak yang hebat ini, tampaknya pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi perlu meninggalkan pendekatan lama dalam membangun wilayah perbatasan. Kontek meninggalkan pendekatan keamanan ke pendekatan kesejahteraan memang sudah dilakukan, tetapi masih dalam tataran konsep dan belum pada tataran implementasi. Pendekatan berbasis ekonomi kerakyatan tampaknya perlu lebih dikedepankan ketimbang pendekatan keamanan dan ketentraman saja. Setelah peristiwa Konfrontasi Malaysia dan PGRS Paraku antara tahun 1963 -1967, baik Pak Dinggah maupun Pak Ayim kompak mengatakan bahwa kawasan perbatasan Negara merupakan kawasan yang sangat aman karena telah dijaga oleh masyarakat perbatasan dengan komitmen dan kesetiaan kepada Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang sangat tinggi. Luar Biasa!

(3)

 

di Kalbar yang tersebar di lima titik tersebut. Namun, ketika pendanaan harus “berbagi” dengan daerah lain, maka Rakyat Kalbar akan dapat memaklumi keterbatasan Negara (pemerintah). Keberadaan program dari dana Rp 1 Triliun per tahun itu akan sedikit dapat mengobati luka di hati masyarakat perbatasan Negara selama ini.

Dari blue print Rencana Pembangunan Kawasan

Perbatasan Negara versi Bappenas diletakkan pada 11 isu strategis nasional. Masyarakat di wilayah perbatasan Negara ini pun setuju dengan ke-11 isu strategis tersebut. Namun, ketika harus memilih dan menempatkan prioritas, maka pembangunan infrastuktur jalan menjadi pilihan pertama dan utama mereka. Mengapa harus jalan? Dengan jalan yang bagus, masyarakat perbatasan akan dapat merancang aktivitas ekonomi dalam rangka menyelamatkan kehidupan ekonomi mereka yang telah terpuruk.

Masyarakat perbatasan tahu kebutuhan mereka dan itu juga yang dipercaya oleh penulis dan juga para ahli kebijakan public seperti Paterson (dalam Aslanbeigui dan Choi, 1997) bahwa keberadaan akses transportasi yang baik di wilayah perbatasan dan kawasan tertinggal akan dapat mengubah kondisi krisis menjadi peluang bisnis. Hanya dalam hitungan 3 hingga 5 tahun saja, kemiskinan yang dalam di wilayah perbatasan Negara akan segera dapat dituntaskan bilamana sarana transportasi terbangun dengan baik, seperti prediksinya Gellardo (dalam Brunet dan Jailly, 2007) yang telah dibuktikan saat pembukaan border antara Uni Eropah (UE) dengan Afrika tahun 2003. Hanya dalam waktu 4 tahun, kemiskinan Morocco di Afrika dapat dituntaskan. Oleh karena itu, penulis juga yakin dengan pengalaman UE dan Afrika tersebut sehingga menyodorkan prediksi yang sama bahwa kemakmuran masyarakat di kawasan perbatasan Negara antara Kalbar, Indonesia dengan Sarawak, Malaysia akan tercipta dalam tempo paling lama 5 tahun setelah akses transportasi di wilayah tersebut terbuka dengan baik.

(4)

 

tersebut dapat dibuktikan adanya, saya yakin Pak Jokowi akan didukung kembali oleh masyarakat perbatasan pada khususnya dan rakyat Kalbar serta masyarakat Indonesia pada umumnya untuk kembali maju menjadi Calon Preseden RI yang kedelapan.

Referensi

Brunet, Emmanuel dan Jailly. 2007. Borderlands: Comparing Border Security in North America and Europe. University of Ottawa Press. Canada.

Peterson, Wallace C. “Institutions and Institutionalism – Crisis and Opportunity” dalam Aslanbeigui, Nahid dan Young Back Choi. 1997. Borderlands of Economics: Essay in Honor of Daniel R. Rusfelf. Routledge. London.

i Telah dimuat pada harian Rakyat Kalbar, edisi Jum’at 23 Januari

2015 pada rubric “Kolom”

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh tentang hambatan siswa dalam pelaksanaan praktikum PME menunjukkan bahwa untuk kategori cukup terhambat pada sub variabel ketersediaan alat

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot badan harian (g), konsumsi dan konversi wafer pakan untuk ternak domba ekor gemuk.Hasil penelitian menunjukkan

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan teman sejawat, pembelajaran sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu disusun kebijakan pelayanan klinis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan intensi perilaku seksual pranikah pada

[r]

Selama arus-arus sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan ada arus yang mengalir melalui operating coil rele differensial, tetapi setiap gangguan yang mengakibatkan arus

Menurut Thomas Ari (2017), konsep green port memiliki tujuan pengelolaan pelabuhan yang lebih baik, berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP), dalam hal ini