commit to user
iKabupaten Boyolali
(Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
Septina Widyastuti
D1110014
PROGRAM
S-1
NON
REGULER
JURUSAN
ILMU
ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
vØ
“…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekalikali tak ada
perlindungan bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ra’d (guruh) ayat:11)
Ø
Karakter itu seperti pohon, jangan melihat orang hanya dari bayangannya tapi lihat
commit to user
viPERSEMBAHAN
Syukur, Akhirnya sebuah perjalanan berhasil kutempuh
Walau berawal dari suka dan duka, semangat jiwaku tak pernah pudar
Karna kuyakin, walau banyaknya rintangan menghadang
Jutaan pertolongan dan miliyaran kemenangan pasti kan datang
Ibu……
Dalam sedih engkau menjadi penyejuk hatiku
Saat tertatih engkau memapahku
Nasehat dan pesanmu sebagai pendorongku
Rangkaian kasihmu semangat hidupku
Ayah…..
Meski tidak sehebat Rasululah, atau setegar Umar bin Khattab
Ataupun juga tak sekaya Abdurrahman bin Auf
Namun engkau selalu menjadi pelita dalam susahku
Serta penat lelahmu selalu mengiringi perjuanganku
Jika ini mewakili persembahanku dan sujud baktiku
Maka, dengan segenap ketulusan hati kupersembahkan
Karya kecil ini kehadapan yang mulia Ayahanda Eka Susetya Jati Asmara
Dan teruntuk Ibunda tercinta Sri Hastutiningsih
Juga buat Adinda Danik Dwi Yulianti
Terima kasih juga yang paling dalam buat yang begitu special
Yang selalu dan InsyaAllah akan mendampingiku kelak
Serta seluruh sobatku yang selalu memberi saran dan motivasi
Tanpa kalian hari-hari dan kenangan indah takkan pernah tercipta
commit to user
viiKATA PENGANTAR
Alhamdulilahi robbil’alamin penulis ucapkan dengan rahmat & hidayah-Nya Skripsi
dengan judul “IMPLEMENTASI PELATIHAN KETERAMPILAN di UNIT PELAKSANA
TEKNIS DINAS BALAI LATIHAN KERJA (UPTD BLK) KABUPATEN BOYOLALI (Studi
Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)” ini dapat selesai dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyratan yang diwajibkan bagi
mahasiswa program Strata satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Administrasi Negara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak dalam bentuk apapun, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati & kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs. Ali M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dan
mengarahkan penulis selama penyusunan Skripsi.
2.
Ibu Siti Zumrotun MPd, SPd selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja
(BLK) Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan
penelitian di UPTD BLK Boyolali.
3.
Instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor dan sub kejuruan mobil bensin untuk bantuan
dan informasinya selama ini.
4.
Ayah dan ibuku yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk diriku. Makasih atas
doa, cinta dan kasih sayangnya.
5.
Teman-teman AN Non regular 2010, serta Dyah dan Destia terima kasih untuk kebersamaan
commit to user
viiipenyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan pada diri penulis. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
membutuhkan.
Surakarta November 2012
commit to user
ixHalaman
HALAMAN JUDUL………
i
HALAMAN PERSETUJUAN……….
ii
HALAMAN PENGESAHAN………..
iii
HALAMAN PERNYATAAN………..
iv
HALAMAN MOTTO ………...
v
HALAMAN PERSEMBAHAN……….………..
vi
KATA PENGANTAR………..
vii
DAFTAR ISI………
ix
DAFTAR GAMBAR………...
xii
DAFTAR TABEL……….
xiii
ABSTRAK………
xiv
ABSTRACT………..
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah……….
1
B.
Perumusan Masalah………
8
C.
Tujuan……….
8
D.
Manfaat Penelitian………..
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori………
10
1.
Implementasi……….
10
2.
Model-Model Implementasi………..
14
commit to user
D.
Teknik Penarikan Sampel……… 37
E.
Teknik Pengumpulan Data………..
37
F.
Validitas Data………..
38
G.
Teknik Analisis Data………...
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Kabupaten Boyolali……… 42
1.
Kabupaten Boyolali………...
42
2.
Permasalahan Sosial dan Tantangan Yang Dihadapi di Kabupaten
Boyolali……….
43
5.
Susunan Organisasi BLK………... 47
C.
Implementasi Program Pelatihan Keterampilan Automotif…………. 49
1.
Tahap Persiapan……….. 50
a.
Pendaftaran Peserta……….. 50
b.
Seleksi Peserta……….. 55
c.
Persiapan Instruktur Pelatihan……….. 57
d.
Penyusunan Modul……… 61
e.
Penyusunan Jadwal Pelatihan……… 63
commit to user
xib.
Promosi……….. 76
3.
Tahap Pelaporan……….…. 80
D.
Identifikasi Masalah .……… 81
BAB V
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan……….. 86
B.
Saran………
88
Daftar Pustaka………..
89
commit to user
xiiHalaman
Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut George E. Edward III
16
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter & Van
Horn………
20
Gambar 2.3 Kerangka Pikir………
33
Gambar 3.1 Bagan Proses Analisis Data Interaktif ………...
40
commit to user
xiiiDAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Boyolali Tahun 2009-2011
6
Tabel 2.1
Jenis Pelatihan & Lama Pelatihan……….
27
Tabel 4.1
Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Mobil Bensin……
71
Tabel 4.2
Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Sepeda Motor…… 72
Table 4.3
Data Penempatan Peserta Pelatihan Automotif Mobil Bensin…………..
79
commit to user
xivSeptina Widyastuti, 2012, D1110014, Implementasi Pelatihan di Unit Pelaksana Teknis
Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali Studi Kasus Pelatihan
Keterampilan Automotif. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Pelatihan keterampilan automotif ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengurangi
jumlah penganguran, membekali para tenaga kerja dengan keterampilan. Tujuan dari pelatihan
keterampilan automotif adalah mencetak tenaga kerja yang terampil untuk dapat ditempatkan
pada perusahaan yang membutuhkan (penempatan) dan usaha mandiri.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pelatihan
keterampilan automotif yang dilakukan oleh UPTD BLK Boyolali.Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,
dokumentasi dan wawancara. Sumber data yaitu informan dan dokumen. Penentuan informan
menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis interaktif
yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan. Untuk
menjamin validitas data penulis menggunakan teknik triangulasi.
Implementasi pelatihan ini meliputi tiga tahap, dimana tiap tahap tersebut terdiri atas
beberapa sub tahap. Ketiga tahap tersebut meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
pelaporan. Tahap persiapan terdiri dari pendaftaran peserta, seleksi peserta, persiapan instruktur
pelatihan, penyusunan modul, penyusunan jadwal pelatihan persiapan sarana dan prasarana serta
promosi. Tahap pelaksanaan terdiri dari pemberian materi dan evaluasi serta promosi. Tahap
pelaporan terdiri dari pelaporan hasil kegiatan. Selain itu dalam tulisan ini peneliti juga
menemukan mengenai hambatan dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif.
Hambatan-hambatan yang muncul yaitu kurangnya peralatan, kurangnya instruktur dan gedung
yang kurang memadai.
commit to user
xvSeptina Widyastuti, 2012, D1110014, Implementation Technical Unit Training Department
Training Center (UPTD BLK) Boyolali Automotive Skills Training Case Studies. Thesis.
Department of Administration. Faculty of Social and Political Sciences.Sebelas Maret
University. Surakarta.
Automotive skills training is carried out in an attempt to reduce the number of
unemployed, equip the workforce with the skills. The purpose of the automotive skills training is
scored highly skilled workforce to be placed on companies that need (placement) and
independent business.
In this study, researchers wanted to know how the implementation of automotive skills
training conducted by UPTD Boyolali.Penelitian BLK is a type of qualitative descriptive study
using data collection techniques such as observation, documentation and interviews. Data
sources are informants and documents. Determination of informants using purposive sampling.
Data analysis techniques used interactive analysis technique that consists of three components,
namely data reduction, data presentation conclusion. To ensure the validity of the author's data
using triangulation techniques
Implementation of this training includes three stages, where each stage consists of several
sub-phases. The third phase includes the preparation phase, the implementation phase and the
reporting phase. The preparation stage consists of participant registration, selection of
participants, training instructor preparation, preparation of the module, rehearsal scheduling
infrastructure and promotion. Implementation stage consists of the provision of material and
evaluation and promotion. Reporting phase consists of reporting the results of the activities. Also
in this paper the researchers also found that the obstacles in the implementation of automotive
training. Barriers appear that the lack of equipment, lack of instructors and inadequate building.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era globalisasi semua negara berusaha untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusianya agar mampu bersaing dalam mengisi
kesempatan kerja yang tersedia secara terbuka dan obyektif. Pengisian jabatan dalam
pekerjaan memerlukan kesiapan tenaga kerja untuk mampu memenuhi kekurangan
yang ada dalam diri tenaga kerja dengan jabatan yang akan diemban, sehingga terjadi
gap antara kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan jabatan yang akan
diemban.
Gap inilah yang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh tenaga
kerja yang akan masuk ke pasar kerja.
Boyolali adalah bagian dari wilayah negara yang berpenduduk dengan
tingkat pengangguran yang tinggi. Dengan kondisi yang sedemikian itu maka
kesempatan bekerja atau untuk menduduki suatu jabatan di berbagai bidang
diperlukan kompetisi yang sangat ketat antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan
lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja.
Jumlah pengangguran di Boyolali tahun 2010 sejumlah 27.755 orang atau
5.5 % dari jumlah penduduk kota Boyolali. Jumlah pengangguran pada tahun 2010
ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 di mana angka pengangguran
berjumlah 17.158 orang. Jumlah pengangguran di Boyolali diprediksi akan
mengalami kenaikan dari tahun ketahun hal disebabkan karena para tenaga kerja tidak
commit to user
rata-rata, dan para pencari kerja cenderung memilih-milih pekerjaan. Tenaga kerja
biasanya memilih perusahaan yang sudah bonafit atau terkenal.
(http://harianjoglosemar.com/berita/27755-warga-boyolali-nganggur53826.html)
Terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan jumlah penganggur dan
setengah penganggur semakin meningkat dari tahun ke tahun. Maka perlu langkah
terobosan untuk penyelesaian permasalahan tersebut. Untuk merumuskan kebijakan
ketenagakerjaan maka diperlukan pemikiran yang sistematis untuk memecahkan dan
mengeleminasi permasalahan tersebut. Masalah ketenagakerjaan di negara kita
merupakan permasalahan pembangunan yang bersifat komplek multi dimensional
dari dahulu hingga sekarang. Oleh sebab itu penanganan ketenagakerjaan harus
melibatkan beberapa pihak antara lain pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Kondisi ketenagakerjaan di Boyolali masih diwarnai oleh beberapa hal antara lain :
1.
Pertumbuhan penduduk.
2.
Pentumbuhan angkatan kerja.
3.
Terbatasnya lapangan kerja (kesempatan kerja / berusaha).
4.
Pendidikan formal dan skill tenaga kerja rendah, indikasinya lebih kurang 71
persen angkatan kerja pendidikan belum tamat / tamat SD sederajat.
5.
Penghasilan pekerja masih dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK).
6.
Produktivitas tenaga kerja rendah.
7.
Perlindungan kepada pekerja belum berjalan sebagaimana mestinya indikasinya 57
commit to user
8.
Kesejahteraan pekerja rendah indikasinya, 57 % pekerja yang mendapatkan hak
normatif.
9.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) masih cukup rendah.
10.
Hubungan industrial belum seperti yang diharapkan.
(http://www.boyolalikab.go.id/?hlm=198)
Salah satu kelemahan angkatan kerja yang ada adalah masih rendahnya
tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau atau lebih dikenal dengan
rendahnya sumber daya manusia. Untuk itu perlu adanya persiapan yang matang
untuk dapat mengisi lowongan kerja atau berusaha mandiri sesuai dengan kebutuhan
pasar usaha (wiraswasta) di segala bidang baik di wilayah setempat maupun di luar
wilayah Kabupaten Boyolali.
Dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Boyolali
maka pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan keterampilan yang dibiayai dari dana APBD maupun
APBN. Hal itu mengingat banyaknya angkatan kerja yang ada sebagian besar
termasuk golongan masyarakat miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan maupun pelatihan secara
mandiri.
Mengingat kebutuhan perusahaan akan Sumber Daya Manusia yang lebih
berkompeten dibidangnya dan ketatnya persaingan di antara para tenaga kerja maka
perlu dilakukan upaya untuk menciptakan tenaga kerja yang berkompeten yang siap
commit to user
tenaga kerja yang berkualitas, produktifitas dan berdaya saing tinggi, baik di pasar
kerja dalam negri maupun luar negri. Oleh karena itu, SDM dimaksud perlu
dipersiapkan baik oleh pemerintah melalui DEPDIKNAS, DEPNAKER, dan atau
Departemen Perdagangan maupun oleh swasta melalui KADIN serta oleh masyarakat
pengguna jasa.
Salah satu lembaga yang berperan melakukan pendidikan dan pelatihan
tersebut adalah Balai Latihan Kerja (BLK), di mana balai latihan latihan kerja ini
nantinya akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para tenaga kerja agar dapat
bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Pelatihan yang dilaksanakan pada
dasarnya dimaksudkan untuk membenahi kelemahan-kelamahan yang sering
menghambat dalam penyelesaian tugas. Upaya ini untuk meningkatkan mutu,
keahlian, dan keterampilan seseorang yang mengikuti kegiatan pelatihan. Di samping
itu juga akan mengembangkan metode kerja dan menciptakan pengembangan sumber
daya manusia ke arah yang lebih baik.
Kebutuhan perusahaan saat ini menuntut tersedianya tenaga ahli dan
terampil serta berkompeten dalam berbagai bidang dan tingkatan, karena
kecenderungan penggunaan teknologi yang semakin canggih sebagai masyarakat
industri maju dan penerapan persyaratan kerja yang mengacu pada pelatihan berbasis
kompetensi tidak dapat dihindari lagi. Oleh karena itu penguasaan teknologi bagi
setiap angkatan kerja sangat diperlukan.
Selain itu akibat langsung dari proses otonomi daerah yang sedang berjalan,
commit to user
membangun daerahnya masing-masing dengan mengerahkan sumber daya manusia di
daerahnya. Dengan demikian terjadi peluang pasar kerja di tingkat daerah maupun
pada tingkat nasional, karena kebutuhan tenaga kerja yang handal dan siap pakai
sudah merupakan kebutuhan pokok bagi suatu daerah untuk membangun daerah
tersebut agar lebih maju. Otonomi daerah ini juga berlaku di kabupaten Boyolali.
Adanya kebutuhan tenaga kerja yang handal tersebut perlu suatu konsep
perencanaan pembangunan sumber daya manusia yang baik dan berkesinambungan,
khususnya dibidang penyediaan tenaga kerja yang terampil, sehingga kebutuhan
pasar kerja tentang tenaga kerja yang terampil dapat terpenuhi.
Mengacu pada kebutuhan pasar kerja yang membutuhkan sumber daya
manusia yang handal, terampil dan profesional, Dinas Tenaga Kerja Tranmigrasi, dan
Sosial Kabupaten Boyolali melalui Unit Pelaksana Teknis Daerahnya (UPTD)
melakukan pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia diberbagai bidang keterampilan yang diperlukan di daerah kabupaten
Boyolali.
Balai Latihan Kerja sebagai lembaga pelatihan kerja milik pemerintah yang
diharapkan sebagai pengerak dan percontohan dalam melatih keterampilan yang
sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Penyelenggaraan latihan kerja di BLK meliputi
bidang pelatihan kerja industri, pertanian, tata niaga dan aneka kejuruan dengan
mempergunakan bengkel kerja (automotif). Dari berbagai pelatihan yang diadakan
commit to user
mampu menciptakan peluang-peluang pasar kerja baru adalah pelatihan-pelatihan
yang diselenggarakan pada kejuruan automotif.
Di mana kejuruan automotif terbagi menjadi dua sub, yaitu sub kejuruan
mobil bensin dan sub kejuruan sepeda motor. Kejuruan automotif khususnya pada
sub kejuruan mobil bensin menyelenggarakan pelatihan montir mobil bensin dengan
tujuan memberi keterampilan montir mobil bensin kepada peserta pelatihan agar
dapat digunakan untuk modal bekerja di perusahaan perbengkelan maupun untuk
berwirausaha di bidang tersebut. Sedangkan kejuruan automotif pada sub kejuruan
sepeda motor menyelenggarakan pelatihan montir sepeda motor dengan tujuan
memberi keterampilan montir sepeda motor kepada peserta pelatihan agar dapat
digunakan untuk modal bekerja pada perusahaan perbengkelan maupun untuk
berwirausaha di bidang tersebut.
Tabel 1.1
Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Kabupaten Boyolali Tahun
2009-2011
Jenis pelatihan
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Mobil bensin
65
36
32
Sepeda motor
100
37
52
165
73
84
Sumber: Data akhir kegiatan pelatihan di BLK Kabupaten Boyolali berdasar APBD
commit to user
Dari tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah peserta pelatihan automotif cenderung
mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta pelatihan automotif
baik itu jenis sepeda motor maupun mobil bensin antara tahun 2009-2011. Jumlah
peserta jenis pelatihan mobil bensin menunjukkan penurunan yang signifikan pada
tahun 2009 jumlah peserta sebanyak 65 orang, jumlah ini menurun pada tahun 2010
menjadi 36 orang dan pada tahun 2011 hanya sebanyak 32 orang. Kondisi yang
hampir serupa ditunjukkan oleh jumlah peserta pelatihan jenis sepeda motor,
meskipun pada tahun 2010 jumlah peserta meningkat dari 37 peserta menjadi 52
peserta, namun jika dibandingkan dengan jumlah peserta pada tahun 2009 di mana
jumlah peserta berjumlah 100 orang hal ini menunjukkan penurunan yang drastis.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta automotif baik sepeda
motor maupun mobil bensin cenderung menurun secara signifikan dari tahun ke
tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa pelatihan keterampilan automotif belum
optimal di dalam pencapaian tujuan dilihat dari kuantitas peserta yang mengikuti
pelatihan. Menurunnya jumlah peserta pelatihan keterampilan automotif ini dapat
dijadikan indikasi bahwa pelatihan keterampilan automotif ini masih menemui
hambatan di dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian
dari pelaksanaan pelatihan keterampilan yang dilakukan oleh BLK (Balai Latihan
Kerja) Kabupaten Boyolali khususnya pelatihan keterampilan automotif. Yang
nantinya penelitian ini dapat dijadikan feedback dalam pelaksanaan keterampilan
commit to user
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan oleh
Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Operasional
a.
Untuk mengetahui dan menilai sejauh mana hasil dari pelaksanaan pelatihan
keterampilan automotif yang dilakukan Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten
Boyolali.
2. Tujuan Fungsional
Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan
Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas
Maret.
D.
Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian diharapkan akan mengahasilkan manfaat yang
dapat dirasakan baik oleh penulis maupun orang lain. Adapun manfaat dari penelitian
ini, antara lain :
1.
Memberikan kontribusi dan memperkaya pengetahuan tentang pelaksanaan
pelatihan ketermpilan automotif oleh Balai Latihan Kerja (BLK).
commit to user
2.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi siapa saja yang
memerlukan, khususnya instansi atau lembaga pelatihan-pelatihan kerja.
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teori yang dapat
mendukung penelitian dan membantu merumuskan kerangka pemikiran. Untuk itu
dibawah ini akan diuraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1.
Implementasi
Pelaksanaan juga berarti implementasi, yang berasal dari bahasa Inggris
“implementation”. Menurut kamus Webster dirumuskan secara pendek bahwa
To implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for
carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give
practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).menurut
pandangan ini, maka implementasi dapat dipandang sebagai suatu proses
pelaksanaan ( Solichin Abdul Wahab, 2005; 56).
Sedangkan Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008; 146)
menjelaskan bahwa makna implementasi adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
commit to user
Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari
proses kebijakan publik yang bersifat
crusial karena bagaimanapun baiknya
suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam
implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan diwujudkan. Demikian
pula sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan
implementasi kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan
kebijakan juga tidak akan bisa diwujudkan (Joko Widodo, 2008:85). Dengan
demikian untuk mencapai tujuan kebijakan yang baik harus memperhatikan
tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik,
tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan juga telah
diantisipasi untuk dapat diimplementasikan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Lester dan Stewart (dalam Solahuddin
Kusumanegara 2010;97) menjelaskan bahwa implementasi adalah sebuah
tahapan yang dilakukan setelah aturan hukum ditetapkan melalui proses politik.
James
Anderson (dalam
Solahuddin
Kusumanegara 2010;97)
menyatakan bahwa implementasi kebijakan /program merupakan bagian dari
administrative process (proses administrasi). Proses administrasi sebagaimana
diistilahkan oleh Anderson, digunakan untuk menunjukkan desain atau
pelaksana sistem administrasi yang terjadi pada setiap saat. Proses administrasi
mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi, dan dampak dari kebijakan.
Ripley dan Franklin (dalam Budi Winarno, 2008; 145) berpendapat
commit to user
yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu
jenis keluaran yang nyata (tangible output).
Menurut George Edward (dalam Budi Winarno, 2008; 174)
implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara
pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi
masyarakat yang dipengaruhinya.
Daniel A.Mazmanian dan Paul A. Sebatier menjelaskan makna
implementasi ini dengan mengatakan bahwa: memahami apa yang senyatanya
terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan
fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
kebijaksanaan
negara,
yang
mencakup
baik
usaha-usaha
untuk
mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat/ dampak nyata
pada`masyarakat atau kejadian-kejadian (Solichin Abdul Wahab, 2005: 65).
Dalam proses implementasi juga perlu diperhatikan mengenai
batasan-batasaan implementasi. Van Meter dan Van Horn menguraikan batasan
implementasi kebijakan
commit to user
(implementasi kebijakan menekankan pada suatu tindakan, baik yang
dilakukan oleh pihak pemerintah maupun individu (atau kelompok)
swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan sebelumnya. Pada suatu
saat tindakan-tindakan ini, berusaha menstransformasikan
keputusan-keputusan menjadi pola-pola operasional serta melanutkan usaha-usaha
tersebut mencapai perubahan, baik besar maupun kecil yang
diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan tertentu) (dalam Joko
Widodo, 2008:86)
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan suatu
pengertian bahwa implementasi merupakan aksi/ tindakan untuk melaksanakan
suatu kebijakan yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk direalisasikan.
Dengan kata lain implementasi merupakan tindakan untuk merealisasikan
rencana yang telah ditetapkan.
Selain itu, dalam proses implementasi ini juga akan dijabarkan kedalam
tahap-tahap yang lebih operasional mengenai proses implementasi suatu
kebijakan publik yang mencakup tahap interpretasi (interpretation), tahap
pengorganisasian (to organized), dan tahap aplikasi (application). (Joko Widodo,
2007: 90)
1.
Tahap Interpretasi (interpretation)
Merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang masih bersifat
abstrak ke dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional.
2.
Tahap Pengorganisasian (to organized)
Mengarah pada proses kegiatan pengaturan dan penetapan dalam
implementasi kebijakan, yakni:
commit to user
b.
Standar prosedur operasional.
c.
Sumber daya keuangan.
d.
Penetapan manajemen pelaksanaan kebijakan.
e.
Penetapan jadwal kegiatan.
3.
Tahap Aplikasi (application)
Merupakan tahap penerapan rencana proses implementasi kebijakan ke
dalam realitas nyata. Dengan adanya penjabaran tersebut, maka akan semakin
mempermudah pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikan kebijakan
yang telah ditetapkan.
2.
Model-Model Implementasi :
Untuk melihat bagaimana implementasi pelatihan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan, di mana didalamnya diungkapkan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan, maka model-model
implementasi sangat diperlukan. Suatu program sebagai suatu bentuk kebijakan
diimplementasikan menurut beberapa model implementasi antara lain :
a.
Model George C. Edward III (Joko Widodo, 2008: 96-100)
Menurut George C. Edward III ada empat faktor atau variabel yang
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
atau
kegagalan
implementasi
kebijaksanaan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi menurut
George C. Edward III sebagai berikut:
1.
Komunikasi
commit to user
kebijakan (policy implementors). Informasi kebijakan perlu disampaikan
kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui,
memahami apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan
kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan
dapat
dicapai
sesuai
dengan
yang
diharapkan.
Kebijakan
dikomunikasikan kepada kepada pelaksana kebijakan dan kelompok
sasaran kebijakan dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Melalui
proses komunikasi ini, para pelaku kebijakan dalam struktur birokrasi
menjadi jelas tentang apa yang menjadi substansi kebijakan, mencakup
apa yang menjadi tujuan, sasaran, dan arah kebijakan.
2.
Sumber Daya
Tanpa adanya sumber daya yang cukup, sejelas dan seakurat
ketentuan-ketentuan kebijakan tidak akan dapat diimplementasikan secara efektif.
Sumber daya ini meliputi sumber daya manusia, sumber daya keuangan,
dan sumber daya peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan
kebijakan.
3.
Disposisi atau Sikap
Disposisi merupakan kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku
kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh-sungguh
sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Intensitas
disposisi para pelaku (implementator) dapat mempengaruhi pelaksana
(performance) kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi
ini, bisa menyebabkan gagalnya implementasi kebijakan.
4.
Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)
Struktur birokrasi mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi,
pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada
dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan
organisasi luar dan sebagainya. Struktur birokrasi yang fragmentasi dan
memiliki standar operasi yang tidak harmonis akan menjadi distorsi
dalam pelaksanaan kebijakan.
Hubungan antar keempat faktor tersebut dikuatkan dalam jurnal,
“Problems of Policy Implementation in Developing Nations: The Nigerian
Exsperince” (Taiwo Makinde, 2005:65):
commit to user
kebijakan adalah sebuah proses dinamis yang melibatkan interaksi antara
variabel).
Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan
Menurut George E.Edward III
Sumber: Joko Widodo, 2008: 107
b.
Implementasi Kebijakan Publik Model Marilee S. Grindle (Leo
Agustino, 2008; 154-156)
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari
proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan
yang ingin diraih.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik ditentukan atas
content of policy (isi kebijakan) dan context of policy (konteks kebijakan).
CommunicationResources
Disposition
Bureaucratic Structure