• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pelatihan Keterampilan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Pelatihan Keterampilan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

Kabupaten Boyolali

(Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :

Septina Widyastuti

D1110014

PROGRAM

S-1

NON

REGULER

JURUSAN

ILMU

ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)
(5)

commit to user

v

Ø

“…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan

terhadap suatu kaum maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekalikali tak ada

perlindungan bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ra’d (guruh) ayat:11)

Ø

Karakter itu seperti pohon, jangan melihat orang hanya dari bayangannya tapi lihat

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Syukur, Akhirnya sebuah perjalanan berhasil kutempuh

Walau berawal dari suka dan duka, semangat jiwaku tak pernah pudar

Karna kuyakin, walau banyaknya rintangan menghadang

Jutaan pertolongan dan miliyaran kemenangan pasti kan datang

Ibu……

Dalam sedih engkau menjadi penyejuk hatiku

Saat tertatih engkau memapahku

Nasehat dan pesanmu sebagai pendorongku

Rangkaian kasihmu semangat hidupku

Ayah…..

Meski tidak sehebat Rasululah, atau setegar Umar bin Khattab

Ataupun juga tak sekaya Abdurrahman bin Auf

Namun engkau selalu menjadi pelita dalam susahku

Serta penat lelahmu selalu mengiringi perjuanganku

Jika ini mewakili persembahanku dan sujud baktiku

Maka, dengan segenap ketulusan hati kupersembahkan

Karya kecil ini kehadapan yang mulia Ayahanda Eka Susetya Jati Asmara

Dan teruntuk Ibunda tercinta Sri Hastutiningsih

Juga buat Adinda Danik Dwi Yulianti

Terima kasih juga yang paling dalam buat yang begitu special

Yang selalu dan InsyaAllah akan mendampingiku kelak

Serta seluruh sobatku yang selalu memberi saran dan motivasi

Tanpa kalian hari-hari dan kenangan indah takkan pernah tercipta

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbil’alamin penulis ucapkan dengan rahmat & hidayah-Nya Skripsi

dengan judul “IMPLEMENTASI PELATIHAN KETERAMPILAN di UNIT PELAKSANA

TEKNIS DINAS BALAI LATIHAN KERJA (UPTD BLK) KABUPATEN BOYOLALI (Studi

Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)” ini dapat selesai dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyratan yang diwajibkan bagi

mahasiswa program Strata satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Administrasi Negara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak dalam bentuk apapun, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati & kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Drs. Ali M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dan

mengarahkan penulis selama penyusunan Skripsi.

2.

Ibu Siti Zumrotun MPd, SPd selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja

(BLK) Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan

penelitian di UPTD BLK Boyolali.

3.

Instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor dan sub kejuruan mobil bensin untuk bantuan

dan informasinya selama ini.

4.

Ayah dan ibuku yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk diriku. Makasih atas

doa, cinta dan kasih sayangnya.

5.

Teman-teman AN Non regular 2010, serta Dyah dan Destia terima kasih untuk kebersamaan

(8)

commit to user

viii

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan pada diri penulis. Oleh karena itu, segala saran

dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang

membutuhkan.

Surakarta November 2012

(9)

commit to user

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL………

i

HALAMAN PERSETUJUAN……….

ii

HALAMAN PENGESAHAN………..

iii

HALAMAN PERNYATAAN………..

iv

HALAMAN MOTTO ………...

v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….………..

vi

KATA PENGANTAR………..

vii

DAFTAR ISI………

ix

DAFTAR GAMBAR………...

xii

DAFTAR TABEL……….

xiii

ABSTRAK………

xiv

ABSTRACT………..

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah……….

1

B.

Perumusan Masalah………

8

C.

Tujuan……….

8

D.

Manfaat Penelitian………..

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Landasan Teori………

10

1.

Implementasi……….

10

2.

Model-Model Implementasi………..

14

(10)

commit to user

D.

Teknik Penarikan Sampel……… 37

E.

Teknik Pengumpulan Data………..

37

F.

Validitas Data………..

38

G.

Teknik Analisis Data………...

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Gambaran Umum Kabupaten Boyolali……… 42

1.

Kabupaten Boyolali………...

42

2.

Permasalahan Sosial dan Tantangan Yang Dihadapi di Kabupaten

Boyolali……….

43

5.

Susunan Organisasi BLK………... 47

C.

Implementasi Program Pelatihan Keterampilan Automotif…………. 49

1.

Tahap Persiapan……….. 50

a.

Pendaftaran Peserta……….. 50

b.

Seleksi Peserta……….. 55

c.

Persiapan Instruktur Pelatihan……….. 57

d.

Penyusunan Modul……… 61

e.

Penyusunan Jadwal Pelatihan……… 63

(11)

commit to user

xi

b.

Promosi……….. 76

3.

Tahap Pelaporan……….…. 80

D.

Identifikasi Masalah .……… 81

BAB V

KESIMPULAN

A.

Kesimpulan……….. 86

B.

Saran………

88

Daftar Pustaka………..

89

(12)

commit to user

xii

Halaman

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut George E. Edward III

16

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter & Van

Horn………

20

Gambar 2.3 Kerangka Pikir………

33

Gambar 3.1 Bagan Proses Analisis Data Interaktif ………...

40

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1

Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Boyolali Tahun 2009-2011

6

Tabel 2.1

Jenis Pelatihan & Lama Pelatihan……….

27

Tabel 4.1

Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Mobil Bensin……

71

Tabel 4.2

Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Sepeda Motor…… 72

Table 4.3

Data Penempatan Peserta Pelatihan Automotif Mobil Bensin…………..

79

(14)

commit to user

xiv

Septina Widyastuti, 2012, D1110014, Implementasi Pelatihan di Unit Pelaksana Teknis

Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali Studi Kasus Pelatihan

Keterampilan Automotif. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Pelatihan keterampilan automotif ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengurangi

jumlah penganguran, membekali para tenaga kerja dengan keterampilan. Tujuan dari pelatihan

keterampilan automotif adalah mencetak tenaga kerja yang terampil untuk dapat ditempatkan

pada perusahaan yang membutuhkan (penempatan) dan usaha mandiri.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pelatihan

keterampilan automotif yang dilakukan oleh UPTD BLK Boyolali.Penelitian ini merupakan jenis

penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,

dokumentasi dan wawancara. Sumber data yaitu informan dan dokumen. Penentuan informan

menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis interaktif

yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan. Untuk

menjamin validitas data penulis menggunakan teknik triangulasi.

Implementasi pelatihan ini meliputi tiga tahap, dimana tiap tahap tersebut terdiri atas

beberapa sub tahap. Ketiga tahap tersebut meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

pelaporan. Tahap persiapan terdiri dari pendaftaran peserta, seleksi peserta, persiapan instruktur

pelatihan, penyusunan modul, penyusunan jadwal pelatihan persiapan sarana dan prasarana serta

promosi. Tahap pelaksanaan terdiri dari pemberian materi dan evaluasi serta promosi. Tahap

pelaporan terdiri dari pelaporan hasil kegiatan. Selain itu dalam tulisan ini peneliti juga

menemukan mengenai hambatan dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif.

Hambatan-hambatan yang muncul yaitu kurangnya peralatan, kurangnya instruktur dan gedung

yang kurang memadai.

(15)

commit to user

xv

Septina Widyastuti, 2012, D1110014, Implementation Technical Unit Training Department

Training Center (UPTD BLK) Boyolali Automotive Skills Training Case Studies. Thesis.

Department of Administration. Faculty of Social and Political Sciences.Sebelas Maret

University. Surakarta.

Automotive skills training is carried out in an attempt to reduce the number of

unemployed, equip the workforce with the skills. The purpose of the automotive skills training is

scored highly skilled workforce to be placed on companies that need (placement) and

independent business.

In this study, researchers wanted to know how the implementation of automotive skills

training conducted by UPTD Boyolali.Penelitian BLK is a type of qualitative descriptive study

using data collection techniques such as observation, documentation and interviews. Data

sources are informants and documents. Determination of informants using purposive sampling.

Data analysis techniques used interactive analysis technique that consists of three components,

namely data reduction, data presentation conclusion. To ensure the validity of the author's data

using triangulation techniques

Implementation of this training includes three stages, where each stage consists of several

sub-phases. The third phase includes the preparation phase, the implementation phase and the

reporting phase. The preparation stage consists of participant registration, selection of

participants, training instructor preparation, preparation of the module, rehearsal scheduling

infrastructure and promotion. Implementation stage consists of the provision of material and

evaluation and promotion. Reporting phase consists of reporting the results of the activities. Also

in this paper the researchers also found that the obstacles in the implementation of automotive

training. Barriers appear that the lack of equipment, lack of instructors and inadequate building.

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era globalisasi semua negara berusaha untuk

meningkatkan mutu sumber daya manusianya agar mampu bersaing dalam mengisi

kesempatan kerja yang tersedia secara terbuka dan obyektif. Pengisian jabatan dalam

pekerjaan memerlukan kesiapan tenaga kerja untuk mampu memenuhi kekurangan

yang ada dalam diri tenaga kerja dengan jabatan yang akan diemban, sehingga terjadi

gap antara kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan jabatan yang akan

diemban.

Gap inilah yang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh tenaga

kerja yang akan masuk ke pasar kerja.

Boyolali adalah bagian dari wilayah negara yang berpenduduk dengan

tingkat pengangguran yang tinggi. Dengan kondisi yang sedemikian itu maka

kesempatan bekerja atau untuk menduduki suatu jabatan di berbagai bidang

diperlukan kompetisi yang sangat ketat antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan

lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja.

Jumlah pengangguran di Boyolali tahun 2010 sejumlah 27.755 orang atau

5.5 % dari jumlah penduduk kota Boyolali. Jumlah pengangguran pada tahun 2010

ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 di mana angka pengangguran

berjumlah 17.158 orang. Jumlah pengangguran di Boyolali diprediksi akan

mengalami kenaikan dari tahun ketahun hal disebabkan karena para tenaga kerja tidak

(17)

commit to user

rata-rata, dan para pencari kerja cenderung memilih-milih pekerjaan. Tenaga kerja

biasanya memilih perusahaan yang sudah bonafit atau terkenal.

(http://harianjoglosemar.com/berita/27755-warga-boyolali-nganggur53826.html)

Terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan jumlah penganggur dan

setengah penganggur semakin meningkat dari tahun ke tahun. Maka perlu langkah

terobosan untuk penyelesaian permasalahan tersebut. Untuk merumuskan kebijakan

ketenagakerjaan maka diperlukan pemikiran yang sistematis untuk memecahkan dan

mengeleminasi permasalahan tersebut. Masalah ketenagakerjaan di negara kita

merupakan permasalahan pembangunan yang bersifat komplek multi dimensional

dari dahulu hingga sekarang. Oleh sebab itu penanganan ketenagakerjaan harus

melibatkan beberapa pihak antara lain pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

Kondisi ketenagakerjaan di Boyolali masih diwarnai oleh beberapa hal antara lain :

1.

Pertumbuhan penduduk.

2.

Pentumbuhan angkatan kerja.

3.

Terbatasnya lapangan kerja (kesempatan kerja / berusaha).

4.

Pendidikan formal dan skill tenaga kerja rendah, indikasinya lebih kurang 71

persen angkatan kerja pendidikan belum tamat / tamat SD sederajat.

5.

Penghasilan pekerja masih dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK).

6.

Produktivitas tenaga kerja rendah.

7.

Perlindungan kepada pekerja belum berjalan sebagaimana mestinya indikasinya 57

(18)

commit to user

8.

Kesejahteraan pekerja rendah indikasinya, 57 % pekerja yang mendapatkan hak

normatif.

9.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) masih cukup rendah.

10.

Hubungan industrial belum seperti yang diharapkan.

(http://www.boyolalikab.go.id/?hlm=198)

Salah satu kelemahan angkatan kerja yang ada adalah masih rendahnya

tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau atau lebih dikenal dengan

rendahnya sumber daya manusia. Untuk itu perlu adanya persiapan yang matang

untuk dapat mengisi lowongan kerja atau berusaha mandiri sesuai dengan kebutuhan

pasar usaha (wiraswasta) di segala bidang baik di wilayah setempat maupun di luar

wilayah Kabupaten Boyolali.

Dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Boyolali

maka pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan

pendidikan dan pelatihan keterampilan yang dibiayai dari dana APBD maupun

APBN. Hal itu mengingat banyaknya angkatan kerja yang ada sebagian besar

termasuk golongan masyarakat miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk

meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan maupun pelatihan secara

mandiri.

Mengingat kebutuhan perusahaan akan Sumber Daya Manusia yang lebih

berkompeten dibidangnya dan ketatnya persaingan di antara para tenaga kerja maka

perlu dilakukan upaya untuk menciptakan tenaga kerja yang berkompeten yang siap

(19)

commit to user

tenaga kerja yang berkualitas, produktifitas dan berdaya saing tinggi, baik di pasar

kerja dalam negri maupun luar negri. Oleh karena itu, SDM dimaksud perlu

dipersiapkan baik oleh pemerintah melalui DEPDIKNAS, DEPNAKER, dan atau

Departemen Perdagangan maupun oleh swasta melalui KADIN serta oleh masyarakat

pengguna jasa.

Salah satu lembaga yang berperan melakukan pendidikan dan pelatihan

tersebut adalah Balai Latihan Kerja (BLK), di mana balai latihan latihan kerja ini

nantinya akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para tenaga kerja agar dapat

bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Pelatihan yang dilaksanakan pada

dasarnya dimaksudkan untuk membenahi kelemahan-kelamahan yang sering

menghambat dalam penyelesaian tugas. Upaya ini untuk meningkatkan mutu,

keahlian, dan keterampilan seseorang yang mengikuti kegiatan pelatihan. Di samping

itu juga akan mengembangkan metode kerja dan menciptakan pengembangan sumber

daya manusia ke arah yang lebih baik.

Kebutuhan perusahaan saat ini menuntut tersedianya tenaga ahli dan

terampil serta berkompeten dalam berbagai bidang dan tingkatan, karena

kecenderungan penggunaan teknologi yang semakin canggih sebagai masyarakat

industri maju dan penerapan persyaratan kerja yang mengacu pada pelatihan berbasis

kompetensi tidak dapat dihindari lagi. Oleh karena itu penguasaan teknologi bagi

setiap angkatan kerja sangat diperlukan.

Selain itu akibat langsung dari proses otonomi daerah yang sedang berjalan,

(20)

commit to user

membangun daerahnya masing-masing dengan mengerahkan sumber daya manusia di

daerahnya. Dengan demikian terjadi peluang pasar kerja di tingkat daerah maupun

pada tingkat nasional, karena kebutuhan tenaga kerja yang handal dan siap pakai

sudah merupakan kebutuhan pokok bagi suatu daerah untuk membangun daerah

tersebut agar lebih maju. Otonomi daerah ini juga berlaku di kabupaten Boyolali.

Adanya kebutuhan tenaga kerja yang handal tersebut perlu suatu konsep

perencanaan pembangunan sumber daya manusia yang baik dan berkesinambungan,

khususnya dibidang penyediaan tenaga kerja yang terampil, sehingga kebutuhan

pasar kerja tentang tenaga kerja yang terampil dapat terpenuhi.

Mengacu pada kebutuhan pasar kerja yang membutuhkan sumber daya

manusia yang handal, terampil dan profesional, Dinas Tenaga Kerja Tranmigrasi, dan

Sosial Kabupaten Boyolali melalui Unit Pelaksana Teknis Daerahnya (UPTD)

melakukan pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan sumber daya

manusia diberbagai bidang keterampilan yang diperlukan di daerah kabupaten

Boyolali.

Balai Latihan Kerja sebagai lembaga pelatihan kerja milik pemerintah yang

diharapkan sebagai pengerak dan percontohan dalam melatih keterampilan yang

sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Penyelenggaraan latihan kerja di BLK meliputi

bidang pelatihan kerja industri, pertanian, tata niaga dan aneka kejuruan dengan

mempergunakan bengkel kerja (automotif). Dari berbagai pelatihan yang diadakan

(21)

commit to user

mampu menciptakan peluang-peluang pasar kerja baru adalah pelatihan-pelatihan

yang diselenggarakan pada kejuruan automotif.

Di mana kejuruan automotif terbagi menjadi dua sub, yaitu sub kejuruan

mobil bensin dan sub kejuruan sepeda motor. Kejuruan automotif khususnya pada

sub kejuruan mobil bensin menyelenggarakan pelatihan montir mobil bensin dengan

tujuan memberi keterampilan montir mobil bensin kepada peserta pelatihan agar

dapat digunakan untuk modal bekerja di perusahaan perbengkelan maupun untuk

berwirausaha di bidang tersebut. Sedangkan kejuruan automotif pada sub kejuruan

sepeda motor menyelenggarakan pelatihan montir sepeda motor dengan tujuan

memberi keterampilan montir sepeda motor kepada peserta pelatihan agar dapat

digunakan untuk modal bekerja pada perusahaan perbengkelan maupun untuk

berwirausaha di bidang tersebut.

Tabel 1.1

Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Kabupaten Boyolali Tahun

2009-2011

Jenis pelatihan

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Mobil bensin

65

36

32

Sepeda motor

100

37

52

165

73

84

Sumber: Data akhir kegiatan pelatihan di BLK Kabupaten Boyolali berdasar APBD

(22)

commit to user

Dari tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah peserta pelatihan automotif cenderung

mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta pelatihan automotif

baik itu jenis sepeda motor maupun mobil bensin antara tahun 2009-2011. Jumlah

peserta jenis pelatihan mobil bensin menunjukkan penurunan yang signifikan pada

tahun 2009 jumlah peserta sebanyak 65 orang, jumlah ini menurun pada tahun 2010

menjadi 36 orang dan pada tahun 2011 hanya sebanyak 32 orang. Kondisi yang

hampir serupa ditunjukkan oleh jumlah peserta pelatihan jenis sepeda motor,

meskipun pada tahun 2010 jumlah peserta meningkat dari 37 peserta menjadi 52

peserta, namun jika dibandingkan dengan jumlah peserta pada tahun 2009 di mana

jumlah peserta berjumlah 100 orang hal ini menunjukkan penurunan yang drastis.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta automotif baik sepeda

motor maupun mobil bensin cenderung menurun secara signifikan dari tahun ke

tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa pelatihan keterampilan automotif belum

optimal di dalam pencapaian tujuan dilihat dari kuantitas peserta yang mengikuti

pelatihan. Menurunnya jumlah peserta pelatihan keterampilan automotif ini dapat

dijadikan indikasi bahwa pelatihan keterampilan automotif ini masih menemui

hambatan di dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian

dari pelaksanaan pelatihan keterampilan yang dilakukan oleh BLK (Balai Latihan

Kerja) Kabupaten Boyolali khususnya pelatihan keterampilan automotif. Yang

nantinya penelitian ini dapat dijadikan feedback dalam pelaksanaan keterampilan

(23)

commit to user

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan oleh

Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali ?

C.

Tujuan

1.

Tujuan Operasional

a.

Untuk mengetahui dan menilai sejauh mana hasil dari pelaksanaan pelatihan

keterampilan automotif yang dilakukan Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten

Boyolali.

2. Tujuan Fungsional

Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan

Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas

Maret.

D.

Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian diharapkan akan mengahasilkan manfaat yang

dapat dirasakan baik oleh penulis maupun orang lain. Adapun manfaat dari penelitian

ini, antara lain :

1.

Memberikan kontribusi dan memperkaya pengetahuan tentang pelaksanaan

pelatihan ketermpilan automotif oleh Balai Latihan Kerja (BLK).

(24)

commit to user

2.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi siapa saja yang

memerlukan, khususnya instansi atau lembaga pelatihan-pelatihan kerja.

(25)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Landasan Teori

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teori yang dapat

mendukung penelitian dan membantu merumuskan kerangka pemikiran. Untuk itu

dibawah ini akan diuraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1.

Implementasi

Pelaksanaan juga berarti implementasi, yang berasal dari bahasa Inggris

“implementation”. Menurut kamus Webster dirumuskan secara pendek bahwa

To implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for

carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give

practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).menurut

pandangan ini, maka implementasi dapat dipandang sebagai suatu proses

pelaksanaan ( Solichin Abdul Wahab, 2005; 56).

Sedangkan Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008; 146)

menjelaskan bahwa makna implementasi adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

(26)

commit to user

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari

proses kebijakan publik yang bersifat

crusial karena bagaimanapun baiknya

suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam

implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan diwujudkan. Demikian

pula sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan

implementasi kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan

kebijakan juga tidak akan bisa diwujudkan (Joko Widodo, 2008:85). Dengan

demikian untuk mencapai tujuan kebijakan yang baik harus memperhatikan

tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik,

tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan juga telah

diantisipasi untuk dapat diimplementasikan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Lester dan Stewart (dalam Solahuddin

Kusumanegara 2010;97) menjelaskan bahwa implementasi adalah sebuah

tahapan yang dilakukan setelah aturan hukum ditetapkan melalui proses politik.

James

Anderson (dalam

Solahuddin

Kusumanegara 2010;97)

menyatakan bahwa implementasi kebijakan /program merupakan bagian dari

administrative process (proses administrasi). Proses administrasi sebagaimana

diistilahkan oleh Anderson, digunakan untuk menunjukkan desain atau

pelaksana sistem administrasi yang terjadi pada setiap saat. Proses administrasi

mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi, dan dampak dari kebijakan.

Ripley dan Franklin (dalam Budi Winarno, 2008; 145) berpendapat

(27)

commit to user

yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu

jenis keluaran yang nyata (tangible output).

Menurut George Edward (dalam Budi Winarno, 2008; 174)

implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara

pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi

masyarakat yang dipengaruhinya.

Daniel A.Mazmanian dan Paul A. Sebatier menjelaskan makna

implementasi ini dengan mengatakan bahwa: memahami apa yang senyatanya

terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan

fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan

kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman

kebijaksanaan

negara,

yang

mencakup

baik

usaha-usaha

untuk

mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat/ dampak nyata

pada`masyarakat atau kejadian-kejadian (Solichin Abdul Wahab, 2005: 65).

Dalam proses implementasi juga perlu diperhatikan mengenai

batasan-batasaan implementasi. Van Meter dan Van Horn menguraikan batasan

implementasi kebijakan

(28)

commit to user

(implementasi kebijakan menekankan pada suatu tindakan, baik yang

dilakukan oleh pihak pemerintah maupun individu (atau kelompok)

swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan sebelumnya. Pada suatu

saat tindakan-tindakan ini, berusaha menstransformasikan

keputusan-keputusan menjadi pola-pola operasional serta melanutkan usaha-usaha

tersebut mencapai perubahan, baik besar maupun kecil yang

diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan tertentu) (dalam Joko

Widodo, 2008:86)

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan suatu

pengertian bahwa implementasi merupakan aksi/ tindakan untuk melaksanakan

suatu kebijakan yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk direalisasikan.

Dengan kata lain implementasi merupakan tindakan untuk merealisasikan

rencana yang telah ditetapkan.

Selain itu, dalam proses implementasi ini juga akan dijabarkan kedalam

tahap-tahap yang lebih operasional mengenai proses implementasi suatu

kebijakan publik yang mencakup tahap interpretasi (interpretation), tahap

pengorganisasian (to organized), dan tahap aplikasi (application). (Joko Widodo,

2007: 90)

1.

Tahap Interpretasi (interpretation)

Merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang masih bersifat

abstrak ke dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional.

2.

Tahap Pengorganisasian (to organized)

Mengarah pada proses kegiatan pengaturan dan penetapan dalam

implementasi kebijakan, yakni:

(29)

commit to user

b.

Standar prosedur operasional.

c.

Sumber daya keuangan.

d.

Penetapan manajemen pelaksanaan kebijakan.

e.

Penetapan jadwal kegiatan.

3.

Tahap Aplikasi (application)

Merupakan tahap penerapan rencana proses implementasi kebijakan ke

dalam realitas nyata. Dengan adanya penjabaran tersebut, maka akan semakin

mempermudah pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikan kebijakan

yang telah ditetapkan.

2.

Model-Model Implementasi :

Untuk melihat bagaimana implementasi pelatihan keterampilan dalam

rangka mencapai tujuan, di mana didalamnya diungkapkan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan, maka model-model

implementasi sangat diperlukan. Suatu program sebagai suatu bentuk kebijakan

diimplementasikan menurut beberapa model implementasi antara lain :

a.

Model George C. Edward III (Joko Widodo, 2008: 96-100)

Menurut George C. Edward III ada empat faktor atau variabel yang

berpengaruh

terhadap

keberhasilan

atau

kegagalan

implementasi

kebijaksanaan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi menurut

George C. Edward III sebagai berikut:

1.

Komunikasi

(30)

commit to user

kebijakan (policy implementors). Informasi kebijakan perlu disampaikan

kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui,

memahami apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan

kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan

dapat

dicapai

sesuai

dengan

yang

diharapkan.

Kebijakan

dikomunikasikan kepada kepada pelaksana kebijakan dan kelompok

sasaran kebijakan dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Melalui

proses komunikasi ini, para pelaku kebijakan dalam struktur birokrasi

menjadi jelas tentang apa yang menjadi substansi kebijakan, mencakup

apa yang menjadi tujuan, sasaran, dan arah kebijakan.

2.

Sumber Daya

Tanpa adanya sumber daya yang cukup, sejelas dan seakurat

ketentuan-ketentuan kebijakan tidak akan dapat diimplementasikan secara efektif.

Sumber daya ini meliputi sumber daya manusia, sumber daya keuangan,

dan sumber daya peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan

kebijakan.

3.

Disposisi atau Sikap

Disposisi merupakan kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku

kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh-sungguh

sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Intensitas

disposisi para pelaku (implementator) dapat mempengaruhi pelaksana

(performance) kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi

ini, bisa menyebabkan gagalnya implementasi kebijakan.

4.

Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)

Struktur birokrasi mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi,

pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada

dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan

organisasi luar dan sebagainya. Struktur birokrasi yang fragmentasi dan

memiliki standar operasi yang tidak harmonis akan menjadi distorsi

dalam pelaksanaan kebijakan.

Hubungan antar keempat faktor tersebut dikuatkan dalam jurnal,

“Problems of Policy Implementation in Developing Nations: The Nigerian

Exsperince” (Taiwo Makinde, 2005:65):

(31)

commit to user

kebijakan adalah sebuah proses dinamis yang melibatkan interaksi antara

variabel).

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan

Menurut George E.Edward III

Sumber: Joko Widodo, 2008: 107

b.

Implementasi Kebijakan Publik Model Marilee S. Grindle (Leo

Agustino, 2008; 154-156)

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari

proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan

yang ingin diraih.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik ditentukan atas

content of policy (isi kebijakan) dan context of policy (konteks kebijakan).

Communication

Resources

Disposition

Bureaucratic Structure

(32)

commit to user

Content of policy (isi kebijakan) meliputi:

1.

Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi

implementasi

kebijakan.

Implementasi

kebijakan

melibatkan

kepentingan-kepentingan yang membawa pengaruh terhadap proses

implementasi.

2.

Tipe manfaat

Berkaitan dengan manfaat yang menunjukkan dampak positif

yang dihasilkan dari implementasi kebijakan.

3.

Derajat perubahan yang ingin dicapai

Seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui

suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

4.

Letak pengambilan keputusan

Pengambil keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan

penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka harus jelaas dimana

letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan

diimplementasikan.

5.

Pelaksanaan program

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung

dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demo

keberhasilan suatu kebijakan.

6.

Sumber-sumber daya yang digunakan

Pelaksanaan suatu kebijakan harus didukung oleh sumber daya

yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik

sedangkan context of policy (konteks implementasi) meliputi:

1.

Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat

Implementasi kebijakan harus memperhitungkan hal ini guna

memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan.

2.

Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

Berkaitan dengan karakteristik lembaga yang akan turut

mempengaruhi suatu kebijakan.

3.

Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam

menanggapi suatu kebijakan.

Implementasi, yaitu menuntut adanya kepatuhan dari pelaksana

(33)

commit to user

yang dilakukan oleh para pelaku baik birokrasi maupun pelaku lain sesuai

dengan standar maupun prosedur yang telah ditetapkan.

Hal ini seperti yang terdapat dalam Journal, “Making Implementation

More Democratis Throught Action Implementation Research”

(Pamela A.

Mischen, Thomas A. P. Sinclair, 2007:4) menyebutkan bahwa :

(34)

commit to user

Standart dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga

dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan.

2)

Sumber daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber

daya manusia ( human resources) maupun sumber daya non manusia (non

human resources).

3)

Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu

dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan

koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4)

Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup

struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi

dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi

suatu program.

5)

Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang

dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauhmana

kelompok-kelompok

kepentingan

memberikan

dukungan

bagi

implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung

atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan, dan

apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6)

Disposisi implementor

(35)

commit to user

Gambar 2.2

Model Implementasi

Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn

]

Sumber: Subarsono,2005:100

Dari berbagai teori yang dikemukakan diatas penulis menekankan atau

mengadopsi teori dari George C. Edward III kecenderungan terhadap model

ini dikarenakan dalam model ini aspek yang diungkapkan banyak berkaitan

dengan implementasi program keterampilan automotif

3.

Pelatihan Keterampilan Automotif

Pelatihan keterampilan automotif menurut rencana pelaksanaan kegiatan

(renlangiat) UPTD BLK diartikan sebagai pelatihan untuk menyiapkan tenaga

kerja yang lebih terampil dan masuk dunia kerja untuk meningkatkan kualitas

(36)

commit to user

kepada tenaga kerja atau masyarakat untuk dapat bekerja secara formal dan atau

berwirausaha.

a)

Dasar Dasar pelatihan

Untuk menyelenggarakan pelatihan baik itu sepeda motor maupun mobil

bensin pada tahun 2011 berdasarkan pada:

1.

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor : 1 Tahun 2011, tanggal 10

Januari 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten

Boyolali Tahun Anggaran 2011.

2.

Peraturan Bupati Boyolali : 1 Tahun 2011, tanggal 11 Januari 2011

tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Boyolali Tahun Anggaran 2011.

3.

Keputusan Bupati Boyolali Nomor : 900 / 402 Tahun 2010, Tanggal :28

Agustus 2010. Tentang Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2011.

4.

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA

SKPD) Nomor : 1.14.01.15 06 5 2, tanggal 11 Januari 2011, tentang

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan

Sosial Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2011.

5.

Rencana Laporan dan Kegiatan (RENLANGIAT) pelatihan kejuruan

automotif sub kejuruan mobil bensin.

6.

Rencana Laporan dan Kegiatan (RENLANGIAT) pelatihan kejuruan

(37)

commit to user

b)

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan diselenggarakan pelatihan automotif ini adalah

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Boyolali

khususnya pada bidang automotif yaitu mobil bensin dan sepeda motor,

sehingga permintaan pasar kerja pada bidang perbengkelan dapat dipenuhi

oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali.

Penyelenggaraan pelatihan automotif ini juga bertujuan untuk

menyediakan tenaga kerja terampil dan professional bagi daerah lain

maupun untuk penyelenggaraan magang di Negara Asia, sehingga kan

diperoleh aliran devisa yang cukup besar ke Kabupaten Boyolali, paling

tidak penyelenggaraan pelatihan automotif mempunyai dampak positif

terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan Kabupaten Boyolali, dan

mampu memotivasi masyarakat agar terjadi perubahan sikap hidup yang

lebih produktif.

c)

Sasaran Kegiatan

Terdapat dua sasaran kegiatan pelatihan automotif baik itu mobil

bensin maupun sepeda motor, yaitu : sasaran kualitatif dan sasaran

kuantitatif, adapun uraian kedua sasaran tersebut adalah :

1.

Sasaran Kualitatif

Adapun sasaran kualitatif kegiatan pelatihan automotif baik itu

(38)

commit to user

adalah dalam penggunaan alat ukur. Lebih jelasnya berikut sasaran

kualitatif pelatihan automotif yaitu:

a.

Dapat menggunakan alat perkakas bengkel mobil bensin/sepeda motor

dengan baik dan benar.

b.

Pada sub kejuruan mobil bensin diharapkan peserta dapat

menggunakan alat ukur bengkel mobil bensin yang meliputi

vernier

caliper, micrometer, dan alat ukur listrik dengan baik dan benar,

sedangkan pada sub kejuruan sepeda motor diharapkan peserta dapat

menggunakan alat ukur bengkel sepeda motor yang meliputi

sciutmaat, micrometer, dan alat ukur listrik dengan baik dan benar.

c.

Dapat

melakukan

pemeliharaan

harian/berkala

pada

mobil

bensin/sepeda motor.

d.

Dapat membongkar, memasang, mengganti dan memperbaiki

bagian-bagian mobil bensin/sepeda motor dengan baik dan benar.

e.

Dapat melakukan penyetelan bagian-bagian mobil bensin/sepeda

motor dengan baik dan benar.

f.

Dapat mengemudi mobil bensin/sepeda motor.

2.

Sasaran Kuantitatif

Sasaran kuantitatif dari pelatihan keterampilan automotif ini

antara sasaran kuantitatif mobil bensin dan sasaran kuantitatif sepeda

(39)

commit to user

Sasaran kuantitatif pelatihan automotif mobil bensin meliputi :

a.

Pelatihan teori kejuruan

: 72 jam pelatihan

b.

Pelatihan praktek kejuruan

:168 jam pelatihan

c.

Evaluasi praktek

: jam pelatihan

d.

Evaluasi teori

: jam pelatihan

e.

OJT

: jam pelatihan

Jumlah

:240 jam pelatihan

Sasaran kuantitatif pelatihan automotif sepeda motor meliputi :

a.

Pelatihan teori kejuruan

: 57 jam pelatihan

b.

Pelatihan praktek kejuruan

:183 jam pelatihan

c.

Evaluasi praktek

: jam pelatihan

d.

Evaluasi teori

: jam pelatihan

e.

OJT

: jam pelatihan

Jumlah

:240 jam pelatihan

3.

Sasaran peserta pelatihan

a.

Para pencari kerja.

b.

Tenaga kerja korban PHK.

c.

Para pengusaha kecil/ pengrajin.

(40)

commit to user

d)

Syarat Peserta

1.

Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk ) sebanyak satu lembar.

2.

Fotocopy ijazah terakhir sebanyak satu lembar.

3.

Fotocopy kartu kuning (AK 1) sebanyak satu lembar (kalau ada).

4.

Pas foto 3x4 hitam putih 3 lembar.

e)

Jenis Pelatihan

Jenis-jenis pelatihan di BLK Boyolali adalah sebagai berikut :

1.

Pelatihan Institusional

Adalah pelatihan yang diselenggarakan di dalam UPTD Balai

Latihan Kerja. Kegiatan ini dilaksanakan / diselenggarakan dengan

sumber dana dari pemerintah (APBN atau APBD). Dalam hal ini jenis

maupun jumlah pelatihan keterampilan yang dilaksanakan pada setiap

tahun anggaran tidak tentu sama baik jenis kejuruan maupun volume

kegiatannya, tergantung dari sumber dana yang dialokasikan oleh

pemerintah. Untuk Program pelatihan ini semua peserta tidak dipungut

biaya.

2.

Pelatihan Non Institusional

Adalah pelatihan keliling/

Mobile Tranning Unit (MTU) yang

dilaksanakan di luar lokasi UPTD BLK / di pedesaan (di mana peserta

berada).

Sama

halnya

dengan

pelatihan

institusional,

untuk

(41)

commit to user

tidak dipungut biaya dan waktu pelatihan lebih pendek dari pelatihan

institusional.

3.

Pelatihan Swadana

Pelatihan yang dilaksanakan di BLK dengan tujuan untuk melatih

pekerja dalam berbagai kejuruan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha

dengan biaya ditanggung peserta sendiri. Adapun pelatihan swadana

terdapat dua macam yaitu :

a.

Pelatihan Swadana Murni

Adalah pelatihan institusional maupun non institusional yang segala

pembiayaan ditanggung oleh peserta pelatihan atau pihak lain diluar

Negara. Dalam hal ini peserta dipungut biaya sesuai dengan jenis

kejuruan dan lamanya kegiatan pelatihan. Pelaksanaannya diatur

dengan Perjanjian Kerjasama antara UPTD BLK/ Disnakertrans

dengan pihak pengguna. Lamanya pelatihan tergantung permintaan.

b.

Pelatihan Swadana Sistem Ganda (PSG)

Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama antaraa Disnakertrans/

UPTD BLK Kabupaten Boyolali dengan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK, MAN,dll) untuk Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Lamanya

(42)

commit to user

f)

Jenis Kejuruan dan Lamanya Pelatihan

Tabel 2.1 Jenis Kejuruan dan Lamanya Pelatihan

No Kejuruan/ Sub. Kejuruan

Lama Pelatihan

(43)

commit to user

g)

Sarana dan Prasarana

Tanah dan bangunan UPTD Balai Latihan Kerja Boyolali luas tanah 2 Ha

dibangun bermacam-macam bangunan meliputi :

1.

Kantor administrasi

2.

Bengkel kerja : Handyccraf, Bangunan, Automotive, Tata niaga,

Listrik/Elektronika, Tek. Mekanik/Las, Pertanian.

3.

Ruangan perpustakaan.

4.

Sarana olah raga, Lapangan Volley Ball, Bulu Tangkis, Tennis Meja,

Tennis Lapangan.

5.

Gudang/ Garade.

6.

Garade armada MTU/ Gudang MTU, mobil, modul dan mobil Box MTU

7.

Gedung serba guna, ruang pertemuan/ ruang teori.

8.

Pos penjagaan.

9.

Gedung pemeliharaan.

10.

Mushola.

11.

Perumahan Dinas Instruktur / karyawan.

12.

Rumah diesel pembangkit tenaga.

13.

Kantin/ warung koperasi.

4.

Implementasi Pelatihan Keterampilan Automotif

Implementasi pelatihan keterampilan automotif adalah dalam rangka

penurunan jumlah pengangguran dan meningkatkan pengetahuan dan

(44)

commit to user

atau berusaha mandiri (wiraswasta). Adapun sasaran dari pelatihan

keterampilan automotif adalah ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas,

produktivitas dan berdaya saing tinggi baik dipasar kerja dalam maupun luar

negeri.

Maksud dan tujuan diselenggarakan pelatihan automotif ini adalah

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Boyolali

khususnya pada bidang automotif, yaitu mobil bensin dan sepeda motor,

sehingga permintaan pasar kerja pada bidang perbengkelan dapat dipenuhi

oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali.

Adapun aktivitas pelatihan keterampilan automotif meliputi tahap

persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Untuk melihat bagaimana

proses implementasi pelatihan keterampilan automotif digunakan beberapa

model implementasi. Dalam penelitian Implementasi pelatihan keterampilan

automotif di UPTD BLK Kabupaten Boyolali menggunakan perpaduan dari

berbagai pendapat tentang model-model implementasi, namun dalam

penelitian ini lebih cenderung pada model implementasi menurut Edward III.

Dalam penelitian ini, komponen-komponen yang ditetapkan sebagai faktor

yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu pelaksanaan pelatihan

adalah sebagai berikut :

a.

Komunikasi (diadopsi dari Edward III)

Agar implementasi berjalan efektif, maka pihak-pihak yang

(45)

commit to user

mengetahui apa yang harus mereka lakukan agar terwujudkan keberhasilan

program. Dengan demikian perlu adanya komunikasi yang baik antara para

pelaksana dan para peserta.

b.

Sumber daya (diadopsi dari Gridle, Edward III dan van meter dan van

horn)

Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam

pelaksanaan pelatihan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber

daya tersebut dapat berupa dana/ biaya, sarana dan prasarana maupun

sumber daya manusianya.

Dalam implementasi pelatihan di BLK Boyolali dibutuhkan sumber

daya manusia, tidak hanya dilihat dari jumlahnya tetapi juga kemampuan

untuk menjalankan tugas. Sumber daya keuangan, sarana dan prasarana

yang diperlukan dalam pelaksanaan pelatihan.

c.

Disposisi atau karakteristik implementator (diadopsi dari Gridle, van meter

dan van horn , dan Edward III)

Karakter atau sikap pelaksana adalah faktor yang tidak kalah

penting untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pelatihan di Balai

Latihan Kerja (BLK) Boyolali. Jika pelaksanaan ingin berjalan efektif, para

pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan

dan memiliki kemampuan untuk melakukannya, tetapi juga harus

berkeinginan untuk menjalankan sehingga apa yang menjadi tujuan

(46)

commit to user

d.

Struktur birokrasi (diadopsi dari Edward III)

Struktur birokrasi

mencakup aspek-aspek

seperti

struktur

organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi

yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi

dengan organisasi luar dan sebagainya. Struktur birokrasi yang fragmentasi

dan memiliki standar operasi yang tidak harmonis akan menjadi distorsi

dalam pelaksanaan kebijakan.

B.

Penelitian Relevan

1.

Erningwati. 2006. Dalam penelitian yang berjudul, “Pelatihan Tenaga kerja

dalam rangka penempatan tenaga kerja oleh Disnakertrans kabupaten Klaten”.

Perbedaan dengan penelitian yang peneliti buat dalam skripsi

sebelumnya ialah lokasi. Pada penelitian terdahulu berlokasi di Klaten,

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan di Boyolali.

Lembaga pelaksana pelatihan di dalam skripsi yang disusun oleh Erningwati

lembaga yang melaksanakan pelatihan ialah Disnakertrans karena di Klaten

belum mempunyai BLK, BLK merupakan balai khusus untuk pelatihan,

namun karena belum mempunyai BLK di Klaten maka pelatihan tenaga kerja

menjadi tanggungjawab Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi, sedangkan

dalam penelitian yang peneliti susun lembaga yang menjalankan pelatihan

ialah Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja (UPTD) yang

(47)

commit to user

Persamaan dengan penelitian yang sebelumnya ialah sama-sama

membahas mengenai pelatihan tenaga kerja. Persamaan selanjutnya ialah pada

jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data

berupa observasi, dokumentasi dan wawancara.

2.

Wiwik Ratna Handayani. 2004. Dalam penelitian yang berjudul, “Peranan

Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali dalam meningingkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan kerja ( Studi kasus

BLK boyolali tahun 2003)”.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang disusun oleh Wiwik

Ratna Handayani ialah pada penelitian sebelumnya meneliti peran BLK dalam

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui berbagai pelatihan

yang ada di BLK, sedangkan pada penelitian yang peneliti susun meneliti

mengenai pelaksanaan pelatihan keterampilan pada salah satu pelatihan saja

yaitu pelatihan automotif untuk membekali para tenaga kerja dengan

keterampilan sehingga dapat diterima dalam dunia kerja mauoun dapat

membuka usaha sendiri (berwirausaha).

Persamaan dengan penelitian yang sebelumnya ialah penelitian

dilaksanakan pada tempat yang sama yaitu di BLK Boyolali. Persamaan

selanjutnya ialah pada jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik

(48)

commit to user

C.

Kerangka Pikir

Berdasarkan teori-teori yang disampaikan oleh penulis, maka diperlukan

adanya suatu kerangka pemikiran yang jelas. Tujuannya adalah untuk

memudahkan pembaca dan penguji dalam memahami penelitian mengenai “

Implementasi Pelatihan Keterampilan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai

Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan

Keterampilan Automotif). Selain itu kerangka pemikiran merupakan landasan

berfikir bagi penulis, yang digunakan sebagai pemandu dan petunjuk arah yang

hendak dituju.

Adapun kerangka pemikirannya sebagai berikut :

Gambar 2.3

Kerangka Pikir

Dari gambar diatas dapat dipahami bahwa peneliti berusaha mengungkapkan

bagaimana implementasi pelatihan keterampilan automotif di UPTD BLK Boyolali.

Pelatihan Keterampilan

di BLK

Implementasi Pelatihan

Keterampilan Automotif

(49)

commit to user

serta bagaimana akhir dari kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah

ditargetkan dalam pelatihan keterampilan yaitu penempatan tenaga kerja maupun

(50)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilaksanakan dan

tempat diperolehnya sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang diamati.

Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi di dalam usaha untuk

menyatakan kebenaran data. Penelitian ini mengambil lokasi di Balai Latihan

Kerja (BLK) Boyolali. Adapun alasan untuk memilih lokasi tersebut adalah :

1.

Karena penulis mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian di Balai Latihan

Kerja (BLK) Boyolali

2.

Adanya ketersediaan data di Balai Latihan Kerja (BLK) Boyolali yang

diperlukan dalam penelitian ini.

B.

Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Sebagai suatu penelitian deskriptif, penelitian ini studi kasusnya

mengarah pada pendiskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret

kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan

studinya (H.B Sutopo, 2002:111)

C.

Sumber Data

Sumber data merupakan suatu sumber dimana data dapat diperoleh.

(51)

commit to user

ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan

ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Sumber data

penelitian dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen dan arsip

serta berbagai benda lain (H B. Sutopo, 2002: 49). Sedangkan menurut Lofland

dan Lofland (1984) menyatakan bahwa, “sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain” (Moleong, 2010:157). Dala penelitian ini untuk mencari data yang

dibutuhkan peneliti menggunakan berbagai sumber data yaitu sebagai berikut :

a.

Informan

Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik

tentang masalah yang diteliti, sehingga informan dapat memberikan data yang

diperlukan dalam penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Sutopo, dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia

(narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki

informasinya (H B. Sutopo, 2002: 50). Bertindak sebagai informan adalah

orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang akan dikaji peneliti.

Dalam penelitian ini, informan meliputi :

1)

Kepala UPTD BLK Boyolali.

2)

Instruktur pelatihan Automotif.

(52)

commit to user

b.

Dokumen

Dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film (Moleong, 2010:

216). Dokumen digunakan sebagai sumber data yaitu dokumen yang

berhubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yaitu dokumen

mengenai implementasi pelatihan keterampilan automotif Dokumen ini

diperoleh dari buku, artikel, internet, hasil penelitian yang relevan serta

dokumen lain yang menunjang penelitian.

D.

Teknik Penarikan Sampel

Karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif maka penarikan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling. Dengan

kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui

informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi

sumber data yang mantap (H B. Sutopo, 2002: 56). Di dalam penelitian ini

peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tepat, yaitu mereka yang

mengetahui dan mengerti mengenai pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK

khususnya pelatihan Automotif. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta

pelatihan dan instruktur.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a.

Indepth Interview (wawancara mendalam)

Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan

(53)

commit to user

dalam bentuk wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan

dengan memberikan pertanyaan yang bersifat

open-ended

(mengajukan

pertanyaan langsung kepada informan) (H.B S utopo, 2002: 58-59).

b.

Observasi

Observasi dilakukan untuk mengali data dari sumber data yang

berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar.

Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (H.B S

utopo, 2002: 64).

c.

Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan

cara mencatat data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian yang

diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penelitian. Dokumentasi

ini diperoleh dari dokumentasi-dokumentasi, literatur ataupun laporan dan

data-data lain yang menunjang.

F.

Validitas Data

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan

penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu

setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk

mengembangkan validitas data yang diperolehnya. (H.B Sutopo, 2002:77).

Dalam penelitian ini menggunakan validitas data dengan teknik triangulasi data.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam

Gambar

Gambar 2.1     Model Implementasi Kebijakan Menurut George E. Edward III
Table 4.4  Data Penempatan Peserta Pelatihan Sepeda Motor……………………...  80
Tabel 1.1 Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Kabupaten Boyolali Tahun
Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Freeman, D.L 1986 .Techniques and principles in language Teaching,Oxford, Oxford University Press... Communicative Language Teaching: An Introduction and sample

Keberhasilan industri skala kecil dan menengah seringkali lebih ditentukan oleh karakteristik produk atau jasa yang dihasilkanya.Seorang Wirausaha tidak asal dalam

dan CF pakar yang terdapat pada database, apabila nilai CF belum melampaui nilai CF maksimal maka sistem akan menampilkan output penanganan sesuai gejala, namun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh citra merek yang terdiri dari atribut, manfaat, nilai, dan kepribadian produk Sophie Martin

Wilayah terdampaknya adalah Kecamatan Wonomerto (Desa Wonorejo dan Sumberkare); Kecamatan Tongas (Desa Curah Tulis, Sumberejo, Wringianom, Pamatan, Klampok, Sumber

Agustus 2017 pukul 22.00-24.00 WIB mengenai bentuk pelanggaran yang dilakukan anak kost di lingkungan RT 03 di katakan masih sering dilanggar terutama masalah

Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel Nilai normal : akan dibahas dalam bagian tentang hipertrofi. Bentuk normal : akan dibahas dalam bagian