• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Teori Keadilan Bermartabat tentang Pidana Kebiri Kimia terhadap Pelaku Kekerasan Seksual kepada Anak-Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Teori Keadilan Bermartabat tentang Pidana Kebiri Kimia terhadap Pelaku Kekerasan Seksual kepada Anak-Anak"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia atau yang selanjutnya

disebut KPAI mencatat, pada tahun 2011 terdapat 216 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang dilaporkan. Pada tahun 2014 terdapat 2.726 kasus kekerasan

terhadap anak, 56% di antaranya berupa pelecehan seksual. Pada 2016, KPAI menerima 3.581 kasus pengaduan masyarakat.1 Data di atas membuktikan bahwa di Indonesia kasus kekerasan seksual setiap tahun mengalami peningkatan.

Korban kekerasan seksual bukan hanya dari kalangan dewasa saja, bahkan sudah merambah ke remaja, anak-anak dan bahkan balita. Fenomena kekerasan seksual

terhadap anak juga menjadi global hampir di berbagai negara. Kasus kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan tersebut tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah kasus yang terjadi, bahkan juga dari

kualitas. Tragis, bahwa pelakunya adalah kebanyakan dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar anak itu berada, antara lain di dalam rumahnya sendiri,

sekolah, lembaga pendidikan, dan lingkungan sosial anak.2

Hukum dapat berfungsi efektif apabila ada keserasian antara hukum dengan kultur masyarakatnya. Kultur masyarakat akan menjadi kultur hukum

1

Perangi Kejahatan Seksual Hingga Tuntas,” Kompas, 21 Maret, 2017, h. 12. 2

(2)

2

yang bercermin pada aturan hukum.3 Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum memberikan perlindungan hukum kepada seluru warga

negaranya dengan meletakkan kepastian hukum sebagai asas dalam penegakan hukum.4 Untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut, Pemerintah baru saja mengesahkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau yang selanjutnya disebut Perppu No. 1 Tahun 2016. Perppu tersebut dimaksudkan untuk memperkuat pengaturan tentang perlindungan anak yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan cara menambahkan

sanksi pidana kebiri kimia terhadap Pasal 81 ayat (7) UU No. 23 Tahun 2002. Sebelum diterbitkannya Perppu dimaksud, banyak terjadi diskusi yang hangat di dalam masyarakat mengenai ancaman pidana yang direncanakan dikenakan

terhadap pelaku tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak.

Ikatan Dokter Indonesia atau yang selanjutnya disebut IDI misalnya, yang

harus menjalankan dan menaati rumusan ketentuan di dalam Perppu No. 1 Tahun 2016 di sisi lain nampaknya berkeberatan dengan Perppu itu. Pemerintah ingin agar para dokter melaksanakan perintah Perppu tersebut. Disisi yang lain para

dokter terikat pada Kode Etik Kedokteran Indonesia atau yang selanjutnya disebut KODEKI, sehingga nampaknya berkeberatan untuk melaksanakan isi Perppu No.

1 Tahun 2016.

Penelitian ini hendak menjelaskan dari sisi teori keadilan bermartabat bagaimana cara yang harus dilakukan para dokter menurut hukum, yaitu suka atau

3

FX. Aji Samekto, Justice Not For All, Kritik terhadap Hukum Modern Dalam Perspektif Hukum Kritis, Genta Press, Jogjakarta, 2008, h. 35.

4

(3)

3

tidak suka wajib melaksanakan perintah Perppu. Sifat teori Keadilan Bermartabat ingin membangun pemikiran bahwa sanksi pidana kebiri kimia adalah suatu cara

pengobatan bukan siksaan maupun hukuman, untuk mengatasi masalah kekerasan seksual terhadap anak-anak.

Perlu dikemukakan bahwa pengertian anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang selanjutnya disebut KBBI adalah keturunan dari seorang pria dan seorang wanita yang melahirkan keturunannya. Keturunan tersebut secara

biologis diawali dengan peristiwa fertilisasi, yaitu peleburan antara sel sperma dengan sel ovum yang telah matang dan menghasilkan zigot. Zigot akan

menempel/implantasi pada dinding uterus dan tumbuh berkembang menjadi embrio dan janin. Keadaan demikian disebut dengan masa kehamilan/gestasi/nidasi. Janin akan keluar dari uterus setelah berusia 40

minggu/288 hari/9 bulan 10 hari. Peristiwa ini disebut dengan kelahiran.5

Selain definisi dari KBBI terdapat pula pengertian anak menurut peraturan

perundang-undangan. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan.6 Terdapat pula definisi bahwa anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah berumur 8 tahun,

tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.7 UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan anak sebagai yang belum

mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.

5

Sumiati, Sistem Reproduksi Manusia, Jurnal Biologi, Vol. 2, Nomor 2, Th. 2013, h. 6. 6

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606).

7

(4)

4

Meyer menyatakan secara umum ada tiga aspek penting dalam mendefinisikan pelecehan seksual yaitu aspek perilaku (apakah hal itu merupakan

proposisi seksual), aspek situasional (apakah ada perbedaan di mana atau kapan perilaku tersebut muncul) dan aspek legalitas (dalam keadaan bagaimana perilaku

tersebut dinyatakan ilegal).8

Pengertian kekerasan seksual pada anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala bentuk aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batasan

umur tertentu yang ditetapkan oleh hukum negara yang bersangkutan dimana orang dewasa atau anak lain yang usianya lebih tua atau orang yang dianggap

memiliki pengetahuan lebih dari anak memanfaatkannya untuk kesenangan seksual atau aktivitas seksual.9 Kekerasan seksual terhadap anak meliputi tindakan menyentuh atau mencium organ seksual anak, tindakan seksual atau pemerkosaan

terhadap anak, memperlihatkan media/benda porno, menunjukkan alat kelamin pada anak dan sebagainya.10

Menurut Ricard J. Gelles kekerasan seksual terhadap anak merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan seorang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak

dipergunakan sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku.11 Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan bahkan tekanan.

Kegiatan-kegiatan kekerasan seksual terhadap anak tersebut tidak harus

8

Sri Kurnianingsih, Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan di Tempat Kerja, Buletin Psikologi, 2 Desember 2003, h. 116.

9

Sri Maslihah, Play Therapy dalam Identifikasi Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 04 , No. 01 , Tahun 2013, h. 22.

10Ibid. 11

(5)

5

melibatkan kontak badan antara pelaku dengan anak sebagai korban. Bentuk-bentuk kekerasan seksual dapat dalam tindakan perkosaan ataupun pencabulan.

Pengertian keadilan menurut Ulpianus adalah kemauan yang bersifat tetap dan terus menerus untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya,

untuknya. Dikemukakan pula suatu ungkapan klasik dalam bahasa Latin, atau Latin Maxim untuk yang itu, yaitu iustitia est contans et perpetua volunas ius

suum cuique tribendi.12

Sementara itu, menurut Herbert Spencer, keadilan merupakan kebebasan setiap orang untuk menentukan apa yang akan dilakukannya, asal tidak melanggar

kebebasan yang sama dari orang lain. Menurut Justinian, keadilan adalah kebajikan yang memberikan hasil, bahwa setiap orang mendapat apa yang merupakan bagiannya.13

Rumusan pengertian tentang keadilan juga dikemukakan Hans Kelsen. Dalam Pure Theory of Law and State, keadilan oleh Kelsen dimaknai sebagai

legalitas. Dimaksudkan dnegan pemaknaan keadilan sebagai legalitas jika suatu aturan-aturan tersebut harus dipublikasikan. Norma hukum itu bagian dai tata hukum positif. Menurut Kelsen, juga sudah umum dipahami, keadilan dalam arti

legalitas adalah suatu adil atau tidak adil itu sama dengan legal atau tidak legal. Artinya, suatu tindakan itu adil apabila sesuai dengan norma hukum yang berlaku

dan memiliki validitas untuk menilai tindakan tersebut. Nampaknya, menurut

12

O. Notohamidjojo, Demi Keadilan dan Kemanusiaan, Beberapa Bab dari Filsafat Hukum, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1973, h. 35

13

(6)

6

Kelsen, hanya dalam makna legalitas inilah keadilan dapat masuk ke dalam ilmu hukum.14

thoughtful political opinions core of the democratic tradition”. (Artinya,

saya akan membahas konsep keadilan yang dikemukakan dalam buku saya yang berjudul Suatu Teori tentang Keadilan ini, suatu konsep yang saya

sebut dengan keadilan sebagai sesuatu yang pantas, atau layak serta patut”,

gagasan utama dan sasaran-sasaran yang hendak dicakup oleh konsep keadilan sebagai sesuatu yang pantas, atau layak serta patut itu saya pandang sebagai cuilan dari begitu banyak konsepsi mengenai demokrasi berdasarkan konstitusi. Saya berharap bahwa keadilan menjadi dipahami dan masuk akal secara bermanfaat, sekalipun usaha memahami keadiilan itu toh tidak terlalu meyakinkan di tengah keberagaman pandangan-pandangan poitik, namun sekranya menunjukkan inti terdalam dari tradisi berdemokrasi yang selama ini sudh menjadi pemahaman bersama).15

Pandangan keadilan John Rawls dengan demikian berdimensi ideologis. Sementara teori keadilan bermartabat itu, bermartabat, karena tidak mencari akar

pada pemikiran Barat, tetapi digali dari dalam bumi Indonesia, yaitu dari dalam Pancasila, sebagai suber dari segala sumber hukum. Hukum di bangun dari filsafat yang mana dalam filsafat tersebut terdapat nilai-nilai luhur suatu bangsa yang

diyakini kebenarannya. Sehingga keadilan dalam hukum tersebut juga didasari oleh falsafah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan konsep keadilan di Indonesia

14

Jimly Asshidiqe dan M. Ali Safaat, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Cetakan Kedua, Konstitusi Pers, Jakarta, 2012, H. 21.

15

(7)

7

dilandasi oleh dua sila Pancasila yaitu sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab serta sila kelima, yaitu keadilan sosial.16

Pada UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 2 menyebutkan bahwa Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi

hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan diri manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan,

kesejahteraan, dan kecerdasan serta keadilan.

Teori keadilan bermartabat dapat diketahui melalui definisi sebagai suatu

ilmu, dalam hal ini ilmu hukum. Teori keadilan bermartabat sebagai ilmu hukum memiliki suatu skopa atau cakupan yang antara lain; dapat diihat dari susunan atau lapisan ilmu hukum yang meliputi filsafat hukum (philosophy of law) di

tempat pertama. Pada lapisan kedua, terdapat teori hukum (legal theory). Dogmatik hukum atau ilmu hukum positif berada di tempat yang ketiga. Hukum

dan praktik hukum berada pada susunan atau lapisan ilmu hukum yang keempat.17 Teori kedilan bermartabat adalah suatu kegiatan berpikir filsafati yang salah satunya dilakukan oleh hakim ketika hakim memberikan pertimbangan

hukum bagi putusannya. Hakim dalam memberikan pertimbangan bagi putusannya harus mendekati hukum secara filosofis yaitu dengan berpikir secara

16

Teguh Prasetyo, Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum, Cetakan Pertama, Nusa Media, Bandung, 2015, h. 106.

(8)

8

radikal. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai ke hakikat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan.18

Sebagai suatu filsafat, teori keadilan bermartabat menggambarkan tujuan hukum yang ada di dalam setiap sistem hukum terutama tujuan hukum dalam

sistem hukum berdasarkan Pancasila. Penekanannya dilakukan terhadap asas kemanusiaan yang adil dan beradab, yang mendasari konsepsi memanusiakan manusia. Teori keadilan bermartabat juga menjelaskan tujuan hukum dalam

pengertian keadilan, kepastian, dan kemanfaatan yang ada di dalam setiap asas dan kaidah hukum yang saling berkaitan satu sama lain dalam sistem tersebut.

Keadilan bermartabat berpendirian bahwa kemanfaatan dan kepastian hukum adalah merupakan suatu kesatuan yang berhimpun di dalam keadilan.19

Secara formal konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila adalah

sebagai dasar negara (filsafat negara) Republik Indonesia yang menjadi dasar teori keadilan bermartabat. Filsafat Pancasila adalah hasil perenungan nilai-nilai

Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Filsafat keadilan bermartabat memandang bahwa sistem hukum nasional Indonesia juga merupakan hasil dari kegiatan berpikir filsafat yang dicirikan dengan sistematik. Sistem

hukum positif Indonesia adalah suatu sistem yang dibangun dengan cara menemukan, mengembangkan, mengadaptasi bahkan melakukan kompromi dari

berbagai sistem hukum berdasarkan Pancasila adalah sistem-sistem hukum dari

18

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum, Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, h. 1-2.

19

(9)

9

negara-negara beradab. Namun, dari sistem hukum Indonesia bersumber dari jiwa rakyat dan jiwa bangsa (volkgeist) Indonesia.20

Teori ini akan dipergunakan untuk memahami dan menjelaskan mengenai pidana kebiri terhadap pelaku tindak pidana kekerasan seksual terhadap

anak-anak.

Indonesia yang menganut civil law menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam penelitian ini akan disebut KUHP yang berisikan

tentangberbagai bentuk tindak pidana sebagai Law In Book yang di dalamnya mengatur dua jenis pidana, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan.21 Pemidanaan menurut Teori Tujuan atau Relatif adalah berusaha untuk mencegah kesalahan pada masa yang akan datang,22 pada dasarnya pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menimbulkan penderitaan yang dapat merendahkan martabat

manusia.23 Kebiri kimia adalah suatu jenis sanksi pidana yang berbeda dengan KUHP. Dalam pasal 10 KUHP dijelaskan bahwa jenis pidana adalah pidana

pokok yang terdiri dari pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, dan pidana denda. Sedangkan pidana tambahan berupa pencabutan beberapa hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, serta pengumuman putusan hakim,

munculnya Perppu Nomor 1 tahun 2016 yang menambah UU Nomor 23 tahun 2002 itu membuat sistem sanksi hukum pidana menarik untuk diamati.

20

Teguh Prasetyo, Hukum dan Sistem Hukum Bersadarkan Pancasila, Media Perkasa, Yogyakarta, 2013, h. 81-82.

21

Mohammad Taufik Makarao, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Cetakan Pertama, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2005, h. 53.

22

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Cetakan Kelima, Rajagrafindo, Jakarta, 2014, h. 15. 23

(10)

10

Dalam rangka pembangunan sektor kesehatan yang sangat kompleks dan luas, sangat dirasakan bahwa peraturan perundang-undangan yang mendukung

upaya kesehatan perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan. Apabila dilihat dari aspek juridisnya, dengan dikembangkannya sistem kesehatan nasional, sudah tiba

saatnya untuk mengkaji kembali dan melengkapi peraturan perundang-undangan bidang kesehatan dengan mengeluarkan produk-produk hukum yang lebih sesuai.

Dimaksudkan dengan agar sesuai adalah, peraturan perundang-undangan

yang dapat mendukung adanya sarana pelayanan, program, dan kehiatan dalam seluruh upaya kesehatan yang sudah atau yang akan dikembangkan baik oleh

Pemerintah maupun masyarakat termasuk sektor swasta.24 Disamping itu, juga yang memperhatikan kepentingan daerah dan diselaraskan dengan peraturan perundang-undangan di sektor lain yang berkaitan dengan upaya kesehatan.

Selanjutnya, yang berfungsi mendorong pengembangan upaya kesehatan yang diinginkan di masa mendatang sesuai dengan tuntutan masyarakat yang

dilayani, dan yang mengatur kewenangan tiap angkatan upaya kesehatan, serta mengatur kewenangan dan tanggung jawab pembiayaan upaya kesehatan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Begitu pula, yang mengatur wewenang

dan tanggung jawab serta dapat memberikan perlindungan hukum, bagi penerima dan pemberi jasa upaya kesehatan, yang mengatur kualitas upaya kesehatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta, yang mengganti produk hukum yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi,dan yang

24

(11)

11

memuat sanksi hukum yang sepadan, sehingga setiap pelanggar dapat bertindak sebagaimana mestinya.

Dunia kedokteran dalam beberapa dasawarsa ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, baik dalam segi kualitas maupun dalam segi kuantitas. Hal

ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah sub ilmu baru dalam ilmu kedokteran yang dalam beberapa waktu lampau belum dikenal, hal tersebut dikarenakan untuk membuat lebih terspesialisasikan kemampuan dokter yang

nantinya akan berimbas pada tujuan ilmu kedokteran itu sendiri pada masyarakat. Secara nasional, sistem kesehatan yang menjadi rumah bagi dunia kedokteran

diakomodir dengan diberi tempat dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai perwujudan kesejahteraan umum bagi masyarakat.25

Saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang kesehatan

semakin berkembang dengan pesat dan didukung oleh sarana kesehatan yang semakin canggih. Perkembangan ini turut mempengaruhi jasa profesional di

bidang kesehatan yang dari waktu kewaktu semakin berkembang, termasuk dalam mengeksekusi pemberian suntik kimiawi kebiri oleh pelaku tindak pidana pelecehan seksual kepada anak.

Dokter sebagai anggota profesi yang mengabdikan ilmunya pada kepentingan umum mempunyai kebebasan serta kemandirian yang berorientasi

kepada nilai-nilai kemanusiaan di bawah panji kode etik kedokteran. Adanya kode etik kedokteran bertujuan untuk mengutamakan kepentingan dan keselamatan

25

(12)

12

pasien, menjamin bahwa profesi kedokteran harus senantiasa dilaksanakan dengan niat yang luhur dan dengan cara yang benar.

Luas lingkup peraturan hukum untuk kegiatan pelayanan kesehatan menurut ilmu kedokteran mencakup aspek-aspek di bidang Hukum Perdata,

Hukum Pidana, Hukum Administrasi Negara, hingga sudah memasuki aspek Hukum Tata Negara.

Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan pelayanan kesehatan,

persetujuan antara dokter dan pasien serta keluarganya, akibat kelalaian serta tuntutan ganti rugi yang timbul dari hubungan pelayanan kesehatan, semuanya

termasuk bidang hukum perdata. Kesaksian, kebenaran isi surat keterangan kesehatan, wajib menyimpan rahasia, pengguguran kandungan, resep obat keras atau narkotika termasuk dalam ranah bidang Hukum Pidana.

Di dalam bidang Hukum Administrasi antara lain, persyaratan pendidikan keahlian, persyaratan menjalankan pekerjaan profesi, tata cara membuka praktek

dan berbagai pengawasan profesi dokter. Sedangkan yang termasuk pengembangan aspek Hukum Tata Negara tampak dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Negara dengan alat perlengkapannya

berkewajiban untuk mewujudkan keadaan bagi kehidupan setiap orang, keluarga, dan masyarakat untuk memperoleh kesejahteraan. Dalam hal ini berarti, tenaga

kesehatan dokter dilibatkan untuk turut secara aktif dalam semua usaha kesehatan yang dilakukan pemerintah selaku aparat negara yang berwenang.26

26

(13)

13

Mengenai etika, istilah etik pada awalnya bersumber dari istilah Latin yang merupakan paduan dari istilah mores dan ethos. Kedua kata ini merupakan

rangkaian dari konsep mores of a community dan ethos of the people yang dapat diartikan dengan kesopanan suatu masyarakat dan akhlak manusia. Konsep ini

kemudian berkembang terutama di kalangan masyarakat pengemban profesi. Nilai-nilai yang merupakan mores dan ethos tersebut kemudian oleh kalangan profesi dirumuskan dan dikodifikasi sehingga masyarakat pengemban profesi

kesehatan kode etik ini dikenal dengan kode etik kedokteran.27

Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh

kelompok profesi, yang mengarahkan atau member petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.28 Terdapat pula pandangan yang mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi, karena ia telah membuat penilaian-penilaian,

maka etika profesi juga adalah etika normatif. 29

Franz Magnis-Suseno berpendapat bahwa terdapat prinsip yang wajib ditegakkan, yaitu prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab,

dan serta hormat terhadap hak-hak orang lain.30 Kode etik profesi diharapkan

K. Bartens, Etika, Cetakan kesepuluh, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007, h. 72. 29

Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Cetakan Keenam, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, h. 271.

30

(14)

14

Etika terikat dan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ruang dan waktu. Hal ini jelas terlihat pada Etika Dokter sebagaimana

dimuat dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99a/MenKes/SK/III/1982 tentang Sistem Kesehatan Nasional, untuk selanjutnya

hal ini dipertegas lagi dalam Penjelasan Umum Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa dalam banyak hal telah terjadi perubahan orientasi mengenai pemikiran dan pendekatan dalam pelayanan

kesehatan. Itu sebabnya garis pemisah antara etika dan hukum tidak jelas, karena dari waktu ke waktu selalu bergerak mengikuti perkembangan dan

perubahan-perubahan yang terjadi di tengah masyarakat.

Dari apa yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa etika profesi merupakan sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengemban

profesi. Hanya pengemban profesi itu sendiri yang dapat atau paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam mengemban profesi sudah memenuhi tuntutan

etika atau tidak. Ini berarti kepatuhan pada etika profesi sangat tergantung pada akhlak pengemban profesi yang bersangkutan. Di samping itu, sikap dan tata nilai profesional merupakan ciri dan pengakuan masyarakat terhadap eksistensi profesi

dalam pembangunan tatanan kehidupan masyarakat sehingga nilai tata nilai profesi ini bersangkut-paut dan terikat erat dengan nilai humanisme atau

kemanusiaan.

Hal ini terlihat pada salah satu ciri dari profesi dokter yakni nilai kemanusiaan. Naluri seorang dokter akan terpanggil tidak hanya terbatas pada

(15)

15

dalam membantu memecahkan masalah kesehatan, tetapi juga seorang dokter berupaya mengembangkan nilai-nilai profesionalisemenya melalui pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan kemanusiaan.

Dokter mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan. Jika diperhatikan

Kode Etik Kedokteran Indonesia yang tertuang dalam Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 221/PB/A.4/04/2002 tentang Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia, di dalamnya terkandung beberapa kewajiban

yang harus dilaksanakan oleh dokter Indonesia.

Suatu etik profesi selalu mengawal dan membayangi hidup dan tingkah

laku si pengemban profesi dalam bertindak. Oleh karena itu, bagi para dokter sebagai pengemban profesi kesehatan, kode etik harus dapat menjadi ungkapan hati nurani terutama untuk mewujudkan tugas mulianya pada bidang kemanusiaan

dengan sungguh-sungguh berupaya membantu si penderita bukan menambah penderitaan. Di samping itu kode etik harus menjadi suatu pedoman dalam

membangun kesadaran, kesetiaan, dan solidaritas demi kepentingan profesi itu sendiri, kepentingan bagi pasien, kepentingan bagi masyarakat, dan kepentingan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Etika profesi merupakan bagian dari etika masyarakat, dimana antara etika profesi dan etika masyarakat tidak boleh bertentangan. Jika terjadi pertentangan

(16)

16

masyarakat yang berlaku pada suatu waktu tertentu, demikian pula sebaliknya perkembangan etika masyarakat mendapat pengaruh dari etika profesi.

Dasar atau landasan yang menjadi cikal bakal terbentuknya etika profesi di kalangan para pengemban profesi, adalah karena dalam kehidupan bermasyarakat

terdapat hal-hal yang oleh hukum tidak perlu diatur dengan peraturan perundang-undangan. Pandangan dan pemikiran ini bertolak pada adagium yang ditemukan dalam ilmu hukum, di mana secara tersirat digariskan bahwa hukum tidak

mengatur hal-hal kecil (deminimis non curat lex). Sehingga, masyarakat pengemban profesi dianggap sanggup untuk mengendalikan segala sesuatu yang

terjadi di lingkungan mereka tanpa suatu gejolak dengan peraturan intern yang sudah disepakati bersama, sehingga pengaturan hukum tidak diperlukan untuk mengatur apa yang mereka sepakati tersebut.

Kejahatan seksual anak merupakan perbuatan keji yang meresahkan orangtua, sehingga banyak pihak mendukung pemberian hukuman berat bagi

pelakunya. Akhirnya, lahirnya Perppu Nomor 1 Tahun 2016 berisi hukuman kebiri kimiawi bagi pelaku yang sekarang telah menjadi UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang. Hukuman kebiri menurut Ikatan Dokter Indonesia bertentangan dengan sumpah dokter dan

Kode Etik Kedokteran Indonesia atau yang selanjutnya disebut KODEKI.31 Sumpah dokter mewajibkan dokter agar tidak menggunakan pengetahuannya untuk melakukan hal bertentangan dengan kemanusiaan. KODEKI juga

31“Melanggar, Dokter Bisa Dipecat”, Joglo Semar

(17)

17

mewajibkan dokter mengamalkan sumpah dokter, menghormati martabat manusia, hingga melindungi makhluk hidup insani.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus

penelitian adalah; Bagaimana status hukum sanksi kebiri kimia tehadap pelaku kekerasan seksual pada anak-anak berbasis teori keadilan bermartabat?

C. Tujuan Penelitian

Menemukan dan menganalisis status hukum sanksi kebiri kimia terhadap pelaku kekerasan seksual pada anak-anak berbasis teori keadilan bermartabat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diberikan melalui penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau pertimbangan ilmiah atas status sanksi kebiri kimia bagi penyusun peraturan

untuk menerapkan teori keadilan bermartabat dalam setiap menyusun peraturan-peraturan.

2. Manfaat praktis

(18)

18

kimia masuk dalam sistem hukum pancasila, dalam rangka meningkatkan kualitas penyusun peraturan yakni badan legiselatif pusat maupun daerah.

E. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah adalah metode penelitian hukum normatif. Pendekatan normatif dilakukan dengan menggunakan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, baik

bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan juga menggunakan pendapat para ahli di bidang hukum, terutama yang berkaitan dengan masalah

penelitian.32

Metode penelitian selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan perundang-undangan. Yaitu dengan menelaah

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan permasalahan, selain itu juga mempelajari konsistensi dan keterkaitan antara undang-undang satu dengan undang-undang

yang lain. Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan konsep, yaitu mempelajari dan menelaah teori-teori, konsep-konsep serta peraturan yang relevan dengan permasalahan.33 Hal ini sejalan dengan perspektif Teori Keadilan Bermartabat yang mengatakan bahwa hukum hanya dapat ditemukan di jiwa bangsa (volkgeis). Dalam hal ini yaitu jiwa bangsa yang secara konkret

bermanifestasi dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2016 khususnya pada pasal hukuman kebiri.

32

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005, h. 181.

33

(19)

19

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber bahan penelitian yang pertama adalah bahan hukum primer, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang Peraturan Perundang-Undang-Undangan Nomor 1 tahun 2016, dan Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum primer. Menurut Marzuki, bahan penelitian hukum sekunder

adalah bahan-bahan berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

Bahan penelitian hukum yang digunakan buku-buku yang terkait dengan materi/bahasan yang penulis gunakan.34

Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus hukum (law encyclopedia), ensiklopedia.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini terbagi atas tiga Bab, berisi Bab I uraian mengenai latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

34

(20)

20

Bab II berisi pemaparan hasil penelitian, yaitu dibahas tentang perbandingan kebiri kmia diasumsikan dengan perspektif Teori Keadilan

Bermartabat dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 serta analisis.

Pada Bab III berisi penutup berupa kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan terbuktinya ekstrak daun Terap, Sukun dan Nangka memiliki aktivitas insektisida yang bersifat antifidan terhadap hama Rayap, maka perlu dilakukan tindakan

Di dalam Gambar 2.17 dapat dilihat cara kerja dari rangkaian Multiple Input Buck Converter saat saklar MOSFET 1 dalam keadaan nonkonduksi dan MOSFET 2 masih dalam

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan differensial, antara lain: metode Euler, metode pendekatan dengan deret Taylor, metode runge-kutta

Dari hasil uji yang menunjukan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan studi hal ini dikarenakan perekonomian di daerah Tanimbar yang belum

Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada penelitian sebelumnya yang berkitan dengan Pengaruh Kesadaran Merek, Citra Merek, dan Word Of

Kebenaran penelitian kuantitatif lebih menekankan pada teori yang digunakan (etik),. sehingga kebenaran penelitian mengacu pada ketepatan teori yang

I Nyoman Puriska (2009: dalam http://www.undiksha.ac.id) menyatakan, jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari

Selain itu mahasiswa juga mengharapkan bahwa materi praktikum disajikan dengan menarik dan tutor diminta untuk berkreasi agar pembelajaran dapat lebih hidup, seperti diungkapkan oleh