• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy Dengan PendekatanPada Gaya Modern Rock Di Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy Dengan PendekatanPada Gaya Modern Rock Di Surakarta"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user DESAIN INTERIOR

SOLO INDIE FASHION CONSPIRACY

DENGAN PENDEKATAN PADA GAYA MODERN ROCK DI SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh :

KANDIAWAN BANGUN KUSUMO C 0805019

JURUSAN DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)

commit to user

DESAIN INTERIOR

SOLO INDIE FASHION CONSPIRACY

DENGAN PENDEKATAN PADA GAYA MODERN ROCK DI SURAKARTA

Oleh : Kandiawan Bangun Kusumo C0805019

Telah disetujui pada mata kuliah Kolokium dan Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

DENGAN PENDEKATAN PADA GAYA MODERN ROCK Koordinator Tugas Akhir

Iik Endang Siti W, S.Sn, M.Ds NIP. 19771027 200112 2 002

Ketua Jurusan

(3)

commit to user

DI SURAKARTA

Oleh : Kandiawan Bangun Kusumo C0805019

Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada Sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Senin,26 Juli 2010

Tim Penguji:

1. Ketua Sidang

Drs. Rahmanu Widayat,M.Sn, ...

NIP. 19621221 199201 1 001

2. Sekretaris Sidang

Anung B Studyanto, S.Sn, MT ...

NIP. 19710816 200501 1 001

3. Penguji I

Drs. Soepono Sasongko, M.Sn ...

NIP. 19570319 198903 1 001

4. Penguji II

Drs. Soepriyatmono, M.Sn ...

NIP. 19560117 198811 1 001

Mengetahui

PERNYATAAN

Nama : Kandiawan Bangun Kusumo NIM : C0805019

Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M. Sn NIP. 19621221 199201 1 001

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

(4)

commit to user

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir Berjudul “Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy Dengan Pendekatan Pada Gaya Modern Rock di Surakarta” adalah benar benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya. Dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi Akademik.

Surakarta, 28 Juli 2010 Yang membuat pernyataan

Kandiawan Bangun NIM. C0805019

MOTTO

Lelaki yang paling lemah adalah Lelaki yang mudah menyerah..

Musik menjadikan hidup lebih bermakna dan berwarna..

Hidup adalah Perjuangan..

(5)

commit to user

Hal-hal kecil dapat membuat Perubahan Besar..

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, pada akhirnya penulis telah menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir: Perancangan Interior fashion street centre di Surakarta, sebagai salah satu syarat kelengkapan kelulusan Jurusan Desain Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Untuk itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan moril dalam penyelesaian tugas ini, dan pernyataan rasa terima kasih ini penulis haturkan kepada :

1. Pihak Dosen dan Civitas Akademika yang turut mendukung penulis, terutama kepada :

a.Bapak Drs. Soepono Sasongko, M.Sn, selaku Pembimbing I yang telah memberikan inspirasi dan bimbingan dalam proses perancangan Tugas Akhir

Karya ini saya persembahkan untuk :

“Ibunda tercinta yang dengan sabar memberikan semangat dan doa.

Teman-teman yang saling bantu

membantu dalam susah maupun senang

(7)

commit to user

b.Bapak Drs. Soepriyatmono, M.Sn, selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak pengarahan dalam penyusunan karya Tugas Akhir.

c.Bapak Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku ketua Sidang Tugas Akhir dan Ketua Jurusan Desain Interior yang telah memberikan petunjuk dan himbauan.

d.Bapak Anung B Studyanto, S.Sn, M.T, selaku Sekretaris Sidang Tugas Akhir. e.Ibu Lu’lu’ Purwaningrum, S.Sn, MT selaku Pembimbing Akademik saya yang

dengan sabar memberi dukungan dan motivasi.

2. Ibuku yang telah mendukung dan mendorong semangat serta doa selama ini.

3. Rekan-rekan Jurusan Desain Interior seperjuangan, Joko Purnomo (2005), Achmad Khadafi (2005), Arya Pradana (2002), Yogie Irawan Cendana (2004) dan Afrian Prasetya (2005) yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Kalian yang Terbaik..!!

4. Teman-teman “Remain Silent” ( Imam, Mancrot, Beti dan Moses). 5. Teman-teman “Anatomi” (Yogie, Tatag dan Japrak).

6. Teman-teman “Paramore Cover” (Fendi, Takur, Uci)

7. Band-Band penginspirasi dan selalu menjadi playlist winamp-ku yang selalu menemani saat pengerjaan Tugas Akhir ini (Nirvana, Silverchair, Foo Fighters, Alice In Chains, Stone Temple Pilots, Soundgarden, Violent Soho, The Vines, Navicula, Cupumanik, Sporadic Bliss, dll..)

Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan oleh seluruh pihak akan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata, dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir: Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy Dengan Pendekatan Pada Gaya Modern Rock di Surakarta ini mungkin masih ada kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang berguna untuk melengkapi kesempurnaan Makalah Tugas Akhir ini. Dan semoga penulisan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 28 Juli 2010

(8)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAKSI ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

(9)

commit to user

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... B. TINJAUAN STREET FASHION ... ... 17

1. Sejarah street fashion ... ... 17

C. SEJARAH INDIE FASHION STORE ... ... 18

(10)

commit to user

4. Bentuk Catwalk ... 25

5. Standarisasi interior ... ... 28

a. Unsur Ruang ... ... 28

1. Lantai ... ... 28 2. Dinding ...

... 28 3. Langit-langit ...

... 30 b. Sistem Interior ... ... 32

1. Pencahayaan ... ... 32 2. Penghawaan ...

... 52 3. Akustik ...

... 54 c. Panggung dan Pelengkapnya ... ... 56 d. Sistem Keamanan ...

(11)
(12)
(13)
(14)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ...

... 126

... LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gb.1 Penataan ruang pada gedung peraga ... 24

Gb. 2 Penataan Teater ... 25

Gb. 3 Bentuk Catwalk H ... 25

Gb. 4 Bentuk Catwalk I ... 26

Gb. 5 Bentuk Catwalk T ... 26

Gb. 6 Bentuk Catwalk K ... 27

Gb. 7 Lampu Cahaya Khusus ... 27

(15)

commit to user

Gb. 17 Layang-Layang dengan sistem bandul keseimbangan ... 60

Gb. 18 Layar Tarik ... 60

Gb. 40 Antrophometri Area Retail Publik Utama ... 76

Gb. 41 Antrophometri Area Retail Publik Kedua ... 77

(16)

commit to user

Gb. 43 Antrophometri Area Retail Counter Pembungkusan ... 78

Gb. 44 Antrophometri Area Retail Counter ... 79

Gb. 45 Antrophometri Area Retail Counter ... 79

Gb. 46 Antrophometri Area Retail display ... 80

Gb. 47 Antrophometri Area Retail display ... 80

Gb. 48 Antrophometri Area Retail display sepatu ... 81

Gb. 49 Antrophometri Area Retail display ... 81

Gb. 50 Antrophometri Area Retail display ... 82

Gb. 51 Antrophometri Area kamar ganti pakaian ... 82

Gb. 52 Antrophometri display berdiri ... 83

Gb. 53 Denah lokasi ... 94

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Model Analisis Data Interaktif ... 10

Bagan 2. Struktur Organisasi ... 96

Bagan 3. Pola Aktivitas Pengunjung ... 98

Bagan 4. Pola Aktivitas Pengelola ... 99

Bagan 5. Hubungan Antar Ruang ... 108

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tipe Pengorganisasian Ruang ... 103

Tabel 2. Fasilitas Lobi ... 104

Tabel 3. Fasilitas Stage ... 104

(17)

commit to user

Tabel 5. Fasilitas Office ... 105

DESAIN INTERIOR

SOLO INDIE FASHION CONSPIRACY

DENGAN PENDEKATAN PADA GAYA MODERN ROCK

DI SURAKARTA

Kandiawan Bangun Kusumo (C0803019)

Pembimbing I : Drs. Soepono Sasongko, M.Sn Pembimbing II : Drs. Soepriyatmono M.Sn

ABSTRAKSI

Kandiawan Bangun Kusumo. 2010/ TA. Berawal dari fungsi yang berbeda ( komersial , idealisme dan edukasi) untuk menciptakan suatu wadah, dimana terdapat segala macam aktivitas fashion yang bersifat artistik dan dimana pengetahuan mengenai fashion dan gaya berbusana. Membatasi pada perencanaan interior ruang yang berhubungan dengan kegiatan komersial ( promosi dan informasi) dan pendidikan mengenai fashion / style terbaru, perancangan interior yang bisa mewakili fungsi komersiil dan edukasi; yaitu : Fashion store, lobby, minibar , catwalk/stage dan area pameran. Bagaimana menciptakan fasilitas yang komunikatif pada indie fashion centre sekaligus dapat mengarahkan pengunjung yang beraktifitas sesuai dengan tujuan? Bagaimana menciptakan wadah yang mendukung bagi komunitas fashion yang ada didalamnya, mendorong penciptaan karya – karya indie fashion yang brilian di jamannya. Bagaimana menciptakan ruang interaksi yang dapat mengakomodasi sifat dan karakter calon pengguna.( masyarakat fashion).

Tema perancangan ’’ Rock’’karakter yang dihadirkan dalam perancangan Street Fashion Centre dengan mengadaptasi dari karakter musik Rock

(18)

commit to user

- Cepat : Tempo dari musik Rock yang menunjukkan perbedaannya dengan musik lain, terasa menghentak dan menghasilkan energi yang berbeda.

- Panas : Kenaikan adrenalin yang timbul akibat efek mendengarkan musik Rock. Secara spesifik gaya desain yang dihasilkan berdasarkan karakter musik Rock yang tercipta pada pembagian area berdasarkan tema perancangan ”Modern Rock” karakter tersebut mengalami pengolahan dan transformasi sehingga muncul gaya yang unconvensional, atau diluar kebiasaan yang memunculkan bentuk bentuk ekspresif , bebas, elegan, fleksibel, dan inovatif.

Berdasarkan perbedaan fungsi dan sistem organisasi ruang maka pembagian area ditetapkan dalam bataan yang jelas hal ini dimaksudkan ruang di maksimalkan untuk jenis aktivitas yang sama atau serupa dalam kontek, sehingga untuk aktivitas yang lain dalam konteks yang lain juga ditempatkan terpisah. Dalam indie fashion conspiracy ini terbagi menjadi 4 program ruang yaitu : area komersial (fashion store, mini bar), area entertainment, area pameran dan area kegiatan pengelola. berbicara mengenai untuk anak-anak muda sangatlah berbeda dengan fashion pada umumnya. Trend fashion pada anak muda sangat cepat berubah sesuai kondisi anak muda yanfg masih labil dan mencari jati diri.

Beberapa tahun terakhir ini fashion anak muda cukup berkembang di kota Solo, hal ini dapat dibuktikan dengan banyak sekali toko pakaian dengan konsep indie khususnya di Kota Solo. Beberapa media pendukung seperti zine dan event dengan konsep indie fashion pun semakin mendukung indie fashion untuk bertahan dan tetap mempunyai tempat sendiri khususnya di kalangan anak muda.

(19)

commit to user

beberapa dari indie fashion store tersebut yang benar-benar masih di jalur indie. Indie disini diartikan dengan idealis yang masih kental, dalam hal ini fashion yang dijual pun merupakan fashion yang desainnya merupakan idealis dari anak muda dan sangat berbeda dengan fashion di butik atau tempat-tempat lainnya. Produksinya pun juga hanya sedikit pada tiap desain fashion atau limited.

Dari beberapa masalah di atas maka dibuatlah sebuah pusat indie fashion dengan luas bangunan 1200-1500 m2 yang merupakan kumpulan dari beberapa indie store di kota Solo dan sekitarnya dengan konsep yang bermacam-macam.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perancangan akan difokuskan pada ”Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy”sebagai publik servis dan fokus kepada hal-hal yang berkaitan dengan indie fashion.

Untuk pembahasannya meliputi : a. Fasilitas Utama

Terdiri dari : Lobby, Fashion Store, Ruang Pameran, Rest Area. b. Fasilitas Pendukung

Terdiri dari : Office, Lavatory, dan Gudang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas maka diajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

(20)

commit to user

b. Bagaimana memenuhi persyaratan interior sebagai public space yang memiliki fasilitas lengkap dan nyaman pada ”Solo Indie Fashion Conspiracy”?

c. Bagaimana menarik customer melalui perancangan interior ”Solo Indie Fashion Conspiracy”?

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari perencanaan dan perancangan ”Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy” yaitu :

a. Menarik lebih perhatian customer agar tertarik untuk datang ke “Solo Indie Fashion Conspiracy”.

b. Menciptakan kenyamanan pada interior “Solo Indie Fashion Conspiracy”

c. Menyediakan fasilitas bagi para pengunjung pada “ Solo Indie Fashion Conspiracy”

E. Sasaran

Dalam perencanaan dan perancangan ”Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy” ini memuat beberapa sasaran, antara lain :

a. Subyek

Dimana perencanaan dan perancangan ”Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy” ditujukan bagi pengelola dan pengunjung khususnya anak-anak muda usia antara 15-30th. Serta dari semua golongan baik dari golongan atas sampai bawah.

b. Produk

(21)

commit to user

c. Desain

Memperhatikan dan menyelesaikan kebutuhan fungsional sesuai dengan aktifitas di dalam Lobby, Fashion Store, Ruang Pameran, Rest Area.

Memperhatikan dengan menyelesaikan kebutuhan fisik bangunan, dengan memperhatikan keamanan, pengamanan dan kenyamanan Lobby, Fashion Store, Ruang Pameran, Rest Area.

Memperhatikan dan meyelesaikan kebutuhan estetis, menyangkut tema sebagai ungkapan citra dan karakter yang tercipta dari bentuk perencanaan dan perancangan interior Lobby, Fashion Store, Ruang Pameran, Rest Area Buku.

F. Manfaat

Manfaat perencanaan dan perancangan interior ”Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy” yaitu:

a. Bagi Solo Indie Fashion Conspiracy

Menciptakan interior sebuah fashion store yang komersil dan merupakan wadah dari para desainer fashion anak muda khususnya di Kota Solo.

b. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan dan referensi mengenai penataan interior sekaligus tempat belanja pakaian di dalam suatu fashion store.

(22)

commit to user 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada indie fashion store yang mewakili fungsi dari indie fashion store itu sendiri. Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah :

a. 18th Park

Local Indie Fashion Conspiracy, Bandung

18th Park adalah satu-satunya indie store terbesar di kawasan itu, bahkan di Bandung. Di satu atap, 18th Park terdiri dari 23 toko dengan 200 merek produk. Mulai dari fashion, tas, sepatu, aksesori, sepeda hingga kuliner. 18 Park yang berdiri pada bulan Mei 2006 diibaratkan seperti melting pot, yaitu lelehan dari beragam hal baik industri clothing/fashion maupun komunitas remaja. Bukan sekedar kawasan belanja tapi bisa menjadi muara yang menampung aktivitas apapun, seperti seminar, talkshow, fashion show, musical concert, skate, pemotretan, dll. Konsep setiap indie store di 18th Park pun berbeda-beda yang juga merepresentasikan perbedaan yang identik dengan music, ada juga yang berbau adventure hingga tempat monovideo dll. Lebih dari 22 distro dibawah manajemen 18 Park yang dipilih secara selektif.

b. Tomcat

Indie Fashion Store, Solo

(23)

commit to user

Solo dan juga bahkan dari kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Malang, Yogyakarta, dll. Kurang lebih sekitar 100 brand tersedia disini, mulai dari brand yang sudah lama terkenal hingga brand-brand yang baru. Sistem distribusi barang disini menggunakan sistem konsinyasi. Jadi Tomcat mendapatkan 20-25% dari harga tiap brand yang laku terjual, tergantung dari invoice tiap-tiap brand tersebut.

c. Moveable

Indie Fashion Store, Solo

Moveable tidak jauh berbeda dengan Tomcat, hanya jumlah brand dan pilihan barang di Moveable lebih sedikit daripada di Tomcat. Hal ini karena Moveable lebih cenderung condong ke rock. Jadi barang-barang di dalamnya tidak sembarangan atau lebih ke bertema rock. Hal ini sengaja dilakukan Moveable karena agar terkesan lebih eksklusif dari indie store lainnya.

2. Bentuk Penelitian

Dengan pertimbangan permasalahan yang ada maka diajukan bentuk penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif deskriptif ( uraian yang bersifat informatif dan tidak berbentuk angka ). Penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi dengan deskriptif yang penuh nuansa. “Deskriptif mempersyaratkan suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan obyek yang sedang dipelajari” ( H.B.Sutopo,2002;110 )

(24)

commit to user

a. Informan, dalam permasalahan ini yang menjadi nara sumber adalah selaku pengelola perpustakaan atau karyawan yang berkerja di tempat observasi tersebut

Arsip-arsip dan dokumen resmi mengenai perpustakaan serta buku-buku yang relevan

Tempat dan peristiwa yang ada pada lokasi penelitian tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data diperoleh melalui teknik :

a. Wawancara

Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya tidak terungkap secara fisik ( Sutresno Hadi, 1985;31 ). Wawancara ini dilakukan dengan struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam”.( H.B.Sutopo,1989;31 )

Wawancara ini dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam hal ini, adalah pihak pengelolah dari proyek yang diamati yaitu :

a.1. Rommy Zulkarnain, selaku Pemilik 18th Park Bandung. a.2. Ahmad Hilman, selaku desainer dan pengelola Tomcat Solo. a.3. Singgih Agung Pambudi selaku Store Manager Moveable Solo.

b. Observasi

(25)

commit to user

dengan daftar masalah. Observasi ini juga menggunakan alat Bantu observasi seperti alat pencatat, alat perekam ( recorder ), kamera serta alat pendukung lainnya.

c. Kontek Analisa ( Analisa Dokumen )

Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi penelitian.

5. Teknik Cuplikan

Pada penelitian ini cuplikan yang akan digunakan adalah bersifat ”Purpose Sampling” atau cuplikan dengan “Criterion – based selection” ( Goetz dan Le Compte,1984). Hal ini dilakukan karena peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton,1980) “

Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat purposive

sampling, karena sama sekali tidak membuat generalisasi hasil. Dalam hal

ini, penulis memilih informan yang dianggap mengetahui masalahnya

secara mendalam. Dalam hal ini penulis dapat mengambil keputusan

sendiri saat memiliki pemikiran tentang apa yang sedang diteliti, dengan

siapa dan kapan melakukan observasi, serta apa yang akan direview. (HB.

Sutopo, 2002).

6. Validitas Data

(26)

commit to user

teori, dimana diharapkan dengan cara ini bisa menguji lebih dalam tentang berbagai sumber data dan perspektif teori yang ada dan diperoleh saat melakukan penelitian ini.

7. Analisa Data

Model analisa data yang digunakan adalah model analisa interaktif , dimana peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan/verifikasi sesudah pengumpulan data selesai unitnya dengan menggunakan waktu yang tersisa.( H.B.Sutopo,2002;96)

Bagan1: Model Analisis Data Interaktif

( Sumber : Metodologi Penelitian Kualitatif, H.B. Sutopo, 2002;96 )

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dalam Perencanaan dan Perancangan Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy di Surakarta ini adalah :

TAHAP I PENDAHULUAN

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

(27)

commit to user

Berisi tentang latar belakang masalah , ruang lingkup perancangan, rumusan masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat perancangan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

TAHAP II KAJIAN TEORI

Uraian tentang landasan teori yang dijadikan analisis untuk mencapai tujuan perancangan. Berisi tentang kajian teoritis mengenai proyek perencanaan dan perancangan Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy di Surakarta yang meliputi pembahasan teori indie fashion store secara umum, pengertian besaran ruang, jenis ruang, pola organisasi ruang, komponen pembentuk ruang, sistem interior, serta pertimbangan desain. Dari semua kajian teoritis tersebut akan dapat membantu penulis dalam pengerjaan ide gagasan dari Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy.

TAHAP III STUDI LAPANGAN

(28)

commit to user

penulis akan mampu memilah mana tempat yang patut dijadikan acuan dan mana yang tidak.

TAHAP IV ANALISA DESAIN

Berisi analisa perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari kajian teoritis dan hasil observasi lapangan yang merupakan dasar konsep perencanaan dan perancangan. Berisikan pendekatan pada proyek, asumsi pemilihan lokasi proyek, programmming dan konsep desain. Konsep desain berisikan ide gagasan dari penulis yang merupakan pengembangan-pengembangan dari hasil studi lapangan, kajian teori yang akan memberi batasan pada hal-hal tertentu.

TAHAP V KESIMPULAN

Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa data , evaluasi konsep perencanaan dan perancangan serta keputusan desain dari konsep perencanaan.

Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu :

a. Data Reduksi

Yaitu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. Data-data yang sekiranya tidak sesuai untuk proyek yang dikerjakan akan dibuang dan lebih difokuskan pada data-data yang lebih akurat atau dibutuhkan. Dari data-data yang dipakai tersebut masih disederhanakan.

(29)

commit to user

Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

c. Concluding Drawing

Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi-proporsi. (Sutopo HB, 1988, 23-24

(30)

commit to user

(31)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. DEFINISI JUDUL

Pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Desain Interior Solo Indie Fashion Conspiracy”, adalah sebagai berikut:

Perencanaan : proses, pembuatan, cara merencanakan, atau merancangkan.( Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta : Perum Balai Pustaka.)

Perancangan : proses, cara, cara, pembuatan, merancang.” ( Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta : Perum Balai Pustaka.)

Interior : bagian dalam dari gedung (ruang dan sebagainya).” ( Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta : Perum Balai Pustaka.)

Diambil dari alamat:

Indie : atau Independen 'bebas', 'merdeka' atau 'berdiri sendiri'.(www.wikipediaindonesia.com)

Fashion : Fashion itu tidak hanya pakaian, tapi style. Fashion itu produk zaman, banyak produk dari luar diri yang mempengaruhi. (Menurut John Martono-Dosen Kriya Tekstil ITB)

(32)

commit to user

Store : suatu bentuk toko yang menjual barang dagangan eceran.

Jadi “Perencanaan dan Perancangan Interior Solo Indie Fashion Conspiracy” adalah suatu proses , pembuatan, merancangkan, merencanakan bagian dalam dari gedung yang menyediakan tempat untuk menjual barang dagangan berupa pakaian yang berjalan di jalur independen.

B. TINJAUAN STREET FASHION 1. Street wear (street fashion)

Street fashion tidak dapat dipisahkan dari indie fashion. Produk-produk indie fashion banyak yang merupakan penerapan dari street fashion. Street fashion adalah suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan pertunjukan busana yang ada dijalan yang akhirnya menjadi trend dan mode, cara berbusana ini tidak muncul dari studio perancang desain fashion tetapi lahir dari jalan.. street fashion dipromosikan dengan pengambilan gaya dan kecenderungan yang lampau dan sekarang, dengan menambahkan suatu gaya modern dan pribadi bagi pemakainya. Street fashion biasanya dihubungkan dengan youth subculture, dan paling sering di lihat di pusat jalan utama dan distric di kota-kota besar.

Karakter street wear 1. Konservatif 2. Unkonvensional 3. Bebas

4. Inovatif

(33)

commit to user

6. Ekspresif 7. kreatif

Street fashion yang paling banyak dijumpai adalah Youth subculture karena dilakukan oleh anak muda untuk mengeksprikan diri,

Perkembangan Fashion di Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya Barat yang beradaptasi dengan budaya Indonesia. Masuknya budaya barat di Indonesia melalui globalisasi, sehingga fashion di Indonesia mengalami perkembangan dan menjadi beraneka ragam bentuknya.

C. SEJARAH INDIE FASHION STORE

Diambil dari alamat:

Http://www.wikipediaindonesia.com/distro

Http://www.anakostroom.html/sejarahclothingdandistributionstore

Pada kedua website diatas tertera bagaimana dan seperti apa Indie Fashion Store, seperti awal mula Indie fashion Store berkembang di Indonesia. Berikut dari apa yang telah kami peroleh dari website tersebut:

Indie Fashion Store adalah jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Indie Fashion Store umumnya merupakan industri kecil dan menengah (IKM) yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan muda. Produk yang dihasilkan diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk.

(34)

commit to user

awalnya bentuknya adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga membuat toko-toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Kini, industri tersebut sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas ekspor. Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha indie fashion di Indonesia, dan 300 diantaranya ada di Bandung.

D. TINJAUAN PERAGAAN FASHION

1. Sejarah Perkembangan Peragaan Fashion

Pakaian berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia. Masing-masing masa mempunyai gaya pakaian yang berbeda. Contohnya pada masa Yunani. Pada masa Yunani orang-orang penganut gaya pakaian sangat sederhana, sampai akhirnya ditemukan peradaban Kreta. Sebuah kebudayaan baru muncul dan gaya pakaian. Dengan sendirinya berkembang pesat mengikuti budaya yang baru tersebut. Kondisi ini juga berlaku pada masa-masa sesudahnya, yaitu masa permulaan Eropa, Renaisance, abad ke-17 dan abad-abad sesudahnya. Saat ini gaya pakaian sudah sangat beragam karena banyaknya ‘literatur’ dalam sejarah perkembangan

fashion. (James Laver, 1995).

(35)

commit to user

mutakhir ke seluruh Eropa, kebiasaan itu berlangsung hingga abad ke-19. (Grolier, 1993).

Cara promosi inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh fashion designer

dari berbagai rumah mode di seluruh dunia dengan mengadakan peragaan mode atau

fashionshow. Dengan cara-cara seperti inilah pakaian diperkenalkan kepada pemakai di seluruh dunia.

2. FashionShow

Pada dasarnya fasilitas ini terdiri dari 3 bagian yaitu:

- Stagecatwalk, yang merupakan area pertunjukan atau panggung peragaan.

- Audience, merupakan area untuk pengunjung dan penonton fashionshow.

- Area Penunjang, terdiri dari Ruang Persiapan (backstage meliputi Ruang Ganti dan Ruang Rias). Ruang Servis dan Lobby,

a. Bentuk Fashion Show

Fashion Show mempunyai dua bentuk penyajian, yaitu: 1. Fashion Show On The Stage

Fashion Show ini menampilkan peragaan busana di panggung (catwalk}. Bentuk fashion Show ini disertai dengan sistem tata suara dan tata lampu khusus untuk mendukung penampilan busana yang diperagakan. Fashion show seperti ini biasanya didahului dengan penyajian hidangan (snack ataupun makanan berat, lunch diner).

Fashion show seperti ini, selain disajikan dalam acara gala dinner

(36)

commit to user

informasi dan berpromosi melalui pers dengan mengundang wartawan serta fashion fotografi di samping para peminat fashion.

Dalam acara fashion show, diperlukan penataan tempat untuk penonton, tergantung dari misi pergelaran tersebut, yaitu:

a) Fashion Show untuk acara promosi Terdiri dari dua jenis audience:

Peragaan untuk area promosi biasanya dihadiri oleh kalangan pers, peminat fashion dan para konsumen. Acara seperti ini juga merupakan sarana informasi dan sekaligus pemasaran secara langsung kepada masyarakat.

Fashion show ini biasanya para undangan dimohon hadir 30 menit sebelum show dimulai dan dipersilahkan menikmati minuman dan makanan kecil yang disediakan di ruang tunggu. Penataan ruang

audience dalam show ini dengan kursi-kursi yang diletakkan secara berbaris dengan arah pandangan ke arah catwalk.

b) Fashion Show untuk acara tertentu

Fashion show jenis ini diadakan untuk mengisi acara tertentu yang biasanya diadakan bersama dengan acara makan (lunch ataupun

dinner). Penataan tempat penonton sesuai dengan penataan meja pada acara makan. Satu meja makan untuk menampung 4-6 orang penonton.

2. Fashion Show On The Floor

Fashion show ini tidak memerlukan panggung khusus kedudukan

audience dan model sejajar. Terdapat tiga bentuk penyajian fashion show

(37)

commit to user

Fashion show ini diperuntukan khusus bagi pers ataupun bersama-sama dengan konsumen. Disini penonton dalam posisi berdiri / standing party dengan membentuk sebuah lingkaran besar sehingga terbentuk ruang untuk memperagakan busana, dalam fashion show ini para model bebas berjalan dalam lingkaran tersebut.

b) Fashion show sebagai pelayanan kepada konsumen

Fashion show ini merupakan bentuk pelayanan khusus kepada konsumen rumah mode. Ada dua bentuk penyajian:

1) Fashion show terbuka

Fashion show ini tidak memerlukan ruang khusus untuk

show. Jadi calon pembeli lain yang kebetulan ada pada butik tersebut dapat ikut melihat fashion show yang diadakan untuk calon pembeli lain.

2) Fashion show tertutup

Fashion show ini memerlukan suatu ruang khusus dimana hanya konsumen yang bersangkutan yang dapat menyaksikan.

Fashion show ini biasanya dibutuhkan oleh konsumen fashion dari kalangan high class yang menghendaki adanya eksklusifitas tinggi dalam berbusana maupun memakai produk pelengkap busana, mereka tidak ingin apa yang mereka pakai dicontoh orang lain.

(38)

commit to user

Fashion show ini diadakan untuk mengisi acara tertentu, penonton dalam posisi duduk. Para model berjalan sesuai dengan sistem sirkulasi yang terbentuk oleh penataan tempat duduknya, tetapi seringkali para model kadang-kadang dibebaskan untuk berjalan sesuai dengan keinginan sendiri dalam memperagakan fashion produk.

3. Interior Fashion Show

Dalam lingkup fashion show terdapat designer, peraga, photographer, pengunjung / konsumen, penyelenggara. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan merancang fasilitas fashion show adalah:

a. Pengaturan sirkulasi yang jelas antara peraga, pengunjung dan servis. Misalnya sirkulasi peraga: dari belakang catwalk atau dari arah penonton.

b. Pengaturan ruang yang memungkinkan sistem akustik yang baik, termasuk pengaturan pencahayaan yang diharapkan mendukung kegiatan fashion show.

Gambar 1 : Penataan ruang pada gedung peragaan Sumber: Neuferst Ernst, Data Arsitek, 1995

c. Penyediaan ruang-ruang yang memungkinkan perubahan-perubahan penataan, sehingga didapat suasana yang berubah-ubah sesuai keinginan, Terdapat beberapa jenis penataan stage (catwalk) yaitu H, I, T, dan K.

d. Pengaturan yang memenuhi tuntutan kenyamanan pandangan penonton ke arah

(39)

commit to user

Gambar 2 : Penataan Teater Gambar 3 : Penataan Table r R. Audience R. Audience

Sumber umi Khasanah, Sumber umi Khasanah Fashion Centre, 1997 : 22 Fashion Centre, 1997 : 22

4. Bentuk Catwalk

Untuk Stage (catwalk), ada 4 macam yang biasanya digunakan, yaitu :

a. Bentuk H

Gambar 4 : Bentuk catwalk H Sumber : Illustrasi Sri siswanti.

b.

(40)

commit to user

c. Bentuk T

Gambar 6 : Bentuk catwalk T Sumber : Illustrasi Sri siswanti.

d. Bentuk K

Gambar 7 : Bentuk catwalk K Sumber : Illustrasi Sri siswanti

(41)

commit to user

a. Unsur Ruang 1) Lantai

Dalam ruang peragaan, beban yang berat terhadap lantai mungkin terjadi. Spesifikasi desain lantai sering didasarkan pada pembebanan yang merata, yaitu 200KN/m2-50KN/m2 dengan konstruksi dan komposisi finishing tertentu untuk mencegah debu dan memungkinkan perbaiakan. (Fred Lawson, 2000 : 111).

Persyaratan materi untuk ruang peragaan adalah tahan terhadap tekanan dan beban, tekstur halus dan warna alami, mudah dibersihkan, dan mudah dalam perawatannya.(Pamudji Suptandar, 1999:132).

2) Dinding

Pada ruang peragaan, dinding yang rendah (pada ketinggian sedikitnya 2m) mempunyai tingkat kerusakan yang terjadi akibat gesekan / konstruksi beton halus yang dicat sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk kebutuhan di atasnya dapat menggunakan sistem panel atau lembaran yang memenuhi syarat keamanan dan mempunyai tingkat penyerapan suara yang tinggi. (Fred Lawson, 2000:111).

Fungsi dinding terbagi menjadi dua bagian: a) Fungsi Struktural, misalnya:

(1) Breaking walls, yaitu untuk menahan tepi / tumpukan tanah.

(2) Load bearing walls, yaitu menopang balok-balok lantai, atap dan lain-lain.

(42)

commit to user

(1) Party walls, sebagai pemisah dua bangunan dan bersandar pada masing-masing bangunan.

(2) Fire waits, sebagai pelindung pancaran api dari kebakaran.

(3) Curtain panel wall, sebagai pengisi pada suatu konstruksi yang kaku seperti konstruksi rangka baja dan sebagainya.

(4) Partition walls untuk pemisah dan pembentuk ruang yang lebih besar dalam ruangan. (Pamudji Suptandar, 1990: 146).

Ruangan gedung peragaan membuat distribusi yang merata mengutamakan kualitas aslinya dan menghindari eacat akustik seperti gaung, dengung dan lain sebagainya yang tidak diinginkan. Kondisi akustik yang baik tidak terdapat celah. Selanjutnya celah-celah akustik yang paling umum merupakan hasil dari suara-suara yang tidak terkendali yang tidak diinginkan.

Pengolahan dan pengaturan kualitas akustik yaitu dengan cara penentuan jenis dan sifat permukaan dinding serta langit-langit dengan pengaturan kemampuan penyerapan dan pantulan bunyi.

Menurut Leslei L. Docile dalam akustik lingkungan disebutkan bahwa dalam pemilihan konstruksi dinding dan tiga faktor yang perlu diperhatikan: a) Tingkat bising yang ada atau diduga ada di daerah sumber bunyi atau

ruang bunyi.

b) Tingkat bising latar belakang yang dapat diterima di ruang penerimaan. c) Kemampuan dinding yang dipilih untuk mereduksi bising luar menjadi

level yang dapat diterima.

(43)

commit to user

maka langkah yang diambil untuk perbaikan akustik pada bagian-bagian yang hilang yaitu diatas langit-langit gantung. (Leslei L. Doelle, 1986: 183).

3) Langit-langit

Langit-langit berfungsi sebagai peredam suara (akustik) dengan ditunjang oleh lantai dan dinding. Misalnya pada teater dengan pemasangan bidang-bidang semu yang dapat meningkatkan pemantulan secara langsung. (Pamudji Suptandar, 1999:131)

Langit-langit merupakan ruang (rongga) untuk pelindung bt-ibagai instalasi, ducting AC, kabel listrik gantungan armaiur, Loudspeaker dan lain-lain. (Pamudji Suptandar, 1992: 59)

Pada' ruang peragaan, agar dapat menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras, saline bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan memberi kesan mewah. (Pamudji Suptandar, 1999: 132)

Langit-langit disamping sebagai karakter ruang juga sebagai pemantul yang diletakkan dengan tepat, dengan permukaan dibuat patah-patah secara efektif akan menyumbangkan kekerasan yang cukup ke tempat duduk yang jauh secara merata dengan bahan seperti plester, gypsum board, ply wood, pexi glass, papan plastik dan sebagainya.

Langit-langit gantung yang diletakkan pada lantai struktural banyak menyumbang pada insuli bunyi lantai terhadap bising di udara dan bising benturan. Untuk menambah daya gemanya, Leslei menjelaskan sebagai berikut:

(44)

commit to user

wool atau glass wool) digunakan ruang udara di atas langit-langit berat selaput dikurangi.

b) Selaput langit-langit tidak terlalu tegak.

c) Jarak langsung trasmisi bising lewat langit-langit harus dihindari dengan menggunakan selaput padat atau kedap suara.

d) Celah antara langit-langit dan bangunan atau kerangka sekelilingnya harus ditutup untuk menghindari penembusan lewat jejak langsung di udara. (Leslei L. Doelle, 1986:187)

b. Sistem Interior 1) Pencahayaan

a) Pengertian Cahaya

Menurut P. J. M. Vander Meijs cahaya dapat diartikan ‘sebuah pancaran elektromagnetik yang terlihat oleh mata’. (P. J. M. Van der Meijs, 1983:-96).

Sedangkan pencahayaan berasal dari bahasa Inggris ‘Lighting’ atau ‘Illumination’ yang dilndonesiakan menjadi ‘llluminasi’. (John M. Echolas, Hassan Shadily, 1980: 386).

Illuminasi atau penerangan adalah kepadatan terang yang mengalirkan energi pada suatu permukaan (The density of luminous flow of energy on surface). (Arnold Friedmann, F. Pile and Wilson, 1977: 337)

(45)

commit to user

Prinsip yang diambil dari beberapa pengertian pencahayaan dan illuminasi di atas yaitu penerapan atau obyek yang dipantulkan ke mata sehingga menyebabkan terang.

b) Macam Pencahayaan

Dalam kehidupan sehari-hari ada dua macam pencahayaan yaitu pencahayaan alami (natural lighting) dan pencahayaan buatan (artificial lighting).

(1) Pencahayaan Alam (Natural Lighting)

Yang dimaksud pencahayaan alam disini yaitu pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, sinar bulan dan sumber-sumber lain dari alam misalnya fosfor dan sebagainya.

Sumber pencahayaan alam yang biasa digunakan untuk perancangan ruang dalam pada umumnya adalah sinar matahari. Sinar matahari tersebut dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Pencahayaan langsung biasanya diperoleh melalui atap, jendela, genteng kaca dan lain-lain. Sedangkan pencahayaan tidak langsung digunakan melalui skylight, permainan bidang kaca, dan lain-lain.

Ada beberapa kemungkinan mengenai masuknya sinar matahari ke dalam ruang yaitu:

(a) Sinar matahari yang langsung tanpa halangan apapun. (b) Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan.

(46)

commit to user

(d) Sinar matahari refleksi uraian, yaitu hasil pantulan cahaya dari benda-benda yang dekat sekitar bangunan maupun benda-benda dan elemen ruangan itu sendiri.

Dalam hal tersebut jika diinginkan untuk mendapatkan jalannya sinar matahari yang sehat dan tetap bertahan adalah melalui jendela. Sehingga bangunan dirancang dengan jendela-jendela atau pintu-pintu yang diarahkan pada jalannya matahari.

Untuk ruang peragaan pada umumnya tidak begitu mementingkan tentang masuknya sinar matahari secara langsung, bahkan ada yang sama sekali atau sengaja tidak memanfaatkan pencahayaan alarm (khusus dibuat pada saat peragaan berlangsung). Ini berarti di dalam ruang peragaan lebih mementingkan pencahayaan buatan dengan tujuan menciptakan suasana dalam peragaan. Maka di sini akan dibahas khusus pencahayaan buatan dalam kaitannya fungsi dengan ruang tersebut.

(2) Pencahayaan buatan

Dalam interior suatu bangunan banyak memanfaatkan cahaya buatan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dalam ruang. Yang dimaksud pencahayaan buatan yaitu pencahayaan yang berasal dari cahaya manusia. Misalnya lilin, sinar lampu dan lain-lain.

(47)

commit to user

Jadi pencahayaan buatan adalah hasil ciptaan yang dalam interior dimanfaatkan untuk menciptakan kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan kehendak dan fungsi ruang. Diantara fungsi pencahayaan buatan yang diketahui yaitu untuk menunjang kegiatan sehari-hari dan member! keindahan dalam desain suatu ruang. Dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan bahan, pemilihan warna, komposisi dan lain-lain.

Dengan desain pencahayaan yang baik akan menimbulkan kenyamanan bagi si penghuni. Adapun fungsi pokok pencahayaan buatan antara lain sebagai berikut:

a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.

b. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.

c. Menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi.

Sehingga dalam interior suatu bangunan, banyak memanfaatkan cahaya buatan untuk menciptakan kondisi-kondisi tertentu, sesuai dengan kehendak dan fungsi dari ' ruang.

(48)

commit to user

Dari berbagai macam lampu, pada dasarnya terdapat 3 macam golongan lampu ialah: Lampu cahaya umum, Lampu cahaya khusus, lampu cahaya campuran.

Di samping itu masih ada beberapa lampu tambahan yang bukan menjadi dasar cahaya utama, akan tetapi merupakan efek cahaya tertentu, seperti misalnya lampu proyektor yang dapat memberikan efek api, langit dan lain sebagainya, tergantung dari gambar slaid atau film yang diproyeksikan ke layar.

Beberapa contoh dari ketiga macam lampu dasar itu adalah:

(1) Lampu cahaya umum: jenis-jenis lampu biasa, lampu kerja., dan lampu

flood.

(2) Lampu cahaya khusus: jenis-jenis lampu spot, seperti ellipsoidal, lekoloies, fresnellifes, spherical, dan mirroe.

(3) Lampu cahaya campuran: jenis-jenis lampu strip, seperti lampu border, lampu kaki, lampu backing, lampu siklorama.

(49)

commit to user

atau amber. Lampu campuran ini gunanya untuk memberikan nada cahaya dan untuk menghilangkan atau mengurangi bayang-bayang yang mungkin timbul oleh lampu cahaya umum atau lampu .cahaya khusus. (Pramana Padmodarmaya, 1988: 147-148)

d) Sarana Pengendali Lampu

Berbagai macam lampu yang telah dipasang di alas pentas harus dapat diatur pencahayaannya berdasarkan atas keinginan sutradara yang telah dijabarkan dalam bentuk rancangan tata cahaya oleh perancang panggung. Untuk memenuhi keinginan itu harus ada sarana pengendali atau pengatur cahaya lampu. Sarana pengendali lampu pada dasarnya terdapat 4 hal penting yaitu: Intensitas, Warna, Distribusi, dan Gerakan. (1) Intensitas

Salah satu unsur intensitas lampu adalah ‘lumen’ Dipertimbangkan dari segi pandangan penonton, maka intensitas perlampuan akan mempengaruhi ketajaman pandangan, kelemahan pandangan, dan suasana (hati / jiwanya. Tiap-tiap saluran ‘dimmer’ (pengendali cahaya lampu dari terang ke gelap / sebaliknya) dapat digunakan untuk memberi keseimbangan intensitas cahaya tersebut dari setiap sumbernya. (Pramana Padmodarmaya, 1988: 149-151) (2) Warna

(50)

commit to user

(3) Distribusi

Yang dimaksud dengan distribusi adalah kepekatan, penyebaran, dan arah cahaya lampu. Hal ini akan berhubungan pula dengan banyak sedikitnya jumlah lampu, banyak sedikitnya tipe-tipe peralatan lampu dan penempatan kedudukan lampu itu. Suatu distribusi cahaya yang berhasil itu tergantung dari panjang pendeknya bayangan atau sudut bayangan (makin pendek makin baik), kedalaman daerah keteduhan (keremangan) dan kontrasnya dengan cahaya cerah, dan menghindarkan tingkat penerangan dengan noda-noda menyolok yang dikatakan ‘noda mati’ dan ‘noda panas’. (Pramana Padmodarmaya, 1988 : 153-154)

(4) Gerakan

(51)

commit to user

e) Peralatan Lampu Untuk Pencahayaan Khusus

Sejumlah peralatan lampu khusus perlu dipasang atau ditempatkan pada berbagai sudut pandangan.

Gambar 8 : Lampu Cahaya Khusus (Fresnellitus)

Sumber: Pramana Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, 1988 : 177

(52)

commit to user 178

Gambar 10 : Lampu Spot lensa Plano Konveks

Sumber: Pramana Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, 1988 : 179

Gambar 11 : Lampu Spot Lensa = Step atau Fresnell

(53)

commit to user

Gambar 12 : Type Spot Digital (Automated)

Gambar

Tabel 1. Tipe Pengorganisasian Ruang   ..........................................................
Tabel 5. Fasilitas Office   .................................................................................
Gambar 1 : Penataan ruang pada gedung peragaan
Gambar 4 : Bentuk catwalk H Sumber : Illustrasi Sri siswanti.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Aptarus esamas publikacijas skaitmeninės knygos raidos tematika, galima konstatuoti, kad autoriai pasitenkindavo fragmentišku chronologiniu istoriografinių faktų aprašy-

Dalam penelitian ini, dua buah profil baja canai dingin yang disusun bersama pada bagian punggung dengan punggung sebagai batang tekan akan ditambahkan pengaku

Demikian halnya masing- masing kelompok etnik yang berbeda tersebut didasari oleh terbentuknya system sosial dalam masyarakat (Barth, 1988:11), disebutkan kelompok

Berdasarkan beberapa definisi di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa Balanced scorecard merupakan suatu sistem pengukuran kinerja, alat komunikasi dan sistem

Pengecekan secara hati-hati terhadap isi ketentuan perjanjian dalam perjanjian waktu tertentu bermanfaat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kedua belah pihak di masa

1) Dari sisi Barang visual, untuk dimensi display, Mimi Kado sudah cukup untuk menata produknya dengan baik, akan tetapi perlu ditata dengan unik dan semenarik

Kegiatan umum perusahaan ialah mengelola elektronik bekas, karna elektronik bekas itu ada 2 hal yaitu elektronik bekas yang tidak berfungsi sehingga dilakukan

Hubungan antara penerimaan teman sebaya dan kesepian dengan kecanduan gim daring (Online Game) pada remaja di Jakarta.. Pratama,