• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KERJA PANITIA KHUSUS DPR RI PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KERJA PANITIA KHUSUS DPR RI PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

52

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT KERJA PANITIA KHUSUS DPR RI

PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN Tahun Sidang : 2010-2011

Masa Persidangan : Ill Rapat ke : 5 (lima)

Jenis Rapat : Rapat Kerja Pansus Hari,Tanggal : Rabu, 9 Maret 2011

Waktu : Pukul 10.45 WIB. s.d 13.20 WIB.

Acara : Mendapatkan masukan terhadap Pembahasan RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dari Lembaga Terkait:

1. Kementerian Pekerjaan Umum 2. Badan Pertanahan Nasional Tempat : Ruang Rapat Pansus C

Gedung Nusantara II Lantai 3

Ketua Rapat : Ir. H. Daryatmo Mardiyanto (Ketua/F-PDIP) Sekretaris Rapat : Dra. Mitra Anindyarina

Hadir : 24 orang Anggota Pansus. ANGGOTA HADIR:

PIMPINAN:

1. Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO (KETUA PANSUS/F-PDIP) 2. Ir. H. ROESTANTO WAHIDI D., MM (WAKIL KETUA/F-PD) 3. DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si (WAKIL KETUA/F- GOLKAR) 4. H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.Ag (WAKIL KETUA/F-PKS) FRAKSI PARTAI DEMOKRAT:

5. DRS. H. TAUFIQ EFFENDI, MBA 6. IR. NANANG SAMODRA, KA., MSc 7. DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE 8. H. ZULKIFLI ANWAR

(2)

53 9. IR. DJOKO UDJIANTO

FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA: 10. DRS. H. RISWANTONY DK

11. EDISON BETAUBUN, SH., MH 12. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si

13. Hj. NUROKHMAH AHMAD HIDAYAT MUS 14. NURUL ARIFIN, S.IP., M.Si

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN: 15. Ir. SUDJADI

16. IRVANSYAH, S.IP

17. NUSYIRWAN SOEJONO, ST

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA: 18. KH. Ir. ABDUL HAKIM, M.M

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 19. H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MH

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN : 20. DR. AW. THALIB, M.Si

21. H. USMAN JA'FAR

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 22. ABDUL MALIK HARAMAIN, M.Si

23. Hj. MASITAH, S.Ag., M.Pd.L

FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA:

(3)

54

Jalannya Rapat : KETUA RAPAT (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):

Bapak dan Ibu sekalian Anggota Pansus RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang terhormat.

Bahwa rapat pada hari ini bapak dan ibu sekalian bahwa dari daftar hadir telah tercapai daftar hadir sebanyak 15 (lima belas) orang Anggota dari sebagian Anggota Pansus. Kemudian sudah ada 6 (enam) fraksi dari 9 (Sembilan) fraksi jadi sudah kuorum, oleh karenanya kita bisa memulai rapat kerja panitia khusus pada hari ini. Sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPR-RI Pasal 240, maka rapat kerja pada dan rapat dengar pendapat panitia khusus RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan pada pagi ini Rabu, 9 Maret 2011 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 10.45 WIB) Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian Anggota Pansus dan mitra kerja.

Pada hari ini dengan terbukanya dan dinyatakan terbuka rapat panitia khusus ini, kita akan segera memulainya. Karenanya sebelum melanjutkan acara pada pagi hari ini, terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNYA kepada kita semua sehingga kita bisa menghadiri rapat kerja dan rapat dengar pendapat panitia khusus DPR-RI mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan dalam keadaan sehat wal afiat. Tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih dan selamat datang kepada Saudara Menteri Pekerjaan Umum, dan Saudara Wakil Menteri Pekerjaan Umum, dan Saudara Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang telah bersedia memenuhi undangan panitia khusus sebagai nara sumber pada pagi hari ini.

Perlu kami sampaikan sebagai awalan bahwa panitia khusus ini terdiri dari unsur pimpinan dan anggota panitia khusus, yaitu 1 (satu) orang Ketua, dan 3 (tiga) orang Wakil Ketua denga komposisi sebagai berikut :

1. Ketua Ir. H. Daryatmo Mardiyanto F-PDIP 2. Wakil Ketua H. Muhammad Nasir Djamil S. Ag. F-PKS 3. Wakil Ketua Drs. H. Taufiq Hidayat F-PG

4. Wakil Ketua Roestanto Wahidi F-PD

Kemudian anggota Pansus seluruhnya berjumlah 30 (tiga puluh) orang angka 30 (tiga puluh) angka keramat, angka memudahkan kita untuk menghapalkan sama degngan 10 (sepuluh) hari dalam bulan maupun hari-hari biasa kita. Jadi ya kami perkenalkan, kami perlu menyebut pak Taufiq Effendi dari fraksi Partai Demokrat, pak Zulkifii Anwas juga dari Partai Demokrat disebelah kiri kami. Kemudian pak Djoko Udjianto, Ibu Nurul Arifin, dari Partai Golkar, kemudian selanjutnya bapak Honing Sanny dari Fraksi PDI Perjuangan, saudara Nusyirwan Soejono dari PDI Perjuangan, kemudian pak Sudjadi dari PDI Perjuangan, mohon ijin ini tidak saya sebut gelarnya pak, kita sebut nama-nama saja biar akrab. Untuk gelar kita sebutkan apabila kita akan menikah atau menikah lagi. Kemudian bapak Soenmanjaya dari fraksi PKS, bapak Abdul Hakim dari PKS juga, selanjutnya dari fraksi PAN (Partai Amanat Nasional) bapak Chairul Nairn M. Anik, kemudian dari fraksi PPP bapak A.W Thalib,

(4)

55

kemudian yang terakhir bapak Usman Jaffar dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan. Bapak-bapak yang lain masih dalam perjalanan namun sudah kuorum maka bisa kita mulai.

Sebelumnya kami ingin menyampaikan penjelasan bahwa Pansus ingin memberikan sedikit gambaran, panitia khusus tentang RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan ini dibentuk oleh DPR-RI dalam rapat paripurna DPR-RI tanggal 25 Januari 2011, untuk membahas draf Rancangan UndangUndang yang disampaikan oleh pemerintah melalui surat nomor : R98 dan seterusnya tertanggal 15 Desember 2010. Sesuai dengan Tata Tertib DPR-RI Pasal 136 ayat (1) huruf b dikatakan bahwa dalam pembicaraan tingkat I dilakukan kegiatan pembahasan daftar inventarisasi masalah (DIM) dan apabila RUU berasal dari Presiden dalam ayat (5) huruf b disebutkan bahwa DIM tersebut diajukan oleh DPR. Kemudian untuk mendapatkan masukan yang cukup untuk bekal fraksi-fraksi dalam menyusun daftar inventarisasi masalah, maka pansus mengundang berbagai kalangan baik itu instansi pemerintah, akademisi dari berbagai perguruan tinggi, praktisi LSM dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan saran dan masukan kepada pansus terhadap draf RUU yang dibahas oleh DPR bersama pemerintah kelak kemudian.

Ibu-ibu dan bapak-bapak Anggota panitia khusus dan para undangan yang kami hormati, karena itu sebelum mendengarkan paparan dan masukan terhadap RUU tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, maka kita kan memulainya dengan menyepakati waktu terlebih dahulu, bahwa sekarang pukul 10.55 saya tawarkan perjalanan pembahasan ini sampai dengan sementara sampai pukul 12.00 kita lihat situasinya. Setuju? Bapak ibu sekalian setuju?

(RAPAT : SETUJU) F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD):

Ketua mohon ijin sebelum dilanjutkan. KETUA RAPAT:

Baik tentang apa pak barang kali? F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Baik terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera.

Pak Ketua, Pimpinan sekalian dan Rekan Anggota yang terhormat.

Terutama yang kami hormati yaitu Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum juga para pejabat fungsional pada jajaran masing-masing.

Yang pertama Ketua, di kertas kerja yang kami terima, sesuai dengan undangan bisa juga mengapresiasi naskah ini, tapi ada satu hal yang ingin saya sampaikan yang pertama tentang keberlangsungan acara antara rapat kerja bersama Menteri dan rapat dengar pendapat yang bukan Menteri maksud saya begitu, biasanya masing-masing mempunyai kedudukan tersendiri didalam Tatib kita, rapat kerja, rapat dengar pendapat, rapat dengar pendapat umum. Oleh karena itu mungkin pengalaman saya yang belum lama kiranya dapat diberikan satu kepastian tentang legalitas formal yang mengenai forum ini, sehingga dua hal yang berbeda bisa berlangsung didalam forum yang satu.

(5)

56

Yang kedua dengan tetap menghargai kehadiran dan juga kertas kerja yang disampaikan dalam hemat kami bahwa keberadaan bapak Menteri dan juga beserta jajaran dan juga Kepala BPN dalam hal ini tentu pada jajaran pemerintah. Dan sepintas kami bacakan dari naskah-naskah ini sudah cukup banyak yang terserap didalam RUU yang memang inisiatif dari pemerintah. Oleh karena itu kami hanya menjaga perasaan saja, bagaimana apabila tidak ada hal-hal yang ternyata didalam forum ini kita ada kesepahaman tapi didalam raker nanti ada perbedaan, kira-kira akan seperti apa masalah ini? Oleh karena itu dengan tetap kami mendukung berlangsungnya acara ini, tapi juga mohon dipertimbangkan apabila dimungkinkan diforum ini disatu padukan saja dengan rapat kerja, yang itu Presiden sudah menunjuk Menteri yang mewakilinya sehingga keberadaan yang terhormat pak Menteri Pekerjaan Urrium dan juga Kepala BPN itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam rornbongan atau rengrengan pemerintah itu. ltu saja pak ketua sekali lagi saya tidak mengurangi rasa hormat dan penghargaan mohon maaf.

Sekian, terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Soenmandjaya.

Jadi apabila mungkin ada kekeliruan nanti kita akan sempurnakan, tapi yang kita ingin menelusuri penjelasan awal mohon maaf daripada mitra kerja kita, bahwa dikandung maksud pada awal pembahasan ditingkat kami Menteri yang ditunjuk adalah 3 (tiga) orang Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Kepala Bappenas, dan Menteri Hukum dan HAM.

Kemudian dalam pembahasan yang pertama dirasakan bahwa duduk perkaranya RUU ini dari pemerintah, dengan demikian maka secara logis bahwa keseluruhannya adalah muatannya adalah pemerintah, dan seluruh bagian-bagian yang ada didalamnya yang berhubungan dengan pemerintah. Namun dalam perjalanan pertama setelah kita mencermati itu forum mempertimbangkan bahwa perlu memperhatikan jenis seperti biasa rapat dengar pendapat dan rapat dengar pendapat umum untuk memperoleh masukan-masukan. Jadi rapat dengar pendapat dan rapat dengar pendapat umum ini menjadi kewenangan yang ada didalam Tata Tertib jadi ruang peruang kalau perlu kita lakukan untuk itu, karena sampai saat terakhir Pimpinan Pansus berkoordinasi dengan Ketua DPR, untuk dapat menghubungi pemerintah atau Presiden karena Surat Amppresnya dari Presiden kepada DPR itu dapat memberikan penjelasan secara tertulis, yang dimaksud dengan wakil dari pemerintah, karena surat amanat Presiden itu bunyinya adalah secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri, kata ini mengundang ruang yang cukup besar. Kalau sendiri-sendiri diterima, kalau 2 (dua) orang diterima, kemudian kalau 4 (empat) orang pasti diterima, tapi setelah 4 (empat) orang itu datang sendiri-sendiri apa juga bisa diterima? Karena secara sendiri-sendiri dan secara bersama-sama. Menurut keterangan sebagai pasien kalau kita tetap bersama-sama kita terima tapi kalau sendiri-sendiri juga kita terima, sebagai pasien pasti tentu semakin banyak yang hadir semakin bagus, semakin banyak yang berobat, bersama kita bisalah. Jadi katanya perlu duduk perkara untuk itu sambil menunggu sampai sekarang

(6)

57

suratnya belum ada jawaban sampai kita menyusun jadwal ini. Jadi sebenarnya kalau dikoreksi ini adalah rapat dengar pendapat, saya kira itu kita Ianjutkan rapat dengar pendapat ini.

F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD):

Sedikit Pak Ketua, dua Pasal penjelasan kalau memang ini disepakati misalnya rapat dengar pendapat, saya mengapresiasi kehadiran bapak Menteri tentunya. Tetapi kan lazimnya kalau RDP itu cukup oleh eselon I begitu, sekali lagi dengan tetap menghormati kehadiran dan juga memaklurni kesibukan saya hanya memandang tadi bagaimana apabila memang itu RDP misalnya, tentu saja kita hanya menampung pandangan-pandangan, pendapat-pendapat. Tapi lagi-lagi kalau kita dalam kecuali berkembang banyak hal informasi baru yang saya juga yakin tidak mungkinlah pak Menteri beserta jajaran ada yang tidak senang dengan kehadiran RUU ini. saya kira itu jadi itu juga satu hal yang mungkin perlu dimaklurnilah Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, saya kira tidak ada masalah. Bapak, Ibu sekalian.

Kita lanjutkan sesuai dengan adat kita iya kan? Melanjutkan hal-hal yang sebaik-baiknya, saya kira terima kasih masukan dari pak Soenmanjaya dan kita telah dengar semua kita berikan penghargaan pada RDP ini atas kehadiran Menteri dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum.

Bapak-bapak sekalian.

Kita sempurnakan bahwa rapat ini adalah rapat dengar pendapat jajaran atau dengan Menteri PU, dan rapat dengar pendapat dengan Kepala BPN.

Berikutnya marilah kita melangkah ke acara selanjutnya yang menjadi titik perhatian kita pada hari ini, yaitu mendengarkan masukan terhadap Draf Rancangan Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, dan kami silakan yang pertama hal ini akan dapat disampaikan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Kami persilakan saudara Menteri Pekerjaan Umum Bapak Ir Djoko Kirmanto.

MENTERI PEKERJAAN UMUM (Ir. DJOKO KIRMANTO): Terima kasih.

Yang kami hormati Bapak Pimpinan dan seluruh Anggota Pansus pembahasan rencana pengadaan tanah bagi pembangunan untuk keperluan, untuk kepentingan umum.

Pertama-tama kami sekali lagi mengucapkan terima kasih diundang untuk memberikan masukan, karena memang kebetulan tugas-tugas kami ini banyak sekali yang berkaitan dan sering terhambat, karena masalah-masalah yang terkait dengan masalah pembebasan tanah. Oleh sebab itu kami datangpun full tim bapak, jadi saya datang disamping saya ada Wakil Menteri PU, disampingnya adalah saudara Direktur Jenderal Penataan Ruang, dipaling Ujung saudara Direktur Jenderal Bina Marga. Jadi semua hadir dibelakang saya ini ada Kepala Biro dan Direktur 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 termasuk bagian hokum dan ada juga penunjang dibelakang itu Para eselon III juga hadir. Karena kami merasa bahwa semakin cepatnya RUU ini menjadi Undang-Undang itu akan sangat mernbantu

(7)

58

kelancaran dari tugas-tugas yang dibebankan kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Jadi korelasi proses pengadaan tanah dan pembangunan infrastruktur PU adalah sebagai berikut:

Proses pengadaan tanah itu sangat erat korelasinya dengan keberhasilan pencapaian target-target pembangunan termasuk pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum yang tadi sudah saya sampaikan. Berbagai kendala dalam proses pengadaan tanah turut memberikan kontribusi terhadap belum tercapainya beberapa target pembangunan infrastruktur bidang PU dan permukiman. Sebagai ilustrasi saat ini terhadap sejumlah proyek infrastruktur bidang PU dibiayai malalui APBN terhambat masalah lahan antara lain pembangunan beberapa proyek misalnya Waduk Jati Gede, Waduk Nipah, Waduk Jati Barang di Jawa Tengah dan sebagainya itu agak tersendat-sendat karena masalah pembebasan tanah yang tidak lancar.

Ketidak pastian mengenai proses pengadaan tanah juga memberikan sinyal yang kurang positif terhadap iklim investasi yang melibatkan dunia usaha, terutama dari investasi pembangunan jalan tol, proses pengadaan tanah merupakan suatu factor utama yang meyebabkan tingginya resiko investasi pembangunan infrastruktur. Hasil telaah PU menunjukan bahwa proses pengadaan tanah yang berlarutlarut telah meningkatkan daya investasi pembangunan jalan tol. Jadi semain berlarut-larut, semakin adanya calok-calok itu kemudian harga tanah menjadi melambung tinggi.

Kesulitan yang selalu kita hadapi adalah kesulitan mencapai kesepakatan harga ganti rugi atas tanah akibat perbedaan terhadap penilaian harga tanah yang berlaku. Termasuk didalam mencapai kesepakatan harga ganti rugi atas bangunan, property produktif diatas tanah tersebut. Kondisi ini tidak hanya menghambat proses pembangunan infrastruktur, tetapi juga berpontensi menyebabkan konflik horizontal antar warga. Kemudian kami juga sering menghadapi mekanisme fungsi status kepemilikan tanah wakaf, kita menghadapi dilapangan yang mensyaratkan persetujuan Menteri Agama misalnya kasus alih fungsi tanah untuk pembangunan jalan tol di Semarang-Ungaran. lni juga ternyata memakan waktu yang cukup lama, mekansime alih fungsi status berfungsi lindung, dan proses pembayaran kewajiban dalam rangka pinjam pakai kawasan hutan, seperti pada kasus pembangunan ruas jalan tol MantinganKertosono juga memberikan andil waktu yang cukup lama. Kejelasan mekanisme paska penetapan keputusan pengadilan terkait konsinyasi ini juga cukup perlu ada kejelasan. Jadi kalau kita tidak sepakat dengan masyarakat dalam pembebasan tanah padahal sudah diputuskan oleh tim, itu dikonsinyasi oleh pengadilan. Tapi meskipun dikonsinyasi kenyataannya pekerjaan juga belum bisa dilaksanakan. Kami mengharapkan agar didalam Undang-Undang ini nariti akan dibahas seperti itu agar Iebih jelas lagi.

Berikutnya juga ada persepsi umum yang agak kurang betul, persepsi umum nilai ganti rugi tanah untuk pembangunan infrakstruktur jalan tol itu dianggap Iebih tinggi, dibandingkan nilai ganti rugi tanah untuk pembangunan infrastruktur lainnya. Pembangunan jalan tol seringkali dipandang sebagai infrastruktur yang dibangun oleh investor dengan motiv bisnis, hingga provit oriented. Persepsi ini mendorong sekelompok orang untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya didalam proses pengadaan tanah untuk jalan tol. Kami juga sering menghadapi bahwa dukungan pemerintah daerah untuk melaksanakan komitmen dalam pengadaan tanah dalam pelaksanaan juga melampaui

(8)

59

batas waktu. Kita sering mengahadapi perubahan rencana lokasi atau trase pembangunan infrastruktur sebagai akibat penolakan keberatan masyarakat. Jadi kita sudah tetapkan alainmennya untuk membuat jalan ternyata karena tidak bisa ditembus maka terpaksa kita pindah rute jalan itu keternpat yang lain.

Ibu dan bapak-bapak sekalian dalam proses penyusunan draf rencana undang-undang ini, Kementerian PU secara aktif telah mengikuti seluruh proses penyusunan rencana undang-undang pengadaan tanah bersama-sama Badan Pertanahan Nasional. Dan seluruh pemangku kepentingan dari aspek pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Jadi kami sudah mengikuti proses ini mulai dari awal sampai terjadi draf RUU tersebut, catatan, masukan dan aspirasi Kementerian PU,telah disampaikan baik secara lisan dalam rapat-rapat koordinasi lintas Kementerian maupun secara tertulis kepada Badan Pertanahan Nasional. Beberapa masukan yang pernah kami masukan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya pengaturan yang Iebih jelas terkait dengan konsinyasi dalam pengadaan tanah dan bagaimana mekanisme pencairan konsinyasi tersebut di Pengadilan Negeri agar terjadi keseragaman diseetiap pengadilan negeri dimanapun juga.

2. Perlu adanya penegasan bahwa pembangunan jalan tol bukan salah satu jenis perribangunan untuk kepentingan umum meskipun dilaksanakan oleh pihak swasta dan ini juga sudah masuk didalam draf RUU.

3. Perlu menambahkan pembangunan atau penyediaan ruang terbuka hijau sebagai dalah satu jenis bangunan untuk kepentingan umum. Penyediaan ruang terbuka hijau atau (RTH) publik seluas 20% sebagaimana diamanatkan didalam Undang-Undang 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dalam implementasinya juga mengalami kendala pak, pengadaan tanah oleh karena itu dalam rangka implementasi ketentuan ini seyogyanya dilahan RTH publik didukung pula oleh kebijakan tanah untuk kepentingan umum.

Ibu dan bapak-bapak sekalian didalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai Tata Ruang disana disyaratkan bahwa untuk kota yang baik itu minimum harus mempunyai ruang terbuka hijau public 20%. Sehingga bagi kota-kota yang belum memenuhi syarat diperlukan pengadaan tanah untuk itu, sehingga kami juga mengusulkan agar RTH itu juga merupakan bagian dari pembangunan untuk kepentingan umum.

4. Penegasan pengadaan tanah yang tidak hanya mengacu pada rencana strategis, dan rencana kerja pemerintah masing-masing instansi yang memerlukan tanah, tetapi juga keharusan untuk mengacu pada rencana tata ruang wilayah. Jadi apapun dalam pembebasan tanah ini maka RT/RW apakah itu provinsi, apakah itu Kabupaten, apakah itu nasional harus menjadi salah satu yang dipertimbangkan.

5. Perlu dipertimbangkan sumber pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum itu sebenarnya tidak hanya bersumber dari APBN dan atau APBD saja, tetapi juga bersumber dari pendanaan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan-badan Usaha Swasta. Sebagaimana yang tadi saya sampaikan misalnya didalam kita pembangunan jalan tol.

(9)

60

Untuk menghindari keberatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur maka perlu diatur mengenai mekanisme peran serta masyarakat dalam memberikan masukan baik secara lisan maupun tertulis didalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Ibu dan Bapak-bapak sekalian.

Itu sebenarnya adalah konsen umum Kementerian PU terhadap perlunya Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ini harus segera ada dan segera diselesaikan. Terhadap konsep yang sudah ada kami hampir semuanya setuju ada beberapa yang mungkin mengusulkan penyempurnaan. Memang betul ini kita sudah setuju semua kami dari Kementerian PU juga terhadap Draf ini sudah setuju semua namun dengan berjalannya waktu mungkin ada beberapa tambahan atau koreksi yang ingin kami sampaikan sebagai beriktu:

1. Mengenai Pasal 8 b disitu tertulis di Pasal 8 kalau saya baca "pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan:

a. Rencana strategis dan rencana kerja pemerintah masing-masing instansi, yang memerlukan tanah dan rencana tata ruang wilayah atau rencana pembangunan nasional dan daerah". Bilamana masih mungkin kami mengusulkan pak "atau" itu diubah menjadi "dan" jadi rencana pembangunan juga diacu dan rencana pembangunan tata ruang diacu bukan atau. Kalau masih diijinkan.

2. Kemudian Pasal 13 setelah karni baca semua maka untuk lebih meyakinkan lagi, kami mengusulkan yang g, Pasal 13 g yang 13 g pak, maaf ini yang dibagi dengan yang saya baca agak berbeda mohon maaf.

F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD):

Sedikit Pak Menteri melalui pimpinan, ini yang pertama kami mencermati betul apa yang disampaikan, lantas kami coba menangkapnya dalam kertas kerja ini apa yang disampaikan jadi tak ada masalah ini kalau bisa memang dibagikan yang sama ini jadi kami juga, sebagai contoh mohon maaf halaman 10 misalnya dari mulai halaman 8 kemudian. Saya minta supaya saya ikut terpandu begitu Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Pak Soenmandjaya barangkali terpancing dengan interupsi saya tadi. Jadi pimpinan kan hanya ingin menyampaikan kalau nggak bisa baca buku kan. Jadi pak Soenmanjaya akan mendapatkan kesempatan paling awal dalam pendalaman nanti. Jadi ini kita selesaikan secara adat sampai titik, supaya efisiensi waktu bapak-bapak sekalian.

Silakan Pak Menteri untuk melarijutkan. MENTERI PEKERJAAN UMUM :

Jadi setelah saya sampaikan kepada tadi yang ditampilkan ini setelah masuk kepada pasal-pasal saya memakai RUU yang sudah kita sepakati beberapa waktu yang lalu pak jadi mohon maaf jadi mungkin agak salah proses. Jadi kalau Pasal 13 itu berbunyi tanah untuk kepentingan umum, sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) digunakan untuk 1. Jalan umum dan seterusnya 2. Waduk dan seterusnya, saat kita ditempat pembuangan dan pengolahan sampah kalau boleh itu

(10)

61

untuk Iebih meyakinkan lagi dan limbah cair. dan limbah selain sampah dan limbah. Jadi kalau ada pembuangan limbah cair dan sebagainya itu juga termasuk didalam infrastruktur untuk kepentingan umum, jadi pengolahan sampah dan limbah cair.

Kemudian yang terakhir kami mengusulkan setelah yang terakhir pembangunan kepentingan umum lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden sebenarnya kami ingin mendapat ruang terbuka hijau itu satu poin tersendiri. Jadi yang tadi a, b, c, d sampai i tadi masih ditambah lagi ruang terbuka hijau, yang Pasal 13, Pasal 13 butir q, ditambah ruang terbuka hijau.

Kemudian kalau memang ini boleh ini saya kira bahasa legal ini yang Pasal 28 nanti saya kembalikan kepada bagian legal pak. kata "proses" jadi ini dalam hal jangka waktu penetapan lokasi bangunan untuk kepentingan umum, sebagaimana di Pasal 28 dimaksud dalam Pasal 27 tidak terpenuhi, maka penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan proses ulang. Inc temanteman kami mengusulkan "proses ulang" diganti dengan "penetapan ulang" inipun kalau bisa diterima bagi yang ahli legal draftingnya.

Kemudian Pasal 39 berbunyi "dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena pengadaan tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan penggunaannya pihak berhak dapat merriinta untuk penggantian secara utuh atas bidang tanahnya" disini sebenarnya yang kita maksudkan adalah misalnya itu memang sudah tidak bisa digunakan lagi secara efektif itu harus kita semuanya harus kita bell. Kalau itu yang jadi maksud saya kira oke kalau nanti ada perubahan bahasa nanti kita persilakan.

Kemudian Pasal 59 pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) anggap saja Pasal 59 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Didalam prakteknya kalau kita membangun jalan tol itu pembebasan tanah dilaksanakan oleh pemerintah, dibayar oleh pemerintah dan dibayar kembali oleh investor. Tetapi nanti setelah menjadi jalan tol dan dia mendapatkan konsesi misalnya 30 tahun setelah itu baik jalan maupun tanahnya menjadi milik Negara. Dan saya harapkan pasal ini juga bisa berlaku untuk misi seperti itu, jadi kalau kami membangun waduk kan, pemerintah membebaskan tanah waduknya jadi itu memang menjadi asset Negara pada saat itu juga. Didalam jalan tol ini yang bayar pembebasan tanahnya investor, kemudia dia pakai selama 30 atau 35 tahun kemudian dikembalikan menjadi milik Negara, kami harapkan ini juga bisa ditampung didalam pasal ini, tadi sudah kami bahas dengan Pasal 59. Mohon maaf pak tidak ketemu disitu pak ya, yang terakhir bapak Pasal 72 yang terakhir dari komentar kami, Pasal 72 berbunyi "pada saat undang-undang ini mulai berlaku ketentuan perundang-undangan yang mengatur mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan umum dicabut, dan dinyatakan tidak berlaku". Mungkin ini mohon kita tinjau ulang karena didalam Pasal 69 ayat itu bunyinya seperti ini "pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku maka :

a. Proses pengadaan tanah dan seterusnya.. b. Dalam proses pengadaan tanah dan seterusnya

(11)

62

c. Peraturan pelaksanaan mengenai tata cara pengadaan tanah dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan ketentuan undang-undang ini".

Jadi disatu sisi ada kalau ini berlaku tapi belum selesai bisa diproses dengan UndangUndang yang lama atau aturan-aturan yang lama, tapi disini dikunci sejak saat berlaku ini tidak boleh. Jadi mohon ini saya kira legal drafting yang bisa menghaluskan kalimat-kalimat ini.

Saya kira itu ibu dan bapak sekalian beberapa pendapat atau komentar yang bisa kami sampaikan atas nama Kementerian Pekerjaan Umum, mudah-mudahan ini bisa memberikan gambaran pandangan bagi kita semua untuk membahas RUU ini kedepan lebih lanjut lagi.

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Menteri yang telah menyampaikan penjelasannya, saya kira penjelasan telah kita dengarkan semua dan cukup rinci. Jadi mohon saja supaya lebih focus supaya tidak menambah bingung Anggota tapi mempertajam ini bisa disampaikan secara tertulis yang lainnya fokus semua.

F- PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO, S.T): Ketua mohon ijin bisa interupsi?

Sebelum mengakhiri penjelasan dari Menteri Pekerjaan Umum kami mohon bisa diberikan waktu atau katakanlah nanti setelah ini barkaitan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, sambungan dan posisioningnya dari ranah penataan ruang tentunya adalah dari sisi fungsi lahan. Irii mungkin Kementerian Pekerjaan Umum dalam hal ini bisa Dirut Penataan Ruang bisa menjelaskan kepada kami di forum ini posisi Undang-Undang tersebut dengan Undang-Undang lahan pembangunan ini bapak. Supaya tidak menimbulkan kerancauan mana yang seharusnya sudah diatur dalam penataan ruang dan mana yang tidak perlu lagi masuk kesebelah sana ditempat RUU penataan ruang/lahan pembangunan. Ini kami semua, kalau saya tentunya sudah bermitra dengan bapak tentunya sudah memahami/mengerti ini tetapi mungkin kita bisa bersama-sama bisa mengerti mana yang berkorelasi dengan Undang-Undang lahan Pembangunan. Supaya hal yang seharusnya ditetapkan didalam Undang-undang tata ruang tidak perlu lagi diadop disini bisa juga demikian.

Terima kasih.

F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Pak ketua mohon ijin sedikit,

KETUA RAPAT: lya lama juga tidak apa.

F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD):

Sedikit saja karena saya pandang agak penting ini, karena yang disampaikan oleh Bapak Menteri tadi justru secara politis Pak Ketua.

(12)

63 KETUA RAPAT:

Jadi pak Nusyirwan tadi interupsi yang kita sebenarnya akan melanjutkan pada pembicara yang lain tapi ini saya harap menjadi interupsi yang kedua pak Soenmanjaya dan terakhir sebelum masuk itu apabila menyangkut materi. Kecuali usul yang menyangkut tentang tata cara.

Silakan Pak Soenmandjaya.

F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD):

Pertanyaan saya singkat saja pak, Cuma mau mengasih pertanyaan saja pak ketua, jadi apa yang disampaikan oleh pak menteri tadi itu sebagian besar, maksud saya begini pada naskah yang diterima oleh kita ini itu ada yang disampaikan oleh pak Menteri kemudian ada juga yang sebagian dan ada juga yang tidak disampaikan. Pertanyaan saya begini apakah yang tidak disampaikan juga merupakan bagian yang tetap dipertahankan oleh Kementerian PU, atau kami hanya berpegang pada usul yang terakhir yang secara lisan disampaikan oleh pak Menteri? Itu boleh dipilih seumpama yang lisan saja berarti kita cabut pasal-pasal yang memang beliau sampaikan ternyata tidak disampaikan pada forum ini kan begitu. Tapi kalau bagian tidak terpisahkan tentu ada pendalaman nanti.

Demikian Pak Ketua, terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik terima kasih Pak Soenmandjaya.

Saya kira sudah dicatat nanti dalam diskusinya dapat di jawab Pak Kirmanto karena ada keterangan tadi bahwa diawal tapi saya juga tidak perlu memberikan komentar saya kira nanti berlarut-larut jadi kita langsung saja. Jadi pada kesempatan hari ini kita akan segera mengusulkan tadi untuk masuk saja pada acara berikutnya langsung masukan berikutnya dari Kepala BPN. Untuk itu nanti sesudah pada pertanyaan/pendalaman materinya jadi mengingat waktu kami persilakan kepada saudara Kepala BPK untuk memulainya dan terima kasih dari Menteri PU yang telah menyampaikan masukan maupun pandangannya.

Silakan kepada Kepala BPN. KEPALA BPN:

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang salam sejahtera bagi kita semua,

Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota Pansus RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan.

Ijinkan kami pertama mengucapkan terima kasih atas undangan hari ini, dengan harapan BPN RI bisa berkontribusi didalam memberikan berbagai gambaran atas kerumitan dari pengadaan tanah dinegeri ini. Dan yang kedua karena ini masih pertama kali, dan kebetulan juga nanti ketua tim teknisnya itu dari BPN RI, ijinkan kami tidak masuk kediteil tetapi ada hal-hal prinsip yang ingin kami sampaikan berkaitan dengan RUU ini. Yang pertama sebagaimana tadi disampaikan oleh Bapak Menteri Pekerjaan Umum disampaikan banyak sekali persoalan. Dan kalau di list persoalan yang disampaikan bapak menteri tadi itu sebenarnya yang diajukan didalam pembahasan dulu ada 21 (dua

(13)

64

puluh satu) dan banyak sekali yang lain, setelah itu ketika kita sistematikakan persoalan ini kurang lebih ada 9 (Sembilan).dan ini barangkali nanti bagian penting yang layak untuk kita pastikan didalam RUU, ini terselesaikan atau tidak.

1. Proses dan prosedur pengadaan tanah, yang ini banyak sekali dipastikan melahirkan ketidakpastian, ketidakpastian waktu, ketidakpastian proses, ketidakpastian harga, dan ketidakpastian mekanisme. Jadi ini yang bagian penting juga didata didalam RUU pengadaan tanah yang telah disampaikan oleh pemerintah.

2. Ada persoalan juga yang tadi sekilas ditunjukan oleh bapak Menteri PU, yaitu tumpang tindih UndangUndang dan peraturan yang terkait dengan pengadaan tanah nanti saya akan berikan gambaran secara khusus.

3. Persoalan partisipasi tidak hanya social konsen tapi juga citizen ektion dalam pengertian partisipasi yang punya makna, dan pemberdayaan masyarakat khususnya paska pengadaan tanah. Ini juga menjadi persoalan besar yang selama ini kita hadapi, dan meskipun pengadaan tanah itu sepertinya bisa dilakukan selang beberapa lama ini masih melahirkan persoalan-persoalan baru. 4. Ganti kerugian yang adil,

5. Spekulasi tanah yang tidak terkontrol, 6. Flutuasi harga tanah yang tidak menentu.

7. Persoalan transparansi dan akuntabilitas serta berkaitan dengan persoalan-persoalan sistainabelity dari system pembangunan kita.

8. Persoalan ac hoktersi dari pengadaan tanah yang ada selama ini karena terlalu banyak instansi terlibat, ada tim sekian banyak terlibat, sehingga susah ditentukan siapa sesungguhnya yang bertanggungjawab, ada keruwetan kelembagaan pengadaan tanah.

9. Persoalan ketersediaan, persoalan kepastian, dan kemudahan pembiayaan pengadaan tanah. Itu bukan proses seharusnya pembiayaan pengadaan tanah.

Pimpinan nanti naskah yang telah kami sampaikan tahap presentasi ini juga akan kami serahkan secara khusus. Didalam kaitan dengan itu setelah dilakukan pengkajian, dan melihat semuanya pemerintah mengembangkan 3 (tiga) prinsip dasar, pengadaan tanah yang kiranya nanti didalam pembahasan RUU ini bisa menjadi control cek atas Undang-Undang apakah prinsip-prinsip ini terpenuhi atau tidak terpenuhi :

Prinsip yang pertama adalah bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum itu harus dapat disediakan oleh pemerintah atas nama Negara. lni dijamin oleh Undang-Undang Dasar dan dijamin oleh Undang-Undang Pokok Agraria, Pasal 2, Pasal 18, Pasal 14 dan Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria. Tapi secara Internasional kedudukan pengadaan tanah untuk kepentingan umum iu statusnya sama saja dengan paks sama saja denga pemajakan. Jadi right to paks itu adalah domain public sama saja dengan the right to yours the line for public perfosis. Jadi prinsip ini menjadi sangat fundamental bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus bisa dijalankan. Itu prinsip yang pertama.

(14)

65

Prinsip yang kedua adalah hak masyarakat diakui dan diperlakukan secara adil, dan nanti juga menjadi control kita apakah mekanisme yang tertiang didalam Undang-Undang ini bisa menjamin ini atau tidak?

Yang ketiga spekulasi tanah teratasi, 3 (tiga) prinsip ini menjadi 3 (tiga) prinsip dasar yang didalam proses pembahasannya itu didasarkan juga atas 2 (dua) hal besar yaitu :

1. terbaca atas adanya dest pratisis internisme praktisis. Kita melakukan kajian-kajian ke berbagai Negara nanti saya berikan contoh-contoh diakhir presentasi bagaimana Negara-negara lain melaksanakan pengadaan tanah ini.

2. kita juga menyadari bahwa tidak semua yang baik diluar negeri itu bisa otomatis, bisa kita adopsi, karena berkaitan dengan sejarah dan system politik ekonomi pertanahannya dinegeri ini. Didalam memastikan 3 (tiga) prinsip ini 2 (dua) hal terakhir yang saya sebutkan menjadi pertimbangan.

Ibu dan Bapak sekalian yang saya hormati,

Oleh karena itu di dalam penuangan RUU pengadaan tanah yang telah disampaikan oleh pemerintah pada bulan Desember yang lalu kepada DPR, ada beberapa hal prinsip yang mendasar yang sangat berbeda dari proses-proses pengadaan tanah sebelumnya. Sebagai contoh mengenai kelembagaan pengadaan tanah, kalau dulu karena ini menyebar kemana-mana beberapa Negara dan hampir semua Negara yang kita studi, lembaga pengadaan tanah itu tunggal. Jadi ada yang jelas yang

bertanggungjawab ini juga nanti akan dielaborasi secara khusus didalam Undang-Undang ini. Nah untuk

memberikan garnbaran utuh beberapa prinsip besar yang ada ijinkan kami menjelaskan dengan menggunakan 2 (dua) garribar. Garnbar yang pertama tolong yang menggunakan pembangunan mas, ini mohon maaf kalau nanti ada kena, ini saya bukan Malaysia nanti kalau misalnya kena pointer mohon maaf.

Didalam prinsipnya pembangunan itu ada yang dilaksanakan murni oleh pemerintah, ada yang dilaksanakan murni oleh swasta. Dan diantara itu bisa kerjasama antara pemerintah dan swasta, pemerintah kerjasama antara swasta itu hakekatnya adalah pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah karena ini menyangkut kepentingan umum dan semua nanti akan tetap dikuasai atau dimiliki oleh Negara.

Di dalam kaitan dengan ini dengan prinsip ini, ada pertanyaan yang agak bias, kecuali kalau kita mendalami naskah. Yaitu ada pertanyaan Undang-Undang ini sebenarnya apakah hanya mengatur untuk kepentingan umum saja, dan kepentingan yang lain? lntinya undang-undang ini adalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum tapi didalam draf itu juga disampaikan pengadaan tanah untuk kepentingan lainnya yang didalam draf itu disebutkan kepentingan usaha swasta. Sebenarnya dibagian yang kedua itu yang diatur hanya public domain yang berkaitan dengan pengadaan tanah.

Saya ingin memberikan gambaran begini karena pengadaan tanah diluar pengadaan tanah untuk kepentingan umum itu tidak terkontrol, maka persoalan perbatasan,

(15)

persoalan-66

persoalan pesisir, persoalan-persoalan pulau itu tidak pernah terpecahkan. Bahkan ada atas nama tanah 4 (empat) ha kalau pulaunya sendiri 4 ha jadi penguasaan 1 (satu) pulau public domain yang seperti inilah yang juga dimasuki didalam konteks pengadaan tanah ini disamping pengadaan tanah yang tadi secara khusus telah diadres oleh bapak Menteri PU.

Jadi pengaturannya hanya dimensi public dan pengadaan tanah yang untuk swasta itu, untuk memastikan misalnya kepentingan umum jangan dilanggar, sistenabelity jangan dilanggar, tanah untuk pertanian dengan infrastruktur terbaik jangan dilanggar, lingkungan jangan dilanggar, dan seterusnya. Ini pengaturan ini dan salah satunya diantaranya adalah pengaturan mengenai luasan kependidikan. Mas tolong berikan saya gambar, ini kenyataan dinegeri ini dan ingin mernperoleh perhatian secara khusus mengenai ini, dinegeri ini sekarang kalau penguasaan tanah itu kita bagi saja dimiliki perorangan dimiliki oleh perusahaan. Dan tanah kita bagi yang kedua tanah pertanian dan tanah non pertanian, di Indonesia sekarang sudah ada pengaturan pengadaan tanah dan kepemilikan tanah untuk pertanian perseorangan itu ada undang-undangnya dan dibatasi, dibatasi kurang Iebih antara 4 (empat) sampai 7 (tujuh)ha satu orang untuk menguasai tanah pertanian tergantung lokasinya. Tapi untuk tanah pertanian yang dikuasai oleh perusahaan belum ada aturannya. Oleh karena itu pengadaan tanahnya bisa tidak terjangkau prinsip keadilan ditetapkan didalam Undang-Undang Pokok Agraria yang juga menjadi prinsip Undang-Undang-Undang-Undang yang diajukan bisa terlanggar disini, karena tanah-tanah yang sudah dikuasai masyarakatpun bisa dikonsentrasikan ulang melalui HGU-HGU secara besar.

Yang kedua juga belum ada pembatasan pemilikan tanah non pertanian perseorangan dan juga belum ada kepemilikan non pertanian untuk perusahaan. Pertanyaannya kemudian apakah pengadaan tanah semacam ini dimensi publiknya tidak diatur. Didalam pembahasan dulu cukup a lot akhirnya dimensi public dari pengadaan tanah untuk kepentingan lainpun dituangkan disini sehingga persoalanpersoalan ini bisa dikendalikan. lni didalam konteks pertanyaan yang mendasar berkaitan dengan kenapa sih kok ada Pengadaan tanah untuk swasta?

Selanjutnya saya ingin menjelaskan dengan 1 (satu) gambar terakhir ini realitas yang ada di Indonesia nanti kita ingin melihat betapa konflikasi pengadaan tanah Indonesia itu sangat tinggi dan bagaimana itu bisa ditata didalam RUU Pengadaan tanah ini. the fakto didalam penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan kita sekarang ini Indonesia itu menjadi 2 (dua):

1. disebut kawasan hutan;

2. diluar yang hijau itu kawasan non hutan atau kawasan budidaya atau orang menyebut APL.

Kawasan hutan ini tunduk pada Undang-Undang nomor 41 Tahun 1999, kawasan yang kedua diluar kawasan hutan tunduk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, walaupun para pendiri bangsa menginginkan satu kesatuan. Semua tunduk pada Undang-Undang Pokok Agraria. Tapi realitas penyelenggaraannya sampai hari ini seolah-olah negeri ini dibagi 2 (dua).

Selanjutnya didalam kawasan diluar kawasan hutan itu banyak sekali Undang-Undang yang langsung atau tidak langsung mengatur tanah dan nanti berpengaruh pada pengadaan tanah yaitu yang pertama Undang-undang yang terkait dengan masalah tambang. Karena itu tadi bapak pimpinan

(16)

67

berbicara mengenai ESDM relevan atau tidak itu sangat relevan. Yang kedua Undang-Undang Transmigrasi, yang ketiga ada Undang-Undang BUMN, ada Undang-Undang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 (satu) Tahun 2004, tapi semuanya itu tunduk pada Undang-Undang Pokok Agraria, tapi masing-masing punya kekhususan. Konsekuensinya ketika pengadaan tanah untuk kepentingan umum itu dilakukan mau tidak mau bersentuhan dengan keseluruhan undang-undang ini. Oleh karena itu sebagai contoh kalau kita membangun jalan tol selama ini konsen kita seolah-olah hanya tanah yang dikuasai oleh masyarakat, tanah yang dikuasai masyarakat ini coklat ini, tapi bisa saja tol itu akhirnya melewati tanah yang dikuasai oleh BUMN atau BUMD. Ada yang dikuasai oleh ini mestinya bukan BUMN ini, BMN dikuasi oleh menjadi Barang Milik Negara, ada juga yang melalui masyarakat ada tanah transrnigrasi atau tanah tambang, ada kawasan hutan, hanya membangun 1 (satu) tol atau 1 (satu) ruas tol bisa melewati jalan semua ini ini bisa dibayangkan betapa rumitnya pengadaan tanah itu.

Selama ini yang selalu dikejar-kejar seolah-olah persoalannya dengan masyarakat, tapi justru yang dengan kawasan hutan dengan tambang, dengan transmigrasi, dengan BMN kenyataannya banyak yang jauh Iebih rumit ketimbang dari pengadaan tanah untuk masyarakat. Bahkan banyak sekali yang diklaim oleh masyarakat sudah selesai diluar ini belum selesai, karena juga para pimpinan kementerian atau lembaga yang bertanggungjawab atas ini seringkali tidak berani melepaskan, oleh karena itu persoalanpersoalan hukum berkait dengan tanah. Pertanyaannya kemudian apakah bisa RUU Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ini melakukan univikasi atas hal ini? didraf ini dijelaskan secara khusus bahwa hal ini bisa dilakukan, itu prinsip pertama yang sangat mendasar yang berbeda dari yang sebelumnya. Yang kedua masih menggunakan gambar ini kalau dulu pengadaan tanah itu berinteraksi dengan masyarakat, panitia pengadaan tanah tiba-tiba datang ke masyarakat menyatakan ini akan dibebaskan untuk kepentingan umum apakah untuk DAM, untuk jalan tol, atau untuk apa, masyarakat pokoknya sudah langsung kaget langsung berdiskusi mengenai seolah-olah bernegoisasi harga. Belum ada konsen masyarakat apakah setuju atau tidak setuju denga lokasi, prinsip dari RUU pengadaan tanah ini bisa dilaksanakan secara baik dan tiga prinsisp yang diajukan itu bisa dipenuhi dimulai dengan pemikiran yang sedikit berubah. Pemikirannya adalah penentu dari segala penentu pertama itu adalah lokasi kepentingan umum, apakah lokasinya itu apakah disetujui dilokasi ini atau seterusnya.

Jadi masyarakat dan pemangku kepentingan yang lain itu sudah punya konsen sejak awal, sebagai contoh rnisalnya, apakah menteri Kehutanan setuju jalan tol lewat sini, kalau disitu berbaya untuk dender is peses sebagai contoh atau kawasan pelindung sebagai contoh atau merusak system infibiliti bisa saja, menteri Kehutnan sejak awal jangan belok disini pak, luruskan saja. Karena kalau belok kekanan ada denger is sepses yang akan dilanggar. Begitu juga bagi masyarakat disini, titik itulah yang menjadi titik penentu lokasi, ketika lokasi itu sudah disepakati maka persoalan kebelakang menjadi persoalan pengharusan pengadaan anah

Jadi masyarakat itu sudah punya konses sejak awal pembanguna itu dari mulai perencanaan pembangunan sampai penetapan lokasi. Jadi ini prinsip pemaknaan dari citicen exsen pertanyaan

(17)

68

yang kedua lokasi ditetapkan bagaimana pengadaan tanah haws dapat dilakukan nah Undang-undang ini menjelaskan itu tetapi yang penting adalah bagaimana masyarakat bisa dikonpensasi secara adil dan per. Disini persolannya kemudian bagaimana penetuan harga, harga kalau sebelumnya ditentukan oleh Pemerintah NGOP kebawah, sudah mulai diuju cobakan tahun 2007 dengan peraturan khusus dengan menggunakan team indenpenden presul, tetapi yang dinilai oleh team presul itu hanya tanahnya, tanaman, bangunan atau apapun diatasnya itu tetap dengan nilai administrasi. Pasti terjadi masalah, pasti tidak pernah ketemu titik temunya, nah aturan ini yang baru bahwa ini oleh team reasul secara penuh, untuk semua aspek itu, jadi intinya fertreatmen dari pemilik tanah. Itu prinsip yang kedua, prinsip yang ketiga dengan Undang-undang ini diperlakukan secara khusus dengan kesepakatan bahwa lokasi itu sudah disepakati, maka Undang-undang yang berkaitan dengan kawasan hutan khusus untuk lokasi ini tunduk pada Undang-undang ini tambang juga tunduk pada Undang-undang yang diajukan, begitu juga dengan yang lain-lain.

Dengan cara begitu Pengadaan Tanah yang selama ini spak total itu bisa diterobos bisa diselesaikan. Dan hal-hal dital menurut pendapat saya layak untuk didalami dan kami juga toh masih akan aktif bersama sama dengan Pansus untuk membicarakan ini. Tetapi menurut pendapat saya uji kita terhadap RUU ini sudah memenuhi tiga prinsip pertama tadi belum ? yang kedua Sembilan persoalan besar yang dihadapi oleh Pengadaan Tanah dinegeri ini itu bisa terselesaikan tidak ? dalam Undangundang ini.

Menurut saya perbaikan, perribahasan dan perdebatan itu kalau berkenan didalam koridor dalam prinsip-prinsip ini, pak Pimpinan hal-hal mendasar telah kami sampaikan ada naskah kami dan reseprentasi akan kami serahkan ijinkan kami terakhir terbuka hijau dikota kota. Pertanyaannya apakah itu layak atau tidak, itu semua layak tanah kita melihat contoh Negara lain, seperti Malaysia yang disebut untuk kepentingan umum itu katagorinya luas sekali, 1 disebut jalan kedua transport kereta api, ketiga penyediaan air, keempat penyediaan pipa gas, kelima penerangan jalan, keenam telekomunikasi, ketujuh system pembuangan air limbah kedelapan pembuangan sampah. Pekerjaan public jadi apa saja bisa masuk, yang kesembilan pelaynan public sejenis, contoh lagi pahilipine yang disebut kepentingan umum, seluruh infrastruktur nasional, yang kedua pekerjaan umum, yang ketiga kontrak pelayanan, keempat termasuk yang dibawah kendali perusahaan Negara. Contoh Quen Sland apa yang disebut kepentingan umum, pembangunan sekolah, rumah sakit, pelabuhan, jembatan, penerbangan, lapangan parker, pembuangan limbah.

Brazil ini juga luas sekali pabrik ditelete termasuk pertahanan nasional, kesehatan umum, konstruksi pekerjaan umum, dan perwujudan monopoli pemerintah. Sosial interes sebagai perwujudan dan fungsi social sebagai hak milik yang mencakup distribusi yang adil atas hak milik. New Zaeland kepeentingan jalan raya, kantor pemerintah, bangunan kontruksi public, trans swes, ofserfetri dan pertecsein and presser present of and jenes flora dan fauna kurang lebih ini berhubungan dengan sestem infebilti, semua jenis termasuk criteria. Mexico lebih panjang lagi dan dinaskah ini sebagai sebagai referensi saja juga kita telah berikan jenis jenis kepentingan umum berdasarkan Keppres 55

(18)

69

tahun 93 yang kita adopsi, Kepres 36 tahyn 2005, Kepres 65 tahun 2006, PP 6 tahun 2006 dan tentu yang kita usulkan melalui Undang undang ini.

Pimpinan dan Saudara yang kami hormati.

Untuk pendalaman sebagai mana tadi kami minta ijin jam satu saya dipanggil Pak Presiden. Kami minta ijin, nanti pendalaman kebetulan ada juga ketua team teknis juga ada disini, dan juga tujuh pejabat eselon satu BPN RI juga nanti untuk pendalaman. Jadi untuk itu kami mengucapkan.

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih dari Kepala BPN yang telah memaparkan, memberikan masukannya, berikutnya acara kita adalah dari anggota Pansus pada narasumber sebagai pendalaman. Waktunya akan kami atur, oleh sebab itu tadi ada usulan dari kepala BPN, saya kepala GPN masih bisa 15 menit . Menurut bagian perjalanan dari sini ke Istana Cuma 15 menit, oleh kami akan mendaftar baik jadi ini mumpung jam 12 kurang 5, kita perpanjang sampai jam 12.30 setuju.

(RAPAT : SETUJU) Silahkan Bu Nurul Arfin.

F-PG (NURUL ARIFIN, S.IP., M.Si): Baik Pimpinan terima kasih.

Selamat siang Bapak Menteri beserta jajaran.

Ada satu tadi dari penjelasan Bapak sekalian tentang judul, sebetulnya RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan apakah harus dibagi antara kepentingan umum atau public titik, dan Pengadaan tanah untuk swasta atau komersil. Kalau saya melihat RUU ini maka ini kepentingan umum, tapi yang saya konsen adalah takutnya ada, nanti dibacanya bahwa ini nantinya untuk kepentingan swasta. Jadi harus ada penegasan pada judul , dari saya pertama setuju apa tidak, kemudian yang kedua disebutkan tadi ada 9 yang mencakup tanah untuk pembangunan oleh bapa Wijoyo, satu hal yang saya tdak baca adalah ketika kita berbicara tentang kepentingan umum seharusnya kita siap berkorban atau merelakan tanah tersebut untuk kepentingan yang lebih besar.

Oleh karena itu saya kira Negara sebagai pemangku kekuasaan tertinggi, seharusnya memberikan sangsi atau semacam kewajiban bahwa tanah tersebut harus dilepaskan jadi semacam ada pemaksaan, dan ini memang dijadikan untuk kepentingan umum, bukan swasta dan sebagainya. Oleh karena itu, karena terjadi keluhan pembangunan tol tertunda dsb, karena tidak ada kewajiban atau unsur paksa dalam undang undang, maka kemudian waktunya, biayanya jauh Iebih besar begitu. Oleh karena itu apakah harus disebutkan waktunya, harganya dan kemudian mekanismenya yang diatur. Bapak bapak sekelian saya setuju ada komisi independen yang membereikan nilai eprasil terhadap satu tanah atau perribangunan. Menurut saya tidak harus mengikuti NJOP, Karena sesungguhnya buat saya NJOP itu palsu dan tidak mengikuti harga pasar pada umumnya, maka yang harus diusulkan adalah mengikuti harga pasar pada umumnya. Sehingga masyarakat tidak dirugikan

(19)

70

dan disitu kita bisa bayar dua kali lipat dari harga sebenarya dan ini ada komisi independen yang menilai.

Tadi dikatakan ada komisi komisi yang tidak terintergras dalam pengadaan tanah, sehingga ini menjadi semrawut danh saya setuju dengan kepala BPN harusnya diintregasikan harus ada satu komisi independen yang menginpresi bangunan tanah tersebut. Sehingga tidak semrawut dalam pengadaan tanahnya dan tadi contoh dan perbandingannya dengan Negara lain, itu semua Negara demokratis.

Saya juga ingin satu perbandingan dengan Negara otoriter sepeerti apa yang mereka jalankan, jelas yang namanya otoriter apa yang dilakukan itu harus. Tapi seperti yang kita tau, Cina dengan bendungannya yang terbesar didunia, itu kepentingan umum ya jelas itu mengabaikan kepentingan umum dan lainnya juga. Nah itu apakah itu harus, buat saya adalah perbandingannya tidak hanya melulu dengan Negara demokratis saja, tapi juga dengan Negara otoriter, kita bisa adop dengan yang bagus-bagus itu. Dan saya juga melihat di Venezuela membangun pemukiman umum, dan jelas dia juga mengambil barang tanah yang mungkin tadinya dimiliki oleh umum juga. Mata saya baru terbuka, setelah mendengar paparan pa Joyo yang mengatakan bahwa persoalan dengan masyrakat sebtulnya tidak terlalu sulit, jadi ketika harganya sesuai sudah selesai, tapi persoalan dengan BUMN dan sebagainya itu yang alot begitu, itu yang tidak habis pikir.

lni semua kan milik Negara, kenapa mengalami kesulitan begitu, dan ada lagi unsure pemaksaan begitu. Dan saya lihat ditulisan, mungkin dikementrian pekerjaan umum mengatakan bahwa tanah yang nilainya cuma 50 ribu, tapi BUMN minta dihargai Rp. 215 ribu /meter, tadi saya baca seperti itu. Jadi sekali lagi pak dalam Undang undang ini perlu ada unsure pemaksaan dengan atas nama Negara, tapi dalam presepsi saya jelas Negara harus melakukan betul-betul untuk Negara, tidak mungkin tidak diselewengkan kemudian dijual untuk kepentingan umum. Saya juga setuju dengan sosialasi dengan draf, apa koreksikoreksian yang bapak berikan dan ini bapak Djoko Kirmanto saya kira ini baik masukannya.

Terima kasih Bapak.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Baik terima kasih Ibu Nurul Arifin.

Selanjutnya silakan Pak Naim, saya mohon maaf Pak Malik karena datang lebih dulu. F-PAN (H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MH):

Pimpinan dan Anggota Pansus yang saya hormati, kemudian,

Bapak Menteri dan Bapak Kepala BPN beserta rombongan yang saya hormati.

Pertama mungkin ini sekaligus saja ini kepada Bapak Menteri PU dan BPN mungkin pertanyaan atau ingin penegasan. Pertama-tama judul ini pak, judul ini kita harus awali dengan suatu penegasan tidak bias, kalau kita melihat Undang-Undang Dasar Negara kita Pasal 33 ayat (3) jo Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 5 dan kemudian dikaitkan dengan 18 ini jelas fungsi social. Jadi kalau itu fungsi social jelas kepentingan umum, kalau kepentingan swasta tidak masuk. Saya juga

(20)

71

mau pak Joyo saya membaca itu ada draf RUU Pengadaan Tanah nah ada di mana catatannya? Tapi saya ini BPN saya ini dan itu bagus judulnya pak, disitu disebutkan Pengadaan Tanah, Undang-Undang Pengadaan Tanah Bagi Pernbangunan Untuk Kepentingan Umum, itu tegas. Dan kalau kita lihat teori bahwa sebenarnya untuk memperjelas menciptakan undang-undang itu apa namanya menciptakan kepastian hokum jelas bahasanya, berwibawa, undang-undang itu harus tertentu dengan bias, kalau dikaitkan dengan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, maka akan muncul disini dan terdapat dalam Undang undang ini satu kepentingan umum, dua kepentingan swasta dan ini yang sangat menghawatirkan, Sebaiknya kepentingan swasta jangan dilibatkan disini, tapi ada kepentingan swasta yang merupakan kepentingan umum, seperti misalnya Undang undang Migas Undang-undang no. 22 tahun 2001dalam exploitasi ada tanah permukaan digunakan untuk exploitasi dan itu sebetulnya kepentingan umum, walaupun yang mengolahnya infestor.

Saya kira ini kita adopsikan menjadi kepentingan umum, artinya disini yang muncul pemerintah bukan infestor, dua hal yang dapat kita disini pertama kepastian hukum artinya bahwa ini kepentingan umum disitu terbaca pak. Yang kedua infestor terlindungi oleh pemerintah, barangkali pertanyaan pak menteri bagaimana jalan tol. Walaupun infestor yang membangun karena jalan tol ini untuk kepentingan umum, maka kepentingan infestor diadposi menjadi kepentingan pemerintah, tetap yang mengadakan itu adalah kepentingan instansi terkait sesuai dengan draf, ini menurut hemat saya, sebab kalau tidak demikian saya berbeda pendapat masyarakat ini yang sangat pelik pak. Dan saat ini sudah ada kecemasan bahwa apabila ini muncul maka dimaksud ini Undang-undang penggusuran, kepada kami-kami sms banyak itu pak Joyo, pak mentri ya, tapi itu boleh-boleh saja karena memang pelaksanaan selama ini dikhawatirkan seperti itu.

Kita mencoba sebaik mungkin agar Undang-undang ini dapat dilaksanakan, trus yang kedua mengenai draf ini menurut saya kalau kita Ian pada pokok undang-undang agrarian pasal 18 itu pencabutan hak, lalu kita elaborit ini dan polanya agak berbeda ini pak Joyo, disini keinginan suatu untuk mencabut hak tetapi menggunakan azaz kesepakatan disini. Misalnya ada instansi yang menggunakan tanah kalau saya simulasikan pak, kemudian ada timnya lalu adakan negoisasi konsultan public dan disitu terdapat dua hal bisa setuju, bisa tidak. Kalau tidak setuju mengajukan kementeri penolakannya, kemudian diperiksa oleh menteri dengan membentuk tim, apabila menteri menolak langsung diberikan ganti rugi.

Diterima atau tidak itu dianggap, menurut hemat ini penuntasannya belum pak, dan upaya pemaksaan itu tidak ada, makanya dikhawatirkan oleh bapak menteri PU ini akan berrnasalah ketika paskah penetapan pengadilan. Secara hukum perpindahan hak itu ada dua pak, satu namanya perpindahan itu refling, satu namanya figtilivering peralihan hak dengan nyata, yang kedua yurisreteling. Kalau kita ambil formulasi kedalam suatu Undang-undang, maka saya melihat baru ada ini fitgtirevelingnya tapi yuridis resvelingnya belum, oleh karena saya menyarankan untuk kepastian karena ini untuk kepastian umum dan Undangundang ini adalah memaksa.

(21)

72 KETUA RAPAT:

Kita skor sebentar atau diskusi, Pak Wijoyo saya kira tadi menyampaikan usul waktunya sudah. Sebentar lagi silahkan, tapi barangkali secara of the record saya bisa mengumumkan karena mau bertemu presiden atau para anggota mau menitipkan salam. Bapak presiden mau menemui secara khusus, kalau mau menitip salam pasti kami jamin, tapi barangkali kita potong sedikit silah kan pak Joyo, kemudian yang mewakili pak Yusman.

F-PAN (H. CHAIRUL NAIM, M. ANIK, SH., MH):

Kita sangat hati-hati betul disini pak, tapi saya bangga sekali dengan menteri PU, nampaknya banyak sekali dan konkrit usulan-usulannya dan ini menandakan juga yang kita anggap sebagai wakil pemerintah ini masih ada tercecer rupanya pak. Saya kira dulu dewan suro sudah masuk, tapi ga apa-apa ini bagus karena pikiran kita timbul dan dengan adanya suatu masukan dari PU ini suatu hal yang berharga. Terus yang terakhir mungkin itulah tadi bahwa ada didalam teknis yuridis, RUU ini tidak menganut suatu kepastian, seolah-olah dengan diberikan ganti rugi itu telah terjadi peralihan hak Ini mungkin suatu pemikiran bersama yang agak kita rubah pasal ini, kita harus legawa, yang namanya pencabutan hak ya harus pencabutan hak. Cuma pelaksanaannya yang diatur selektif betul dan masyarakat akan menerima itu, dari pada kita membuat sesuatu legalisasi yang seolah-olah sifatnya humanizem, tetapi kepastiannya juga ga ada.

Jadi saya kira demikian pak di RUU ini seperti itu tidak jelas seharusnya dulu Undang-undang 20 tahun 61 itu permohonan diajukan, namanya pencabutan hak atas tanah diproses apabila terjadi permasalahan yang terakhir putusannya oleh presiden. Bagaimana dengan ganti rugi, ganti rugi dia beleh mengajukan banding, artinya dengan keputusan bahwa tanahnya dicabut, otomatis haknya itu sudah beralih. Kalau disini harus menunggu keputusan pengadilan negeri, dan kalau diputus ternyata mereka tidak mau melaksanakan berarti ganti rugi tidak jadi, kita sudah konsinasi pak bisa terjadi hal seperti itu pak. Pertanyaannya bagaimana proyek kita akan bangun, barangkali seperti itu, yang lainnya saya sependapat dengan pak menteri. Cuma ini saya berbagi menurut bapak menteri bagaimana kira-kira dalam peralihan atas hak tanah yang diatur dalam RUU ini.

Pak ketua barangkali demikian.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Naim.

Saya bagian kid kami, maaf pak kalau bisa waktunya singkat-singkat pak, silahkan Pak Honing F- PDIP (HONING SANNY):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pimpinan dan Rekan-rekan Pansus, dan Bapak Menteri serta jajarannya, Kemudian yang mewakili Pak Joyo dan jajarannya selamat siang.

Pertama saya ingin memberikan masukan saja, bahwa undang-undang miliknya mereka, mereka kasih kekita, kemudian ketika kita mengundang mereka, eh kurang barang yang ditangannya itu. Jadi setelah kita dapat kita dapat ga usah kita berdebat, karena bukan porsi yang pas, kita diskusi

(22)

73

kita datangkan mereka lagi, mitra pemerintah ini kita membahas dim, kalau kita mau mernbicarakan itu habis waktu. Jadi saya memberikan masukan itu saja, terima kasih kepada pemerintah, karena mau merifisi kembali gagasan yang sudah sampai ditangan kami untuk dijadikan bahan tambahan saya pikir begitu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Honing.

Waktunya tiga menit, sangat-sangat singkat moga-moga bisa membantu yang lainnya, silahkan mas.

F-PD (IR. NANANG SAMODRA, KA., M.Sc): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih Pimpinan.

Pak Menteri dan BPN.

Yang pertama sebetulnya yang ingin saya sampaikan, bahwa RUU ini banyak berpikir tentang memfasilitasi pemerintah dan swasta pak. Dan saya kira paradigmanya disitu, ini terus terang sejak awal kita sudah mempertanyakan dan minta kejelasan dari pemerintah, yang disebut definisi untuk kepentingan umum itu apa. Kementerian PU sudah mengatakan begitu sulitnya untuk membebaskan tanah untuk jalan tol, menurut saya wajar saja pak, kenapa yang pertama saya kira masyarakat ga diajak rembukan untuk membangun jalanm tol. Membangun jalan tol itu memang layak siap, dan sesuai dengan kepentingan publik atau tidak, yang kedua saya kira kalau melihat jalan tol yang didalam kota, di DKI, itu yang menggunakan adalah bukan jalan tol untuk kepentingan umum, tapi jalan tol untuk kepentingan golongan atas. Lihat saja dari sampai malam yang lalu Ialang itu bukan tukang sayur pak. Tapi peti kemas yang gede yang beredar itu, tukang sayur ga boleh dijalan tol, pertanyaan saya dimana untuk kepentingan umumnya ini, apa kemudian kepentingan umum ini kita pilah-pilah, ada kepentingan umum untuk rakyat bawah tidak boleh, kepentingan menengah, atas boleh. Pertanyaan saya apa definisi kepentingan umum ini apa, makanya harus inklusi pak tidak boleh dibeda-bedakan. Tol ini khusus menengah keatas, petani ga boleh, itu tidak ada kepentingan seperti itu. Yang kedua saya rasa keterlibatan pihak swata resmi dalam RUU ini konteknya apa, pertanyaan saya begini apakah swasta dalam RUU ini difasilitasi pemerintah. Satu contoh misalnya begini ada swasta yang mau bangun pabrik, dia butuh 10 hektar kemudian minta kepemerintah atas undang — undang ini akan memfasilitasi pembebasan tanah itu. Atau memang sebetulnya begini, swasta membutuhkan tanah 10 hektar.

Kemudian secara individu swasta dan pihak yang punya tanah bertransaksi untuk membeli tanah itu, jadi tidak ada keterlibatan pihak Negara. Yang mana ini sebetulnya yang dimaksud dalam RUU, kalau kemudian keterlibatan swasta disini yang dimaksud adalah bahwa pemerintah RUU ini memfasilitasi swasta untuk melakukan membangun disebuah daerah yang memerlukan pengadaan tanah, menurut saya kemudian ini namanya kolaborasi pemerintah dengan swasta untuk mengambil tanah melalui instrument undang-undang.

(23)

74

Pertanyaan saya kemudian dimana kepentingan-kepentingan publik, coba kita cek pak, dari 14 item yang ada disini, dimana sih kepentingan swasta untuk kepentingan umum. Tidak ada pak menurut saya, bohong kalau swasta ada yang mau melakukan pembangunan untuk kepentingan umum, pasti komersial, bisnis. Suatu contoh misalkan swasta membangun suatu rumah sakit. Rumah sakit mahal itu sudah pasti pak, kelas atas atau menengah atas begitu juga sekolah, tidak ada kemudian sekolah gratis dari swasta. Dan saya bertanya apa konteknya pihak swasta terlibat disini. Yang ketiga pasal tentang kesulitan untuk mebebaskan tanah, menurut saya begini, mestinya undang-undang ini menurut paradigmnya adalah paradigma menghapus diskriminasi atau ketimbangan kepemilikan tanah.

Saya kira temen di BPN berkali-kali menyampaikan dikomisi II, problem kita hari adalah problem menjaga keseimbangan kepemilikan tanah, coba kita lihat di depok dan dimana-mana. Makin lama semakin tidak imbang, kepemilikan tanah itu, dan saya kira ini pekerjaan besar dari teman BPN. Undangundang ini jangan-jangan kemudian membuat semakin parah ketidak keseimbangan kepemilikan tanah itu.

Karena menurut saya BPN melakukan mendistribusi tanah yang 7,3 juta hektar terlantar, saya kira itu harus didistribusikan, sehingga benar-benar tanah itu untuk mensejahterakan rakyat, bukan kemudian untuk merniskinkan rakyat, yang kedua saya kira BPN melakukan sertifikasi tanah lebih merata lagi, hari ini saya dengar Iaporannya 30 %. Saya khawatir begini pak, ganti rugi misalkan, ganti rugi yang dikatakan dalam RUU ini yang sifatnya fisik. Tanah sama rumah misalkan ada bangunannya, tidak kemudian ganti rugi yang bicara tentang aspek sosial. Satu contoh misalnya begini ada sebuah rumah yang kemudian itu tempat kerajinan masyarakat itu digusur kemudian diambil gara-gara alasan kepentingan pembangunan. Ketika mereka pindah dengan ganti yang rugi, kemudian mereka tidak bisa melanjutkan kerajinan itu, apa kemudian konsekwesinya yang harus ditanggung oleh pemerintah. Belum lagi kemudian tanah yang belum bersertifikat, seperti apa ganti ruginya jangan samakan tanah yang bersertifikat dengan yang belum sertifikat, jangan-jangan kemudian tim penilai itu mengatakan berbeda harganya dan sebagainya

Jadi menurut saya sangat komplek persoalannya. Yang terakhir saya kira tentang undang-undang ini tidak berbicara sama sekali tentang pengawasan, kalau kemudian melibatkan pihak swasta. Dalam pembangunan melakukan pembangunan untuk kepentingan umum, bisakah itu untuk digunakan terus, jangan-jangan setelah setahun, dua tahun ganti, dan tidak ada pengawasan apakah benar, pembangunan ini memang untuk kepentingan umum seterusnya. Jangan-jangan kemudian tiga tahun, empat tahun selanjutnya sudah ada aspek bisnis dan komersialnya. Nah, karena itu, itu catatan dari saya dari temanteman PKB. Jadi meunurut saya memang banyak pesoalan yang kita bahas demikian rupah, seinclusive mungkin seterbuka, mungkin setransparan, mungkin dan jangan terburu-buru untuk mengesahkan RUU ini. Kalau RUU ini paradigmanya adalah paradigmanya pembangun dan disitu melibatkan pemerintah dan swasta, sekali lagi swasta, say tidak yakin RUU ini akan benar-benar mernbuat masyarakat semakin sejahterah, justeru membuat agar pembangunan ini hanya dinikmati oleh kelas menengah dan kelas keatas pak, tidak dinikmati oleh kesejahteraan umum.

(24)

75

Karena itu pengadaan tanah yang rakyat sulit untuk melakukannya itu salah satunya karena memang pembangunan itu tidak punya repelansive posotif dengan rakyat secara Iangsung, kira-kira begitu yang mungkin bisa saya sampaikan.

Terima kasih Ketua. KETUA RAPAT :

Jadi ini terima kasih Pak Malik.

Selanjutnya kita masih punya waktu sampai pukul 12.30 WIB. Tapi barang kali mengusulkan atau nanti kita berunding. Jadi had ini kita itu rapat dengar pendapat. Jadi, kepada beliau-beliau kita mintakan pandangannya atas RUU ini. dari bahasa intinya sebtetulnya, kita buka bapak usul apa, perubahannya apa, poinnya ada berapam, kalau kurang tambahin. Kalau sudah cukup silahkan buang, kan begitu kirakira pasarnya. Jadi, ini maksud kami mengingatkan kepada teman-teman agar mendudukkan soal supaya pertanyaanya seperti itu.

Jadi mohon agar bisa efektif mohon agar bisa afektif karena nanti jam 14.00. WIB. Kita masih ada rapat dengar pendapat umum dengan pihak Iainnya. Jadi kira-kira bias memanfaatkan waktu sampai dengan 12.30. WIB. Atau tambahannya. la, agar dapat disampaikan dan apabila belum bisa dijabarkan intinya, nanti bapak-bapak dari PU dan BPN bisa menyampaikannya. Justeru tadi ada ukuran, cukup tidak ini tujuh dari Peraturan Perundang-undangan, kurang tidak, nyesal tidak kan begitu ya. nanti akan diperjuangkan oleh Fraksi-Fraksi melalui DIM, kan begitu.

Baik, jadi itu kami ingin meluruskan soal waktu. ANGGOTA PANSUS:

Pimpinan,

Interupsi saja, satu menit-satu menit. KETUA RAPAT:

Interupsi materi atau mekanisme? ANGGOTA PANSUS:

Materi, satu menit saja, satu menit, begini pak. KETUA RAPAT :

Itu bukan interupsi, usul. Kalau begitu tahapannya sekarang interupsi. ANGGOTA PANSUS:

Usul interupsi. Dilarang oleh Pimpinan. Jadi begini pimpinan. KETUA RAPAT :

Biar kita lanjutkan karena Pak Djoko Udjianto, habis itu Pak Sudjadi. F-PD (IR. DJOKO UDJIANTO):

Terima kasih Ketua.

Saya langsung saja. jadi Undang-Undang ini sangat luas sekali cakupannya. Apakah tidak sebaiknya pemerintah itu mengusulkan, karena ini apa ini inisiatip dari pemerintah. Jadi judulny mesti ada dua, kalau perlu ada tiga. Penyediaan atau pengadaan lahan untuk infrakstruktur. Itu barang kali apa kita bicara dengan kementerian PU Iebih mengenah. Keran Ketua, sebagai informasi,

(25)

76

mengandaan lahan untuk pengembangan pertanian itu sangat luas, dan tidak pernah di disini, misalnya reklamasi 1 juta hektar untuk tanaman pangan, penyediaan lahan untuk perkebunan itu merupakan suatu proses yang tersendiri. Apakah tidak sebaiknya pak ketua, pengadaan lahan ini dibedakan untuk pengembangan infrastruktur dan pengembangan Iainnya, karena kalau jadi satu judulnya sangat luas sekali dan saya takut isi materinya tidak bisa menjawab semuanya, saya kira itu Pak Ketua.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Baik terima kasih Pak Udjianto. Selanjutnya Pak Sudjadi, silakan. F- PDIP (Ir. SUDJADI):

Terima kasih Pimpinan.

Setelah saya mendengar dari dua tamu kita tadi, ternyata posisinya PU dan BPN itu berbeda, kalau P.0 memang kalau ditanya apa usulan-usulanmu itu cocok, tetapi ternyata setelah saya mendengar dari Ketua BPN tadi ternyata BPN itu konseptornya Naskah Akademik dan materi RUU nya jadi mungkin barangkali yang pas hadir disini itu sebetulnya PU kalau BPN itu mendengarkan saja karena konseptornya jadi, jadi saya kira demikian.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Baik terimakasih.

Sebelah kiri kami sudah dua orang Pak Sudjadi selanjutnya silakan dari. F-GERINDRA (RINDOKO DAHONO WINGIT, SH., M.Hum.):

Terima kasih Pimpinan.

Yang kami hormati seluruh Anggota dan Bapak Menteri dari BPN dan yang mewakili.

Dan berbagai masukan yang kami terima sebenarnya esisiensi dari Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah ini ada pada kepentingan umum. Kami mohon untuk merumuskan kepentingan umum ini secara hati-hati karena apa ini agak bersinggungan secara khusus dengan nasib rakyat kalau kami melihat, karena secara langsung mungkin juga regulalsi kalau kita mengatakan Rancangan UndangUndang pengadaan tanah untuk pembangunan ini sebagai regulasi itu bukan dipakai sebagai justifikasi terhadap kepentingan umum, yang nantinya akan bermuara kepada tanda petik penggusuran, jadi setiap ada yang bertentangan dengan kepentingan umum dianggap itu lalu syah dilakukan penggusuran. lni karni melihat bahwa soalnya pembangunan untuk kepentingan umum itu ada tiga hal yang bisa diperhatikan disana yang pertama kepentingan umum ini dibiayai oleh Negara itu jelas melalui APBN yang kedua dikerjakan oleh Negara BUMN dan yang ketiga dioperasionalkan oleh Negara BUMN atau perusahaan Negara. Sedangkan kami melihat didalam fakta kenyataan di lapangan bahwa sering-sering ini dibiayai oleh hutang yang kemudian hutang ini juga kepentingannya lalu bermuara kepada swasta yang pembangunannya juga ke swasta dan operasionalnya juga swasta ini lalu menjadi kabur kepentingan umum tadi menjadi kabur. Praktek yang selama ini kami ingat bahwa yang dianggap kepentingan umum itu bisa juga karena

(26)

77

kepentingan-kepentingan swasta yang dikaburkan menjadi kepentingan-kepentingan Negara sehingga lalu dijustifikasi menjadi kepentingan umum.

Kita masih ingat Perpres Nomor 36 tahun 2005, disana kita melihat ada penyebab mengapa Perpres ini keluar, kalau kita lihat disitu ada pertemuan nasional summit kemudian ada kepentingan presentasi globalisasi, kepentingan-kepentingan global yang lalu mensyaratkan adanya apa situasi kondusif dan sebagainya untuk pembangunan dan lain sebagainya, kami juga kuatir sebenarnya Rancangan Undang-Undang ini juga punya mura yang sama kesana. Jadi sangat jauh dengan kepentingan umum untuk kepentingan rakyat. Jadi melalui Pansus ini kami menghimbau sekaligus mengajukan permohonan begitu bahwa Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan ini mestinya kita lakukan secara hati-hati, tidak perlu dipaksakan lalu harus tiga bulan jadi, kalau menurut kami bisa satu dua tahunlah asalkan untuk kepentingan rakyat, sehingga kepentingankepentingan yang tidak untuk rakyat lalu nanti tidak masuk didalam rancangan undang-undang ini. Ini bukan masalah koalisi nda koalisi pak, ini untuk kepentingan rakyat jadi bukan masalah didalam atau di luar koalisi, jadi itu Pak Menteri dan dari BPN kami menghimbau agar kepentingan umum ini dilakukan atau dirumuskan secara hati-hati sehingga nantinya tidak menjadi justifikasi terhadap penggusuran terhadap masyarakat.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Rindoko.

Jadi waktu sudah 12.30, jadi kita perpanjang dulu lima belas menit, bapak-bapak sekalian, setuju

pak.

(RAPAT: SETUJU)

Jadi ini masih ada pembicara kami silakan satu, dua Pak Zul tiga, empat, lima. Jadi kalau lima kali tiga, lima belas, satu, dua, tiga, empat, lima, enam kok, bapak nambah ya, lima, ya tiga menitan, ya. Silakan selanjutnya ke Pak Zulifli Anwar.

F-PD (H. ZULKIFLI ANWAR): Terima kasih Pimpinan.

Saya sederhana-sederhana saja, mungkin menselaraskan dengan dengar pendapat dengan yang terdahulu, saya hanya menstresing agar didalam kita mengambil suatu keputusan dari RUU ini akan menjadi Undang-Undang itu betul-betul kualifide dan mempunyai kekuatan yang tegas. lni saya tertarik penyampaian dari BPN yang saat ini mungkin diwakili oleh Pak Yuswanda kita sama-sama dari Lampung Pak Yuswanda. Disini penyampaian penyajian sama terdapat pro kontra jenis kepentingan umum, artinya memang kepentingan umum inilah yang perlu kita bahas secara mendalam. Kemarinpun pada saat kita berdialog dengan Prof. DR. Maria S.W. Soemardjono, beliau sendiri tidak berani pasti memutuskan jenis apapun yang dimaksud dengan kepentingan umum, jadi ini masih gamang diantara kita semua. Karena saya sendiri pernah mengalami berbenturan dengan istilah dengan kepentingan umum. Tadi Kepala BPN memberikan gambaran memberikan contoh

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Waran Yang Ditawarkan Sebanyak-banyaknya sebesar 402.781.000 lembar Waran Seri I (32,22% dari Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Perseroan pada saat

Berbagai hal yang diinginkan istri selama memberikan ASI. Jenguk anak atau istri ke sini tuh udah senang. Juga perhatian sama moral juga ya tapi itu ngga di

Pak ketua pak Dirjen ada dua hal yang ingin saya sampaikan, yang pertama setelah saat rapat yang pertama RUU arsitek beberapa waktu yang lalu saya sudah menyampaikan suara

Justru Negara hukum kita selama ini j ustru tidak menegakkan HAM karena memang eksl usif adanya penegakan HAM sehingga seperti yang dikatakan kami tadi bahwa jelas

Pemerintah RI; serta hadirin yang kami hormati. Pembahasan rancangan undang-undang ini yang telah kita jalani bersama merupakan bukti keseriusan berbagai elemen

Hasil survei simpang bersinyal jalan Solo Yogya - jalan Slamet Riyadi hari Sabtu, 11 Desember 2004 ( pendekat.

Para menteri, Pimpinan dan Anggota Komisi V yang kami hormati, pemerintah secara resmi telah menyampaikan DIM RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun

Hadirin yang kami hormati, Berdasarkan berbagai pertimbangan yang telah disampaikan, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, dengan mengharapkan ridha Allah SWT, Tuhan Yang