HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE OLEH PERAWAT
DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN IMOBILISASI
DI RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK
Artikel Jurnal
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH
I Nyoman Gede Sandyarman
1211012018
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2014
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE OLEH PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN IMOBILISASI DI RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK
I Nyoman Gede Sandyarman*, Asmuji** *Alumni FIKes Universitas Muhammadiyah Jember
**Dosen FIKes Muhammadiyah Jember
Abstract
Often time patien’s satifsaction were viewed as an important component in healt service. Patient’s satisfaction is a first indicator in hospital standart and a measurement ofservice quality.as one of nursery nursing , giving help to maintain imobility patient’s personal hygiene. Was reputed to increased prospenity avoid nosocomial disease and avoidthe continuity of imobility patient. The purpuse of this research is to detect the imobility patient’s satisfaction level about fulfillment of personal hygiene by nurse in hospital. Design of this research is corelative with 30 patient’s by puposive sampling technique. Data colection by quesionaire that consist of demography data, measurement of personal hygiene by nurse and patient’s satisfaction level about personal hygiene by nurse. The result a good for measurment of personal hygieneby nurse from 29 patient’s (96,7%) for patient’s satisfaction kevel, capsistor patient’t 1 (3,3%) explain not satisfy; get 2 patient (6,7%) expalin satisfy and 27 patient’s (90%) explain very satisfied. Therefor the level of imobility patient’ satisfaction in fullfillment personal hygieneby nurse in jember klinik hospital is on satisfied category.
Keyword : Satisfaction Level, Personal Higiene, Immobilisasi References :35 (1992-2013)
PENDAHULUAN
Persaingan bisnis dalam era globalisasi saat ini menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, dan globalisasi ini telah menciptakan tantangan besar yaitu kompetisi yang semakin ketat dan pelanggan semakin selektif dan berpengetahuan. Tantangan seperti ini membuat rumah sakit menentukan pada dua pilihan yaitu masuk arena kompetisi dengan melakukan dan perbaikan atau keluar arena kompetisi tanpa dibebani perubahan atau perbaikan.
Salah satu layanan yang diberikan oleh rumah sakit kepada pelanggan atau pasien adalah layanan keperawatan. Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional dalam memberikan asuhan keperawatan secara berkesinambungan dalam bentuk manusiawi komprehensif dan individualistik, sejak pasien membutuhkan pelayanan sampai pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara produktif untuk diri sendiri dan orang lain (Nursalam, 2002). Mutu pelayanan sangat ditentukan oleh
seberapa banyak pelayanan yang diberikan oleh pihak kesehatan terutama Perawat karena Perawat memiliki peranan selama 24 jam dalam memberikan pemenuhan kebutuhan di lingkungan pasien (Kosasih, 2000). Salah satu kebutuhan yang harus dibantu oleh perawat yaitu personal hygiene atau memelihara kebersihan untuk peningkatan kesehatan dan kesejahteraan fisik serta mentalnya terutama pada pasien imobilisasi (Tarwoto & Wartonah. 2004).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti, diperoleh data dari bagian rekam medik Rumah Sakit Jember Klinik menyebutkan bahwa pada periode bulan agustus hingga Oktober 2013 jumlah pasien imobilisasi berjumlah 178 orang.
Menurut Orem dalam model konsep self care perawat memiliki tugas mengajarkan pasien untuk bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada keluarga agar bisa memenuhi kebutuhan pasien secara mandiri. Sedangkan fenomena yang terjadi dilapangan, seringnya pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang seharusnya dilakukan oleh perawat kepada pasien di lakukan oleh keluarga pasien sendiri tanpa dibekali dengan
pengetahuan cara-cara memberikan asuhan personal hygiene yang benar.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Pertiwi (2002), di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh gambaran bahwa 40% dari 47 pasien mengatakan tidak pernah dibantu untuk mandi, menggosok gigi, dan membersihkan mulut, 42% menyatakan tidak pernah membersihkan atau memotong kuku, serta 42% tidak pernah dibantu untuk membersihkan atau merapikan rambut. Dari keseluruhan tindakan untuk membantu mempertahankan personal higiene bagi pasien ini diperoleh jawaban 12,3% menyatakan sangat puas, 30,8% menyatakan puas, 49,4% menyatakan tidak puas, dan 7,4% sisanya menyatakan sangat tidak puas.
Melihat fenomena di atas dan belum adanya penelitian terhadap tingkat kepuasan pasien imobilisasi tentang pelaksanaan pemenuhan personal hygiene oleh Perawat di jember klinik
maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh Perawatan personal
hygiene oleh Perawat terhadap kepuasan
pasien imobilisasi di Rumah Sakit Jember klinik.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dan menggunakan rancang bangun studi observasional
(non-eksperimental) jenis cross-sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah pasien imobilisasi pada bulan Desember-Januari 2013 sebanyak 50 pasien. Sampel yang diambil pada penelitian ini sejumlah 30 orang pasien. Teknik pengambilan sampel menggunakan kuota sampling.
Instrumen pengambilan data variabel independen menggunakan kuisioner dengan skala likert yang berjumlah 20 pernyataan favorable dengan pilihan jawaban selalu, sering, jarang, tidak pernah. Instrumen pengambilan data variabel dependen menggunakan kuisioner dengan skala likert yang berjumlah 20 pernyataan favorable dengan pilihan jawaban selalu, sering, jarang, tidak pernah.
Kuesioner tersebut nantinya akan dilakukan uji validitas dengan r pearrson dan uji realibilitas dengan alpha
chronbach. Sebelum dilakukan pengambilan data maka instrumen akan ujikan kepada 30 responden. Uji validitas dwn uji reliabilitas yang dilakukan yairu menyusun kuesioner yang berjumlah 20 pernyataan, kemudian di lakukan uji. Hasil yang didapat yaitu 10 valid dan sisanya tidak valid. Selanjutnya peneliti melakukan perubahan pada kuesioner dengan jumlah menjadi 18 pernyataan dan isinya tidak lagi dilakukan uji validitas dan rebilitas.
Setelah data terkumpul dan dilakukan pengolahan data maka akan dilakukan analis univariat yang meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan, dan analisis bivariat. Untuk dapat mengetahui kuat atau lemahnya koefisien korelasi maka ditentukan berdasarkan penggolongan menurut Chaniago (1996) yaitu sebagai berikut: 0,00 - 0,20=Korelasi Rendah Sekali, 0,21-0,40=Koralasi Rendah, 0,41-0,70=Korelasi Sedang, 0,71-0,90= Korelasi Tinggi, 0,91-1,00=Korelasi Sempurna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Hubungan Tindakan Keperawatan Personal hygiene Oleh Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Imobilisasi Di Rumah Sakit Jember Klinik Januari 2014
Kepuasan Pasien
Total P Value Sangat puas Puas Tidak puas
Baik Cukup 27 0 2 0 0 1 29 1 p = 0,044 r = 0,370 Total 27 2 1 30
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 29 orang orang yang menyatakan bahwa tindakan keperawatan personal hygiene dalam kategori baik, 27 responden merasa sangat puas dan 2 orang menyatakan puas. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara tindakan keperawatan personal hygiene oleh perawat dengan tingkat kepuasan pasien imobilisasi dengan namun tingkat keeratan hubungannya rendah. Ditunjukkan dengan nilai = ( p value = 0,044, α ≤ 0,05; r = 0,370 ).
Memperhatikan hasil penelitian tentang tindakan personal hygiene yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit Jember Klinik dari 30 responden, mayoritas (96,7%) pasien mengkategorikan baik. Hal ini membuktikan bahwa perawatan personal hygiene bila dlakukan oleh tenaga yang profesional dan memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang personal hygiene dimana disetiap tindakan
mengikuti standart opersional perosedur maka tindakan yang dilakukan akan mencapai nilai maksimal dan semua itu akan berdampak pada kenyaman dan penilaian pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
Tindakan membantu pemenuhan kebutuhan personal hygiene adalah suatu keahlian yang bukan hanya dapat dipelajari dalam waktu singkat dimana perlu adanya kebiasaan, pengalaman dan komunikasi yang baik. Perawat yang selalu membiasakan melakukan tindakan personal hygiene akan lebih terampil dalam memberikan layanan dan akan mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Gunadi (2001) tentang pemenuhan perawatan diri yang dilakukan oleh perawat pada pasien imobilisasi. Bahwa tindakan pemberian layanan personal hygiene akan maksimal bila perawat terampil dalam memberikan layanan. Terampil akan diperoleh jika perawat tersebut
selalu melatih dan meningkatkan kemampuannya sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Dari hasil penelitian tetang kepuasan didapat sebagian besar pasein menilai apa yang telah dilakukan perawat dalam hal ini tindakan personal hygien berada pada kategori baik sehingga berdampak pada rasa puas yang dirasakan pasein. Hal ini ditunjukkan dari hasil data penelitian bahwa mayoritas (90%) pasien mengatakan sangat puas dengan pelayanan personal hygiene yang dilakukan oleh perawat RS Jember Klinik. Bila dilihat dari data yang ada, khususnya menyoroti tentang resonden yang merasa tidak puas memiliki harapan yang sangat besar dari pada layanan yang telah dia terima. Sehingga bila harapan seseorang terahadap suatu layanan tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan penilaian yang buruk dan akan mengakibatkan perasaan tidak puas terhadap layanan yang diberikan.
Asmuji (2013) menyatakan bahwa suatu layanan kesehatan akan dirasakan sangat puas oleh pasien atau konsumen penerima layanan kesehatan jika apa yang di terima oleh pasien lebih besar dari harapan yang dimiki pasien. Dan pasien akan merasa puas jika harapan pasien dapat dipenuhi atau imbangi
dengan kenyataan yang diterima pasien. Sebaliknnya jika sebuah harapan tidak dapat dipenuhi, atau kenyataan lebih kecil dari harapan maka akan timbul perasaan tidak puas..sehingga untuk dapat mewujudkan rasa puas kepada konsumen hendaknnya seorang perawat harus mampu mengerti apa yang diharapkan oleh pasien dan berusaha sebaik baiknya untuk memenuhi harapannya tersebut.
Pada penelitian sejenis juga dilakukan oleh Pertiwi (2002), di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dari keseluruhan tindakan untuk membantu mempertahankan personal higiene bagi pasien ini diperoleh jawaban 12,3% menyatakan sangat puas, 30,8% menyatakan puas, 49,4% menyatakan tidak puas, dan 7,4% sisanya menyatakan sangat tidak puas. diperoleh gambaran bahwa 40% dari 47 pasien mengatakan tidak pernah dibantu untuk mandi, menggosok gigi, dan membersihkan mulut, 42% menyatakan tidak pernah membersihkan atau memotong kuku, serta 42% tidak pernah dibantu untuk membersihkan atau merapikan rambut.
Pada dasaranya tingkat kepuasan pasien yang berada di rumah sakit khususnya pasien imobilisasi bukan hanya berada
pada tindakan personal higiene tetapi banyak faktor mulai dari tindakan medis, pelayanan pemberian obat, kualitas produk atau jasa yang diberikan, kualitas pelayanan, faktor emosional, harga, biaya. Namun tindakan personal hygiene yang diberikan oleh perawat merupakan faktor salah satu faktor penting dalam mendukung memberikan kepuasan bagi pasien.
Kepuasan dalam pemberian layanan sangat perlu untuk ditunjang dengan softskill yang baik dari petugas rumah sakit khususnya perawat dan fasilitas fasilitas yang memandai sehingga tindakan tindakan yang lakukan dapat optimal. Salah satu gambaran fasilitas dilihat dari sisi perawat dimana seorang perawat harus menggunakan seragam yang bersih, rapi, mampu berkomunikasi yang baik dengan sesama sehingga ada rasa yakin dari konsumen sehingga terwujud rasa percaya kepada perawat tersebut. Komunkasi yang baik dan santun akan memberikan perasaan dihargai dari pasien. Dilihat dari segi fisik bangunan kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system, dan sebagainya. Aspek-aspek di atas terbukti memberi dampak dalam mempengaruhi kepuasan klien terahadap suatu pelayanan kesehatan, dimana klien mengaku senang dan nyaman dengan
adanya fasilitas tambahan yang mendukung kondisi kesehatan mereka (Suryawati dkk, 2006). Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa personal hygiene memang dapat berdampak pada tingkat kepuasan namun perannya sangat kecil karena kepuasan pasien tersebut dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait satu dengan yang lain.
KESIMPULAN
Tindakan personal hygiene yang dilakukan oleh perawat pada pasien imobilisasi di rumah sakit jember klinik yang dinilai oleh pasien dalam kategori baik. Hal ini dipengaruhi oleh tindakan perawat dalam memberikan personal hygiene didasari dengan pengetahuan tentang tindakan personal hygiene, keterampilan yang baik dan profesionalisme sebagai seorang perawat.
Mayoritas pasien yang mendapatkan tindakan personal hygiene oleh perawat merasa puas. Hal ini dipengaruhi oleh tindakan yang dilakukan oleh perawat dinilai baik dan telah memenuhi harapan pasien. Sehingga pasien merasa puas dengan apa yang didapatkannya selama dirumah sakit khususnya pada tindakan
Dari hasil tabulasi silang didapatkan hipotesis penelitian di terima artinya ada hubungan antara tindakan personal hygiene perawat dengan kepuasan pasien dengan tingkat keeratan hubungan rendah.
DAFTAR PUSATAKA
Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. (Edisi pertama) Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Pertiwi, (2002). Tingkat kepuasan klien terhadap kualitas tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebersihan diri dan hubungan teraupetik perawat-klien di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiah Yogyakarta. Yogyakarta : KTI S1 Keperawatan.
Asmuji (2013). Manajemen Keperawatan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suryawati,dkk. (2006) Pendekatan Promosi produk. Jakarta: Ar-Rahma.