• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan yang merupakan output dari proses akuntansi adalah suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan yang merupakan output dari proses akuntansi adalah suatu"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang merupakan output dari proses akuntansi adalah suatu media informasi yang merangkum semua aktivitas keuangan perusahaan. Laporan ini dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan (stake holder), yang memberikan informasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi.

Dalam penyusunan laporan keuangan haruslah berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang telah diterima secara umum. Laporan keuangan ini memberikan gambaran keadaan perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 1.3), laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut :

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Informasi keuangan yang tersaji di dalam laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna apabila laporan tersebut dianalisis kinerjanya lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuat keputusan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis kinerja keuangan adalah dalam

(2)

Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data – data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis (Wild, 2004:3).

Seperti yang disebutkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan paragraf 19 (IAI:2007), bahwa informasi posisi keuangan terutama disediakan dalam neraca. Informasi kinerja keuangan terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis laporan keuangan menggunakan neraca dan laporan laba rugi sebagai objek analisis. Di samping itu, juga digunakan laporan arus kas yang juga memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan.

Arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini : 1. Untuk memperkirakan arus kas masa mendatang

Tujuan utama penyajian data mengenai arus kas ialah adanya informasi mengenai sumber dan penggunaan kas yang dikeluarkan untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan. Sumber dan penggunaan kas suatu perusahaan tidaklah berubah secara drastis dari tahun ke tahun sehingga penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa mendatang.

2. Untuk mengevaluasi keputusan manajemen

Setiap manajer berusaha mengambil keputusan yang terbaik yang diharapkan dapat membantu perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya serta

(3)

keberhasilan perusahaan ditentukan oleh keputusan manajer terutama top level manajemen yang biasanya dihadapkan dengan pengambilan keputusan strategic. Laporan arus kas akan menyajikan kegiatan investasi perusahaan sehingga memberikan informasi kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer.

3. Untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kepada pemegang saham, pembayaran bunga, dan pokok pinjaman pada kreditur. Modal saham suatu perusahaan biasanya terdiri atas saham serta ditambah dengan modal pinjaman. Pemegang saham tertarik untuk menanam modal atau sahamnya di perusahaan dengan harapan akan memperoleh hasil berupa dividen dari aktivitas penanaman modal tersebut. Kreditor akan memperoleh penghasilan dari perusahaan karena dia akan memperoleh bunga dan pokok pinjamannya. Tentunya investor maupun kreditor menginginkan pembayaran tepat waktu. Laporan arus kas memberikan informasi untuk membantu mereka untuk mengetahui apakah perusahaan mampu membayar deviden tersebut serta melunasi kewajibannya.

4. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan arus kas perusahaan.

Menurut Hongren (1997 : 1845), ”biasanya kas dan laba bersih bergerak bersama”. Tingginya tingkat laba tersebut cenderung menyebabkan peningkatan kas dan sebaliknya. Suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang tinggi dan kas rendah mempunyai kemungkinan pailit. Dalam hal

(4)

ini informasi arus kas membantu investor menganalisis sampai sejauh mana efisiensi perusahaan dalam mengelola kasnya.

Harahap (2001 : 190) mengatakan bahwa dengan melakukan analisis laporan arus kas dapat diketahui :

1. Kemampuan perusahaan menghasilkan, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu.

2. Kemampuan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan termasuk kemampuan membayar deviden.

3. Informasi bagi kreditur, investor dalam memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan.

4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas perusahaan pada masa yang akan datang.

5. Alasan perbedaan laba bersih dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.

6. Pengaruh investasi baik kas maupun non kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama periode tertentu.

2. Investasi

a. Definisi Investasi

Fischer dan Jordan dalam Ahmad (1996 : 1), dalam bukunya Security Analysis and Portfolio Management, mendefinisikan “An investment is a commitment of funds made in the expectation of some positive rate of return”. Artinya adalah investasi dilakukan atas dasar adanya harapan akan diperolehnya tingkat pengembalian yang positif dari kegiatan investasi dana yang dilakukan.

Francis dalam Ahmad (1996 : 1), dalam bukunya Investment : Analysis and Management, mendefinisikan “An investment is a commitment of money that is expected to generate of additional money”. Artinya adalah suatu investasi

(5)

merupakan komitmen atas uang yang diinvestasikan dengan harapan akan diperolehnya uang tambahan dari kegiatan investasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, definisi investasi menurut Ahmad (1996 : 3), “Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut”.

b. Tujuan Investasi

Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilihan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

(6)

c. Sumber Risiko Investasi

Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja. Risiko investasi yang dimaksud yaitu :

1. Risiko tingkat bunga, mempengaruhi perilaku permintaan investor terhadap saham suatu perusahaan di pasar modal yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham serta capital gain yang akan diperoleh investor. 2. Risiko daya beli, disebabkan karena inflasi. Inflasi yang meningkat

mengakibatkan menurunnya daya beli pasar. Hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan saham, harga saham, dan pada akhirnya berpengaruh pada capital gain yang diperoleh investor.

3. Risiko pasar bear dan bull, trend pasar turun atau naik. Risiko ini ditunjukkan dengan berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan.

4. Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan. Risiko ini timbul dari dalam perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan. 5. Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan. Kegagalan

perusahaan dalam mengelola keuangan perusahaan sehingga menuju ke arah kepailitan akan berpengaruh terhadap nilai dan saham perusahaan.

6. Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva. Semakin likuid suatu saham diperdagangkan semakin kecil risiko saham tersebut. Investor akan mudah menjual saham tersebut apabila tidak terdapat keuntungan di masa mendatang.

(7)

7. Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali aset/surat berharga oleh emiten. Risiko ini timbul akibat perusahaan menarik kembali saham yang telah terjual. Harga penarikan kembali yang lebih rendah dari harga pada saat saham itu dibeli akan menyebabkan risiko kerugian bagi investor.

8. Risiko konversi, keharusan penukaran suatu aktiva. Penukaran suatu aktiva dapat berakibat pada nilai perusahaan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan harga saham.

9. Risiko politik, baik internasional maupun nasional. Ketidakstabilan politik internasional maupun nasional akan mengakibatkan munculnya risiko kerugian investasi.

10. Risiko industri, munculnya saingan produk homogen. Saingan produk homogen berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap return saham.

3. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Harga saham merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan bagi para investor. Semakin baik suatu perusahaan mengelola usahanya dalam memperoleh keuntungan, semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut di mata para investor. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor berupa capital gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan.

(8)

b. Efficient Market Hypothesis

Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Semakin banyak investor yang berminat terhadap saham suatu perusahaan, semakin tinggi harga dari saham tersebut. Sebaliknya, jika minat terhadap saham tersebut menurun, maka harga saham tersebut juga akan bergerak turun.

Hal tersebut sejalan dengan Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) yang menjelaskan tentang reaksi harga pasar saham terhadap informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis tersebut, informasi direfleksikan dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.

c. Signalling Theory dan Information Content of Dividend

Dividen merupakan salah satu return yang paling dinanti-nantikan oleh investor sekaligus juga merupakan sinyal bahwa perusahaan berada pada tingkat profitabilitas tinggi. Pada dasarnya, perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen apabila manajemen yakin bahwa perusahaan akan mencapai tingkat profitabilitas tinggi di masa depan dan akan menurunkan dividen apabila tidak terdapat arus kas yang mencukupi.

Signalling theory menyatakan bahwa perusahaan melakukan penyesuaian dividen untuk menunjukkan sinyal akan prospek perusahaan. Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham

(9)

akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai Teori Isi Informasi dari Dividen (Information Content of Dividend). Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.

Untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis Fundamental

Menurut Ang (1997 : 18) analisis fundamental merupakan ”suatu studi yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan keuangan suatu bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan yang menerbitkan saham biasa tersebut”.

Salah satu aspek penting dari analisis fundamental adalah analisis laporan keuangan, karena dari situ dapat diperkirakan keadaan, atau posisi dan arah perusahaan. Analisis fundamental dilakukan untuk mengidentifikasi prospek perusahaan (melalui analisis terhadap faktor yang mempengaruhinya, seperti aktiva, laba, dividen, prospek manajemen perusahaan), yaitu mengidentifikasi saham mana saja yang memiliki prospek yang baik di masa depan atau mengidentifikasi saham mana saja yang tidak mempunyai harga tepat di pasar.

(10)

Analisis fundamental berdasarkan atas kepercayaan bahwa harga saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Jika prospek suatu perusahaan sangat baik, maka harga sahamnya diperkirakan akan merefleksikan kekuatan perusahaan tersebut. Oleh karena itu diperkirakan harga saham tersebut akan meningkat, begitu juga sebaliknya. Dalam analisis fundamental menyatakan setiap saham yang diperdagangkan memiliki nilai yang sebenarnya (nilai intrinsik). Bertitik tolak dari nilai intrinsik ini para investor akan dapat menentukan pilihan investasinya terhadap saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal.

Selain kinerja keuangan dan prospek perusahaan, nilai intrinsik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan masyarakat, tingkat bunga, kurs atau nilai tukar, tingkat inflasi, keseimbangan neraca perdagangan dan dasar fundamental ekonomi lainnya termasuk kebijakan fiskal dan moneter.

Proses analisis keputusan investasi berdasarkan pendekatan Analisis Fundamental meliputi :

a. Mengetahui kinerja keuangan emiten melalui analisis laporan keuangan emiten, termasuk analisis laporan keuangan yang diproyeksikan ke periode yang akan datang, yaitu dengan membandingkan laporan keuangan emiten melalui perbandingan internal dan eksternal (emiten lain atau industri). Perusahaan yang kinerjanya dianggap lebih baik akan dipilih untuk investasi.

(11)

b. Menentukan nilai intrinsik efek emiten melalui analisis sekuritas individu, dengan membandingkan apakah harga pasar saham suatu emiten tidak tepat (terlalu rendah atau terlalu tinggi).

c. Pengambilan keputusan investasi berdasarkan rekomendasi : Beli, Tahan, Jual.

2. Analisis Teknikal

Menurut Ang (1997 : 17) analisis teknikal merupakan ”suatu studi yang dilakukan untuk mempelajari berbagai kekuatan yang berpengaruh di pasar modal dan dampak yang ditimbulkannya pada harga saham”.

Dalam pandangan analisis teknikal, semua faktor fundamental sudah masuk ke dalam dan dipresentasikan oleh harga yang terbentuk, sehingga tidak lagi perlu mempertimbangkan segi fundamental suatu saham. Setelah terjadi pembentukan harga, maka adalah mubazir untuk memperhatikan segi fundamental yang menyebabkannya. Yang diperlukan adalah justru kemampuan membaca dengan benar arah yang akan diambil oleh harga.

Analisis teknikal juga didasarkan pada anggapan bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Pendekatan ini menekankan pentingnya perilaku investor di masa yang akan datang dan berdasarkan masa lalu, sehingga para analisis teknikal mempelajari perubahan harga saham dengan menggunakan data historis perdagangan. Analisis teknikal dapat dilakukan dengan penilaian terhadap saham menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham seperti harga saham, volume perdagangan,

(12)

permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Salah satu cara yang paling sering digunakan oleh para analis teknikal adalah dengan charting (gambar dan grafik). Dari grafik dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas, atau future komoditas yang akan dipilih dalam investasi. Para analis melakukan studi dengan menggunakan grafik (chart) dengan harapan mereka dapat menemukan suatu pola pergerakan harga sehingga mereka dapat mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis teknikal, yaitu :

a. Market Price Discounts Everything

Yaitu harga yang terbentuk di pasar merupakan refleksi dari seluruh factor yang ada di pasar. Analis teknikal hanya peduli pada apa yang terjadi dengan harga yaitu jika permintaan meningkat dan penawaran menurun atau tetap, maka harga akan naik, begitu juga sebaliknya, mereka tidak peduli dengan kenaikan inflasi atau hal lain karena semua itu sudah tercermin di harga.

b. Price Moves in Trend

Analis teknikal tidak berkeyakinan bahwa pergerakan harga adalah acak dan tidak dapat diprediksi karena harga akan bergerak dalam suatu arah (trend) tertentu dan akan berlanjut beberapa saat.

(13)

c. History Repeats Itself

Analisis teknikal percaya bahwa perilaku investor di masa lalu terjadi secara berulang-ulang dan dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perilaku investor di masa yang akan datang.

d. Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham Banyak faktor eksternal yang bersifat khusus yang mempengaruhi fluktuasi harga saham. Beberapa faktor khusus tersebut antara lain:

1. Kebijakan pemerintah dan dampaknya

Kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan bidang bisnis perusahaan emiten sangat berpengaruh terhadap harga saham. Misalnya, kebijakan pembatalan proyek-proyek pemerintah, swastanisasi perusahaan negara, dan lain-lain.

2. Pergerakan suku bunga

Tingginya suku bunga merupakan pukulan bagi industri jasa perbankan dan properti. Akibat suku bunga yang meningkat tajam, proporsi operating leverage pada banyak emiten mengalami peningkatan yang signifikan.

Tingginya suku bunga juga merupakan pukulan bagi emiten yang bergerak di sektor properti. Proyek properti bersifat jangka panjang, dengan kontrak bunga yang tidak seluruhnya ditetapkan secara flat. Ketika suku bunga perbankan

(14)

menjadi amat tinggi, perusahaan properti mengalami kesulitan yang lebih besar untuk mengembalikan pinjamannya.

3. Fluktuasi nilai tukar mata uang

Melambungnya kurs rupiah terhadap dolar AS secara otomatis meningkatkan volume utang luar negeri perusahaan-perusahaan emiten. Fluktuasi nilai tukar mata uang internasional juga mempengaruhi indeks pasar bursa di Indonesia. 4. Rumor dan sentimen pasar

Faktor rumor atau sentimen pasar merupakan variabel yang bersifat intangible. Rumor sering muncul di BEI, misalnya gosip likuidasi bank, atau kebijakan-kebijakan kontroversial, dan lainnya. Sedangkan sentimen pasar terbentuk oleh pemicu seperti kebijakan pemerintah atau statement pejabat-pejabat tertentu.

e. Klasifikasi Saham Biasa

Menurut Lubis (2006 : 61), ada beberapa klasifikasi dari saham biasa, yaitu : 1. Blue Chips. Merupakan klasifikasi dari saham yang penerbitannya memiliki

reputasi yang baik. Emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten membayar dividen yang tinggi. Di sini emiten sudah dalam keadaan stabil.

2. Income Stock. Merupakan income yang diperoleh dari dividen yang lebih tinggi dari dividen rata-rata yang dibayarkan tahun sebelumnya. Emiten seperti ini lebih suka membayarkan dividen dari pada diendapkan dalam bentuk P/E ratio, return earning. Mereka ini merupakan kelompok investor berusia lanjut dan indeks beta dari perusahaan ini biasanya kurang dari 1. 3. Growth Stock (Well Known). Hal ini terjadi bila emiten merupakan pemimpin

di dalam industrinya. Dalam beberapa tahun perusahaan mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata.

(15)

4. Growth Stock (Lesser Known). Emiten saham ini umumnya tidak merupakan pemimpin dalam industrinya, tetapi, namun demikian saham ini tetap mempunyai ciri-ciri seperti growth stock well known, yaitu mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata-rata tahun terakhir. 5. Saham Spekulasi (Speculative Stock). Merupakan saham yang emitennya tidak

dapat menghasilkan dividen/penghasilannya konsisten dari tahun ke tahun. Tetapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang baik di masa-masa mendatang.

6. Saham Bersiklus (Cyclical Stocks). Perkembangan saham jenis ini sesuai dengan perkembangan dan pergerakan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis secara umum. Penerbit saham jenis ini biasanya bergerak dalam bidang ekonomi dasar, perumahan, otomotif, baja dan industri.

7. Saham Bertahan (Defensive/countercyclical Stocks). Harga saham ini tidak berpengaruh kepada situasi dan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis pada umumnya. Emiten ini bergerak dalam penjualan/memproduksi produk yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen, misalnya rokok, sabun, dan sebagainya.

4. Pasar Modal

a. Pengertian Pasar Modal Ada tiga definisi pasar modal :

1. Definisi yang luas

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat kertas berharga/klaim, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.

(16)

2. Definisi dalam arti menengah

Pasa modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek dan tabungan serta deposito berjangka. 3. Definisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar, komisioner, dan para underwriter.

Secara umum, pengertian pasar modal menurut Ahmad (1996 : 18) adalah ”pasar abstrak sekaligus pasar konkret dengan barang yang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak, dan bentuk konkretnya adalah lembar surat-surat berharga di bursa efek”.

b. Fungsi dan Tujuan Pasar Modal

Adapun yang menjadi fungsi dari pasar modal, yaitu :

1. Menciptakan pasar secara terus-menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat;

2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme penawaran dan permintaan;

(17)

Adapun yang menjadi tujuan dari pasar modal, antara lain :

1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan.

2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham perusahaan. 3. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan

dana untuk digunakan secara produktif.

Efisiensi pasar modal dapat dibagi atas 3 bentuk, diantaranya : 1. Weak Form Efficiency

Merupakan efisiensi bentuk lemah. Di sini terdapat abnormal return yang melakukan perdagangan atas dasar perubahan transaksi yang lalu dan merupakan analisa teknik. Harga saham diasumsikan telah mencerminkan semua informasi tentang rangkaian harga di waktu yang lalu.

2. Semi Strong Form Efficiency

Merupakan efisiensi bentuk setengah kuat. Di sini tidak terdapat abnormal return dengan menggunakan informasi umum, seperti stock split, pembagian dividen, dan isu-isu baru. Semua informasi yang dipublikasikan diasumsikan telah terefleksi pada harga-harga saham.

3. Strong Form Efficiency.

Merupakan efisiensi bentuk kuat. Biasanya terjadi pada mutual fund, reksa dana dan sebagainya. Hipotesis ini beranggapan bahwa efisiensi pasar adalah

(18)

sesuatu yang ekstrim, sebab diasumsikan bahwa semua informasi yang tercermin dalam harga saham meliputi informasi yang sifatknya prbadi maupun yang dipublikasikan. Hipotesis ini beranggapan bahwa tidak seorangpun investor yang mempunyai kemampuan lebih dari yang lain, sebab adalah sulit untuk menggunakan berita dengan tepat dan melakukan penaksiran terhadap nilai perusahaan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan peneliti berkaitan dengan harga saham menunjukkan hasil yang berbeda. Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

(19)

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Variabel Independen

Hasil Penelitian

2008 Juventus Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage terhadap Harga Saham Perbankan di BEJ Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, DER, dan DAR; sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham

Secara parsial, hanya variabel ROE dan DAR

yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, semua variabel independen yang diteliti memliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

2008 Satria Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Pasar terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di BEJ. Variabel independen dalam penelitian ini adalah CR, DAR, TATO, ITO, ROE, NPM, dan PER; sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham.

Secara parsial, hanya variabel CR, NPM dan ROE yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, semua variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

2009 Taranika Pengaruh

Dividend Per Share (DPS) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah DPS dan EPS, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham.

Secara parsial, hanya EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, semua variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

(20)

2009 Eka Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, EPS, dan TATO; sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah harga saham.

Secara parsial, semua variabel independen yang diteliti tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara

simultan, semua variabel independen

yang diteliti berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

(21)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Harga Saham (Y) Return On Assets (X4)

Cash Dividend Coverage (X1)

Operating Cashflow Per Share

(X2)

Return on Equity (X3)

Total Assets Turnover (X5)

Earning Per Share (X6)

(22)

Cash Dividend Coverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kas kepada para pemegang saham. Operating Cashflow Per Share merupakan ukuran kekuatan keuangan perusahaan dan kelangsungan hidupnya. Return on Equity mencerminkan kemampuan ekuitas perusahaan dalam menghasilkan laba. Return On Assets mencerminkan kemampuan perusahaan menggunakan modal yang diinvestasikan dalam total asset dalam menghasilkan laba perusahaan. Total Assets Turnover menunjukkan seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya. Earning Per Share menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan kepada para pemegang saham.

Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.

Kesemua rasio-rasio yang dijelaskan sebagai variabel independen merupakan rasio yang secara teori mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan keputusan investasi pada saham suatu perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan, semakin meningkat rasio-rasio tersebut, semakin tinggi minat investor terhadap saham perusahaan, maka semakin tinggi harga saham perusahaan tersebut.

(23)

2. Hipotesis

H1 : Cash Dividend Coverage, Operating Cashflow Per Share, Return On Equity, Return On Assets, Total Assets Turnover, dan Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 2 menunjukan bahwa, luas lahan berkorelasi sangat nyata dengan tingkat adopsi petani responden terhadap

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.95/Menhut-II/2014 tanggal 22 Desember 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

2 ' Terciptanya perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur Sekretariat Jenderal DPD RI menjadi bud ayayang mengembangkan sikap dan perilaku kerja yang

dibe bela lanj njak akan an me mela lalu lui i pr pros oses es Pe Peng ngad adaa aan n Ba Barran ang) g)Ja Jasa sa, , di dipe perl rluk ukan an pr pros oses es

Membeli saham efisien/ good adalah investasi menjanjikan untuk para investor karena saham yang efisien merupakan saham yang diperdagangkan harganya di bawah nilai wajar

Hal ini dibuktikan keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah kini semakin jelas dibanding tahun-tahun sebelumnya ini terbukti dengan adanya perhatian khusus

(2015) profitabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan return on average assets (ROAA) dan juga net interest margin (NIM) yang merupakan variabel dependen

persentase 69,8% dan kepala keluarga yang tidak memberikan daun sirih ketika anggota keluarganya mengalami mata merah sebanyak 16 responden dengan persentase