• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi internet dan penggunaannya dalam kehidupan dan pergaulan, internet telah menjadi sebuah gaya hidup (life style) di masyarakat. Bagi mereka internet adalah sebuah alat fungsional yang telah mengubah cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, maupun dalam menemukan informasi. Menurut Sayling Wen (2002, dalam Sumadiria, 2014:237), sekarang ini yang terpenting dan paling luas pengaruhnya adalah internet. Melalui internet, kita memasuki dan menemukan desa dunia. Melalui internet, kita melakukan migrasi dari dunia nyata ke dunia maya. Di dalam dunia maya, waktu, jarak, dan tempat tidak penting dan relevan. Dunia maya seolah tampil begitu perkasa karena telah menghapus ketiga dimensi tersebut.

Pemanfaatan Teknologi Informasi di dunia saat ini dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi banyak keuntungan dan manfaat yang bisa kita dapatkan, diantaranya dengan adanya Teknologi Informasi dapat mempermudah manusia dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Namun di sisi lain tidak sedikit kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan Teknologi Informasi. Horigan (2002) menggolongkan aktivitas-aktivitas internet yang dilakukan pengguna internet menjadi empat kelompok kepentingan penggunaan internet, yaitu E-mail, Aktivitas kesenangan (fun activities), Kepentingan informasi (information utility), dan Transaksi (transaction).

Penggunaan internet telah menciptakan “ruang imajiner” atau “maya” yang bersifat artifisial, yang mana setiap orang melakukan apa saja yang bisa dilakukan dalam kehidupan sosial dengan cara yang baru yang disebut cyberspace (http://komunikasi.us/). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa cyberspace telah membawa masyarakat dalam sisi realitas baru yang penuh dengan harapan, kesenangan, dan kemudahan. Namun hal tersebut tidak selamanya

(2)

2

menyenangkan. Karena didalam cyberspace terdapat persoalan hukum yang muncul.

Menurut Kemkominfo jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 82juta orang dan berada pada peringkat ke-8 dunia. Dari jumlah tersebut, 80 persen diantaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun. Layanan yang paling banyak digunakan oleh pengguna internet di Indonesia pada urutan tiga teratas yaitu, instant messaging, E-mail dan social networking.

Tabel 1.1

Layanan internet yang digunakan di Indonesia

(Sumber : Kemkominfo)

Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pertumbuhan pengguna internet di Indonesia meningkat 34,9% pada tahun 2015. Berdasarkan wilayah domisilinya, 78,5% dari total 88,1 juta pengguna internet di Indonesia tinggal di wilayah Indonesia bagian barat. Ibukota DKI Jakarta menjadi wilayah dengan penetrasi paling tinggi dengan 65% pengguna internet. Disusul oleh DI Yogyakarta yang memiliki 63% pengguna internet. Tercatat ada sekitar 53 juta pengguna internet terkonsentrasi di pulau Jawa dan Bali. Sedangkan posisi terendah di tempati oleh Papua yang hanya memiliki 20% pengguna internet dari total jumlah populasi penduduknya.

59% 59% 58% 56% 47% 36% 35% E-mail instant messaging social networking search engine berita online blog online game

(3)

3

Saat ini media baru telah mendominasi kehidupan masyarakat kita, bahkan memengaruhi emosi serta pengambilan berbagai keputusan penting di masyarakat. Tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia memunculkan berbagai dampak di masyarakat baik positif maupun negatif. Namun saat ini dampak negatif dari internet semakin meningkat dibandingkan dengan dampak positif.

Menurut data dari safenet selama tahun 2008-2014 terdapat 74 kasus yang terjadi di Indonesia. 53% kasus (30% dengan rata-rata 4 kasus perbulannya) terjadi di tahun 2014 terkait dengan status di internet dan sebanyak 92% kasus yang dilaporkan adalah tindakan pencemaran nama baik, baik di akun facebook, twitter, bahkan di ranah yang dianggap tertutup, seperti group line. (http://demosindonesia.org/)

Beberapa contoh dari dampak negatif penggunaan internet yang terjadi di Indonesia yaitu Cyberbullying. Cyberbullying adalah intimidasi, pelecehan atau perlakuan kasar secara verbal secara terus menerus yang dilakukan di dunia maya. Di Indonesia kasus cyberbullying banyak terjadi di masyarakat dan tidak jarang menyebabkan kematian pada korbannya. Sebagai contoh, kasus yang menimpa Yoga Cahyadi pria berumur 36 tahun ia nekat melakukan tindakan bunuh diri dengan menabrakan dirinya ke kereta api di Yogyakarta pada Sabtu 26 Mei 2013. Kematiannya diduga karena tekanan dan hujatan yang diterimanya di media sosial akibat gagalnya acara musik Locstock Fest 2, dimana dia yang menjadi event organizer (EO)-nya.

(4)

4

Gambar 1.2

Kasus cyberbullying di Indonesia

(Sumber: http://www.tribunnews.com/)

Selain kasus cyberbullying dampak negatif dari penggunaan internet di Indonesia yang sering terjadi adalah kasus cyberstalking dimana, tindakan kriminal yang dilakukan menggunakan teknologi komputer, yang memberi peluang kepada pelaku untuk mengikuti dan membujuk korbannya untuk bertatap muka sehingga memungkinkan melakukan kejahatan. Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi pada wanita berinisial M berusia 16 tahun, pada awalnya ia berkenalan dengan seseorang di dunia maya pada situs jejaring sosial lalu pelaku mengajak untuk bertemu langsung. Pada saat itulah ia diculik oleh Ardi Wicaksono pria berusia 19 tahun warga Jambe, Kabupaten Tanggerang pada 21 Maret 2013. Pelaku meminta uang sejumlah Rp. 200 juta sebagai tebusan kepada keluarga korban.

(5)

5

Gambar 1.3

Kasus cyberstalking di Indonesia

(Sumber : http://metro.tempo.co/)

Pengaruh konten negatif di internet berupa pornografi, perjudian, penipuan, pelecehan, pencemaran nama baik, cyberbullying, cyberstalking dan cybercrime menjadi alasan mengapa diperlukan sosialiasi dan pengenalan mengenai bagaimana penggunaan internet yang baik dan sesuai sehingga dapat mengatasi bahaya yang mengancam dari konten-konten negatif yang ada. Untuk melindungi pengguna internet dari dampak negatif penggunaan internet yang dapat merugikan masyarakat baik secara finansial maupun mental, pemerintah membuat peraturan perundang-undangan sebagai bentuk cyberlaw bagi masyarakat. Adapun peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah adalah sebagai berikut:

1. UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE) denda kurang 6-12 tahun dan atau denda 1-2 milyar.

2. UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Surat Edaran Kementerian Komunikasi dan Informatika No.1/Februari 2011 tentang Penyelenggaran Sistem Elektronik untuk Pelayanan Publik (ISO—SNI 20000)

3. Surat Edaran Kementerian Komunikasi dan Informatika No.5/Juli 2011 tentang Tata Kelola Keamanan Penyelenggaraan Pelayanan Publik (ISO— SNI 27000)

(6)

6

Namun dalam kenyataannya undang-undang tersebut telah memunculkan pro dan kontra di masyarakat pengguna internet. Pihak yang pro atau mendukung undang-undang tersebut memberikan apresiasi kepada pemerintah atas hadirnya UU ITE yang menjadi cyberlaw pertama di Indonesia. Sementara beberapa pihak yang kontra, selalu menjadikan hak azazi manusia sebagai argumen bahwa UU ITE bertentangan dengan prinsip HAM (Hak Asasi Manusia). UU ITE juga dianggap membatasi hak kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan menghambat kreativitas dalam berinternet.

Pemerintah menerbitkan undang-undang ITE sebagai upaya untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu, dan ini adalah salah satu jawaban terhadap masalah itu, atau dengan kata lain penerbitan UU ITE merupakan suatu cara memecahkan masalah, mengurangi dan mencegah berbagai masalah dengan tindakan terarah. Kebijakan tentang Undang-Undang ITE yang awalnya bertujuan untuk mengatur penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi tampaknya cenderung mengakibatkan konflik atau timbulnya kontra di masyarakat termasuk para pengguna internet. Hal tersebut terjadi karena kurangnya sosialisasi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah disusun kepada masyarakat.

Untuk membuat pemahaman di masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan yang telah disusun pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia membuat suatu program yaitu, Internet Sehat dan Aman. Internet Sehat dan Aman adalah suatu program dari pemerintah Indonesia yang dicanangkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia (Kemkominfo) dengan tujuan untuk mensosialisasikan penggunaan internet secara sehat dan aman melalui pembelajaran etika berinternet sehat dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Internet sehat diluncurkan pada situs resmi dan brosur hardcopy internet sehat dalam edisi perdananya pada tanggal 29 April 2002, yang diprakarsai oleh penggiat Internet Sehat Donny B.I. Mulai diperkenalkan dengan nama internet sehat versi rakyat di kalangan internasional pada tahun 2009. Penggunaan istilah rakyat untuk membedakannya dengan berbagai program lainnya. Internet sehat

(7)

7

versi rakyat disebut sebagai program advokasi publik dengan media baru yang digabungkan dengan media offline.

Internet Sehat adalah salah satu konten yang digunakan dalam sosialisasi internet sehat dan aman. Internet Sehat merupakan lisensi nama atau merek dan lisensi konten atau isi yang hak penggunaannya dipegang oleh ICT Watch dan telah terdaftar pada Dirjen HAKI Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sejak tahun 2010. Tujuan sosialisasi penggunaan internet sehat dan aman adalah proses edukasi dengan memberikan pemahaman yang cukup mengenai penggunaan internet secara bijak sehingga memaksimalkan dampak positif internet dan meminimalkan dampak negatif dari berinternet, sehingga tercipta masyarakat cerdas dan produktif. Budaya internet sehat dan aman ditujukan dengan melibatkan peran keluarga, orang tua, guru, dosen, komunitas, asosiasi, lembaga pelatihan, anak-anak, remaja, dan siswa didik.

Sosialisasi menurut MZ Lawang (1985 dalam Abdullah 2008:37) adalah “proses mempelajari norma, nilai peran dan semua persyaratan lain yang diperlukan seorang individu untuk berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial”. Dalam sosialisasinya pemerintah dibantu oleh relawan sehat. Relawan sehat adalah relawan yang terlibat dalam mensosialisasikan dan menjalankan internet sehat secara swadaya masyarakat. Dengan berbagai kegiatan dari internet sehat yang mengusung tema “Open Community for Open Knowledge”. Selain dibantu oleh relawan dalam sosialisasi program internet sehat, pemerintah juga bekerja sama dengan pemerintah daerah, ICT watch, IDkita, Kompasiana, Yayasan Kita dan Buah Hati, AWARI dan internet sehat.

Pertumbuhan pengguna internet yang terus meningkat hingga saat ini dan kedepannya membuka peluang besar pagi perkembangan informasi dan komunikasi. Namun sangat disayangkan internet yang memiliki banyak fungsi yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari pada akhirnya menjadi boomerang yang merugikan bagi penggunanya. Contoh-contoh diatas hanya sebagian kecil dari banyak kasus yang terjadi akibat dampak negatif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet.

(8)

8

Pembuatan perundang-undangan untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif penggunaan internet belum benar-benar dirasakan dimasyarakat karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Serta pemahaman masyarakat yang masih kurang tentang bagaimana penggunaan internet yang baik dan bijak. Terlebih lagi berdasarkan data yang dipaparkan di atas yaitu pengguna internet di Indonesia sebesar 80 persen adalah usia 15-19 tahun dimana usia tersebut adalah masa peralihan menuju dewasa sehingga konten-konten yang diterima serta dipahami harus benar-benar disaring. Maka itu diperlukan pembelajaran bagaimana penggunaan internet yang baik dan bijak. Proses pembelajaran tersebut direalisasikan melalui program yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yaitu program internet sehat dan aman.

Berbeda dengan program Kemkominfo lainnya yang berhubungan dengan internet yang berfokus pada pembuatan infrastruktur jaringan internet di daerah-daerah yang belum terjamah oleh teknologi, fokus utama dari program internet sehat dan aman adalah pencegahan terhadap bahaya negatif dari penggunaan internet serta sosialisasi yang dilakukan lebih banyak ke daerah-daerah dan remaja yang belum belum paham bagaimana penggunaan internet yang sehat sehingga dapat diarahkan dan diberi pembelajaran bagaimana penggunaan internet yang baik dan bijak sebagai bekal dalam memanfaatkan internet kedepannya.

Dalam menjalankan program tersebut tidak luput dari proses komunikasi, bagaimana strategi komunikasi yang digunakan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami, diterima dan mendapat respon positif dari masyarakat. Lewat sosialisasi yang dilakukan dengan tujuan memberikan pemahan yang cukup mengenai penggunaan internet secara bijak sehingga memaksimalkan dampak positif internet dan meminimalkan dampak negatif dari berinternet, sehingga tercipta masyarakat cerdas dan produktif.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Strategi Komunikasi Program Internet Sehat dan Aman Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Studi Kasus Evaluasi Program INCAKAP Tahun 2015)

(9)

9 1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menetapkan fokus penelitian, yaitu : “Bagaimana Evaluasi Program Internet Sehat dan Aman Berdasarkan Strategi Komunikasi yang Dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia”. Dalam penelitian ini, masalah yang ingin diangkat oleh peneliti adalah:

1. Bagaimana strategi komunikasi Program Internet Sehat dan Aman yang dilaksanakan oleh Kemkominfo?

2. Bagaimana pelaksanaan Program Internet Sehat dan Aman yang dilakukan oleh Kemkominfo?

3. Bagaimana evaluasi Program Internet Sehat dan Aman (INCAKAP) yang dilaksanakan pada tahun 2015 oleh Kemkominfo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi Program Internet Sehat dan Aman yang dilaksanakan oleh Kemkominfo.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Internet Sehat dan Aman yang dilakukan oleh Kemkominfo .

3. Untuk mengetahui evaluasi dari Program Internet Sehat dan Aman (INCAKAP) yang dilaksanakan pada tahun 2015 oleh Kemkominfo.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Aspek praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak universitas, yaitu sebagai masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan menyempurnakan kebijakan universitas terutama yang berhubungan dengan penggunaan internet sehingga dapat menjadi masukan atau pembelajaran kepada seluruh mahasiswa/i dalam menghadapi tindakan yang mungkin sama dalam penelitian ini

(10)

10

2) Aspek teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dan pengembangan yang lebih baik terutama sebagai acuan bagi studi ilmiah tentang penggunaan internet yang sehat dan aman. Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi penulis lain yang hendak melakukan penelitian dibidang yang sama. Hasil penelitian bagi lembaga, dapat menambah perbendaharaan perpustakaan Telkom University, Fakultas Telkom Economic Bussiness School sebagai bahan kajian maupun pembanding penelitian pada masa yang akan datang terhadap masalah serupa.

1.5 Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan penelitian, yaitu:

Tabel 1.4 Tahapan Penelitian No Tahapan Bulan Oktober 2015 November 2015 Desember 2015 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 1 Pencarian informasi 2 Wawancara narasumber 3 Penyusunan Bab I sampai III 4 Pengolahan data 5 Penyelesaian data

(11)

11 meliputi kesimpulan penelitian dan saran (Sumber : Penulis)

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah:

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

1.6.2 Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlangsung selama 6 bulan, dimulai dari Oktober 2015 hingga Maret 2016.

Gambar

Tabel 1.4  Tahapan Penelitian  No  Tahapan  Bulan  Oktober  2015  November 2015  Desember 2015  Januari 2016  Februari 2016  Maret 2016  1  Pencarian  informasi  2  Wawancara  narasumber  3  Penyusunan  Bab  I  sampai III  4  Pengolahan  data  5  Penyelesa

Referensi

Dokumen terkait

Variabel adversity quotient, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha diukur dengan skala Likert, yaitu skala dipergunakan untuk mengetahui setuju atau tidak

Kolom yang baik akan mempunyai bilangan lempeng yang tinggi dan nilai H yang rendah, untuk mencapai hal ini ada beberapa faktor yang mendukung yaitu kolom yang dikemas dengan

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Hal ini menunjukan bahwa wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik tahun 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai untuk

Medical Surgical and Critical Care Nursing Community Health and Primary Care Nursing Geriatric Nursing. Room 2

Berdasarkan telaah terhadap kompetensi ini, pro- ses penilaian kinerja yang harus diperhatikan oleh pengawas sekolah, di anta- ranya harus mampu menilai sub-sub kompetensinya

Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai kasus tersebut dengan menggunakan piranti lunak BREEZE Incident Analyst Software untuk mengetahui seberapa jauh

10 Perubahan Kadar Cadmium (Cd) pada perokok Aktif pasca dilakukan titik Akupuntur Surakarta Univ Setia Budi Ska 11 Perubahan Kadar CO (Carbon Monoksida) pasca tindakan akupuntur