• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMA DAN PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAMA DAN PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

HAMA DAN PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN

HUTAN

NUR HIDAYATI

BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

(2)

Kerusakan Hutan

»

Hama

»

Penyakit

»

Faktor lingkungan abiotik

»

Gulma

»

Kebakaran

(3)

Hama Hutan

Adalah semua organisme hidup yang

tergolong jenis serangga/satwa yang

dapat menimbulkan kerusakan pada

biji, bibit dan tanaman yang secara

ekonomi berarti

(4)

Sebab Munculnya Serangga Hama

Tingkat keragaman agroekosistem

Pengelolaan tanaman

Varietas unggul modern yang rentan

Menanam satu varietas tertentu secara

terus-menerus tanpa pola

Musim tanam yang salah

Hama masuk ke daerah baru

(5)

Dasar pembagian yang sering

digunakan dalam membagi hama

hutan adalah:

(1) Berdasarkan bagian pohon yang

dirusak.

(2) Berdasarkan jenis tanaman yang

diserang.

(6)

Serangga perusak daun

 Akibat dari serangan serangga sebagian atau seluruh bagian daun rusak karena dimakan

 Serangga perusak daun biasanya termasuk di dalam

ordo-ordo Lepidoptera (larva), Hymenoptera (dewasa) dan Diptera (hanya stadium larva yang merusak daun, sedangkan dan ordo Coleoptera (dewasa) dan

(7)

Serangga pengebor kulit pohon (inner bark

boring insects)

Bagian yang dirusak adalah kulit pohon bagian

dalam sampai ke kambium. Lubang gerekan

serangga dapat merusak atau menutup jalan

pengiriman bahan makanan dari daun ke akar.

Apabila kerusakan yang ditimbulkan sampai

melingkari pohon, maka pohon seperti diteres yang

mengakibatkan terhalangnva pengiriman makanan

dari daun ke akar. Serangga pengebor kulit pohon

biasanya termasuk dalam ordo Coleoptera (larva).

(8)

Serangga pengebor batang pohon dan kayu

 Kerusakan yang berbentuk lubang-lubang

 Tiap-tiap serangga pengebor kayu mempunyai

spesifikasi sendiri, ada yang tinggal di dalam kayu sebagai tempat tinggalnya saja, tetapi kebanyakan hidup dengan makan batang/ kayu

 Sebagian besar dan pengebor batang/ kayu termasuk ke dalam ordo Coleoptera (larva), beberapa

(9)

Serangga penghisap cairan pohon

(Sap sucking insects)

 Kerusakan yang ditimbulkan berbentuk noda-noda, perubahan warna (discoloration), bentuk yang

membesar (mulformation) atau terhentinya pertumbuhan dan bagian-bagian tertentu

 Hama jenis ini hampir semuanya dari ordo-ordo Homoptera (nimfa dan dewasa), Hemiptera (nimfa dan dewasa) dan mites.

(10)

Serangga perusak pucuk dan

cabang (Bud and twig insects)

Kerusakan yang timbul pucuk dan cabang berlubang-lubang dan seperti diteres. Mengingat pucuk adalah tempat pertumbuhan pohon, maka serangga perusak pucuk dan cabang sangat merugikan. Penderitaan

paling berat apabila serangga mengebor di dalam pucuk pohon. Serangga yang merusak pucuk biasanya

termasuk di dalam ordo Lepidoptera (larva), Coleoptera (dewasa/ larva), Hemiptera dan Homoptera (nimfa & dewasa), Diptera (larva).

(11)

Serangga perusak anakan (Seedling

insects)

Pada umumnya seluruh bagian dari anakan merupakan makanan yang digemari oleh bermacam-macam

serangga karena bagian-bagiannya masih muda dan lunak. Serangga perusak anakan adalah ordo Isoptera (dewasa), Lepidoptera (larva), Orthoptera (nimfa &

(12)

Serangga perusak akar (Root

Insect)

 Pada umumnya bagian dari akar yang dirusak adalah ujung akar tanaman muda yang merupakan bagian yang sangat lunak.

 Di samping serangga perusak akar yang sering dijumpai adalah Nematoda.

 Serangga perusak akar biasanya masuk dalam ordo Coleoptera (larva), Isoptera (dewasa).

(13)

Berdasarkan jenis tanaman yang diserang.

1.

Xystrocera festiva,

(14)

Ordo : Coleoptera

Hama utama pada Sengon dan Acacia mangium

Dampak : Kerusakan batang pada tanaman yang diserang

Pertanaman murni sengon secara besar-besaran mendorong mewabahnya populasi X. festiva

(15)
(16)

2. Neotermes tectonae

(Inger-inger) pada Jati

Ordo

: Isoptera

Dampak : Batang

membengkak, bagian

dalam

berlubang-lubang hingga tidak

mempunyai nilai

(17)
(18)

3. Hama penggerek pucuk Hypsipyla robusta (Swietenia

macrophyla) Mahoni

Ordo : Lepidoptera

Dampak : Serangan hama ini menyebabkan

pucuk patah, kering sehingga akan timbul cabang-cabang baru. Kualitas dan kuantitas kayu akan

turun karena batang bebas cabang menjadi lebih pendek

(19)
(20)

4. Hama entung Jati,

Hyblaea puera

Ordo

: Lepidoptera

Dampak

: Daun jati

menjadi berlubang

lubang

(21)

5. Hama Kutu daun, Aphis

gossypii pada Eucalyptus

Ordo Homoptera

Dampak :

Pertumbuhan daun

abnormal (keriting) dan dapat menyebabkan

(22)

Teknik Pengendalian hama

Mengusahakan pertumbuhan tanaman

sehat

Pengendalian hayati

Pengendalian secara fisik & mekanik

Senyawa-senyawa kimia semio

Penggunaan varietas tahan

Pengendalian secara genetik

Pestisida

(23)

Penyakit tumbuhan :

 Penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan tidak dapat melakukan

kegiatan fisiologis seperti biasanya  Semua tumbuhan atau bagian

tumbuhan yang sifatnya menyimpang daripada biasa disebut sakit. Keadaan abnormal ini ditunjukkan dengan

keadaan patologis yang khas yang disebut gejala (symtomp) dan tanda (sign)

(24)

Berdasarkan Penyebab, Penyakit Dibedakan Menjadi Dua :

1. Penyakit biotik

- inang yang rentan

- lingkungan yang mendukung

- patogen yang virulen (jamur, bakteri, virus, dll)

2. Penyakit abiotik - inang

- lingkungan (Suhu, kelembaban, ph, cahaya, unsur hara dll)

(25)

PENYAKIT YANG MENYERANG HUTAN

1. Peyakit busuk hati

Organisme Penyebab : Phellinus noxius, Rigidiporus

hypobrunneus dan Tinctoporellus epimitinus

Tumbuhan inang : Acacia spp.

Gejala : Tanaman yang terserang busuk

hati dari luar akan nampak sehat. Busuk ini hanya akan nampak ketika tanaman di tebang

Dampak Yang Timbul :

Volume kayu yang bernilai jual berkurang dan mempengaruhi kualitas apabila digunakan sebagai bahan baku plup dan paper

(26)

Perubahan warna Beberapa bagian kayu busuk

Busuk dengan ciri kayu

(27)

Pengelolaan Penyakit :

Jamur penyebab penyakit busuk hati akan masuk

ke dalam tanaman melalui permukaan luka.

Kegiatan Prunning dan singling seharusnya

dilakukan pada cabang yang masih muda dan

berdiameter kecil.

Bila dalam suatu areal telah terjadi epidemi

penyakit busuk hati, maka rotasi berikutnya harus

diganti dengan jenis lain yang lebih tahan terhadap

serangan jamur Phellinus sp.

(28)
(29)

Dampak yang Timbul : Akar yang sakit menjadi

busuk sehingga proses translokasi air dan hara

menjadi terganggu

Pengelolaan Penyakit : Membongkar tonggak

sisa

tebangan,

Penggunaan

fungisida,

mengganti

species

tanaman

pada

rotasi

berikutnya

(30)
(31)

Inang : Acacia spp.

Gejala/Tanda : Terdapat lapisan berwarna putih seperti tepung pada permukaan daun. Lapisan ini merupakan miselium dan konidia dari jamur penyebab penyakit

Dampak Yang Ditimbulkan : Pada daun yang terserang hebat

mengalami perubahan bentuk menjadi mengkerut, keriting, dan bergelombang yang lama-lama daun menjadi keriting rontok

Pengelolaan Penyakit : Penyakit ini banyak menyerang bibit di

persemaian. Tanaman dibawah naungan biasanya rentan terkena penyakit ini. Bila diketahui sudah ada yang terserang sebaiknya tanaman segera dipindahkan untuk menjaga agar penyakit ini tidak menyebar lebih luas. Serangan penyakit ini juga dapat dikurangi dengan menempatkan bibit lebih lama di bawah sinar matahari langsung. Penggunaan Fungisida juga bisa dilakukan untuk mengurangi serangan penyakit ini

(32)
(33)

Inang

: Acacia spp.

Gejala/Tanda

:

Terdapat

bercak-bercak

berwarna hitam pada permukaan daun dan

lama-kelamaan bercak semakin banyak dan menyatu

sehingga seperti jelaga hitam yang menebal.

Dampak Yang Timbul :

Dapat

mengurangi

luas

permukaan daun untuk mengadakan fotosintesa dan

menyebabkan bagian tumbuhan tersebut terlihat

kotor. Pada tingkat serangan berat daun akan

menjadi kuning dan gugur.

(34)

Pengelolaan Penyakit :

- Pada tanaman yang dewasa penyakit ini efektif dikendalikan dengan pemangkasan karena dapat meningkatkan sinar matahari yang masuk sehingga mengurangi kelembaban

(35)
(36)

Penyebab penyakit : Uromicladium tepperianum Inang : Acacia spp., Sengon

Gejala : Terdapat bercak nekrotik berbentuk agak bulat dengan warna hijau pucat, yang terletak pada permukaan daun maupun pada batang dan tangkai. Bercak ini agak menebal dan membentuk bintil. Bila bintil ini sudah tua warna coklat kehitam-hitaman.

(37)

Dampak Yang Timbul : Pada serangan yang berat

bagian pucuk mengalami perubahan bentuk menjadi mengkerut dan mengeriting, daun menghitam, daun gugur sebelum waktunya atau pada daun timbul lubang karena gall luruh. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, bahkan bibit/ tanaman muda akan mengalami kekeringan dan mati

Pengelolaan Penyakit :

- Monitoring yang ketat, eradikasi, sanitasi yang baik pada pertanaman muda

(38)

Dampak yang Timbul : Akar yang sakit menjadi busuk sehingga proses translokasi air dan hara menjadi terganggu.

Pengelolaan Penyakit : Membongkar tonggak sisa tebangan, Penggunaan fungisida, mengganti species tanaman pada rotasi berikutnya

(39)

6. Penyakit Tumor/Kanker batang

Organisme Penyebab

:Nectria sp., Cytospora

sp. dan Hypoxylon mammatum

Tumbuhan inang

: Acacia spp.

Eucalyptus, Pinus

Gejala

: Pembengkakan pada

batang yang meluas ke bagian atas dan bawah,

keluarnya blendok,batang pecah-pecah

Dampak Yang Timbul

: Jaringan kayu pada

batang menjadi lunak, rapuh dan retak-retak. Bila

tumor ini sudah meluas tanaman menjadi kering

dan mati

(40)
(41)

Pengelolaan Penyakit :

 Bila ditemukan pohon yang menunjukkan gejala serangan penyakit sebaiknya segera ditebang dan disingkirkan

 Pemeliharaan dan pembersihan lokasi pertanaman karena kondisi tanah yang kurang subur dan kurang terawat dicurigai senagai faktor yang memacu perkembangan penyakit

(42)

8. Penyakit Layu bakteri

Penyebab : Pseudomonas tectonae Inang : Jati

Gejala : Penyakit layu pada jati diawali dengan timbulnya kelayuan. Layunya bagian daun dapat serentak ataupun perlahan-lahan, dimulai dari pada bagian daun tua atau pucuk lama kelamaan seluruh daun layu dan berwarna kuning kecoklat-coklatan dan menghitam seperti terbakar, daun luruh yang diikuti dengan kematian tanaman dalam waktu yang relatif singkat

(43)
(44)

Pengelolaan penyakit :

 Tempat persemaian atau pembibitan diusahakan tidak terlalu lembab

 Pembersihan gulma karena gulma merupakan inang perantara bagi bakteri penyebab penyakit

 Pemilihan jenis tanaman campuran yg tepat jangan menanam tanaman dari famili solanaceae karena dapat menularkan bakteri ke tanaman jati

(45)

Prinsip-prinsip pengelolaan penyakit yang dapat dikembangkan dalam program kesehatan hutan adalah

Resistensi : dengan jalan menanam jenis tanaman yang tahan terhadap

penyakit

Sanitasi : membebaskan lapangan dari penyebab (patogen) misalnya dengan

mengadakan penyemprotan dengan fungisida atau aliran udara panas pada tanah.

Eradikasi : memusnahkan patogen beserta tanaman yang terserang penyakit

supaya tidak menjadi sumber inokulum/penularan bagi tanaman yang lain.

Enklusi /karantina : pencegahan perkembangan patogen pada areal yang

sebelumnya bukan daerah infeksinya

Penghindaran : penanaman hutan pada daerah atau pada waktu patogen

tidak aktif atau tidak ada

Terapi atau penyembuhan : mengusahakan tanaman yang sakit diberi

perlakuan penyembuhan.

Biologis : Melepaskan musuh-musuhnya hingga patogen dimatikan

Pergiliran tanaman : dengan mengadakan pergilingan tanaman, maka

patogen-patogen yang ada pada suati waktu akan kehilangan inangnya hingga dapat mati.

(46)

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Studi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ ASUHAN

Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 3, penilaian kinerja 360 derajat mengakomodasi proses evaluasi kognitif terhadap penilaian kinerja yang dialami individu karena

Dalam bahasa Indonesia pun lazim dijumpai pemilik barang meminta diingatkan kembali lewat media tekstual atau telepon genggam, sedangkan pada percakapan berbahasa Jepang,

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren Iqra‟ pada tahun 2007 yang menjadi guru untuk mata pelajaran pondok adalah Azwar Munaf sendiri beserta

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berfikir kritis mahasiswa pendidikan biologi Se-Kota Pekanbaru dalam kategori Cukup dengan persentase

dalam penelitian ini yang pertama adalah logo sebagai produk desain komunikasi visual terdiri dari beberapa elemen-elemen desain dan tentunya memiliki makna konotasi dalam