• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL SKRIPSI"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS

BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Veronika Ernawati NIM: 041124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini kupersembahkan kepada

para calon katekis yang sedang studi di Prodi IPPAK-USD dan penyelenggara pendidikan di kampus Prodi IPPAK-USD Yogyakarta

juga...

kepada yang tercinta Bapa, Mama, koko Albert, Titin dan para sahabat yang telah menyemangati dan menghantar penulis

(5)

v

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran”

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Desember 2008 Penulis,

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Veronika Ernawati

Nomor Mahasiswa : 041124016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 18 Januari 2009 Yang menyatakan

(8)

viii

Judul skripsi SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL dipilih berdasarkan kerinduan penulis sebagai calon katekis untuk menjadi katekis yang berspiritualitas dan profesional. Berkaitan dengan pentingnya pengolahan diri dalam rangka membangun pribadi yang utuh, sebagai mahasiswa penulis mendapat kesan bahwa ada beberapa mahasiswa IPPAK yang belum memahami dan menghayati pembinaan spiritualitas sebagai pondasi dasar atau kekuatan jiwa untuk menemukan makna hidup dan memotivasi panggilannya sebagai katekis. Seharusnya, sebagai calon katekis, para mahasiswa menjadi pribadi yang matang, dewasa dan mandiri sehingga akan memperkembangkan kualitas hidup mereka. Hidup yang berkualitas ini tentu akan membentuk pribadi yang berspiritualitas dan profesional dalam pelayanannya.

Persoalan utama yang akan dijawab di dalam skripsi ini bagaimana mata kuliah pembinaan spiritualitas memberikan kontribusi atau sumbangan bagi para mahasiswa untuk menjadi katekis yang berspiritualitas dan profesional. Untuk menjawab persoalan ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu wawancara dengan mahasiswa dan alumni telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dilaksanakan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang dapat membantu mahasiswa untuk menemukan peran mata kuliah pembinaan spiritualitas.

(9)

ix

The title of this thesis, THE CONTRIBUTION OF THE COURSE OF THE FORMATION OF SPIRITUALITY FOR STUDENTS IN ORDER TO BE A SPIRITUAL AND PROFESSIONAL CATECHIST, is chosen based on the desire of the author as a candidate of catechist to be a spiritual and professional catechist. Relating to the importance of self- formation under the framework of building personality wholly, the author, as a student, finds indication that there are some students of IPPAK (Institute of the Catechesis) have not fully understood and lived vividly the formation of the spirituality as the basic or the strength of the soul to find out the meaning of their life and to motivate their vocation as a catechist. As candidates of catechist, students should be mature, adult, and autonomous so that they may increase their lives’ quality. Such life will form a spiritual and professional personality along their service.

The main problem which is trying to be answered in this thesis is how the Course of the Formation of the Spirituality gives contribution for students to be a spiritual and professional catechist. In order to solve the problem, some accurate data are needed. Some interviews to students and alumni have been done. Beside this, study on literature has also been done to get some thoughts, which will help students to discover the role of the Course of the Formation of the Spirituality.

(10)

x

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menghaturkan segala puji, hormat, juga syukur yang tiada taranya kepada Allah Bapa, Putra, Roh Kudus dan Bunda Maria karena rahmat dan kasih-Nya telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA DALAM RANGKA

MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL.

Diawali dengan hasil refleksi atas studi kateketik yang penulis jalani empat tahun ini terutama refleksi atas panggilan penulis sebagai calon katekis, penulis mencoba menggagas tema skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan kerinduan penulis untuk membuka cakrawala berpikir, mengasah dimensi hati dan spiritual sekaligus memberi sumbangan pemikiran bagi seluruh mahasiswa Prodi IPPAK-USD supaya mengetahui peran mata kuliah pembinaan spiritualitas dan dapat mengambil maknanya dalam rangka menjadi katekis yang berspritualitas dan profesional sesuai dengan visi dan misi Prodi IPPAK-USD. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi

awal yang baru bagi penulis untuk meraih mimpi dan masa depan dalam proses kehidupan selanjutnya. Layaknya matahari yang tenggelam di ufuk barat dan akan segera kembali terbit di ufuk timur. Pada kesempatan ini, izinkan penulis dengan setulus hati mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan perhatian, waktu, semangat, motivasi, sumbangan pemikiran dengan penuh kesabaran kepada penulis. Terima kasih untuk masukan dan kritiknya sehingga penulis diteguhkan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan begitu banyak perhatian dan pendampingan bagi penulis selama skripsi maupun proses studi yang penulis jalani di kampus ini. Terima kasih untuk segalanya.

3. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto S.J., selaku dosen penguji skripsi yang selalu memberi dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Namun lebih daripada itu, terima kasih karena telah menjadi sosok yang demikian dekat dan berarti, layaknya orang tua bagi penulis. Terima kasih untuk semua kesempatan, bimbingan, perhatian serta kepercayaan yang Romo berikan sehingga penulis dapat menjadi seperti sekarang ini.

(12)

xii menjalani proses studi di kampus ini.

5. Sahabat-sahabat angkatan 2004/2005, terima kasih atas warna-warni indah yang kalian berikan dalam hidup penulis. Sampai jumpa di lain kesempatan. 6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa- mahasiswi dan alumni Prodi IPPAK-USD,

khususnya rekan-rekan dan alumni yang telah menyisihkan waktunya untuk diwawancarai.

7. Eka Gloria Paskalia Rinya dan Maria Daryani dua sahabat terbaik yang pernah penulis miliki. Terima kasih untuk semua kebersamaan yang telah dilalui bersama, penulis tidak akan mampu menjalani semuanya tanpa bantuan kalian. Semoga hidup mempertemukan kita lagi dalam satu kesempatan.

8. Keluarga yang sangat penulis cintai: Bapak, Mama, Koko Albert, dan Titin. Andai terdapat kata yang mampu melukiskan betapa kalian sungguh berarti dalam hidup penulis, karena dari kalian semuanya berawal dan kepada kalianlah penulis akan kembali.

(13)

xiii

persatu, yang selama ini telah menjadi bagian berarti dalam hidup penulis serta memampukan penulis menyelesaikan studi ini.

Penulis sungguh menyadari bahwa penulis memiliki keterbatasan dalam pengetahuan, pengalaman, serta pemahaman yang menyebabkan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi dapat memberikan inspirasi kerohanian bagi para mahasiswa Prodi IPPAK-USD dan semua yang berkepentingan.

Yogyakarta, 17 Desember 2008 Penulis

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR SINGKATAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1

B. Rumusan Permasalahan... 6

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Manfaat Penulisan... 8

E. Metode Penulisan... 8

F. Sistematika Penulisan... 8

BAB II. PROSES PEMBINAAN SPIRITUALITAS DI PRODI IPPAK-USD... 11

A. Pendidikan Calon Katekis di Prodi IPPAK ... 11

1. Selayang Pandang Prodi IPPAK ... 11

2. Mahasiswa IPPAK dan Lingkungan di Sekitarnya ... 12

a. Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa ... 12

b. Umat yang Dihadapi di Sekitar Kotabaru... 14

c. Masala h Sosial di dalam Masyarakat... 17

B. Pembinaan Spiritualitas ... 19

(15)

xv

3. Bentuk-Bentuk Pembinaan Spiritualitas ... 24

a. Rekoleksi... 25

b. Retret ... 26

c. Refleksi Pribadi... 27

d. Camping Rohani... 28

e. Pendalaman Iman... 29

4. Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas... 30

a. Tempat Mata Kuliah pada Kurikulum dan Visi Misi IPPAK 30 b. Gambaran Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas... 33

c. Tujuan Pembinaan Spiritualitas ... 35

BAB III. SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA IPPAK DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL... 38

A. Penelitian Tentang Sumbangan Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas bagi Mahasiswa Menuju Figur Katekis yang Berspiritualitas dan Profesional ... 38

1. Latar Belakang ... 38

2. Metodologi Penelitian ... 41

a. Jenis Penelitian... 41

b. Pemilihan Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian... 42

c. Responden Penelitian... 42

d. Variabel yang Hendak diteliti ... 43

e. Instrumen Pengumpulan Data ... 44

f. Teknik Analisis Data ... 44

B. Laporan Data Penelitian... 45

1. Laporan Data Penelitan Berdasarkan Variabel-Variabel yang diteliti ... 46

(16)

xvi

c. Sumbangan Mata Kuliah Pembinaan Spirtualitas bagi

Mahasiswa dan Alumni ... 54

C. Pembahasan Data Penelitian ... 57

1. Katekis Berspiritualitas ... 57

a. Gambaran Katekis Berspiritualitas... 59

b. Cara Katekis Memupuk Spiritualitas ... 61

2. Katekis Profesional ... 63

a. Pemahaman Mengenai Profesional... 63

b. Gambaran Katekis Profesional... 66

D. Kesimpulan Penelitian... 75

BAB IV. MENINGKATKAN SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS DI IPPAK DENGAN PENDEKATAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS... 80

A. Shared Cristian Praxis Sebagai Salah Satu Model Katekese ... 80

1. Pengertian Shared Cristian Praxis ... 82

a. Praxis... 82

b. Cristian... 83

c. Shared... 84

2. Langkah- langkah Shared Cristian Praxis ... 85

a. Langkah 0 (Pendahuluan): Pemusatan aktivitas... 85

b. Langkah I (Pertama): Pengungkapan Pengalaman Faktual... 85

c. Langkah II (Kedua): Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Faktual ... 86

d. Langkah III (Tiga): Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau (Menggali Pengalaman Iman Kristiani) ... 86 e. Langkah IV (Empat): Interpretasi/Tafsir Dialektis antara

(17)

xvii

Suatu Aksi Konkret) ... 87

B. Tawaran Program Katekese Model SCP bagi Peningkatan Pelaksanaan Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas di Prodi IPPAK-USD... 87

1. Matriks Usulan Program bagi Peningkatan Pelaksanaan Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas di IPPAK ... 93

2. Salah Satu Contoh Satuan Pertemuan Katekese Model Shared Christian Praxis ... 93

a. Identitas Katekese Shared Christian Praxis... 93

b. Pemikiran Dasar ... 94

c. Pengembangan langkah- langkah... 96

BAB V. PENUTUP ... 106

A. KESIMPULAN ... 106

B. SARAN ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN ... 118

Lampiran 1 : Matriks Usulan Program Katekese Model SCP ... (1)

Lampiran 2 : Panduan Pertanyaan Wawancara ... (6)

Lampiran 3.a: Deskripsi Hasil Wawancara dengan Mahasiswa ... (8)

Lampiran 3.b: Deskripsi Hasil Wawancara dengan Alumni... (23)

(18)

xviii A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Aspotolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

C. Singkatan Lain

AKKI: Akademi Kateketik Katolik Indonesia

CEP: Congregation for Evangelization of Peoples (Kongregasi Evangelisasi Bangsa-bangsa)

FIPA: Fakultas Ilmu Pendidikan Agama

FKIP: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Hal: Halaman

(19)

xix

kuliah yang diberikan pada mahasiswa IPPAK-USD semester VI) KWI: Konferensi Wali Gereja Indonesia

No: Nomor

PAK: Pendidikan Agama Katolik PIA: Pendalaman Iman Anak

PKKI: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PPL: Program Pengalaman Lapangan

Prodi: Program Studi PUSKAT: Pusat Kateketik sbb: sebagai berikut

SCP: Shared Cristian Praxsis Th: Tahun

TV: Televisi

USD: Universitas Sanata Dharma UU: Undang-Undang

(20)

1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengikuti arus perubahan jaman (globalisasi dan demokratisasi). Demikian juga Prodi IPPAK USD selalu berusaha untuk merumuskan jati dirinya secara baru, menuju pembangunan hidup manusia yang modern di satu sisi dan perkembangan diri manusia yang holistik di sisi yang lain. Nilai- nilai hidup manusia yang menekankan aspek pengetahuan, pembangunan dan pembinaan hidup rohani bagi mahasiswanya menjadi perhatian utama dan mendasar.

Sebagai seorang yang nantinya akan mewartakan Sabda Allah dan menjadi pendidik iman bagi orang lain, mahasiswa ditempa dengan berbagai ilmu pengetahuan dan pembinaan demi pengembangan kepribadian. Perkembangan aspek diri yang mendalam baik menyangkut hidup kerohanian maupun perkembangan afeksi adalah bagian terpenting bagi hidup manusia. Atas dasar kenyataan itu, selanjutnya hidup rohani merupakan corak pembinaan hidup kristiani yang bersumber pada kenyataan Ilahi.

(21)

dalam perkemb angan dirinya secara menyeluruh, yakni menjadi katekis yang berspiritualitas dan profesional.

Menyadari pentingnya perkembangan diri yang menyeluruh (holistik) ini, maka pembinaan spiritualitas merupakan salah satu mata kuliah yang tepat diberikan pada mahasiswa dalam rangka mempersiapkan diri menjadi katekis berspiritual dan profesional. Persiapan diri yang dimaksud lebih ditekankan pada kemampuan berefleksi mengenai pergulatan dan perjalanan hidup masing- masing pribadi. Pergulatan hidup pribadi itu dimaknai sebagai suatu dinamika menuju perkembangan diri yang utuh.

Pentingnya pengolahan diri dalam rangka membangun pribadi yang utuh, menjadi ciri khas dalam mata kuliah pembinaan spiritualitas. Pembinaan spiritualitas merupakan implementasi dari visi dan misi prodi IPPAK, yaitu membangun manusia yang berilmu dan bijaksana dalam rangka menyiapkan katekis yang trampil membantu sesama orang beriman dalam mengembangkan imannya. Adapun mahasiswa IPPAK itu terdiri dari biarawan-biarawati (suster, frater, bruder) dan kaum awam.

(22)

bebas. Mahasiswa merasa sudah dewasa, jauh dari orangtua bagi mereka yang berasal dari luar pulau, sehingga hidup di kota Yogyakarta seolah-olah menjadi suatu kebebasan yang lepas dari pengawasan orangtua. Akibat dari pemikiran yang sempit ini, mereka lupa akan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan oleh orangtuanya, sehingga ada yang berpacaran sampai lupa waktu untuk belajar, akhirnya berpengaruh pada nilai prestasi akademik yang semakin menurun, kuliah pun menjadi tidak selesai tepat pada waktunya. Tentu saja kejadian ini menyedihkan perasaan banyak pihak, terutama orangtua. Penyesalan pun datang terlambat, namun sudah tak berguna. Yang ada kini adalah mempertanggung jawabkannya secara penuh. Fenomena tersebut menjadi warna tersendiri ya ng sulit dimengerti oleh semua pihak.

Keprihatinan lainnya adalah kurangnya keterlibatan mahasiswa di lingkungan. Pihak kampus mengharapkan agar para mahasiswanya aktif terlibat dalam hidup menggereja, khususnya di lingkungan tempat tinggalnya. Pada kenyataannya, mahasiswa hanya mau terjun ke lingkungan apabila ada tugas wajib dari kampus misalnya pada mata kuliah PPL PAK Paroki, PPL Kader, dan PIA. Lepas dari tanggung jawab tersebut maka keterlibatan mereka pun menjadi berkurang. Demikian pula keterlibatan dalam kegiatan paroki, hanya segelintir mahasiswa saja yang mau terlibat aktif menjadi tim pewarta di paroki.

(23)

memandang hidup ke arah masa depan, mudah terpengaruh untuk menyontek bila ujian, berteman pilih-pilih (ada gap-gap antar mahasiswa), dan tak mau peduli dengan berbagai kegiatan dari HIMKA maupun Prodi, dapat menyebabkan mahasiswa tersebut merasa terasing dan kesepian. Tentu saja hal ini semakin memperburuk keadaan. Sebagai mahasiswa penulis mendapat kesan bahwa peristiwa-peristiwa itu mungkin tidak akan terjadi bila mahasiswa mampu menginternalisasikan peran mata kuliah pembinaan di dalam hati, pikiran, dan perbuatannya.

Menyiapkan tenaga yang trampil dalam pembangunan hidup jemaat benar-benar dituntut kemampuan yang profesional dalam bidangnya. Prodi IPPAK melalui mata kuliah Pembinaan Spiritualitas berusaha menjawab kebutuhan tersebut. Artinya para calon katekis yang belajar di lembaga ini, sebagai kader internal Gereja akan diarahkan spiritualitasnya sesuai Spiritualitas Ignatian. Melalui pembinaan spiritualitas mahasiswa diharapkan menjadi pribadi yang matang, dewasa dan mandiri. Menjadi pribadi yang matang, mandiri dan dewasa pada gilirannya melahirkan hidup yang berkualitas. Dari hidup yang berkualitas ini tentu pada gilirannya menjadi pribadi yang berspiritualitas dan profesional dalam pelayanannya.

(24)

santo” (CEP, 1997: 22). Pembinaan spiritualitas katekis juga dikondisikan oleh panggilan kerasulan setiap pribadi mahasiswa IPPAK, dan karena itu seharusnya memiliki ciri-ciri: terbuka terhadap sabda Tuhan, terhadap Gereja, dan terhadap dunia; mempunyai kehidupan yang autentik, semangat misioner, dan devosi kepada Bunda Maria (CEP, 1997: 22-29).

Dinamika pengembangan diri melalui pembinaan spiritualitas kepada mahasiswa IPPAK merupakan warna tersendiri di lingkungan USD. Ciri khas inilah merupakan salah satu keunggulan bagi Prodi IPPAK yang tidak saja mendidik mahasiswa menjadi berilmu tetapi penekanannya pada mutu hidup yang berspiritual dan profesional. Menjadi katekis yang berspiritualitas serta profesional di bidangnya menjadi tujuan dari pembinaan spiritualitas yang ada dalam kurikulum prodi IPPAK.

(25)

Dari uraian di atas, tampaklah peran fundamental seorang katekis dalam pelayanannya. Idealnya, katekis tampil sebagai seorang yang berspiritualitas dan profesional sehingga bisa sungguh menjadi faktor kunci keberhasilan dalam pelayanannya. Pelbagai masalah dalam pelayanan katekese dewasa ini terkait dengan kurangnya tenaga ya ng profesional dalam bidangnya. Kekurangprofesionalan dalam pelayanan menjadikan nilai pelayanan kering dan tidak bermakna. Hal ini bisa terkait langsung dengan pribadi katekis, mutu hidup, integritas diri, dan kebijaksanaan hidup. Persoalan-persoalan inilah yang ingin diolah dalam proses pendidikan di IPPAK melalui mata kuliah Pembinaan Spiritualitas.

Berdasarkan uraian di atas penulis perlu untuk mengetahui secara lebih jauh tentang sumbangan mata kuliah pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa dalam rangka menjadi katekis berspiritualitas dan profesional. Dalam rangka itu penulis memberi judul karya tulis ini: ”SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL”. Melalui penulisan ini penulis ingin merefleksikan kembali proses mata kuliah pembinaan spiritualitas yang berlangsung di prodi IPPAK USD.

B. Rumusan Permasalahan

(26)

1. Pembinaan spiritualitas macam apa yang diselenggarakan Prodi IPPAK-USD sehingga dapat membantu mahasiswa menjadi katekis berspiritualitas dan profesional?

2. Bagaimana gambaran tentang katekis yang berspiritualitas dan profesional itu? 3. Bagaimana cara meningkatkan pelaksanaan mata kuliah pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa dalam rangka menjadi katekis berspiritualitas dan profesional?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Memaparkan bentuk pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa Prodi IPPAK-USD dan peranannya dalam rangka pembentukan diri menjadi katekis berspiritualitas dan profesional.

2. Memaparkan gambaran katekis yang berspiritualitas dan profesional baik sebagai mahasiswa maupun alumni yang telah berkarya di lapangan.

3. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan pelaksanaan mata kuliah pembinaan spiritualitas agar lebih membantu mahasiswa menjadi katekis berspiritualitas dan profesional.

(27)

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan sumbangan pemikiran pada mahasiswa Prodi IPPAK-USD mengenai urgensi mata kuliah pembinaan spiritualitas sehingga mereka dapat mengambil maknanya dalam rangka pembentukan diri menjadi katekis berspiritualitas dan profesional sesuai dengan visi misi Prodi IPPAK-USD. 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para katekis agar mereka semakin

berspiritualitas dan profesional dalam menjalankan tugas panggilannya. 3. Memberikan inspirasi bagi Prodi IPPAK-USD untuk mengembangkan mata

kuliah pembinaan spiritualitas dalam rangka mempersiapkan mahasiswanya menjadi katekis profesional dan berspiritualitas.

E. Metode Penulisan

Guna memperoleh data dan kajian yang mendukung penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Yang dimaksudkan dengan metode ini adalah suatu cara penulisan yang dilakukan dengan landasan pengalaman dan diperkaya kajian teori yang disertai dengan analisis tentang permasalahan yang dibahas. Penulisan ini juga disertai dengan data penelitian sederhana untuk mengetahui sumbangan mata kuliah pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa dalam rangka menjadi katekis berspiritualitas dan profesional.

F. Sistematika Penulisan

(28)

MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL” yang akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS PRODI IPPAK-USD

Bab ini membahas tentang pembinaan spiritualitas yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan pengertian spiritualitas, pentingnya pembinaan spiritualitas, dan bentuk-bentuk pembinaan spiritualitas. Sedangkan bagian kedua membahas pembinaan spiritualitas mahasiswa calon katekis di Prodi IPPAK-USD secara terperinci.

BAB III : SUMBANGAN PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA IPPAK DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS DAN PROFESIONAL

(29)

BAB IV : MENINGKATKAN SUMBANGAN MATA KULIAH PEMBINAAN SPIRITUALITAS DI IPPAK DENGAN PENDEKATAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

Pada bab IV, penulis menawarkan kegiatan katekese dengan model Shared Cristian Praxis sebagai usaha meningkatkan pelaksanaan mata kuliah pembinaan spiritualitas agar dapat semakin membantu mahasiswa menjadi katekis yang berspiritualitas dan profesional.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

(30)

PROSES PEMBINAAN SPIRITUALITAS DI PRODI IPPAK-USD

Dalam bab ini penulis akan membagi pembahasan menjadi dua bagian. Pada bagian pertama penulis akan membahas tentang pembinaan spiritualitas yang meliputi: pengertian spiritualitas; pentingnya pembinaan spiritualitas; dan bentuk-bentuk pembinaan spiritualitas. Sedangkan bagian kedua membahas tentang pembinaan spiritualitas mahasiswa calon katekis di IPPAK yang meliputi: selayang pandang Prodi IPPAK; mahasiswa IPPAK dan lingkungan di sekitarnya; serta mata kuliah pembinaan spiritualitas.

A. Pendidikan Calon Katekis di Prodi IPPAK

1. Selayang Pandang Prodi IPPAK

(31)

kembali. Program studi ini berubah na manya menjadi program studi dengan nama Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK). Untuk saat ini prodi IPPAK merupakan bagian dari Universitas Sanata Dharma. Di prodi IPPAK ini terdapat mahasiswa- mahasiswi baik religius (frater, bruder, suster) maupun awam (Panduan Akademik Prodi IPPAK, 2004: 1-2).

2. Mahasiswa IPPAK dan Lingkungan di Sekitarnya

Untuk menjadi seorang pewarta kabar gembira seperti katekis di jaman sekarang ini bukanlah sesuatu yang mudah. Profesi yang menggeluti bidang kerohanian semacam ini membutuhkan keutamaan-keutamaan seperti sikap rendah hati, mampu bekerjasama dengan orang lain, mampu menghargai hasil karya orang lain, dan mengerti orang-orang yang ada di sekitarnya. Keutamaan-keutamaan semacam ini dibutuhkan tidak saja agar dapat diterima dan menerima rekan kerja yang ada, tetapi juga untuk dapat mengerti dan memahami jemaat yang dilayaninya.

a. Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa

(32)

rumah masing- masing bersama orang tua mereka, dan ada juga yang tinggal di kost supaya dekat dengan kampus.

Lingkungan tempat tinggal mahasiswa dapat mempengaruhi pola pergaulan dalam keseharian mereka dengan sesama. Bagi mahasiswa yang tinggal bersama orang tuanya, tentu saja dari segi pergaulan, kasih sayang, dan keuangan mendapat perhatian dan kontrol yang cukup baik dari pihak keluarganya. Bagi mahasiswa yang berasal dari luar daerah tentu saja kurang mendapat perhatian secara penuh dari orang tuanya. Perubahan ini awalnya membuat mereka agak terkejut, karena berpisah dari orang-orang yang dicintai, seperti orang tua dan saudara-saudarinya, juga berhadapan langsung dengan perbedaan kultur budaya yang ada. Pada tahap-tahap awal, hal itu merupakan suatu tantangan yang cukup berat untuk dijalani sehingga diperlukan penyesuaian diri secara terus menerus terhadap lingkungan barunya. Mereka ini ada ya ng tinggal di kost sederhana namun aman dan menyenangkan, misalnya dilihat dari segi jarak antara kost dan kampus bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki saja kurang lebih 5-7 menit; dekat dengan Gereja; peraturan kostnya cukup ketat; komunikasi lancar antara pemilik kost dan sesama penghuni kost. Ada pula yang tinggal di kost di mana pemilik kostnya tidak berada di situ, maka kontrol pergaulan sangat tergantung pada pribadi para penghuninya.

(33)

asrama ini tidak mempunyai ibu atau bapak asramanya, tetapi tetap ada peraturan. Maka dari itu, harus ada yang menjadi ketua asrama beserta seksi-seksinya, yang dipilih dari para penghuninya melalui musyawarah. Peraturan asrama akan diindahkan apabila ada kekompakan dan kesepakatan para penghuninya untuk menjalaninya. Terkadang juga terjadi bahwa peraturan tersebut diabaikan oleh pribadi-pribadi yang kurang bertanggung jawab. Demikian pula halnya bagi mahasiswa yang tinggal di kontrakan, mereka sungguh merasa bebas. Bila kebebasan tersebut digunakan secara bertanggung jawab, maka segala sesuatu akan berjalan baik adanya. Namun bila terjadi sebaliknya, maka tak jarang dari mereka akan terjerumus di dalamnya.

Uraian di atas memperlihatkan bahwa keamanan, ketentraman dan keindahan baik itu di rumah orang tua, kost, asrama, maupun kontrakan akan tetap terasa bila ada kerjasama, komunikasi yang baik, serta tanggung jawab penuh antara pemilik tempat tinggal, dan sesama penghuni itu sendiri. Sehubungan dengan itu maka suasana yang kondusif pada tempat tinggal sungguh menjadi penting dalam memperlancar pelaksanaan proses studi mahasiswa sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya, terutama semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan aktif memberikan pelayanan kepada jemaat.

b. Umat yang Dihadapi di Sekitar Kotabaru

(34)

secara langs ung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan iman umat. Keempat lembaga tersebut adalah keluarga, Gereja, masyarakat dan sekolah. Lingkaran paling kecil tempat awal bertumbuhnya iman dimulai dalam lingkup keluarga, kemudian diperkembangkan dalam lingkup Gereja yang universal. Tak lepas dari itu, lingkup sosial masyarakat yang mempengaruhi perkembangan iman umat dapat bersifat positif tetapi dapat pula negatif. Demikian pula dengan sekolah tempat penyelenggaraan pendidikan, khususnya dalam hal ini adalah Pendidikan Agama Katolik. Keempatnya kalau sungguh bekerjasama secara baik akan membentuk iman umat yang sungguh bersifat holistik. Seperti yang dikatakan oleh pepatah lama: “iman tanpa perbuatan adalah mati”.

Kecuali itu, perlu dilihat bahwa mass media, seperti TV, internet, koran/majalah, handphone, dan kelompok informal memiliki pengaruh besar di dalam membentuk cara berpikir dan berperilaku jemaat beriman. Senada dengan itu dapat dikemukan salah satu masalah yang cukup menonjol yakni sikap jemaat yang semakin kurang peduli (acuh tak acuh) dengan perkembangan imannya. Usaha untuk menjalin hubungan dengan Tuhan semakin berkurang. Dalam hal ini Catechesi Trandendae mengatakan:

Umat Kristen zaman sekarang harus menjalani pembinaan untuk hidup di tengah masyarakat, yang kebanyakan tidak mau tahu menahu tentang Allah, atau yang dalam hal keagamaan tidak menjalin dialog persaudaraan yang cukup sulit tetapi menggairahkan semua orang, melainkan terlampau sering ragu-ragu saja dalam sikap tak acuh yang memerosotkan martabat mereka, atau malahan tetap mempunyai sikap sinis “kecurigaan” demi kemajuan yang telah mereka capai di bidang penjelasan-penjelasan ilmiah (CT,57).

(35)

peneguhan dari katekis sebagai salah satu pendamping umat. Hal itu tentu saja tidak dapat dilakukan dengan begitu mudah karena terlebih dahulu katekis harus mengetahui akar penyebab umat menjauhkan diri dari Allah.

Munculnya sikap individualistis mengakibatkan kontrol sosial terhadap pelaksanaan keagamaan makin berkurang. Orang semakin otonom, dalam arti ini agama akan menjadi urusan pribadi. Nilai- nilai dan pandangan-pandangan hidup umat akan ditentukan oleh media massa, radio dan terutama televisi, video, internet dan sebagainya. Pengaruh media massa akan lebih kuat daripada homili-homili para pastor di gereja.

Menghadapi situasi umat yang seperti itu, bagaimana seorang calon katekis membekali dirinya untuk menghadapi umat di lapangan? Seperti sudah disinggung di atas, bahwa hendaknya mereka dibekali dengan berbagai kemampuan dan keterampilan, terutama pembinaan spiritualitas katekis yang mendalam sehingga mereka mampu mengenal dan mencintai umatnya dengan sepenuh hati.

(36)

c. Masalah Sosial di dalam Masyarakat

Mahasiswa IPPAK calon katekis tidak hanya diperuntukkan bagi Gereja saja. Tugas panggilan mereka adalah mewartakan Yesus Kristus yang pertama dan terutama, baik bagi orang yang belum beriman maupun orang yang sudah berimana kepada-Nya. Tantangan yang dihadapi mahasiswa calon katekis dalam jaman sekarang berkaitan dengan masalah sosial dalam masyarakat adalah semakin meningkatnya penindasan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Berbagai kasus terjadi akhir-akhir ini, misalnya masalah sosial penggusuran pedagang kaki lima di perkotaan. Tindakan penggusuran tersebut selain menghancurkan mata pencaharian mereka juga mengakibatkan luka- luka fisik.

Dalam masyarakat sedang marak dibicarakan tentang naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan bahan-bahan pokok, seperti minyak goreng, minyak tanah, tepung terigu, kacang kedelai, dan lain sebagainya yang menyebabkan harga barang yang lain juga ikut naik. Situasi yang demikian semakin memprihatinkan keadaan ekonomi masyarakat, di mana yang miskin semakin miskin, sehingga jumlah anak jalanan, pengemis, pemulung dan pengangguran bertambah banyak tanpa mendapatkan perlindungan dari pihak pemerintah. Berbagai macam kekerasan disaksikan sehari- hari baik yang menimpa dirinya maupun rekan-rekannya.

(37)

semakin meningkat. Dengan mudah gambar atau film seks dapat diperoleh lewat jaringan internet, handphone, kaset VCD/DVD, majalah, novel, dan lain sebagainya yang dijual bebas di pasaran. Akibat adanya hubungan seks bebas tersebut tidak sedikit dari kaum muda- mudi yang terpaksa menggugurkan kandungannya.

Perceraian antara suami istri merupakan salah satu masalah sosial yang semakin meningkat. Hal ini sangat jelas terlihat pada kehidupan glamor para selebriti (artis) yang sering kawin-cerai. Meningkatnya angka perceraian disebabkan berkurangnya penghayatan terhadap makna pernikahan. Mereka yang melakukan perceraian tidak memikirkan nasib dan kondisi psikologis anak-anak akibat perceraian yang terjadi.

(38)

B. Pembinaan Spiritualitas

Prodi IPPAK USD dimiliki dan dikelola oleh imam- imam SJ, yang menganut Spiritualitas Ignasian, maka spiritualitas yang ingin dihidupkan di IPPAK adalah Spiritualitas Ignasian. Oleh karena itu penjabaran komponen-komponen spiritualitas Ignasian, baik dalam operasi kelembagaan maupun dalam pendidikan diupayakan sedemikian rupa sehingga terjabarkan dalam program pembinaan bagi peserta didik/para mahasiswa. Sehubungan dengan ini para calon katekis yang belajar di lembaga ini, sebagai kader internal Gereja akan diarahkan spiritualitasnya sesuai Spiritualitas Ignasian (Suhardiyanto, manuskrip, 2007).

(39)

memakai akal budi untuk menganalisis situasi yang sedang dihadapi. Melalui akal budi Tuhan menerangi dunia manusia dengan cahaya baru. Lalu, kehendak manusia digerakkan supaya disejajarkan dengan kehendak ilahi. Ignasius meyakini meskipun ia berdosa, ia tetap dipanggil dan dipilih Allah untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan-Nya dengan cara mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan umat manusia lewat tindakan dan kata-kata. Tanda-tanda keberhasilan sebagai pewarta dapat dilihat dari banyaknya orang yang semakin siap hidup sesuai dengan kehendak Allah (Heuken, 2002: 128-132).

Bertitik tolak dari mata kuliah pembinaan spiritualitas yang mengarah pada Spiritualitas Ignasian, maka dalam pembahasan berikut ini akan dibicarakan tentang pengertian spiritualitas; pentingnya pembinaan spiritualitas; dan bentuk-bentuk pembinaan spiritua litas bagi mahasiswa Prodi IPPAK-USD.

1. Pengertian Spiritualitas

Ada banyak perumusan tentang arti spiritualitas. Di sini penulis ingin mengungkapkan beberapa rumusan arti spiritualitas yang disampaikan beberapa pengarang.

(40)

secara sadar bertumpu pada iman akan Yesus Kristus atau sebagai pengalaman iman kristiani dalam situasi konkret masing- masing orang (Heuken, 1994: 277).

Darminta (1973: 42) menyatakan bahwa spiritualitas adalah suatu cara manusia untuk mengaktualisasikan nilai- nilai rohani yang ditemui dan disadari sebagai yang berharga bagi hidup dan diri. Definisi ini memberikan penjelasan bahwa spiritualitas bukanlah sesuatu yang abstrak, akan tetapi sesuatu yang nyata dapat dilihat realitasnya dalam sikap dan tindakan hidup sehari- hari.

(41)

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa spiritualitas merupakan semangat, cara hidup, kedalaman hidup rohani, dan inti hidup (jiwa) manusia yang membentuk sikap bijaksana, bernilai etis dan moral serta memampukan manusia untuk dikasihi dan mengasihi sesama. Dengan demikian spiritualitas diletakkan di dalam konteks transendensi hidup manusia yang memberi makna dan yang sekaligus mengarahkan serta menyatukan seluruh kegiatan hidupnya melalui cinta, pengetahuan dan tindakan. Dan berdasar rahmatNya manusia mengalami kepenuhan hidup, kebahagiaan, dan damai sejahtera, seperti yang disabdakan Yesus sendiri (Yoh. 10:10b).

2. Pentingnya Pembinaan Spiritualitas

Pembinaan spiritualitas dalam arti luas merupakan upaya membantu seseorang agar lebih beriman sehingga jati dirinya berkembang ke arah yang lebih baik dan bermakna. Kebermaknaan spiritualitas merupakan kesanggupan seseorang untuk berhubungan erat dengan Tuhan yang akan mempengaruhi hidup, karya dan kerasulannya bagi Gereja. Mahasiswa IPPAK calon katekis harus siap diutus untuk merasul, di mana mereka akan terus berhadapan langsung dengan umat, oleh karena itu diharapkan mereka dapat mengenal dengan baik situasi umat. Untuk mewujudkannya, diperlukan persiapan dan pelatihan yang cukup matang dan mantap di antaranya adalah membentuk kepribadian mahasiswa melalui mata kuliah pembinaan spiritualitas.

(42)

akrab antar teman dan sesama, solidaritas yang tinggi, serta menemukan makna hidup nya dalam terang Injili. Untuk itu, calon katekis yang berspiritualitas dan profesional dituntut pembinaan diri yang terus menerus sehingga memiliki sikap dan iman yang kokoh, juga mampu memperkembangkan kepribadian secara menyeluruh.

Menyadari pentingnya seorang katekis memperkembangkan diri secara menyeluruh (holistik) ini, maka pembinaan spiritualitas merupakan salah satu mata kuliah yang tepat diberikan pada mahasiswa dalam rangka mempersiapkan diri menjadi katekis berspiritual dan profesional. Persiapan diri yang dimaksud lebih ditekankan pada kemampuan berefleksi mengenai pergulatan dan perjalanan hidup masing- masing pribadi. Pergulatan hidup pribadi itu dimaknai sebagai suatu dinamika menuju perkembangan diri yang utuh.

(43)

Mahasiswa IPPAK calon katekis yang akan mewartakan kabar gembira diharapkan sungguh-sungguh dapat menghayati panggilan hidup mereka. Pembekalan-pembekalan yang cukup banyak dari setiap mata kuliah, khususnya mata kuliah pembinaan spiritualitas membantu mahasiswa memaknai pengalaman hidup menjadi lebih bermakna. Melalui pembinaan spiritualitas pula perkembangan iman, penghayatan akan panggilan hidup serta keterampilan berkomunikasi maupun dalam mengolah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan iman menjadi lebih jelas dan terarah. Hal ini dilakukan agar mereka sungguh-sungguh mempunyai sikap iman yang mendalam, semakin mencintai panggilan dan bangga sebagai katekis yang siap bekerja keras, tekun, setia, berani dan bersedia berkorban demi kepentingan umat.

3. Bentuk-bentuk Pembinaan Spiritualitas

(44)

a. Rekoleksi

Rekoleksi merupakan salah satu bentuk pembinaan spiritualitas yang memelihara, mengembangkan, dan memperdalam hidup rohani atau beriman serta meningkatkan spiritualitas mahasiswa. Rekoleksi bertujuan untuk melatih kepekaan terhadap karya Allah dengan meninjau kembali rahmat dan bimbingan Allah serta tanggapan mahasiswa terhadap karya itu dalam pengalaman hidupnya sehari- hari. Pada umumnya rekoleksi dilaksanakan dalam waktu yang tidak lama, yaitu setengah hari atau satu sampai dua hari saja. Lamanya rekoleksi bertitik tolak dari kebutuhan para mahasiswa dan tujuan yang hendak dicapai. Melihat begitu pentingnya rekoleksi, baru-baru ini staf prodi IPPAK memikirkan suatu gagasan untuk mengadakan rekoleksi bersama di mana para pesertanya adalah segenap warga prodi IPPAK ya itu dosen, karyawan dan mahasiswa. Gagasan tersebut akhirnya diwujudnyatakan pada hari Minggu, 4 Mei 2008 yang lalu, dengan tema “Persaudaraan Sejati”. Nara sumber didatangkan dari para suster kongregasi FCJ (Sahabat Setia Yesus). Mereka menghantar para peserta menuju proses bagaimana persaudaraan sejati itu bisa dibangun dengan penuh keakraban tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan lainnya.

(45)

keterampilan dan keunggulan yang sudah ada dan dikenal sejak dulu dalam Prodi IPPAK dan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi para mahasiswa yang telah melaksanakannya. Bangga karena ikut mewartakan Kerajaan Allah pada para nara didik dan semakin percaya pada Yesus Kristus yang penuh harapan, iman dan cinta kasih. Pengalaman penulis juga demikian dan pengalaman tersebut semakin memupuk motivasi panggilan penulis untuk menjadi katekis, seperti apa ya ng telah disabdakan: “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah“ (Rm. 8:28).

b. Retret

(46)

simbolic way (menemukan lambang dan arti hidup), dan semester delapan terfokus pada panggilan hidup seperti yang dicita-citakan Tuhan.

Retret dimaksudkan untuk meneliti kembali karya dan bimbingan Allah yang secara nyata dialami dalam hidup sehari- hari. Retret juga dilakukan untuk mengadakan perubahan hidup, dan tentu perubahan hidup ini bukan semata- mata hasil usaha manusia saja melainkan hasil kerjasama dengan Allah. Jadi dengan pertolongan Allah, manusia berusaha melatih kepekaan untuk mengenal kasih dan bimbingan Allah serta sejauh mana telah menanggapi rencana Allah dalam hidupnya. Dengan retret ini, mahasiswa Prodi IPPAK-USD diharapkan semakin meningkatkan pemahaman hidup rohani dan memperdalam relasi dalam kesatuan dengan Allah secara intens.

c. Refleksi Pribadi

(47)

dilakukan sepanjang hari itu. Maka, hal-hal yang sudah baik dalam diri kiranya perlu diperkembangkan lagi di hari berikutnya dan memperbaiki segala sesuatu yang masih dirasa kurang.

d. Camping Rohani

Selain refleksi pribadi, spiritualitas mahasiswa juga dibina dalam bentuk camping rohani. Kegiatan yang dilakukan di alam terbuka bukan hanya menyangkut teori, tetapi juga menyangkut keterampilan dan praktek. Camping rohani dilaksanakan dalam kurun waktu yang pendek dan segala sesuatu biasanya tidak formal dan bekelanjutan. Waktu dan lamanya camping rohani ditentukan oleh peserta yang berminat untuk mengadakan kegiatan tersebut.

(48)

e. Pendalaman Iman

Di sisi lain, pembinaan spiritualitas menekankan kebersamaan yang diwujudkan dalam bentuk pendalaman iman meliputi perayaan ekaristi dan ibadat. Perayaan ekaristi dilaksanakan setiap hari Sabtu pertama dalam bulan, bertempat di kapel IPPAK. Ekaristi dirayakan oleh seluruh mahasiswa, karyawan dan dosen. Sedangkan ibadat yang sering diselenggarakan adalah ibadat tobat dan ibadat sabda. Ibadat tersebut dilaksanakan oleh masing- masing angkatan sesuai dengan tugas dari mata kuliah tertentu, misalnya mata kuliah liturgi dan pembinaan spiritualitas.

Dalam rangka mengembangkan pembinaan spiritualitas, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk mensharingkan secara terbuka pengalaman suka dukanya kepada orang yang dipercayainya dan yang dirasa cocok untuk menjadi bapa rohaninya. Orang yang dipercaya bisa dosen pembimbing akademiknya sendiri atau pun dosen-dosen yang lainnya. Bentuk pembinaan seperti ini dinamakan pembicaraan rohani, waktu untuk bertemu diatur oleh kedua belah pihak. Dalam pembicaraan itu kedua belah pihak saling meneguhkan dan memperkaya iman, harapan dan kasih.

(49)

selesai pembinaan umum, kursi-kursi dikembalikan pada tempatnya. Dilihat dari sisi sosial kemasyarakatan bakti sosial yang sudah dilakukan diantaranya adalah ikut ambil bagian menjadi tenaga sukarela membantu korban gempa yang terjadi pada bulan Mei, tahun 2006 yang lalu. Masih banyak lagi bakti sosial yang telah dilakukan oleh kampus dan HIMKA baik eksternal maupun internal yang tidak dapat penulis jelaskan satu per satu di sini. Dengan kegia tan bakti sosial ini, nilai-nilai kemanusiaan diperkembangkan serta diwujudkan secara sadar dan nyata.

Dalam bentuk yang lebih khusus lagi dalam rangka mempersiapkan para mahasiswa memasuki dunia kerja, pada akhir studinya mereka juga memperoleh bimbingan dalam bentuk re-entry. Banyaknya bentuk-bentuk pembinaan spiritualitas dalam Prodi IPPAK me njadi corak dan warna tersendiri dalam rangka membangun dan memperkembangkan hidup rohani mahasiswanya.

4. Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas

a. Tempat Mata Kuliah pada Kurikulum dan Visi Misi IPPAK

(50)

melaksanakan tugasnya, memiliki sikap iman yang mendalam, dan memiliki kegembiraan dalam menjalankan panggilan dan perutusannya.

Maksud utama pembinaan spiritualitas adalah membantu mahasiswa agar dapat memperkembangkan baik kedewasaan manusiawi maupun kedewasaan iman kristianinya. Spiritualitas memungkinkan manusia beragama untuk lebih merasa rindu berhubungan dekat dengan yang ilahi, yang berkenan bersemayam di dalam jiwa atau hati manusia. Proses penyelengaraan kuliah ini memadukan segi pemikiran, afeksi maupun tindakan sebagai usaha untuk menyelenggarakan pendidikan yang bersifat utuh (Panduan Akademik Prodi IPPAK, 2004: 50).

(51)

Rasionalitas atau pengakuan berarti manusia mengakui dan meyakini Allah sebagai sumber kehidupan. Pada unsur relasi (perasaan), berarti manusia percaya sepenuh hati; ia memiliki hubungan yang dekat dan personal, ia menaruh hati dan seluruh harapannya di dalam “pengakuan”Nya, bahkan menyebut Tuhan dengan kata ganti Engkau. Demikian pula dengan tekad (kehendak) kuat, berarti manusia memiliki kehendak yang kuat untuk senantiasa memuji dan berbakti kepadaNya bagaimanapun keadaan hidupnya. Sedangkan tindakan (praksis) yaitu dengan berbuat, menjalankan atau menghayati pengakuan imannya manusia mengenali kehadiranNya dan sakaligus mewujudkan pengetahuannya.

Misi IPPAK adalah membina dan menyiapkan ahli katekese yang terampil membantu sesama orang beriman dalam mengembangkan imannya. Dalam proses pembinaan ini para calon katekis dikondisikan untuk secara bersama-sama meningkatkan dan mengembangkan sumber daya yang dimilikinya mulai dari aspek kognitif, afektif sampai psikomotorik. Dalam konteks studi pembinaan spiritualitas terhadap para mahasiswa Prodi IPPAK-USD lebih diarahkan pada bagaimana mahasiswa mampu menjadi leader (pemimpin) sekaligus teacher (pengajar) jemaat agar mereka mampu tumbuh dalam iman akan Yesus Kristus.

(52)

bagi mahasiswa dalam rangka memotivasi panggilan dan mendalami hidup rohaninya.

b. Gambaran Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas

Mata kuliah pembinaan spiritualitas diberikan sejak awal semester pertama hingga semester delapan. Adapun tujuan dari tiap semester bervariasi dan tentu saja materinya semakin mendalam, disesuaikan dengan keadaan awal peserta (mahasiswa). Pada semester pertama, pembinaan spiritualitas diberikan dengan tujuan agar mahasiswa lebih mengenal teman-teman angkatannya sehingga merasa betah dengan lingkungan studinya, mantap dengan pilihan program studinya dan berkembang nilai- nilai kemanusiaannya. Metode yang digunakan adalah Shared Christian Praxis yang berarti pengalaman hidup direfleksikan dan diarahkan sampai pada pengalaman baru yang lebih baik. Demikian pula halnya di semester dua adalah kelanjutan dari semester pertama, yaitu mahasiswa makin positif dengan jati dirinya yang terarahkan pada sesama dan Tuhannya, makin peka pada kenyataan hidup sesamanya, dan makin berkembang nilai- nilai manusiawinya. Metode yang digunakan adalah pengolahan dan sharing pengalaman secara kelompok dan bersama dalam kemitraan dan kesatuan bertolak dari praksis dengan orientasi pada praksis baru (Silabus Pembinaan Spiritualitas I & II).

(53)

menjadi tujuan dari pembinaan spiritualitas semester III & IV. Pengalaman penulis ketika di semester IV, ada istilah “camping rohani” yaitu bagian dari pengembangan mata kuliah pembinaan spiritualitas. Saat melaksanakan camping rohani di bumi perkemahan, setiap pribadi akan merasa terpanggil untuk saling menciptakan kerjasama, saling tolong menolong, dan juga saling menghargai satu dengan yang lainnya. Hasilnya, mereka akan mulai mengenal dengan lebih baik masing- masing kelebihan dan kekurangan teman-teman angkatannya.

Pembinaan spiritualitas V & VI berfokus pada hidup doa, yang bertujuan agar mahasiswa mencapai kedewasaan religius persona l. Ciri-cirinya antara lain menjadikan doa sebagai suatu kebutuhan pribadi, trampil mempraktekkan macam-macam cara berdoa bersama dan mampu menemukan Tuhan dalam hidup dan kegiatannya sehari- hari. Sedangkan pembinaan spiritualitas VII & VIII lebih terletak pada panggilan hidup seperti yang dikehendaki Tuhan, dan persiapan diri untuk memasuki dunia kerja sebagai guru agama Katolik dan katekis.

(54)

Sendang Sri Ningsih. Relasi antara dosen dan mahasiswanya cukup akrab, suasananya selalu hidup dan ada keterbukaan dari kedua belah pihak.

Dalam pembinaan spiritualitas yang perlu dikembangkan oleh mahasiswa IPPAK calon katekis dalam rangka meningkatkan dan menjaga semangat mewartakan adalah:

1) Spiritualitas Pelayanan dan kesediaan direpotkan, demi jemaat. 2) Spiritualitas Gembala yang merangkul dan mendampingi umat. 3) Spiritualitas siap menjadi kecil untuk membesarkan jemaat.

4) Spiritualitas siap bekerjasama dengan rekan, sebagai dan dalam tim.

5) Spiritualitas studi, siap belajar terus, juga kalau terasa berat dan sudah tidak muda lagi.

Mata kuliah pembinaan spiritualitas sungguh menjadi bekal bagi mahasiswa dalam rangka mengembangkan dan membangun spiritualitasnya secara lebih mendalam, sehingga ia mampu memupuk panggilannya menjadi seorang katekis yang memiliki kepribadian matang dan mantap, pendidikan memadai, serta memiliki keterampilan yang cukup. Kedewasaan iman memampukan mahasiswa untuk menjawab panggilan Allah dan melaksanakan tugas perutusannya secara profesional dan berspiritualitas.

c. Tujuan Pembinaan Spiritualitas

(55)

persaudaraan jemaat dan mampu melayani jemaat. Untuk mengusahakan agar para mahasiswa makin menjadi beriman mendalam maka diperlukan pembinaan spiritualitas yang mengarah pada tujuan dari visi dan misi Prodi IPPAK-USD yaitu “menghasilkan lulusan yang beriman mendalam, berkepribadian utuh, mampu berefleksi atas imannya dan berkualifikasi untuk mengemban misi IPPAK” (Panduan Akademik Prodi IPPAK, 2004: 3).

Secara lebih khusus, tujuan pembinaan spiritualitas dapat dipahami sebagai pembentukan kepribadian mahasiswa Prodi IPPAK-USD agar lebih berspiritualitas dan mandiri di lapangan. Mata kuliah pembinaan spirtualitas mengasah kecerdasan spir itual yang dimiliki mahasiswa agar bisa menyeimbangkan makna dan nilai, dan menempatkan kehidupan dalam konteks yang lebih luas (dapat menemukan makna dan tujuan dalam hidup). Memperhatikan spiritualitas berarti memperkembangkan kedalaman batin, jati diri atau inti hidup sebagai calon katekis sehingga menjadikan pribadinya semakin mantap untuk menjadi seorang katekis yang berspiritualitas dan profesional. Di sini penulis dapat mengatakan bahwa mengajar agama sebenarnya merupakan anugerah dan keterlibatan dalam tugas perutusan seluruh Gereja.

(56)
(57)

38

SUMBANGAN PEMBINAAN SPIRITUALITAS BAGI MAHASISWA

IPPAK DALAM RANGKA MENJADI KATEKIS BERSPIRITUALITAS

DAN PROFESIONAL

Pada bab III penulis akan membahas mengenai empat hal, yakni pada sub bab pertama penulis memaparkan penelitian tentang sumbangan mata kuliah pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa Prodi IPPAK-USD menuju figur katekis yang berspiritualitas dan profesional. Pada sub bab kedua, penulis memaparkan laporan data penelitian. Bab ketiga berbicara tentang pembahasan data penelitian yang meliputi: figur katekis berspiritualitas dan profesional. Dan pada sub bab keempat adalah kesimpulan penelitian. Adapun harapan penulis adalah agar para mahasiswa Prodi IPPAK-USD dapat mengambil makna dari pembinaan spiritualitas untuk pengembangan dirinya menuju katekis yang berspiritualitas dan profesional. Berikut ini adalah pembahasannya:

A. Penelitian Te ntang Sumbangan Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas

bagi Mahasiswa Menuju Figur Katekis yang Berspiritualitas dan

Profesional

1. Latar Belakang

(58)

dengan visi misi IPPAK-USD. Dewasa ini jemaat dihadapkan pada banyak kemajuan cara berpikir, cara bertindak, cara menginternalisasikan makna dan berbagai perubahan yang mendasar mengenai cara pandang kehidupan. Perkembangan berbagai hal itu membawa perubahan pada segi hidup menggereja. Bila disadari bersama tantangan karya pewartaan gereja memerlukan kreatifitas yang besar, inovasi dan kontekstualisasi agar dapat menyapa jemaat zaman ini. Oleh karena itu, profesionalitas katekis yang berspiritualitas menjadi kebutuhan jemaat dewasa ini. Sejauh pengalaman penulis sebagai mahasiswa Prodi IPPAK-USD, penulis mendapat kesan bahwa masih ada sejumlah mahasiswa belum menempatkan mata kuliah pembinaan spiritualitas sebagai pondasi dasar bagi mereka dalam menghayati spiritualitasnya sebagai katekis sehingga mereka kurang mengetahui tujuan dari mata kuliah ini terhadap pengembangan diri menuju katekis yang berspiritualitas dan profesional.

(59)

sendiri. Pewartaan tidak hanya berhenti pada tataran pengetahuan yang konseptual (kognitif) melainkan sampai menyentuh rasa (afeksi) dan bahkan mendorong jemaat untuk melakukan aksi konkrit (psikomotorik).

Dalam bidang pelayanan, spiritualitas katekis tampak dalam pelayanan seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus. Di mana Yesus sendiri memberikan contoh pelayanan yang tidak pandang status dan lebih memprioritaskan yang berdosa, sakit dan lebih membutuhkan. Untuk mengetahui sumbangan mata kuliah pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa dalam rangka menjadi katekis yang berspiritualitas dan profesional seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus, maka perlu adanya suatu penelitian. Memang sasaran utamanya adalah mahasiswa Prodi IPPAK-USD, tetapi manfaat pembinaan spiritualitas baru disadari secara holistik setelah mahasiswa bekerja, maka diperlukan juga data dari alumni. Oleh sebab itu, pada sub bab ini, penulis melakukan suatu penelitian. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pemahaman mahasiswa tentang mata kuliah pembinaan spiritualitas?

b. Bagaimana pemahaman mahasiswa dan alumni tentang katekis berspiritualitas dan profesional?

(60)

2. Metodologi Penelitian

Uraian mengenai metodologi penelitian ini mencakup beberapa hal antara lain jenis penelitian, pemilihan setting, responden penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data serta laporan dan pembahasan hasil penelitian.

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi: observasi, wawancara, studi dokumentasi dan lain- lain (Sukmadinata, 2005: 95). Berhubung data-data yang diperoleh berasal dari sumber data yang alamiah maka penelitian ini disebut penelitian naturalistik dengan data yang dihasilkan berupa data deskriptif, yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan partisipan (Moleong, 1991: 3). Dalam penelitian kualitatif, suatu kenyataan dipandang sebagai konstruksi sosial, artinya individu- individu atau kelompok-kelompok memperoleh dan memberi makna terhadap kesatuan-kesatuan tertentu, misalnya peristiwa, orang-orang atau objek-objek (Sukmadinata, 2005: 94).

(61)

pembinaan spiritualitas yang akhirnya dapat mengambil maknanya dalam rangka pembentukan diri menjadi katekis profesional dan berspiritualitas. Jadi, data yang diharapkan dalam penelitian kualitatif berupa suatu kenyataan yang kompleks, yang jika dipisah-pisahkan tidak akan mudah dipahami. Alasan lain adalah penulis sendiri hidup dan bergulat bersama kenyataan yang hendak diteliti. Bersama dengan responden penelitian, peneliti berusaha menggali variabel penelitian yang dirasa perlu untuk dipahami secara intergral (Moleong, 1991: 4-5).

b. Pemilihan Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian

Pemilihan dan penentuan lokasi berhubungan erat dengan pemilihan dan penentuan sumber data. Setting waktu dan tempat penelitian adalah pada tanggal 20-28 September 2008 di Prodi IPPAK-USD Jl. Ahmad Jazuli no.2 Kotabaru-Yogyakarta.

c. Responden Penelitian

(62)

jumlah responden terdiri dari semester I sebanyak 2 orang, semester III sebanyak 2 orang, semester V sebanyak 2 orang, semester VII sebanyak 2 orang, semester IX sebanyak 2 orang dan para alumni khususnya awam yang telah berkarya di lapangan sebanyak 5 orang. Jumlah responden keseluruhan adalah 15 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah responden:

Tabel Responden (Mahasiswa)

Semester I 2

I & II III 2 III & IV

V 2 V & VI

VII 2 VII & VIII

IX 2 IX & X

Total 10 10 Responden

Tabel Responden (Alumni)

Alumni Jumlah Responden

I 1 I

II 1 II

III 1 III

IV 1 IV

V 1 V

Total 5 5 Responden

d. Variabel yang hendak diteliti

Ada tiga variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini, di mana antara variabel satu dengan yang lain saling berkorelasi. Berikut adalah 3 variabel yang hendak diteliti:

1) Pemahaman mahasiswa tentang mata kuliah pembinaan spiritualitas

(63)

2) Pemahaman mahasiswa dan alumni tentang katekis berspiritualitas dan profesional

Pada variabel kedua, penulis hendak menggali pemahaman mahasiswa dan alumni tentang katekis berspiritualitas dan profesional sehingga dapat mengetahui cara mereka dalam memaknainya sesuai dengan perkembangan pengetahuan umum maupun perkembangan hidup berimannya.

3) Sumbangan mata kuliah pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa dan alumni Pada variabel ketiga, penulis hendak mengetahui bentuk-bentuk sumbangan mata kuliah pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa dan alumni dalam rangka pengembangan dirinya menjadi katekis yang berspiritualitas dan profesional.

e. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik wawancara. Adapun alat yang digunakan untuk mendapat data yang lebih lengkap dalam wawancara adalah panduan pertanyaan, alat perekam suara digital format MP3 dan camera digital. Wawancara bersifat bebas terpimpin kepada perseorangan yaitu pewawancara berhadapan langsung dengan responden untuk mengajukan pertanyaan.

f. Teknik Analisis Data

(64)

berupa uraian yang terperinci yang kemudian dicari tema atau polanya dan disusun secara sistematis sesuai dengan bagian atau kelompoknya masing- masing sehingga lebih mudah dalam memberi kode kepada aspek-aspek tertentu. Pengelompokan ini betujuan untuk menemukan arti dari data-data dengan cara menarik hubungan-hubungan sesuai dengan permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini. Selanjutnya, teknik yang digunakan adalah dengan penarikan kesimpulan dan vertifikasi (Nasution, 1992: 129). Teknik ini biasanya disebut teknik interpretasi data.

B. Laporan Data Penelitian

Adapun waktu penelitian sesuai dengan rencana awal, yakni mulai tanggal 20-28 September 2008. Sedangkan tempat penelitiannya tidak semua responden bisa diwawancarai di Prodi IPPAK-USD Jl. Ahmad Jazuli no.2 Kotabaru-Yogyakarta, khususnya responden dari para alumni. Dengan demikian, terjadi perubahan tempat dari yang telah direncanakan.

(65)

1. Laporan Data Penelitian Berdasarkan Variabel-Variabel yang diteliti:

Ada tiga variabel yang diteliti pada penelitian ini, berikut adalah uraian mengenai temuan khusus data penelitian berdasarkan variabel- variabel yang diteliti:

a. Pemahaman Mahasiswa tentang Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas

Berhubungan dengan motivasi panggilan menjadi katekis, penulis hendak menggali sejauhmana mahasiswa memahami dan menyadari tujuan dari proses studi pembinaan spiritualitas menuju figur katekis yang berspiritualitas dan profesional, melalui responden yang telah penulis wawancarai.

Sebagian besar responden telah memahami dan menyadari tujuan dari mata kuliah pembinaan spiritualitas yaitu suatu bentuk pengembangan diri dalam hal iman, kepribadian dan memotivasi panggilan dalam rangka menjadi katekis yang berspiritualitas. Pemahaman ini diperkuat oleh pemahaman dari responden IX yang mengatakan:

Kalau menurut saya pribadi, yang menjadi tujuan pembinaan spiritualitas itu yang pertama untuk membentuk kepribadian seorang calon katekis agar lebih mandiri dan berspiritualitas (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden IX, hal. 19).

(66)

Kalau bagi saya, pembinaan spiritualitas menjadi dasar sekali. Apalagi kita mahasiswa di bidang katekese, itu adalah dasar untuk mempersiapkan kita sebagai calon pelayan. Tanpa ini kita sama sekali tidak punya dasar, tidak kokoh begitu (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden VII, hal. 15).

Dari pernyataan responden ini, penulis dapat menemukan suatu kesamaan pandangan/pemahaman mengenai pembinaan spiritualitas sebagai inti kurikulum di Prodi IPPAK-USD yaitu sebagai tempat atau pondasi dasar bagi mahasiswa untuk menyatukan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sehingga mereka mampu menghayati spiritualitasnya sebagai para pewarta kabar gembira. Sejauh mengalami proses studi dan pembinaan, mereka mendapat kesan bahwa arah dari proses studi dan pembinaan itu menjadikan mereka seorang katekis yang berspiritualitas.

Dari hasil wawancara bersama responden VIII, penulis juga menemukan pemahaman yang sama meskipun rumusan kalimatnya berbeda. Responden VIII ini mengatakan demikian:

Menurut saya, tujuan pembinaan spiritualitas untuk menemukan jati diri katekis itu sendiri. Karena kebanyakkan mahasiswa yang kuliah di sini itu istilahnya ‘kecemplung’ artinya bukan atas kehendak sendiri. Tapi dengan adanya pembinaan spiritualitas menjadikan kita semakin mantap untuk menjadi seorang katekis (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden VIII, hal. 17).

(67)

Tujuan mata kuliah pembinaan spiritualitas semakin nampak dalam tindakan konkret yang mampu membentuk karakter pribadi yang beriman mendalam, menemukan jati diri, dan semakin memotivasi panggilan untuk menjadi katekis seperti yang diungkapkan oleh responden X, yang mengatakan:

Kalau menurut saya, tujuan dari pembinaan spiritualitas itu adalah untuk mengenal panggilan secara pribadi, apakah saya ini benar-benar ‘in’ dengan panggilan saya untuk kuliah di kateketik ini, dalam arti bahwa di situ dituntut untuk terus menggali dan memproses diri apakah saya benar-benar mempunyai spiritualitas untuk kuliah di kateketik ini. Saya sangat bersyukur dengan berbagai proses yang panjang dari semester awal hingga akhir benar-benar memotivasi diri saya untuk menjadi dan menghayati panggilan saya sebagai seorang katekis yang sejati (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden X, hal. 21).

Istilah “katekis sejati” digunakan responden untuk menggambarkan figur katekis yang benar-benar menghayati panggilannya dalam arti mau melayani umat secara tulus, apa adanya. Responden X mampu memahami tujuan pembinaan spiritualitas dalam kerangka ini. Pemahaman lain tentang pembinaan spiritualitas dalam rangka memotivasi mahasiswa untuk menjadi katekis, muncul jawaban dari dua responden yang penulis wawancarai, yaitu responden VI dan V. Responden VI mengatakan:

Kalau saya, panggilan menjadi katekis itu tidak terlalu berpengaruh dari pembinaan spiritualitas. Karena panggilan untuk menjadi katekis sudah ada sejak dulu, sebelum saya mengena l pembinaan spiritualitas (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden VI, hal. 13).

(68)

pendidikan di Prodi IPPAK-USD. Bila motivasi responden VI sudah ada sejak dulu, berbeda dengan responden V yang mengatakan demikian:

Menjadi katekis bukan impian. Kalau bukan menjadi katekis pun semua orang katolik dipanggil ke arah situ. Jadi mau termotivasi apa nggak, ya akhirnya bukan termotivasi sih, tapi semakin beriman aja (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden V, hal. 12).

Pernyataan dari responden V ini menunjukkan bahwa mata kuliah pembinaan spiritualitas belum begitu memotivasi panggilannya untuk menjadi katekis, akan tetapi melalui pembinaan ini justru menjadikan dirinya semakin beriman mendalam. Menurut pemahamannya, semua orang katolik yang sudah menerima sakramen baptis dipanggil untuk menjadi katekis atau pewarta. Bertolak dari sakramen baptis, umat katolik diutus oleh gereja untuk menyebarluaskan kabar sukacita kerajaan Allah kapan dan di manapun mereka berada. Misalnya seseorang memilih menjadi dokter, ia dapat meningkatkan kualitas hidupnya di rumah sakit, siap melayani pasiennya dengan sepenuh hati; yang memilih sebagai petani, ia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan menggarap sawah dan ladangnya. Masing- masing dari tugas pelayanan mereka memberikan makna hidup yaitu menjadikan mereka lebih peka dan berguna bagi kehidupan keluarga nya, teman dan orang lain.

(69)

pembinaan/pendidikan iman yang baik selalu menyesuaikan dengan suasana lingkup dan kelompok didiknya. Sekolah sebagai institusi mempunyai tuntutan-tuntutan yang khas yang tidak dapat disamakan begitu saja dengan lingkup paroki. Dalam tugas perutusannya yang menjadi lambang kemurnian semangat misioner adalah salib, di mana Kristus sendiri yang telah mereka kenal dan mereka imani sebagai sumber tebusan bagi umat manusia. Mengingat peran katekis begitu besar di tengah-tengah gereja dan masyarakat, maka motivasi panggilan menjadi katekis hendaknya selalu dimurnikan seperti yang diungkapkan oleh responden III. Ia mengatakan:

Pada awal semester pertama belum merasakan, tetapi seiring perjalanan waktu hingga semester ketiga ini, pembinaan spiritualitas semakin memotivasi saya, terutama menyadarkan saya bahwa ini adalah suatu panggilan dan rahmat bagi saya untuk menjadi seorang pewarta (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden III, hal. 10).

(70)

b. Pemahaman Mahasiswa dan Alumni tentang Katekis Berspiritualitas dan

Profesional

Penulis hendak menggali pemahaman mahasiswa dan alumni tentang katekis berspiritualitas dan profesional sehingga dapat mengetahui cara mereka dalam memaknainya sesuai dengan perkembangan pengetahuan umum maupun perkembangan hidup berimannya. Berikut ini adalah uraian mengenai pemahaman para responden tentang katekis berspiritualitas dan profesional.

Untuk memahami makna katekis berspiritualitas dan profesional, penulis merasa perlu untuk mengkaji hal- hal lain yang memiliki hubungan yang erat dengan katekis berspiritualitas dan profesional itu sendiri, khususnya pada para alumni. Hal- hal lain tersebut adalah apa saja yang menjadi tuntutan umat terhadap katekis zaman sekarang.

Dalam situasi masyarakat modern dewasa ini, para mahasiswa dan alumni dituntut untuk memiliki keterampilan berkatekese dengan menggunakan audio visual, mampu berkomunikasi secara verbal dan memiliki spiritualitas yang mendalam sehingga dapat menjadi teladan bagi umatnya. Seperti yang diungkapkan oleh alumni II, ia mengatakan:

(71)

Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, penulis melihat bahwa sebagian besar responden telah memahami makna katekis berspiritualitas dan profesional sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya masing- masing. Seperti yang diungkapkan oleh responden VIII, ia mengatakan:

Katekis profesional itu tidak hanya mencari uang, tetapi ingin membentuk iman umat yang dilandasi dengan teladan hidup kita. Jadi profesional itu harus ada keseimbangan antara perilaku kita seha ri-hari dengan ajaran yang akan kita berikan untuk umat setempat. Katekis profesional harus disertai spiritualitas yang mendalam dan menjadikannya sebagai roh untuk karya-karya kita dalam berkatekese (lihat pada lampiran hasil wawancara bersama responden VIII, hal. 17).

Dari pemahaman di atas, penulis menemukan ada dua point penting antara lain katekis harus memiliki spiritualitas yang mendalam dan dalam memberikan pelayanan bukan semata- mata uang yang dicari. Dengan kata lain, katekis profesional lebih mengutamakan pelayanan dengan semangat dedikasi yang tinggi terhadap Gereja dan jemaat, tanpa dipengaruhi oleh keuntungan materi (profit). Pernyataan ini, didukung juga oleh responden VII yang mengatakan:

Gambar

Tabel Responden (Mahasiswa)

Referensi

Dokumen terkait

Kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan selama lebih dari 15 tahun, telah menjadikan BINAKARYA PROPERTINDO GROUP sebagai group pengembang yang terpercaya..

Termanfaatkannya laporan hasil pemeriksaan inspektorat provinsi sulsel sebagai bahan evaluasi

[r]

If you know what I’m talking about then chances are you already have a list of essentials that you will need for an overnight trip, kept somewhere

9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan quixalud dalam pakan buatan; dosis terbaik penambahan quixalud dalam pakan buatan dan dosis optimum penambahan

Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan post test only control group design, dilakukan pada 15 ekor mencit (Mus musculus), mencit dibagi 3 kelompok secara

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan MANDIRI INVESTA DANA SYARIAH yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak