• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Debt Covenant, Risiko Litigasi, Insentif Pajak dan Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Debt Covenant, Risiko Litigasi, Insentif Pajak dan Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh Debt Covenant, Risiko Litigasi, Insentif Pajak dan Kepemilikan

Publik terhadap Konservatisme Akuntansi

Abstract

A company is required to provide and report financial statements based on established

financial accounting standards. Companies are given the freedom to choose the accounting

principles used for preparing financial statements. One of the accounting principles that can

be used to minimize fraud in financial statements is the principle of accounting conservatism.

Accounting conservatism is an accounting principle that if implentend would result that profit

and asset values tend to be low, but debt and expense values tend to be high. The purpose of

this study is to determine the effect of debt covenant, litigation risk, tax incentives and public

ownership for accounting conservatism.

The population in this study is all property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2010-2019. The sample selection of this study using purposive sampling method. The sample selected in this study were 25 companies and were selected based on predetermined criteria. The method of data analysis uses multiple

linear regression. The result of this research shows that debt covenant, litigation risk and tax

incentives had a significant effect on accounting conservatism. While the public ownership

had no significant effect on accounting conservatism

Keywords: debt covenant, litigation risk, tax incentives, accounting conservatism

Abstrak

Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyediakan dan melaporkan laporan

keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang telah ditetapkan. Perusahaan

diberikan kebebasan untuk memilih prinsip akuntansi yang digunakan dalam menyusun

laporan keuangan. Salah satu prinsip akuntansi yang dapat digunakan untuk meminimalisir

terjadinya kecurangan pada laporan keuangan adalah prinsip konservatisme akuntansi.

Konservatisme akuntansi merupakan suatu prinsip akuntansi yang apabila diterapkan akan

menghasilkan nilai laba dan pendapatan yang cenderung rendah, tetapi nilai utang dan

beban cenderung tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt covenant,

risiko litigasi, insentif pajak dan kepemilikan publik terhadap konservatisme akuntansi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2019. Pemilihan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang terpilih dalam

penelitian ini adalah sebanyak 25 perusahaan dan dipilih berdasarkan kriteria yang sudah

ditentukan. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa debt covenant, risiko litigasi, dan insentif pajak bepengaruh

signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan kepemilikan publik tidak

berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

(2)

2

1.

Pendahuluan

Setiap perusahaan bebas menentukan prinsip akuntansi mana yang akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang sesuai terhadap kondisi perusahaan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang ditetapkan. Namun dalam kenyataannya, kebebasan yang diberikan untuk menentukan prinsip akuntansi yang akan digunakan, dijadikan kesempatan oleh manajer dalam memanipulasi data dalam pelaporan keuangan dan tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Salah satu prinsip akuntansi yang bisa digunakan guna meminimalisir terjadinya kecurangan pada laporan keuangan yakni konservatisme. Watts (2003) mengartikan konservatisme sebagai suatu prinsip kehati-hatian dalam menyajikan laporan keuangan. Metode pelaporan keuangan yang digunakan dalam prinsip konservatisme ini adalah memperlambat atau tidak tergesa-gesa dalam menerima aset dan pendapatan yang sudah terealisasi tetapi mempercepat pengakuan kewajiban dan beban walaupun hal tersebut masih kemungkinan dan belum terealisasi. Prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan diharapkan dapat memastikan bahwa perusahaan tidak melebih-lebihkan kinerjanya sehingga kreditor serta investor selaku pihak luar yang memakai laporan keuangan tidak terkecoh dari aktiva dan jumlahnya tinggi.

Terdapat beberapa kasus atau skandal terkait dengan penerapan konservatisme akuntansi, salah satunya adalah kasus yang terjadi pada PT Hanson International Tbk. Berdasarkan hasil temuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Hanson International terbukti telah melakukan manipulasi akuntansi terkait penjualan tanah dengan total nilai sejumlah Rp732 miliar, yang berdampak pada peningkatan pendapatan perseroan yang cukup besar. Ini disebabkan karena perusahaan mengakui pendapatan dengan metode akrual penuh. Pendapatan penjualan bisa diakui dengan metode akrual penuh dengan syarat telah memenuhi kriteria, termasuk penyelesaian Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Namun dalam kenyataannya, perusahaan tidak menyampaikan PPJB kepada auditor yang mengaudit LKT PT Hanson, sehingga pendapatan dinilai terlalu tinggi dengan nilai material Rp613 miliar. Atas rekayasa LKT tersebut, OJK memberikan sanksi berupa denda sebesar Rp500 juta dan memerintahkan untuk melakukan perubahan dan restatemant atas LKT 2016.

Selain itu, PT Toshiba Corporation juga tersandung kasus perekayasaan laporan keuangan yang disebabkan karena rendahnya tingkat konservatisme yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan. Toshiba dilaporkan melakukan penggelembungan laba sejumlah 1,2 miliar dollar AS. Toshiba mengambil sejumlah cara dengan melaporkan penghasilan di awal dan mengundur penerimaan biaya atas beban dalam masa tertentu tetapi dengan metode yang tidak sejalan dengan prinsip akuntansi. Sehingga atas peristiwa tersebut, CEO Toshiba, Hisao Tanaka akhirnya memilih mengundurkan diri.

Penerapan prinsip konservatisme akuntansi dipengaruhi dari sejumlah faktor. Salah satu diantaranya yaitu debt covenant. Debt covenant merupakan bagimana manajer menyikapi perjanjian atau kontrak utang beserta syarat-syarat yang telah ditetapkan dan disepakati antara manajer dan kreditor untuk mendapatkan pinjaman dana. Manajer ketika menanggapi pelanggaran kontrak utang

(3)

3 yang sudah jatuh tempo akan berusaha menjauhinya dengan mengambil prinsip akuntansi yang menguntungkan bagi mereka. Contoh usaha yang ditempuh yakni dengan mengurangi tingkat konservatisme akuntansi yaitu dengan melaporkan aset serta laba sebanyak mungkin dan kewajiban dan biaya serendah mungkin. Hal ini untuk meyakinkan kreditor bahwa dananya terjamin dan perusahaan bisa melunasi pinjaman dan bunganya. Maka dari itu perusahaan banyak tidak konservatif saat perusahaan berusaha untuk mendapat dana yang besar dari kreditor (Ramadhoni, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnindiyah (2018), Pambudi (2017), Saputra (2016) dan Ayuningsih dkk (2016) menyatakan bahwa debt covenant memilki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Namun hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinambela & Almilia (2018) dan Lestari (2016) yang menyatakan bahwa debt covenant tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Faktor lain yang bisa mempengaruh konservatisme akuntansi yakni risiko litigasi. Risiko litigasi merupakan risiko yang sudah terikat dalam setiap perusahaan. Jadi jika perusahaan yang bersangkutan melakukan manipulasi pada pelaporan keuangan, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kerugian kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Apabila hak mereka tidak dapat diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan, maka pihak-pihak yang bersangkutan bisa melakukan menuntut biaya ganti rugi terhadap perusahaan karena sudah dianggap merugikan. Para pihak yang bersangkutan yaitu pemilik saham dan manajer. Dengan bertambah tingginya risiko ancaman litigasi, maka akan bertambah kuat pula penerapan konservatisme pada suatu perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnindiyah (2018), Sulastiningsih & Husna (2017) dan Lestari (2016) menyatakan bahwa adanya pengaruh antara risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2019) dan Sinambela & Almilia (2018) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh antara risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi.

Selain itu, insentif pajak juga menjadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi penerapan konservatisme. Insentif pajak adalah suatu bentuk keringanan pajak yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak. Keringanan yang diberikan berupa penyusutan tarif pajak, sehingga dapat mengecilkan beban pajak perusahaan yang mesti dibayar. Insentif pajak ini diberikan guna untuk meminimalisir terjadinya penghindaran pajak yang bersifat illegal. Karena seperti yang kita ketahui, banyak perusahaan yang melakukan penghindaran pajak secara illegal. Jadi dengan adanya insentif pajak ini diharapkan bagi perusahaan-perusahaan untuk tetap dapat memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak badan sesuai dengan peaturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Harini dkk (2020), Sumantri (2018), Wicaksono & Laksito (2012) menyatakan bahwa adanya pengaruh antara insentif pajak terhadap konservatisme. Namun hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Verawaty dkk (2015) menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh antara insentif pajak terhadap konservatisme akuntansi.

(4)

4 Selanjutnya kepemilikan publik juga menjadi suatu faktor yang bisa mempengaruhi penerapan konservatisme. Kepemilikan publik adalah total saham yang dimiliki publik pada sebuah perusahaan. Kepemilikan saham oleh publik bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam mempraktikkan prinsip konservatisme akuntansi pada suatu entitas. Kepemilikan publik yang menyebar akan mempengaruhi manajer dalam menyajikan keuntungan perusahaan guna memberikan informasi terhadap sejumlah pihak mengenai hasil kinerja manajemen yang biasanya tergambar dari laba perusahaan sehingga kinerja manajamen akan dinilai baik oleh publik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnindiyah (2018), Sari dkk (2014) dan Deviyanti (2012) menyatakan bahwa adanya pengaruh antara kepemilikan publik terhadap konservatisme akuntansi. Namun hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Verawaty dkk (2015) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara kepemilikan publik terhadap konservatisme akuntansi.

Berdasarkan latar belakang di atas, masih terdapat hasil yang belum konsisten di antara para peneliti. Hal ini disebabkan oleh perbedaan metode yang digunakan pada setiap pengukuran variabel dan sampel. Selain itu, masih terdapat kasus manipulasi laporan keuangan khususnya yang menyangkut tentang penggelembungan laba, sehingga laporan keuangan menjadi overstated. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip konservatisme akuntansi. Maka dari itu peneliti ingin meneliti kembali terkait konservatisme akuntansi pada perusahaan property dan real estate. Alasan peneliti memilih perusahaan property dan real estate karena produk yang dihasilkan seperti perumahan, apartemen, pusat-pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran oleh perusahaan ini memiliki potensi mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Hal ini merupakan informasi yang positif bagi para investor karena investor menganggap perusahaan ini memiliki nilai investasi yang tinggi dan dinilai cukup aman dan stabil, kemudian meresponnya dengan membeli saham perusahaan property dan real estate di pasar modal.

2.

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Teori agensi menerangkan hubungan antar dua pihak dikarenakan adanya sebuah perjanjian atau kontrak. Pihak terlibat yang dimaksud yakni prinsipal dan agen. Dalam pelaksanaannya, hubungan ini mewajibkan manajer selaku agen untuk membuat pelaporan terkait dengan keadaan finansial perusahaan kepada pihak yang mempunyai kepentingan. Alasannya karena agen berhubungan langsung dengan segala aktivitas perusahaan, sehingga lebih banyak tahu mengenai fakta yang sedang terjadi dan keberlanjutan entitas di periode mendatang. Tetapi agen seringkali lebih mementingkan kepentingan pribadinya, seperti ingin mendapatkan bonus atas kerjanya dengan memaksimalkan laba dibanding kepentingan perusahaan yang menginginkan keuntungan yang kecil untuk mengurangi pajak yang dikenakan. Perbedaan kepentingan ini yang memicu terjadinya konflik dan ketidakseimbangan informasi. Untuk mengatasi perbedan tujuan tersebut, diperlukannya penerapan prinsip konservatisme agar dapat memperbaiki hubungan antar prinsipal dan agen.

(5)

5 Teori selanjutnya yaitu teori akuntansi positif. Teori ini berusaha untuk menjelaskan proses yang melibatkan keterampilan, penafsiran, wawasan mengenai akuntansi serta pengimplementasian kebijakan akuntansi mana yang paling cocok untuk menempuh situasi tertentu di masa depan. Lebih lanjutnya, teori akuntansi positif dirancang untuk menjelaskan dan memprediksi dampak yang terjadi apabila manjer memutuskan kebijakan akuntansi tertentu. Namun teori ini menduga jika manajer memilki kecenderungan untuk menjadikan laba dengan jumlah yang tinggi untuk menutupi kinerja yang buruk. Sebagaimana yang tertuang dalam tiga hipotesis yang membuat manajer memilih kebijakan akuntansi tertentu. Pertama, hipotesis kontrak utang. Dimana manajer tidak menerapkan konservatisme agar kreditor merasa yakin bahwa dana yang mereka berikan aman dan terbebas dari pelanggaran kontrak utang. Kedua, hipotesis rencana dan bonus. Manajer cenderung meminimalkan penerapan konservatisme agar mendapatkan bonus yang tinggi. Ketiga, hipotesis biaya politik. Manajer mengalihkan laba saat mendatang dan diakui saat ini jika biaya politik yang dikeluarkan perusahaan semakin besar.

2.1 Pengaruh Debt Covenant terhadap Konservatisme Akuntansi

Tanggapan manajer terhadap laporan keuangan dibagi menjadi tiga buah hipotesis yaitu hipotesis kontrak utang, hipotesis rencana dan bonus serta hipotesis biaya politik. Salah satu kebijakan akuntansi pada teori akuntansi positif adalah hipotesis kontrak utang, yang menerangkan jika manajer cenderung akan memakai kebijakan akuntansi yang bisa memindahkan laba di masa yang akan datang ke masa yang sedang berjalan agar terhindar dari pelanggaran perjanjian utang. Selain itu, hipotesis kontrak utang juga memprediksikan jika bertambah banyak nominal pinjaman yang hendak diperoleh perusahaan, maka pengelola perusahaan berusaha menampilkan kinerja yang optimal terhadap kreditor yang memercayainya. Upaya yang ditempuh adalah dengan mengurangi penerapan konservatisme yakni dengan cara maporkan aktiva dan laba sebanyak mungkin, serta liabilitas juga beban serendah-rendahnya. Hal ini dimaksudkan supaya kreditor percaya bahwa keamanan dana mereka akan terjamin dan yakin jika perusahaan bisa membayar hutang juga bunganya. Namun hasil yang diteliti oleh Isnindiyah (2018) menyebutkan jika perusahaan tidak meningkatkan laba perusahaan guna menurunkan kemungkinan pemutusan perjanjian hutang serta laporan keuangan perusahaan bisa senantiasa konservatif.‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬ Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2016), Ayuningsih dkk (2016), dan Wulandari (2014) menyatakan bahwa perusahaan tidak menaikkan laba perusahaan untuk mengurangi kemungkinan pemutusan perjanjian hutang dan laporan keuangan perusahaan akan tetap konservatif.‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬ Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai debt covenant pada konservatisme akuntansi adalah:‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬

(6)

6 2.2 Pengaruh Risiko Litigasi terhadap Konservatisme Akuntansi

Salah satu faktor eksternal yang memotivasi manajemen guna melaporkan finansial perusahaan secara lebih konservatif adalah risiko litigasi.“Apabila risiko ancaman litigasi dalam sebuah perusahaan cukup tinggi maka ini akan semakin memotivasi manajer guna menjalankan konservatisme akuntansi (Cao & Narayanamoorthy, 2005).”Risiko litigasi yakni risiko yang berpeluang memunculkan biaya yang banyak karena berurusan dengan hukum. Litigasi dapat terjadi ketika perusahaan melaporkan aset serta keuntungan tidak sejalan terhadap kondisi perusahaan yang sesungguhnya atau banyak dibesar-besarkan.”Jika hal ini terjadi, maka perusahaan dianggap telah melakukan penipuan publik sehingga dapat memicu terjadinya tuntutan hukum terhadap perusahaan tersebut. Logikanya, manajer tidak menginginkan untuk membayar kerugian akibat dari litigasi tersebut, sehingga manajer menggunakan kebijakan akuntansi yang konservatif dalam pelaporan keuangan. Sebab keuntungan yang naik tajam mempunyai kemungkinan risiko litigasi lebih tinggi (Juanda, 2007). Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Novitasari dkk (2020), Isnindiyah (2018), Sulastiningsih & Husna (2017), dan Lestari (2016) yang menyatakan bahwa ancaman litigasi dapat mempengaruhi penerapan prinsip konservatisme pada laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai risiko litigasi pada konservatisme akuntansi adalah:

H2 : Risiko litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi 2.3 Pengaruh Insentif Pajak terhadap Konservatisme Akuntansi

Pada tahun 2008 pemerintah melakukan perubahan peraturan mengenai ketentuan UU pajak penghasilan yaitu dengan diterbitkannya UU No.36 Tahun 2008. Perubahan peraturan perpajakan tersebut memberikan keringanan pajak terhadap wajib pajak badan yaitu berupa pengurangan tarif pajak penghasilan, yang mana tarif pajak badan yang awalnya merupakan tarif progresif berubah menjadi tarif tunggal. Tarif pajak badan yang bertransformasi inilah yang dapat memicu terjadinya praktik konservatisme akuntansi. Pengurangan tarif pajak tersebut bisa menjadi keuntungan untuk perusahaan sebab kewajiban pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan jadi lebih rendah. Dengan kata lain insentif pajak bisa didefinisikan sebagai satu fasilitas yang diberikan terhadap wajib pajak badan dalam menerapkan prinsip konservatisme akuntansi. Apabila perusahaan menerapkan konservatisme, hal ini dapat memudahkan perusahaan dalam menurunkan present value pajak dengan cara mengundur pengakuan atas penghasilan (D. Sari, 2004). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harini dkk (2020), Sumantri (2018), dan Wicaksono & Laksito (2012) yang menyatakan bahwa penurunan tarif pajak yang dilakukan oleh pemerintah dapat mempengaruhi penerapan konservatisme. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai insentif pajak pada konservatisme akuntansi adalah:

(7)

7

2.4 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi

Kepemilikan saham oleh publik dapat mempengaruhi kebijakan manajemen dalam menerapkan konservatisme akuntansi. Persentase kepemilikan publik dapat dipakai guna menurunkan asimetri informasi diantara manajemen serta pemilik, sehingga membuat perusahaan menjadi lebih konservatif (Haniati & Fitriany, 2010). Bertambah banyaknya saham yang dimiliki publik, maka bertambah besar pula beban yang ditanggung suatu entitas guna mengungkapkan lebih banyak informasi pada laporan keuangannya. Hal tersebut diakibatkan karena bertambah besarnya jumlah kepemilikan saham yang dipunyai oleh publik maka akan menyebabkan bertambah banyaknya tuntutan informasi yang mendetail guna dibuka dalam laporan keuangan. Selain itu, tingginya kepemilikan publik menandakan bahwa masyarakat memilki tingkat kepercayaan yang tinggi untuk menginvestasikan uangnya dalam suatu perusahaan. Semakin besar ekuitas yang diinvestasikan masyarakat, maka perusahaan akan bertambah konservatif dalam menyajikan keuntungannya, karena pada dasarnya pemegang saham menginginkan informasi yang benar dari laba perusahaan yang dilaporkan. Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Lafond & Watts (2006) yang menerangkan bertambah tinggi kepemilikan publik maka akan mengakibatkan bertambah banyaknya informasi yang diketahui oleh publik alhasil laporan keuangan akan dilaporkan secara konservatisme. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Isnindiyah (2018), Sari dkk (2014) dan Deviyanti (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan publik dapat mempengaruhi penerapan konservatisme.

H4 : Kepemilikan publik berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi

3.

Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2019. Teknik atau pola pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan menggunakan ktiteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai 2019, 2) Perusahaan yang memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian selama tahun 2010-2019 berkaitan dengan variabel yang diteliti, 3) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah selama periode 2010 sampai 2019, 4) Memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember dan laporan keuangan auditan. Adapun perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel adalah 25 perusahaan dengan total amatan sebanyak 250 data. Namun dalam penelitian ini terdapat data yang tidak terdistrubusi normal sehingga perlu dilakukan seleksi outliers. Ditemukan ditemukan sebanyak 15 data yang membuat distribusi data menjadi tidak normal. Oleh karena itu, 15 data tersebut perlu dieliminasi. Jadi total amatan dalam penelitian ini sebanyak 235 data.

(8)

8 3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan oleh peneliti (Sekaran dan Bougie, 2019:8). Sumber data yang digunakan merupakan publikasi laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2019 yang diperoleh dari situs

www.idx.co.id, www.idnfinancials.com, dan situs perusahaan tersebut. 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam dokumen. Pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan kategori dan klasifikasi data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, antara lain dari sumber dokumen, buku, jurnal, internet, dan lain sebagainya.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen (Y)

Penelitian ini menggunakan pengukuran konservatisme akuntansi dengan non operating accrual yang mengacu pada Givoly & Hayn (2002). Menurut Givoly & Hayn (2002) pengukuran ini difokuskan pada laporan laba rugi komperehensif selama beberapa tahun. Mereka berpendapat bahwa konservatisme akan menghasilkan akrual yang terus menerus. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Namun hasil perhitungan CONNAC dikalikan dengan -1 untuk memudahkan analisa. Sehingga semakin besar nilai CONNAC maka akan semakin tinggi penerapan prinsip konservatisme. Konservatisme akuntansi dihitung dengan cara berikut:

CONACC =(NIO + DEP − CFO) × (−1) TA

Keterangan:

CONACC : Earnings conservatism based on accrued items NIO : Operating profit if current year

DEP : Depreciation of fixed assets of current year

CFO : Net amount of cash flow operating activities of current year TA : Book value of closing total assets

(9)

9 Variabel Independen (X)

Debt Covenant (X

1

)

Debt covenant diproksikan dengan rasio leverage. Leverage merupakan perbandingan total utang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Struktur modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat diketahui dengan meggunakan rasio tersebut. Sehingga dapat memberikan gambaran mengenai tingkat risiko tidak tertagihnya utang. Berikut adalah rumus untuk menghitung leverage (Fatmariani, 2013):

𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 Risiko Litigasi (X2)

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada risiko litigasi yang ditimbulkan dari kreditur. Merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2015), risiko litigasi yang berasal dari kreditur diukur dengan Debt Equity Ratio (DER). Semakin besar nilai DER maka semakin besar pula tingkat risiko litigasi yang dialami oleh suatu perusahaan dengan rumus sebagai berikut:

𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 × 100%

Insentif Pajak (X3)

Insentif pajak dapat diartikan sebagai suatu perangsang yang ditawarkan kepada wajib pajak, dengan harapan wajib pajak dapat termotivasi untuk patuh terhadap ketentuan pajak (Verawaty dkk 2015). Yin & Chen (2004) berpendapat bahwa upaya meminimalkan pembayaran pajak perusahaan dibatasi oleh perencanaan pajaknya. Perhitungan perubahan tarif pajak penghasilan menggunakan proksi perencanaan pajak sebagai ukuran insentif pajak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yin & Chen (2004) yaitu sebagai berikut :

𝑇𝐴𝑋𝑃𝐿𝐴𝑁 (𝑇𝑃) =𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑃𝑃ℎ × (𝑃𝑇𝐼 − 𝐶𝑇𝐸) 𝑇𝐴

Keterangan:

TAXPLAN (TP) : Perencanaan pajak

PTI : Pre-tax income (laba sebelum pajak)

CTE : Current portion of total tax expense (beban pajak kini)

TA : Total Aset

Kepemilikan Publik (X4)

Struktur kepemilikan publik merupakan susunan dari jumlah saham yang dimiliki oleh publik (investor individu) dalam perusahaan. Semakin menyebarnya kepemilikan publik maka semakin rendah pengendalian, hal ini disebabkan banyaknya pemilik saham perusahaan namun masing-masing hanya memiliki jumlah saham yang sedikit (Sugiarto & Nurhayati, 2017). Menurut Deviyanti (2012)

(10)

10 struktur kepemilikan publik merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan dari seluruh saham yang beredar dengan rumus sebagai berikut:

𝑆𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑃𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 × 100%

3.5 Teknik Analisis

Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda digunakan untuk pengujian hipotesis, apakah hipotesis terbukti signifikan atau tidak. Analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ e Keterangan: Y : Konservatisme akuntansi α : Konstanta β1–β4 : Koefisien regresi X1 : Debt Covenant X2 : Risiko Litigasi X3 : Insentif Pajak X4 : Kepemilikan Publik e : Standar error

4.

Hasil dan Diskusi

4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Leverage (X1) 235 0,001 0,850 0,445 0,181 DER (X2) 235 0,002 5,666 1,075 0,952 TP (X3) 235 -0,015 0,064 0,015 0,012 SKP (X4) 235 0,021 0,942 0,367 0,196 CONNAC (Y) 235 -0,347 0,133 -0,075 0,085 Valid N (listwise) 235

Sumber: Data yang diolah (2021)

4.2 Hasil Uji Normalitas Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar pengambilan

(11)

11 keputusan uji kolmogorov smirnov adalah jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Tabel 2. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Unstandardized Residual N 235 Normal Parameters Mean 0 Std. Deviation 0,076 Most Extreme Difference Absolute 0,049 Positive 0,033 Negative -0,049 Test Statistic 0,049

Asmp. Sig (2-tailed) 0,200

Sumber: Data yang diolah (2021)

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,200. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas dengan uji kolmogorov smirnov terpenuhi.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen atau tidak. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan cara menggunakan uji Variance Inflation Factor (VIF). Apabila‬nilai‬VIF‬≤‬10‬dan‬nilai‬tolerance ≥‬0,1,‬maka‬artinya‬tidak‬terjadi‬multikolinearitas.‬Hasil‬uji‬ multikolinearitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tolerance keempat variabel lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10, yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian ini.

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk mengetahui apakah model regresi bebas dari gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW). Menurut Santoso (2012:243) apabila nilai DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,025 yang berada di antara -2 dan +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatter plot dan uji rank spearman. Dalam melihat grafik scatter plot, apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji scatter plot dalam

(12)

12 penelitian ini terdapat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Analisis Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coeffiients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -0,131 0,020 -6,695 0,000 Leverage (X1) 0,235 0,058 0,499 4,066 0,000 DER (X2) -0,025 0,011 -0,275 -2,288 0,023 TP (X3) -1,992 0,438 -0,277 -4,551 0,000 SKP (X4) 0,022 0,027 0,051 0,824 0,411

Sumber: Data yang diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 3 regresi linear berganda, persamaan model regresi yang terjadi adalah: Y = -0,131 + 0,235 X1- 0,025 X2 - 1,992 X3 + 0,022 X4

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel debt covenant memiliki nilai t hitung sebesar 4,066 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel debt covenant berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Artinya jika bertambah tinggi tingkat kontrak utang, maka akan bertambah tinggi pula tingkat konservatisme pada perusahaan. Hal ini dikarenakan kreditor memiliiki hak guna mengetahui kegiatan operasional perusahaan termasuk mengetahui nilai utang dalam perusahaan. Oleh karena itu, manajer tidak dapat melaporkan laba secara overstatement sehingga tidak ada asimetri informasi antara kreditor dengan manajemen. Namun pada dasarnya penerapan prinsip konservatisme akuntansi tidak serta-merta karena adanya tuntutan dari pihak kreditor, tapi harus bersumber dari pemahaman manajemen perusahaan tersebut. Manajer akan mengaplikasikan metode konservatisme sebagai bentuk usaha untuk menjaga kualitas atas kinerja perusahaan di pandangan para kreditor agar terhindar dari pelanggaran kontrak utang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2016), Ayuningsih dkk (2016), dan Wulandari (2014) yang menyatakan bahwa debt covenant berpengaruh terhadap konservatisme‬akuntansi.‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬

Variabel risiko litigasi memiliki nilai t hitung sebesar 2,288 dengan nilai signifikansi sebesar 0,023. Hal ini berarti bahwa variabel risiko litigasi berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dikarenakan risiko litigasi memiliki peran sebagai faktor eksternal terhadap penerapan tingkat konservatisme dalam suatu perusahaan. Jadi apabila risiko litigasi semakin meningkat, maka penerapan konservatisme juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya yang menyatakan bahwa risiko litigasi berpengaruh terhadap konsevatisme akuntansi. Sesuai dengan teori agensi bahwa risiko litigasi dapat terjadi karena

(13)

13 adanya perbedaan kepentingan antara investor, kreditor, dan pemerintah. Sehingga untuk meminimalisir terjadinya asimetri informasi serta menghindari kerugian akibat litigasi tersebut dapat mendorong manajer untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan secara konservatif. Hal ini dikarenakan jika perusahaan tersandung masalah hukum, maka itu akan merusak citra perusahaan tersebut sehingga akan berdampak pada nilai saham yang menurun serta menimbulkan kerugian pada perusahaan karena harus membayar biaya kerugian yang tinggi akibat adanya tuntutan hukum. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Novitasari dkk (2020), Isnindiyah (2018), Sulastiningsih & Husna (2017), dan Lestari (2016) yang menyatakan bahwa risiko litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Selanjutnya variabel insentif pajak memiliki nilai t hitung sebesar 4,551 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel insentif pajak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki perencanaan perpajakan yang baik cenderung akan mengurangi laba bersih perusahaan guna untuk mendapatkan keuntungan pajak. Lebih lanjut lagi, pemerintah memberikan insentif pajak sesuai yang tercantum dalam UU No.36 Tahun 2008 mengenai pajak penghasilan yaitu melalui pengurangan tarif pajak yang berlaku untuk mempengaruhi manajer dalam meminimalkan beban pajak perusahaan. Sehingga pemberian insentif pajak ini dapat dijadikan sebagai batu loncatan bagi manajamen untuk menerapkan prinsip konservatisme dalam melaporkan laporan keuangan perusahaan. Jika semakin tinggi penerapan prinsip konservatisme, maka akan semakin besar pula perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkecil labanya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harini dkk (2020), Sumantri (2018), dan Wicaksono & Laksito (2012) yang menyatakan bahwa insentif pajak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Variabel kepemilikan publik memiliki nilai t hitung sebesar 0,824 dengan nilai signifikansi sebesar 0,411. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini disebabkan oleh jumlah saham yang dimiliki publik sedikit sehingga pemegang saham hanya mementingkan kenaikan laba dan kepentingan jangka pendek dibanding jangka panjang untuk segera mendapatkan pengembalian atas investasi. Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh jumlah struktur kepemilikan publik yang rendah mengakibatkan manajer cenderung akan melaporkan laba yang kurang konservatif. Kondisi tersebut timbul sebab adanya ketidakseimbangan informasi antar manajemen terhadap publik, dimana manajemen lebih banyak mengetahui informasi daripada publik, alhasil manajemen berperan dalam penentuan kebijakan perusahaan. Hal tersebut yang mendorong manajer untuk melaporkan laba dengan berlebihan, sehingga kinerja manajer dinilai bagus serta memperoleh bonus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Verawaty dkk (2015), Viola & Diana (2016) serta Sugiarto & Nurhayati (2017) yang menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak dapat mempengaruhi penerapan konservatisme.

(14)

14 Tabel 4. Hasil Uji F

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 0,349 4 0,087 14,923 .000b

Residual 1,344 230 0,006

Total 1,693 234

Sumber: Data yang diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa hasil dari uji statistik F dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai F hitung sebesar 14,923. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini baik atau layak digunakan.

Tabel 5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model R R

Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 0,454a 0,206 0.192 0.0764

Sumber: Data yang diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa hasil dari uji koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,192. Hal ini berarti bahwa 19,2% variabel konservatisme akuntansi dapat dijelaskan oleh variabel debt covenant, risiko litigasi, insentif pajak dan kepemilikan publik. Sisanya 80,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimodelkan dalam penelitian ini.

5.

Kesimpulan, Saran, Dan Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh debt covenant, risiko litigasi, insentif pajak, dan kepemilikan publik terhadap konservatisme akuntansi, maka dapat disimpulkan bahwa debt covenant, risiko litigasi dan insentif pajak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan diantaranya, penelitian ini hanya menghasilkan koefisien determinasi sebesar 19,2% variasi konservatisme akuntansi dapat dijelaskan oleh variasi debt covenant, risiko litigasi, insentif pajak dan kepemilikan publik. Penelitian ini hanya menggunakan satu teknik pengukuran konservatisme akuntansi yaitu menggunakan proksi total akrual. Dalam penelitian terdapat data yang outlier sehingga diperlukannya penghapusan data sebanyak 15.

Berdasarkan keterbatasan tersebut disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan, mengoreksi serta dapat melakukan perbaikan seperlunya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen yang lain untuk dapat memperkuat penelitian atau dengan mengganti variabel independen seperti tingkat kesulitan keuangan, kepemilikan manajerial, growth opportunities serta good corporate governance untuk dapat memperkuat penelitian. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih dari dua alat ukur konservatisme seperti net assets measures, earning/ stock returns relation meastures, earning/ accrual measures untuk mendapatkan

(15)

15 hasil yang lebih komprehensif. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan jumlah sampel penelitian yang tidak hanya dalam perusahaan sub sektor property dan real estate saja, namun dapat dilakukan pada perusahaan sektor lain seperti manufaktur, jasa, perbankan dan sektor perusahaan lainya sehingga hasilnya akan lebih menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningsih, L. D., Nurcholisah, K., & Helliana. 2016. Pengaruh Debt Covenant , Kepemilikan Manajerial , dan Growth Opportunities terhadap Konservatisme Akuntansi. Universitas Islam Bandung, 19–30.

Cao, Z., & Narayanamoorthy, G. 2005. Accounting and litigation risk. Social Science Research Network

Electronic Paper Collection.

Deviyanti, D. A. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme Akuntansi.

Journal of Accounting, 4.

Fatmariani. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant Dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal, 1–22.

Fitri, R. Y. 2015. Pengaruh Risiko Litigasi terhadap Hubungan Kesulitan Keuangan dan Konflik Kepentingan dengan Konservatisme Akuntansi. Skripsi, 81–87.

Givoly, D., & Hayn, C. 2002. Rising Conservatism: Implication for Financial Analysis. Financial Analists

Journal.

Haniati, S., & Fitriany. 2010. Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 1–28.

Harini, G., Syamra, Y., & Setiawan, P. 2020. Pengaruh Insentif Pajak , Pajak , dan Cash Flow terhadap Konservatisme. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol 11. No(Januari), 10–23.

https://ekonomi.kompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.Dilaporkan.Terlibat.Skandal.Penyimpa ngan.Akuntansi. Diakses pada 18 Juli 2020

https://money.kompas.com/read/2020/01/15/160600526/jejak-hitam-pt-hanson-international-manipulasi-laporan-keuangan-2016?page=all. Diakses pada 18 Juli 2020

Isnindiyah, R. A. 2018. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institutional, Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Kepemilikan Publik, Debt Covenant, Growth Opportunities, Political Cost dan Risiko Litigasi terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi.

Juanda, A. 2007. Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi terhadap Hubungan Antara Konflik Kepentingan dan Konservatisma Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi X, 1–25.

Lafond, R., & Watts, R. . 2006. The Information Role of Conservative Financial Statements. Social Science

Research Network Electronic Paper Collection.

Lestari, M. S. 2016. Pengaruh Tingkat Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant dan Risiko Litigasi terhadap Konservatisme Akuntansi yang Terdaftar di BEI. Artikel Ilmiah.

Novitasari, Amin, M., & Hariri. 2020. Pengaruh Adopsi IFRS, Political Cost, dan Litigation Risk terhadap Konservatisme Akuntansi. E-JRA, 09, 1–13.

Pambudi, J. E. 2017. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Debt Covenant terhadap Konservatisme Akuntansi.

(16)

16

Putri, M. U. 2019. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Risiko Litigasi terhadap Konservatisme Akuntansi The Effect Of Financial Distress And Litigation Risk On. Universitas Negeri

Yogyakarta, 1–14.

Ramadhoni, Y. 2014. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan, Risiko Litigasi, Struktur Kepemilikan Manajerial dan Debt Convenant Terhadap Konservatisme Akuntansi. JOM Fekon, 1(2), 1–20.

Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo.

Saputra, R. E. 2016. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Kontrak Utang, Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan, Peluang Pertumbuhan, Risiko Litigasi dan Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi (Survey pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas

Ekonomi Universitas Riau, 3(1), 2207–2221.

Sari, D. 2004. Hubungan Antara Konservatise Akuntasi dengan Konflik Bondholder-Shareholders Seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 1(2), 63–88. Sari, D. N., Yusralaini, & L, A. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institutional, Struktur Kepemilikan

Manajerial, Struktur Kepemilikan Publik, Debt Covenant dan Growth Opportunities terhadap Konservatisme Akuntansi. JOM Fekon, 1(2), 1–15.

Sekaran, U; Bougie, R. 2019. Metode Penelitian dan Bisnis Buku Kedua (6th ed.). Salemba Empat.

Sinambela, M. O. E., & Almilia, L. S. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi.

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 21(2), 289–312.

Sugiarto, N., & Nurhayati, I. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016. Jurnal Dinamika

Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, 6(2), 102–116.

Sulastiningsih, S., & Husna, J. A. 2017. Pengaruh Debt Covenant , Bonus Plan , Political Cost Dan Risiko Litigasi Terhadap Penerapan Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur. Kajian Bisnis STIE

Widya Wiwaha, 25(1), 110–125.

Sumantri, I. I. 2018. Pengaruh Insentif Pajak , Growth Opportunity , dan Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi . Universitas Pamulang, 122–145.

Verawaty, Merina, C. I., & Yani, F. 2015. Insentif Pemerintah dan Faktor Non Pajak terhadap Konservatisme Akuntansi Perusahaan Perbankan di Indonesia. Sriwijaya Economic and Business Conference, 36–48. Viola, & Diana, P. 2016. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Leverage, Financial Distress Dan Kepemilikan

Publik Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal ULTIMA Accounting, 8(1), 22–36.

Watts, R. L. 2003. Conservatism in Accounting - Part I: Explanations and Implications. SSRN Electronic

Journal.

Wicaksono, W., & Laksito, H. 2012. Uji Empiris Pengaruh Faktor-Faktor Konservatisme Akuntansi dalam

Perpajakan.

Wulandari, I. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi. JOM Fekon, 1(2), 165.

Yin, J., & Cheng, A. 2004. Earnings Management of Profit Firms And Loss Firms In Response To Tax Rate Reductions. Review Of Accounting And Finance, Volume 3.

Referensi

Dokumen terkait

(1) siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan

Perjalanan ‘Abd al-Ra’ūf yang cukup panjang dalam menuntut ilmu di Timur Tengah tidak menjadikannya sebagai tokoh yang datang ke Nusantara dengan membawa tradisi

Hidayat (2019:24), mengatakan jika terlalu menekan persediaan maka proses produksi dapat berhenti karena kurangnya bahan baku dan para pelanggan mungkin menjadi tidak puas

Apa saja bentuk materi tentang sembilan karakter islami dalam kitab Ta‟limul Muta‟allim yang diterapkan pada peserta didik di MA YSPIS Rembang..

Pengembangan bisnis adalah rencana implementasi usaha dodol rumput laut berdasarkan profil produk dan model bisnis yang telah diperoleh. Pembangunan pabrik

Namun, hal yang menarik dalam Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang tersebut adalah ketika suatu instansi pemerintah daerah dipimpin oleh seorang perempuan. Terlepas

Sebaliknya Program Konservasi Rafflesia, harus bertujuan pertama dan utama untuk meningkatkan kualitas, kesejahteraan dan kapasitas sumberdaya manusia, terutama untuk

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima