• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Panen Kelapa sawit

Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah stelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. Proses pematangan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik (Buana. L . 2002).

Pemanenan merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena menjadi sumber pemasukan buah bagi prusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Mutu minyak yang diproleh sangat ditentukan oleh mutu tandan dan panen. Selanjutnya kualitas tandan dipengaruhi oleh iklim, pemupukan, penyerbukan dan tindakan kultur teknis lainnya. Mutu panen tergantung pada pematangan buah dan jarak panen. Karyawan panen sebaiknya merupakan karyawan khusus dan sebapat mungkin diusahakan agar kerjanya hanya memanen. Hal ini akan mempermudan penilaian kerja, baik kuantitas maupun kualitas. Jika memungkinkan, perlu di lakukan pembagian ancak pada karyawan panen.

Sasaran panen yakni memenuhi kebutuhan jumlah, mutu, dan waktu untuk mendapatkan bahan baku pabrik kelapa sawit serta menekan kehilangan dan penurunan mutu hasil panen. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan

(2)

6

pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sasaran panen. Keseluruhan faktor ini merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan satu sama lain.

2.1.1. Kriteria Matang Panen

Adapun kriteria panen yang digunakan adalah ketika sudah ada 2 brondolan (2 buah lepas dari tandanya atau jatuh kepiringan pohon) pada setiap tandan. Unuk tandan yang beratnya lebih 10 kg, kriterianya menggunakan 1 brondolan. Namun, kriteria ini perlu di sesuaikan dengan kondisi di tempat. Misalnya, untuk area yang rawan pencurian, kriteria tersebut dapat di perkecil untuk mengurangi resiko pencurian dengan adanya brondolan yang jatuh ke tanah, pemanen tidak perlu melihat ke atas (Lubis, 1992).

Tabel 2.1. Fraksi buah berdasarkan tingkat kematangan

Fraksi % Jumlah Berondolan Derajat Kematangan

00 Tidak ada, buah masih hitam Sangat mentah 0 Membrondol 1 – 12,5 % Mentah 1 Membrondol 12,5 – 25 % Kurang matang 2 Membrondol 25 – 50 % Matang I 3 Membrondol 50 – 75 % Matang II 4 Membrondol 75 – 100 % Lewat matang I 5 Buah dalam ikut membrondol Lewat matang II 6 Semua buah membrondol Tandan kosong

Banyak buah yang lepas (membrondol) dipedomani sebagai suatu kriteria buah masak, dimana secara umum dipakai 3 buah telah jatuh dipiringan pokok untuk setiap kg berat tandan. Disamping itu dapat juga dipakai sebagai pedoman dari segi warna buah, dimana kadang-kadang berondolan tidak ada dipiringan tetapi buah tekah cukup masak namun untuk ini perlu pengalaman warna merah yang bagaimana dapat dikategorikan buah tersebut masak.

(3)

7

2.1.2. Persiapan Panen

Untuk menghadapi masa panen, segala sesuatunya disiapkan dengan baik. Agar pemanena berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengankutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Pada areal kebun yang topografinya miring dibuatkan tangga guna memudahkan pengangkutan. Selain itu, para pemanen harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti dodos atau egrek dan peralatan lain yang diperlukan (Pardamean, 2011)

2.1.3. Taksasi Produksi

Kegiatan taksasi produksi bertujuan meramalkan jumlah tandan buah segar kelapa sawit yang akan diproleh dimasa yang akan datang berdasarkan jumlah buah atau tandan bunga betina serta dapat merencanakan kebutuhan tenaga kerja untuk pemanen selanjutnya. Untuk mendapatkan taksiran hasil tandan buah segar yang lebih benar maka dilakukan perhitungan tandan buah sebanyak satu kali dalam dua bulan. Untuk menentukan taksasi produksi dengan system perhitungan tandan buah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Perkiraan tandan buah, menentukan sampel dalam satu field (5%) dengan cara setiap 20 baris tanaman diambil 1 baris tanaman sebagai sempelnya. 2. Pengambilan contoh tandan, pengambilan contoh tandan ini dikerjakan

dengan prestasi kerja 0,01 HK/Ha (Yasin, 2002).

2.1.4. Cara Panen

Adapun cara- cara panen yang dilakukan oleh karyawan panen yaitu :

 Pelepah yang menyanggah (songgo) buah matang dipotong.

 Tandan matang dipotong tangkainya.

(4)

8

 Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan dipiringan dikumpulkan.

 Pelepah disusun digawangan mati dan dipotong menjadi tiga bagian.

 Setelah selesai pindah kepohon berikutnya.

Masalah yang dihadapi ketika memanen adalah banyaknya berondolan yang tertinggal atau tidak terkutip. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan tersebut diantaranya :

1. Meningkatkan upah per berat brondolan, sebagai perangsang pemanen 2. Premi atau insentif brondolan untuk pengutipan dan pengangkut

3. Mengangkut brondolan setelah tandan selesai diangkut (tidak bersamaan)

4. Timbangan dan tempatkan brondolan di karung, kemudian diangkut ke pabrik.

2.2. Rotasi dan Sistem Panen

Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama, rotasi panen yang sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari, secara umum panen dilakukan 5 hari seminggu (senin s/d jumat) disebut 5/7.

Apabila produksi tinggi hari panen ditambah misalnya 6 hari seminggu (rotasi6/7), rotasi panen tergantung kerapatan buah dan kapasitas panen, rotasi panen perlu dilakukan secara tepat dan disiplin, sebab rotasi panen yang terlambat dapat menyebabkan tanaman terserang Marasmius sp.

Berdasarkan peraturan jam kerja maka jumlah jam kerja panen adalah: Senin sampai Jum’at (4 x 7 jam) + (1 x5 jam) = 33 jam

Persentase areal panen adalah:

 Senin sampai kamis : 7/33 x 100%=21 %

(5)

9

Jadi luas areal panen pada hari jum’at harus lebih sedikit yaitu 16/21 kali luas areal panen Senin – Jum’at.

Jika pada suatu afdeling terdapat 600 ha tanaman menghasilkan dimana digunakan system 5/7 maka setiap Jum’at luas areal panen adalah (6/21x600) : (5x 1ha) = 92 ha, sedangkan pada hari Senin – Kamis adalah 127 ha setiap hari.Kondisi ini tidak selalu demikian. Panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim sehingga dikenal panen puncak dan panen kecil.

Rotasi panen di kebun diatur dan disesuaikan dengan hari kerja pabrik yakni 6/7 :6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin-Sabtu), biasanya hanya dilakukan pada waktu musim panen puncak. Kemudian 5/7 : 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin-Jumat).

2.2.1. Ancak Panen

Ancak panen adalah areal dengan luas tertentu yang harus selesai dipanen pada hari itu. Luas ancak panen disesuaikan dengan jam kerja, Senin s/d Kamis = 21% Jumat =16% per hari. Dua sistem ancak panen yang umumnya diterapkan di perkebunan adalah :

a. Ancak panen : pada sistem ini pemanen dan areal panen tetap. Areal panen biasanya berbukti sampai berlereng curam atau letaknya terpencil. Sebagai contoh blok A 16ha : ada 50 baris dipanen oleh 5 orang. Orang ke 1 memanen baris 1- 10, orang ke II memanen baris 11-20 dan saterusnya. b. Ancak giring : pada sistem ini pemanen secara bersama-sama memanen di

1 blok. Setelah selesai pindah ke blok lain. Satu orang pemanen memanen setiap 2 baris (1 gawangan). Kemudian berpindah ke baris yang belum dipanen, seterusnya sampai selesai 1 blok dan pindah ke blok lain. Keuntungan sistem ancak giring adalah buah dapat segera diangkat ke pabrik dan kontrol oleh mandor lebih mudah.

(6)

10

2.2.2. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai untuk meramalkan produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan truk, pengolahan tandan buah segar (TBS) esok harinya.

2.2.3. Tenaga Panen

Penyediaan tenaga panen perlu diperhitungkan dengan baik karena penambahan dan pengurangan tenaga akan langsung mempengaruhi biaya. Penyediaan tenaga yang berlebihan dengan potensi produksi yang rendah akan mengakibatkan terjadinya pemborosan tenaga kerja. Sebaliknya jika tenaga panen kurang maka rotasi panen menjadi tidak teratur dan hal ini mempengaruhi rendemen minyak dan ALB. Tenaga panen disediakan berdasarkan panen puncak yang telah tersedia pada awal tahun yang dihitung dengan rumus :

Kebutuhan tenaga panen harian = A x B x C x D E

Keteranagan :

A = luas ancak panen B = kerapatan panen C = rata-rata berat (kg) D = populasi tanaman E = kapasitas panen/ HK

2.2.4. Basis Borong

Basis borong dan kapasitas pemanenan sangat ditentukan oleh kondisi setempat. Kapasitas/hari tersebut sering disebut sebagai basis tugas, yaitu kg tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam). Basis borong

(7)

11

(basis premi) adalah jumlah tandan yang dipanen dalam basis tugas yang tidak mendapat premi. (Pardamean, 2011).

2.3. Premi Panen

Premi panen adalah memberikan penghargaan berupa uang atas kelebihan prestasi kerjanya, dalam bentuk TBS per kg dari TBS kelebihan BB (Basis Borong) Pemberian sangsi bagi prestasi yang tidak memenuhu standar. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi pemanen untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas panen. Besarnya pemberian premi panen tergantung pada kriteria kelas panen, dimana semakin besar nilai kelas panen, maka premi panen yang diperoleh akan semakin besar (PPKS, 2006).

Premi panen dihitung dengan cara sebagai berikut :

Premi Pemanen = (Total Tandan – Basic Tandan) x Tarif per Tandan (Sesuai Areal dan Total Tandan)

Sistem premi cukup beragam, tergantung pada lokasi dan keadaan tanaman. Namun, dalam keadaan tertentu, dapat diberikan penalti (pengurangan/ pemotongan) penerimaan, terutama yang terkait dengan kualitas panen dan

kualitas bekas panen, misalnya sebagai berikut.

 Ditemukan tandan fraksi mentah.

 Ditemukan tandan mentah yang di cincang atau disembunyikan.

 Tandan matangtidak di panen.

 Tandan matang tertinggal di piringan pohon.

 Brondolan tertinggal di piring atau tercecer

 Gagang tandan panjang, tidak di potong

 Pelepah daun tidak dipotong dan tidak diletakkan di gawangan.

(8)

12

Pada umumnya sistem premi panen dapat dilaksanakan oleh semua perkebunan kelapa sawit. Namun, karena kondisi lapangan dan aspek sosial ekonomi yang berbeda antar kebun maka standar premi juga harus di sesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Perbedaan tersebut tercakup dalam jumlah borong janjang (TBS) tarif siap borong, tarif lebih borong, dan tarif sangsi atau denda. Adapun ketentuan umum dari borong janjang (TBS), tarif lebih borong, dan tarif sanksi/denda, antara lain :

2.3.1. Borong Janjang

Janjang harus diatur sedemikian rupa sehingga jumlah yang ditetapkan bagi seorang pemanen dalam waktu 7 jam untuk setiap tahun tanam dapat diselesaikannya dengan mencapai jumlah kg tertentu.

2.3.2. Tarif premi panen buah (premi siap borong)

Premi siap borong harus berpedoman kepada anggaran (RP/ton TBS) yang sedang berjalan dan juga tarif yang berlaku sebelumnya. Premi siap borong harus sama untuk semua umur tanaman, sedangkan, yang berbeda yaitu jumlah borongannya.

2.3.3. Tarif Premi Lebih Borong

Kelas-kelas BJR harus ditentukan terlebih dahulu, kemudian harga per janjang ditetapkan lebih borong mnurut kelas-kelas tersebut. Harga janjang lebihborong dari kelas yang berbeda dapat saja sama, tergantung dari kondisi setempat. Namun perlu diperhatikan bahwa biaya Rp/ton TBS lebih borong tidak boleh lebih tinggi dari biaya Rp/ton TBS siap borong. Sebagai ketentuan, premi lebih borong maksimum 50% dari gaji rata-rata

(9)

13

2.3.4. Tarif sanksi/denda

Tindakan- tindakan yang tidak memenuhi peraturan atau melanggar salah satu peraturan panen buah harus didenda dan mengurangi premi yang sudah diproleh pemanen, kerani buah, mandor panen dan mandor 1. Katentuan- ketentuan tarif sanksi biasanya ditetapkan menurut situasi dan kebijakan kebun.

Adapun tujuan dari penetapan premi panen adalah :

 Premi panen diberikan untuk lebih menggairahkan pemanen sehingga pemanen terangsang untuk dapat diproduksi lebih tinggi, baik kualitatif maupun kuantitatif dan diberikan tidak statis

 Meningkatkan pendapatan karyawan dan saling menguntungkan kepada kedua belah pihak (karyawan dan perusahaan).

 Premi dapat ditinjau kembali sejalan dengan perkembangan upah karyawan harian tetap, perkembangan harga CPO/inti, ekonomi dan kondisi harga prusahaan.

2.4. Kinerja Karyawan

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas, apabila seorang karyawan diberikan tambahan pendapatan ataupun hal-hal yang bertujuan untuk memotivasi karyawan akan merasa puas dan meningkatkan kinerjanya. Motivasi kerja akan menghasilkan kinerja yang positif terhadap karyawan, kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil dari kegiatan yang harus ataupun tidak harus dilakukan karyawan yang berupa kualitas maupun kuantitas yang sesuai dengan tanggung jawabnya dan moral-moral yang berlaku pada perusahaan dalam jangka waktu tertentu (Mathis dan Jackson 2000).

Gambar

Tabel 2.1. Fraksi buah berdasarkan tingkat kematangan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini Personal Relationship yang mendapat kepuasan tertinggi berarti, Majalah SCG dapat digunakan untuk mencari topik untuk berdiskusi, serta

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh wanita yang bekerja masih dapat mengikuti kegiatan untuk berkumpul bersama dengan wanita- wanita yang tidak bekerja sebagai buruh

Adapun berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa KKN Bersama 2019 Desa Purba Horison, Kecamatan Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera

Evert M.Rogers dan Rekha Argawala Rogers dalam bukunya Communication in Organization menyebutkan definisi tentang komunikasi organisasi yaitu merupakan suatu sistem

ada. Namun, penyelesaian tersebut tetap dilaksanakan guna mencapai keadilan restoratif. Dari dua karya tulis di atas, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis secara

Apakah ada pengaruh positif dan signifikan Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur sub-sektor makanan dan

Rapat Pleno yaitu rapat Pimpinan Partai pada tingkat masing-masing yang dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Majelis Syura, Mahkamah Partai, Badan Khusus Tingkat Nasional, Badan Otonom

Pihak LAZIS IPHI Jateng hanya menyalurkan hasil zakat berdasarkan laporan dari mustahik pertama yakni Bapak Amsori, setelah mendapat laporan pengurus LAZIS IPHI