• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG Ceisya Reska Tanggo Sutarman Yodo Syamsu Thamrin Abstrak - TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG Ceisya Reska Tanggo Sutarman Yodo Syamsu Thamrin Abstrak - TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

622 TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP

PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG

Ceisya Reska Tanggo Sutarman Yodo Syamsu Thamrin

Abstrak

Perusahaan jasa pengiriman barang kini banyak berkembang diakibatkan kebutuhan masyarakat untuk mengirim barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam melaksanakan pelayanannya, pihak perusahaan berkewajiban menerima dan menyelenggarakan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan keadaan utuh. Namun, pada kenyataannya, dalam menjalankan kewajibanya untuk mengantarkan barang seringkali perusahaan jasa pengiriman barang melaksanakan kewajibannya yang tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dengan pengguna jasa pengiriman barang. Hal ini membuat pengguna jasa pengiriman barang merasa dirugikan. Adapun bentuk hal yang merugikan pengguna jasa pengiriman barang tersebut adalah barang yang tiba terlambat ditempat tujuan, kerusakan dan bahkan kehilangan barang. Hal ini mengakibatkan konsumen atau pengguna jasa pengiriman barang tersebut menuntut pertanggung jawaban terhadap perusahaan pengiriman barang. Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana pertanggung jawaban dari pihak perusahaan jasa pengiriman barang sebagai pelaku usaha jika terjadi kerugian ketika konsumen menggunakan jasa pengiriman barang. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif, yang merupakan pendekatan terhadap hukum positif atau peraturan perundang-undangan yang berkitan dengan perlindungan konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang. Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui pertanggung jawaban dari pihak perusahaan jasa pengiriman barang sebagai pelaku usaha jika terjadi kerugian ketika konsumen menggunakan jasa pengiriman barang.

Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Pertanggungjawaban dan Ganti Rugi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi disegala bidang yang membawa dampak cukup

(2)

623 mobilitas penduduk, lalu lintas uang dan

barang dalam arus perdagangan serta semakin pesatnya persaingan bisnis.

Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan beragam jenis dan variasi barang dan/atau jasa. Dengan dukungan teknologi dan informasi, perluasan ruang, gerak dan arus transaksi barang/jasa telah melintasi batas-batas wilayah negara, konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai pilihan jenis barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif. Kondisi seperti ini pada satu sisi menguntungkan konsumen, karena kebutuhan akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dengan beragam pilihan. 1

Kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu ciri modernisasi yang senantiasa menuntut perubahan dalam segala bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang penyediaan pelayanan yang berhubungan dengan data, informasi serta barang dan/atau jasa. Perkembangan informasi dan

1 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Kencana, 2013), Hlm. 1

teknologi dalam bidang penyediaan jasa menuntut tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat modern saat ini, terutama kebutuhan akan kecepatan pelayanan, pengiriman maupun penerimaan layanan jasa, informasi, serta barang, dan/atau dokumen.

(3)

624 Jakarta Timur. PT. Indah Logistik

International adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa transportasi dan logistik, seperti penanganan eksport dan import, jasa kepabeanan, transportasi darat , laut dan udara ( Nasional dan International ).

Dalam melaksanakan pelayanan jasa melalui perusahaan yang melayani jasa pengiriman barang, pihak perusahaan berkewajiban menerima dan menyelenggarakan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Mengingat perusahaan pengiriman barang bergerak dalam bidang jasa, maka faktor penting yang patut diperhatikan adalah kepercayaan pengguna jasa, dimana mereka menggunakan jasa perusahaan tersebut karena mereka percaya bahwa barang atau kiriman yang mereka kirim melalui jasa perusahaan tersebut akan sampai dengan selamat di tempat tujuan. Hal tersebut berhubungan erat dengan tanggung jawab perusahaan pengiriman barang dalam memberikan pelayanan jasa berupa pengiriman barang dari satu tempat ke tempat lain.

Dalam melaksanakan

kewajibannya mengantarkan barang, perusahaan jasa pengiriman barang selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi penggunanya. Tetapi dalam kenyataannya masih terdapat pelaksanaan pengiriman barang oleh perusahaan jasa pengiriman barang yang tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Tentu saja hal ini menyebabkan kerugian bagi konsumen sebagai pengguna jasa perusahaan pengiriman barang. Hal-hal yang dapat merugikan konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang adalah barang yang terlambat tiba di tempat tujuan dan barang yang dikirim tersebut rusak atau hilang.

(4)

625 konsumen pengguna jasa pengiriman

barang dengan alasan-alasan tertentu. Dari kondisi seperti inilah hak-hak konsumen harus lindungi oleh hukum. Karena salah satu sifat dan sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Perlindungan kepada masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk kepastian hukum yang menjadi hak konsumen. Perlindungan hukum bagi konsumen menjadi sangat penting, karena konsumen disamping mempunyai hak-hak yang bersifat universal juga mempunyai hak-hak yang bersifat sangat spesifik (baik situasi maupun kondisi).2

Didalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen pada Pasal 19 disebutkan bahwa :

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa

2 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak

Konsumen (Bandung : Nusa Media, 2010), Hlm. 1

yang dihasilkan atau diperdagangkan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan

dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan adanya tuntutan pidana beradasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

(5)

626 1. Tanggung jawab ganti kerugian

atas kerusakan;

2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran; dan

3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.

Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen.3

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang Perlindungan

Konsumen dan kemudian

menuangkannya dalam bentuk penulisan

Karya Ilmiah dengan judul “TINJAUAN

YURIDIS PERLINDUNGAN

KONSUMEN TERHADAP

PENGGUNA JASA PENGIRIMAN

BARANG”.

B. Rumusan Masalah

3 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), Hlm.125-126

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu : bagaimana pertanggungjawaban dari pihak perusahaan jasa pengiriman barang sebagai pelaku usaha jika terjadi kerugian ketika konsumen menggunakan jasa pengiriman barang ?

II. PEMBAHASAN

Pertanggungjawaban Pihak Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kerugian yang Diderita Oleh Pengguna Jasa Pengiriman Barang

(6)

627 Cipayung, Jakarta Timur. Perusahaan ini

bergerak di bidang penyediaan jasa transportasi dan logistik, seperti penanganan eksport dan import, jasa kepabeanan, transportasi darat , laut dan udara ( Nasional dan International ).

Hal-hal yang diatur dalam perjanjian pengiriman barang dalam PT. Indah Logistik Internasional terkait dengan pertanggungjawaban perusahaan terhadap pengguna jasa pengiriman barang adalah sebagai berikut :

1. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pengiriman Barang

Pihak-pihak dalam perjanjian pengiriman barang meliputi pihak pertama yaitu PT. Indah Logistik Internasional yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Sedangkan pihak kedua yaitu pengguna jasa pengiriman barang atau yang disebut dengan konsumen.

2. Hak dan Kewajiban Pihak Pertama Adapun yang menjadi hak dan kewajiban pihak pertama sebagai pelaku usaha yang dalam hal ini adalah PT Indah Logistik

Internasional dalam perjanjian pengiriman barang, dicantumkan pada Pasal 6 :

1. Pihak pertama berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 perjanjian ini sesuai dengan permintaan pihak kedua.

2. Pihak pertama berhak menerima bayaran atas pekerjaan yang telah dilakukan pihak pertama dari pihak kedua.

3. Pihak pertama menawarkan pekerjaannya dengan asuransi all-risk, dengan pesetujuan pihak kedua.

3. Hak dan Kewajiban Pihak Kedua Hak dan kewajiban pihak kedua selaku konsumen pengguna jasa pengiriman barang dalam perjanjian pengiriman barang, dicantumkan pada Pasal 7 :

(7)

628 2. Pihak kedua membantu

menginformasikan kepada pihak pertama jika ada pengiriman barang melalui telepon, faximile, dan email. 3. Pihak kedua berhak untuk

menerima layanan pekerjaan yang disediakan oleh pihak pertama.

Disamping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha, ada juga tanggung jawab yang harus dipikulnya. Tanggung jawab tersebut merupakan bagian dari kewajiban yang mengikat mereka dalam berusaha. Tanggung jawab ini juga disebut dengan istilah product liability

(tanggung gugat produk).

Pada perkembangan masa kini produsen memiliki kewajiban untuk selalu bersikap hati-hati dalam memproduksi barang/jasa yang dihasilkannya. Logikanya, berdasarkan hukum segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha mau tidak mau berimplikasi pada adanya hak

konsumen untuk meminta

pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang telah merugikannya.

Product liability adalah suatu konsep hukum yang intinya dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen, yaitu dengan jalan membebaskan konsumen dari beban untuk membuktikan bahwa kerugian konsumen timbul akibat kesalahan dalam proses produksi dan sekaligus melahirkan tanggung jawab produsen untuk memberikan ganti rugi. Inti dari pengertian ini adalah bahwa pelaku usaha bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul dari hasil produk/jasanya.4

Pertanggungjawaban pihak pertama sebagai pelaku usaha terjadi ketika adanya klaim yang diajukan oleh pihak kedua terhadap pihak pertama, hal ini sesuai dengan isi perjanjian antara PT. Indah Logistik Internasional dengan konsumen sebagaimana tercantum dalam perjanjian pengiriman barang Pasal 10, yaitu :

Klaim kehilangan :

Pihak pertama akan memberikan ganti rugi kepada pihak kedua dengan ketentuan sebagai berikut :

(8)

629 1. Apabila terjadi kerusakan atau

kehilangan akibat kelalaian pihak pertama atas barang pihak kedua maka pihak pertama akan mengganti kerugian sesuai dengan harga barang yang hilang atau rusak sesuai harga retail price.

2. Pihak kedua wajib menutup asuransi setiap pengiriman barang diatas Rp 1.000.000,- dalam hal pihak kedua tidak menutup asuransi dengan nilai tersebut diatas, maka berlaku ketentuan penggantian klaim sesuai yang tercantum pada resi.

3. Semua tuntutan klaim harus melampirkan :

 Surat pengajuan klaim

 Bukti photo (jika terjadi kerusakan barang)

 Bukti pengiriman barang atau arwaybill (resi)

 Berita acara

kehilangan/kerusakan barang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen pada Pasal 19 Ayat (1) disebutkan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti

rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang diderita konsumen akibat mengonsumsi barang/jasa yang dihasikan atau diperdagangkan.

Secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan yang telah disebutkan, yang secara garis besar terdapat dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi dan tuntutan ganti kerugian yang berdasarkan perbuatan melanggar hukum. Berikut penjelasan mengenai kedua dasar tuntutan ganti kerugian tersebut 5:

a. Tuntutan Berdasarkan

Wanprestasi

Apabila tuntutan ganti rugi didasarkan pada wanprestasi, maka terlebih dahulu penggugat dan tergugat (produsen dan konsumen) terikat suatu perjanjian. Dengan demikian, pihak ketiga (bukan sebagai pihak dalam perjanjian) yang dirugikan tidak dapat

(9)

630 menuntut ganti kerugian dengan alasan

wanprestasi.

Ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban tambahan yang berupa kewajiban atas prestasi utama atau kewajiban jaminan/garansi dalam perjanjian. Bentuk-bentuk wanprestasi ini berupa :

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali ;

b. Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi ;

c. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya.

Terjadinya wanprestasi pihak debitur dalam suatu perjanjian, membawa akibat yang tidak mengenakan bagi debitur, karena debitur harus :

a. Mengganti kerugian ;

b. Benda yang menjadi objek perikatan, sejak terjadinya wanprestasi menjadi tanggung gugat debitur ;

c. Jika perikatan itu timbul dari perikatan timbal balik, kreditur

dapat minta pembatalan (pemutusan) perjanjian.

Sedangkan untuk menghindari terjadinya kerugian bagi kreditur karena terjadinya wanprestasi, maka kreditur dapat menuntut salah satu dari lima kemungkinan :

a. Pembatalan (pemutusan) perjanjian ;

b. Pemenuhan perjanjian ; c. Pembayaran ganti kerugian ; d. Pembatalan perjanjian disertai

ganti kerugian ;

e. Pemenuhan perjanjian disertai ganti kerugian.

(10)

631 dibayar, dan apa yang telah diperjanjikan

tersebut, mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.6 b. Tuntutan Berdasarkan Perbuatan

Melanggar Hukum

Berbeda dengan tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada perikatan yang lahir dari perjanjian (karena terjadinya wanprestasi), tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada perbuatan melanggar hukum tidak perlu didahului denagn perjanjian antara produsen dengan konsumen, sehingga tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan oleh setiap pihak yang dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian antara produsen dengan konsumen. Dengan demikian, pihak ketiga pun dapat menuntut ganti kerugian.

Untuk dapat menuntut ganti kerugian, maka kerugian tersebut harus merupakan akibat dari perbuatan melanggar hukum. Hal ini berarti bahwa untuk dapat menuntut ganti kerugian, harus dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

6 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan hukum Bagi Konsumen di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2008), Hlm. 72

1) Ada perbuatan melanggar hukum Berbeda dengan pengertian perbuatan melanggar hukum sebelum tahun 1919 yang diidentikan dengan perbuatan melanggar undang-undang, maka setelah tanhun 1919 (kasus Lindebaum-Cohen), perbuatan melanggar hukum tidak lagi hanya sekedar melanggar undang-undang, melainkan perbuatan melanggar hukum tersebut berupa :

a) Melanggar hak orang lain ; b) Bertentangan dengan kewajiban

hukum si pembuat ;

c) Berlawanan dengan kesusilaan baik ; dan

d) Berlawanan dengan sikap hati-hati yang seharusnya diindahkan dalam pergaulan masyarakat terhadap diri atau benda orang lain.7

2) Ada kerugian

Pengertian kerugian menurut Nieuwenhuis (1985) adalah berkurangnya harta kekayaan pihak yang satu, yang disebabkan oleh perbuatan

(11)

632 (melakukan atau membiarkan yang

melanggar norma oleh pihak lain. Kerugian yang diderita seseorang secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu kerugian yang menimpa diri dan kerugian yang menimpa harta benda seseorang.8

3) Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melanggar hukum dan kerugian

Hubungan sebab akibat atau kausalitas, dikenal beberapa teori, diantaranya conditio sine qua non,

adequat dan toerrekening naar redelijkheid.

Pada mulanya, teori kausalitas yang dianut adalah conditio sine qua non, namun pada tahun 1927, Hoge Raad (H.R.) memilih adequad yang berlangsung sampai tahun 70-an. Teori yang pertama kali diajukan oleh Paul Scholten pada tahun 1902 ini

mengandung pengertian “ apa yang dapat diperkirakan sebelumnya” atau “

akibat yang menurut akal sehat diharapkan dapat timbul dari suatu

perbuatan”.

8 Ibid, Hlm. 78

Pada tahun 1962, Koster menyarankan untuk menghapus adequad

dan menerima toerrekening naar redelijkheid, serta memasukkan

toerrekening naar redelijkheid

(dipertanggungjawabkan secara layak) ini dalam B. W. Baru.

Berdasarkan usul Koster inilah, maka dalam tahun 70-an pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melanggar hukum, teori adequad digeser dari tempatnya yang dominan dan diganti oleh pola bahwa barangsiapa yang berbuat melanggar hukum, bertanggung gugat atas kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan itu, apabila kerugian itu berhubungan dengan keadaan,

selayaknya dapat

dipertanggungjawabkan kepadanya.9 4) Ada kesalahan

Berdasarkan Pasal 1365 BW, salah satu syarat membebani tergugat dengan tanggung gugat berdasarkan perbuatan melanggar hukum adalah adanya kesalahan. Kesalahan ini memiliki tiga unsur, yaitu :

(12)

633 a) Perbuatan yang dilakukan dapat

disesalkan ;

b) Perbuatan tersebut dapat diduga akibatknya ;

1) Dalam arti objektif : sebagai manusia normal dapat menduga akibatnya ;

2) Dalam arti subjektif : sebagai seorang ahli dapat menduga akibatnya;

c) Dapat dipertanggungjawabkan : debitur dalam keadaan cakap.

III. PENUTUP A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis menarik suatu kesimpulan bahwa apabila terjadi kerugian yang diderita oleh konsumen ketika menggunakan jasa dari perusahaan pengiriman barang, maka perusahaan pengiriman barang selaku pelaku usaha berkewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh konsumen sebagai bentuk pertanggungjawaban

dari pelaku usaha. Dengan adanya ganti kerugian tersebut maka terpenuhilah perlindungan hukum bagi konsumen berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

B.Saran

(13)

634 DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU – BUKU :

Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Nusa Media, Bandung, 2010 Ahmadi Miru,Prinsip-Prinsip Perlindungan hukum Bagi Konsumen di

Indonesia, Rajawali Pers,Jakarta,2008

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Rajawali Pres, 2010

Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia, 2008 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana, Jakarta, 2013

II. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Lembaran Negara Tahun 1847 Nomor 23).

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kecil di

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah adalah bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pengguna jasa pembayaran listrik secara online, dan

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah kualitas pelayanan yang diberikan pihak

KONSUMEN ATAS RUSAKNYA BARANG DALAM JASA PENGIRIMAN” Penulisan hukum ini diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) derajat S1 dalam Ilmu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bentuk perlindungan hukum bagi konsumen terhadap pengiriman barang yang tidak sesuai dengan waktu

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Pengguna Jasa Pengiriman

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Membangun Aplikasi Pengadaan Barang dan Jasa pada

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti adalah bagaimana perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan kebiasaan sarapan pada