PELUANG INVESTASI
AKUAKULTUR
DIREKTORAT JENDERAL
PERIKANAN BUDIDAYA
KEMENTERIAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
2014
15 KOMODITAS PERIKANAN BUDIDAYA PALING MENGUNTUNGKAN
PEL
UANG INVEST
ASI AKU
AKUL
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA 2014
PELUANG INVESTASI
AKUAKULTUR
15 KOMODITAS PERIKANAN BUDIDAYA
PALING MENGUNTUNGKAN
15 KOMODITAS PERIKANAN BUDIDAYA PALING MENGUNTUNGKAN
KINERJA 2011-2014
Copyright @2014 Pertama kali diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Gedung Menara 165 Lantai 23 Jalan Tb. Simatupang Kav. 1 Jakarta Selatan Pelindung Sharif C. SutardjoMenteri Kelautan dan Perikanan
Pengarah Slamet Soebjakto
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Penanggung Jawab Moh. Abduh Nurhidayat
Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Editor Agung Witjaksono Penyusun Rokhmat M. Rofiq Pendukung Rudi Hartono Ris Dewi Nowita Sampul & Tata Letak Tohalim
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mengutip, menyalin, memperbanyak, dan menyebarluaskan sebagian maupun keseluruhan isi buku ini, dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta.
Sanksi Pelanggaran
Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak CiptaBarang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan , atau men-jual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
Assalamualaikum Wr. Wb.
P
erikanan budidaya (akuakultur) saat ini semakin diakui sebagai salah satu pilar ketahanan pangan dan nutrisi di Indonesia. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya kontribusi sub sektor ini terhadap perekonomian nasional sehingga muncul sebagai satu bisnis dan investasi yang menguntungan. Usaha di bidang akuakultur menjanjikan profit secara pasti apabila dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan teknologi anjuran. Usaha budidaya berbagai jenis ikan, baik komoditas ikan air tawar, ikan air payau, ikan air laut, maupun ikan hias sudah terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mampu mendorong usaha lain untuk bergerak seperti bidang pengolahan, distribusi dan pemasaran.Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) senantiasa berkomitmen dalam membuka peluang investasi di bidang akuakultur. Karena itu kebijakan
dan regulasi yang diterapkan sepenuhnya diarahkan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. seiring berjalannya waktu, penanaman modal dari hulu hingga hilir sektor perikanan budidaya sudah terbukti efektif menggerakkan roda perekonomian daerah maupun nasional.
Tingginya minat investasi di bidang akuakultur juga tercermin dari realisasi kinerja program peningkatan produksi perikanan budidaya pada tahun 2013 yang melampaui target, yakni sebesar 102,24% atau sebesar 13,3 juta ton dari target yang ditetapkan sebesar 13,2 juta ton. Keberhasilan pencapaian sasaran produksi perikanan budidaya tidak terlepas dari realisasi investasi di sektor ini. Pertumbuhan pasar domestik, permintaan pasar
ekspor, penerapan teknologi budidaya hingga kompetensi pelaku usaha bidang ini merupakan beberapa faktor yang memacu perkembangan industri perikanan budidaya.
Buku Peluang Investasi Akuakultur: 15 Komoditas Perikanan Budidaya Paling Menguntungkan ini tidak lain dari sumber informasi terkait dengan bisnis dan penanaman modal di bidang budidaya ikan. Di dalamnya tersedia kajian, strategi, dan analisis bisnis perikanan secara komprehensif. Para pembaca dapat menggali pengetahuan tentang berbagai pilihan segmentasi dan komoditas
unggulan berikut tata cara membangun usaha di bidang akuakultur. Akhirnya, kami ucapkan selamat membaca dan menelaah substansi dari buku ini!
Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 2 September 2014
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, Msi. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
sAMBUTAN
Keberhasilan
pencapaian
sasaran produksi
perikanan
budidaya tidak
terlepas dari
realisasi investasi
di sektor ini.
Pertumbuhan
pasar domestik,
permintaan
pasar ekspor,
penerapan
teknologi
budidaya
hingga
kompetensi
pelaku usaha
bidang ini
merupakan
beberapa faktor
yang memacu
perkembangan
industri
perikanan
budidaya.
Daftar Isi
Prospek Investasi Akuakultur ... 1
Permintaan Pasar Domestik ...2
selera Pasar Ekspor ...5
Membaca Peluang Investasi ...8
Jenis Budidaya Perikanan ...13
sistem Budidaya ...17
Dukungan Pemerintah ...20
Merancang Usaha Budidaya Ikan 23
Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) ....24segmentasi Pasar ...32
Lahan, sarana dan Prasarana ...34
Teknologi Budidaya ...35
Induk dan Benih Unggul ...36
Hama dan Penyakit Ikan ...37
Kompetensi sDM ...41
Badan Usaha ...41
Aqua Cards ...44
Komoditas Unggulan ...45
Analisis Usaha Komoditas Ikan Air
Tawar ... 47
Ikan gurame...49 Ikan Nila ...56 Ikan Patin ...64 Ikan Mas ...72 Ikan Lele ...81 Ikan sidat ...89Analisis Usaha Komoditas Ikan Air
Payau ... 97
Udang vaname ...99
Udang Windu ...106
Ikan Bandeng ...116
Analisis Usaha Komoditas Ikan Air
Laut ... 121
Ikan Kerapu Bebek ...122
Ikan Kerapu Macan ...131
Ikan Kakap Putih ...138
Ikan Bawal Bintang ...146
Kuda Laut ...152
Rumput Laut ...157
Prospek Investasi
Akuakultur
Permintaan Pasar Domestik
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
beberapa tahun belakangan ini sungguh mengagumkan. Angka pertumbuhan yang fantastis, yakni di atas 6%, adalah nomor dua terbaik di dunia setelah Tiongkok yang melaju di atas 7%. geliat ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi dunia sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia punya fundamental ekonomi yang masih kokoh.
Kinerja ekonomi yang cemerlang tentu membawa berkah tersendiri bagi masyarakat luas. Kelas menengah yang tumbuh pesat, jumlahnya sekitar 150 juta, dengan daya beli yang kuat, menjadi salah satu indikator perekonomian nasional. Daya beli yang kompetitif ini pula yang menyebabkan konsumsi domestik menjadi faktor penentu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang hingga tahun 2014 ini hampir menyentuh angka Rp 10 ribu triliun.
Jumlah penduduk yang begitu besar, yakni sekitar 240 juta orang, membuat konsumsi pangan di Indonesia sangat tinggi. Pertumbuhan kelas menengah, peningkatan daya beli, dan jumlah penduduk memicu perkembangan bisnis kuliner. Jika diamati, bisnis restoran, terumata di kota besar, siang maupun malam nyaris tak ada matinya.
sektor perikanan, sebagai salah satu hulu dari industri pangan, tak ayal menuai keuntungan. Apalagi, produk perikanan semakin digemari oleh lidah orang Indonesia. Buktinya, konsumsi ikan per kapita pertahun pada tahun 2013 saja telah menembus angka 35 kg. Jauh lebih tinggi dari konsumsi daging sapi yang baru mencapai 2 kg per kapita per tahun di tahun yang sama.
Alhasil, para pembudidaya ikan dan
nelayan, ikut ketiban rezeki. Produk perikanan mereka terserap begitu kuat di pasar domestik. Bahkan, beberapa jenis komoditas ikan, misalnya lele, mengalami defisit pasokan, terutama di kota padat
penduduk seperti Jakarta. Jenis ikan lainnya, seperti gurame, mas, patin, mujair, bandeng, kakap, dan lobster juga diserap pasar dengan sangat kuat.
Perkembangan industri restoran yang sangat pesat di tingkat hilir saling berkaitan dengan geliat usaha para pembudidaya di tingkat hulu. Permintaan produk ikan segar berbanding lurus dengan sektor kuliner yang makin berkembang seiring dengan
daya beli masyarakat yang kian meningkat.
Konsumsi rumah tangga untuk produk perikanan semakin lama semakin meningkat. Pasar-pasar tradisional tak pernah sepi dari transaksi ikan segar hasil budidaya dan tangkapan. Malah, konsumsi rumah tangga, yang merupakan tulang
punggung perekonomian nasional, menjadi faktor terpenting dari perdagangan ikan di dalam negeri.
Belum lagi kalau dikaitkan dengan pasar ritel modern. Mall dan pusat belanja saat ini begitu baik memasarkan produk perikanan. Ikan segar dan ikan olahan sudah
Jumlah
penduduk yang
begitu besar,
yakni sekitar
240 juta orang,
membuat
konsumsi
pangan di
Indonesia sangat
tinggi.
mereka terima sebagai produk konsumsi. Keberpihakan
pemerintah, terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui sertifikasi kelayakan konsumsi, adalah faktor utama kenapa produk perikanan nasional begitu gencar merangsek ke pasar ritel modern.
geliat industri pengolahan dan pengalengan ikan juga menjadi faktor lainnya. Perkembangan industri
perikanan di tingkat hilir, mulai dari pemindangan sampai usaha pengalengan ikan, membuat pasokan bahan baku dari para pembudidaya dan nelayan laris manis terserap oleh pabrik-pabrik ikan olahan.
Faktor yang tak kalah penting adalah potensi lahan yang dimiliki Indonesia. Menurut data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini Indonesia memiliki potensi lahan budidaya laut 8,36 juta hektare, budidaya air payau 1,3 juta hektare dan air tawar adalah 2,2 juta hektare. Angka-angka ini benar-benar menjadi peluang besar untuk masyarakat Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan produksi budidaya.
Dari seluruh faktor tersebut, maka tidak mengherankan, apabila Indonesia semakin diperhitungkan dalam kancah akuakultur dunia. Hingga saat ini dari total produksi perikanan
nasional, yang belakangan ini paling tidak menyentuh angka 18 juta ton (13 juta ton untuk perikanan budidaya dan 5 juta ton untuk perikanan tangkap), sebagian besar diserap oleh pasar domestik. Namun pasar ekspor juga semakin menarik. Lebih-lebih seiring dengan perkembangan konsumsi dunia, produk perikanan telah menjadi andalan ketahanan pangan nasional dan dunia.
selera Pasar Ekspor
Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen utama produk perikanan di dunia. Beberapa jenis ikan asal negeri ini telah lama menjadi komoditas ekspor yang dimiati oleh negara lain. Penyerapan pasar ekspor tak kalah kencang dari pasar domestik. sehingga para pembudidaya ikan dan nelayan terkadang sampai kesulitan memenuhi permintaan pasar global.Beberapa produk perikanan dari Indonesia memang merajai pasar global. sebut saja udang, tuna, kerapu, dan berbagai jenis ikan hias. Udang, misalnya, sudah beberapa tahun terakhir ini merajai pasar ekspor.
Produksi udang yang lebih dari 600 ribu ton tiap tahun, sebagian besarnya diekspor ke luar negeri. Dari total nilai ekspor produk perikanan pada 2013 senilai Us$ 4,1 miliar, udang memberikan kontribusi lebih dari seperempatnya, kemudian disusul tuna di urutan
selanjutnya.
Di tengah perlambatan ekonomi dunia saat ini, justru ekspor produk perikanan malah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Permintaan produk perikanan dari pasar dunia seperti tidak terpengaruh oleh krisis global. Meskipun terpengaruh, kecil sekali. Hanya ukuran produknya saja yang lebih kecil, sementara volume dan nilainya tetap tinggi.
Neraca perdagangan perikanan selalu surplus bersamaan dengan defisit neraca perdagangan nasional. Itu sebabnya, tak heran, jika pada 2014, KKP meningkatkan target ekspor perikanan sebesar Us$ 5,6 miliar. Target ini akan terus mengalami kenaikan seiring dengan perbaikan ekonomi dunia.
Hal ini ditambah oleh fakta bahwa pengembangan usaha budidaya secara global semakin memiliki peranan yang penting dalam industri perikanan dunia. secara
keseluruhan, produksi perikanan budidaya memasok hampir 45% dari hasil perikanan yang dikonsumsi di seluruh dunia. Bahkan, Berdasarkan laporan dari Bank Dunia dan FAO, pada 2030 diperkirakan hampir dua pertiga dari konsumsi hasil perikanan di seluruh dunia akan berasal dari budidaya. Kawasan Asia, termasuk Asia selatan, Asia Tenggara, China dan Jepang diproyeksikan akan menebus 70 persen dari
permintaan ikan global. Dukungan pemerintah berupa sertifikasi dan Standar Nasional Indonesia (sNI) terhadap sekitar 350 produk perikanan adalah faktor penting. Dengan sNI dan sertifikasi, dunia internasional lebih mengakui dan menerima produk perikanan asal
Indonesia. Pasalnya, standarisasi perikanan untuk ekspor,
sekaligus menjamin kualitas dan keamanan produk untuk dikonsumsi.
Di tingkat hulu, para pembudidaya didorong terus untuk menerapkan Cara
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Sertifikasi CBIB terkait erat dengan peningkatan kualitas hasil perikanan budidaya agar semakin bersaing di pasar dalam maupun luar negeri, terutama memperkuat posisi akuakultur nasional dalam menghadapi era Pasar Bebas AsEAN atau AsEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Hal ini masih diperkuat dengan fakta, bahwa sektor perikanan menjadi bagian penting dari ketahanan pangan dunia yang karena itu menjadi konsumsi utama manusia di seluruh negara.
Penerapan sertifikasi CBIB
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor produk perikanan budidaya, karena terkait dengan jaminan keamanan pangan dan kualitas. Yang juga penting, sertifikasi ini merupakan perwujudan perikanan budidaya yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Dengan demikian, produk perikanan budidaya dari Indonesia akan diterima, diakui, dan punya daya saing yang kuat di pasar global. Ujung-ujungnya, para pelaku usaha akuakultur di dalam negeri yang bakal semakin diuntungkan.
Membaca Peluang Investasi
Penanaman modal atau investasi di sektor perikanan budidaya dari waktu ke waktu semakin menjanjikan. Alasannya sederhana, pasar domestik dan pasar global terbuka begitu lebar untuk produk akuakultur. Alasan lain, sumber daya melimpah, mulai dari lahan, air, teknologi, hingga sumber daya manusia tersedia di dalam negeri. sehingga, penanaman modal di sektor ini tidak hanya memberi keuntungan berlipat, tapi juga bakal menjadi primadona bisnis di masa mendatang. secara nasional, investasi di sektor akuakultur menembus angka Rp 22 triliun di 2013 dan naik targetnya menjadi Rp 23 triliun di 2014.Kegiatan usaha budidaya ikan, baik untuk ikan air tawar, ikan air payau, atau ikan air laut, umumnya terbagi dalam beberapa segmen. Pertama, segmen pembenihan. Di segmen ini, pelaku usaha budidaya melakukan kegiatan pemijahan induk jantan dan betina kemudian
memasarkannya dalam bentuk larva atau benih ikan dalam ukuran sangat kecil dan berumur hanya beberapa minggu. Kedua, segmen pendederan. Kegiatan di segmen ini adalah estafet dari segmen pertama. Larva atau benih tersebut dipelihara sampai ukuran tertentu, kemudian memasarkannya dalam ukuran tubuh atau umur ikan sesuai kebutuhan pasar. Ketiga, segmen pembesaran. segmen ini merupakan kelanjutan dari pendederan sampai dengan ukuran dan usia konsumsi. segmen ini menjadi segmen terakhir yang menghasilkan produk perikanan yang dipasarkan dalam ukuran konsumsi.
secara sedernaha, investasi di bidang akuakultur dapat dipilah dalam kegiatan pembesaran ikan air tawar, pembenihan ikan air tawar, pembenihan ikan air payau,
pembesaran ikan air payau, pembesaran ikan laut, dan pembenihan ikan laut, yang sekiligus merupakan bidang usaha terbuka dengan persyaratan kemitraan. Kemitraan usaha merupakan kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Usaha budidaya ikan memang
terbilang unik. Dikatakan unik karena memiliki konsep kemitraan yang ditujukan untuk menumbuhkan, meningkatkan kemampuan dan meningkatkan peranan usaha kecil dalam perekonomian nasional. Dengan demikian, setiap pengembangan usaha perikanan budidaya harus
mengikutsertakan masyarakat
pembudidaya ikan dalam suatu ikatan
Penanaman
modal atau
investasi di
sektor perikanan
budidaya
dari waktu ke
waktu semakin
menjanjikan.
kemitraan antara pengusaha dengan pembudidaya ikan, kelompok pembudidaya ikan (pokdakan), dan juga koperasi.
Biasanya pola kemitraan ini antara lain terwujud dalam pola inti-plasma (kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma), pola sub kontrak (kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya, pola dagang umum (perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra), dan pola keagenan (kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra).
Apapun model dan konsep investasi akuakultur, mata rantai dan tata niaga bisnis di sektor ini dari waktu ke waktu semakin baik dan teratur. Usaha budidaya di tingkat paling hulu seperti pembenihan hingga di level hilir yaitu pasca panen memiliki jalinan kuat, tidak pernah terputus satu sama lain. Tinggal para investor menentukan skala investasi yang dipilih, potensi lahan yang dimiliki, dan menentukan segmentasi pasar yang dibidik.
Di pihak lain, perikanan budidaya menjadi sektor
paling penting dan paling bisa diharapkan mendongkrak produktivitas perikanan nasional. Jika perikanan tangkap di laut memiliki keterbatasan stok ikan, yang karena degradasi
lingkungan akibat ulah manusia menjadi semakin berkurang keberadaannya, maka perikanan budidaya masih memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan. stok ikan yang boleh di tangkap di laut maksimal hanya sekitar 6 juta ton, sementara produktivitas perikanan budidaya pada 2013 saja sekitar 13 juta ton, dan masih sangat mungkin ditingkatkan berkali-kali lipat.
Perikanan budidaya merupakan salah satu sub sektor primadona di hulu dalam hal penyediaan bahan baku. sub sektor ini telah menetapkan empat komoditas utama, yakni udang, rumput laut, bandeng dan patin untuk mendukung kebijakan industrialisasi
perikanan. Dalam membangun episentrum pertumbuhan industrialisasi berbasis perikanan budidaya, diperlukan
dukungan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan penyediaan sumber Daya Manusia (sDM) yang tanggung, inovatif dan kompeten.
Potensi perikanan budidaya di Indonesia masih yang terbesar di Asia Tenggara dengan luas lahan mencapai lebih dari 15,59 juta hektar, terdiri dari potensi budidaya air
tawar seluas 2,23 juta hektar, budidaya air payau 1,22 juta Ha dan potensi budidaya laut mencapai 12,14 juta Ha. Akan tetapi pemanfaatannya masih belum optimal, pemanfaatan lahan budidaya air tawar sendiri baru sebesar 10,01 persen, budidaya air payau 40% dan bahkan budidaya laut baru mencapai 0,01%. Meski pemanfaatan potensi perikanan budidaya belum optimal, produksi perikanan budidaya menunjukkan
kenaikan signifikan, dengan laju pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perikanan tangkap, yakni
sebesar 21,83%.
Pada 2012, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan mengoptimalkan pengembangan Minapolitan Percontohan, yaitu di 46 lokasi sebagai embrio kawasan industrialisasi perikanan budidaya, dan program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB) sebanyak 3.600 kelompok yang tersebar di 33 Provinsi serta gentanadi seluas 200 ribu hektar pada kabupaten/kota yang dilihat potensial sebagai percepatan industrialisasi perikanan
budidaya. selain itu, KKP juga
akan Mendorong gerakan Pengembangan Industrialisasi Perikanan Budidaya
(gERBANg MINA JAYA) pada daerah-daerah potensial yaitu, komoditas udang di 22 Kabupaten, bandeng di 14 kabupaten, patin di 12 kabupaten serta rumput laut di lima kabupaten.
Jenis Budidaya Perikanan
Budidaya Ikan Air Tawar
Budidaya ikan air tawar adalah yang paling populer dilakukan oleh para pelaku usaha perikanan di Indonesia. Air tawar adalah air yang tidak banyak mengandung larutan garam dan mineral lainnya. Air tawar tidak berasa asin. Orang biasanya merujuk ke air yang bersumber dari sumur, danau, sungai, dan sumber di darat lainnya. sehingga, budidaya ikan air tawar adalah membudidayakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 per mil (0-5%).
Indonesia dikenal memiliki perbendaharaan jenis-jenis ikan. Dari total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7.000 jenis (spesies), hampir sekitar 2.000 spesies di antaranya merupakan jenis ikan air tawar. Dari sekitar 2.000 spesies itu, sedikitnya ada 27 jenis yang
sudah dibudidayakan. sementara dari 27 jenis tersebut, yang paling populer dibudidayakan antara lain ikan gurame, nila, patin, lele, sidat, mas, belut, bawal, mujair, dan lobster.
Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, serta memiliki tingkat produksi yang tinggi. Pada praktiknya, budidaya ikan di air tawar dilaksanakan dengan berbagai metode, baik secara tradisional, tradisonal plus, semi intensif, intensif, maupun supraintensif. Di berbagai model dan sistem budidaya tersebut, pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan dukungan secara aktif melalui berbagai bantuan dan insentif ke dunia usaha.
Budidaya Ikan Air Payau
secara sederhana air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Air payau umumnya terdapat di daerah pesisir pantai. Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin. Beberapa jenis ikan yang hidup di air payau antara lain adalah udang, kepiting, bandeng, dan berbagai jenis kakap.
Udang adalah komoditas andalan di dalam industrialisasi perikanan budidaya. Produktivitasnya sangat tinggi di sepanjang pesisir pantai di Indonesia, khususnya di wilayah pantai utara Pulau Jawa. Total produksi udang tahun 2013 lebih dari 600 ribu ton per tahun. Produk ini sangat diminati oleh pasar luar negeri, sehingga menjadi komoditas ekspor paling favorit. Keunggulan udang asal Indonesia antara
lain karena terbebas dari penyakit EMs (early mortality syndrom) yang mewabah di banyak negara penghasil udang.
Perikanan air payau yang dikembangkan di tambak-tambak semakin lama semakin berkembang. Beragam
teknologi diterapkan. sistem budidayanya pun kian maju, banyak yang menerapkan budidaya supraintensif di bidang ini. seiring permintaan pasar domestik dan pasar ekspor yang tinggi, budidaya ikan air payau, lebih khusus
udang, menjanjikan keuntungan yang luar biasa.
Budidaya Ikan Air Laut
Perkembangan budidaya ikan laut (marikultur) memang tidak sepesat budidaya air tawar atau air payau. Namun, persentase marikultur terhadap akuakultur secara nasional bakal semakin berkembang seiring kebijakan pemerintah yang fokus melakukan stimulasi pada dunia usaha untuk terjun di bisnis ini. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP terus menjalin kerjasama
Udang adalah
komoditas
andalan
di dalam
industrialisasi
perikanan
budidaya.
Produktivitasnya
sangat tinggi
di sepanjang
pesisir pantai di
Indonesia,
dengan pihak-pihak terkait, terutama para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk mengembangkan marikultur.
Beberapa jenis produk perikanan air laut yang banyak dikembangkan melalui kegiatan budidaya antara lain ikan tuna, kerapu, kakap, tripang, bawal bintang, rumput laut, kuda laut, dan mutiara. Permintaan pasar ekspor yang tinggi untuk produk perikanan laut, baik produk konsumsi maupun non konsumsi menjadi peluang terbaik bagi pengusaha domestik untuk terjun di bidang ini. Apalagi, pemerintah semakin giat untuk melakukan tata ruang laut agar sektor marikultur semakin berkembang.
Budidaya Ikan Hias
Ikan hias juga tak kalah prospektif. Pasar dalam negeri dan pasar ekspor sama kuatnya menyerap produk ikan hias hasil budidaya di tanah air. Pada tahun 2013, total ikan hias hasil budidaya telah menembus angka lebih dari 1 miliar ekor. setidaknya ada 18 Provinsi di Indonesia yang menjadi sentra produksi ikan hias nasional. sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di lima
provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Yogyakarta. sedangkan sentra-sentra produksi ikan hias lainnya tersebar di 13 provinsi lainnya.
Indonesia dikenal punya
ragam ikan hias yang komplit, mulai dari jenis ikan hias air tawar, ikan hias air payau, hingga ikan hias air laut. Beberapa produk ikan hias, sebut saja ikan arwana, koki, koi, louhan, bahkan ikan neon, tidak hanya diminati pasar lokal, tapi juga menjadi andalan ekspor ke pasar dunia. Meksi demikian, kedudukan Indonesia sebagai eksportir ikan hias masih berada di bawah singapura, Malaysia, Hong Kong, dan Amerika serikat. Dengan perbaikan sarana-prasarana dan insentif yang diberikan pemerintah, industrialisasi ikan hias di dalam negeri dipercaya bakal semakin maju di masa-masa mendatang. Lebih-lebih, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi eksportir ikan hias terbesar dunia secepat mungkin.
sistem Budidaya
Budidaya Tradisional
Jenis sistem atau metode pengembangan akuakultur yang paling poluler adalah budidaya ikan secara tradisional. Jenis budidaya macam ini tidak hanya terpopuler, tapi juga yang menjadi mayoritas dilakukan di Indonesia. Budidaya ikan tradisional pada intinya adalah metode yang paling dasar dengan memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa dibumbui dengan sentuhan teknologi. Budidaya model ini kerap disebut sebagai budidaya ikan apa adanya, budidaya alami, atau budidaya ekstensif. Jenis ini mudah
ditemui di daerah-daerah yang tingkat pengetahuan
budidayanya masih terbilang rendah.
Dengan demikian, budidaya dengan metode tradisional itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, antara lain bisa dijalankan dengan relatif mudah, murah, dan praktis, karena tidak memerlukan sentuhan teknologi dan sarana yang canggih. Kekurangannya, para pembudidaya tradisional mengikuti alam. Pemakaian air mengikuti pasang surut saja. Awal tebar benih ikan tidak dicek kesehatannya. Media yang dipakai biasanya adalah kolam tanah seluruhnya. Pada sistem budidaya jenis ini, padat penebaran rendah. Pertumbuhan ikan bergantung pada kesuburan perairan. sehingga produktivitas para
pembudidaya tradisional kerapkali tidak stabil, karena perubahan faktor alam
memiliki pengaruh yang sangat signifikan.
Tradisional Plus
Pembudidaya tradisional plus pada hakikatnya satu tingkat lebih maju dari sistem tradisional. Pada praktiknya, para pelaku usaha budidaya jenis ini telah melakukan serangkaian perbaikan dalam kegiatan merawat ikan. Misalnya, bila pembudidaya tradisional menggunakan tambak atau kolam ikan apa adanya, maka pembudidaya tradisional plus telah menjalankan beberapa perbaikan seperti persiapan media yang bersih dari hama, pemupukan media sebelum tebar benih, pemeliharaan dengan pengontrolan suhu, salinitas, pH (derajad keasaman) dan kedalaman air dan oksigen setiap hari. Pada waktu panen, pembudidaya tradisional plus sudah terhitung pandai dalam menghitung aspek harga, penyerapan pasar, dan kesehatan ikan. Mereka biasanya menggunakan kombinasi antara kolam tanah, terpal, dan kolam tembok.
Kendati lebih baik secara teknis dari pembudidaya tradisional murni, namun pembudidaya tradisional plus juga masih memiliki sejumlah kekurangan. Yakni, problem alami seperti cuaca dan
curah hujan kerap membuat produktivitas mereka tidak maksimal. selain itu, pasokan benih unggul dan penangkal hama ikan terkadang belum menjadi prioritas, karena minimnya akses mereka ke dua hal tersebut.
semi Intensif
Model pembudidaya ikan secara semi intensif tentu terbilang lebih maju ketimbang cara tradisional atau tradisional plus. Pada hakikatnya,
pembudidaya jenis ini adalah fase perbaikan dari model kedua model sebelumnya. Yang membedakan adalah teknologi budidaya yang dipakai lebih maju. sistem ini biasa diterapkan pada budidaya tambak udang karena dampaknya terhadap lingkungan relatif lebih kecil.
Budidaya semi intensif telah memperhatikan kelangsungan produksi dan usaha dalam jangka waktu yang lebih lama. salah satunya karena padat penebaran benur/ benih yang tidak terlalu tinggi dan kebutuhan pakan yang tidak sepenuhnya
mengandalkan pakan buatan. sehingga penurunan kualitas air juga tidak terlalu drastis. Penumpukan limbah organik yang berasal dari sisa-sisa pakan dan kotoran ikan masih bisa dikontrol, dan kualitas air masih bisa dipertahankan dalam kondisi yang cukup baik hingga menjelang panen.
Intensif
Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya perairan. sistem ini bisa menggunakan berbagai macam model wadah, mulai dari kolam air mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar ikan, dan KJA (keramba jaring apung). Benih unggul dan teknologi tinggi yang diterapkan pada model budidaya intensif ini mampu mendongkrak produksi perikanan secara maksimal.
Namun demikian, dalam sistem intensif, pakan
buatan dengan kandungan protein sangat tinggi turut mempengaruhi lingkungan perairan. Karena kebutuhan pakan pabrikan bisa
menyentuh angka 70%, dengan
pakan alami yang minimalis, alhasil limbah yang dihasilkan juga terakumulasi di dasar perairan maupun larut dalam air berdampak terhadap ekosistem.
supraintensif
sistem budidaya supraintensif menghasilkan produktivitas paling tinggi. Dengan padat tebar yang berada pada level tertinggi, model ini adalah jawaban dari makin sempitnya lahan. sistem ini, tentu
menjadi andalan di dalam meningkatkan produksi. sistem aerasi, benih unggul, pakan terpilih, dan pengendalian hama, saling berkolaborasi dalam satu pengelolaan. Biasanya budidaya jenis ini sudah dilakukan oleh pembudidaya ikan skala industri.
Dukungan Pemerintah
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) senantiasa berkomitmen dalam membuka peluang kerja sama dan kran investasi tetap mengalir di sektor kelautan dan perikanan secara terpadu. Nilai perdagangan sektor kelautan perikanan pada tahun 2012 lalu, mencapai Us$ 3,85 miliar. Lalu pada tahun 2013 naik menjadi Us$ 4,19 miliar. Hal ini akan sejalan dengan dukungan kebijakan guna menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor baru, memfasilitasi mediasi dan promosi dan pengurangan hambatan bagi investor.Industri di sektor perikanan budidaya (akuakultur) kian strategis dan menjanjikan, karena memiliki keterkaitan dari hulu ke hilir sehingga dengan meningkatnya nilai investasi dapat menggerakkan
perekonomian daerah maupun nasional. salah satu upaya untuk mendorong peningkatan ekonomi perikanan budidaya adalah melalui kebijakan percepatan industrialisasi perikanan budidaya. Melalui kebijakan industrialisasi, pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya, pembangunan
infrastruktur, pengembangan sistem investasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan sumberdaya manusia.
Berkembangnya usaha perikanan budidaya di Indonesia telah
mendorong peningkatan produksi secara signifikan dari 4,7 ton di tahun 2009, menjadi 9,7 ton di tahun 2013, dan semakin meningkat di tahun-tahun berikutnya. salah satu yang mendorong berkembangnya usaha perikanan budidaya, selain dengan didorong oleh kebijakan
industrialisasi juga semakin meningkatnya investasi di bidang perikanan budidaya. Pada tahun 2013, investasi yang mendukung perikanan budidaya yang meliputi Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) baik itu usaha yang berbadan hukum maupun usaha yang belum berbadan hukum, yang merupakan milik perorangan
(pembudidaya) maupun perusahaan.
Merancang
Usaha Budidaya
Ikan
Cara Budidaya Ikan yang
Baik (CBIB)
Di tengah persaingan perdagangan dunia yang kian ketat, Indonesia mesti terus berbenah diri. Persaingan yang makin sengit yang terjadi di tingkat global maupun kawasan harus dimenangkan. Indonesia punya kesempatan dan potensi sangat baik dalam percaturan perdagangan dunia, apalagi sumber daya alam begitu melimpah, termasuk sumber daya perikanan.
Namun, pasar perikanan
dunia kini semakin selektif. Berbagai hambatan dilakukan oleh sejumlah negara untuk membentengi pasar domestik mereka dari serbuan produk impor. Kebijakan membendung impor lewat skema tarif atau non tarif seperti ini kerap disebut sebagai kebijakan restriktif. Sejumlah syarat dan sertifikasi yang ketat diterapkan agar sebuah produk bisa masuk ke pasar mereka.
Nah, di sinilah pentingnya industri perikanan di Indonesia memperkuat daya saing. selain kualitas, standarisasi, dan
harga murah, produk perikanan lokal harus memperhatikan kemanan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan. Indonesia adalah anggota WTO (Organisasi Perdagangan Dunia). Negeri ini juga masuk dalam perdagangan bebas AsEAN (AsEAN Economic Community) pada 2015. seluruh komponen daya saing tersebut penting untuk terus ditingkatkan untuk menjamin kepercayaan konsumen, baik di pasar perikanan dalam negeri, maupun pasar ekspor.
Itu sebabnya, penerapan
Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) menjadi sangat penting dalam geliat industri perikanan budidaya di Indonesia. Lewat CBIB dan CPIB, mutu produk perikanan nasional akan semakin terjamin. Karena pada dasarnya, kedua sistem budidaya ini merupakan sebuah konsep memelihara ikan yang bebas kontaminasi bahan kimia maupun biologi dan aman untuk dikonsumsi.
Yang juga penting, CBIB juga bakal membuat proses pemeliharaan ikan menjadi lebih efektif, efisien, memperkecil resiko kegagalan, meningkatkan kepercayaan pelangggan, dan menjamin keamanan produk ekspor yang ramah lingkungan. Aturan mengenai CBIB ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).
A-1. Ketentuan CBIB dan CPIB
Dalam pelaksanaan CBIB dan CPIB, setidaknya ada 4 aspek yang betul-betul
diperhatikan. Yakni aspek teknis, aspek manajemen, aspek keamanan pangan dan aspek lingkungan. Pertama, aspek teknis meliputi kelayakan lokasi dan sumber air, kelayakan fasilitas, proses produksi dan penerapan biosecurity. Lokasi harus bebas banjir dan bebas cemaran, sumber air
juga harus diperiksa laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat dan bakteri coliform. Fasilitas juga harus sesuai, diantaranya terdapat gudang pakan dan gudang peralatan yang layak dan sarana pengemasan.
sementara untuk proses produksi/ pemeliharaan mesti mengacu pada standard Nasional Indonesia (sNI) dari pemeliharaan sampai pengemasan. Benih ikan harus berasal dari unit pembenihan yang bersertifikasi CPIB, dibuktikan dengan surat Keterangan Asal (sKA) Benih Ikan. Induk Ikan juga harus berasal dari lembaga yang berwenang memproduksi Induk Ikan, dibuktikan dengan surat Keterangan Asal (sKA) Induk Ikan.
Adapun penerapan biosecurity adalah sebuah upaya agar tempat budidaya/ pembenihan tidak terkontaminasi zat-zat atau organisme berbahaya yang dapat mengganggu proses pemeliharaan. Diantaranya adalah dengan membuat pagar keliling, foot bath, sebelum memasuki ruang pembenihan, dan pencuci roda mobil/motor di pintu gerbang.
Kedua, aspek manajemen yang meliputi struktur organisasi dan manajemen serta pengolahan data untuk dokumentasi dan rekaman. Dokumentasi dalam hal ini adalah standard Operasional Prosedur (sOP) atau Instruksi Kerja, yang merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, yang dilengkapi dengan formulir isian untuk mengumpulkan data yang diperlukan selama proses pemeliharaan. Rekaman dalam hal ini adalah merupakan bukti obyektif untuk menunjukan efektivitas penerapan CBIB/CPIB. Contoh rekaman diantaranya adalah pembelian pakan, pengolahan kolam, data kematian, pemberian pakan, dan pemeriksaan kualitas air.
Ketiga, aspek keamanan pangan, merupakan sebuah ketentuan bahwa dalam memelihara ikan tidak boleh menggunakan obat-obatan/bahan kimia/biologi yang dilarang yang bisa menyebabkan residu termasuk antibiotik. Obat-obatan yang boleh digunakan adalah obat-obatan dan pakan yang sudah mendapat izin dan sertifikasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Apabila pembudidaya/pembenih menggunakan pakan buatan sendiri, maka pembudidaya harus bisa menjelasakan tentang bahan, formula serta proses produksi pakan tersebut dan juga memberikan sejumlah sampel pakan yang diproduksi untuk dianalisis di laboratorium.
Yang keempat, aspek lingkungan. Yakni sebuah jaminan bahwa kegiatan budidaya/pembenihan ikan kita tidak mencemari lingkungan sekitar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengendapkan air buangan dari proses budidaya/
pembenihan ikan kita dalam sebuah bak sebelum dibuang ke perairan umum.
A-2. Sertifikasi CBIB dan CPIB
Memang, hingga saat ini pembudidaya ikan belum sepenuhnya menerapkan CBIB dan CPIB. Akan tetapi, Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mendorong pelaku usaha budidaya/
pembenihan ikan untuk menerapkan CBIB dan CPIB. Bagi para pembudidaya/ pembenih yang serius melakukannya, disarankan untuk mengajukan sertifikasi CBIB dan CPIB pada unit usahanya. Untuk memperoleh sertifikat tersebut, tentu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut pastinya tidak jauh dari 4 aspek yang dijelaskan di atas.
Syarat sertifikasi CBIB, antara lain lokasi budidaya ikan bebas banjir dan cemaran, air tersedia sepanjang tahun dan tidak tercemar, menerapkan biosecurity, pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/ formula dan menyerahkan
sampel apabila menggunakan pakan buatan sendiri, benih memiliki surat Keterangan Asal (sKA), serta mempunyai standard Operasional Prosedur (sOP) dari pengolahan kolam, pengadaan benih, sampai dengan panen.
Syarat sertifikasi CPIB, antara lain surat keterangan dari desa, lokasi bebas banjir dan cemaran, air tersedia sepanjang tahun dan tidak tercemar (dibuktikan dengan hasil analisis laboratorium), fasilitas unit lengkap (ada gudang, tempat pengemasan), menerapkan biosecurity,
pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/formula dan menyerahkan sampel
apabila menggunakan pakan buatan sendiri, induk memiliki surat Keterangan Asal (sKA), mempunyai
standard Operasional Prosedur (sOP) dari pengolahan
kolam, pengadaan induk, pemeriksaan kesehatan ikan, emeriksaan kualitas air, sampai dengan panen dan pengemasan, mempunyai data rekaman selama proses produksi, dan didampingi satu orang bersertifikat Manager Pengendali Mutu (MPM) Perbenihan.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, slamet Soebjakto, meskipun Sertifikasi CBIB telah diakui oleh FAO dan lembaga sertifikasi Uni Eropa,
penyempurnaan tetap harus dilakukan setiap tahun dengan melakukan perbaikan pada sistem dan pelaksanaannya di lapangan. Perbaikan ini dilakukan untuk mencapai efektifitas dan peningkatan kredibilitas Sertifikasi CBIB. Pada 2013, sertifikasi CBIB yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP telah mencapai 7.100 unit. Tahun 2013, sertifikasi CBIB bisa dilakukan 15 provinsi, sementara tahun 2014 menjadi 20 provinsi, dan pada 2015 bisa dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia. Pencapaian ini merupakan wujud kerjasama dan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan juga menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan khususnya bidang perikanan budidaya dalam mendukung peningkatan kualitas produk perikanan budidaya. Pelimpahan
sebagian kewenangan dalam sertifikasi CBIB kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi terbukti merupakan strategi yang tepat dalam percepatan penerapan CBIB dan sekaligus sertifikasinya. Penerapan dan sertifikasi CBIB merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing produk budidaya, dalam hal jaminan keamanan pangan dan kualitas, serta perwujudan perikanan budidaya yang bertanggung jawab.
segmentasi Pasar
Hal paling penting dalam persiapan memulai usaha budidaya ikan adalah
menentukan segmentasi pasar. Pada umumnya, komoditas perikanan, baik itu ikan air tawar, air payau, air laut maupun ikan hias terbagi dalam dua segmen besar. Yakni, usaha pembenihan dan pembesaran. Beberapa jenis ikan, misalnya ikan gurame, pembenihan sendiri terbagi kepada beragam subsegmen berdasarkan ukuran, antara lain ukuran telor, ukuran kuku sampai ukuran korek. sementara untuk pembesaran, terbagi lagi dalam ukuran bungkus rokok sampai ukuran daging atau konsumsi.
Penentuan segmentasi ini penting dilakukan agar produk membidik pasar pasca panen. segmentasi usaha tersebut juga penting dalam rangka menentukan skala usaha dan sarana yang bakal dipakai. Apalagi, rantai bisnis perikanan sudah relatif mapan, sehingga produk perikanan di setiap segmen pada hakikatnya adalah estafet dari yang lain. Para pembudidaya yang fokus pada pembenihan bakal membidik pasar pembesaran benih atau pembesaran dalam ukuran konsumsi, dan demikian seterusnya. Pemilihan segmen usaha biasanya tidak lepas dari lahan, sarana, dan teknologi yang akan diterapkan dalam usaha tersebut.
Namun, pada pembudidaya
ikan yang memiliki modal lebih besar, tidak sedikit yang menerapkan usaha dari hulu sampai hilir. Artinya, mereka membudidayakan benih sampai dengan pembesaran. Produk akhirnya adalah ikan konsumsi yang siap jual di pasaran. sebaliknya, para pembudidaya dengan modal kecil dengan lahan terbatas, biasanya memilih salah satu segmen saja dalam menjalankan usahanya. Pemilihan salah satu segmen ini bakal membuat perputaran bisnis lebih cepat. Beberapa jenis ikan memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Ikan air tawar seperti gurame memiliki tingkat pertumbuhan lebih lambat dibanding misalnya ikan lele.
Pemilihan jenis ikan sebagai bagian dari penentuan segmentasi perlu ditentukan secara detail berdasarkan kecocokan lokasi dan investasi yang akan dilakukan.
Di samping itu, segmentasi bisnis perikanan budidaya ini terkait erat dengan lokasi atau daerah yang bakal dipilih sebagai tempat memelihara ikan. Kebutuhan pasar produk perikanan akan sangat berbeda antar daerah. Karena setiap daerah memiliki keunggulan jenis ikan tertentu sehingga harus disesuaikan dengan segmentasi pasar yang ada di wilayah tersebut. Termasuk kalau melihat pasar ekspor, setiap negara tujuan memiliki segmentasi tertentu yang lebih detail. Itu sebabnya, penentuan segmentasi pasar, baik untuk pasar domestik maupun ekspor, mesti
dikalkulasi secara mendalam sehingga investasi yang bakal digelontorkan lebih efektif dan tepat sasaran.
segmentasi bisnis
perikanan budidaya
terkait erat dengan
lokasi atau daerah
yang bakal dipilih
sebagai tempat
memelihara ikan
Lahan, sarana dan
Prasarana
Lahan menjadi modal usaha penting dalam usaha budidaya ikan. Calon investor mesti mengukur kemampuannya dalam menyediakan lahan. Lahan bisa milik sendiri, sewa atau sistem lainnya. Luasan lahan yang dimiliki atau disewa juga harus benar-benar dihitung matang karena terkait dengan volume produksi yang ingin dicapai. Lahan budidaya, sempit atau luas, tergantung dari seberapa besar keinginan investor dalam menghasilkan kapasitas produksi.
seiring dengan
perkembangan teknologi budidaya, para pelaku usaha perikanan semakin efisien untuk urusan penyediaan lahan. Dengan lahan sempit sekalipun, misalnya di pekarangan rumah, para pembudidaya skala kecil bisa menjalankan usahanya. Beragam sarana budidaya lain juga terkait dengan
penyediaan lahan ini. Apakah, misalnya, akan menggunakan kolam tanah, kolam tembok, kolam terpal atau akuarium. sarana penunjang produksi sangat perlu untuk diperhatikan. Mulai dari gudang tempat pakan, jaring hapa, serokan
ikan, bak penampung, sampai dengan blower dan pompa air.
Penyediaan lahan dan sarana yang lengkap tentu tidak boleh melupakan lingkungan. Artinya, pasokan air, tingkat pencemaran, dan persoalan banjir. Pasokan air yang sehat dan kontinu perlu diperhatikan. Daerah yang banyak limbah dan pencemaran harus dihindari. sudah pasti, apabila tempat budidaya tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan, akan sangat berpengaruh pada kesehatan ikan dan pertumbuhannya. Optimalisasi produksi mustahil dilakukan
di tempat yang memang bermasalah dalam syarat kelayakan berbudidaya ikan.
Teknologi Budidaya
secara sederhana, teknik budidaya terbagi dalam dua kategori besar. Yaitu teknik budidaya konvensional dan inkonvensional. Teknik pertama dilakukan secara tradisional sementara teknik kedua menggunakan rekayasa teknologi. Teknik konvensional bisa memacu produksi dengan beragam pemulian. Teknik hibidrasi atau seleksi pada varietas ikan biasa diterapkan dalam sistem konvensional dalam memacu produktivitas. sementara pada teknik inkonvensional menggunakan cara transgenik atau
elektroporasi yang merekayasa hormon untuk memacu
produksi.
Penerapan beragam teknik ini mengacu pada sistem budidaya yang bakal dipakai. sistem tradisional, tradisional plus, semi intensif, intensif, dan supraintensif memiliki teknik yang berbeda. semuanya berdasarkan pengetahuan dan ketersediaan sarana-prasarana. seluruh teknik juga memiliki keunggulan dan kekuarangan masing-masing. Namun yang pasti, semakin tinggi teknologi yang dipakai dengan pakan ikan yang berkualitas dan ramah lingkungan, produktivitas yang dihasilkan bakal semakin baik.
Induk dan Benih Unggul
Induk dan benih unggul merupakan kebutuhan utama dalam suatu proses produksi perikanan budidaya. Itu sebabnya, para pembudidaya harus benar-benar memastikan penggunaan induk dan benih unggul. Tanpa penggunaan bibit dan induk unggul, produktivitas hasil budidaya tidak akan optimal. Toh, pemerintah, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan terus membangun dan mengembangkan Broodstock Center (NBC) dan Regional Broodstock Center (RBC) di beberapa wilayah untuk mendorong penggunaan induk dan benih unggul dalam jumlah dan kualitas memadai.
Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya telah menggalakkan gerakan Penggunaan Induk Unggul (gaul). Benih dan induk unggul sejauh ini turut berperan di dalam upaya pemerintah mengatrol produksi perikanan budidaya seperti komoditas lele, nila, udang vaname dan kerapu. Benih unggul ini juga diterapkan pada industrialisasi budidaya ikan patin, gurame, udang windu dan yang lainnya. Para pembudidaya dapat memperoleh induk dan benih unggul ikan di kawasan perbenihan baik payau, laut maupun air tawar. Para pembudidaya bisa memperoleh benih dan induk unggul antara lain di balai-balai benih yang tergabung dalam Jejaring Perbenihan Perikanan Nasional.
Perkembangan sektor perbenihan yang diikuti dengan vaksinasi Ikan (gervikan) akan membebaskan benih dari serangan penyakit. Pasalnya, kekebalan terhadap penyakit dapat diturunkan dari induk kepada benih yang dihasilkannya. Lalu untuk lebih meningkatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut vaksinasi juga
dilakukan terhadap benih sebelum atau setelah ditebar. Dengan demikian benih dan induk unggul akan benar-benar bisa berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang meyakinkan. Pada gilirannya,
produktivitas perikanan budidaya di seluruh segmen dapat meningkat secara signifikan.
Hama dan Penyakit Ikan
Penyakit dan hama sangat penting diketahui dan terus didalami oleh para pembudidaya ikan. sebabnya kegagalan mengancam di depan mata kalau para pelaku usaha di sektor ini tidak mampu mencegah dan mengobati penyakit yang menyerang ikan peliharaannya. Kerugian ekonomis jelas begitu kentara
kegagalan
mengancam
di depan mata
kalau para
pelaku usaha
di sektor ini
tidak mampu
mencegah
dan mengobati
penyakit yang
menyerang ikan
peliharaannya
apabila penanganan penyakit dan pencegahannya tidak dilakukan dengan tepat.
Hama dan penyakit dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat, bahkan mengalami kekerdilan. Pada tahap tertentu, penyakit ikan dapat membuat kegagalan panen. Bukan hanya persoalan pertumbuhan yang lambat, kematian massal ikan juga mengancam di depan mata. Akibatnya produktivitas yang dihasilkan tidak sesuai rencana, biaya produksi yang dikeluarkan pun bakal menguap. Kerugian besar harus ditanggung pambudidaya.
Maka dari itu, para pelaku
bisnis perikanan budidaya wajib memiliki bekal pengetahuan tentang gangguan hama dan penyakit. Mulai dari jenis penyakit apa saja yang kerap menyerang budidaya ikan, sumber penyakit, penyebab wabah, hingga teknik penanggulangannya. sekali lagi, karena serangan penyakit dapat menimbulkan kerugian ekonomis, bahkan mengagalkan hasil panen, maka para akuakulturis dan calon akuakulturis perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penanggulangan hama dan penyakit.
Untuk penanggulangan penyakit ikan jangka pendek
(short duration) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Metode Perendaman (perendaman dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik) dan Metode Pembilasan (pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air).
sementara untuk penanggulangan jangka panjang dilakukan dengan Metode Pemandian
(pengobatan dengan cara
pemandian dilakukan sekitar 1 jam) dan Perlakuan Dengan Aliran Air Tetap (metode ini diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar 1 jam).
Metode penanggulangan penyakit lain adalah metode jangka waktu tak terbatas yang umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan hilang dengan sendirinya.
Ada juga metode
penyemprotan. Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan
penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang efektif. selain itu, metode penyuntikan yang biasanya untuk ikan-ikan yang berukuran besar atau induk-induk ikan. Metode lainnya, pengobatan melalui makanan. Apabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui
makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan makanan (sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.
daripada mengobati, selain lebih ekonomis karena terhindar dari kerugian yang besar akibat kematian massal ikan. Paling tidak ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit. Pertama, melakukan persiapan lahan yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan. Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Kedua menjaga kualitas air pada saat pemeliharaan. untuk itu dapat dilakukan treatment probiotik secara teratur 0,3 ppm setiap hari. Probiotik akan mendegradasikan bahan organik, menguraikan gas beracun dan menekan pertumbuhan bakteri
merugikan penyebab timbulnya bakteri. Ketiga meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekebalan non spesifik dengan aplikasi imunostimulant secara teratur seperti vitamin, glukan, dan pemberian probiotik.
Kompetensi sDM
Peran sumber Daya Manusia (sDM) menjadi semakin penting di dalam pengembangan perikanan budidaya. semakin tumbuh sektor ini, semakin besar pula sDM yang dibutuhkan di setiap level produksi. Hanya saja di perikanan budidaya ada kemampuan atau skill yang harus disesuaikan dengan komoditas perikanan tertentu, mengingat jumlah komoditas perikanan budidaya sangat banyak. Ke depan, tenaga
kerja biasa dan tenaga ahli yang mengawal teknologi harus lebih mengarah pada spesifikasi komiditas perikanan yang dibutuhkan.
Kompetensi sDM, mulai dari pembudidaya, karyawan, tenaga ahli semakin
dibutuhkan, kaitannya dengan peningkatan produksi dan kualitas. Kegiatan pembenihan maupun pembesaran ikan harus ditangani oleh mereka yang punya keahlian khusus. Karena proses produksi ikan memerlukan perlakuan spesial hampir 24 jam penuh dalam sehari. Pekerjaan yang harus dilakukan antara lain pemberian pakan, pemantauan kualitas air, oksigen, dan tindakan-tindakan emergensi jika diperlukan.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan bervariasi, tergantung skala usaha dan sistem budidaya masing-masing. Namun, agar usaha dapat berjalan maksimal, tidak boleh salah memilih karyawan. Keterampilan, keahlian,
profesionalitas, kejujuran, adalah empat hal pokok yang menjadi syarat keterlibatan seseorang dalam usaha budidaya. Pembagian kerja pun harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja agar target yang diinginkan sesuai harapan.
Badan Usaha
Hingga saat ini, tidak semua usaha kecil wajib memiliki izin
usaha dalam menjalankan bisnisnya. Jika usaha sudah skala besar, para pembudidaya harus memiliki badan usaha. Kepemilikan izin usaha budidaya ini penting untuk pembinaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan usahanya. Badan usaha juga penting kaitannya dengan ketertiban usaha, keamanan produk, dan peningkatan daya saing.
Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mendorong para pembudidaya untuk memiliki badan usaha atau badan hukum. Dorongan ini terkait dengan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi AsEAN (MEA) di 2015. Pada pagelaran MEA 2015 banyak investor asing yang masuk di sektor perikanan terutama budidaya. Oleh karenanya untuk meningkatkan
daya saing para pembudidaya harus berbadan hukum, karena jika tidak akan kalah bersaing dengan investor asing karena memiliki modal yang lebih besar.
Dengan memiliki badan usaha, para pembudidaya tidak hanya fokus untuk mengembangkan produksi, teknologi, dan penanggulangan penyakit. Namun, dengan berbadan hukum, mereka juga akan fokus pada sisi bisnis. Jika sudah berbadan hukum, maka banyak keuntungan yang bakal diperoleh oleh para pembudidaya dan petambak, salah satunya dari sisi permodalan. Karena akan lebih mudah kerjasama dengan perbankan, dengan permodalan yang kuat sehingga akan semakin
kompetitif dengan pengusaha asing.
Bisnis perikanan budidaya sangat kompleks, baik perikanan konsumsi maupun non konsumsi (ikan hias), dan semuanya mempunyai potensi yang sangat luar biasa. Potensi ini jangan sampai jatuh pada pengusaha asing, tapi bisa dinikmati oleh pengusaha lokal.
Investor asing juga sudah ada yang masuk di sektor budidaya ikan, apalagi di pasar bebas MEA pasti serbuannya akan lebih banyak lagi. Dengan berbadan hukum, pengusaha lokal bisa mendominasi bisnis ini lebih dari 60%. Dengan begitu, kekayaan dan potensi sumber daya perikanan bisa dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat lokal.
Aqua Cards
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah merilis Aqua Cards, kartu untuk para pembudidaya, pembenih ikan, dan teknisi. Aqua Cards dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing para pelaku usaha budidaya ikan, terutama untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi AsEAN (MEA) tahun 2015. Pada praktiknya, Aqua Cards dimaksudkan untuk pengawasan, pengendalian, dan peningkatan
efisiensi usaha budidaya dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing. Kartu untuk para pembudidaya ikan ini akan memudahkan pemerintah melakukan pengendalian, pemantauan evaluasi. Aqua Cards adalah kartu pengendali teknis, pengendali mutu dan juga pencatat data. Jadi bisa berfungsi kontrol kualitas produk perikanan budidaya.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, ada tiga macam Aqua Cards. Pertama, Aqua Cards B untuk pembudidaya ikan. Kedua, Aqua Cards H untuk pembenih ikan. Ketiga, Aqua Cards T untuk teknisi budidaya. Kartu ini akan berisi data-data teknis pembudidaya, pembenih dan teknisi. Data-data itu tersimpan
rapi dalam database. Database yang ada dapat digunakan untuk memantau kondisi usaha pembudidaya pemegang kartu, baik status sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) maupun Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), hasil panen, penyakit, dan data teknis.
Adapun keuntungan dari adanya Aqua Cards bagi pembudidaya adalah produk yang dihasikan sudah terjamin mutunya sehingga memudahkan untuk kegiatan ekspor, dan negara tujuan ekspor juga tidak ragu lagi dengan produknya karena sudah dapat melihat rekam jejak proses produksi. selain itu juga, dalam jangka
panjang pemilik Aqua Cards akan lebih mudah dalam mengakses permodalan. Karena perbankan dalam memberikan pinjaman hanya melihat keberhasilan dan kesuksesan dari data yang terekam di Aqua Cards. Ketelusuran produk perikanan budidaya juga akan lebih mudah dilakukan melalui database di kartu ini.
Komoditas Unggulan
Lembar berikutnya adalah analisis usaha budidaya ikan beragam jenis yang merupakan komoditas unggulan, mulai dari komoditas ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air laut. Analisis berikut mengupas tuntas hitung-hitungan bisnis tiga segmen penting yaitu pembenihan, pendederan dan pembesaran.
Analisis Usaha
Komoditas Ikan
Air Tawar
Ikan gurame
Ikan gurame merupakan ikan asli Indonesia dan termasuk ke dalam famili Anabantidae. Ikan ini dipandang sebagai salah satu ikan bergengsi dan biasanya disajikan pada acara-acara yang dianggap penting. Di Indonesia,
teknologi budidaya ikan gurame sudah sangat dikuasai oleh masyarakat baik pada tahap pembenihan maupun pembesarannya. gurame merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat namun harganya relatif meningkat setiap saat. Ikan gurame dijual dalam keadaan hidup dan segar. Harga ikan gurame akan lebih tinggi jika dijual dalam keadaan hidup. Untuk diversifikasi produk, ikan gurame dibuat dalam bentuk fillet.
Pembenihan gurame
Usaha Unit Pembenihan Rakyat (UPR) ikan gurame dengan 4 unit kolam memerlukan modal tetap awal sebesar Rp. 4.350.000, komponen modal tetap disusutkan selama 1 tahun dan waktu usaha adalah 2 tahun. Modal kerja untuk UPR ikan gurame meliputi pembelian pakan induk, pakan larva, pakan benih, obat-obatan dan vitamin, bahan kimia, listrik, bahan bakar, panen dan tenaga kerja.
Modal tetap dan modal kerja usaha pembenihan gurame sebesar Rp. 8.963.400, masing-masing untuk modal tetap sebesar Rp. 4.350.000, dan modal kerja sebesar Rp. 4.613.400. Modal tetap dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka waktu pengembalian selama 2 tahun dan tingkat suku bunga 16%.
Perhitungan hasil diperoleh dari penjualan benih ikan gurame dari UPR ikan gurame, dengan ukuran 3 cm dengan jumlah produksi per siklus 42.000 ekor, harga jual per ekor Rp. 200, maka diperoleh pendapatan sebesar Rp 8.400.000, per siklus atau Rp. 33.600.000 per tahun (4 siklus).
Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan proyeksi laba-rugi usaha UPR ikan
gurame dengan menggunakan sebanyak 4 unit kolam dengan 20 ekor induk. Pada tahun
gurame ini menguntungkan dikarenakan pada diskon 20% per tahun net B/C ratio sebesar 2,58 (> 1), PBP 0,78tahun dan NPv sebesar Rp. 14.165.153 (> 0). sedangkan nilai IRR 139,53%
(> diskon rata-rata) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga
sebesar 139,53% per tahun.
sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh modal tetap/PBP (usaha) adalah + 0,71tahun (0,71 tahun=empat siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian modal tetap lebih kecil dari periode usaha yaitu 2 tahun. pertama UPR ikan gurame
telah mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 10.462.372, dengan profit margin sebesar 31%.
Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan gurame
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, UPR
Pendederan gurame
Dalam usaha pendederan ikan gurame dengan 2 unit kolam memerlukan modal tetap awal sebesar Rp. 800.000, komponen modal tetap
disusutkan selama 1 tahun. Modal kerja untuk usaha pendederan ikan gurame meliputi pengadaan benih tebar, pakan benih, obat-obatan dan vitamin, bahan kimia, listrik, bahan bakar, panen dan tenaga kerja.
Kebutuhan dana untuk budidaya gurame meliputi
panen 5 kali, hasilnya Rp. 38.400.000 per siklus atau Rp.192.000.000 per tahun. Pada tahun pertama usaha pendederan ikan gurame telah mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 49.533.560, dengan profit margin sebesar 26%.
Analisis Kelayakan Usaha
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, pendederan gurame ini menguntungkan dikarenakan pada diskon 20% per tahun net B/C ratio sebesar 1,56 (> modal tetap dan modal kerja.
Dana yang dibutuhkan untuk modal tetap dan modal kerja awal sebesar Rp. 28.495.000, masing-masing untuk modal tetap sebesar Rp. 800.000, dan modal kerja Rp. 27.695.000. Modal tetap dan modal kerja akan dipenuhi dari kredit jangka waktu pengembalian selama 1 tahun dan tingkat suku bunga 16%.
Perhitungan hasil
pendapatan diperoleh dari jumlah produksi sebesar 64.000 ekor per periode dengan harga jual Rp. 600, dan frekuensi
1), PBP 0,64tahun dan NPv sebesar Rp. 16.091.325, (> 0). sedangkan nilai IRR 87,84% (> diskon rata-rata) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 87,84% per tahun. sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh Modal tetap/PBP (usaha) adalah + 0,64tahun (0,64 tahun=empat siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian modal tetap lebih kecil dari periode usaha yaitu 1 tahun.
Pembesaran gurame
Usaha pembesaran ikan gurame dengan 2 unit kolam memerlukan modal tetap awal sebesar Rp. 2.300.000, komponen Modal tetap disusutkan selama 3 tahun dan waktu usaha adalah 3 tahun. Modal kerja untuk usaha pembesaran ikan gurame meliputi pembelian benih, pakan, tenaga kerja, dan persiapan kolam.
Kebutuhan dana untuk budidaya gurame meliputi modal tetap dan modal kerja. Dana yang dibutuhkan untuk modal tetap dan modal kerja awal sebesar Rp 64.320.000,
Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran gurame
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, pembesaran gurame ini menguntungkan dikarenakan pada diskon 20% per tahun net B/C ratio sebesar 1,30 (> 1), PBP 2,3tahun dan NPv sebesar Rp. 19.414.560, (> 0). sedangkan nilai IRR 38,60% (> diskon rata-rata) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 38,60%
per tahun. sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh Modal tetap/ PBP (usaha) adalah + 2,30tahun (2,3 tahun=lima siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian modal tetap lebih kecil dari periode usaha yaitu 3 tahun.
masing-masing untuk modal tetap sebesar Rp. 2.300.000, dan biaya operasional Rp. 62.020.000,. Modal tetap dan modal kerja akan dipenuhi dari kredit jangka waktu pengembalian selama 3 tahun dan tingkat suku bunga 16%.
Perhitungan hasil diperoleh dari jumlah produksi sebesar 12.600 kg per periode, harga jual Rp. 13.000, diperoleh hasil Rp. 81.900.000 per siklus atau Rp.163.800.000 per tahun. Pada tahun pertama Pembesaran Ikan gurame telah mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp.37.292.053, dengan profit margin sebesar 23,68%.
Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Teknologi budidayanya sudah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Ikan nila dapat dipelihara di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras, perairan umum baik sungai, danau maupun waduk dan tambak. Jenis ikan nila yang telah berkembang di masyarakat adalah nila hitam dan nila merah. sedangkan dalam rangka perbaikan genetik, jenis yang telah berhasil dikembangkan adalah nila gesit, nila jica, nila larasati, nila best, nila nirwana, nila jatimbulan. Peluang pasar ikan nila cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Oleh karena itu upaya pengembangan usaha budidaya nila masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
Pembenihan Nila
Unit Pembenihan Rakyat (UPR) ikan nila dengan 4 unit kolam memerlukan modal tetap sebesar Rp. 5.100.000. Komponen modal tetap disusutkan selama 1 tahun dan waktu usaha adalah 1 tahun. Modal kerja untuk usaha UPR ikan nila meliputi pembelian pakan induk, pakan larva/ benih, obat-obatan dan vitamin, bahan kimia, listrik, bahan bakar, panen dan
tenaga kerja. Modal tetap dan modal kerja usaha pembenihan nila sebesar Rp. 10.027.760 masing-masing untuk modal tetap sebesar Rp. 5.100.000 dan modal kerja sebesar Rp. 4.927.760. Modal tetap dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka waktu pengembalian selama 1 tahun dan tingkat suku bunga 16%.
Perhitungan hasil
pendapatan diperoleh dari penjualan benih ikan nila
dengan harga jual per ekor Rp. 60 dan jumlah produksi benih per periode 105.840 ekor. siklus usaha sebanyak 6 kali per tahun, sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 6.350.400 per siklus atau Rp. 38.102.400 per tahun. Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan proyeksi laba-rugi usaha UPR ikan nila. Pada tahun pertama usaha unit pembenihan ikan nila telah mampu menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 2.312.731dengan profit margin sebesar 6%.
Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Nila
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, pembenihan ikan nila ini menguntungkan dikarenakan pada faktor diskon 20% per tahun net B/C ratio sebesar 1,53 (> 1), PBP 0,65tahun dan NPv sebesar Rp. 5.292.243 (> 0). sedangkan nilai IRR 83,40% (> diskon rata-rata) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 83,40% per tahun. sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh Modal tetap/PBP (usaha) adalah + 0,65tahun (0,65 tahun=tiga siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian modal tetap lebih kecil dari periode usaha yaitu 1 tahun.
Pada tahun pertama
usaha unit pembenihan
ikan nila telah mampu
menghasilkan keuntungan
sebesar Rp. 2.312.731
dengan profit margin
sebesar 6%.
Pendederan Nila
Pendederan ikan nila dengan 4 unit kolam
memerlukan modal tetap pada tahun ke 0 sebesar Rp. 1.000.000 komponen Modal tetap
disusutkan selama 1 tahun dan waktu usaha adalah 1 tahun. Modal kerja untuk usaha pendederan ikan nila meliputi pembelian benih, pakan, obat-obatan dan vitamin, listrik, biaya panen dan tenaga kerja.
Modal tetap dan modal kerja usaha pendederan ikan nila sebesar Rp. 10.800.000 masing-masing untuk modal tetap sebesar Rp. 1.000.000 dan biaya operasional (modal kerja) sebesar Rp. 9.800.000. Modal tetap dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka waktu pengembalian
selama 3 tahun dan tingkat suku bunga 16%.
Perhitungan hasil
pendapatan diperoleh dari penjualan benih ikan nila dengan harga jual per ekor Rp. 165 dan jumlah produksi per periode 80.000 ekor. siklus usaha sebanyak 6 kali per tahun, sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 13.200.000 per siklus atau Rp. 79.200.000 per tahun.
Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan proyeksi laba-rugi usaha pendederan ikan nila. Pada tahun pertama usaha pendederan ikan nila telah mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp.
18.190.000dengan profit margin sebesar 23%.
Analisis Kelayakan Usaha Pendederan Nila
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, pendederan ikan nila ini menguntungkan dikarenakan pada faktor diskon 20% per tahun net B/C ratio sebesar 1,10 (> 1), PBP 0,64tahun dan NPv sebesar Rp. 6.193.200 (> 0). sedangkan nilai IRR 88,89%
(> diskon rata-rata) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 88,89% per tahun. sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh Modal tetap/PBP (usaha) adalah + 0,64tahun (0,64 tahun=tiga siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian modal tetap lebih kecil dari periode usaha yaitu 1 tahun.
Pembesaran Nila
Pembesaran ikan nila
dengan 3 unit KJA memerlukan modal tetap awal sebesar Rp. 38.350.000 komponen Modal tetap disusutkan selama 3 tahun dan waktu usaha adalah 3 tahun. Modal kerja untuk pembesaran ikan nila di KJA meliputi pembelian benih, pakan, dan tenaga kerja.
Modal tetap dan modal kerja usaha budidaya nila di KJA sebesar Rp. 91.187.600, masing-masing untuk modal tetap sebesar Rp. 38.350.000 dan biaya operasional sebesar Rp. 52.837.600. Modal tetap dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka waktu pengembalian selama 3 tahun dan tingkat suku bunga 16%.
Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Nila
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, pembesaran ikan nila di KJA ini menguntungkan dikarenakan pada faktor diskon 20% per tahun net B/C ratio sebesar 1,58 (> 1), PBP 1,90tahun dan NPv sebesar Rp. 52.625.243 (> 0). sedangkan nilai IRR 54,63% (> diskon rata-rata) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 54,63%
per tahun. sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh modal tetap/ PBP (usaha) adalah + 1,90tahun (1,9 tahun=enam siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian modal tetap lebih kecil dari periode usaha yaitu 3 tahun.
Perhitungan hasil
pendapatan diperoleh dari penjualan benih ikan nila dengan harga jual per kilo Rp. 12.500 dan jumlah produksi per periode 6.048 kg. siklus usaha sebanyak 3 kali per tahun, sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 75.600.000 per siklus atau Rp. 226.800.000 per tahun.
Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan proyeksi laba-rugi usaha pembesaran ikan nila di KJA. Pertama pembesaran ikan nila di KJA telah mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp.
63.036.330dengan profit margin sebesar 31.27%.