• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN SANGA-SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN SANGA-SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2021

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA

HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN SANGA-SANGA

KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Yosua Apriyadi1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara, apakah pelaksanaan PKH selama ini telah sesuai dengan indikator efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas, serta ketepatan PKH. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi, serta melalui data yang diberikan oleh pihak terkait. Narasumber dari penelitian ini ada sebanyak 12 (dua belas) orang yang terdiri dari Koordinator PKH tingkat Kabupaten, Pendamping PKH, serta Keluarga Penerima manfaat (KPM) PKH. Analisis data yang dilakukan adalah dengan cara pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara pada umumnya telah berjalan dengan baik. Pada indikator efektivitas dari Program Keluarga Harapan telah berjalan dengan cukup baik meskipun ada sedikit kendala dalam pelaksanaannya. Lalu pada indikator efisiensi program ini sudah berjalan cukup efisien walaupun terkadang juga masih ada sedikit kendala. Selanjutnya dari indikator kecukupan, program ini cukup membantu mengatasi permasalahan kemiskinan namun belum sepenuhnya tercukupi. Kemudian dari indikator pemerataan, program ini telah berjalan dengan merata namun masih terdapat sedikit kendala. Dari responsivitasnya, program ini mendapat respon yang baik masyarakat. Dan dilihat dari indikator ketepatan, program PKH ini sudah sangat tepat dan bermanfaat bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Kata Kunci : Evaluasi, Program Keluarga Harapan

Pendahuluan

Negara bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota

(2)

keluarganya yang dijalankan melalui program-program jaminan sosial. Berikut program-program tersebut : Program Keluarga Harapan (PKH), Rastra (bantuan pangan non-tunai), Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, Bantuan Operasional Sekolah, Kredit Usaha Rakyat, dll.

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Program Keluarga Harapan merupakan program pemerintah yang dalam pelaksanaannya melibatkan kementerian dan dinas-dinas yang terkait. Kementerian Sosial ditetapkan dan ditugaskan sebagai koordinator pelaksanaan PKH, serta bekerjasama dengan Dinas Pendididikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, Dinas Komunikasi dan Informatika, serta Badan Pusat Statistik (BPS) dan ada beberapa mitra kerja lainnya.

Secara khusus, tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan peserta PKH, meningkatkan taraf pendidikan peserta PKH, serta meningkatkan status kesehatan dan gizi peserta PKH. Sasaran dari program ini adalah Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang memenuhi kriteria kepesertaan program dan mampu memenuhi kewajibannya. Keluarga penerima program dibagi menjadi tiga syarat komponen yaitu, komponen kesehatan (Ibu hamil atau nifas, anak balita, dan anak pra-sekolah/belum masuk pendidikan dasar atau berusia 5-7 tahun) diberi bantuan senilai Rp. 2.400.000/tahun, komponen pendidikan (anak sekolah SD/sederajat

diberi Rp. 900.000/tahun, anak sekolah SMP/sederajat diberi Rp.

1.500.000/tahun, dan anak sekolah SMA/sederajat diberi Rp. 2.000.000/tahun), serta komponen kesejahteraan sosial yaitu penyandang disabilitas dan lanjut usia mulai 70 tahun diberi Rp. 2.400.000/tahun. Selain itu, KPM juga menerima program bantuan komplementer yang terdiri dari Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra), Jaminan Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Indonesia Pintar (PIP), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu), Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut), Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB), Sertifikat Kepemilikan Tanah (Badan Pertanahan Nasional), dan bantuan sosial lainnya.

Program PKH dimulai sejak tahun 2007. Pada awal

penyelenggaraannya PKH hanya dijalankan di 7 Provinsi (DKI Jakarta, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur), Pada tahun 2011, PKH dikembangkan lagi di 25 Provinsi. Pada tahun 2011 PKH pertama kali diterapkan di Kalimatan Timur, dan pada saat itu daerah yang mendapatkan Program Keluarga Harapan hanya Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Barat. Dan di tahun 2013, 14 kabupaten dan kota se-Kaltim menerima dana bantuan Program Keluarga Harapan.

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten yang memperoleh bantuan PKH, Kecamatan Sanga-Sanga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang sejak tahun 2013 hingga

(3)

sekarang (tahun 2021) melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakan di Kecamatan Sanga-Sanga mulai tahun 2013 sampai sekarang (tahun 2021). Dalam pelaksanaannya tidaklah berjalan dengan mulus, pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga masih terdapat kendala dan prosedur yang tidak sesuai dengan indikator keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH). Program PKH adalah program yang memiliki sasaran atau diperuntukan bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM), tetapi yang pada kenyataan di lapangannya, masih ada masyarakat yang hidupnya sudah layak atau masyarakat mampu, tetapi masih menerima bantuan PKH, Contoh kasus ada beberapa oknum Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kecamatan Sanga-Sanga yang melakukan segala cara agar mendapatkan bantuan ini padahal keluarga tersebut tidak dikategorikan sebagai keluarga miskin. selain itu dalam penggunaan bantuan PKH ditemukan juga oknum keluarga yang menggunakan bantuan PKH dengan tidak tepat sasaran (digunakan tidak untuk keperluan pendidikan ataupun kesehatan). Masalah lain yang terjadi yaitu dalam teknis pengambilan bantuan PKH oleh KPM yang hanya berada di satu titik saja yakni di pusat kecamatan, mengingat 5 kelurahan yang ada letak geografisnya tidaklah berdekatan sehingga membutuhkan biaya dalam proses pengambilan bantuan. Selain itu juga ada beberapa KPM merasa bahwa bantuan yang diberikan belum sepenuhnya cukup untuk kebutuhan sehari-harinya.

Rumusan Masalah

Berdasarakan pendahuluan yang telah dibahas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu Bagaimana evaluasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara? Tujuan Penelitian

Berdasarkan pendahuluan diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu “untuk mengetahui dan menggambarkan evaluasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara”.

Manfaat Penelitian

Berikut ini adalah manfaat atau kegunaan penelitian yang dapat dilihat secara teoritis maupun praktis :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan mengenai teori-teori apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman ataupun gambaran mengenai pelaksanaan Program Keluarga Harapan, sehingga dapat menjadi sarana untuk monitoring atau pemantauan dan sebagai alat evaluasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara.

(4)

Kerangka Dasar Teori

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan acuan dan keakuratan penulisan, peneliti mengacu pada penelitian yang terdahulu dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data-data dan melakukan penjabaran. Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai evaluasi Program Keluarga Harapan seperti yang telah diteliti oleh Nanda Nadilia Putri (2016) tentang “Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Lundo Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik”, Anis Gita Sari (2020) dengan judul “Evaluasi Program Keluarga Harapan Dalam Rangka Mengatasi Permasalahan Pendidikan dan Kesehatan di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang”, dan Arif Efendi A.S. (2018) tentang “Evaluasi Program Keluarga Harapan Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang”.

Kebijakan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Menurut Carl Friedrich (dalam Leo Agustino 2006:7) kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Dalam suatu kebijakan publik memiliki tahapan-tahapan agar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, menurut Budi Winarno (2012:35-37) tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan Agenda 2. Formulasi Kebijakan 3. Adopsi Kebijakan 4. Iplementasi Kebijakan 5. Evaluasi Kebijakan Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kebijakan dan program-program yang ditetapkan oleh suatu organisasi atau institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi negara, kebijakan tersebut dapat berupa undang-undang ataupun berupa peraturan-peraturan.

Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008:142) menyatakan bahwa ada enam faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumber daya

(5)

3. Karakteristik agen pelaksana

4. Sikap/ kecendrungan (disposition) para pelaksana 5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana 6. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak yang dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Yang berarti, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan juga diseluruh proses kebijakan, baik dari tahap perumusan masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, serta pada tahap dampak kebijakan.

Indikator Evaluasi Kebijakan

Dalam tahapan pelaksanaan evaluasi kebijakan publik menggunakan indikator atau kriteria-kriteria yang menjadi tolak ukur dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu kebijakan publik. William N. Dunn (2003:609) mengemukakan indikator evaluasi kebijakan adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas (Effectiveness)

Efektifitas dilihat dari apakah suatu alternatif (kebijakan) mencapai hasil yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektifitas yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya.

2. Efisiensi (Efficiency)

Efisiensi dilihat dari jumlah usaha yang diperlukan untuk meningkatkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dengan rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter.

3. Kecukupan (Adequacy)

Kecukupan dilihat dari seberapa jauh suatu tingkat efektifitas dapat memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

4. Pemerataan/Kesamaan (Equity)

Indikator ini erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada pemerataan (misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan. Kebijakan yang dirancang untuk mendistibusikan pendapatan, kesempatan pendidikan atau pelayanan publik kadang-kadang direkomendasikan atas dasar kriteria kesamaan.

(6)

5. Responsivitas (Responsiveness)

Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya – efektifitas, efisensi, kecukupan, kesamaan – masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

6. Ketepatan (Appropriateness)

Adalah kriteria ketepatan secara dekat yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan-tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan tersebut.

Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) dibidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Tujuan dari PKH yaitu:

1. Untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial;

2. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan;

3. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial;

4. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan; dan

5. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima Manfaat.

Besaran perhitungan bantuan perkomponen PKH terbagi menjadi:

1. Bantuan Tetap, kepada setiap keluarga yang diberikan pada tahap pertama: a. PKH Reguler setiap keluarga Rp 550.000/tahun

b. PKH Akses setiap keluarga Rp 1.000.000/tahun 2. Bantuan Komponen Setiap Jiwa

a. Ibu Hamil = Rp 2.400.000/tahun

b. Anak usia dini 0-6 tahun = Rp 2.400.000/ tahun c. SD/ sederajat = Rp 900.000/tahun

d. SMP/ sederajat = Rp 1.500.000/tahun e. SMA/ sederajat = Rp 2.000.000/tahun

f. Penyandang disabilitas berat = Rp 2.400.000/tahun g. Lansia 70 tahun ke atas = Rp 2.400.000/ tahun

Penyaluran bantuan dilakukan 4 tahap yaitu pada bulan Januari, April, Juli, Oktober.

(7)

Definisi Konsepsional

Konsep merupakan gambaran suatu fenomena yang dimana dipergunakan oleh seorang peneliti untuk meneliti suatu fenomena yang ada. Untuk itu perlu didefinisikan dengan jelas sehingga dapat dimengerti oleh pembaca nantinya. Definisi konsepsional dari penelitian ini adalah tentang evaluasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu penilaian hasil dari Program Keluarga Harapan (PKH) ini berdasarkan indikator evaluasi menurut teori William N Dunn (2003:609) yaitu : Efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan. Dengan dilihat dari ke-enam indikator ini, pelaksanaan Program Keluarga Harapan diharapkan nantinya dapat berjalan dengan baik demi terwujudnya tujuan dari program ini yakni yang terdapat dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan pada pasal 2.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dimana bersifat deskriptif yang artinya metode penelitian yang dilakukan memiliki tujuan utama yaitu membuat gambaran tentang deskripsi suatu fenomena atau kejadian-kejadian secara objektif.

Fokus Penelitian

Fokus Penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengetahui bagaimana evaluasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu:

Indikator evaluasi yang dapat memengaruhi hasil dari pelaksanaan PKH menurut William N Dunn (2003:609) :

Efektivitas,efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan. Sumber Data

1. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh melalui responden dengan cara melakukan sistem tanya jawab secara langsung kepada informan dan key informan sebagai sumber untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan informan adalah masyarakat penerima bantuan PKH sedangkan yang menjadi key informan yaitu koordinator kabupaten PKH, pendamping kelompok PKH serta kepala Dinas Sosial Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalu

laporan yang tersusun dalam arsip, seperti data-data yang mendukung penelitian baik dari buku-buku yang sudah dipublikasikan maupun belum. Serta mengambil data-data berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang berasal dari Dinas Sosial Kabupaten Kutai Kartanegara.

(8)

Teknik Pengumpulan Data

1. Tinjauan Pustaka (Library Research) 2. Penelitian Lapangan (Field Work Research)

a. Observasi, b. Wawancara, c. Penelitian dokumen Tenknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif deskriptif dengan model data interaktif yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014: 31-32) yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data 2. Kondensasi Data 3. Penyajian Data

4. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Hasil Penelitian dan Pembahasan

Efektivitas

Berdasarkan hasil penelitian, PKH telah berjalan dengan efektif yang berarti berjalan dengan baik dan berhasil serta telah sesuai dengan teori yang telah dinyatakan oleh William N. Dunn yang mengatakan bahwa efektifitas dilihat dari apakah suatu kebijakan mencapai hasil yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Namun dalam pelaksanaanya masih terdapat beberapa kendala yaitu seperti kurangnya Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam memperhatikan data kependudukan keluarga sehingga tidak bisa dilakukan pemutahiran data dan kendala lainnya yaitu dalam menyadarkan pola pikir orang itu susah, karena pada kenyataannya semakin banyak bantuan sosial, semakin banyak juga orang berbondong-bondong untuk mandapatkan bantuan.

Efisiensi

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh William N. Dunn yang menjelaskan bahwa efisiensi berkenaan dengan seberapa banyak usaha maupun biaya yang dikeluarkan guna efisiennya suatu kebijakan. Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) ini telah berjalan dengan efisien yang dimana tidak memerlukan banyak usaha maupun biaya yang dikeluarkan baik dari tim pelaksana PKH maupun Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH karena bantuan yang diberikan langsung dari pusat Kementerian Sosial kepada KPM yang ada melalui Kartu KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) yang disediakan dan dapat diambil di ATM Bank HIMBARA (Bank Mandiri, BRI, Bank BNI, dan Bank BTN) maupun di Agen BRILink terdekat dengan waktu yang telah ditentukan. Namun dalam pelaksanaannya terkadang masih ada kendala seperti kerusakan ataupun kehilangan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) pada Keluarga Penerima Manfaat.

(9)

Kecukupan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh William N. Dunn yang mengatakan bahwa kecukupan dari suatu kebijakan dilihat dari seberapa jauh suatu tingkat efektifitas dapat memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Namun dalam pelaksanaanya masih ada kendala, yaitu bantuan yang diberikan tidak sepenuhnya cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Pemerataan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh William N. Dunn yang menjelaskan bahwa pemerataan merupakan indikator yang berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial yang menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Namun dalam pelaksanaanya masih terdapat kendala seperti pada saat proses validasi data yang dilakukan oleh tim pelaksana PKH ada saja keluarga yang menuntut dia harus mendapatkan bantuan, padahal keluarga tersebut tidak tegolong dalam keluarga fakir miskin sesuai dengan Undang-Undang UU No. 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin, kemudian ada beberapa keluarga juga yang kurang mampu tetapi tidak mendapat bantuan PKH dikarenakan tidak memenuhi kriteria komponen yang berlaku.

Responsivitas

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah terlaksana sesuai dengan teori yang disampaikan oleh William N. Dunn yang mengatakan bahwa responsivitas dilihat dari seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu dan dengan dilihat dari bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kebijakan yang ada. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan KPM yang ada, dalam pelaksanaannya responsivitas dari KPM PKH sejauh ini cukup baik, mayoritas KPM yang ada cukup puas dengan adanya bantuan PKH ini, dan puas juga dengan pendampingan yang dilakukan oleh tim pelaksana PKH, kepuasan tersebut dapat dilihat dari antusias KPM dalam menjalankan kewajibannya, salah satunya selalu mengikuti Pertemuan Peningkatan Kapasitas Keluarga (P2K2). Namun ada beberapa KPM yang tidak menjalankan kewajibannya, untuk itu pendamping langsung memberikan teguran maupun nasihat kepada KPM.

Ketepatan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan teori yang disampaikan oleh William N. Dunn yang mengatakan bahwa ketepatan secara dekat yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Dalam pelaksanaannya Program

(10)

Keluarga harapan (PKH) sudah sangat tepat dan bermanfaat bagi Keluarga penerima Manfaat (KPM) yang berbeda-beda kriteria komponen hal ini dikarenakan adanya pengawasan dari pendamping PKH. Tidak ada kendala besar yang terjadi hanya keterlambatan dalam pencairan dana itupun hanya satu atau dua hari saja.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Efektivitas dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara telah berjalan dengan baik dan efektif dalam membantu meringankan beban masyarakat yang kurang mampu baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial. Namun dalam pelaksanaanya terdapat beberapa kendala yaitu seperti kurangnya KPM dalam memperhatikan data kependudukan keluarga dan susahnya dalam menyadarkan pola pikir masyarakat yang selalu bergantung pada bantuan. Saran untuk kedepannya kepada tim pelaksana PKH untuk lebih ditingkatkan lagi dalam proses sosialisasi tentang PKH sehingga KPM yang ada dapat lebih mengerti dan memahami PKH.

2. Efisiensi dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara berjalan dengan baik serta efisien, yang dimana tidak memerlukan banyak usaha maupun biaya yang dikeluarkan baik dari tim pelaksana PKH maupun Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Namun terkadang masih ada kendala seperti kerusakan ataupun kehilangan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) pada KPM. Saran untuk kedepannya kartu KKS yang merupakan sarana pengambilan bantuan PKH lebih ditingkatkan lagi kualitasnya agar tidak mudah rusak.

3. Kecukupan dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara sudah cukup baik dalam mengatasi permasalahan kemiskinan yang ada namun belum sepenuhnya cukup dalam memenuhi semua kebutuhan sehari-hari Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Saran untuk kedepannya bantuan dari PKH ini lebih ditingkatkan lagi sesuai dengan kebutuhan KPM dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

4. Pemerataan dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara telah berjalan secara merata dalam pemilihan KPM Namun masih terdapat kendala seperti pada saat proses validasi data yang dilakukan oleh tim pelaksana PKH ada saja keluarga yang menuntut dia harus mendapatkan bantuan, padahal keluarga tersebut tidak tegolong dalam keluarga miskin atau tidak memiliki kriteria komponen yang berlaku. Untuk kedepannya dalam proses validasi, dapat lebih ditingkatkan lagi ketegasannya agar yang mendapatkan bantuan PKH benar-benar keluarga yang membutuhkan atau tepat sasaran sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Responsivitas dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan

(11)

cukup memuaskan bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dapat dilihat dari antusiasnya KPM dalam menjalankan kewajibannya. Namun ada beberapa KPM juga yang tidak menjalankan kewajibannya dengan baik. Saran untuk kedepannya, kepada tim pelaksana PKH lebih tegas lagi dalam mengawasi KPM dalam menjalankan kewajibannya.

6. Ketepatan dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara sudah sangat tepat dan bermanfaat bagi Keluarga Penerima Manfaat yang berbeda-beda kriteria komponen karena tim pelaksana atau pendamping PKH selalu memutahirkan data jika ada perubahan kriteria KPM sehingga dapat membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di Kecamatan Sanga-Sanga. Untuk kedepannya, dalam memutahirkan data KPM ini dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi sehingga bantuan yang diberikan selalu tepat sasaran. Saran

Dari kesimpulan yang telah penulis paparkan di atas ada beberapa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Sanga-Sanga, untuk itu saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah : 1. Perlu adanya sosialisasi yang lebih dari tim pelaksana PKH, agar masyarakat

KPM PKH dapat lebih mengerti dan memahami bagaimana pentingnya data kependudukan, serta dapat menyadarkan diri agar tidak terlalu bergantung kepada bantuan.

2. Diharapkan kedepannya untuk Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai sarana pengambilan bantuan PKH dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga tidak mudah rusak.

3. Diharapkan untuk kedepannya pendamping PKH meningkatkan pengawasan dan menambah pemahaman kepada KPM agar bantuan yang diberikan dapat digunakan sesuai ketentuan PKH, baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan maupun kesehatan.

4. Diharapkan kedepannya kepada tim pelaksana PKH baik Koordinator maupun Pendamping PKH untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya lebih maksimal lagi seperti lebih tegas dan selektif lagi dalam proses validasi data masyarakat miskin agar bantuan yang diberikan sepenuhnya tepat sasaran, sehingga bantuan PKH ini kedepannya dapat berjalan lebih baik lagi.

5. Diharapkan untuk kedepannya kepada Pendamping PKH lebih ditingkatkan lagi pelayanannya sebagai pendamping dalam mendampingi KPM di Kecamatan Sanga-Sanga dalam menerima bantuan.

6. Diharapkan juga kepada tim pelaksana PKH untuk menambahkan Pendamping PKH di Kecamatan Sanga-Sanga agar dapat lebih maksimal lagi dalam mendampingi KPM yang ada, mengingat selama ini hanya ada satu orang saja yang mendampingi 226 KPM.

(12)

Daftar Pustaka

Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.

Dunn. N, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Terjemahan Samodra Wibawa, dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. KERTAS KERJA SMERU. 2016. Penetapan Kriteria dan Variabel Pendataan

Penduduk Miskin yang Komprehensif dalam Rangka Perlindungan Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota. Jakarta: Widjajanti Isdijoso Asep Suryahadi Akhmadi Editor Gunardi Handoko.

Lexy J. Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Miles, M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.

Ndraha, Taliziduhu. 1989. Konsep Administrasi dan Administrasi di

Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Supriatna, Tjahya.1997. Birokrasi, Pemberdayaan, dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung: Humaniora Utama Press.

Sulaeman, Affan. 1998. Public Policy-Kebijakan Pemerintah. Bandung : BKU Ilmu Pemerintahan Program Magister Ilmu-ilmu Sosial pada Institut Ilmu Pemerintahan Kerjasama UNPAD-IIP.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.

Dokumen :

Buku panduan Pelaksanaan program Keluarga Harapan Tahun 2019 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2013 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah.

Referensi

Dokumen terkait

Lebar efektif (We) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.1 dan untuk pendekat tanpa pulau lalulintas bagian kanan dari Gambar 3.1.... dalam

Program layanan ini merupakan bentuk perhatian Baznas Kota Bogor kepada masyarakat yang memerlukan sentuhan dan uluran tangan kita semua untuk pemenuhan tempat

Ependi Daulay, 201410115072, Tinjauan Yuridis Pemidanaan Terhadap Tindak Pidana Kekerasan oleh Guru Kepada Murid dalam Dunia Pendidikan (Studi Kasus Putusan No.

Patient with acute hepatitis who undergone surgery have an increased of operative risk with mortality rate 10-13%. 12 These increased risks are probably occur as a result of

Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit. Bila tubuh

Dari pengertian yang diungkapkan Bafadal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengadaan bahan-bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang dilakukan perpustakaan

Dari 12 progeni yang mempunyai jumlah cabang banyak, 11 progeni menunjukkan jumlah cabang lebih besar dari pada rata-rata kedua tetuanya dengan nilai heterobeltiosis antara

Penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh risiko sistematis dan faktor fundamental yang terdiri dari earning per share dan price earning rasio terhadap