48 COMPARATIVE ANALYSIS OF CORN FARMING OPINION
PARTNERSHIPS AND NON SYSTEM PARTNERSHIP Oleh :
Bambang Busairi* Ismudjiati**
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo sengaja dipilih lokasi ini karena pertimbangan, Terdapat Sample yang cukup untuk diteliti dan jarak lokasi penelitian dan tempat penelitian dekat .Sehingga dapat membantu kelancaran penelitian terutama dari segi waktu dan biaya.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaaan pendapatan dan efesiensi antara usahatani jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan Pada petani jagung yang melakukan penanaman jagung secara kemitraan dan Non Kemitraan .
Penelitian ini menggunakan metode survey pada petani jagung sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo jenis data yang digunakan data Primer dan data Sekunder. Metode Analisa data yang digunakan yaitu uji t.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari yang diperoleh dari penerimaan, Biaya dan Pendapatan serta Efesiensi dengan menggunkan pendapatan Rata – rata sebagai Penerimaan Usahatani Jagung Sistem Kemitraan Rp. 24.695.325 Biaya 12.568.228 pendapatan Rp. 12.127.098 dan R/ C Rasio 1.96 sedangkan Penerimaan Usahatani Jagung Sistem Non Kemitraan Rp. 27.937.843 Biaya Rp. 16.361040 pendapatan 11.576.803 dan R/ C Rasio 1.68 Perbedaan Penerimaan, Biaya , Pendapatan dan R/C diKarena Jarak Tanam yang tiodak sama dan Populasi tidak sama serta hasil produksi yang rendah dari jagung sistem Kemitraan.
Keywords: Sistem Kemitraan, non Kemitraan jagung benih, jagung komersil
ABSTRACT
The research was conducted in the village district Gebangan Kapongan Situbondo deliberately selected this location because of considerations, there are enough samples to be tested within the study site and a nearby research. So it can help smooth the study, especially in terms of time and cost.
This research aims to determine the difference between opinion and efficiency of maize farming system on the Partnership and Non-Partnership corn farmers are planting corn in partnership and non-partnership.
49 This study uses a survey of corn growers Partnership and Non-Partnership system in the Village District Gebangan Kapongan Situbondo the data type of the data used Primary and Secondary Data. Data analysis methods are used that test.
Results of this study showed that from that obtained from the reception, the cost and revenue and efficiency by using the average opinion as acceptance Corn Farming Partnership System Rp. 24,695,325 Cost Rp. 12,568,228 opinion. 12,127,098 and R / C ratio of 1.96 while the Corn Farming Systems Non Receipt Partnership Rp. 27,937,843 cost Rp. 11,576,803 and 16,361,040 opinion of the R / C ratio of 1.68 difference in revenues, expenses, opinions and R / C because spacing is not the same and not the same population and a low yield of corn production system partnership.
Keyword: System Partnership, Non partnership seed corn, commercial corn
*Alumni Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman Saleh Situbondo ** Dosen Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman Saleh Situbondo
50 I. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor perekonomian utama dititik beratkan pada sektor pertanian. Pertanian
menjadi tulang punggung
perekonomian Indonesia yang diharapkan mampu meningkatkan penerimaan devisa negara, serta mampu menyediakan bahan pangan yang cukup bagi masyarakat sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan
dan kemakmuran bangsa.
Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan serta taraf hidup petani, peternak dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha, menunjang
pembangunan industri serta
meningkatkan ekspor, karena sektor pertanian masih merupakan sektor yang penting, maka seyogyanya meningkatkan pendapatan petani menjadi tujuan utama.
Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani dan
mensukseskan pemerataan
pembangunan pedesaan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa dalam struktur perekonomian Jawa Timur bahwa sektor pertanian merupakan sektor dominan ke tiga terbesar
setelah industri dan
perdagangan.Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah selayaknya dititik beratkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan
Jagung dapat dibudidayakan di Indonesia karena jagung memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan komoditas lain. Daerah pertumbuhan jagung melalui skala lingkungan yang sangat luas yaitu antara 580 LU sampai 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 sampai 1300 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250 sampai 10.000 mm/th. Jagung dapat hidup dan tumbuh hampir di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah
51
liat berat. Namun tanaman ini akan tumbuh baik pada tanah gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah antara 5,5 sampai 7,0 (Sinar Tani,2000).
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam
pembangunan pertanian dan
perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman terus meningkat 10-15% per tahun. Dengan demikian, ketersediaan
bahan baku jagung sangat
berpengaruh terhadap kinerja industri peternakan dan penyediaan protein hewani.
Produksi jagung Indonesia tahun 2006 sebesar 11.609.000 ton. Nilai produksi ini lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 sebesar 12.524.000 ton. Dengan demikian, produksi
jagung mengalami penurunan
sebesar 915.000 ton atau turun sebesar 7,3 persen. Penurunan
produksi jagung disebabkan
berkurangnya luas panen nasional sebesar 280.000 hektar dari tahun sebelumnya.
Meskipun terjadi penurunan produksi nasional, produktivitas nasional mengalami peningkatan dari 3,454 ton per ha menjadi 3,470 ton per ha atau mengalami kenaikan 0,16 persen.Jika dibandingkan dengan negara penghasil jagung seperti Amerika Serikat, produktivitas jagung Indonesia masih jauh di bawah mereka. Produktivitas jagung Indonesia hanya 3,47 ton per hektar. Di lain pihak, produktivitas jagung di Amerika Serikat mencapai 9,47 ton per hektar pada tahun 2006.
Jawa Timur merupakan salah satu sentra produksi jagung dengan kontribusi terhadap Nasional.
Adanya kesenjangan tingkat
produksi tersebut mengisyaratkan
peluang untuk meningkatkan
produksi Jagung di Jawa Timur dengan menerapkan paket teknologi spesifik lokasi utamanya efisiensi
52
penggunaan biaya sesuai kondisi
setempat yang dapat
mengoptimalkan pendapatan dan keuntungan
Usahatani jagung sistem kemitraan merupakan usaha tani yang dilakukan dengan cara petani sebagai Penyedia lahan dimana bibit dan Modal di tanggung Perusahan mitra dengan sistem Modal Pinjaman tanpa bunga. Jika Sudah waktunya panen petani tidak mengalami kesulitan dalam pemasarannya, karena hasil panen langsung dibeli perusahaan mitra . Dimana Jagung kemitraan yang ditanam adalah jagung untuk dijadikan benih, bukan
untuk Kebutuhan Komsumsi.
Sedangkan Usahatani non Kemitraan adalah usaha tani yang dilakukan Perorangan dengan modal sendiri atau pun pinjaman dari pihak ketiga.dimana yang dimaksud usahatani non kemitraan, usahatatani jagung kemersil yaitu jagung hanya
dijadikan komsumsi. Usahatani jagung kemitraan dan non kemitraan sama sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing .
Untuk mendukung program peningkatan jagung di Indonesia serta dapat tercapainya kembali swasembada jagung , maka salah satu alternatif adalah dengan penerapan teknologi baru yaitu penggunaan benih jagung unggul . Situbondo merupakan salah satu kabupaten yang sangat potensial untuk pengembangan budidaya jagung baik dengan sistem kemitraan maupun dengan non kemitraan , dengan Kepemilikan lahan cukup luas oleh masing masing petani.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tartarik untuk mengadakan penelitian tentang " Analisis Komparatif Pendapatan usaha tani jagung Sistem kemitraan dan non kemitraan ”
II. PERMASALAHAN
Berdsarkan latar belakang diatas maka ditetapkan identifikasi masalah sebagai berikut :
a. Apakah ada perbedaan pendapatan antara usaha tani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan
53
b. Apakah ada perbedaan efesiensi antara usaha tani jagung sistem
kemitraan dan non kemitraan
III. PEMBAHASAN
Gambaran Umum Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan
Dalam melakukan usahatani Jagung dengan sistem kemitraan faktor utama yang harus diperhatikan adalah tanaman harus dalam keadaan
baik dan menerapkan paket
tekhnologi yang sudah ditetapkan. Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil produksi yang ujung – ujungnya dapat mempengaruhi hasil pendapatan.
Adapun perbedaan dalam budidaya tanaman jagung sistem kemitran dan non kemitraan terletak pada usahatani yang dilakukan . dimana pada usahatani jagung kemitraanjagung terdiri dari 2 jenis jagung yaitu jagung jantan dan jagung betina, sebagaimana sebelum tanaman jagung ditanaman tanah diolah dengan cara dibajak dn dibuat leketan yang dibutuhkan. Kemudian tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 90 X 15 cm, tanaman
jagung betina ditanam dipinggir dan diantara tanaman jagung betina dengan jagung betina ditengah – tengahnya ditanami jagung jantan. Meskipun tanaman jagung betina memiliki polen sendiri untuk perkawinan namun polen yang dimiliki jagung betina tidak untuk dilakukan perkawinan sendiri melainkan mengambil polen jagung jantan yang ada disebalahnya . Bunga jagung betina sebelum muncul sudah harus dicabut dengan 2 sampai 4 daun ikut dan tidak sampai patah apabila belum bersih maka dilakukan pencabutan kembali, setelah tanaman jagung sudah terisi semua maka tanaman jagung betina harus segera dibabat untuk memberikan sirkulasi udara pada tanaman jagung betina. Dimana populasi tanaman jagung kemitraan sedikit ini disebabkan karena jarak tanam yang lebar , dalam satu lupang hanya satu biji, dan bisa dilakukan penyulaman apabila ada tanam jagung kerdil atau mati sehingga berakibat pada produksi jagung
54
kemitraan rendah. Dalam usahatani
jagung kemitraan petani
mendapatkan benih gratis, bimbingan petugas dari perusahan dan pinjaman modal tanpa bunga dari perusahan sebesar Rp. 3.500.000,00 / Ha. Dimana harga jagung kemitraan sebelum tanam artinya sebelum dilakukan penanaman harga jagung sudah ditentukan antara petani dengan perusahan sebesar Rp. 3.000/ Kg (Gelondongan kering sawah), sehingga apabila harga jagung turun maka harga jagung kemitraan tetap atau tidak turun sedangkan apabila jagung naik makan harga jagung kemitraan juga tidak naik dimana harga jagung kemitraan tidak terpengaruh oleh perubahan harga jagung dipasaran.
Sedangkan jagung non
kemitraan, jagung yang ditanam tanpa adanya perbedaan jantan dan betina dalam melakukan proses perkawinan,dimana dalam usahatani jagung non kemitraan dengan jarak tanam 20 X 60 atau 20 X 70 sehingga populasi tinggi selain dapat dilakukan penyulaman jika ada tanaman yang mati, sehingga populasi tinggi, dimana petani
membeli bibit sendiri dan sarana produksi sendiri. Dimana harga jagung non kemitraan mengikuti harga pasar yang terjadi yaitu. Rp. 2.600,00 / Kg ( Glondongan Kering Sawah). Apabila harga jagung naik, maka harga jagung juga ikut naik sedangkan apabila harga jagung turun maka harga jagung ikut turun juga.
Untuk mengetahui produksi, penerimaan, biaya, dan pendapatan serta efesiensi usahatani jagung kemitraan dan non kemitraan sebagai berikut :
Pendapatan usahatani jagung sistem Kemitaraan dan Non kemitraan
Pendapatan usahatani jagung diperoleh dari penerimaan modal usaha dikurangi biaya, namun pada usahatani jagung sistem kemitraan
ditambah kompensasi dari
penerimaan.
Produksi Usahatani sistem jagung kemitraan dan non kemitraan
Produksi usahatani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan disajikan pada table 8 berikut :
55
Tabel 8 : Produksi per Hektar Usahatani Usahatani jagung sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten situbondo Tahun 2012. No Sistem Usahatani Terendah (Kg ) Tertinggi ( Kg) Rata –rata (Kg ) Beda ( Kg ) 1. Kemitraan 5021 10460 7065,1 3679,9 2. Non Kemitraan 8281 14064 10745
Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Produkski usahatani Jagung Sistem kemitraan , terendah 5021 Kg dan tertinggi sebesar 10460 Kg dengan rata – rata Produksi per hektar sebesar 7065,1 Kg. Sedang produksi usahatani Jagung Non Kemitraan , terendah 8281 Kg dan tertinggi sebesar 14064 Kg dengan rata – rata produksi per hektar sebesar 10745 Kg. Dengan demikian Produksi rata – rata per
hektar usahatani Jagung Kemitraan lebih besar dari produksi rata – rata per hektar Jagung Non Kemitraan dengan beda produksi sebesar 3679,9 Kg.
Hasil Uji t untuk Perbedaan Produksi Rata-rata antara usahatani sistem jagung kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2012
Tabel 9 : Hasil Uji t untuk Perbedaan Produksi Rata-rata antara usahatani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012
No Sistem Usahatani
Produksi rata – rata ( Kg )
Beda ( Kg ) t hitung t tabel
1. Kemitraan 7065,1 3679,9 - 6,849 - 2,3451
2. Non Kemitraan 10745
Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari hasil uji t diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung – 6,849 lebih besar dari t tabel -2,3451 maka Ho diterima artinya ada perbedaan produksi antara usahatani jagung
Sistem Kemitraan dan non
Kemitraan tidak nyata dengan tingkat keyakinan 95 %.
Perbedaan produksi antara usahatani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan disebabkan karena adanya perbedaan jumlah
56
perlakuaan dalam usahatani jagung yang dilakukan.
Penerimaan Usahatani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan
Penerimaan usahatani jagung sistem
kemitraan dan non kemitraan disajikan pada table 10 berikut :
Tabel 10. Penerimaan per Hektar Usahatani Usahatani jagung sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012. No Sistem Usahatani Terendah (Rp ) Tertinggi ( Rp) Rata –rata ( Rp ) Beda ( Rp ) 1. Kemitraan 18.562.500 34.880.000 24.695.325 -3.242.518 2. Non Kemitraan 21.531.250 36.565.750 27.937.843
Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penerimaan usahatani Jagung Sistem kemitraan , terendah Rp. 18.652.500,00 dan tertinggi sebesar Rp. 34.880.000,00 dengan rata – rata penerimaan per hektar sebesar Rp. 24.695.325,00 Sedang penerimaan usahatani Jagung Non Kemitraan , terendah Rp 21.531.250,00 dan tertinggi sebesar Rp. 36.565.750,00 dengan rata – rata penerimaan per hektar sebesar Rp. 27.937.843,00. Dengan demikian penerimaan rata –
rata per hektar usahatani Jagung Kemitraan lebih Kecil dari penerimaan rata – rata per hektar Jagung Non Kemitraan dengan beda
penerimaan sebesar Rp.
-3.242.518,00 ( Rp minus ) Hasil Uji t untuk Perbedaan Penerimaan Rata-rata antara usahatani sistem jagung kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2012.
Tabel 11.Hasil Uji t untuk Perbedaan Penerimaan Rata-rata antara usahatani sistem jagung kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2012
No Sistem Usahatani
Penerimaan rata – rata ( Rp )
Beda ( Rp ) t hitung t tabel
1. Kemitraan 24.695.325 -3.24.518 - 2,196 - 2,3451
2. Non Kemitraan 27.937.843 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012
57
Hasil Analisis Dari tabel tersebut di atas membuktikan bahwa dari analisa uji t nilai thitung = -2,196 lebih besar dari nilai t-tabel = 2.3451 , maka Ho diterima Artinya ada Perbedaan penerimaan Usahatani jagung Kemitraan dan Jagung non Kemitraan tidak nyata dengan tingkat Keyakinan 95 %.
Perbedaan penerimaan ini terjadi karena adanya perbedaan produksi dan harga. Pada jagung kemitraan produksi gelondongan kering sebesar 127174 kg/ Ha,
sedangkan pada jagung non
kemitraan produksi sebesar 193417 Kg/ Ha, terdapat perbedan produksi sebesar -66243kg/ Ha. Meskipun harga jagung kemitraan lebih tinggi dari harga jagung non kemitraan, dimana harga jagung kemitraan sebesar Rp. 3.000,00 /Kg sedangkan harga jagung non kemitraan Rp. 2.600,00. Sehingga penerimaan anatara jagung system kemitraan dan non kemitraan mengalami perbedaan.
Biaya Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan non Kemitraan
Biaya usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan disajikan pada tabel 12 berikut : Tabel 12. Biaya Rata-rata per Hektar Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan
Non Kemitraan didesa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten situbondo Tahun 2012. No Sistem Usahatani Terendah (Rp ) Tertinggi ( Rp) Rata – rata ( Rp ) Beda ( Rp ) 1. Kemitraan 11.598.000 14.330.000 12.568.288 -3.798.812 2. Non Kemitraan 12.987.500 21.150.000 16.361.040 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya usahatani Jagung Sistem
Kemitraan terendah Rp.
11.598.000,00 dan tertinggi Rp 14.330.000,00 dengan rata – rata biaya per hektar sebesar Rp.
12.568.228,00 sedang biaya
usahatani Jagung Non Kemitraan , terendah Rp. 12.987.500,00 dan tertinggi sebesar Rp 21.150.000 ,00 dengan rata – rata biaya per hektar sebesar Rp. 16.361.040,00. Dengan demikian biaya rata – rata per hektar usahatani Jagung Kemitraan lebih
58
Kecil dari biaya rata – rata per hektar usahatani Jagung Non Kemitraan , dengan beda biaya sebesar Rp -3.792.812,00. ( Rp Minus )
Setelah diadakan pengujian dengan menggunakan uji t diperoleh hasil seperti tertera pada tabel 13 berikut :
Tabel 13. Hasil Uji t untuk Perbedaan Biaya Rata-rata antara usahatani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2012
No Sistem Usahatani
Biaya rata – rata ( Rp )
Beda ( Rp ) t hitung t tabel
1. Kemitraan 12.568.228 -3.792.812 - 7.771 - 2,3451
2. Non Kemitraan 16.361.040 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t-hitung = -7.771 lebih kecil dari nilai t-tabel = -2.3451 maka Ho ditolak, artinya Perbedaan Biaya usahatani Jagung kemitraan dan non kemitraan nyata pada tingkat kepercayaan 95 % dimana biaya usahatatani jagung kemitraan lebih besar dari pada usahatani jagung non kemitraan.
Perbedaan biaya antara usahatani Jagung Sistem Kemitraan
dan non Kemitraan disebabkan karena adanya perbedaan biaya sarana produksi antara usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan non Kemitraan .
Pendapatan Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan:
Pendapatan usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan disajikan pada tabel 14. berikut : Tabel 14 Pendapatan Rata-rata per Hektar Usahatani Jagung Sistem Kemitraan
dan Non Kemitraan di desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten situbondo tahun 2012
No Sistem Usahatani Terendah (Rp ) Tertinggi ( Rp) Rata – rata ( Rp ) Beda ( Rp ) 1. Kemitraan 6.473.333 22.165.000 12.127.098 550.295 2. Non Kemitraan 6.443.750 19.847.500 11.578.803 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012
59
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan pada usahatani Jagung
Kemitraan , terendah Rp.
6.473.333,00 dan tertinggi sebesar Rp. 22.165.000,00 dengan rata – rata pendapatan per hektar sebesar Rp 12.127.098,00 Sedang pendapatan usahatani Jagung Non Kemitraan , terendah Rp. 6.443.750,00 dan tertinggi sebesar Rp. 19.443.750,00 dengan rata – rata pendapatan per hektar sebesar Rp. 11.576.803,00.
Terdapat perbedaan usahatani Jagung Kemitraan lebih Kecil dari pendapatan rata- rata per hektar usahatani Jagung Non Kemitraan , dengan beda pendapatan Rp. 550.295 dimana pedapatan usahatani jagung kemitraan lebih tinggi dari pada pendapatan jagung non kemitraan.
Setelah diadakan pengujian dengan menggunakan uji diperoleh hasil seperti tertera pada tabel 15. berikut :
Tabel 15. Hasil Uji t untuk Perbedaan Pendapatan Rata-rata per Hektar antara Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012.
No Sistem Usahatani
Penerimaan rata – rata ( Rp )
Beda ( Rp ) t hitung t tabel
1. Kemitraan 12.127.098 550.295 0,437 2,3451
2. Non Kemitraan 11.576.803 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa nilai t-hitung = 0,437 lebih kecil dari nilai t-tabel = 2.3451 maka Ho diterima, artinya Perbedaan pendapatan antara usahatani jagung kemitraan dan Non Kemitraan tidak nyata pada tingkat keyakinan 95 %
Perbedaan pendapatan antara usahatani Jagung Kemitraan dan non Kemitraan disebabkan karena adanya perbedaan penerimaan dan
biaya usahatani. Namun perbedaan penerimaan tidak nyata sedangkan biaya nyata, maka perbedaan
pendapatan disebabkan oleh
perbedaan biaya, dimana perbedaan pendapatan kemitraan dan non kemitraan sangat kecil yaitu Rp. 550.295,00 sedangkan biaya Rp. -798.812,00 ( Rp Minus )
Efisiensi usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan
60
Untuk mengetahui tingkat efesiensi antara usahatani Jagung
Sistem Kemitraan dan Non
Kemitraan dapat dilihat pada tabel 16 berikut :
Tabel 16. Jenis Jagung, Rata-rata Penerimaan, Rata-rata Biaya dan Pendapatan pada Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan non Kemitraan , di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2012
Efesiensi Kemitraan Non kermitaan
Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Terendah 18.562.500 11.598.000 6.473.333 21.531.250 12.987.500 6.443.750 Tertinggi 34.880.000 14.330.000 22.165.00 36.565.750 21.150.00 19.847.500 Rata-rata 24.695.325 12.568.228 12.127.098 27.937.843 16.361.040 11.578.803 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa R/C Rasio lebih besar dari 1 (satu) ini menunjukkan bahwa baik Usahatani Jagung Sistem Kemitraan maupun Non Kemitraan adalah efisien. Tetapi usahatani Non Kemitraan lebih efisien dari pada
usahatani Kemitraan . Untuk membuktikan apakah perbedaan R/C Ratio dari kedua usahatani Jagung tersebut signifikan, dilakukan analisa uji-t dengan hasil seperti tertera pada tabel 16 berikut :
Tabel 16. Hasil Uji-t Efesiensi Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012.
No Ssitem Usahatani Efesiensi t hitung t - tabel
1. Kemitraan 1,96 3,368 2.3451
2. Non Kemitraan 1.70
Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai t-hitung = 3,368 lebih besar dari t-tabel = 2,3451 artinya Perbedaan efesiensi antara usahatani
pembenihan Jagung Sistem
Kemitraan dan non Kemitraan Nyata pada tingkat kepercayaan 95%.
Perbedaan tingkat efesiensi seperti terlihat pada tabel dimana usahatani Jagung Kemitraan lebih
efisien dari Non Kemitraan . Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan penerimaan dan biaya produksi usahatani. Perbedaan biaya usahatani terjadi sebagai akibat adanya tambahan biaya benih pada jagung non kemitraan sedangkan Jagung Kemitraan sudah di sediakan (Gratis). Selain itu juga, biaya
61
usahatani Jagung non Kemitraan lebih besar dari Kemitraan .
Meskipun terjadi perbedaan pada penerimaan pada usahatani jagung kemitraan dan non kemitraan dimana harga jagung kemitraan ditentukan pada awal penanaman sedangakan jagung non kemitraan mengikuti harga pasar.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pendapatan pada usahatani
Jagung Kemitraan tidak berbeda nyata pendapatan usahatani Jagung Non Kemitraan
2. Efesiensi antara usahatani jagung kemitraan berbeda nyata non kemitraan
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Dalam upaya peningkatan pendapatan usahatani Jagung diharapkan petani dapat menentukan pilihan sendiri dalam berusahatani, dimana petani harus mempertimbangkan mengenai biaya yang perlu dikeluarkan serta teknolgi yang diterapkan sehingga pendapatan yang dinginkan tercapai.
2. Untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi pada jagung Sistem Kemitraan diharapkan petani dapat melakukan studi banding kedaerah yang pernah atau sudah menjalin kerja sama kemitraan.
62 DAFTAR PUSTAKA
Aries setiyanto, 2008. Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (studi kasus di desa
beketel, kecamatan kayen, kabupaten pati, propinsi jawa tengah) Skripsi Program Studi Manajemen
Agribisnis Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
G.j vink, 1984. Dasar-dasar usahatani di indonesia.
Yayasan obor indonesia, jakarta.
Mulyanto, 1987. Pengantar ekonomi
pertanian LP.3ES
jakarta
Singarimbun dan effendim 1989;55.
Metode penelitian
surve. Lp.3 es jakarta.
Soedijanto, 1990. Agribisnis. Badan pendidikan dan latihan pertanaman departemen pertanian jakarta.
Sugiyono, 2000. Statistika untuk
penelitian. CV
ALFABETA. Bandung
Soekartawi, 1995. Analisis
Usahatani. UI Press.
Jakarta
Warsana, 2007 Analisis Efisiensi
Dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (studi di
kecamatan randublatung
kabupaten blora). Skripsi Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang