• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Layanan Informasi Karier

2.1.1. Pengertian Layanan Informasi Karier

Layanan Informasi yaitu, layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (Hallen, 2005: 77). Informasi karier adalah informasi pekerjaan yang valid dan data yang dapat dipergunakan pada posisi-posisi pekerjaan dan fungsi-fungsi pekerjaan termasuk pula kewajiban atau tugas-tugas, persyaratan memasuki dan kondisi-kondisi kerja dan imbalan yang ditawarkan, syarat-syarat kemajuan dalam promosi dan juga penawaran dan permintaan yang dapat diprediksi terhadap pekerja-pekerja dan sumber untuk informasi lebih lanjut (Prayitno 2004: 112). Menurut Prayitno (2004:58) informasi karier berupa salah satu alat untuk membantu siswa memahami dunia kerja, petugas bimbingan, konselor sekolah/ pendidikan atau guru-guru memerlukan informasi yang cukup memadai guna menyusun dan melaksanakan program bimbingan karier. Dari berbagai uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian layanan informasi karier yaitu suatu bentuk kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pekerjaan (karier) sebagai bahan dalam perencanaan karier agar

(2)

8 siswa memiliki motivasi dalam mengatur dan merencanakan hidupnya sendiri. Layanan informasi karier adalah salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai karier kepada siswa sehingga siswa dapat memanfaatkan dan mengembangkan informasi karier yang telah mereka miliki sebelumnya.

2.1.2. Jenis-Jenis Informasi

Ada jenis-jenis informasi yang diberikan dalam layanan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru siswa baik masalah lingkungan baru, pendidikan, maupun sosial budaya. Menurut Prayitno (2004:261) ada tiga jenis-jenis informasi dalam layanan bimbingan dan konseling, ketiga jenis informasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.1.3. Informasi Pendidikan

Menurut Prayitno (2004:261) dalam bidang pendidikan banyak siswa berstatus siswa, atau calon siswa yang dihadapkan pada timbulnya masalah atau kesluitan. Diantara masalah masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a) pemilihan program studi, (b) pemilihan sekolah, fakultas dan jurusannya, (c) penyesuaian diri dengan program studi, (d) penyesuain diri terhadap suasana belajar, (e) putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan secara bijaksana.

2.1.4. Informasi Jabatan

Saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam

(3)

9 mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dengan pengembangan diri selanjutnya. Untuk memungkinkan mereka memudahkan memasuki masa transisi tersebut dibutuhkan layanan informasi tentang jabatan yang akan dimasukinya itu. Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: (Prayitno dan Amti 2004:204).

1) Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan utama. 2) Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan.

3) Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan. 4) Cara-cara atau prosedur penerimaan.

5) Kondisi kerja.

6) Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier

7) Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan, seperti kesehatan, olah raga dan rekreasi, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, dan sebagainya.

Pemberian informasi kepada para siswa di sekolah sifatnya sangat strategis,baik dipandang dari segi tahap-tahap perkembangan mereka maupun keadaan masyarakat yang selalu berubah dan menuntut adanya tenaga kerja yang dapat mendukung kesejahteraan warga masyarakat dan perkembangan masayarakat itu sendiri. Untuk orang-orang muda yang masih berada dibangku sekolah, informasi jabatan/pekerjaan diklasifikasikan ke dalam empat tingkat, yaitu tingkat SD, SMP, SMA, dan pasca SMA.

2.1.5. Informasi Sosial-Budaya

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku-suku, berpulau-pulau, dan berbangsa-bangsa. Mereka dijadikan seperti itu bukan untuk bersaing dan bermusuhan melainkan untuk saling mengenal saling memberi dan menerima sehingga tercipta kondisi yang dinamis dan mendorong kehiduapan manusia itu selalu

(4)

10 berubah, berkembang dan maju. (Prayitno dan Amti 2004:205).

Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004:318), jenis-jenis informasi yang diberikan pada siswa terdiri atas tiga jenis informasi, yaitu:

1) Informasi tentang pendidikan sekolah yang mencakup semua data dan mengenai variasi program pendidikan sekolah dan pendidikan prajabatan dari berbagai jenis, mulai dari program pendidikan sekolah dan pendidikan prajabatan dari berbagai jenis, mulai dari semua persyaratan penerimaan sampai dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat.

2) Informasi tentang dunia pekerjaan yang mencakup semua data mengenai jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat (fields of occupation), mengenai gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatan (level of occupation), mengenai persyaratan tahap dan jenis, mengenai system klasifikasi jabatan, dan mengenai prospek masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan jenis/corak pekerjaan tertentu.

3) Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia mencakup semua data dan fakta mengenai tahap-tahap perkembangan serta lingkungan hidup fisik dan psikologis, bersama dengan hubungan timbal balik antara perkembangan kepribadian dan pergaulan sosial diberbagai lingkungan masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa informasi dalam layanan bimbingan dan konseling diberikan untuk membantu seseorang menambah pengetahuannya dan memahami hal-hal yang penting yang berpengaruh

(5)

11 dalam kehidupannya sehari-hari, informasi tersebut meliputi informasi pendidikan, informasi tentang pribadi, informasi tentang pekerjaan, informasi tentang sosial budaya.

2.1.6. Materi Layanan Informasi Karier

Menurut Mugiarso (2007:58), materi layanan informasi dalam bidang karier kegiatannya meliputi kegiatan pemberian informasi tentang, yaitu sebagai berikut: a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkenaan dengan kemampuan dan

perkembangan karier

b. Perkembangan karier di masyarakat

c. Sekolah menengah kursus-kursus beserta program pilihannya, baik umum maupun kejuruan dalam rangka pengembangan karier

d. Jenis dan tuntutan dan syarat-syarat jabatan yang dapat dimasuki tamatan sekolah menengah seperti kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki

e. Kemungkinan permasalahan dalam pilihan pekerjaan, karier dan tuntutan pendidikan yang lebih tinggi serta berbagai akibatnya

f. Pelaksanaan pelayanan bimbingan karier bagi siswa.

Sedangkan menurut Salahudin (2010:119), materi layanan informasi dalam bidang karier antara lain sebagai berikut:

1. Program bimbingan karir mencakup informasi dunia kerja, hubungan industrial, dan layanan perkembangan belajar.

2. Substansi dunia kerja, meliputi antara lain lapangan kerja, jenis dan persyaratan jabatan, prospek dunia kerja, budaya kerja.

3. Substansi hubungan industrial, meliputi hubungan kerja, sarana hubungan industrial, dan masalah khusus ketenagakerjaan.

4. Substansi layanan perkembangan belajar, meliputi antara lain, kesulitan belajar, minat, dan bakat, masalah sosial, dan masalah pribadi

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa materi layanan informasi dalam bimbingan karier meliputi bidang pendidikan dan dunia kerja yang mencakup rencana dan pengambilan keputusan janga pendek, jangka menengah dan

(6)

12 jangka panjang sesuai bakat, minat, dan cita-citanya.

2.1.7. Fungsi Layanan Informasi Karier

Fungsi utama layanan informasi karier ialah fungsi pemahaman dan pencegahan. 1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik (Prayitno dan Amti 2004:197-201). Fungsi- fungsi tersebut adalah:

a. Pemahaman tentang diri peserta didik terutama oleh peserta didik, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing.

b. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing.

c. Pemahaman tentang lingkungan “ yang lebih luas” (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya lain/nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.

2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu,menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya (Prayitno dan Amti 2004:202).

2.1.8. Tujuan Layanan Informasi Karier

Ada beberapa tujuan diberikannya layanan informasi karier menurut Prayitno (2004:2), yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan layanan informasi (INFO) adalah dikuasainya informasi tertentu oleh peserta layanan. Informasi tersebut selanjutnya digunakan oleh peserta untuk keperluan hidupnya sehari-hari (dalam rangka effective daily living) dan perkembangan dirinya (Prayitno 2004:2).

2. Tujuan Khusus

Menurut Prayitno (2004:2) tujuan khusus layanan informasi terkait fungsi- fungsi konseling.

a. Pemahaman, paling dominan dan paling langsung diemban oleh layanan informasi, penguasaan infomasi tersebut dapat digunakan untuk:

1) Pemecahan masalah (apabila peserta yang bersangkutan mengalaminya) 2) Untuk mencegah timbulnya masalah

3) Untuk mengembangkan dan memelihara potensi yang ada

(7)

13 mengaktualisasikan hak-haknya.

b. Pengembangan kemandirian

1) Pemahaman dan penguasaan peserta terhadap informasi yang diperlukannya akan memungkinkan ia mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif dan dinamis

2) Peserta mampu mengambil keputusan

3) Mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang diambil

4) Mengaktualisasikan diri secara terintegrasikan.

Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004:316), tujuan pemberian layanan informasi , yaitu sebagai berikut:

1. Untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah.

2. Bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial.

3. Supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri.

2.1.9. Pendekatan dan Teknik Layanan Informasi Karier

Berbagai teknik dan media yang bervariasi dan luwes dapat digunakan dalam forum dengan format klasikal dan kelompok. Layanan informasi dalam forum yang lebih luas dapat berbentuk pertemuan umum, pameran, melalui media siaran tertulis dan elektronik ataupun cara-cara penyampaian lainnya (Prayitno 2004:8). Pendekatan dan teknik layanan infromasi dapat berupa, yaitu:

1. Ceramah, Tanya Jawab dan Diskusi

Cara penyampaian informasi yang paling biasa dipakai adalah ceramah, yang diikuti dengan tanya jawab dan untuk mendalami dilakukan diskusi antara para peserta. 2. Media

a. Dalam penyampaian informasi dapat digunakan media pembantu berupa alat peraga, media tulis dan grafis serta perangkat dan program elektronik (seperti radio, televise, rekaman, computer, OHP, LCD).

b. Informasi dikemas dalam rekaman dengan perangkat kerasnya (rekaman audio, video, komputer) digunakan dalam layanan informasi yang bersifat “mandiri”, dalam arti peserta layanan atau klien sendiri dapat memperoleh dan mengolah informasi yang diperlukan

3. Acara Khusus

Melalui acara khusus, disekolah misalnya dapat digelar “hari karier” yangdi dalamnya ditampilkan informasi tentang karier dalam spectrum yang luas.

(8)

14 4. Nara Sumber

Penyelenggaraan layanan informasi tidak dimonopoli oleh konselor, pihak-pihak lain dapat diikutsertakan. Nara sumber dari luar lembaga sendiri (dari praktisi sehari-hari seperti tukang sate, tukang kebun, sampai akademisi tinggi seperti ahli geologi, ahli hubungan internasional) biasanya sangat diminati oleh peserta layanan.

5. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat penyelenggaraan layanan informasi tergantung pada format dan isi layanan.

6. Penilaian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, penilaian hasil layanan informasi difokuskan kepada pemahaman para peserta terhadap informasi yang menjadi isi layanan. Evaluasi lisan ataupun tertulis dapat digunakan untuk mengungkapkan pemahaman peserta tentang informasi yang baru saja disajikan. Dalam hal ini penilaian segera (laiseg) diperlukan. Penilaian jangka pendek (laijapen) dan penilaian jangka panjang (laijapang) diselenggarakan sesuai dengan keguanaan materi informasi dalam kaitannya dengan pengentasan masalah secara khusus ditangani melalui layanan informasi itu sendiri, ataupun melalui layanan-layanan konseling lainnya.

7. Keterkaitan

Di dalam semua jenis layanan konseling dapat terungkap perlunya klien menguasai informasi tertentu, khususnya dalam kaitannya dengan permasalahan yang dialami. Sedangkan menurut Amti (2004:269), pemberian layanan informasi karier di sekolah dapat diberikan melalui beberapa metode, diantaranya yaitu dengan metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat- alat bantu lainnya, buku panduan, konferensi karier/carier day.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan layanan informasi karier dapat menggunakan metode penyampaian secara langsung maupun tidak langsung sedangkan media yang digunakan dapat berupa media visual, media audio, maupun media audio visual. Metode dan media yang digunakan dapat menunjang pelaksananaan layanan klasikal khususnya pelaksanaan layanan informasi karier secara maksimal apabila digunakan secara tepat.

2.1.10. Operasionalisasi Layanan Informasi Karier

Layanan informasi perlu direncanakan oleh konselor dengan cermat, baik mengenai informasi yang menjadi jenis layanan, metode maupun media yang digunakan (Prayitno 2004:15). Operasionalsisasi layanan informasi tersebut adalah sebagai berikut:

(9)

15 a. Identifikasi kebutuhan akan informasi bagi subjek (calon) peserta layanan b. Menetapkan materi informasi sebagai isi layanan

c. Menetapkan subjek sasaran layanan d. Menetapkan nara sumber

e. Menyiapkan prosedur, perangkat dan media layanan f. Menyiapkan kelengkapan administrasi

2. Pelaksanaan

a. Mengorganisasikan kegiatan layanan b. Mengaktifkan peserta layanan

c. Mengoptimalisasikan penggunaan metode dan media 3. Evaluasi

a. Menetapkan materi evaluasi b. Menetapkan prosedur evaluasi c. Menyusun instrument evaluasi

d. Mengaplikasikan instrument evaluasi e. Mengolah hasil aplikasi instrumentasi 4. Analisis Hasil Evaluasi

a. Menetapkan norma/standar evaluasi b. Melakukan analisis

c. Menafsirkan hasil analisis 5. Tindak Lanjut

a. Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut

b. Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait c. Melaksanakan rencana tindak lanjut

6. Pelaporan

a. Menyusun laporan layanan orientasi

b. Menyampaikan laporan kepada pihak terkait c. Mendokumentasikan laporan

2.2. Kemampuan Perencanaan Karier

2.2.1. Pengertian Kemampuan Perencanaan Karier

Kemampuan perencanaan karier (Career Plaining ability) adalah suatu kemampuan dimana individu dapat (1) mengidentifikasi dan (2) mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan kariernya. Perencanaan karier melibatkan (1) pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karier dan (1) penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut.(Simamora,2001:504)

(10)

16 Perencanaan karier (Career Planning) menurut Super (dalam Sharf, 1992) Dimensi ini mengukur tingkat perencaan melalui sikap terhadap masa depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemapuan untuk dapat belajar dari pengalaman, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut. Nilai rendah pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu tidak merencanakan masa depan di dunia kerja dan merasa tidak perlu untuk memperkenalkan diri atau berhubungan dengan pekerjaan. Nilai tinggi pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu ikut berpartisipasi aktif dlam aktivitas perencanaan karir Yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam pentuan karir, berpartisipasi dalam ekstrakulikuler dan berkeja paruh waktu.Dalam proses perencaan karir, ditunjukkan sebagai aktivitas pencarian informasi (information seeking) dan seberapa besar individu terlibat dalam proses pencarian informasi tersebut, kondisi tersebut didkung oleh pengetahuan tentang macam-macam unsure pasa setiap pekerjaan. Aktivitas tersebut diantaranya adalah mengetahui wawasan dan persiapan karir dimasa depan. Perencanaan karir telah dipersiapkan sebagai proses untuk: a) mengetahui wawasan dan persiapan karir; b) memahami pertimbangan alternative pilihan karir; dan c) memiliki perencaan karir dimasa depan.

Dari berbagi pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai kemampuan perencanaan karier adalah kesanggupan merencanakan suatu rangkaian pekerjaan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja dan selanjutnya untuk masa depan. 2.2.2. Tujuan Perencanaan Karier

(11)

17 Menurut Super dalam (Winkel dan Hastuti 2004: 683) tujuan perencanaan karier dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

a. Aspek psikologis

Ditinjau dari aspek psikologis, perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap setiap siswa sesuai dengan: 1) Kemampuan intelektual, 2)Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, 3) Bakat, minat, kebutuhan, perasaan, nilai, kepribadian, dan tujuan dirinya.

b. Aspek fisiologis

Ditinjau dari aspek fisiologis, perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri siswa selaras dengan: kondisi fisik yang diperlukan untuk memperoleh

keberhasilan dalam perjalanan hidup menuju ke arah karier yang dicita- citakan.

c. Aspek sosiologis

Ditinjau dari aspek sosiologis, perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap siswa selaras dengan:

1) Kemampuan interaksi, yaitu kemampuan yang menunjang efektifitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan ekspresi diri, memahami pengaruh orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain,dsb.

2) Keterampilam memecahkan masalah-masalah kehidupan, seperti mendapatkan pekerjaan, mengatur waktu, persiapan berkeluarga, memahami nilai-nilai kehidupan, dsb.

d. Aspek ekonomis

Ditinjau dari aspek ekonomis, perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap individu selaras dan seimbang dengan:

1) Kondisi ekonomi yang dimiliki

2) Pola-pola hidup dan pekerjaan yang diharapkan e. Aspek spiritual

Ditinjau dari aspek spiritual, perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap siswa sesuai dengan kaidah-kaidah agama dalam berbagai aspek kehidupan.

2.2.3. Tahap-Tahap Perencanaan Karier

Jadi karier lebih dari sekedar rangkaian suatu pekerjaan atau jabatan. Karier sesuatu yang menyangkut masa depan dalam perspektif jangka panjang yang harus direncanakan sejak jauh-jauh hari, merencanakan kemana siswa ingin melangkah dan apa yang ingin siswa capai. Dalam teorinya, Donald E Super mengatakan bahwa

(12)

18 kematangan dan konsep diri ( self concept ) merupakan dua proses perkembangan yang berhubungan. Super dalam Winkel dan Hastuti (2004: 623) menjabarkan mengenai proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu fase perkembangan ( growth) dari saat lahir sampai umur kurang lebih 15 tahun, dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri; fase eksplorasi ( exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun, dimana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat; fase pemantapan ( establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun, yang bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu; fase pembinaan (maintenance) dari umur 45 sampai 64 tahun, dimana orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya; fase kemunduran (decline), bila orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya. Pada masa-masa tertentu, yaitu perencanaan garis besar masa depan. Winkel dan Hastuti (2004: 633) menguraikan bahwa konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga pendidik bila merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier, yang membawa orang muda ke pamahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja, selaras dengan tahap perkembangan karier tertentu.

Mengacu pada pandangan Super dalam winkel dan Hastuti (2004: 644) tersebut, maka dapat dirumuskan tahap-tahap perencanaan karier, yaitu:

(13)

19 a. Membuat struktur gambaran diri

Membuat struktur gambaran diri diartikan sebagai kegiatan untuk mengetahui kondisi dirinya, baik secara internal, eksternal, akademik, kemampuan dalam bidang lain dan pengembangan bakat dan minat siswa yang nantinya

digunakan sebagai informasi dan referensi dalam merencanakan karier. b. Mengembangkan struktur gambaran diri

Struktur gambaran diri yang telah diperoleh kemudian dikembangkan dan dikelola sehingga diperoleh gambaran sementara karier yang dicita-citakan. c. Mempertimbangkan alternatif

Berdasarkan pengembangan dan pengelolaan struktur gambaran diri seperti dijabarkan di atas, diharapkan siswa dapat mempertimbangkan alternatif yang dicita-citakan. Pertimbangan ini sangat penting untuk merencanakan karier masa depan.

d. Mengambil keputusan 2.3. Modul

2.3.1. Pengertian dan Pentingnya Modul

Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan ( dalam Utomo, 1990). Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh pelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual,strategi kognitif, sikap,dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep,intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar. Secara prinsip tujuan

(14)

20 pembelajaran adalah agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Disamping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul.

Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu:

1) memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas pelajaran tersebut

2) menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur.

(15)

21 Pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan kegiatan sebagai berikut : 1) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebe lum pembelajaran. 2) Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model

pembelajaran kooperatif konstruktivistik.

3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugas- tugas latihan yang terstruktur .

4) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feeddback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya.

5) Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan sebagi hasil diagnosis untuk men yelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran.

Ciri-ciri modul adalah sebagai berikut. 1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar

2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif.

3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penugasan.

4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran. 5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa

6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.

(16)

22 sebagai berikut :

1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas da n sesuai dengan kemampuan.

2) Setelah di lakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.

3) Siswa mencapai ha sil sesuai dengan kemampuannya. 4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester

5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.

2.3.2. Model Pengembangan Modul

Model adalah sesuatu yang dapat menunjukkan suatu konsep yang menggambarkan keadaan sebenarnya (Utomo , 1990). Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses. Model merupakan replikasi dari aslinya. Model pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang dila kukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi kriteriayang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu (1) membantu siswa menyiapkan belajar mandiri, (2)memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, (3) memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa, (4) dapat memomitor kegiatan belajar siswa, dan (5) dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan belajar siswa. Teori dan model rancangan pembelajaran hendaknya memperlihatkan tiga komponen utama, yaitu (1) kondisi belajar, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Langkah-la ngkah tersebut adalah (1) analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi, (2) analisis sumber belajar, (3) analisis karakteristik pelajar, (4) menetapkan sasaran dan isi pembelajaran, (5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran,

(17)

23 dan (8) pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. (Utomo , 1990) 2.3.3. Modul dalam bimbingan konseling

Dalam merencanakan suatu program bimbingan di kelas, di mana bimbingan karier terintegrasi dengan bimbingan akademik, pribadi-sosial, guru pembimbing harus mnguasai prosedur perencanaan program bimbingan kelompok dalam rangka “pembelajaran bimbingan”. Program bimbingan di kelas di susun sendiri oleh guru pembimbing ke dalam silabus. Silabus berisikan sejumlah topik bimbingan yang relevan bagi keempat ragam bimbingan tersebut. Topik-topik bimbingan dijabarkan ke dalam beberapa Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling (SATLAN). Untuk melengkapi pembahasan topik-topik, maka penyusunan modul-modul menjadi penting artinya. Isi modul pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian teoritis yang membahas konsep-konsep dasar dan bagian praktis yang berupa tugas-tugas refleksi untuk peserta didik. (Winkle dan Hastuti 2004 : 713)

Mengenal komponen-komponen di dalam silabus, Pusat Kurikulum Depdiknas (2003),membagi komponen silabus pelayanan bimbingan ke dalam 5 komponen, yaitu (1) Bidang bimbingan, (2) Rumusan kompetensi, (3) Materi pengembangkan kompetensi, (4) Kegiatan yang terdiri atas layanan dan pendukung, dan (5) Penilaian yang terdiri atas penilaian segera, penialaian jangka pendek, dan penilaian jangka panjang. Sebelum diuraikan prosedur penyusunan suatu silabus. Kegiatan layanan adalah suatu kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (klien) dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan yang dirasakan oleh klien.Meliputi :

(18)

24 (a) Kegiatan orientasi yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru di masuki, untuk mempermudah dan memperlancarberperannya peserta didik dilingkungan yang baru. (b) Layanan informasi yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertrimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.

Langkah-langkah penyusunan silabus

Pada bagian ini diuraikan langkah-langkah penyusunan silabus layanan bimbingan dan konseling yang bermuatan psikologis dan menitik beratkan pada pengembangan kompetensi peserta didik

1. Analisis kesesuaian tugas-tugas perkembangan peserta didik untuk setiap jenjang satuan pendidikan dengan tingkat kelas. Dengan meningkatkan usia dan kebutuhan, tentunya ada perbedaan tuntunan pemenuhan tugas perkembangan antara siswa kelas I,II,III atau istilah barunya VII,VIII,IX (untuk SMP) dan untuk SMA (X,XI,XII)

2. Analisis kesesuaian tugas-tugas perkembangan yang sudah dikelompok-kelompokkan menurut tingkat kelas dengan ragam/bidang bimbingan yang sesuai

3. Jabarkan pemenuhan tugas-tugas perkembangan yang sudah diorientasikan ke dalam bidang-bidang bimbingan menjadi rumusan kompetensi-kompetensi yang relevan

4. Jabarkan kompetensi-kompetensi itu ke dalam materi yang akan menjadi isi layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling

5. Deskripsi kegiatan (layanan dan pendukung) berdasarkan materi perkembangan kompetensi dan disertai proses penilaian (Winkle dan Hastuti,2004 : 714-716)

2.3.4. Modul media interaktif

Menurut Nursalim (2010:20) menyatakan bahwa media interaktif adalah suatu system penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan, yang membentuk

(19)

25 suatu unit atau paket.

Nursalim (2010:23) mengungkapkan modul merupakan paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna memperlancar pelaksanaan layanan informasi dan bimbingan klasikal.

Nursalim (2013:21) menyatakan bahwa karakteristik terpenting kelompok menggunakan modul media interaktif adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga juga di tuntut untuk berinteraksi selama mengikuti layanan bimbingan dan konseling. Sedikitnya ada dua macam interaksi. Interaksi yang pertama ialah menunjukkan siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya siswa di minta mengisi angket atau inventory pada program aplikasi tertentu dengan menggunakan komputer. Melalui interaksi ini pada akhirnya siswa mampu memahami diri dan memecahkan masalahnya, misalnya program pemahaman minat, program pengembangan diri, program konseling interaktif dan sebagainya. Bentuk interaksi yang kedua ialah antara siswa secara teratur,sebagai contoh berbagai permainan atau dinamika yang di gunakan pada bimbingan kelompok,bimbingan klasikal dan konseling kelompok.

2.4. Komputer

2.4.1. Penggunaan Komputer dalam Pendidikan

Keahlian dalam penggunaan computer dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengoperasikan komputer didukung dengan kemampuan intelektual yang memadai baik di peroleh melalui bakat bawaan maupun dengan cara belajar. Menurut Doyle (2005: 76) keahlian penggunaan komputer didefinisikan sebagai “an individual‟s judgement of their capability to use a computer.” Keahlian penggunaan komputer diartikan sebagai judgement kapabilitas seseorang untuk menggunakan komputer /sistem informasi/teknologi informasi”. Menurutnya, masing- masing orang percaya bahwa kemampuan penggunaan komputer yang dimilikinya tidak berhubungan dengan pengalaman masa lampau tetapi lebih difokuskan pada kemampuannya untuk tugas-tugas tertentu yang sedang dihadapi. Hal ini memperlihatkan bahwa dengan kepercayaan atau keyakinan yang kuat pada

(20)

26 kemampuannya, seseorang melihat tugas-tugas tertentu yang sulit yang menggunakan program komputer sebagai sebuah peluang untuk dapat menguasai ber bagai program komputer. Dengan keyakinan tersebut, kemampuan yang dimiliki seseorang akan cenderung dapat mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi. Sementara menurut Bandura (2006:12) keahlian menggunakan komputer diartikan sebagai “kepercayaan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan komputer yang dipengaruhi oleh motivasi dan perilaku.” Secara lebih jelas, Bandura (2006: 12) memberikan penjelasan mengenai kemampuan berkomputer seperti berikut:

People’s judgmentsof their capabilities to organize and execute courses of action required to attain designated types of performances. It is concerned not with the skills one has but with judgements of what one can do with whatever skills one possesses. Definisi tersebut menunjukan bahwa karakteristik kunci dari kemampuan diri yaitu: komponen skill (keahlian) dan ability (kemampuan) dalam hal mengorganisir dan melaksanakan suatu tindakan. Dalam konteks komputer, kemampuan berkomputer menggambarkan persepsi individu tentang kemampuannya menggunakan komputer untuk menyelesaikan suatu tugas yang mengunakan program tertentu seperti paket-paket software untuk analisis data dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

2.4.2. Pengertian Web-base Learning

Soekartawi (2007) mengemukakan bahwa e-learning atau web-base learning merupakan suatu teknologi informasi yang terdiri dari dua kata yaitu : „e‟ yang merupakan singkatan dari elektronika, dan „learning‟ yang berarti belajar. Jadi e-learning adalah proses belajar dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya komputer. Oleh karena itu, maka e-learning sering disebut pula dengan on-line course (kursus on-line).Dengan demikian maka e-learning atau

(21)

27 pembelajaran on-line (web-base learning) merupakan pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio-video, transmisi satelit, atau software dan hardware komputer.

Dalam penggunaannya e-learning atau on-line learning sering digunakan dalam sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau distance education.Dalam beberapa aplikasinya e-learning membutuhkan pengiriman data atau pesan jarak jauh sebagai bahan atau materi pengajaran yang tidak dapat diberikan secara langsung. Hal ini sejalan dengan definisi e-learning yang dikemukakan oleh Jackson (dalam Soekartawi, 2007) dalam artikelnya yang berjudul: “Definiting e-learning: Different Shades of On-line”, bahwa e-learning atau on-line learning adalah pembelajaran yang penyampaiannya menggunakan komputer. Karena itu Jackson menawarkan kesamaan antara e-learning dengan “Technology Deliverd Learning”.

Soekartawi, Haryono, dan Libero (dalam Soekartawi, 2007) mendefinisikan e-learning adalah istilah umum untuk semua teknologi belajar mengajar yang didukung dengan media ponsel, audio dan video, telekonferensi, transmisi satelit, dan lebih diakui sebagai pelatihan berbasis web yang dibantu komputer dan juga sering dirujuk sebagai kursus on-line.

Sementara itu UNESCO (dalam Soekartawi, 2007) mendefinisikan e-learning sebagai berikut:

e-learning is learning through available in the computers. Thus, e-learning or on-line learning is always connected to a computer or having information available through the use of computer.e-learning adalah pembelajaran yang tersedia di komputer. Dengan demikian, e-learning atau on-line learningselalu

(22)

28 terhubung ke komputer atau memiliki informasi yang tersedia melalui penggunaan komputer.

Web-base learning mengandung makna pembelajaran berbasis website.Menurut Gregorius (dalam storage.jak.ac.id, 2000) website merupakan kumpulan halaman web yang saling terhubung dan file-filenya saling terkait.Web terdiri dari page atau halaman dan kumpulan halamanyang dinamakan homepage.Homepage berada pada posisi teratas, dengan halaman-halaman terkait berada di bawahnya. Biasanya setiap halaman di bawah homepage disebut child page, yang berisi hyperlink ke halaman lain dalam website.

Dari beberapa pendapat tersebut maka web-base learning dapat didefinisikan sebagai sistem pembelajaran yang menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras komputer sebagai perancang multimedia pembelajaran disertai penggunaan media internet sebagai sarana penghubung pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

2.4.3. Kriteria Website yang Baik

Rachel Mc.Alphine (Yudono, 2000), mengemukakan 7 kriteria website yang baik. 1) Usability, mudah digunakan oleh user (pengguna/pengunjung). 2) Sistem Navigasi, melibatkan sistem navigasi site secara keseluruhan. 3) Graphic Design, yakni kepuasan subyektif user secara visual meliputi layout, warna, bentuk, dan typography. 4) Content/Isi, sebagus apapun nilai graphic design website tanpa content yang berguna dan bermanfaat maka website tersebut akan bernilai nol. 5) Masalah Kompatibilitas, seberapa luas website mendukung kompabilitas dengan

(23)

perangkat-29 perangkat tampilannya (browser). 6) Loading Time, seberapa cepat sebuah site muncul atau menampilkan sesuatu pada browser pengunjung. 7) Functionality, seberapa baik sebuah site bekerja dari aspek teknologikalnya.

2.5. Penelitian yang relevan

Penelitian eksperimen yang dilakukan Widarti (2010) dengan judul “layanan informasi karier dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Parakan Tahun 2009/2010 dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap pemberian layanan informasi karier berbantuan komputer dengan sig= 0,04 < 0,050 ,dengan sampel yang digunakan dalam peneltian ini remaja berusia 14-24 tahun yang berjumlah 153 orang siswa-siswi yang diambil dengan tehnik random sampling. Alat ukur yang digunakan penelitian ini adalah skala kemampuan perencanaan karier yang di susun berdasarkan teori Super dalam (Winkel & Sri Hastuti, 2006). Pengolahan data menggunakan mann-whitney. Sedangkan Wiyarti (2010) dalam peneltiannya menyatakan bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan terhadap layanan informasi karier berbantuan komputer multimedia dengan sig= 0,671 > 0,051 pada siswa-siswi kelas IX SMP NEGERI 3 Kendal, dengan sampel yang digunakan dalam peneltian ini remaja berusia 14-24 tahun yang berjumlah 162 orang siswa-siswi yang diambil dengan tehnik random sampling. Alat ukur yang digunakan penelitian ini adalah skala kemampuan perencanaan karier yang disusun berdasarkan teori Super dalam (Winkel & Sri Hastuti, 2006). Pengolahan data menggunakan mann-whitney.

(24)

30 2.6. Kerangka pikir

Gambar 2.6.1 Kerangka pikir

2.7. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Modul Layanan Informasi Karier berbantuan komputer dapat meningkatkan secara signifikan kemampuan perencanaan Karier pada Siswa SMP KRISTEN 2 Salatiga Kelas VIII”

D i b a n d i n g k a n Treatment Hasil K.Eksperimen Hasil K.Kontrol Tanpa Treatment Pre-Test Post-Test

Gambar

Gambar 2.6.1 Kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan dalam laporan akhir ini, kesimpulan yang didapatkan ialah untuk tingkat likuiditas perusahaan dianggap likuid tetapi

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Penyesuaian bentuk sel darah merah terhadap proses fisiologis tubuh unggas antara lain dengan tingkat fleksibilitas sel darah untuk mampu bergerak bebas dengan

[r]

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam