• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan

PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai PT. KAI (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur dan mengurus jasa angkutan kereta api Indonesia didirikan sesuai akta tanggal 1 Juni 1999 No.2 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, S.H, Sp.N, Notaris di Jakarta dan kemudian diperbaiki kembali sesuai dengan akta tanggal 13 September 1999 No. 14, Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan tanggal 1 Oktober 1999 No. C-17171 HT.01.01.TH.99 dan telah diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia tanggal 14 Januari 2000 No. 4 Tambahan No. 240/2000. Riwayat PT Kereta Api Indonesia (Persero) dibagi menjadi tiga periode yaitu masa colonial, sebagai lembaga pelayanan publik dan sebagai perusahaan jasa. Pada masa kolonial industry perkeretaapian dimulai pada tahun 1864 ketika Namlooze Venootschap Indische

Spoorweg Maatschappij memprakarsai pembangunan jalan kereta api dari Semarang

ke Surakarta Jawa Tengah34.

Stasiun Kota Baru Kota Malang merupakan salah satu stasiun besar yang ada Di Kota Malang. Stasiun ini terletak pada ketinggian +444 Mdpl di JL. Trunojoyo Kiduldalem Klojen Kota Malang. Jumlah jalur pada stasiun Kota Baru Malang ada 10 jalur yang terbagi atas 5 jalur untuk kedatangan dan pemberangkatan kereta dan 5

(2)

jalur lainnya untuk jalur parkir dan langsir kereta pengisian bahan bakar kereta. Jumlah kereta api yang melintas di stasiun Kota Baru Malang adalah 40 kereta api dengan berbagai jenis yaitu kereta api ekonomi, eksekutif, bisnis dan kereta barang. Jumlah penumpang yang singgah pada stasiun Kota Baru Malang perhari mencapai 3000 - 3500 penumpang dengan pendapatan mencapai 120 – 130 juta perhari. Jumlah pegawai PT.KAI yang ditugaskan untuk mengelolah stasiun Kota Baru Malang berjumlah 29 orang35.

Gambar 1

Logo PT. Kereta Api Indonesia

Sumber : http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember 2016

Garis melengkung : malambangkan gerakan yang dinamis PT.KAI dalam mencapai visi dan misinya.

Anak panah : melambangkan nilai integritas yang harus dimiliki insan PT.KAI dalam mewujudkan pelayanan prima.

Warna orange : melambangkan proses pelayanan prima (kepuasan pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal.

35 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

(3)

Warna biru : melambangkan semangat inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga dapat melesat36. Visi dan misi

Visi : menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

Misi : menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama yaitu keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan37.

Berikut struktur organisasi stasiun Kota Baru Malang :

36 http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember 2016

37 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

(4)

Bagan 1

Struktur Organisasi Stasiun Kota Baru Malang

Sumber : Hasil observasi stasiun Kota Baru Malang tanggal 1 Desember 2016

B. Aksesibilitas penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api di Stasiun Kota Baru Malang ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

Aksesibilitas merupakan kemudahan yang disediakan untuk kaum disabilitas guna menciptakan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan sebagai suatu kemudahan bergerak dan menggunakan fasilitas yang ada. Sehingga dalam penggunaannya bisa digunakan secara mandiri contohnya fasilitas di stasiun dan

WKSB MARDIONO NIPP. 45341 SPV PERKA dan ADM SAMSUL HADI NIPP47008 PPKA SPV KOMERSIAL RIRIN DESMAYANTI NIPP.51451 SPV KAMTIB SOBANI NIPP. 64393 SPVPELAYANAN STASIUN ACHMAD SYAIFUL NIPP. 45345 JM UPT STA SUPRAPTO NIPP.41437 PRS PLR CUSTOMER CARE ANNOUNCER CLEANER PORTER OA LOKET OPERATOR LOKET CHEKER BOARDING SECURITY

(5)

kereta api. Karena fasilitas penunjang di stasiun dan gerbong kereta api merupakan hal yang sangat berperan penting bagi pengguna jasa transportasi kereta api tanpa terkecuali. Sehingga kemudahan kemandirian dan kenyamanan dapat tercipta pada saat menggunakan jasa transportasi kereta api. Aksesibilitas wajib disediakan untuk penyandang disabilitas sehingga tercipta kemudahan kesetaraan kemandirian dari setiap pengguna jasa transportasi kereta api. Setiap warga Negara berhak atas pemenuhan fasilitas publik tanpa terkecuali kaum disabilitas. Jika ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang berisikan bahwa Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia. Hal ini merupakan dasar atas disediakannya fasilitas untuk penyandang disabilitas sesuai dengan standart pelayanan minimum seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api.

(6)

Tabel 3.1

Pendapat Responden Tentang Penggunaan Kereta Api

Pernyataan Nama Jawaban

Ya Tidak

Penggunaan jasa kereta api oleh penyandang disabilitas Harianto Norman S Neni Maman Bambang Yulis Lisa Siti Nanang Yanti Jawaban 10 Responden

Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016

Berdasarkan tabel hasil kuisioner yang diperoleh dari penyandang disabilitas di YPAC Malang menunjukkan bahwa 50% dari 10 responden penyandang disabilitas masih enggan untuk menggunakan transportasi kereta api.

Karena sebagian besar penyandang disabilitas memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi pada saat berpergian. Karena dirasa aksesibilitas dalam menggunakan transportasi umum seperti kereta api masih sulit bagi penyandang disabilitas khususnya di stasiun Kota Baru Malang38.

38 Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

(7)

Tabel 3.2

Pendapat Responden Tentang Fasilitas Kereta Api

Pernyataan Nama Jawaban

Ya Tidak

Tingkat pemenuhan fasilitas kereta api berdasarkan kebutuhan penyandang disabilitas Harianto Norman S Neni Yulis Yanti Jawaban 5 Responden

Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016

Berdasarkan tabel dari hasil kuisioner yang dijawab oleh 5 responden mengatakan fasilitas yang ada pada kereta api belum memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas.

Karena para penyandang disabilitas masih merasa kesulitan pada saat menggunakan kereta api jika tanpa bantuan dari oranglain. Dengan belum adanya kelengkapan fasilitas yang ada membuat penyandang disabilitas belum mendapat kemudahan aksesibilitas pada saat menggunakan jasa kereta api dan juga kesetaraan dan kesamaan kesempatan serta mengurangi kebebasan kemandirian dari penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api dalam menggunakan fasilitas yang ada di stasiun dan gerbong kereta api 39.

39 Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

(8)

Tabel 3.3

Pendapat Responden Tentang Kemudahan Aksesibilitas

Pernyataan Nama Jawaban

Ya Tidak

Kemudahan yang diperoleh penyandang disabilitas pada saat menggunakan jasa transportasi kereta api

Harianto Norman S Neni Yulis Yanti Jawaban 5 Responden

Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016

Berdasarkan tabel dari hasil kuisioner yang dijawab oleh 5 responden yang pernah menggunakan jasa transportasi kereta api mengatakan masih belum memperoleh kemudahan akses pada saat menggunakan kereta api.

Kemudahan akses belum di dapatkan oleh penyandang disabilitas karena pada saat Di Stasiun Kota Baru Malang pada saat awal masuk stasiun belum ada jalur khusus untuk kursi roda sehingga menyulitkan pergerakan dari penyandang disabilitas yang harus berdesakan dengan penumpang lainnya, pada saat membeli tiket loketnya juga masih belum mudah untuk dijangkau, belum ada ruang tunggu khusus untuk penyandang disabilitas sehingga dirasa masih sulit aksesibilitas oleh penyandang disabilitas di stasiun Kota Baru Malang40.

40 Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

(9)

Dalam lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api menjelaskan beberapa kriteria yang harus ada yaitu informasi yang jelas dan mudah, loket, ruang tunggu, toilet, fasilitas kemudahan naik/turun penumpang, fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas, fasilitas kesehatan, keamanan dan keselamatan.

Fasilitas yang disediakan Di Stasiun Kota Baru Malang diberikan berdasarkan SPM (Standart Pelayanan Minimum) yang telah ditetapkan. Fasilitas yang sudah tersedia di stasiun Kota Baru Malang untuk penyandang disabilitas yaitu toilet yang bisa digunakan penyandang disabilitas, mushola yang sudah disediakan tempat duduk khusus untuk penyandang disabilitas, ada jalan landai yang menghubungkan antar jalur rel kereta api yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, ruang menyusui, ruang kesehatan. Selain penyediaan beberapa fasilitas untuk menjamin hak dari penyandang disabilitas dalam penggunaan jasa kereta api juga diberikan pelayanan oleh petugas dari stasiun Kota Baru Malang kepada penyandang disabilitas. Namun belum ada fasilitas lain yang mendukung seperti tangga yg landai untuk naik turun penumpang, loket yang rendah agar mudah digunakan pengguna kursi roda dan ruang tunggu khusus, jalur khusus dari pertama masuk stasiun untuk penyandang disabilitas. Dalam gerbong kereta api sendiri juga belum merata atas pemenuhan fasilitas penyandang disabilitas, hanya kereta tertentu saja yang sudah ada

fasilitas untuk penyandang disabilitas41.

41 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

(10)

Belum adanya kelengkapan fasilitas khusus yang menjamin atas pemenuhan hak penyandang disabilitas hal ini dapat mengurangi kemandirian aksesibilitas dari penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api, karena walaupun sudah disediakan beberapa fasilitas untuk mendukung hak penyandang disabilitas akan tetapi belum adanya fasilitas yang menjadi kebutuhan dasar untuk kemudahan akses dari penyandang disabilitas hal ini membuat para penyandang disabilitas masih bergantung sepenuhnya terhadap bantuan tenaga manusia untuk memudahkan langkahnya. Seperti belum adanya ruang tunggu khusus, belum ada tangga yang landai untuk naik turun, belum ada loket yang bisa dijangkau kursi roda, serta jalan khusus untuk penyandang disabilitas pada saat awal memasuki stasiun selain itu di dalam gerbong kereta belum merata pintu kereta yang luas sehingga mudah untuk diakses kursi roda dan papan informasi perjalanan kereta digital untuk penyandang tuna rungu. Belum lengkapnya fasilitas yang mendukung juga menjadi penyebab masih banyaknya penyandang disabilitas yang masih enggan untuk menggunakan jasa transportasi publik salah satunya kereta api42.

Walaupun belum terpenuhi secara maksimal fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas namun pihak dari PT.KAI memberikan pelayanan jika ada penyandang disabilitas yang menggunakan jasa transportasi kereta api agar para penyandang disabilitas tersebut mendapatkan kemudahan aksesibilitas dalam menggunakan transportasi kereta api. Pihak penyelenggara kereta api bukan tidak

42 Hasil observasi di Stasiun Kota Baru Malang dan wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

(11)

menghargai asas kemandirian dari penyandang disabilitas akan tetapi karena belum adanya pengadaan fasilitas dari pihak pengelolah pusat yaitu DAOP 8. Petugas di Stasiun Kota Baru Malang hanya sebagai pengelolah saja, namun untuk pemenuhan fasilitas harus ada ketentuan dari DAOP 8 sebagai penyelenggara kereta api43.

Adapun yang termasuk dalam standart pelayanan minimum sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yakni:

1. Standart pelayanan minimal di stasiun kereta api; dan 2. Standart pelayanan minimal dalam perjalanan.

Kemudian yang termasuk dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang dengan Kereta Api yakni: standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup

a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

Pemberian fasilitas dirasa kurang dan merata untuk setiap stasiun di Kota Malang salah satunya stasiun Kota baru. Karena fasilitas yang masih kurang hal ini menjadi penyebab adanya pembeda antara penumpang disabilitas dan penumpang normal lainnya karena belum bisa mengakses dengan mudah secara mandiri pada saat

43 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Syaiful (Supervisor Pelayanan Stasiun Kota Baru Malang).Tanggal 1 Desember 2016

(12)

menggunakan jasa kereta api contohnya pada saat naik atau turun penumpang disabilitas tidak bisa mandiri sendiri karena belum adanya tangga yang landai untuk kursi roda, belum adanya ruang tunggu khusus untuk penyandang disabilitas juga menyulitkan karena jika harus menunggu kereta datang penyandang disabilitas harus berdesakan dengan paenumpang lainnya sehingga menyulitkan untuk melakukan pergerakan pada saat kereta datang jika tanpa bantuan petugas kereta api44. Di dalam Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian telah dijelaskan bahwa perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut :

“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.

Penyediaan fasilitas untuk pengguna jasa di Stasiun Kota Baru Malang sudah sesuai dengan standart pelayanan minimum. Namun belum lengkapnya fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas menjadi penghambat atas aksesibilitas penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api untuk memperoleh kemandirian dan kesetaraan dalam menggunakan jasa kereta api45.

Berdasarkan uraian diatas jika dikaitkan dengan teori keadailan sosial John Rawls yang mengatakan Teori keadilan Rawls memiliki konsepsi keadilan yang disebut dengan Justice as Fairness. Justice as Fairness memiliki terdiri dari dua prinsip keadilan. Rawls merumuskan dua prinsip keadilannya sebagia berikut:

44 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016 ( Diolah ) 45 Ibid

(13)

1. Each person has the same indefeasible claim to a fully adequate scheme of equal basic liberties, which scheme is compatible with the same scheme of liberties

for all. (Setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup keseluruhan

sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi kemerdekaan semua warga yang lain)

2. Social and economic inequalities are to satisfy two conditions: first, they are to be attached to offices and positions open to all under conditions of fair equality of opportunity; and second, they are to be to the greatest benefit of the

least-advantaged members of society. (maksudnya: Ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial

dan ekonomi ditata sedemikian rupa sehingga:

a. paling menguntungkan bagi yang paling tertinggal, dan

b. posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbuka bagi semua di bawah syarat kesamaan kesempatan yang fair)46.

Bidang utama keadilan adalah susunan dasar masyarakat, semua institusi sosial, politik, hukum dan ekonomi. Karena susunan institusi sosial tersebut mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, tetapi juga dalam perilaku, keputusan dan penilaian individual. Mengingat kompleksnya masalah keadilan, maka Rawls memusatkan diri pada bidang utama keadilan yang menurutnya adalah susunan dasar masyarakat. Susunan dasar masyarakat meliputi: konstitusi, pemilikan pribadi atas sarana-sarana produksi, pasar

(14)

kompetitif, dan susunan keluarga monogami. Dari penjelasan tersebut Rawls menitik beratkan pada bentuk hubungan sosial yang membutuhkan kerjasama.

Keadilan sosial bagi penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api masih kurang terwujud pasalnya mereka masih belum mendapatkan kemandirian atas aksesibilitas pada transportasi kereta api secara merata. Jika dikaitkan dengan teori keadilan sosial John Rawls yang menyebutkan Each person has the same indefeasible claim to a fully adequate scheme of equal basic liberties, which scheme is compatible

with the same scheme of liberties for all. (Setiap orang memiliki hak sama sejauh

yang dapat dicakup keseluruhan sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi kemerdekaan semua warga yang lain) hak dari penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa Kereta Api masih belum sepenuhnya terpenuhi karena dalam penyediaan fasilitas pendukung aksesibilitas penyandang disabilitas masih belum maksimal dan merata dalam penyediaannya. Atas kurangnya fasilitas yang ada hal ini mengurangi kesamaan kemerdekaan bagi penyandang disabilitas karena tidak ada kesetaraan hak aksesibilitas penyandang disabilitas pada saat menggunakan transportasi kereta api karena belum terpenuhinya secara maksimal sehingga menjadikan beda antara pengguna jasa penyandang disabilitas dan pengguna jasa transportasi lainnya.

Dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas di sebutkan bahwa :

“aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan”.

(15)

Kesamaan kesempatan menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 adalah ”keadilan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan akses kepada penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek penyelenggaraan Negara dan masyarakat”.

Hak dari penyandang disabilitas tersebut tertuang pada Pasal 18 Undang Undang no 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas yang berbunyi :

Hak Aksesibilitas untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:

a. Mendapatkan Aksesibilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik; dan

b. Mendapatkan Akomodasi yang Layak sebagai bentuk Aksesibilitas bagi individu.

Pasal 19

Hak Pelayanan Publik untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:

a. Memperoleh Akomodasi yang Layak dalam Pelayanan Publik secara optimal, wajar, bermartabat tanpa Diskriminasi; dan

b. Pendampingan, penerjemahan, dan penyediaan fasilitas yang mudah diakses di tempat layanan publik tanpa tambahan biaya.

Akomodasi yang layak menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang penyandang Disabilitas adalah “modifikasi dan penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental untuk penyandang disabilitas berdasarkan kesetaraan”.

Jika ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang menyebutkan “penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.

Di Stasiun Kota Baru Malang tersedia beberapa fasilitas yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas. Namun belum maksimal dalam penyediaannya sehingga mengurangi kemandirian dan kemudahan aksesibilitas penyandang disabilitas pada saat menggunakan transportasi kereta api. Hal ini menjadikan kurang sesuainya dari penerapan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007

(16)

Tentang Perkeretaapian karena belum terpenuhinya unsur kemudahan yang diperoleh penyandang disabilitas.

Dengan demikian fungsi kereta api sebagai pelayanan masyarakat menjadi kurang memuaskan bagi penyandang disabilitas karena belum terpenuhi secara maksimal fasilitas yang menjadi kebutuhan atas pengguna jasa transportasi kereta api khususnya penyandang disabilitas. Hal ini menjadikan kurangnya kemudahan aksesibilitas dari penyandang disabilitas pada saat menggunakan kereta api untuk berpergian. Akan tetapi sebagai penyelenggara kereta api hal ini menjadi tantangan agar meningkatkan pemenuhan fasilitas untuk disabilitas secara merata di setiap stasiun dan di dalam gerbong kereta api khususnya di Kota Malang. Badan penyelenggara kereta api wajib memberikan fasilitas yang diperlukan dan memberikan pelayanan khusus untuk penyandang disabilitas dan orang sakit di stasiun kereta api untuk memudahkan aksesibilitas. Menurut Keputusan Menteri No. 71 Tahun 1999 standart acuan aksesibilitas pada sarana prasarana perkeretaapian meliputi :

1. Sarana

a. Ruang yang dirancang dan disediakan khusus untuk kelompok disabilitas dan orang sakit guna memberikan kemudahan bergerak.

b. Penempatan ruang untuk kelompok disabilitas dan orang sakit diharuskan memiliki aksesibilitas tanpa hambatan untuk keperluan peturasan.

c. Alat bantu naik turun dan sarana pengangkut. d. Informasi perjalanan kereta api.

2. Prasarana

(17)

b. kondisi peterusan yang dapat dimanfaatkan kelompok disabilitas dan orang sakit tanpa bantuan pihak lain.

c. Kondisi peron yang memudahkan kelompok disabilitas dan orang sakit untuk naik turun dari dank e sarana perkeretaapian.

d. Wajib menyediakan personil yang dapat membantu kelompok disabilitas dan orang sakit.

e. Papan informasi perjalanan kereta api berbentuk huruf braile atau tanda melalui bunyi bagi kelompok disabilitas tuna netra.

f. Tempat duduk bagi penempatan kursi roda pada sisi aman dekat pintu keluar / masuk.

g. Papan informasi dengan tanda huruf yang besar disertai warna yang jelas dan dalam jumlah yang cukup banyak bagi kelompok disabilitas tuna grahita, tuna rungu, dan tuna daksa.

h. Kemudahan untuk mendapatkan tiket angkutan.

C. Tanggung jawab penyelenggara kereta api Di Kota Malang dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api

Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak yang diberikan oleh hukum47. Sementara itu, pengertian hukum dapat dikaji dari norma yang tercantum dalam Undang-Undang dan Norma Hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Perlindungan hukum terhadap pihak yang lemah selalu dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak pihak yang lemah. Maria Theresia Geme mengartikan perlindungan hukum adalah berkaitan dengan tindakan

(18)

Negara untuk melakukan sesuatu dengan memberlakukan hukum secara eksklusif dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak seseorang atau kelompok orang48. Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Cara perlindungan secara hukum adalah :

1. Membuat peraturan (giving regulation), yang bertujuan untuk : a. Memberikan hak dan kewajiban.

b. Menjaminn hak para subjek.

2. Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui :

a. Hukum Administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah

(preventif) terjadinya pelanggaran hak konsumen, dengan perijinan

dan pengawasan.

b. Hukum pidana yang berfungsi menanggulangi (repressive) setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan dengan cara mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman.

c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative

recovery) dengan membayar kompensasi atau kerugian49.

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen terdapat artian perlindungan hukum terhadap konsumen yaitu : segala

48 Maria Theresia Geme.2012.Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Hukum Adat Dalam

Pengelolahan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada NTT.Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.Hal. 99

(19)

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan terhadap konsumen. Sebagai pengguna jasa memiliki hak dan kewajiban.

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen, hak konsumen adalah sebagai berikut :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang/jasa.

2. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. 3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

7. Hak untuk diperlakukan dengan benar atau jujur serta tidak diskriminatif. 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian apabila

barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjiannya.

Pihak penyelenggara kereta api wajib bertanggung jawab atas hak dari pengguna jasa yaitu penyandang disabilitas. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yaitu :

Perkeretaapian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan:

a. asas manfaat; b. asas keadilan; c. asas keseimbangan; d.asas kepentingan umum; e. asas keterpaduan; f. asas kemandirian; g. asas transparansi; h. asas akuntabilitas; dan

(20)

i. asas berkelanjutan.

Asas kemandirian dalam huruf f merupakan unsur yang harus dipenuhi atas penyediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Karena setiap orang tanpa terkecuali penyandang disabilitas juga berhak memperoleh kemandirian dalam menjalankan segala aktifitasnya sendiri tanpa bantuan oranglain. Sehingga hak yang diperlukan penyandang disabilitas menjadi terpenuhi sebagaimana mestinya sebagai pengguna jasa kereta api.

Tabel 3.4

Pendapat responden tentang perlindungan hukum

Pernyataan Nama Jawaban

Ya Tidak

Pengetahuan masyarakat penyandang disabilitas tentang Pasal 131 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian mewajibkan penyelenggara kereta api menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas Harianto Norman S Neni Maman Bambang Yulis Lisa Siti Nanang Yanti Jawaban 10 Responden

Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016

Berdasarkan tabel hasil kuisioner yang ditujukan kepada penyandang disabilitas 40% dari 10 responden sudah mengetahui bahwa ada aturan yang

(21)

melindungi mengenai hak untuk penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Namun 60% dari 10 responden tidak mengetahui akan aturan tersebut.

Hal ini menunjukkan masih belum tersosialisasinya aturan tentang perlindungan hukum mengenai hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api dengan baik. karena lebih banyak penyandang disabilitas yang tidak tahu akan aturan yang menjamin hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api50. Di stasiun Kota Baru Malang bentuk tanggung jawab atas perlindungan hukum hak penyandang disabilitas adalah dengan menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas. Yaitu toilet yang bisa diakses penyandang disabilitas, jalur yang bisa digunakan untuk disabilitas sebagai penghubung antar rel, tempat ibadah yang sudah disediakan tempat duduk agar bisa digunakan penyandang disabilitas, untuk di dalam gerbong kereta api tidak semua kereta api mempunyai gerbong khusus untuk disabilitas hanya beberapa kereta yang sudah ada fasilitas yang lebih mendukung aksesibilitas penyandang disabilitas seperti pintu yang lebih lebar, jarak antar tempat duduk lebih lebar dan disediakan tempat khusus kursi roda di setiap ujung gerbong dan kapasitas penumpang lebih sedikit yaitu 80 orang sedangkan untuk kereta 106 orang. Yaitu kereta Matarmaja, Jayabaya, Jenggala. Untuk gerbong kereta api lainnya sudah terdapat tempat duduk yang mempunyai tanda bahwa bisa digunakan untuk penyandang disabilitas yang terletak di ujung gerbong51. Penyediaan fasilitas di stasiun Kota Baru Malang disediakan berdasarkan standart pelayanan minimum yang

50 Hasil observasi YPAC Malang Tanggal 20 November 2016

51 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

(22)

beracuan pada Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api. Bentuk perlindungan hukum terhadap penyandang disabilitas diatur dalam Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang berbunyi :

“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.

Diperkuat dengan aturan pelaksana yaitu Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api. Untuk bentuk pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna kereta api tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi :

Standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :

a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi :

Standart pelayanan minimum penumpang di perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :

a. Keselamatan; b. Keamanan;

(23)

c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

Di stasiun Kota Baru Malang dalam penyediaan fasilitas dan pelayanan untuk pengguna jasa kereta api diselenggarakan berdasarkan standart pelayanan minimum yang ditentukan. Namun dalam penyediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas baik di stasiun maupun dalam gerbong belum mencapai kesetaraan karena masih minimnya fasilitas untuk mendukung aksesibilitas penyandang disabilitas sehingga mengurangi kemandirian aksesibilitas untuk penyandang disabilitas52.

(24)

Gambar 2 Ruang menyusui

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

Di stasiun Kota Baru Malang sudah ada ruang ibu menyusui yang bisa digunakan untuk ibu yang sedang menyusui pada saat berada di stasiun Kota Baru. Kondisinya cukup bersih dan tertutup sehingga dapat menciptakan kenyamanan untuk ibu yang sedang menyusui dan bisa terjaga privasi dari pengguna ruangan tersebut pada saat sedang menyusui53.

(25)

Gambar 3

Toilet di stasiun Kota Baru Malang

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

Sudah tersedia toilet yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas hal ini merupakan bentuk tanggung jawab penyelenggara kereta api atas perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas. Kondisi toilet di stasiun Kota Baru Malang cukup bersih dan cukup luas untuk bisa diakses kursi roda dan juga sudah terdapat tanda usignage yang menunjukkan bahwa toilet tersebut dikhususkan untuk penyandang disabilitas54. Dengan disediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas

(26)

hal ini sesuai dengan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang berbunyi :

“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.

Dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi :

standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :

a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

(27)

Gambar 4

Pos Kesehatan Stasiun Kota Baru Malang

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016.

Di stasiun Kota Baru Malang juga sudah tersedia pos kesehatan yang bisa digunakan untuk penumpang yang sedang sakit pada saat melakukan perjalanan menggunakan kereta api di stasiun Kota Baru Malang. Kondisi pos kesehatan cukup steril karena berada pada ruang tertutup dan bersih didalamnya juga terdapat peralatan P3K dan obat yang disediakan untuk pengguna jasa ataupun petugas yang sedang mengalami gangguan kesehatan di Stasiun Kota Baru Malang55.

(28)

Gambar 5

Musholla Stasiun Kota Baru Malang

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016.

Tersedia musholla/tempat ibadah yang didalamnya terdapat tempat duduk yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, lansia, ibu hamil yang sedang melaksanakan ibadah. Kondisi di musholla tersebut sangat bersih karena tiap pagi dan sore hari selalu ada petugas kebersihan yang membersihkan tempat ibadah tersebut56.

Selain disediakan beberapa fasilitas yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas juga diberikan pelayanan untuk membantu penyandang disabilitas pada saat menggunakan jasa kereta api. Seperti membantu memesan tiket di loket, membantu mencarikan tempat duduk di ruang tunggu, serta membantu naik turun penumpang disabilitas. Tidak ada prosedur khusus dalam melakukan pelayanan terhadap penyandang disabilitas hanya saja para petugas di stasiun Kota Baru Malang

(29)

bertugas sesuai dengan hati dan visi misi dari PT.KAI selaku penyelenggara kereta api. Namun untuk pelayanan terhadap penyandang disabilitas mental lebih diarahkan agar menggunakan pendamping pada saat berpergian menggunakan kereta api57. Menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api disebutkan bahwa stasiun kereta api adalah tempat pemberhentian kereta api. Dalam standar pelayanan minimum orang dengan kereta api terdapat enam aspek pelayanan yang harus dipenuhi yaitu keselamatan, keamanan, kehandalan, kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan. Berikut adalah kondisi di stasiun Kota Baru Malang :

Gambar 6

Tampak depan Stasiun Kota Baru Malang

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

57 Hasil wawancara dengan Achmad Syaiful.(Supervisor Pelayanan Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

(30)

Gambar 7

Loket Stasiun Kota Baru Malang

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

Gambar 8

Ruang tunggu Stasiun Kota Baru Malang

(31)

Gambar 9

Akses menuju peron Stasiun Kota Baru Malang

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Gambar 10

Ruang tunggu peron

(32)

Gambar 11

Jalur terowongan penghubung antar rel

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Gambar 12

Tangga naik turun penumpang

(33)

Gambar 13 Gerbong kereta api

Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

Berdasarkan uraian diatas mengenai tanggung jawab penyelenggara kereta api atas hak penyandang disabilitas jika dikaitkan dengan teori perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan untuk bertindak dalam kepentingan tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan pengayoman terhadap masyarakat. Perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum58. Unsur yang tercantum dalam bentuk definisi dari teori perlindungan hukum meliputi :

1. Adanya wujud atau bentuk perlindungan hukum atau tujuan perlindungan hukum.

(34)

2. Subjek hukum

3. Objek perlindungan hukum.

Dalam setiap peraturan perundang-undangan yang menjadi wujud atau bentuk atau tujuan perlindungan yang diberikan kepada subjek atau objek perlindungannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya teori perlindungan hukum merupakan teori yang berkaitan pemberian pelayanan kepada masyrakat.

Penyelenggara kereta api wajib melakukan tanggung jawab perlindungan hukum atas hak penyandang disabilitas berdasarkan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 yang menyebutkan penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia. Wujud perlindungan hukum yang diberikan oleh penyelenggara kereta api terhadap penyandang disabilitas harus sesuai dengan standart pelayanan minimum Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :

a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

(35)

Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : standart pelayanan minimum penumpang di perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :

a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

Fasilitas yang disediakan untuk penyandang disabilitas yaitu toilet yang bisa diakses penyandang disabilitas, sudah ada tempat ibadah yang menyediakan tempat duduk agar bisa digunakan penyandang disabilitas untuk beribadah, ada jalur penghubung antar rel yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, untuk didalam gerbong sendiri sudah ada beberapa kereta yang menyediakan tempat duduk untuk penyandang disabilitas di kereta kelas eksekutif terletak pada gerbong 4 dan 5. Namun dalam segi pemerataan dan pelengkap fasilitas untuk penyandang disabilitas masih banyak kendala yang menjadi penghambat antara lain belum adanya pengadaan fasilitas dari DAOP 8 selaku pengelolah pusat stasiun kereta api di Kota Malang. Selain itu karena jumlah penumpang disabilitas yang sedikit. Oleh karenanya pihak penyelenggara mengutamakan pelayanan dari petugas sebagai wujud perlindungan hukum itu sendiri. Jika ditinjau dari unsur teori perlindungan hukum

(36)

menyebutkan unsur yang tercantum dalam bentuk definisi dari teori perlindungan hukum meliputi :

1. Adanya wujud atau bentuk perlindungan hukum atau tujuan perlindungan hukum.

2. Subjek hukum

3. Objek perlindungan hukum.

Wujud perlindungan hukumnya yaitu disediakannya beberapa fasilitas dan diberikannya pelayanan untuk penyandang disabilitas. Jika ditinjau dari Pasal 3 dan 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang dengan Kereta Api yang menyebutkan unsur keamanan, kenyamanan, kehandalan, kemudahan dan kesetaraan Di Stasiun Kota Baru Malang untuk keamanan sudah ada petugas keamanan dari security dan Polsuska yang berjaga di Stasiun Kota Baru malang, untuk kehandalan sudah disediakan petugas yang siap sedia melayani sesuai dengan visi dan misi, kenyamanan sudah cukup memenuhi karena kondisi di stasiun Kota Baru malang sudah cukup bersih sehingga dapat menciptakan rasa nyaman bagi pengguna jasa, untuk kemudahan dan kesetaraan masih kurang karena masih belum lengkap fasilitas yang disediakan untuk mendukung kemudahan aksesibilitas penyandang disabilitas. Namun belum tepat mengenai sasaran atas upaya tanggung jawab hukum yang diberikan terhadap penyandang disabilitas karena para penyandang disabilitas masih memilih kendaraan pribadi untuk berpergian akibat belum lengkapnya fasilitas yang menjamin rasa kemandirian dan kesetaraan dari penyandang disabilitas. Karena penyandang

(37)

disabilitas dibedakan dengan berbagai macam maka terkait dengan penyelenggara sarana dan prasarana juga harus berbeda. Di Stasiun Kota Baru Malang dari mulai awal masuk stasiun belum terlihat adanya fasilitas khusus yang mendukung kemandirian aksesibilitas penyandang disabilitas. Oleh karena itu wujud perlindungan hukum yang diberikan penyelenggara kereta api terhadap hak penyandang disabilitas sudah memenuhi unsur perlindungan hukum namun masih belum mencakup keseluruhan dari kebutuhan penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Sebagai contoh berikut adalah fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas :

Gambar 14

Jalur khusus penyandang disabilitas

Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016

Jalur untuk penyandang disabilitas dibuat dengan ada jalur yang

(38)

sebagai penunjuk arah. Sehingga aksesibilitas kemandirian penyandang disabilitas tuna netra dapat terpenuhi.

Gambar 15

Ruang tunggu penyandang disabilitas

Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016

Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016

Ruang tunggu untuk penyandang disabilitas harus disediakannyua ruang untuk kursi roda. Sehingga penyandang disabilitas pengguna kursi roda tidak

(39)

berdesakan dengan pengguna jasa lainnya. Selain ada ruang untuk kursi roda tatanan tempat duduk haruslah luas agar pengguna kursi roda bisa mudah melakukan pergerakan dengan kursi roda tanpa harus berdesakan.

Gambar 16

Papan pengumuman huruf braile

Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016

Papan pengumuman huruf braile berfungsi untuk membantu agar penyandang disabilitas tuna rungu dapat memperoleh informasi dengan mudah. Oleh karenanya dengan disediakannya fasilitas tersebut dapat mendukung kemandirian dari penyandang disabilitas tuna rungu dan memperoleh kesetaraan karena dapat memperoleh informasi dengan mudah sama dengan pengguna jasa lainnya

(40)

Gambar 17

Tangga landai naik turun penumpang

Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016

Tangga landai untuk naik turun penumpang disabilitas. Dengan adanya tangga yang landai bisa digunakan penyandang disabilitas untuk naik turun dengan mudah. Karena tidak ada lagi tangga susun yang tidak bisa dilewati kursi roda. Sehingga dapat menciptakan kesetaraan dan kemandirian penyandang disabilitas.

Gambar 18

Tempat duduk penyandang disabilitas dalam gerbong

(41)

Adanya ruang untuk kursi roda dalam gerbong kereta api berfungsi untuk memudahkan pengguna kursi roda di dalam gerbong kereta api tanpa harus berpindah dari kursi roda karena sudah disediakannya ruang untuk kursi roda. Selain itu tatanan gerbong kereta api yang dibuat lebih luas untuk memudahkan akses pengguna kursi roda dalam gerbong kereta api. Dengan adanya fasilitas tersebut dapat menciptakan rasa kesetaraan untuk penyandang disabilitas

Beberapa contoh gambar fasilitas untuk penyandang disabilitas yang di lampirkan adalah bentuk dari upaya tanggung jawab perlindungan hukum yang harus diberikan oleh penyelenggara kereta api kepada penyandang disabilitas karena dengan menggunakan fasilitas tersebut dapat memenuhi kemandirian atas aksesibilitas penyandang disabilitas tanpa bantuan dari orang lain serta menciptakan kesetaraan bagi penyandang disabilitas. Dalam Pasal Pasal 198 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Kereta Api menyebutkan bahwa : 1 Setiap jenis sarana perkeretaapian wajib memenuhi kelaikan operasi sarana perkeretaapian.

2 Kelaikan operasi sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengujian sarana perkeretaapian; dan b. pemeriksaan sarana perkeretaapian.

Pasal 398 ayat 4 dan 5 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Kereta Api menyebutkan bahwa :

Penyelenggara prasarana, dan sarana perkeretaapian yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163 ayat 1, Pasal 166 ayat 2, Pasal 171 ayat 1, Pasal 173 ayat 3, Pasal 182 ayat 1, Pasal 198 ayat 1, Pasal 222 ayat 1, Pasal 229 ayat 1, Pasal 271 ayat 1, Pasal 274 ayat 1, Pasal 277 ayat 1, Pasal 290 ayat

(42)

1, Pasal 328, Pasal 331, Pasal 336, Pasal 341, Pasal 348, Pasal 351 ayat 3, Pasal 362, atau Pasal 372, dikenai sanksi administrasi.

Ayat 5 Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 diberikan dengan tahapan:

a. peringatan tertulis;

b. pembekuan sertifikat atau izin; c. pencabutan sertifikat atau izin.

Jika dikaitkan dengan teori efektifitas hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu aturan hukum ditentukan oleh 5 faktor yaitu :

Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, Pihak yang membuat dan yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, Faktor kebudayaan ,sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan59. Ahmad ali berpendapat bahwa pada umumnya ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektifitas hukum tersebut untuk ditaati atau tidak ditaati yaitu faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu perundang undangan adalah professional dan optimal pelaksanan peran dari para penegak hukum baik dalam menjalankan tugas dan menjalankan isi dari Undang-Undang tersebut60. Berdasarkan teori dari Soerjono Soekamto tidak adanya penerapan sanksi atas tidak tersedianya dengan lengkap fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas merupakan bentuk tidak efektifnya aturan yang telah dibuat. Hal ini

59 Soerjono Soekamto.2008.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta.Penerbit PT Raja Grafindo Persada.Hal.8

(43)

disebabkan karena tidak ada ketegasan dari petugas yang berwenang melakukan pengawasan untuk menerapkan sanksi yang telah diatur oleh Undang-Undang atas penyelenggara sarana dan prasarana kereta api. Maka dengan kurangnya penerapan sanksi yang diatur hal ini menjadi tidak efektifnya aturan yang dibuat. Sehingga pemenuhan fasilitas untuk penyandang disabilitas masih belum tersedia dengan lengkap di Stasiun Kota Baru Malang.

Gambar

Gambar 2  Ruang menyusui

Referensi

Dokumen terkait

penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang diakui berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang

Namen naše raziskave je bilo ugotoviti, ali imajo KLB bolniki z znano predhodno koronarno boleznijo drugačne vrednosti analize perifernega pulznega vala SEVR, ED, AiX in

Ketiga, diskusi kelompok terarah, Keempat, dokumentasi, Dari hasil pengkajian identifikasi sosial masyarakat untuk mengetahui potensi ekowisata di desanya, ada

Dalam bab ini juga berisikan mengenai penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap obyek yaitu Pondok Pesantren Bani Tamim yang membahas mengenai peranan Online

“cancellous” dari tulang dengan baik.Struktur lain pada sistim mukuloskeletal yang dapat ditunjukkan oleh MRI adalah otot,ligamen,tendon dan pembuluh darah.seperti pada

Laporan kegiatan magang mahasiswa yang berjudul “Implementasi Software Otomasi Senayan Library Management System (SLiMS) di Perpustakaan Balai Konservasi

Pedoman Pendidikan FISIP UB juga dievaluasi tiap tahun oleh tim yang terdiri dari pimpinan Fakultas, Pimpinan Jurusan/Program Studi, Wakil Dosen serta jajaran unsur

Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar