• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta PERPUSTAKAAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PERBANDINGAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN SISWA

TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP NEGERI 2 AMPEL BOYOLALI

JAWA TENGAH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun Oleh: Esa Rara Regina

NPM: 3208029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PERBANDINGAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN SISWA TENTANG

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP NEGERI 2 AMPEL BOYOLALI

Esa Rara Regina1, Rosa Delima E2, Masta Hutasoit3

INTISARI

Latar Belakang : Data statistik tahun 2008 di Indonesia menunjukkan dari 43,3

juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, remaja putri Indonesia dari 23 juta yang berusia 15-24 tahun, 83,3% pernah berhubungan seksual (Widyastuti, 2009). Pola perilaku yang negatif dan beresiko tentang kesehatan reproduksi pada remaja akan berdampak pada masa depan mereka, sehingga diperlukan sebuah pendidikan yang khusus membahas tentang kesehatan reproduksi. Media audiovisual dan leaflet merupakan media yang dapat digunakan dalam penyampaian informasi pendidikan kesehatan reproduksi. Studi pendahuluan terhadap 5 orang dari 216 siswa kelas VII didapatkan hasil bahwa siswa tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan

pendidikan kesehatan melalui media audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

Metode Penelitian : Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dan menggunakan desain Non Equivalent Pre-Post Design. Sampel

diambil dengan teknik propotional random sampling yaitu murid kelas VII di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali sebanyak 140 orang. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan hasil penelitian dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dan uji Kolmogorov-Smirnow

Hasil penelitian : Pengetahuan siswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali sebagian besar kurang sebanyak 71 siswa (50,7%). Pengetahuan siswa setelah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali sebagian besar baik sebanyak 72 siswa (51,4%). Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test melalui media leaflet diperoleh p-value 0,000 < 0,05 terdapat 55 siswa mengalami peningkatan pengetahuan. Sedangkan melalui media audio visual diperolah p-value 0,000 < 0,05 terdapat 39 siswa mengalami peningkatan pengetahuan. Hasil uji kolomogorov smirnov diperoleh p-value 0,020 < 0,05.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan pendidikan kesehatan melalui media audio

visual dan leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolai

Kata kunci : pendidikan kesehatan, media audio visual, media leaflet

1

Mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

Dosen POLTEKES KEMENKES Yogyakarta

3

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

COMPARISON OF EDUCATION HEALTH VIA THE MEDIA AUDIO VISUAL AND LEAFLETS TO THE KNOWLEDGE OF STUDENTS ON

HEALTH REPRODUCTIVE ADOLESCENT IN SMP 2 AMPEL BOYOLALI

Esa Rara Regina1, Rosa Delima E2, Masta Hutasoit3

ABSTRACT

Background: Statistical data of 2008 in Indonesia showed from 43,3 million

adolescents aged 15-24 years of unhealthy behavior, teenage Indonesia from 23 million aged 15-24 years, 83,3% had had sexual intercourse (Widyastuti, 2009 ). Negative behavior patterns and risk of adolescent reproductive health will have an impact on their future, so it requires a special education discuss reproductive health. Audiovisual media and the leaflet is a medium that can be used in the delivery of reproductive health education information. Preliminary study of the 5 people from 216 students in grade VII showed that students did not know about health reproductive.

Research Objectives: This study aims to determine the ratio of health ducation

via media audio visual and leaflets to students' knowledge about health reproductive adolescent in SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

Research Methods: The method in this study was quasi-experimental (quasi

experiment) and the use of design Non Equivalent Pre-Post Design. Samples were taken by technique proportional random sampling is a class VII student at SMPl 2 Ampel Boyolali much as 140 people. The instruments of the study questionnaire and test results were analyzed with Wilcoxon Signed Ranks Test and the Kolmogorov-Smirnow.

Results of the study: Knowledge of students' prior education health was

reproductive adolescent in the SMP Negeri 2 Ampel Boyolali largely lacking as many as 71 students (50,7%). Knowledge students' after the adolescent reproductive health education in SMP 2 Ampel Boyolali well as most of the 72 students (51,4%). The results test Wilcoxon Signed Ranks Test via the media leaflet obtained p-value 0,000 < 0,05 there are 55 students to increase knowledge. While the media audio visual obtained through p-value 0,000 < 0,05 there are 39 students have increased knowledge. The results test Kolomogorov Smirnov obtained p-value 0,020 < 0,05.

Conclusion: There is a difference in education health via media audio visual and

leaflets to knowledge students about health reproductive of adolescents in SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

Key words: Education health, media audiovisual, media leaflet

____________________________________________

1

Students PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

Lecturer POLTEKES KEMENKES Yogyakarta

3

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Perbandingan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali Jawa Tengah.

Karya Tulis Ilmiah ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada : 1. Bapak dr. I Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Ahmad Yani Yogyakarta.

2. Ibu Dwi Susanti S. Kep.,Ns selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah.

3. Ibu Rosa Delima,S.Kp.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan kepada penulis dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Masta Hutasoit,S.Kep.,Ns selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan kepada penulis dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Ida Nursanti,S.Kep.,Ns.MPH selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh Dosen Keperawatan STIKES Jenderal A.YANI yang telah memberikan ilmu pengetahuan.

7. Seluruh karyawan STIKES Jenderal A.YANI yang telah membantu peneliti dalam memberikan surat izin untuk studi pendahuluan, dan izin penelitian.

8. Ibu RR. Binarni Rahayu,S.Pd selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali. 9. Bapak Tadzkin,BA selaku Kepala Sekolah di SMP PGRI Ampel Boyolali.

10. Kedua orangtua dan adik tercinta beserta semua keluarga yang sudah memberikan banyak hal dalam kehidupan saya.

11. M. Syamsul Hasan yang telah memberi motivasi, kesabaran, kedewasaan terimakasih banyak atas dukungannya sehingga penulis dapat menyesalikan tugas ini.

12. Sinta, Syerli dan Amalia serta semua teman-teman A-Troyeer PSIK STIKES Jendral A.YANI 2008 suka duka kita lalui bersama, walau penuh duri krikil tajam alhamdulilah kita dapat melaluinya songsong masa depan tetap semangat, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu tersusunnya penelitian ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga penelitian ini berguna bagi semuanya.

Yogyakarta, Agustus 2012

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Agustus 2012

Esa Rara Regina NPM : 3208029

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

INTISARI ... iv

ABSTRACT ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5 E. Keaslian Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pendidikan Kesehatan ... 8

B. Pengetahuan ... 12

C. Kesehatan Reproduksi Remaja ... 15

D. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Remaja Pria dan wanita 20

E. Proses Reproduksi Manusia ... 23

F. Landasan Teori... 24

G. Kerangka Teori ... 25

H. Kerangka Konsep ... 26

I. Hipotesis ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

C. Variabel Penelitian ... 27

D. Definisi Operasional ... 28

E. Populasi dan Sampel ... 30

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 31

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 34

I. Jalannya Penelitian... 36

J. Etika Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 46

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Oprasional ... 28 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang

Kesehatan Reproduksi Remaja ... 31 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa Kelas VII

di SMP N 2 Ampel Boyolali ... 40 Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dilakukan

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja ... 41 Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Setelah dilakukan

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja ... 41 Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa sebelum dan Setelah

dilakukan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

Melalui Media Audio Visual... 42 Tabel 4.5 Hasil Uji Wiloxon Signed Ranks Test Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual Terhadap

Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.. ... 43 Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum

dan Setelah di lakukan Pendidikan Kesehatan

Melalui Media Leaflet ... 44 Tabel 4.7 Hasil Uji Wiloxon Signed Rank Tesr Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Melalui Media Leaflet Terhadap Pengetahuan

Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja ... 44 Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Perbandingan

Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Edgar... ... 9

Gambar 2.2 Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale... ... 9

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Teori Penelitian... ... 25

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengantar Kuesioner Lampiran 2. Inform Consent Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 4. Kunci Jawaban Lampiran 5. Leaflet

Lampiran 6. Time Schedule Penelitian Lampiran 7. Data Uji Validitas

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian

Lampiran 9. SAP Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Lampiran 10. Foto – Foto Penelitian

Lampiran 11. Surat Keterangan Uji Pakar Lampiran 12. Surat Izin Penelitian

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Remaja merupakan suatu masa individu dimana pada masa remaja terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identititas diri. Pada masa remaja terjadi kelabilan mental dan psikologis bagi sebagian remaja yang tak bisa menyadari dan melewati masa remaja dengan baik. Banyak kasus yang terjadi pada masa remaja seperti hubungan seksual di luar nikah, penggunaan narkoba, kehamilan dini, dan penyakit menular seksual (BKKBN, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Kusmiran (2011), remaja

(adolescent) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sekitar 1 miliar manusia atau

setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Jumlah remaja pada tahun 2011 mencapai 63 juta jiwa (BPS, 2011).

Berdasarkan video Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2008 bahwa survey Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2006 menunjukkan pertama kali remaja melakukan seks pra nikah pada usia 13 – 18 tahun. Survey Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di 33 kota tahun 2006 mengungkap fakta kehidupan remaja 97% remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menangah Atas (SMA) pernah melihat VCD porno, 94% remaja SMP dan SMA pernah berciuman, meraba-raba dan oral seks. Data statistik tahun 2008 di Indonesia menujukkan dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, remaja putri Indonesia dari 23 juta yang berusia 15-24 tahun, 83,3% pernah berhubungan seksual (Widyastuti, 2009).

Remaja merasa bahwa membahas soal seks, kesehatan reproduksi remaja, perilaku seksual lebih terbuka dan lebih senang bila dilakukan dengan teman sebaya sendiri (peer group) dari pada dengan orang tua sehingga sangat dimungkinkan remaja akan mendapatkan informasi kesehatan reproduksi yang tidak benar. Kekeliruan ini akan menyulitkan remaja untuk membentuk perilaku reproduksi sehat dan memicu munculnya berbagai kasus permasalahan yang berhubungan dengan

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

kesehatan reproduksi seperti tertular HIV AIDS, IMS (Infeksi Menular Seksual), dan pernikahan usia muda (Saroha, 2009).

Dinkes Provinsi Jawa Tengah melaporkan bahwa pada tahun 2009 jumlah penderita HIV AIDS mencapai 421 kasus dan penderita IMS 7213 kasus, sedangkan di Kabupaten Boyolali 2 kasus HIV AIDS, IMS (Infeksi Menular Seksual) 45 kasus dan pelecehan seksual remaja 27 kasus. Pada tahun 2009 remaja yang menikah umur 10 – 15 mencapai 13,10%, umur 16-18 sejumlah 36,98%.

Dari uraian tersebut di atas menunjukkan betapa kurangnya pengetahuan remaja dalam masalah kesehatan reproduksi. Apabila hal ini tidak diatasi maka akan menjadi kendala dalam proses pembangunan negara. Mengingat remaja adalah termasuk kelompok produktif yang nantinya akan memegang peranan penting dalam pembangunan negara maka peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi perlu dilakukan agar nantinya remaja memiliki sikap dan perilaku yang positif tentang kesehatan reproduksi.

Pola perilaku yang negatif dan beresiko tentang kesehatan reproduksi pada remaja akan berdampak pada masa depan mereka, sehingga diperlukan sebuah pendidikan yang khusus membahas tentang kesehatan reproduksi. Pendidikan merupakan alat yang mendasar dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seorang remaja dalam menjaga dirinya. Pendidikan kesehatan merupakan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan sikap dan pengetahuan kesehatan, karena pendidikan kesehatan lebih menitik beratkan pada upaya pencegahan (Notoatmojo, 2007).

Pendekatan Pendidikan Kesehatan reproduksi harus dimulai dari umur 10 – 15 tahun, yaitu secara psikologis anak sudah masuk remaja dimana seorang mengalami puber. Pendidikan kesehatan remaja efektif diberikan di sekolah karena mengajarkan anak-anak tentang prilaku yang sehat dan tidak sehat serta konsekuensi melakukan tindakan tersebut. Pendidikan kesehatan sangat berguna sejak anak menjalani masa pubertas karena merupakan masa yang sangat beresiko. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama untuk membentuk anak yang pintar dengan moral serta kesehatan yang baik (BKKBN, 2008).

Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah dapat dilakukan dengan bantuan media pendidikan kesehatan. Media audiovisual dan leaflet

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

merupakan media yang dapat digunakan dalam penyampaian informasi pendidikan kesehatan reproduksi. Sedangkan cara lain dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain ceramah, diskusi kelompok, mading, dan poster. Dari berbagai metode yang dapat diterapakan terdapat kelemahan dan kelebihannya (Notoatmojo, 2007).

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan. Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat-alat saluran (channel) yang digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Dengan bantuan media pendidikan kesehatan ini diharapkan tujuan dari pemberian materi kesehatan dapat dengan mudah dipahami oleh klien (Ustom, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2012 di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali didapatkan data bahwa pada tahun 2011 terjadi 1 kejadian KTD (kehamilan yang tidak diinginkan), yang mengakibatkan siswi tersebut harus berhenti sekolah. Pada Januari 2012 pihak sekolah juga mendapatkan laporan dari pihak luar yang mengetahui ada siswa SMP Negeri 2 Ampel yang sedang berciuman di tempat umum. Guru Bimbingan dan Konseling juga mengungkapkan bahwa dengan adanya kejadian-kejadian tersebut, pihak sekolah telah meminta bantuan pihak Puskesmas Ampel untuk melakukan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa namun belum ada realitas pelaksanaan penyuluhan dari Puskesmas Ampel. Hasil wawancara terhadap 5 orang dari 216 siswa kelas VII didapatkan hasil bahwa kegiatan ekstra UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) atau PMR (Palang Merah Remaja) tidak berjalan dengan baik. Hasil wawancara juga memberikan informasi bahwa mereka tidak memahami dampak dari seks bebas. Mereka juga tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi, alat reproduksi wanita dan pria, haid, masa subur atau masa reproduksi yang baik pada wanita, dan rata-rata mereka masih malu dalam membahas tentang kesehatan reproduksi. Berbekal dari data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbandingan pendidikan kesehatan melalui media audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah perbandingan pendidikan kesehatan melalui media audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pendidikan kesehatan melalui media audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa setelah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio visual terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

d. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan wawasan untuk menambah pengetahuan dalam pemberian pendidikan kesehatan reproduksi melalui media audio visual dan leaflet terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Instansi Sekolah

Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada anak didik.

b. Bagi masyarakat dan keluarga

Memberikan informasi pada masyarakat dan keluarga tentang perlu dan pentingnya pengetahuan remaja yang baik tentang kesehatan reproduksi. c. Bagi petugas kesehatan / Puskesmas

Memberikan masukan dalam membuat kebijakan dan program yang tepat mengenai kesehatan reproduksi remaja di wilayah Kecamatan Ampel Boyolali.

E. Keaslian Penelitian

1. Pandiangan (2005) dengan judul “Pengaruh Kesehatan Reproduksi Melalui Metode Ceramah, Media Audio Visual, Ceramah Plus Audio Visual Pada Pengetahuan Dan Sikap Remaja SLTP.” Metode dan rancangan penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan populasi siswa kelas VIII SMP N 2, SMP N 3, dan SMP N 4 di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Besar sampel sejumlah 40 responden, yang diambil menggunakan teknik “Purposive

Sampling”. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis

data dengan dengan Anova satu jalur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode ceramah, media

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

audio visual, serta perpaduan ceramah plus audio visual terhadap perubahan pengetahuan dan sikap remaja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode yang paling bermakna mempengaruhi peningkatan pengetahuan dan sikap remaja pada pendidikan kesehatan reproduksi ialah perpaduan metode ceramah plus audio visual, audio visual, dan pengaruh terkecil adalah ceramah. Pandiangan (2005) Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah tempat, populasi, sampel, dan variabel penelitian, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti pengaruh pendidikan kesehatan sebagai variabel bebas. pendidikan kesehatan diterapkan untuk mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi sedangkan pada penelitian ini media pendidikan kesehatan diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi saja.

2. Iga (2009) dengan judul “Promosi Kesehatan Menggunakan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Terhadap Pencegahan HIV/AIDS Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Ngada-NTT”. Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi

eksperimental) dengan rancangan non-equivalent control group with pretest and posstest design. Subyek pada penelitian ini adalah calon tenaga kerja Indonesia

(PJTKI) di Kabupaten Ngada. Jumlah responden pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing sebanyak 30 orang. Analisis data menggunakan uji statistik paired t-test dan uji independent t-test. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada peningkatan yang bermakna pada pengetahuan, persepsi dan sikap calon tenaga kerja Indonesia terhadap pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan pada kelompok kontrol dan eksperimen. Promosi kesehatan menggunakan media audio visual VCD dapat meningkatkan pengetahuan, presepsi, dan sikap calon TKI terhadap pencegahan HIV/AIDS. Penelitian Yohana Iga (2009) ini memiliki kesamaan dengan penelitian seperti yang akan penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan variabel media pendidikan kesehatan audio visual sebagai variabel bebas. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah tempat, populasi, sampel, dan variabel terikat. Variabel

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

terikat pada peneltian tersebut adalah pengetahuan, persepsi dan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS, sedangkan pada penelitian yang akan penulis lakukan adalah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.

3. Arfan (2009) dengan judul “Efektifitas Pendidikan Kesehatan Melalui E-File Multimedia Materi Kesehatan Reproduksi Remaja dan Tatap Muka di Kelas Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bantul Yogyakarta”. Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperimental) dengan rancangan non-equivalent with pretest and

posstest design dengan populasi siswa kelas IX SMPN 1 Sewon dan SMP N 2

Bantul Yogyakarta. Besar sampel sejumlah 80 responden, yang diambil menggunakan teknik “Purposive Sampling”. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik paired t-test dan uji regesi linier. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi melalui electronic-file multimedia untuk meningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dapat diterapkan di lingkungan sekolah menengah pertama (SMP). Penelitian Arfan (2009) ini memiliki kesamaan dengan penelitian seperti yang akan penulis lakukan, yaitu sama-sama menggunakan materi Ceria BKKBN dan menggunakan variabel pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sebagai variabel terikat, sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah tempat, populasi, sampel, dan variabel bebas. Variabel bebas pada peneltian tersebut adalah metode electronic-file multimedia materi Kesehatan Reproduksi Remaja dan Metode tatap muka di kelas, sedangkan variabel bebas pada penelitian yang penulis lakukan adalah pendidikan kesehatatan melalui media audio visual dan leaflet.

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali yang berlokasi di jalan Candi, Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Bangunan SMP Negeri 2 Ampel Boyolali terdiri dari Ruang BK, Ruang Guru, Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA, Ruang Media, Ruang TU, Masjid, Perpustakaan, Kantin, gudang dan lapangan upacara. SMP Negeri 2 Ampel Boyolali menempati tanah seluas 7010 m² dan luas seluruh bangunan 4908 m² dengan ketinggian tanah 700 – 1000 M dari permukaan laut dan berdiri tanggal 1 April 1979.

Jejang akreditasi SMP Negeri 2 Ampel Boyolali adalah A. Jumlah guru 40 orang, guru tidak tetap 2 orang dan staf tata usaha 9 orang. SMP Negeri 2 Ampel Boyolali terdiri dari 605 siswa dan 17 kelas, yaitu kelas I sebanyak 6 kelas dengan jumlah siswa 216, kelas II sebanyak 5 kelas dengan jumlah siswa 180 dan kelas III sebanyak 6 kelas dengan jumlah siswa 209.

Lokasi SMP Negeri 2 Ampel Boyolali ini cukup dekat dengan sumber informasi, seperti internet, media elektronik, media masa dan memiliki karakteristik masyarakat yang bermacam-macam. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diperoleh siswa dari Bimbingan Konseling (BK) dan pelajaran Biologi. Siswa SMP Negeri 2 Ampel Boyolali belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi.

2. Analisi Hasil Penelitian

Hasil penelitian terhadap karakteristik siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali disajikan pada table 4.1

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

40

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Media penyuluhan

Total Karakteristik Audio visual Leaflet

F % F % F % Jenis kelamin Laki-laki 45 64,3 42 60,0 87 62,14 Perempuan 25 35,7 28 40,0 53 37,86 Umur 12 tahun 15 21,4 15 21,4 30 21,4 13 tahun 41 58,6 40 57,1 81 57,9 14 tahun 12 17,1 12 17,1 24 17,1 15 tahun 2 2,9 2 2,9 4 2,9 16 tahun 0 0 1 1,4 1 0,7

Sumber: Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali berjenis kelamin laki-laki sebanyak 87 orang (62,4%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 orang (37,86%).

Jenis kelamin sebagian besar siswa yang diberi pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual adalah laki-laki sebanyak 45 orang (64,3%). Jenis kelamin sebagian besar siswa yang diberi pendidikan kesehatan melalui media leaflet adalah laki-laki sebanyak 42 orang (60%).

Usia sebagian besar siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali berumur 13 tahun sebanyak 81 orang (57,9%). Umur sebagian besar murid yang diberi pendidikan kesehatan melalui media audio visual adalah 13 tahun sebanyak 41 orang (58,6%). Umur sebagian besar murid yang diberi pendidikan kesehatan melalui media leaflet adalah 13 tahun sebanyak 40 orang (57,1%).

A. Analisis Univariat

1. Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali.

Hasil analisis data tingkat pengetahuan siswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali dapat dilihat pada tabel 4.2

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

41

Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali Tahun 2012

Tingkat pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) Kurang 71 50,7 Cukup 43 30,7 Baik 26 18,6 Jumlah 140 100 Sumber: Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.2 menunjukkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada murid kelas VII di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar adalah kurang sebanyak 71 siswa (50,7%).

2. Tingkat Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Hasil analisis data tingkat pengetahuan siswa setelah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali Tahun 2012

Tingkat pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) Kurang 4 2,9 Cukup 64 45,7 Baik 72 51,4 Jumlah 140 100 Sumber: Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.3 menunjukkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada murid kelas VII di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali setelah diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar adalah baik sebanyak 72 siswa (51,4%).

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

42

B. Analisis Bivariate

1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media audio visual disajikan pada table 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dan Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Tahun 2012

Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Pendidikan Kesehatan Media Audio Visual

Sebelum Sesudah Frekuensi % Frekuensi % Kurang 36 51,4 0 0 Cukup 21 30,0 25 35,7 Baik 13 18,6 45 64,3 Jumlah 70 100 70 100 Sumber: Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.4 menunjukkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan melalui media audio visual sebagian besar siswa memiliki pengetahuan kurang sebanyak 36 siswa (51,4%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar siswa memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 45 siswa (64,3%).

Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audio visual terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali dianalisis menggunakan uji Wilcoxon

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

43

Tabel 4.5. Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual Terhadap

Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

N Mean Rank Z p-value Makna Negative Rank Positive Rank Ties Total 0 55 15 70 0,00 28,00 -6,844 0,000 Berbeda

Sumber: Data primer tahun 2012

Tabel 4.5 menunjukkan terdapat 15 siswa dengan hasil pengetahuan tetap setelah pendidikan kesehatan terdiri dari pengetahuan siswa tetap baik 13 orang, pengetahuan siswa tetap cukup 2 orang. dan 55 siswa mempunyai pengetahuan lebih baik dari sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Peningkatan pengetahuan siswa dari kurang ke cukup sebanyak 23 orang (32,9%), Peningkatan pengetahuan siswa dari kurang ke baik sebanyak 13 orang (18,6%) dan Peningkatan pengetahuan siswa dari cukup ke baik sebanyak 19 orang (27,1%). Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed

Ranks Test diperoleh p-value sebesar 0,000 <  (0,05) berarti ada perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi menggunakan media audio visual. Artinya bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan menggunakan media audio visual berpengaruh terhadap peningktan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja.

2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media leaflet disajikan pada table 4.6.

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dan Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Melalui

Media Leaflet di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali Tahun 2012

Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Pendidikan Kesehatan Media Leaflet Sebelum Sesudah Frekuensi % Frekuensi % Kurang 35 50,0 4 5,7 Cukup 22 31,4 39 55,7 Baik 13 18,6 27 38,6 Jumlah 70 100 70 100 Sumber: Data Primer Tahun 2012

Tabel 4.6 menunjukkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan melalui media leaflet sebagian besar siswa memiliki pengetahuan kurang sebanyak 35 orang (50%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar siswa memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 39 orang (55,7%).

Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolal dianalisis menggunakan uji

Wilcoxon Signed Ranks Test.

Tabel 4.7. Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa

Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

N Mean Rank Z p-value Makna Negative Rank Positive Rank Ties Total 0 39 31 70 0,00 20,00 -5,891 0,000 Berbeda

Sumber: Data primer tahun 2012

Tabel 4.7 menunjukkan terdapat 31 siswa dengan hasil pengetahuan tetap setelah diberi pendidikan kesehatan terdiri dari pengetahuan tetap kurang sebanyak 4 siswa, pengetahuan tetap cukup

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

sebanyak 14 siswa, dan pengetahuan tetap baik sebanyak 13 siswa. 39 siswa mempunyai pengetahuan lebih baik dari sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Peningkatan pengetahuan siswa dari kurang ke cukup sebanyak 25 orang (35,7%), peningkatan pengetahuan siswa dari kurang ke baik sebanyak 6 orang (8,6%) dan peningkatan pengetahuan siswa dari cukup ke baik sebanyak 8 orang (11,4%).

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed

Ranks Test diperoleh p-value sebesar 0,000 <  (0,05) berarti ada perbedaan bermakna tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi menggunakan media leaflet. Artinya bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan menggunakan media leaflet berpengaruh terhadap peningkata pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja.

3. Perbandingan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Perbandingan pendidikan kesehatan melalui media audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali dianalisis menggunakan uji

Kolmogorov smirnov.

Tabel 4.8. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Perbandingan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual dan Leaflet Terhadap

Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Media Z p-value Audio visual

-1,521 0,020 Leaflet

Sumber: Data primer tahun 2012

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh p-value sebesar 0,020 <  (0,05) berarti ada perbedaan

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

bermakna tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi antara siswa yang diberikan pendidikan kesehatan dengan metode audio visual dengan siswa yang diberi pendidikan kesehatan dengan metode leaflet.

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test pada tabel 4.8 diketahui bahwa pada pendidikan kesehatan dengan media audio visual terdapat 15 siswa dengan hasil pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tetap dan 55 siswa mempunyai pengetahuan lebih baik dari sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Sedangkan pada dari tabel 4.8 diketahui bahwa pada pendidikan kesehatan dengan media leaflet terdapat 31 siswa dengan hasil pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tetap dan 39 siswa mempunyai pengetahuan lebih baik dari sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan media audio vidual lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dibandingkan media leaflet.

B. Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan

Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar adalah kurang sebanyak 71 orang (50,7%). Pengetahuan merupakan hasil dari proses pengindraan panca indra terhadap suatu obyek tertentu, yang terbagi dalam enam tingkatan, yaitu tingkatan tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, sosial ekonomi, dan umur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi, hal ini dapat disebabkan

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

oleh beberapa faktor, yaitu siswa belum pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi baik dari pihak sekolah ataupun Dinas Kesehatan setempat (hasil wawancara) dan pengalaman yang masih kurang karena umur yang masih muda. Hal ini sesuai pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah informasi dan pengalaman. Hal yang sama dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2010), bahwa pengetahuan juga dapat disebabkan oleh faktor umur. Kurangnya pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan dini atau di luar nikah serta gangguan kesehatan reproduksi.

2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan Siswa Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali setelah diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar adalah baik sebanyak 72 orang (51,4%). Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka menerima perubahan atau pembaharuan, karena kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan maka pendidikan kesehatan yang diberikan dapat mempermudah meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini sesuai pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa pendidikan kesehatan merupakan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan, karena pendidikan kesehatan lebih menitik beratkan pada upaya pencegahan. Pengetahuan yang baik dari siswa tentang kesehatan reproduksi remaja diharapkan nantinya remaja memiliki sikap dan perilaku yang positif tentang kesehatan reproduksi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat siswa yang tingkat pengetahuannya tidak mengalami peningkatan atau tetap sebanyak 46 orang (32,8%). Tidak adanya peningkatan pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan kesehatan disebabkan oleh faktor karakteristik siswa, yaitu bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

belajar, daya tangkap, kemampuan berpikir dan kondisi psikologis ( kurang gizi dan kondisi panca indra terutama pendengaran, penglihatan). Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah karakteristik siswa. Hal yang sama dikemukan oleh Nursalam dan Efendi (2008), bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah kondisi individual subjek belajar yang dibedakan dalam kondisi psikologis dan fisiologis.

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja menggunakan media audio visual adalah kurang sebanyak 36 orang (51,4%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui media audio visual sebagian besar siswa memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 45 orang (64,3%). Peningkatan pengetahuan siswa disebabkan siswa menerima informasi berupa suara dan gambar yang diterima beberapa indra dan disampaikan dalam pendidikan kesehatan sehingga mudah diingat dan menghindari kebosanan.

Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan pemberian pendidikan kesehatan melalui media audia visual berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja. Media audio visual adalah alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengaran dan penglihatan pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran. Menurut Mubarak (2011), media audio visual memiliki kelebihan diantaranya lebih mudah dipahami dan lebih menarik karena ada suara dan gambar. Penggunaan media yang menarik untuk menyampaikan informasi sangat sangat penting dalam tercapainya tujuan penyuluhan dan akan lebih meningka tkan pengetahuan yang diterima.

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

Hasil penelitian ini sesuai pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa media audiovisual merupakan media yang efektif dalam penyampaian informasi pendidikan kesehatan reproduksi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Iga (2009) yang menyimpulkan promosi kesehatan menggunakan media audio visual VCD dapat meningkatkan pengetahuan, presepsi, dan sikap calon TKI terhadap pencegahan HIV/AIDS.

4. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja menggunakan media leaflet adalah kurang. Setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui media leaflet sebagian besar siswa (55,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Peningkatan pengetahuan siswa setelah diberi pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet dikarenakan siswa telah menerima informasi pendidikan kesehatan yang disampaikan melalui media leaflet. leaflet dapat dibawa pulang, dan dibaca ulang dirumah.

Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan pemberian pendidikan kesehatan melalui media leaflet berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja. Hal ini sesuai pendapat Mubarak (2011), bahwa leaflet merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Hasil penelitian ini sesuai pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa media leaflet merupakan media yang efektif dalam penyampaian informasi pendidikan kesehatan reproduksi.

5. Perbandingan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali

Hasil uji statistik menggunakan uji Komogorov Smirnov menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara siswa

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

yang diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual dengan siswa yang diberikan pendidikan kesehatan melalui media leaflet. Berdasarkan analisis univariate diketahui bahwa pada metode audio visual sebagian besar siswa memiliki pengetahuan baik sebanyak 45 siswa (64,3%) dan 25 siswa (35,7%) memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan pada media leaflet sebagian besar siswa memiliki pengetahuan cukup sebanyak 39 orang (55,7%), 27 siswa (36,6%) memiliki pengetahuan baik dan 4 siswa (5,7%) memiliki pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa media audio visual lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dibandingkan media leaflet.

Dalam pendidikan kesehatan menggunakan media cetak (leaflet), informasi yang disampaikan berupa tulisan, sehingga hanya dibaca secara sekilas dan lebih difokuskan menstimulus indra penglihatan, media ini tidak dapat menstimulus efek suara dan efek gerak, sedangkan penyuluhan menggunakan media audio visual (video), informasi yang disampaikan berupa suara dan gambar yang bisa diterima dua indra sekaligus antara penglihatan dan pendengaran. Penggunaan media audia visual menjadi lebih menarik perhatian responden sehingga membangkitkan antusiasme responden untuk medapatkan informasi dan juga lebih mudah diterima. Menurut Notoatmodjo (2007), semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Menurut Edgar Dale media mempunyai kadar pengaruh yang bertingkat. Menurut teori kerucut pengalaman Edgar Dale dalam Nursalam dan Fendi (2008), bahwa seseorang dengan membaca akan mengingat 10% dari materi, dengan mendengar dan melihat seseorang akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihat. Menurut pendapat Hikmahwati (2011), Media pendidikan kesehatan berbentuk visual (media cetak) dapat merubah pengetahuan siswa sedangakan media pendidikan kesehatan berbentuk audio visual dapat merubah pengetahuan dan sikap siswa.

Pada penelitian ini post test dilakukan 1 minggu setelah perlakuan. Hal ini dimaksudkan agar manfaat dari penggunaan media leaflet lebih terlihat.

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

Salah satu manfaat leaflet adalah dapat dibawa pulang untuk dibaca, sehingga apabila post test dilakukan pada hari setelah diberikan perlakuan manfaat leaflet tidak akan tampak. Apabila post test dilakukan dalam waktu 1 bulan, dikhawatirkan siswa akan lupa dengan materi pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Pandiangan (2005) yang menyimpulkan bahwa metode yang paling bermakna mempengaruhi peningkatan pengetahuan dan sikap remaja pada pendidikan kesehatan reproduksi ialah perpaduan metode ceramah plus audio visual, audio visual, dan pengaruh terkecil adalah ceramah.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi: 1. Kelemahan Dalam Penelitian

a. Pengumpulan data tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dengan kuesioner tertutup, sehingga siswa tidak dapat memberikan banyak keterangan tentang pengetahuan yang dimiliki namun sebatas mengisi jawaban yang sudah ada pada kuesioner. b. Penyuluhan yang dilakukan peneliti hanya 1 kali pertemuan sehingga

informasi yang diterima oleh siswa masih terbatas.

c. Pengukuran tingkat pengetahuan setelah diberi penyuluhan dilakukan 6 hari setelah intervensi, ada kemungkinan siswa mendapat tambahan informasi dari sumber-sumber informasi lain.

d. Variable penggangu dalam penelitian adalah faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yang tidak dikendalikan oleh peneliti adalah faktor informasi dan pengalaman.

e. Dalam penelitian ini terdapat 13 siswa yang telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi sebelum

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

diberikan pendidikan kesehatan. Peneliti tidak melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap data tersebut karena keterbatasan waktu penelitian.

2. Kesulitan Dalam Penelitian

a. Pembagian kelas untuk dilakukan penyuluhan mengalami kesulitan karena banyaknya siswa dan keterbatasan waktu penelitian.

b. Lamanya jarak antara waktu pemberian penyuluhan dengan pengisian kuisioner post-test mengakibatkan peneliti mengalami kesulitan dalam mengumpulkan siswa.

c. Penyuluhan dilakukan setelah jam sekolah berakir sehngga siswa tidak konsentrasi.

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan melalui media audio visual lebih meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 Ampel Boyolali dibandingkan pendidikan kesehatan melalui media leaflet.

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Instansi Sekolah

Pihak sekolah hendaknya secara berkala mendatangkan petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja. Agar pendidikan kesehatan yang diberikan dapat efektif, pihak sekolah hendaknya menggunakan media audio visual guna mendukung pelaksanaan pendidikan kesehatan

2. Bagi masyarakat dan keluarga

Keluarga hendaknya turut berperan aktif untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja kepada siswa dengan cara mendorong siswa untuk mengikuti pendidikan kesehatan baik yang diadakan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.

3. Bagi petugas kesehatan/Puskesmas Ampel 1 Boyolali.

Puskesmas Ampel 1 Boyolali dalam memberikan pendidikan kesehatan dapat menggunakan media audio visual karena media ini terbukti lebih efektif meningkatkan pengetahuan siswa.

4. Bagi peneliti

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan jenis eksperimen murni dan jumlah sampel yang lebih besar, atau

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

meneliti pada media pendidikan kesehatan yang lainnya. Sehingga dapat dapat dibandingkan cara yang lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan atau prilaku tentang kesehatan reproduksi remaja.

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Posedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi

2010. Jakarta: Bumi Aksara.

Aryani, R dkk. (2010). Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Arfan, Muhamad. (2005). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Melalui E-File

Multimedia Materi Kesehatan Reproduksi Remaja dan Tatap Muka di Kelas Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada

BKKBN. (2008). Pedoman Konseling Kesehatan Repoduksi Remaja. Jawa Tengah: BKKBN.

BPS Indonesia (2011) Jumlah Remaja Indonesia Tahun 2011. 25 Maret 2012.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=bps+jumlah+remaja+di+indon esia+tahun+2010&source=web&cd=10&ved=0cheqfjaj.

Dahlan, M S. (2011). Statisitik Untuk Krdokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

DinKes Jawa Tengah. (2009). Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2009. Jawa Tengah : Dinkes Jawa Tengah.

Gibson, J. (2003). Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Hikmawati, I, (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Media.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Mubarak, W. (2011). Promosi Kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Notoatmojo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:. Rineka Cipta.

Nursalam (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:. Rineka Cipta. Pandiangan, Turpuk. (2005). Pengaruh Kesehatan Reproduksi Melalui Metode

Ceramah, Media Audio Visual, Ceramah Plus Audio Visual Pada Pengetahuan Dan Sikap Remaja SLTP. Tesis. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada

Romalui, S dan Vindari, A V, (2009). Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswi

Kebidanan. Yogyakarta: Muha Medika.

Saroha, P. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.

Soekanto, (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, (2011). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sugiyono, (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah B. (2011). Perencanan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Ustom, A. (2009 ) Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan. 5 Januari 2012.

http://www.chevichenko.wordpress.com

Wawan, A. & Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyastuti, Y. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Yohana Iga, M. (2010). Promosi Kesehatan Menggunakan Media Audio Visual

dal Meningkatkan Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Terhadap Pencegahan HIV/AIDS Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Ngada-NTT. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

terutama bahan dokumen tercetak merupakan dasar dalam membangun suatu koleksi digital yang nantinya akan dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan akses informasi

Penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2009) mengatakan bahwa work family conflict berpengaruh positif yang signifikan terhadap variabel job stress atau stres kerja dan

Laurens &gt;&gt; Bahwa memang skenario yang dipakai hari ini adalah latihan dalam melihat tentang lahan dan isu karbon.. Rodd &gt;&gt; memang data sangat penting dan

Karyawan yang kadang-kadang membuat kesalahan tata bahasa tetapi tidak mempengaruhi makna, maka diberi skor empat.. Mereka yang tidak ada atau sedikit kesalahan tata bahasa, maka

Para ahli hukum Indonesia, umumnya berpendapat syarat subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari pihak yang berjanji dan kecakapan dari pihak yang

Berdasarkan hasil wawancara di atas, proses penentuan strategi perencanaan dalam optimalisasi kegiatan keagamaan karyawan PTDI adalah dengan melaksanakan rapat rutin

Pada pengujian kedua di lokasi kedua yaitu di taman sampangan semarang, saat 30 menit pertama setelah alat dinyalakan, data yang didapat adalah sebagai berikut,

Rangka divan diletakan pada meja yang telah disediakan kemudian hard pad direkatkan pada divan dengan menggunakan lem lateks selanjutnya busa yang dibutuhkan