• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Fanny Alfin Marla, 2012

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Belajar a. Pengertian Belajar

Peristiwa belajar mengajar dalam kehidupan dapat terjadi setiap saat baik disengaja maupun tidak sengaja. Setiap proses belajar mengajar tersebut diharapkan akan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang optimal sehingga kegiatan proses belajar mengajar tersebut patut di lakukan dan diorganisir secara baik.

Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli dengan cara pandang dan konsep teori yang berbeda. Fauzi (2004: 44) mengemukakan belajar adalah “Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi.” Sedangkan Sardiman (2004: 20) menyatakan:

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya jadi tidak bersifat verbelistik.

Hal tersebut sejalan dengan pandangan Purwanto (1992: 84) mengemukakan “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam

(2)

Fanny Alfin Marla, 2012

tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” Perubahan perilaku ini diperkuat oleh Sardiman (2004: 21) bahwa “Perubahan tidak hanya penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.”

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa keterampilan, sikap, ataupun pengetahuan.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Proses belajar dapat dianalisa dalam bentuk prinsip-prinsip. Menurut Slameto (2003: 27-28) prinsip-prinsip belajar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan pra syarat yang diperlukan untuk belajar. b. Sesuai hakekat belajar.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari. d. Syarat keberhasilan belajar.

Penjelasan prinsip-prinsip belajar diatas adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan pra syarat yang diperlukan untuk belajar:

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif dalam meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

(3)

Fanny Alfin Marla, 2012

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement (penguatan) dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Sesuai hakekat:

1. Belajar itu proses continue, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi dan discovery.

3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari:

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

(4)

Fanny Alfin Marla, 2012

d. Syarat keberhasilan belajar:

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian atau keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Konsep Hasil Belajar

Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya (Djamarah, 2000: 25).

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

(5)

Fanny Alfin Marla, 2012

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil kemampuan dan kecakapan siswa dari proses belajar yang dinyatakan dalam angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam proses belajar siswa selalu ada faktor-faktor yang mendukung keberhasilan belajar tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Faktor intern, diantaranya:

a. Faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan kesiapan.

c. Faktor kelelahan.

2. Faktor ekstern, diantaranya:

a. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan sebagainya. b. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, disiplin, alat

pengajaran, dan sebagainya.

c. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, massa media, dan sebagainya.

(6)

Fanny Alfin Marla, 2012

Menurut Suryabrata (1989: 142), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Faktor dari dalam yang terdiri dari:

a. Fisiologi, meliputi kondisi fisik secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar fisiknya akan lebih mudah proses belajarnya.

b. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.

1. Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar. 2. Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga

menimbulkan belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir.

3. Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.

4. Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tidaklah sama. adapun pengertian motivasi belajar adalah sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa,

(7)

Fanny Alfin Marla, 2012

kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru membelajarkan siswa.

5. Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.

6. Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.

2. Faktor dari luar yang terdiri dari: a. Lingkungan Alam

Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.

1. Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa akan membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik.

2. Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian waktu siswa untuk belajar dalam satu hari.

3. Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu untuk lebih nyaman dalam belajar.

(8)

Fanny Alfin Marla, 2012

4. Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung sekolah yang efektif untuk belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut: letaknya jauh dari tempat-tempat kermaian (pasar, gedung bioskop, bar, pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat dengan sungai, dan sebagainya yang membahayakan keselamatan siswa.

5. Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (misalnya, program presentasi) ataupun perangkat keras (misalnya Laptop, LCD). b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, seringkali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya, (2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu : teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya, dan (3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat.

c. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrument ini antara lain: kurikulum, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi manajemen.

(9)

Fanny Alfin Marla, 2012

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar siswa (eksternal). Kedua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.

2.1.3 Teori Belajar

Telah banyak pakar yang mengemukakan teori mengenai belajar, diantaranya sebagai berikut:

2.1.3.1 Teori Belajar dari Arthur Combs

Arthur bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) (Thobroni dan Mustofa, 2011: 175), mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa Matematika atau Sejarah bukan karena bodoh, melainkan karena mereka enggan/terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah ketidakmampuan sseseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu, guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang

(10)

Fanny Alfin Marla, 2012

ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal, arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkan dengan kehidupannya.

2.1.3.2 Teori Belajar dari Bruner

Bruner mengusulkan teorinya yang disebut Free Discovery Learning (Uno, 2008: 12). Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.

Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:

a. Tahap Enaktif

Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.

(11)

Fanny Alfin Marla, 2012

b. Tahap Ikonik

Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran yang bersifat abstrak ini telah dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret. Memahami dunia sekitar anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

c. Tahap Simbolik

Seseorang telah mampu memiliki ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).

Dari penjelasan teori-teori belajar di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam pembelajaran guru harus bisa membawa siswa untuk memperoleh arti dari materi pelajaran dan menghubungkan dengan kehidupannya. Untuk itu guru mesti menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara kreatif dalam mengajar.

(12)

Fanny Alfin Marla, 2012

2.1.4 Kreativitas Guru

2.1.4.1 Pengertian Kreativitas Guru

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam definisi itu, sehingga pengertian kreativitas tergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya. Berikut beberapa pengertian kreativitas:

1. Menurut Slameto (2003: 145) kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah laku, bangunan, dan lain-lain.

2. Menurut Guilford (Naim, 2009: 133) kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menyajikan bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya.

3. Menurut Naim (2009: 245) kreativitas merupakan keterampilan. Artinya, siapa saja yang berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia akan menjadi kreatif.

Sedangkan pengertian guru menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 (Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen) adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(13)

Fanny Alfin Marla, 2012

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru adalah kemampuan seorang tenaga pendidik untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada dan dapat dimengerti untuk diberikan kepada siswa yang berupa pengetahuan di sekolah atau lembaga pendidikan.

2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Guru

Kreativitas guru dalam mengajar dapat ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.

Menurut Wijaya dan Rusyan (1991: 189-190) kreativitas secara umum dipengaruhi oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif dan tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Tumbuhnya kreativitas dikalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:

a. Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.

b. Kerjasama yang cukup baik antara berbagai personil pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.

c. Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Perbedaan status yang tidak terlalu tajam diantara personil sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya manusiawi yang lebih harmonis. e. Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan

mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.

f. Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.

g. Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan

(14)

Fanny Alfin Marla, 2012

pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru dalam mengajar. Terlihat jelas bahwa hal yang paling berpengaruh terhadap meningkatkan kreativitas guru adalah lingkungan kerja (sekolah). Untuk itu, diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dan guru untuk menghasilkan siswa yang terampil dan profesional.

2.1.4.3 Ciri-Ciri Kreativitas

Menurut Supriadi (2001: 59) ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kognitif dan non kognitif.

Kategori kognitif:

1) Kelancaran (Fleksibel) yaitu kemampuan guru untuk menghasilkan banyak ide yang keluar.

2) Keluwesan yaitu kemampuan guru memahami cara belajar anak didik, dan kemampuan guru mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.

3) Elaborasi yaitu kemampuan guru mengembangkan metode atau media pembelajaran sehingga lebih menarik.

4) Orisinalitas merupakan kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli.

Kategori non kognitif:

(15)

Fanny Alfin Marla, 2012

untuk menemukan hal-hal yang baru.

2) Kepribadian kreatif diantaranya yaitu kemampuan guru dalam bertindak sesuai dengan kondisi siswa, dan kemampuan guru untuk merubah anak didik kearah yang lebih baik melalui proses interaksi.

Sedangkan menurut Munandar (2002: 12) menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)

a) Keterampilan berpikir lancar yaitu (1) mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. (2) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. (3) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) yaitu (1) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. (2) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. (3) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. (4) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c) Keterampilan berpikir rasional yaitu (1) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. (2) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. (3) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d) Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu (1) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

(2) menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

e) Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu (1) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana. (2) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. (3) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

2. Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)

a) Rasa ingin tahu yaitu (1) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak. (2) mengajukan banyak pertanyaan. (3) selalu memperhatikan orang, objek dan situasi. (4) peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.

b) Bersifat imajinatif yaitu (1) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi. (2) menggunakan khayalan dan kenyataan.

(16)

Fanny Alfin Marla, 2012

c) Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu (a) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit. (b) merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit. (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

d) Sifat berani mengambil resiko yaitu (a) berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar. (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik. (c) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

e) Sifat menghargai yaitu (a) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup. (b) menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

2.1.4.4 Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai planner, organisator, motivator, dan evaluator.

Dari uraian di atas jelas bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang profesional dan paling tidak memiliki tiga kemampuan yaitu

(17)

Fanny Alfin Marla, 2012

kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, kemampuan menjadi penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya.

Menurut Sudjana (2009: 147) tahapan dalam kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara guru dalam merencanakan PBM, cara guru dalam melaksanakan PBM, dan cara guru dalam mengevaluasi PBM.

1. Cara guru dalam merencanakan PBM

Seorang guru di dalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam perencanaan proses belajar mengajar. Perumusan tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Dibidang kognitif, siswa diharapkan mampu memahami secara analisis, sintesis, dan mampu mengadakan evaluasi tidak hanya sekedar ingatan atau pemahaman saja. Di samping itu diharapkan dapat mengembangkan berpikir kritis yang akhirnya digunakan untuk mengembangkan kreativitas.

(18)

Fanny Alfin Marla, 2012

benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Menentukan buku-buku pendamping diluar buku paket yang diperuntukan siswa menuntut kreativitas tersendiri yang tidak sekedar berorientasi kepada banyaknya buku yang harus dimiliki siswa. Melainkan buku yang digunakan benar-benar mempunyai bobot materi yang menunjang pencapaian kurikulum bahkan mampu mengembangkan wawasan bagi siswa di masa datang.

c. Memilih metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut kreativitas pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Contohnya menggunakan metode diskusi akan lebih efektif dibanding dengan menggunakan metode ceramah, karena siswa akan dituntut lebih aktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar nantinya.

d. Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan media/alat peraga yang menarik akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Diusahakan seorang guru mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih

(19)

Fanny Alfin Marla, 2012

menarik dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun bentuknya lebih sederhana.

2. Cara guru dalam melaksanakan PBM

Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik “brainstorming”. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan di dalam mengembangkan sikap kerjasama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa. Selanjutnya guru dapat merangsang inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat. Yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya, termasuk daya imajinasinya. Seandainya tidak ada satupun cara yang sesuai atau memadai yang dikemukakan oleh para siswa, maka guru boleh membimbing cara-cara melaksanakan eksperimennya. Tentu saja guru tersebut harus menguasai seluruh

(20)

Fanny Alfin Marla, 2012

langkah-langkah pelaksanaannya. Dianjurkan supaya guru mengutamakan metode penemuan. Pendayagunaan alat-alat sederhana atau barang bekas di dalam kegiatan mengajar sangat dianjurkan. Guru yang kreatif akan melakukannya, ia dapat memodifikasi atau menciptakan alat sederhana untuk keperluan belajar mengajar, sehingga pada prinsipnya guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dituntut kreativitasnya dalam mengadakan apersepsi, penggunaan teknik dan metode pembelajaran sampai pada pemberian teknik bertanya kepada siswa, agar pelaksanaan proses belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Cara guru dalam mengevaluasi PBM

Proses belajar mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi. Namun demikian, di dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang kreatif tidak akan cepat memberikan penilaian terhadap ide-ide atau pertanyaan dan jawaban anak didiknya meskipun kelihatan aneh atau tidak biasa. Hal ini sangat penting di dalam pelaksanaan diskusi. Kalau dikatakan bahwa untuk mengembangkan kreativitas, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan keterampilan proses dalam arti pengembangan dan penguasaan konsep melalui bagaimana belajar konsep, maka dengan sendirinya evaluasi harus ditujukan kepada keterampilan proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan penguasaan materi pelajaran.

(21)

Fanny Alfin Marla, 2012

2.1.5 Minat Belajar

2.1.5.1 Konsep Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Secara sederhana, “minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu” (Syah, 2008: 136). Slameto (2003: 180) mengatakan “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.” Pada dasarnya minat merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Sedangkan Hilgard (Slameto, 2003: 57) mengemukakan bahwa „interest is

persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.‟

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Dalam kegiatan belajar mengajar minat merupakan salah satu faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminatinya itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalyono (Djamarah, 2002: 157) bahwa „minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.‟ Oleh karena itu minat

(22)

Fanny Alfin Marla, 2012

merupakan salah satu faktor utama untuk meraih keberhasilan belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian dan keinginan kepada sesuatu objek khususnya dalam proses belajar mengajar untuk merasa suka yang kemudian akan menentukan keberhasilan belajar individu tersebut.

b. Fungsi Minat dalam Belajar

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.

Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Wahid (1998: 109-110) sebagai berikut:

a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.

b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.

c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka.

d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.

Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.

(23)

Fanny Alfin Marla, 2012

Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam “melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar.” (Gie, 2004: 57).

Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.

(24)

Fanny Alfin Marla, 2012

2.1.5.2 Macam-Macam Minat

Suhartini dalam Siti (2001: 15) mengkategorikan minat menjadi 3 yaitu: 1. Minat Personal, yaitu minat yang permanen dan stabil yang mengarah pada

minat khusus mata pelajaran tertentu. Yaitu suatu bentuk rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, terhadap mata pelajaran tertentu. 2. Minat situasional, yaitu minat yang tidak permanen dan relatif

berganti-ganti, tergantung rangsangan eksternal. Misalnya saja cara mengajar guru, bila bisa merangsang minat siswa dan terus bertahan pada diri siswa maka minat ini bisa menjadi minat personal. Hal ini terjadi karena minat individu dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan, kematangan belajar dan pengalamannya.

3. Minat taraf tinggi, yaitu minat yang timbul dengan adanya interaksi antara minat personal dan minat situasional. Jenis minat ini merupakan hasil pendidikan yang penting. Minat ini bergantung pada kesempatan belajar dan dapat dibentuk oleh lingkungan eksternal siswa, misalnya guru.

(25)

Fanny Alfin Marla, 2012

2.1.5.3 Cara Menumbuhkan Minat

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih keberhasilan dalam belajar. Pentingnya minat dalam kaitannya dengan studi (Gie, 2002: 28) adalah sebagai berikut:

1. Minat dapat melahirkan perhatian yang lebih terhadap sesuatu. 2. Minat dapat memudahkan siswa untuk berkonsentrasi dalam belajar. 3. Minat dapat mencegah adanya gangguan perhatian dari luar.

4. Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. 5. Minat dapat memperkecil timbulnya rasa bosan dalam proses belajar.

Dengan demikian, minat belajar memiliki peranan dalam mempermudah dan memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Menurut John Adams (Liang Gie, 2002: 29) minat yang dimiliki seseorang, maka pada saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Oleh karena itu penting sekali untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa. William Amstrong (Gie, 1995: 132) mengemukakan ada 10 cara untuk memperoleh minat belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa hendaknya berusaha menetapkan keinginan dan tujuan belajarnya. 2. Menetapkan suatu alasan dan tujuan setiap akan melakukan pekerjaan

dengan demikian membersihkan dari unsur pekerjaan yang membosankan. 3. Siswa hendaknya membangun sikap yang positif dengan mencari

minat-minat yang baik ketimbang alasan menghindar yang buruk.

4. Siswa hendaknya berusaha menentukan tujuan hidup, sehingga dapat menjadi motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.

5. Berusaha sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan guru mengenal dan pengabdian diri pada mata pelajaran yang bersangkutan.

6. Siswa hendaknya berusaha bersungguh-sungguh, menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan pada hal kegemarannya.

(26)

Fanny Alfin Marla, 2012

banyaknya studi yang sepenuh hati dilakukan.

8. Praktikkan kewajiban dari minat dalam ruang belajar, yaitu tampak berbuat seakan-akan sungguh berminat, ini bisa menjadi latihan hingga perlahan-lahan akan terbiasa.

9. Siswa hendaknya menggunakan nalurinya untuk mengumpulkan keterangan. Hal ini dapat menolong perkembangan minat tapi juga konsentrasi.

10. Hindari rasa takut untuk menggunakan rasa ingin tahu, peradaban, dan pendidikan merupakan hasil kerja dari orang-orang berani memberikan kekuasaan memerintah kepada rasa ingin tahu mereka.

Minat siswa juga dapat dibangkitkan oleh orang lain, misalnya saja oleh seorang guru. Djamarah (2002: 159) mengatakan cara membangkitkan minat siswa adalah dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang telah lalu atau menguraikan kegunaannya di masa depan.

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat siswa yang telah ada, yang kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang sesungguhnya.

2.1.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan minat dikemukakan Enco Sukarsa (Akbar, 2004: 15), yaitu cita-cita, kebutuhan, lingkungan dan kesempatan.

1. Cita-cita

Minat timbul karena adanya cita-cita, dengan demikian maka minat siswa untuk belajar dipengaruhi juga oleh cita-cita di masa depan.

(27)

Fanny Alfin Marla, 2012

Setiap individu memiliki beragam kebutuhan untuk dapat memenuhinya. Individu cenderung untuk tertarik pada objek yang disukai dan memberikan kepuasan bagi dirinya.

3. Lingkungan

Lingkungan adalah setiap benda, keadaan, atau kegiatan yang ada di lingkungan individu. Lingkungan terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat.

4. Kesempatan

Kesempatan turut mendukung minat individu. Individu yang memiliki banyak kesempatan dapat mendukung timbulnya minat dalam dirinya.

2.1.5.5 Indikator Minat

Indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Sukartini dalam Suhaebah (2005: 16) menyatakan ada beberapa hal yang menjadi indikator daripada minat yaitu:

1. Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu. 2. Objek-objek atau kegiatan yang disenangi.

3. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi.

4. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan Slameto (Djamarah, 2002: 157) bahwa:

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

(28)

Fanny Alfin Marla, 2012

Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil peserta didik. Tidak banyak dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang peserta didik yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.

2.1.6 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian

Tabel 2.1

Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian

No Nama Judul Variabel

yang diteliti Subjek penelitian Hasil Penelitian 1. Khusnul khotimah (2007) Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar

Mata Pelajaran

Produktif Siswa Kelas II Jurusan Administrasi Perkantoran SMKN 2 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. a. Kreativitas guru b. Fasilitas belajar c. Hasil Belajar Siswa Kelas II Jurusan Administrasi Perkantoran di SMKN 2 Semarang. Secara parsial maupun simultan kreativitas guru dalam proses belajar

mengajar dan

fasilitas belajar berpengaruh

terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif. 2. Rina Noerfita (2010) Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kreativitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Kelas XII SMK Negeri 1 Sumenep Pada

Mata Pelajaran Berkomunikasi Melalui Telepon). a. Gaya kepemimpin an b. Kreativitas guru c. Prestasi belajar Siswa Kelas XII Pada Mata Pelajaran Berkomunikasi Melalui Telepon) di SMK Negeri 1 Sumenep. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan guru dan kreativitas guru secara simultan terhadap prestasi belajar siswa kelas

XII APK SMK

(29)

Fanny Alfin Marla, 2012

3. Ahmad Muhinul Habib (2010)

Pengaruh Gaya Belajar Siswa dan Kreativitas Guru terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS MAN Tlogo Kabupaten Blitar. a. Gaya belajar b. Kreativitas guru c. Prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS di MAN Tlogo Kabupaten Blitar Pengaruh v a r i a b e l gaya belajar siswa dan kreativitas guru terhadap prestasi belajar sebagai variabel terikat secara serentak menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan. 4. Ramadha ni, Arnety Nantris (2007) Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kreativitas Guru di Kelas Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Ardjuna Malang. a. Gaya kepemimpin an b. Kreativitas guru c. Prestasi belajar siswa kelas II Jurusan Administrasi Perkantoran pada mata diklat menangani surat masuk dan surat keluar di SMK Ardjuna Malang. Terdapat Pengaruh Positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan kreativitas guru terhadap prestasi belajar siswa.

2.2 Kerangka Pemikiran

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Menurut Slameto (2003: 54) terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu:

1. Faktor intern yang meliputi kesehatan, intelegensi, Minat dan motivasi, Bakat, dan Cara belajar.

(30)

Fanny Alfin Marla, 2012

2. Faktor ekstern yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Arthur Combs (Thobroni dan Mustofa, 2011: 165) mengatakan di dalam pembelajaran guru harus bisa membawa siswa untuk memperoleh arti dari materi pelajaran dan menghubungkan dengan kehidupannya. Untuk itu guru mesti menumbuhkan minat belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Slameto (2003: 57) menyatakan “minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.” Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran saja, tetapi guru juga harus memiliki kreativitas dalam mengelola proses pembelajaran, mampu mentransportasikan ilmunya dan memotivasi siswa untuk selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Kreativitas guru dalam hubungan interaksi dengan siswa memiliki fungsi yang sangat penting untuk membangkitkan dan merangsang minat belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno dan Mohamad (2011: 162) yang mengatakan “guna menumbuhkan minat belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar.” Sebab guru dipandang sebagai orang yang mengetahui kondisi belajar dan juga permasalahan belajar yang dihadapi oleh anak didik. Dengan adanya minat belajar siswa yang tinggi, maka diharapkan hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi. Menurut Dalyono (Djamarah, 2002: 157) bahwa „minat

(31)

Fanny Alfin Marla, 2012

belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.‟

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara guru dan minat yang akhirnya akan mempengaruhi perubahan dari hasil belajar siswa dan apabila dioptimalkan akan meningkatkan hasil seperti yang dikehendaki oleh berbagai pihak, baik siswa itu sendiri, orang tua, guru dan masyarakat.

Untuk memperjelas permasalahannya, secara sederhana kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Variabel X1 = Kreativitas Guru Variabel X2 = Minat Belajar Variabel Y = Hasil Belajar

Kreativitas Guru (X1) Hasil Belajar (Y) Minat Belajar (X2) e1 e2

(32)

Fanny Alfin Marla, 2012

2.3 Hipotesis

Arikunto (2003: 67) mengungkapkan yang dimaksud dengan hipotesis adalah “jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Sedangkan Nazir (2005: 151) berpendapat hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Selanjutnya hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kreativitas Guru berpengaruh positif terhadap Minat Belajar siswa kelas X mata pelajaran ekonomi di SMA Muhammadiyah Se-Kota Bandung. 2. Minat Belajar berpengaruh positif terhadap Hasil Belajar siswa kelas X

mata pelajaran ekonomi di SMA Muhammadiyah Se-Kota Bandung. 3. Kreativitas Guru berpengaruh positif terhadap Hasil Belajar siswa kelas X

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Penggunaan hak pilih bagi Warga Negara Indonesia yang menggunakan KTP yang masih berlaku hanya dapat dipergunakan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berada

PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan dalam laporan akhir ini, kesimpulan yang didapatkan ialah untuk tingkat likuiditas perusahaan dianggap likuid tetapi

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Tempat disekitar pabrik limbah sandal merupakan tempat yang mudah untuk memperoleh limbah sandal, karena setiap harinya pabrik tersebut selalu membuang limbah sandalnya dalam