• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPRES AIR DINGIN (ES) TERHADAP PERSEPSI NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPRES AIR DINGIN (ES) TERHADAP PERSEPSI NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPRES AIR DINGIN (ES) TERHADAP PERSEPSI NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Sri Kombong

Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Graha Edukasi Makassar Email: srikombong@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh kompres air dingin (ES) terhadap persepsi nyeri pada pasien fraktur di RSUD Labuang Baji Makassar. Metode : Desain penelitian menggunakan desain Eksperimen Quasi dengan pendekatan pre-post group design dimana tujuannya untuk melihat pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri pada pasien fraktur. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah paien fraktur diruang Baji Kamase I, II dan Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, dimana pengambilan sampel sesuai dengan karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil : berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test diperoleh nilai hitung p=0,015 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri fraktur RSUD Labuang Baji Makassar. Kesimpulan : ada pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri fraktur RSUD Labuang Baji Makassar. Saran: hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan bagi petugas ksehatan dan tempat pelayanan guna meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan terkait dengan pemberian kompres air dingin pada pasien fraktur.

Kata kunci : Kompres air dingin, Nyeri, Fraktur ABSTRACT

Objective: To know the influence of cold water compress (ES) on pain perception in fracture patient at RSUD Labuang Baji Makassar. Methods: The design of the study used a Quasi Experimental design with a pre-post group design approach where the objective was to see the effect of cold water (ice) compression on pain perception in fracture patients. The population in this study is the number of paien fracture room Baji Kamase I, II and Surgical Treatment RSUD Labuang Baji Makassar. The sample in this research use purposive sampling technique, where sampling according to sample characteristic can be included or feasible to be examined in accordance with inclusion and exclusion criteria. Result: based on result of paired sample t-test statistic test obtained count value p = 0,015 smaller than value α = 0,05. From the analysis can be interpreted that Ha received or there influence of cold water compress (ice) to perception of pain fracture RSUD Labuang Baji Makassar. Conclusion: there is influence of cold water compress (ice) to perception of pain of fracture RSUD Labuang Baji Makassar. Suggestion: The results of this study can be used as input for health officer and service place to improve nursing care service related to cold water compress on fracture patient. Keywords: cold water compress, Pain, Fracture

PENDAHULUAN

Secara umum globalisasi fraktur dengan pemakaian skeletal traksi sering digunakan di Rumah Sakit seluruh dunia, pemakaian skeletal traksi merupakan salah satu tindakan medis untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah dan dilakukan reposisi dan imobilisasi. Upaya untuk dapat mendatangkan stress bagi klien karena terdapat ancaman fisik dan psikologis. Klien dengan fraktur dengan pemakain skeletal traksi akan mengalami perubahan body image (gambaran diri). Perawat berada dalam posisi untuk memberikan support mental agar klien dapat menyesuaikan diri dengan sadar dan kembali keposisi optimal (WHO, 2013).

Pemakaian skeletal traksi pada klien fraktur merupakan salah satu contoh kasus yang mempunyai masalah gangguan konsep diri yaitu gangguan body image. Gangguan body image dapat merupakan realitas tubuh, ideal tubuh, presentasi tubuh, tetapi tidak semua klien dapat mengalami gangguan body image yang sama pada klien fraktur dengan pemakain skeletal traksi. Body image merupakan bagian dari konsep diri. Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidar sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Stuart dan Sundeen, 2013).

(2)

Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu dengan penyakit serius sering merasa tidak berdaya, termasuk juga fraktur dengan pemakain skeletal traksi. Pemakain skeletal traksi pada fraktur dapat menimbulkan perasaan kurang sempurna, sehingga klien merasa cemas dengan terapi (pemakaian traksi skeletal) yang merupakan ancaman terhadap konsep dirinya (body image). Pada pasien fraktur juga biasanya ditera[I menggunakan kompres air dingin.

Menurut Bouwhuizen (2008) untuk mengurangi atau menurunkan perasaan nyeri dapat diberikan kompres dingin (es) pada pasien fraktur sebelum (pre) operasi. Pengetahuan dan teknologi yang mempelajari efek suhu rendah pada bidang biologi dan kedokteran sudah lama dikenal, salah satunya efek kompres dingin (es) adalah efek anestesi berupa hilangnya sensasi nyeri dan dapat digunakan pula pada pengobatan nyeri dan bengkak yang lokal. Berdasarkan pengalaman dilapangan pemberian kompres dingin (es) mendapatkan hasil yang cukup baik.

Fraktur dengan pemakaian skeletal traksi merupakan tindakan medis untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah dan dilakukan reposisi dan imobilisasi Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada fraktur dengan pemakaian skeletal traksi berjumlah 96 kasus. Klien dengan fraktur dengan pemakaian skeletal traksi dapat menimbulkan perasaan klien kurang sempurna, sehingga klien merasa cemas dengan keadaanya dan merupakan salah satu kasus yang mempunyai masalah gangguan konsep diri, yaitu body image (gambaran diri) dapat berupa realitas tubuh, ideal tubuh dan presentasi tubuh, tetapi tidak semua fraktur dengan pemakaian skeletal traksi mengalami gangguan bodyimage. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, umur, pekerjaan, informasi pre operasi serta lama dirawat.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh antara faktor pendidikan, umur, pekerjaan, informasi per operasi dan lama dirawat terhadap gangguan body image klien pada fraktur dengan pemakaian skeletal traksi. (Muslimin Siraja, 2013).

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2009 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang. Penyebab terbanyak adalah

insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stres psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI, 2009).

Di Sulawesi Selatan berdasarkan profil Dinas Kesehatan 2014, diperoleh dari 44 Rumah Sakit kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan (Pemerintah dan Swasta) yang melaporkan situasi Penyakit Tidak Menular tahun 2013 menunjukkan bahwa kasus yang terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan cidera baik pada penderita rawat jalan (9.354 penderita) maupun penderita rawat inap (3.842 penderita) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2014).

Dari hasil pengambilan data di RSUD Labuang Baji Makassar diperoleh data dalam dan beberapa tahun ini tercatat selama Tahun 2013- 2015 berbagai macam fraktur yang terjadi yang di derita pasien, salah satu diantaranya adalah fraktur. Pada Tahun 2013 tercatat pasien yang mengalami fraktur sebanyak 148 orang yang berjenis kelamin perempuan dan 404 orang yang berjenis kelamin laki-laki, dan pada tahun 2014 tercatat pasien yang mengalami fraktur sebanyak orang 58 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 235 orang yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan pada tahun 2015 tercatat mulai Januari sampai dengan April pasien yang mengalami fraktur sebanyak 26 orang (rekam medis RSUD Labuang Baji Makassar 2015).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh kompres air dingin dengan persepsi nyeri pada pasien fraktur di RSUD Labuang Baji Makassar.

METODE

Desain penelitian menggunakan desain Eksperimen Quasi dengan pendekatan pre-post group design dimana tujuannya untuk melihat pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri pada pasien fraktur.

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah paien fraktur diruang Baji Kamase I, II dan Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, dimana pengambilan sampel sesuai dengan

(3)

karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Lokasi dalam penelitian ini telah dilaksanakan di ruangan Baji Kamase I, II dan Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar. Waktu dalam penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2015.

Instrument penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dan seluruh data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan untuk dianalisis.

Analisa bivariat Melihat hubungan variabel dependen dengan independen dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Dengan menggunakan uji paired sample t-test. Analisa data akan diolah dengan bantuan komputer dengan menggunakan program Statistical Program For Sosial Science (SPSS).

HASIL

Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa terdapat 10 jumlah responden, sebanyak 7 (70,0%) responden yang umur dewasa muda, dan sebanyak 3 (30,0%) responden yang dewasa tua.

Dari tabel 4.2 menunjukan bahwa terdapat 10 jumlah responden, sebanyak 6 (60,0%) responden yang jenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 4 (40,0%) responden yang jenis kelamin perempuan.

Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa terdapat 10 jumlah responden, pendidikan yang paling banyak adalah pendidikan SMA, sebanyak 5 (50,0%) responden, dan pendidikan yang

paling sedikit adalah pendidikan SD, SMP serta Perguruan Tinggi sebanyak 1 (10,0%) responden.

Dari tabel 4.4 menunjukan bahwa terdapat 10 jumlah responden, pekerjaan yang paling banyak adalah pekerjaan pelajar, sebanyak 4 (40,0%) responden, dan pekerjaan yang paling sedikit adalah petani dan PNS sebanyak 1 (10,0%) responden.

Dari tabel 4.5 menunjukan bahwa terdapat 10 jumlah responden, sebanyak 3 (30,0%) responden yang persepsi nyeri ringan, dan sebanyak 7 (70,0%) responden yang persepsi nyeri sedang.

Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa terdapat 10 jumlah responden, sebanyak 8 (80,0%) responden yang persepsi nyeri ringan, dan sebanyak 2 (20,0%) responden yang persepsi nyeri sedang.

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan kompres air dingin (es) pre terdapat 3 (30,0%) persepsi rasa nyeri ringan, terdapat 7 (70,0%) responden persepsi rasa nyeri sedang. Sedangkan dari kelompok perlakuan kompres air dingin (es) terdapat 8 (80,0%) responden persepsi rasa nyeri ringan, dan terdapat 2 (20,0%) persepsi rasa nyeri sedang.

Berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test diperoleh nilai hitung p=0,015 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri fraktur RSUD Labuang Baji Makassar.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur responden di RSUD Labuang Baji Makassar

Umur n % Dewasa Muda Dewasa Tua 7 3 70,0 30,0 Total 10 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden di RSUD Labuang Baji Makassar

Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 6 4 60,0 40,0 Total 10 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan responden di RSUD Labuang Baji Makassar

Pendidikan n % Tidak Tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 1 1 5 1 20,0 10,0 10,0 50,0 10,0 Total 10 100,0

(4)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan responden di RSUD Labuang Baji Makassar Pekerjaan n % Petani Wiraswasta PNS Pelajar Mahasiswa 1 2 1 4 2 10,0 20,0 10,0 40,0 10,0 Total 10 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi persepsi Nyeri Sebelum di RSUD Labuang Baji Makassar

Persepsi Nyeri Sebelum n %

Ringan Sedang 3 7 30,0 70,0 Total 10 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi persepsi Nyeri Sesudah di RSUD Labuang Baji Makassar

Persepsi Nyeri Sesudah n %

Ringan Sedang 8 2 80,0 20,0 Total 10 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.7 Pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri fraktur RSUD Labuang Baji Makassar

Kompres air dingin (es)

Persepsi Rasa Nyeri Total

Ringan Sedang Jumlah %

n % n % Pre Post 3 8 30,0 80,0 7 2 70,0 20,0 10 10 100,0 100,0 p=0,015

Sumber : Data Primer 2015 DISKUSI

Berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test diperoleh nilai hitung p=0,015 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada Pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri fraktur RSUD Labuang Baji Makassar. Hal ini sejalan dengan Gabriel (2009), kompres dingin (es) merupakan suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Kompres dingin (es) dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan bengkak yang lokal, serta dapat memberikan efek anastesi, dimana hilangnya sensasi termasuk sakit, sentuhan dan persepsi temperatur. Penggunaan es dipercaya dapat menyebabkan anestesi lokal dengan

mengurangi atau menurunkan kecepatan hantaran dari reseptor nyeri yang memberi perasaan nyaman terhadap nyeri.

Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok perlakuan kompres air dingin (es) pre terdapat 3 (30,0%) persepsi rasa nyeri ringan, hal ini disebabkan karena pasien sellau megkonsumsi obat anti nyeri ketika sedang mengalami gangguan sakit, terdapat 7 (70,0%) responden persepsi rasa nyeri sedang, hal ini disebabkan karena pasien jarang diberikan kompres air dingin ketika mengalami gangguan sakit sehingga persepsi nyeri nyerinya terlihat meningkat. Sedangkan dari kelompok perlakuan kompres air dingin (es) post terdapat 8 (80,0%) responden persepsi rasa nyeri ringan, hal ini disebabkan pasien selalu diberikan kompres air

(5)

dingin sehingga persepsi nyeri selalu terlihat kurang dirasakan dan terdapat 2 (20,0%) persepsi rasa nyeri sedang, hal ini disebabkan krena pasien kurang mengkonsumsi obat anti nyeri sehingga persepsi nyeri masih sering timbul ketika sudah dikompres dengan air dingin (es).

Secara fisiologis pada dasarnya teori “gate control” Black M.J (2010), Menjelaskan bagaimana impuls rasa sakit/nyeri termodulasi dimana aliran impuls rasa nyeri aferen dapat dihambat atau diteruskan dalam substansi gelatinosa dikorda spinalis atau nukleus sehingga impuls yang menimbulkan berbagai sensasi dapat ditransmisikan bersama, dimodifikasikan dan dihambat. Teori gate control menyatakan bahwa sel-sel perantara berfungsi sebagai pintu gerbang dan tiap sel transmisi dan biasanya akan menghambat aktivitas sel-sel perantara dipengaruhi oleh keseimbangan antara impuls aferen dan yang dibawa pada akson serabut A dan B yang tebal dan bermielin dengan serabut (yang tipis non meilinisasi yang berkonduksi lambat. Serabut A dan B mentransmisikan impuls yang membawa sensasi umum dan bersifat sebagai penghambat, sedangkan serabut C mentransmisikan impuls yang berhubungan dengan rasa sakit dan menghilangkan efek hambatan dari sel-sel perantara. Disini dianggap bahwa pintu gerbang juga dipengaruhi oleh serabut desenders pada sistem aktivitas retikuler dan bahwa ini merupakan mekanisme dimana masukan sensoeik alternatif dapat menurunkan atau menghilangkan persepsi rasa sakit.

Menurut Long (2009) kompres dingin (es) merupakan suatu stimulus pada kulit dengan tujuan innervasi serabut-serabut A delta besar guna memblok stimulus nyeri yang melewati fiber C kecil. Dalam rangka mengurangi maupun meredakan rangsang pada ujung saraf atau memblokir arah berjalannya impuls nyeri yang menuju keotak. Kompres dingin (es) dipercaya dapat menghasilkan atau keluarnya endorphin yang berguna memblok stimulus hantaran nyeri. Dan kompres dingin (es) dipercaya dapat memberikan perasaan nyaman sementara terhadap nyeri serta mengalihkan fokus perhatian pada stimulus yang diberikan.

Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Nurman (2013) dalam penelitiannya dengan judul hubungan pemberian kompres air dingin terhadap penyakit apendisitis,dalam penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian kompres air dingin terhadap penyeakit apnedisitis (p=0,006).

Menurut asumsi penelitian semakin baik pemberian kompres air dingin maka akan membantu pasien untuk menghilangkan rasa

nyeri pda penyakit yang dideritanya. Dimana kompres air dingin dapat bermanfaat bagi pasien yang mengalami penyakit apendisitis dan fraktur. SIMPULAN

1. Kompres air dingin pre, sebanyak 30,0% responden yang persepsi nyeri ringan, dan sebanyak 70,0% responden yang persepsi nyeri sedang.

2. Kompres air dingin post, sebanyak 80,0% responden yang persepsi nyeri ringan, dan sebanyak 20,0% responden yang persepsi nyeri sedang.

3. Ada pengaruh kompres air dingin (es) terhadap persepsi rasa nyeri fraktur RSUD Labuang Baji Makassar, nilai (p=0,000). SARAN

1. Bagi Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan bagi petugas ksehatan dan tempat pelayanan guna meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan terkait dengan pemberian kompres air dingin pada pasien fraktur.

2. Bagi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang manfaat kompres air dingin (es) dalam menurunkan rasa nyeri pasien fraktur.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kompres air dingin (es) dan nyeri.

REFERENSI

Black, M.J, Ester M & Jacobs. (2010). Medikal Surgical Nursing; Clinical Management For Continvity of Care. WB Saunder Company. Tokyo

Bouwnuizen, M. (2010). Ilmu Keperawatan. Alih Bahasa Media Radja Siregar. EGC. Jakarta.

Carvin, J.G. (2013). Buku Saku Patofisiologi edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

ERB, Kozier, Blais & Wilkinson (2006) Fundamental Of Nursing ; Consepts, Process, And Practice II, Addison Wesley Publishing Company.

Gabriel, F.J. (2009) Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

(6)

Gibson, John (2012). Diagnosa Gejala Penyakit Untuk Perawat. Penerbit Yayasan Essentia Media Yogyakarta.

Howe, L.G & F.I.H Whitehead. (2009). Lokal Anaesthesia In Dentistry. Alih Bahasa Lilian Yuwono. Penerbit Hipokrates. Jakarta

Husin, Ma’riffin (2011). Perkembangan Keperawatan : Disampaikan Pada Pelatihan Kemampuan Guru Diploma III Keperawatan Dan SPK Dalam Pemberdayaan Laboratorium Keperawatan Instalasi Pendidikan Akper Depkes. Bandung.

Junaidi, P (Et.Al). (2013). Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius FKUI. Jakarta

Leo, M.Jenifer (2012). Segi Praktis Fisioterapi. Binarupa Aksara. Jakarta

Long, C.B. (2009). Medikal Surgical Nursing. Alih Bahasa Oleh Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung Medical Record. (2014). RSUD Labuang Baji

Makassar

Muslimin Siraja, (2013). Pengaruh pemakaian skeletal traksi terhadap pasien fraktur di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi Nursalam (2009) Pendekatan Praktis Metodologi

Riset Keperawatan. Penerbit C.V. Infomedika. Jakarta.

Sabiston (2010). Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Sjamsuhidayat, R & Win D.J. (2009). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

Soeparman & Sarwono W (2011). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Penerbit Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Administrasi. Penerbit C.V Alfabeta. Bandung.

Stuart dan Sundeen, (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

WHO (2013). Pemakaian Skeletal Traksi Pasien Fraktur. Jakarta ; EGC

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur responden di RSUD Labuang Baji Makassar
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan responden di RSUD Labuang Baji Makassar Pekerjaan n % Petani Wiraswasta PNS Pelajar Mahasiswa 12142 10,020,010,040,010,0 Total 10 100,0

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan hal ini diketahui dan disimpulkan bahwa hakim berpandangan dengan memberikan batasan mengenai ketentuan minimum khusus yang

Pada tahun 2015 ini, komponen Sistem Informasi Manajemen Akuntabilitasi (SIMA) belum melakukan realisasi kegiatan karena masih dalam proses lelang untuk : (1)

Sistem Pakar sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang mengadopsi pengetahuan pakar ke dalam komputer dapat dimanfaatkan untuk membantu mendiagnosa kerusakan yang dialami

Pemberian aerasi pada malam hari diperkirakan akan menambah kadar oksigen dalam air sehingga tidak menyebabkan terjadinya kompetisi, akan tetapi perlu pengkayaan informasi melalui

Anak-anak yang disadari memiliki potensi perlu dikembangkan, perlu memiliki keluarga yang penuh rangsangan, pengarahan, dorongan, dan imbalan-imbalan untuk kemampuan

(2008), dan menjadi jawaban atas keterbatasan GAAP ETR dalam menghitung tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan (Martani dan Chasbiandani, 2012). Berdasarkan permasalahan

Kata kunci : Nilai Pendidikan, Novel Serdadu Kumbang, Novel Sang Pemimpi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud nilai-nilai pendidikan kultural (sosial) yang terkandung

a) Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energi yang besar, oleh karena itu jika ibu tidak makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami kekurangan gizi