• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT. (Skripsi) Oleh RINA RISTIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT. (Skripsi) Oleh RINA RISTIANI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT

(Skripsi) Oleh RINA RISTIANI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT

Oleh

RINA RISTIANI

Tanaman sedap malam (Polianthes tuberosa L.) termasuk famili Amarylliddaceae yang berasal dari Meksiko. Tanaman sedap malam merupakan tanaman hias populer di Indonesia, karena memiliki bunga yang indah dan harum. Sampai saat ini tanaman sedap malam diminati hanya dalam bentuk bunga potong dan bunga tabur. Namun, tanaman sedap malam dapat dijadikan sebagai bunga pot dengan membuat tangkai bunganya lebih pendek. Salah satu cara untuk mendapatkan tanaman sedap malam yang memiliki kriteria sebagai bunga pot adalah dengan pemberian zat penghambat tumbuh yaitu paklobutrazol.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2016 sampai Agustus 2017, bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot dan mengetahui konsentrasi paklobutrazol terbaik pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot. Penelitian ini

(3)

menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal 6 taraf konsentrasi paklobutrazol yaitu 0 ppm, 75 ppm, 150 ppm, 225 ppm, 300 ppm, dan 375 ppm dengan 3 kali ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barttlet dan adivitas diuji dengan uji Tukey. Selanjutnya, diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi paklobutrazol pada pertumbuhan vegetatif hanya berpengaruh nyata pada lingkar batang semu dan semua variabel pada pertumbuhan generatif kecuali panjang floret.

(4)

PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT

Oleh RINA RISTIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT

Oleh RINA RISTIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT

Oleh RINA RISTIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

Aku persembahkan karya ini kepada:

Kedua orangtuaku,

Bapak Jajang Rohiman dan Ibu Lilis yang telah mencurahkan kasih sayang, kesabaran, nasihat, motivasi, dan doa yang tiada henti;

Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka yang telah membantu, memberi semangat, memotivasi, memberi nasihat, dan mendoakan selama ini;

Saudara dan rekan-rekanku yang selalu memberikan motivasi, dukungan, nasihat, dan doa selama ini; serta

Almamater tercinta, Universitas Lampung

(9)

“The more I pray. The more Allah shows me the way”

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 11 November 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Jajang Rohiman dan Ibu Lilis.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Braja Sakti Way Jepara diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandar Sribhawono pada tahun 2013.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakutas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi

mahasiswa penulis juga pernah aktif dalam organisasi KOPMA (Koperasi Mahsiswa) sebagai anggota pada periode kepengurusan 2014/2015. Penulis juga aktif dalam organisasi Perma AGT (Persatuan Mahasiswa Agroteknologi) sebagai anggota pada periode kepengurusan 2014/2015. Tahun 2016, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Marigai, Kabupaten Lampung Timur dan Praktik Umum di Kebun Begonia Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol Pada Penampilan

Tanaman Sedap Malam (Polianthes tuberosa L.) dalam Pot” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku pembimbing utama atas kesediaannya untuk memberikan bantuan materi, tenaga, dan pikiran dalam proses penelitian, serta saran, kritik, dan bimbingannya hingga skripsi selesai;

2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku pembimbing kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi; 3. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P., selaku penguji utama skripsi ini

atas pemikiran, nasehat, motivasi, dan saran-sarannya;

4. Ibu Ir Ermawati, M.S., selaku pembimbing akademik atas motivasi dan bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan;

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi; 6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

(12)

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan selama menempuh studi di Universitas Lampung;

8. Bapak dan Ibu Staf administrasi Fakultas Pertanian Universitas Lampung; 9. Kedua orang tua penulis, Ayah (Jajang Rohiman) dan Ibu (Lilis), adik Risna

Rosmawati dan Siti Nurjanah, dan keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi, cinta, dan kasih sayang;

10. Fajar Riski Wijaya, S.H., yang telah membantu dalam proses penelitian maupun penulisan, atas motivasi, dukungan, doa, dan semangat;

11. Saudara seperjuangan dalam penelitian yaitu Nur Iman Putri Kertamuda atas kerjasamanya selama penelitian dan penulisan skripsi;

12. Mawadah Warohmah, Nurul Wakhidah, Reski Ramadhan, M. Saiful A.S., M. Maruf Firdaus, Nur Kholis, Rian Adi Nata, Rindang Wicaksono, Resti Puspa K.S., Nurul Amira A., Panca Sachina Y., Putri Septia Ningrum, Putri Setiani dan teman-teman Agroteknologi kelas C yang telah membantu dalam proses penelitian maupun penulisan, atas motivasi, dukungan, doa, dan semangat; 13. Ayu Septriana, S.T., Novia Pratiwi, S.TP., Novi Julia, Amd., Yelika Apiliani

Amd., Ulfa Hidayah, Okta Fitri, Amd., Pera Novalinda, Wia Mawarni, Mawar Aprita, Rohmatul Uslah, Sarifah Mudaim, Sri Fauzia, dan Dina Dharmayanti yang telah memberikan motivasi, dukungan, doa, dan semangat; 14. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

Bandar Lampung, Desember 2017

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Kerangka Pemikiran ... 3 1.5 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tanaman Sedap Malam ... 6

2.2 Zat Pengatur Tumbuh ... 9

2.3 Paklobutrazol ... 12

3.4.1 Persiapan media tanam ... 17

3.4.2 Penyiapan bibit tanaman ... 18

3.4.3 Penanaman ... 18

3.4.4 Penyulaman ... 19

3.4.5 Pemeliharaan ... 19

3.4.6 Pembuatan larutan paklobutrazol ... 21

III. BAHAN DAN METODE ... 16

3.1 Tempat dan Waktu ... 16

3.2 Alat dan Bahan ... 16

3.3 Metode Penelitian ... 16

(14)

3.4.7 Pemberian larutan paklobutrazol ... 23

3.5 Variabel Pengamatan ... 24

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Pengamatan ... 26

4.1.1 Tinggi tanaman ... 27

4.1.2 Jumlah daun ... 27

4.1.3 Lingkar batang semu ... 27

4.1.4 Waktu muncul anakan ... 28

4.1.5 Jumlah anakan ... 29

4.1.6 Waktu muncul kuncup bunga ... 29

4.1.7 Panjang tangkai bunga ... 30

4.1.8 Diameter tangkai bunga ... 31

4.1.9 Panjang floret ... 31

4.1.10 Jumlah floret ... 32

4.1.11 Waktu mekar bunga ... 32

4.1.12 Masa mekar bunga ... 32

4.2 Pembahasan ... 33

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 36

4.2 Simpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 40

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

penampilan tanaman sedap malam dalam pot pada fase vegetatif ... 26 2. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

penampilan tanaman sedap malam dalam pot pada fase vegetatif ... 27 3. Rata-rata hasil penelitian pengaruh paklobutrazol pada penampilan

Tanaman sedap malam dalam pot ... 28 4. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada tinggi

tanaman sedap malam dalam pot ... 41 5. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada tinggi

tanaman sedap malam dalam pot ... 41 6. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada tinggi tanaman

sedap malam dalam pot... 42 7. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

tinggi tanaman sedap malam dalam pot ... 42 8. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah daun

tanaman sedap malam dalam pot ... 42 9. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah

daun tanaman sedap malam dalam pot ... 43 10. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah daun

sedap malam dalam pot... 43 11. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

jumlah daun sedap malam dalam pot... 44 12. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada lingkar .

(16)

13. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada lingkar batang semu tanaman sedap malam dalam pot ... 44 14. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada lingkar batang

semu tanaman sedap malam dalam pot... 45 15. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

lingkar batang semu sedap malam dalam pot ... 45 16. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu

muncul anakan tanaman sedap malam dalam pot ... 45 17. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu

muncul anakan tanaman sedap malam dalam pot ... 46 18. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu muncul

muncul anakan tanaman sedap malam dalam pot ... 46 19. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

waktu muncul anakan sedap malam dalam pot... 47 20. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah

anakan tanaman sedap malam dalam pot ... 47 21. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

jumlah anakan tanaman sedap malam dalam pot... 47 22. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah anakan

tanaman sedap malam dalam pot ... 48 23. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

jumlah anakan sedap malam dalam pot ... 48 24. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu muncul

kuncup bunga tanaman sedap malam dalam pot... 48 25. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu

muncul kuncup bunga tanaman sedap malam dalam pot... 49 26. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu muncul

kuncup bunga tanaman sedap malam dalam pot... 49 27. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

waktu muncul kuncup bunga sedap malam dalam pot ... 50 28. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjang

(17)

iii

29. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

panjang tangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot ... 50 30. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjang

tangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot... 51 31. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

panjang tangkai bunga sedap malam dalam pot ... 51 32. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada diameter

tangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot... 51 33. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

diameter tangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot... 52 34. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada diameter

tangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot... 52 35. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

diameter tangkai bunga sedap malam dalam pot ... 53 36. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjang

floret tanaman sedap malam dalam pot... 53 37. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol

pada panjang floret tanaman sedap malam dalam pot ... 53 38. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjang

floret tanaman sedap malam dalam pot... 54 39. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

panjang floret sedap malam dalam pot ... 54 40. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah

floret tanaman sedap malam dalam pot... 54 41. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah

floret tanaman sedap malam dalam pot... 55 42. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah

floret tanaman sedap malam dalam pot... 55 43. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

jumlah floret sedap malam dalam pot ... 56 44. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu

(18)

45. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu mekar bunga tanaman sedap malam dalam pot ... 56 46. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu mekar

bunga tanaman sedap malam dalam pot ... 57 47. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

waktu mekar bunga sedap malam dalam pot ... 57 48. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada masa mekar

bunga tanaman sedap malam dalam pot ... 57 49. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada masa

mekar bunga tanaman sedap malam dalam pot ... 58 50. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada masa mekar

bunga tanaman sedap malam dalam pot ... 58 51. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada

(19)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus bangun paklobutrazol ... 12

2. Skema penghambatan sintesis asam giberelin oleh paklobutrazol .... 14

3. Media tanam yang digunakan: (a) pupuk kandang, (b) arang sekam,

dan (c) tanah ... 17 4. Bibit tanaman sedap malam: (a) kelompok I, (b) kelompok II,

Dan (c ) kelompok III. ... 18 5. Penanaman sedap malam: (a) bibit tanaman direndam fungisid

dan (b) penanaman tanaman sedap malam ... 19

6. Pemupukan: (a) pemupukan NPK, (b) pemupukan Growmore, dan

(c ) pupuk Gandasil B. ... 20 7. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap lingkar batang semu pada

umur 13 minggu setelah aplikasi. ... 28 8. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap waktu muncul anakan

tanaman sedap malam dalam pot ... 29 9. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap waktu muncul kuncup

tanaman sedap malam dalam pot. ... 30 10. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap panjang tangkai bunga

pada umur 22 minggu setelah aplikasi ... 30 11. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap diameter tangkai bunga

pada umur 22 minggu setelah aplikasi... 31 12. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada aplikasi 22 minggu setelah

tanam terhadap jumlah floret tanaman sedap malam... 32 13. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu mekar bunga tanaman

(20)

14. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap masa mekar bunga pada

tanaman sedap malam dalam pot. ... 33 15. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada penampilan tanaman sedap

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Tanaman sedap malam (Polianthes tuberosa L.) termasuk famili Amaryllidaceae yang berasal dari Meksiko. Tanaman ini telah beradaptasi di Indonesia tepatnya di Bangil Kabupaten Pasuruan sejak 95 tahun yang lalu. Tanaman sedap malam merupakan tanaman hias populer di Indonesia, karena memiliki bunga yang indah dan harum (Prahardini, 2006). Menurut Zuhrah dkk (2010) kebutuhan tanaman sedap malam (Polianthes tuberosa L.) semakin meningkat setiap tahunnya, baik sebagai bunga potong, bunga tebar, maupun minyak aksiri. Menurut Badan Pusat Statistik (2016) di Indonesia tanaman sedap malam merupakan salah satu tanaman hias urutan ketiga yang paling banyak diminati oleh masyarakat setelah tanaman mawar dan krisan. Produksi tanaman sedap malam pada tahaun 2014 mencapai 104.625.690 tangkai. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 116.687.423 tangkai. Peningkatan produktivitas tersebut sebesar 11,52%.

Tanaman sedap malam umumnya ditanam di lahan terbuka dan sampai saat ini hanya diminati dalam bentuk bunga potong dan bunga tabur. Padahal, tanaman sedap malam dapat dijadikan sebagai bunga pot. Tanaman hias dalam pot menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan tanaman hias yang dapat dijadikan penghias dalam maupun luar ruangan. Selain itu juga, tanaman hias

(22)

dalam pot tidak memerlukan tempat yang luas dan perawatannya pun lebih mudah, sehingga tanaman hias dalam pot lebih banyak diminati oleh masyarakat terutama masyarakat perkotaan. Penampilan tanaman hias pot yang diminati oleh masyarakat adalah mempunyai ruas yang pendek, daun yang rimbun, serta

bunganya yang seragam dan kompak. Salah satu cara untuk membuat penampilan tanaman sedap malam yang memenuhi kriteria tersebut adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh.

Zat pengatur tumbuh yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan memacu pembungaan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan zat pengatur

tumbuh yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dengan cara menghambat biosintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenoat Wattimena dalam Pratiwi (2012). Giberelin merupakan salah satu fitohormon yang merangsang pertumbuhan vegetatif. Apabila produksi giberelin dihambat maka sel tetap membelah namun sel-sel baru tersebut tidak memanjang sehingga didapatkan tanaman sedap malam dengan kriteria tanaman hias dalam pot. Menurut Sandra (2007), efek paklobutrazol pada pertumbuhan vegetatif adalah memperpendek ruas sehingga menghambat pertumbuhan tinggi tanaman, memperbesar diameter batang tanaman, dan memperbanyak hasil fotosintesis dalam tanaman. Penelitian tanaman sedap malam dalam pot belum pernah dilakukan, sehingga konsentrasi paklobutrazol yang tepat belum diketahui. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemberian zat pengatur tumbuh akan efektif apabila konsentrasinya tepat. Aplikasi paklobutrazol dengan konsentrasi yang berbeda diharapkan mendapat penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam menekan pertumbuhan tanaman dan memacu pembungaan.

(23)

3

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil-hasil penelitian penggunaan paklobutrazol terhadap berbagai jenis tanaman hias tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan:

1. Apakah pemberian paklobutrazol memberikan pengaruh pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot?

2. Berapakah konsentrasi paklobutrazol terbaik yang memberikan pengaruh pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengetahui pengaruh pemberian paklobutrazol pada penampilan tanaman sedap malam.

2. Mengetahui konsentrasi paklobutrazol terbaik pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot.

1.4 Kerangka Pemikiran

Tanaman sedap malam termasuk ordo Amaryllidales dan famili Amaryllidaceae yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman sedap malam merupakan tanaman sukulen atau banyak mengandung air. Tanaman sedap malam memiliki daun yang berbentuk pipih dan memiliki tangkai bunga yang panjang. Bunga tanaman sedap malam berbentuk corong, berwarna putih dan

(24)

mengeluarkan aroma harum. Tanaman sedap merupakan salah satu tanaman hias yang banyak dimintati oleh masyarakat terutama masyarakat Indonesia karena memiliki bunga yang cantik dan aroma yang harum pada bunganya. Pada umumnya tanaman sedap malam ditanam di lahan terbuka dan dinikmati dalam bentuk bunga potong dan bunga tabur. Padahal tanaman sedap malam dapat dijadikan sebagai tanaman hias pot, dengan membuat daunnya lebih rimbun, ruas tangkai bunganya yang pendek, dan bunga yang seragam juga kompak. Tanaman sedap malam merupakan tanaman semusim atau setahun tetapi dapat tumbuh lebih dari setahun, sehingga untuk menjadikan tanaman sedap malam sebagai bunga pot dapat diatasi dengan pengaturan pertumbuhan tanaman tersebut.

Pengaturan pertumbuhan tanaman sedap malam dapat dilakukan dengan

pemberian zat pengatur tumbuh yang dapat berfungsi menghambat pertumbuhan tanaman, salah satunya yaitu paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan salah satu jenis retardan yang banyak digunakan untuk menghambat pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pembungaan pada tanaman hias. Pemberian paklobutrazol tersebut diharapkan mampu menghasilkan tanaman sedap malam yang penampilannya pendek, daun rimbun, dan jumlah bunga yang banyak juga kompak.

Pengaruh pemberian paklobutrazol pada beberapa tanaman hias berbeda pada berbagai taraf konsentrasi. Konsentrasi dan waktu pemberian yang tepat dapat meningkatkan efektivitas penggunaan paklobutrazol. Oleh sebab itu untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukannya penelitian mengenai pemberian paklobutrazol pada berbagai taraf konsentrasi yaitu 0, 75, 150, 225, 300 dan 375

(25)

5

ppm terhadap tanaman sedap malam. Pemberian paklobutrazol pada berbagai konsentrasi tersebut diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penampilan tanaman sedap malam dalam pot. Pemberian paklobutrazol tersebut diharapakn dapat menghasilkan penampilan tanaman sedap malam yang memiliki bunga yang serempak dan kompak.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat maka disusun hipotesis yaitu: 1. Terdapat perbedaan pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot

antara yang diberi perlakuan paklobutrazol dengan tanpa diberi paklobutrazol.

2. Terdapat konsentrasi paklobutrazol yang menghasilkan penampilan tanaman sedap malam dalam pot yang terbaik.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sedap Malam

Tanaman sedap malam berasal dari Meksiko dan telah tersebar luas di Eropa, Afrika, dan Asia, termasuk di Indonesia. Tanaman sedap malam termasuk

kedalam Kingdom Plantae; Divisi Spermatophyta; Kelas Monocotyledonae; Ordo Amaryllidales; Famili Amaryllidaceae; Genus Polianthes; dan Spesies Polianthes.

tuberosa L (Rukmana, 1995).

Susunan tubuh tanaman sedap malam terdiri dari akar, batang (discus), umbi (batang semu), daun, tangkai bunga dan kuntum bunga. Sistem perakaran tanaman sedap malam adalah serabut yang keluar dari batang utama (discus) dan menyebar ke segala arah dengan radius kedalaman 40–60 cm. Umbi-umbi tanaman sedap malam merupakan batang semu yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai penyimpanan cadangan makanan. Umbi induk biasanya berukuran besar dengan lapisan umbinya (bulbus) tidak begitu jelas, serta daging umbinya berwarna putih bersih. Tiap rumpun tanaman sedap malam terdiri atas satu atau lebih umbi induk dengan sekumpulan umbi anak. Daun tanaman sedap malam berwarna hijau mengkilap dibagian permukaan atas dan berwarna hijau muda dibawah permukaan daun. Daunnya berbentuk panjang dan pipih (tipis). Menurut Sastromidjaja dalam Zuhrah dkk (2010) tanaman sedap malam memiliki

(27)

7

daun dengan panjang 30 – 45 cm dan lebar 1,30 cm. Tangkai bunga tanaman sedap malam muncul dari ujung batang tanaman (titik tumbuh) yang berukuran panjang dan beruas-ruas. Tiap ruas terdapat daun bunga yang bentuknya panjang dan pipih, ukurannya lebih kecil dari daun normal (biasa). Tiap tangkai bunga melekat 5 - 12 kuntum bunga atau lebih yang mekarnya tidak bersamaan. Bunga tanaman sedap malam berbentuk corong dan mahkota bunganya berwarna putih bersih. Diameter bunga saat mekar berkisar 2,5 – 5,4 cm. Bunga tanaman sedap malam mengeluarkan wangi yang sangat harum. Lama kesegaran bunga setelah dipotong, sekitar 5-10 hari (Rukmana, 1995).

Tanaman sedap malam merupakan tanaman semusim atau setahun tetapi dapat tumbuh lebih dari setahun. Sedap malam termasuk tanaman yang banyak

mengandung air atau sukulen. Selama siklus hidupnya mengalami beberapa fase pertumbuhan. Sejak umbi bibit ditanam, pada umur 1 – 2 minggu setelah tanam fase perkecambahan atau tunas-tunas dan akar baru mulai tumbuh. Umur 3 – 5 minggu setelah tanam, daunnya mulai tumbuh. Umur 16–20 minggu,

pertumbuhan vegetatif telah mencapai maksimal. Kemudian umur 24–26 minggu setelah tanam, sudah mengeluarkan tangkai bunga. Setelah itu, umur 7 – 8 bulan setelah tanam bunga tanaman sedap malam dapat dipanen dengan ciri-ciri pada setiap tangkai bunga telah mekar 2 – 3 kuntum bunga. Umbi anakan tumbuh menjadi tanaman muda pada umur 36 minggu. Anakan yang sudah berumur 7 – 9 bulan dapat digunakan sebagai bakal bibit (Rukmana, 1995).

Tanaman sedap malam dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 600-1.500 m dpl. Namun, akan tumbuh optimal pada tempat dengan ketinggian

(28)

100-900 m dpl. Suhu yang cocok untuk budidaya tanaman sedap malam adalah 13– 270C, dan curah hujan 1900 – 2500 mm/tahun. Tanaman sedap malam

memerlukan sinar matahari penuh, dan jenis tanah yang cocok adalah Andosol, Latosol, dan Regosol. Tanah yang memiliki solum tebal, berwarna kecokelatan, berstruktur remah, dan derajat kemasaman antara tanah asam sampai netral (pH 5 – 7) (Balithi, 2009).

Tanaman sedap malam memiliki dua varietas yang telah dikenal sejak dahulu, yaitu tanaman sedap malam yang sering berbunga dengan kelopak bunganya susunan petal hanya selapis atau tunggal, seperti Albino atau Mexican

Everblooming, serta tanaman sedap malam yang berbunga ganda dengan relatif

pendek, seperti the Pearl atau Drawf Pearl. Tanaman sedap malam tipe tunggal kebanyakan berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Tanaman sedap malam varietas lokal jenis semi ganda asal Pasuruan telah dilepas sebagai varietas unggul nasional dengan nama Roro Anteng oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Tanaman sedap malam jenis berbunga ganda asal Cianjur dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Hias dengan nama varietas Dian Arum (Balithi, 2009). Tanaman sedap malam jenis berbunga ganda asal Lampung dilepas oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus dengan nama varietas Wonotirto (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2017).

Tanaman sedap malam varietas Wonotirto dapat ditanam di dataran menengah. Umur mulai berbunga yaitu pada 8 bulan setelah tanam dan dapat dipanen pada umur 8,5 bulan setelah tanam. Tanaman ini memiliki umbi berwarna krim muda dengan panjang 1,2 – 6,2 cm dan lebar 1 – 5 cm. Daun berbentuk pipih, panjang

(29)

9

dan berwarna hijau. Panjang daunnya yaitu 31 – 60 cm dan lebarnya 1 – 3 cm. Jumlah anakan per rumpun terdapat 15 – 30 anakan. Tangkai bunganya berwarna hijau dengan panjang 88 – 100 cm dan berdiameter 1,8 – 2,5 cm. Jumlah ruas tangkai bunga ada 20 – 26 ruas dan tiap ruas melekat 2 kuntum bunga. Bunga tanaman sedap malam varietas Wonotirto berbentuk terompet, berwarna putih dan ada semburat merah pada kuncup bunga yang belum mekar. Jumlah helai

mahkota bunganya 22 – 28 helai, dengan panjang 2,5 – 4,2 cm dan lebar 1 – 1,4 cm. Diameter bunga kuncup berukuran 0,8 – 1 cm dan ukuran diameter bunga mekar 3 – 3,5 cm. Jumlah bunga pertangkai ada 40- 52 bunga dengan susunan kuntum bunga yang bersusun tingkat. Penciri utama tanaman sedap malam varietas Wonotirto yang dapat membedakan dengan varietas lainnya yaitu susunan helai mahkota bunga bertingkat (berlapis), tebal, harum, dan ada semburat merah pada kuncup bunga yang belum mekar (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2017).

2.2 Zat Pengatur Tumbuh dan Hormon

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan nutrien yang dalam konsentrasi rendah dapat mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon, sedangkan yang sentetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Menurut Wattimena dalam Salisbury dan Ross (1995), hormon merupakan senyawa organik yang aktif dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah yang disintetiskan pada bagian

tertentu dari tanaman dan dipindahkan ke bagian lain dimana zat tersebut menimbulkan respons secara biokimia, fisiologi, dan morfologi.

(30)

Ardigusa (2015) menyatakan bahwa hormon tumbuh terdapat dua macam, yaitu fitohormon dan zat pengatur tumbuh eksogen yang dibuat oleh manusia atau sintesis. Beberapa golongan senyawa organik (fitohormon) merupakan zat-zat penggerek atau pemacu yang mengawali reaksi-reaksi biokimia mengubah komposisi di dalam tanaman. Perubahan komposisi kimia tersebut, terjadilah pembentukan organ-organ tanaman seperti tunas, daun, akar, dan bunga.

Hormon tanaman yang telah lama dikenal yaitu auksin, sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat. Auksin banyak digunakan petani untuk memacu pemanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, dan mengaktifkan kambium untuk membentuk sel-sel baru. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda penuaan, dan memacu pembesaran sel pada kotiledon dan daun tumbuhan dikotil. Jablonski dan Skoog dalam Salisbury dan Ross (1995), menyatakan bahwa jika nisbah sitokinin-auksin tinggi maka sistem tajuk yang berkembang kemudian akar-akar liar terbentuk secara spontan dari batang saat masih di dalam kalus. Jika nisbah sitokinin-auksin rendah maka pembentukan akar terpacu. Jika nisbah sitokinin-auksin sama maka akan tumbuh sel meristem pada kalus, sel itu membelah dan mempengaruhi sel lainnya untuk berekmbang menjadi kuncup, batang, dan daun. Etilen berfungsi untuk

merangsang pematangan buah, menyebabkan daun gugur, dan merangsang penuaan. Giberelin berfungsi untuk mendorong pemanjangan sel, merangsang pembungaan dan merangsang pembentukan enzim amilase yang berepran

memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperma (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Asam absisat (ABA) adalah zat pengatur tumbuh yang berfungsi menghambat pertumbuhan atau lawan giberelin. ABA berfungsi untuk

(31)

11

memacu dormansi, mencegah biji dari perkecambahan dan menyebabkan gugurnya daun, bunga, dan buah (Salisbury dan Ross, 1995).

Retardan merupakan salah satu zat pengatur tumbuh eksogen atau tidak terdapat secara alami dalam tanaman. Retardan adalah sekelompok senyawa pengatur tumbuh yang dapat menghambat proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh tumbuhan (Wattimena, 1988). Jenis-jenis retardan yang diketahui sampai saat ini adalah paklobutrazol, AMO 1618, Cycocel, dan Phosphon D.

Peran fisiologis dari retardan adalah menekan perpanjangan batang, mempertebal batang, mendorong pembungaan, mendorong pembentukan pigmen (klorofil, xantofil, dan antocyanin), mencegah etiolasi, mempertinggi perakaran setek, menghambat senescence, memperpanjang umur panen bahan segar (bunga, buah, sayur), tahan terhadap stress dan mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara seperti O3 (ozon) dan SO2 (Cathey, 1975).

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT antara lain dosis, kedewasaan tanaman, dan lingkungan. Pemberian ZPT pada tanaman yang belum dewasa justru akan memperburuk pertumbuhannya, karena secara

fisiologis tanaman tersebut belum mampu berbunga. Faktor lingkungan yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi ZPT. Bila kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT yang diberikan akan dapat segera diserap tanaman. Penggunaan dosis ZPT yang tepat dapat mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang kurang atau berlebihan menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang, sedangkan dosis yang

(32)

tinggi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Endah, 2001).

2.3 Paklobutrazol

Paklobutrazol pertama kali dikembangkan oleh ICI (Imperial Chemical Industries) Amerika Serikat sebagai suatu zat penghambat tumbuh yang potensial untuk tanaman ornamental dan agronomi ICI dalam Wahyurini (2012). Nama umum paklobutrazol adalah ICI-PP-333. Rumus empiris atau susunan kimia

paklobutrazol adalah C15H20CIN3O (Gambar 1). Nama kimia paklobutrazol adalah (2RS, 3RS)-1-(4-chlorophenyl)-4,4-dimethyl-2-(1,2,4-triazol-1-yl)-pentan-3-ol (Gambar. 1) Sponsel dalam Wahyurini (2012). Cara aplikasi paklobutrazol harus mempertahankan sistem budidaya, tipe tanah, dan iklim ICI dalam

Wahyurini (2012).

Gambar 1. Rumus bangun paklobutrazol Sponsel dalam Wahyurini (2012)

Paklobutrazol merupakan salah satu bentuk zat pengatur tumbuh yang bersifat menghambat biosintesis giberelin sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman terhambat. Prinsip kerja paklobutrazol adalah menghambat reaksi oksidasi antara kauren dan asam kaurenoat pada sintesis giberelin (Gambar 2). Adanya

(33)

13

sel, pengurangan pertumbuhan vegetatif, dan secara tidak langsung akan

mengalihkan asimilatke pertumbuhan reproduktif untuk pembentukan bunga dan perkembangan buah (Widaryanto, 2011).

Redaksi Agromedia dalam Pratiwi (2012) menyatakan bahwa paklobutrazol dapat menghambat pertumbuhan sel meristem dan merangsang pembentukan bunga melalui dua cara. Pertama, dengan mengubah keseimbangan hormon yang

menginduksi etilen untuk merangsang pembungaan. Kedua, dengan menekan laju pertumbuhan, sehingga mengurangi akumulasi nitrogen. Aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan respirasi dan mempengaruhi keseimbangan karbohidrat dalam jaringan tanaman. Paklobutrazol juga mampu menghambat aktivitas enzim yang berperan dalam biosintesis giberelin. Akibatnya sintesis asam absisat

meningkat dan memacu munculnya bunga (Herawati, 2012). Weaver dalam Wahyurini (2012) menyatakan bahwa paklobutrazol akan menghambat biosintesis giberelin pada meristem sub apikal, yang selanjutnya akan menyebabkan

penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan secara tidak langsung akan mengalihkan fotosintat ke pertumbuhan reproduktif yang diperlukan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah.

Aplikasi paklobutrazol harus dilakukan dengan tepat, yaitu saat memasuki fase generatif (Herawati, 2012). Penggunaan paklobutrazol dapat melalui beberapa cara, antara lain dengan penyiraman pada media tumbuh (media drench),

penyemprotan pada daun tanaman (foliar spray), serta melalui injeksi pada batang tanaman (injection) (Widaryanto, 2011). Menurut Andriansen (1983)

(34)

Paklobutrazol diserap oleh tanaman melalui daun, pembuluh batang atau akar, kemudian ditranslokasikan secara akropetal melalui xilem ke bagian tanaman yang lain ICI dalam Wahyurini (2012).

Menurut Wattimena dalam Wahyurini (2012) mekanisme penghambatan biosintesis giberelin oleh paklobutrazol adalah:

Gambar 2. Skema penghambatan sintesis asam giberelin oleh paklobutrazol Keterangan:

MVA : Asam Mevalonat IPP : Isopentenil Pirofosfat FPP : Farnesil Pirofosfat

GGPP : Geranil-Geranil Pirofosfat CPP : Copalil Pirofosfat

Penelitian Setyaningrum dan Wahyurini (2004) pada tanaman melati putih pemberian paklobutrazol 400 ppm menghasilkan jumlah bunga, kandungan

(35)

15

klorofil dan bobot bunga per tanaman yang nyata lebih baik dibanding tanpa pemberian paklobutrazol. Pada tanaman Sanseviera trifasciata ukuran ≥ 65 cm pemberian paklobutrazol dengan konsentrasi 250 ppm lebih cepat menghasilkan anakan (Ardigusa dan Sukma, 2015). Rosmanita (2008) menyatakan bahwa paklobutrazol dengan konsentrasi 600 ppm menghasilkan ruas batang lebih pendek dan meningkatkan jumlah tunas berbunga melati (Jasminum sambac). Perlakuan paklobutrazol dengan konsentrasi 500 ppm dapat mengakibatkan batang tanaman bugenvil lebih pendek, dan pada konsentrasi 250 dan 500 ppm dapat menghasilkan cluster dan total bunga terbanyak (Nasrullah dkk., 2012).

Menurut Santiasrini (2009) pemberian paklobutrazol efektif menekan tinggi batang tanaman pelargonium yang diaplikasikan secara spray dengan konsentrasi 80 ppm. Pada penelitian Sirait (2002) pemberian paklobutrazol melalui

penyemprotan pada daun dengan konsentrasi 75, 150, dan 300 ppm pada tanaman gardenia tidak berpengaruh pada terbentuknya kuncup bunga. Oktarisa dalam Timur dkk. (2015) mengungkapkan bahwa pemberian paklobutrazol pada tanaman mahkota duri dengan konsentrasi 250 ppm dapat mengurangi panjang tunas, mengurangi jumlah tunas, mempercepat waktu muncul kuncup bunga, dan meningkatkan jumlah bunga per tanaman. Widianingrum (2005) menyatakan bahwa paklobutrazol yang memberikan pengaruh terhadap penampilan bunga melati terbaik sebagai bunga pot adalah berkisar antara 200 sampai 400 ppm.

Pada penelitian Timur dkk. (2015) pemberian paklobutrazol dengan konsentrasi 200 ppm dapat memperpendek tinggi tanaman, mengurangi penambahan jumlah daun, dan mengurangi jumlah tunas pada tanaman gerbera lokal.

(36)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai bulan Agustus 2017, di rumah kaca tanaman hias lantai empat, Gedung Hortikultura, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan bahan-bahan diantaranya adalah bibit tanaman sedap malam, tanah, pupuk kandang, paklobutrazol 25%, fungisida bahan aktif

Mankozeb 80%, insektisida Sipemetrin 50 g/l, pupuk NPK Nitrophoska (15:15:15), pupuk daun Growmore (32:10:10), Gandasil B (6:20:30) dan air. Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pot berdiameter 24 cm, cangkul, ember, timbangan, hand sprayer, gelas ukur, jangka sorong, alat tugal, karung, penggaris, gunting, gembor, tali rafia, alat tulis, buku tulis, dan kamera.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari enam perlakuan tunggal dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari tiga pot, sehingga total pot adalah 54 pot.

(37)

17

Perlakukan yang diterapkan adalah enam konsentrasi paklobutrazol (P) yang terdiri dari enam taraf yaitu: 0 ppm (p0), 75 ppm (p1), 150 ppm (p2), 225 ppm (p3), 300 ppm (p4), 375 ppm (p5). Homogenitas data akan diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data (aditivitas) diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data akan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Polinomial orthogonal.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan media tanam

Pot berdiameter 24 cm diisi dengan media tanam yaitu berupa campuran tanah, arang sekam bakar murni dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1 (Gambar 2). Dua ember tanah dicampur dengan satu ember arang sekam bakar murni dan satu ember pupuk kandang. Setelah itu diaduk sampai homogen, lalu dimasukkan ke dalam pot sampai batas garis pada pot. Kemudian media tanam diukur pH nya dengan menggunakan pH meter. Setelah itu media tanam disiram dengan menggunakan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% dengan konsentrasi 2 g/l.

Gambar 3. Media tanam yang digunakan: (a) pupuk kandang, (b) arang sekam, dan (c) tanah.

(38)

3.4.2 Penyiapan bibit tanaman

Penyiapan bibit tanam yaitu dengan cara memisahkan anakan dari induknya atau pembagain rumpun. Kemudian anakan atau rumpun tanaman tersebut dibersihkan dari tanah dan benda lain yang menempel. Setelah itu masing-masing rumpun tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan ukuran umbi tanaman. Kelompok I (besar: ≥ 2 cm), kelompok II (sedang: 1,5-2 cm), dan kelompok 3 (kecil: 1,5-1 cm) seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 4. Bibit tanaman sedap malam: (a) kelompok I, (b) kelompok II, (c)kelompok III.

3.4.3 Penanaman

Penanaman dilakukan pada pot berdiameter 24 cm yang telah diisi dengan media tanam. Sebelum dilakukan penanaman akar dan umbi tanaman sedap malam direndam dalam fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% kurang lebih 15 menit. Setelah itu dilakukan pemotongan pada akar yang terlalu panjang dengan menyisakan kurang lebih 3–5 cm. Penanaman dilakukan dengan cara

memasukkan bibit anakan ke dalam lubang yang telah dibuat pada media tanam dalam pot. Setiap pot ditanam satu bibit anakan sedap malam (Gambar 4).

(39)

19

Bibit anakan dibenamkan sampai pangkal batang dan kemudian tanah di sekitarnya dipadatkan.

Gambar 5. Penanaman sedap malam: (a) bibit tanaman direndam fungisida dan (b) penanaman tanaman sedap malam

3.4.4 Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman sedap malam yang mati atau tidak tumbuh dengan baik. Penyulaman dilakukan dengan cara yang sama seperti penanaman namun dilakukan pada 1 MST. Penyulaman dilakukan dengan

mengguanakan stok tanaman sedap malam yang ada dan disesuaikan dengan daiemeter umbinya.

3.4.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman berjalan dengan baik. Pemeliharaan tanaman terdiri dari pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit, penyiangan gulma, dan penyiraman. Kegiatan pemeliharaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

(40)

3.4.5.1 Pemupukan

Pupuk yang diberikan pada tanaman sedap malam berupa pupuk NPK

Nitrophoska (15:15:15) dengan dosis 3 g/pot dan diberikan pada satu minggu setelah tanam. Pemberian pupuk NPK Nitrophoska yang kedua dilakukan pada sembilan minggu setelah tanam dengan dosis 10 g/pot. Pemberian pupuk NPK dilakukan dengan cara dibenamkan dalam media tanam yang dibuat melingkar dengan jarak 7 cm dari tanaman. Setelah tiga minggu sejak tanam, dilakukan pemberian pupuk daun Growmore (32:10:10) dengan konsentrasi 2 g/l. Pupuk daun Growmore diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman dengan menggunakan hand sprayer. Pemberian pupuk daun Growmore dilakukan satu kali dalam seminggu sampai umur sepuluh minggu sejak tanam. Setelah itu dilakukan pemberian pupuk Gandasil B (6:20:30) dengan konsentrasi 2 g/l. Pupuk Gandasil B diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman dengan menggunakan hand sprayer setiap satu minggu sekali dengan tujuaan untuk memacu pertumbuhan generatif tanaman. Cara pemberian ketiga jenis pupuk tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 6. Pemupukan: (a) pemupukan NPK, (b) pemupukan Growmore, dan (c) pupuk Gandasil B.

(41)

21

3.4.5.2 Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan insektisida dengan bahan aktif Sipemetrin 50 g/l. Insektisida diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman yang terserang hama dengan konsentrasi 2 ml/l. Pengendalian penyakit menggunakan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80%. Pemberian fungisida dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman yang terserang penyakit dengan konsentrasi 2 g/l.

3.4.5.3 Pengendalian gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara menyiangi gulma atau tanaman yang bukan merupakan tanaman pokok. Dilakukan

pembuangan atau pemangkasan pada daun-daun yang kering ata rusak.

3.4.5.4 Penyiraman

Penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Penyiraman tanaman sedap malam dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada pagi hari. Tetapi jika cuaca sangat panas, penyiraman dapat dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan cara air disiramkan pada permukaan atas media tanam.

3.4.6 Pembuatan larutan paklobutrazol

Larutan paklobutrazol yang digunakan adalah konsentrasi 0 ppm, 75 ppm, 150 ppm, 225 ppm, 300 ppm, dan 375 ppm. Langkah pertama untuk membuat larutan tersebut adalah membuat larutan stok. Larutan stok yang dibuat adalah 1000 ppm

(42)

dengan melarutkan 4 ml Goldstar (25% paklobutrazol) sehingga volumenya menjadi 1 liter air. Penyiapan larutan stok yang akan digunakan untuk membuat larutan paklobutrazol berdasarkan konsentrasi tersebut dihitung dengan

menggunakan rumus: V1x C1 = V2X C2. V1 merupakan volume paklobutrazol yang akan dibuat, C1 merupakan konsentrasi larutan paklobutrazol. Sedangkan V2 merupakan volume larutan yang akan dibuat, C2 merupakankonsentrasi larutan paklobutrazol yang akan dibuat. Langkah selanjutnya yaitu mengambil larutan stok dan melarutkannya dengan air.

(1) Mengambil larutan stok sesuai dengan konsentrasi yang digunakan a. Membuat larutan 75 ppm, larutan stok yang diambil adalah:

V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 75 mg/l 1000 V1= 75000 ml

V1 = 75 ml

b. Membuat larutan 150 ppm, larutan stok yang diambil adalah: V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 150 mg/l 1000 V1= 150000 ml

V1 = 150 ml

c. Membuat larutan 225 ppm, larutan stok yang diambil adalah: V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 225 mg/l 1000 V1= 225000 ml

(43)

23

d. Membuat larutan 300 ppm, larutan stok yang diambil adalah: V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 300 mg/l 1000 V1= 300000 ml

V1 = 300 ml

e. Membuat larutan 375 ppm, larutan stok yang diambil adalah: V1 x C1 = V2 X C2

V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 375 mg/l 1000 V1 = 375000 ml

V1 = 375 ml

(2) Melarutkan larutan stok yang diambil dari masing-masing konsentrasi paklobutrazol ke dalam air sampai volume larutan menjadi 1000 ml.

3.4.7 Pemberian larutan paklobutrazol

Pemberian paklobutrazol pada tanaman dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh dengan baik dan dalam kondisi baik. Pemberiannya dua kali, yaitu pertama pada minggu ke 14 setelah tanam dan kedua pada minggu ke 15 setelah tanam. Aplikasi paklobutrazol disesuaikan dengan konsentrasi perlakuan yang telah ditentukan. Larutan pacloburazol diberikan pada tanaman dengan cara disiramkan pada media tanam sebanyak 50 ml/pot, sehingga total larutan paklobutrazol yang diterima oleh tanaman adalah 100 ml/pot.

(44)

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan terhadap beberapa variabel dilakukan pada minggu awal setelah aplikasi sampai akhir penelitian. Variabel pengamatan yang diamati meliputi: 1. Tinggi tanaman sedap malam diukur dari atas permukaan tanah sampai ujung

daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan penggaris dan dilakukan pada semua tanaman setiap satu minggu sekali.

2. Jumlah daun sedap malam dihitung dengan menghitung masing-masing jumlah daun yang ada pada semua tanaman sedap malam. Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali.

3. Lingkar batang semu diukur dengan menggunakan jangka sorong pada batang semu tanaman sedap malam dengan ketinggian 3 cm dari atas permukaan tanah. Pengukuran diameter batang semu dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

4. Waktu muncul anakan diamati dari waktu tanaman pertama kali

menghasilkan anakan, kemudian dicatat hari keluarnya anakan tersebut setelah tanam. Muncul anakan diamati dari masing-masing tanaman sedap malam dari seluruh tanaman.

5. Jumlah anakan dihitung dengan menghitung jumlah anakan yang muncul pada masing-masing tanaman sedap malam dari seluruh tanaman dengan tinggi minimal 2 cm dari permukaan tanah.

6. Waktu muncul kuncup bunga diamati sejak pertama kali aplikasi

paklobutrazol hingga tanaman tersebut mengeluarkan kuncup bunga dengan panjang 5 cm.

(45)

25

7. Panjang tangkai bunga diukur pada saat kuntum bunga ada yang mekar. Tangkai bunga diukur dari pangkal tangkai bunga sampai ujung dasar bunga dengan menggunakan penggaris atau meteran.

8. Pengamatan diameter tangkai bunga dilakukan pada saat 3 kuntum bunga telah mekar penuh. Diameter tangkai bunga diukur dengan menggunakan jangka sorong pada posisi ± 10 cm dari pangkal batang.

9. Panjang rangkaian floret diukur dari floret terbawah sampai floret teratas pada tangkai bunga dengan menggunakan penggaris. Panjang floret dilakukan pada awal yaitu ketika ada bunga yang mekar penuh dan akhir yaitu pada saat bunga tersebut layu.

10. Jumlah floret dihitung pada tangkai bunga dari floret yang telah mekar sampai floret yang masih kuncup. Jumlah floret dihitung pada saat 3 bunga telah mekar penuh.

11. Waktu mekar bunga dihitung sejak munculnya kuncup bunga hingga ada bunga yang mekar penuh.

12. Masa mekarnya bunga dihitung sejak bunga mekar penuh hingga bunga tersebut rontok, dari setiap tangkai bunga diambil 3 kuntum bunga sebagai sampel.

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan:

(1) Pengaruh paklobutrazol terhadap variabel pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman sedap malam responnya masih linear sampai 375 ppm. (2) Konsentrasi terbaik paklobutrazol untuk tanaman sedap malam belum

ditemukan pada kisaran 0-375 ppm karena polanya masih liniear.

5.2 Saran

Saran yang dapat ditindaklanjuti pada penelitian selanjutnya adalah:

(1) Pemberian pakobutrazol dengan kisaran konsentrasi yang lebih tinggi danvolume siram lebih banyak agar dapat merata ke daerah perakaran. (2) Waktu pemberian yang lebih tepat yaitu pada saat tanaman memasuki fase

(47)

37

DAFTAR PUSTAKA

Andriansen, E. 1983. Height control of Beloperoze guttata by Paklobutrazol.

Acta Hort. 167: 299–395.

Ardigusa, Y. dan D. Sukma. 2015. Pengaruh paklobutrazol terhadap pertumbuhandan perkembangan tanaman sanseviera (Sansiviera

trifasciata Laurentii). Jurnal Hortikultura Indonesia. 6(1): 45–53.

Ardigusa dan Sukma. 2015. Pengaruh paklobutrazol terhadap

pertumbuhandan perkembangan tanaman sanseviera (Sansiviera

trifasciata Laurentii). Jurnal Hortikultura Indonesia. 6(1): 45–53.

Astika, A.D. 2014. Pemanfaatan paclobutrazol dalam budidaya gerbera (Gerbera

jamesonii) sebagai tanaman hias pot.(Skripsi).IPB. Bogor. 23 hal.

Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Tanaman Florikultura (Hias).

http://www.bps.go.id. Diakses pada 25 Januari 2017 pukul 19.00 WIB.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2009. Ragam bunga sedap malam di Indonesia.

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 31(5): 11.

Cathey, H. M. 1975. Comparative plant growth retarding activities at ancymidol with ACPC, phosphon, chlormequat and SADH on ornamental plant species.J.Hort. Sci. 10: 216-240.

Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2017. Database Varietas Terdaftar

Hortikultura. http://varietas.net//dbvarietas. Diakses pada 16 Desember 2017.

Endah, H.J. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. Agromedia Pustaka. Jakarta. 79 hal.

Hasan, H.R., Sarawa dan I. G. R. Sadimantara. 2012. Responss tanaman anggrek Dendrobium sp. terhadap pemberian paklobutrazol dan pupuk organik cair. Berkala Penelitian Agronomi: 1(1): 73–78.

(48)

Herawati, S. 2012. Tip dan Trik Mmbuahkan Tanaman Buah dalam Pot. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 140 hal.

Khrisnamoorthy, H.N. 1981. Plant growth substances including applications in

agriculture. McGraw-Hill Publ. New Delhi. 214 hal.

Nasrullah, N., Y.M. Wati dan D.W. Utami. 2012. Stimulasi pembungaan bugenvil(Bougenvillia spectabilis Willd) dengan retardan dan berbagai komposisimedia dalam lingkungan jalan yang terpolusi udara. Jurnal

Lanskap Indonesia. 4 (1): 65.

Plasma Nutfah Indonesia.2008. Dian Arum varietas baru sedap malam.Balithi.

Warta Plasma Nutfah Indonesia. No 20/2008.

Prahardini, P. E. R. Teknologi Produksi Bunga Sedap Malam. Info Teknologi Pertanian.52: 8.

Pratiwi, M. 2012. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada penampilan alamanda (Allamanda cathartica L.)dalam pot. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 70 hal.

Rukmana, R. 1995. Sedap Malam. Buku Edisi ke 2.Kanisius.Yogyakarta. 37 hal.

Rosmanita, B. 2008. Pengaruh paklobutrazol dan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan perkembangan anggrek Dendrobium ‘Jiad Glold x

Booncho Gold’. (Skripsi).Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.

Rubiyanti, N. 2014.Pengaruh konsentrasi paklobutrazol dan waktu aplikasi terhadap mawar batik (Rosa hybrida L.).Jurnal Agri. Sci. 1(4): 48-53.

Sandra, E. 2007. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agro Media. Jakarta. 85 hal.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan 3. Jilid 3. Diterjemahkan oleh Diah R.Lukman dan Sumaryono dengan Penyunting Sofia Niksolihin.ITB. Bandung. 343 hal.

Santiasrini, R. 2009. Pengaruh paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan gloksinia (Sinningia speciosa Pink). (Skripsi). Program Studi Hortikultura. Fakultas Petanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 hal.

(49)

39

Setyaningrum, T. dan E. Wahyurini. 2004. Induksi pembungaan melati putih (Jasminum sambac Ait) pada berbagai konsentrasi paklobutrazol dan diameter pit.Jurnal Hortikultura Indonesia. 5(8): 89–103.

Sirait, R.I.M. 2002.Pengaruh zat penghambat tumbuh paclobutrazol dan daminozide terhadap pertumbuhan dan perkembangan Gardenia

Jasminoides Ellis.(Skripsi).IPB. Bogor. 34 hal.

Timur, A.Rugayah. S. Widagdo. 2015. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap penampilan tanaman gerbera lokal (Gerbera jamesonii) dalam pot. Seminar Nasional Sains & Teknologi VI.271–281 hal.

Wattimena, G.A. 1988. Zat pengatur tumbuh tanaman. Lembaga Sumber Daya Informasi IPB. Bogor.17 hal.

Wahyurini, E. 2002. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan beberapa kultivar Lily dengan aplikasi GA3 dan paklobutrazol.(Tesis). PPS IPB. 70 hal.

Weaver, R. J. 1972. Plant growth substances in agriculture. San Fransisco, USA. Freeman. 176-250.

Widaryanto, E., M. Baskara., A. Suryanto. 2011. Aplikasi paklobutrazol pada tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L. cv. Teddy Bear) sebagai upaya menciptakan tanaman hias pot.Perhorti Lembang. 6 hal.

Widianingrum, I. 2005. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian

Paklobutrazol Melalui Tanah pada Penampilan Tanaman Melati(Jasminum

sambac L.) dalam Pot. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar

Lampung.90 hal.

Widyastuti, N. 2002.Pemendekan tanaman krisan pot dengan zat penghambat

tumbuh. http://www.iptek.net.id/ind/terapan_idx. Dikases pada 23 Agustus

2017.

Zuhrah, A., N. Aini. T. Wardyati. 2010. Responsss morphologi tanaman sedap malam (Polianthes tuberose L. cv. Roro Anteng) terhadap pemberian colchicine. Buana Sains. 10(2): 153–158.

(50)

Gambar

Gambar 1. Rumus bangun paklobutrazol Sponsel dalam Wahyurini (2012)
Gambar 2.  Skema penghambatan sintesis asam giberelin oleh paklobutrazol  Keterangan:
Gambar 3.  Media tanam yang digunakan: (a) pupuk kandang, (b) arang      sekam, dan (c) tanah
Gambar 4.  Bibit tanaman sedap malam: (a) kelompok I, (b) kelompok II,   (c)kelompok III
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari uraian di atas, maka merupakan suatu hal yang menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih jauh dan mengangkat judul penelitian “Analisis Realisasi Penerimaan

(1) Dalam hal Pegawai Non PNS melakukan pelanggaran atas disiplin kepegawaian dan tertangkap tangan dan/atau terbukti atau Pegawai Non PNS yang bersangkutan mengaku,

“ Return on Investment adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan

Studi terdahulu menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara locus of control eksternal dengan penerimaan auditor atas perilaku audit disfungsional

Pada paper ini akan dibahas mengenai latar belakang munculnya semigrup non-reguler yang berhubungan dengan beberapa sifat dasar dari semigrup reguler. Salah satu semigrup non

Jadi ide gagasan konsep yang akan diberikan adalah konsep desain “ green architecture ”, dimana memang green architecture sudah melekat pada konsep tiap pembangunan

– higher costs to the project, customers, general public, local businesses, etc.;.. – delays to the project, customers, general public, local businesses, etc.;