• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN INDEKS DESA MEMBANGUN SEBAGAI BASIS DATA RENCANA PEMBANGUNAN DESA WANAGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN INDEKS DESA MEMBANGUN SEBAGAI BASIS DATA RENCANA PEMBANGUNAN DESA WANAGIRI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Edy Sujana1, Ni Made Suci2, I Nyoman Putra Yasa3, Nyoman Ayu Wulan Trisna Dewi4

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Indeks Desa Membangun adalah sebuah indeks komposit yang dibentuk dari indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan Ekologi. Indeks Desa Membangun merupakan prakarsa pemerintah dalam upaya mengukur status perkembangan desa sebagai bahan menyusun rekomendasi kebijakan yang

diperlukan. Indeks Desa Membangun dibuat untuk memperkuat pencapaian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yakni Indeks Desa Membangun digunakan sebagai acuan dalam melakukan afirmasi, integrasi, dan sinergi pembangunan dengan harapan untuk mewujudkan kondisi masyarakat desa yang sejahtera, adil, dan mandiri (Muhtarom et al., 2018).

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN INDEKS DESA

MEMBANGUN SEBAGAI BASIS DATA RENCANA PEMBANGUNAN

DESA WANAGIRI

1,3,4Jurusan Ekonomi dan Akuntansi FE UNDIKSHA;2Jurusan Manajemen FE UNDIKSHA; Email: edy.s@undiksha.ac.id

The Village Building Index is a village development database. Wanagiri Village profile data was last updated in 2015 so there is no current information available regarding the Wanagiri Village profile, including the Village Building Index. This program aims to increase the ability of the village apparatus through training and mentoring in creating Village Building Index to produce accurate data as a basic information in the preparation of the Village Development Plan. This program is carried out in the form of training and mentoring which also involves a team of programmers who make the Village Building Index (E-IDM) applications. The results of this program are (1) the increased capacity of village officials in preparing the Village Building Index, (2) availability of information regarding the condition of Wanagiri Village, namely the status of village development based on the results of the calculation of the Village Building Index. The target of this program is the realization of the independence of village officials in compiling the Village Building Index so that they can produce appropriate information as a basis for finding solutions to solve problems in the village.

Keywords: village building index, village development plan, E-IDM Apllications

Indeks Desa Membangun merupakan basis data pembangunan desa. Data profil Desa Wanagiri terakhir diperbaharui tahun 2015 sehingga belum tersedia informasi terkini terkait profil Desa Wanagiri, termasuk di dalamnya Indeks Desa Membangun. Program pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perangkat desa wanagiri melalui pelatihan dan pendampingan penyusunan Indeks Desa Membangun untuk menghasilkan data yang akurat sebagai informasi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Desa. Program ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan yang juga

melibatkan tim programmer yang membuat aplikasi untuk penyusunan Indeks Desa Membangun (E-IDM). Hasil

kegiatan ini berupa (1) Meningkatnya kemampuan perangkat desa dalam penyusunan Indeks Desa Membangun, (2) Tersedianya informasi terkait kondisi Desa Wanagiri yakni status perkembangan desa berdasarkan hasil perhitungan Indeks Desa Membangun. Target capaian kegiatan ini adalah terwujudnya kemandirian perangkat desa dalam menyusun Indeks Desa Membangun sehingga dapat menghasilkan informasi yang tepat sebagai dasar dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di Desa.

(2)

Indeks Desa Membangun adalah amanat dari Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun. Status kemajuan dan kemandirian desa adalah ukuran pengklasifikasian desa dalam rangka menentukan intervensi baik anggaran maupun kebijakan pembangunan desa. Dalam pengukuran Indeks Desa Membangun, desa diklasifikasi ke dalam dalam lima status, yakni: (i) Desa Sangat Tertinggal; (ii) Desa Tertinggal; (iii) Desa Berkembang; (iv) Desa Maju; dan (v) Desa Mandiri.

Desa Membangun Indonesia tetap dihadapkan pada kenyataan kemiskinan di Desa, sehingga ketersediaan data dan pengukurannya sangat dibutuhkan, khususnya dalam pengembangan intervensi kebijakan yang mampu menjawab persoalan dasar pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa (Muhtarom et al., 2018).

Pada era otonomi desa yang dipertegas melalui Undang-Undang No. 6 tentang Desa, pemerintah desa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas manajemen pemerintahan desa, yakni manajemen perencanaan pembangunan, manajemen administrasi desa, dan manajemen pengelolaan keuangan pemerintah desa. Namun menurut Noor et al. (2019) masih ditemukan permasalahan terkait belum memadainya kemampuan perangkat desa dalam melaksanakan fungsi manajemen pemerintahan desa. Penguatan kapasitas pemerintah desa sangat perlu dilakukan untuk meminimalisasi permasalahan tersebut. Pengembangan kapasitas merupakan sebuah upaya yang bertujuan untuk mengembangkan suatu ragam strategi guna meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas kinerja pemerintah, salah satunya dapat dilakukan melalui pelatihan (Nugroho et al., 2015). Profil Desa merupakan sebuah dokumen yang meliputi kondisi desa ditinjau dari batas desa, jumlah penduduk berdasarkan umur dan pekerjaan, kondisi ekonomi masyarakat, kondisi kesehatan, luas wilayah, perkebunan,

peternakan dan jumlah tempat ibadah. Selain profil umum tersebut, dokumen profil desa juga memuat Indeks Desa Membangun (IDM) dan Evaluasi Perkembangan Desa (EPD). Data profil Desa Wanagiri terakhir diperbaharui tahun 2015 sehingga kondisi Desa Wanagiri untuk tahun 2019 belum diketahui. Profil Desa seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007

tentang Pedoman Penyusunan dan

Pendayagunaan Profil Desa dan Kelurahan, merupakan data yang sangat penting dalam menyusun RPJMDes. Profil Desa yang akurat akan memberikan informasi yang tepat sebagai dasar dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di Desa. Penyusunan dan pendayagunaan data Profil Desa merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan dan publikasi data Profil Desa serta berbagai upaya pemanfaatan data tersebut dalam sistem perencanaan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan (Achsin et al., 2016). Penyusunan perencanaan pembangunan desa tidak bisa dilaksanakan dengan baik, tanpa adanya data dan informasi lengkap baik dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, organisasi dan tata laksana pemerintahan desa, keuangan desa, profil desa dan informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat (Sulaiman, 2018). Dalam hal pembangunan desa, instrumen penting yang perlu diketahui adalah bagaimana sebenarnya permasalahan yang dialami oleh desa dan seberapa besar atau kuat potensi desa. Penyusunan Indeks Desa Membangun dimaksudkan untuk menyediakan ukuran yang mampu melihat posisi dan status desa serta arah tingkat kemajuan dan kemandirian Desa (Setyobakti, 2017)

Dalam upaya memperkuat kapasitas pemerintah desa dalam hal menjalankan fungsi manajemen pemerintah khususnya terkait manajemen perencanaan pembangunan desa, salah satunya dapat dilaksanakan melalui program kegiatan pelatihan dan pendampingan penyusunan indeks desa membangun sebagai

(3)

informasi dasar dalam menyusun perencanaan pembangunan desa.

Berdasarkan uraian diatas, Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan

untuk memberikan pelatihan dan

pendampingan dalam menyusun Indeks Desa Membangun untuk Desa Wanagiri dengan berbantuan aplikasi yakni aplikasi E-IDM guna memudahkan penyusunan indeks desa membangun dalam mengetahui status kemajuan desa. Dengan adanya program pelatihan dan pendampingan ini diharapkan dapat mewujudkan kemandirian perangkat desa dalam menghitung indeks desa membangun yang menggambarkan kondisi desa sehingga dapat menghasilkan informasi yang akurat sebagai dasar penyusunan rencana pembangunan desa. Dengan mengetahui status kemajuan desa maka perangkat desa dapat menentukan kebijakan pembangunan desa serta anggaran dengan tepat.

METODE

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari tiga tahapan, yakni:

a. Tahap Persiapan b. Tahap Pelaksanaan c. Tahap Evaluasi

Tahap persiapan dalam kegiatan pengabdian kepada masayarakat ini meliputi: (1) Penyiapan pelbagai administrasi yang mungkin diperlukan, (2) Koordinasi bersama perangkat Desa Wanagiri, (3) Penyiapan materi penyuluhan dan pelatihan, (4) Penyiapan narasumber, penyiapan jadwal pelatihan, dan (5) penyiapan kelengkapan lainnya.

Tahap Pelaksanaan Pelatihan dan Pendampingan tentang penyusunan Indeks Desa Membangun di Desa Wanagiri yang dilaksanakan pada bulan ke-4 sampai dengan bulan ke-6. Metode kegiatan yang digunakan dalam kegiatan ini berupa pelatihan dan pendampingan. Pelatihan diberikan kepada

perangkat desa Wanagiri, Badan

Permusyawaratan Desa, dan Masyarakat.

Untuk tercapainya tujuan kegiatan ini digunakan ceramah, diskusi, dan konsultasi. Tahap implementasi kegiatan ini adalah: a. Pemberian konseptualisasi teori tentang

Indeks Desa Membangun dalam

menunjang ketersediaan informasi pada profil desa yang dapat dijadikan informasi dalam penyusunan RPJMDes.

b. Pemberian pelatihan penggunaan aplikasi E-IDM untuk menghitung indeks desa membangun.

c. Pendampingan penggunaan aplikasi E-IDM untuk menghitung indeks desa membangun Pelatihan diawali dengan memberikan materi terkait dengan urgensi penyusunan indeks desa membangun, penghitungan indeks desa membangun sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tahap selanjutnya diperkenalkan aplikasi untuk mempermudah penghitungan indeks desa membangun melalui aplikasi E-IDM. Selama kegiatan berlangsung dilakukan pendampingan oleh tim programmer yang membuat aplikasi E.-IDM.

Khalayak sasaran adalah aparatur Desa Wanagiri sebagai penyusun dan pengguna anggaran, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta masyarakat Desa Wanagiri. Kerangka pemecahan masalah yang ditempuh adalah sebagai berikut: (1) Ceramah, dalam hal ini aparatur desa diberikan materi tentang pentingnya manajemen pemerintahan desa dan pentingnya menyusun indeks desa membangun, serta metode penyusunan indeks desa membangun, (2) Tutorial, dalam kegiatan ini peserta diberikan materi terkait tata cara penggunaan aplikasi E-IDM untuk mengetahui status desa, serta simulasi penggunaan aplikasi E-IDM dan (3) Pelatihan dan pendampingan bagi Aparatur Desa dalam menggunakan aplikasi E-IDM.

Dalam tahap evaluasi yang dilakukan adalah:

a. Melakukan evaluasi pemahaman perangkat desa terkait penyusunan indeks desa membangun

b. Melakukan evaluasi keberhasilan penghitungan indeks desa membangun melalui aplikasi E-IDM.

(4)

Rancangan evaluasi yang dilaksanakan dalam kegiatan ini terdiri dari evaluasi proses dan produk. Evaluasi proses meliputi aktivitas peserta dalam mengikuti kegiatan, keberhasilan dapat dilihat dari keaktifan dalam bertanya dan berdiskusi, sedangkan evaluasi hasil dapat dilihat dari output penghitungan indeks desa membangun sebagai indikator pemahaman perangkat desa dalam menyusun indeks desa membangun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyusunan RPJMDes merupakan agenda wajib yang harus disusun setiap 6 (enam) tahun sekali di tingkat pemerintah desa. Dalam penyusunan rencana pembangunan desa tersebut diperlukan berbagai informasi termasuk di dalamnya informasi terkait indeks desa membangun. Kapasitas perangkat desa yang memadai sangat diperlukan untuk dapat menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa sebagai slah satu agenda dalam menjalankan fungsi manajemen pemerintah. Untuk itu, kegiatan pelatihan dan pendampingan dilaksanakan dengan tujuan untuk menguatkan kapasitas pemerintah desa dalam menjalankan fungsi manajemen pemerintah, khususnya menyusun indeks desa membangun sebagai informasi dasar dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai gambaran umum dan data yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan metode ceramah, pelatihan, dan pendampingan. Kegiatan ini merupakan pengabdian dalam upaya meningkatkan kapasitas pemerintah desa dalam menjalankan fungsi manajemen pemerintah khususnya manajemen perencanaan pembangunan desa. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan pernyiapan berbagai administrasi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengabdian, melakukan koordinasi dengan perangkat Desa Wanagiri

untuk menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan, mempersiapkan materi penyuluhan, pelatihan dan pendampingan, serta menyiapkan narasumber. Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini berupaya untuk meningkatkan pemahaman perangkat desa dalam hal penyusunan indeks desa membangun.

1. Kegiatan Penyuluhan

Pada tahap awal kegiatan, perangkat desa diberikan materi terkait dengan urgensi penyusunan indeks desa membangun. Konseptualisasi teori meliputi regulasi yang mendasari tentang Indeks Desa Membangun. Setelah itu aparatur desa dan pemateri melakukan diskusi terkait materi penyusunan indeks desa membangun.

Hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan aparatur desa terkait dengan penyusunan indeks desa membangun sebagai informasi dasar dalam penyusunan rencana pembangunan desa (RPJMDes). Tingkat pemahaman aparatur desa diukur dengan keaktifan dalam bertanya dan berdiskusi terkait penyusunan indeks desa membangun.

Dalam kegiatan diskusi peserta aktif mengajukan berbagai pertanyaan termasuk juga permasalahan yang sering dihadapi yakni keterlambatan dalam penyusunan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa. Hal ini dipicu karena keterbatasan pemahaman perangkat desa dalam menjabarkan visi dan misi serta keterbatasan informasi kondisi desa yang memadai.

(5)

Gambar 1. Pemaparan Materi terkait Indeks Desa Membangun

2. Kegiatan Pelatihan

Pelatihan penggunaan aplikasi E-IDM dan dipaparkan langsung oleh programmer yang membuat aplikasi tersebut dan didampingi langsung oleh ketua tim pengabdi Dr. Edy Sujana, S.E., M.Si., Ak. Pelatihan pemahaman penggunaan aplikasi diawali dengan memberikan penjelasan tutorial tahapan penggunaannya secara detail yang dimulai dari mengunduh dan menginstall aplikasi tersebut di dalam smartphone masing-masing. Tahapan selanjutnya yakni menjelaskan masing-masing fitur yang terdapat di dalam aplikasi, dan cara pengisian atau penginputan data untuk memenuhi indikator indeks desa membangun. Indeks Desa Membangun itu sendiri dibentuk dari gabungan indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan Ekologi. Para pesertapun memberikan respon bahwa pengunaan aplikasi ini sangat membantu dalam mempersiapkan data dan informasi terkait gambaran umum kondisi desa yang digunakan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangun desa (RPJMDes). Hasil evaluasi dari kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan aparatur desa dalam menghitung indeks desa membangun dengan bantuan aplikasi E-IDM. Perangkat desa telah mampu melakukan perhitungan indeks desa membangun dengan menginput berbagai data untuk memenuhi indikator-indikator dalam menilai status desa.

Gambar 2. Pemamparan tutorial penggunaan aplikasi E-IDM dan E-EPD

3. Kegiatan Pendampingan

Pendampingan penghitungan indeks desa membangun dan evaluasi perkembangan desa dilakukan oleh tim programmer dan tim pengabdi. Berbagai bentuk pelayanan diberikan kepada mitra yang dalam hal ini adalah Perangkat Desa Wanagiri secara intensif untuk mendapatkan informasi-informasi yang memadai terkait dengan penggunaan aplikasi E-IDM untuk mengetahui status/kategori desa sehingga dapat dijadikan informasi dasar dalam perumusan kebijakan pembangunan desa.

Dengan melakukan pendampingan yang intensif, para perangkat desa telah mampu melakukan perhitungan indeks desa membangun sehingga output dari pengisian data indikator-indikator yang terdapat dalam aplikasi menujukkan hasil bahwa Desa Wanagiri berada dalam status desa berkembang. Dengan tersedianya data dan informasi terkait gambaran umum kondisi desa, maka perangkat desa dapat memanfaatkan informasi yang tersedia tersebut untuk menyusun kebijakan perencanaan pembangunan desa dan pengganggaran yang sesuai dengan masalah yang dihadapi desa

(6)

Gambar 3. Pendampingan Penggunaan Aplikasi oleh Programmer

Program kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang mengambil topik tentang pelatihan dan pendampingan penyusunan Indeks Desa Membangun berbasis aplikasi ini mampu meningkatkan kapasitas atau kemampuan perangkat desa dalam mengetahui kondisi atau status desa, sehingga berdasarkan informasi tersebut, perangkat desa dapat merumuskan kebijakan-kebijakan perencanaan yang tepat dan penganggaran yang sesuai dengan kondisi desa tersebut. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini dapat terwujud berkat kerja sama yang baik dan sinergis antara anggota tim pengabdi, tim programmer, dan perangkat desa Wanagiri yang telah menyediakan fasilitas yang memadai dalam menunjang kegiatan pelatihan dan pendampingan penyusunan profil desa dengan bantuan aplikasi dalam mengetahui kondisi desa sebagai informasi dasar dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa.

Gambar 4. Pendampingan Penggunaan Aplikasi oleh Tim Pengabdi

SIMPULAN

Dengan program kegiatan pelatihan dan pendampingan yang diberikan, perangkat desa yang semula cenderung kesulitan dalam menyusun indeks desa membangun kini mampu menyusun indeks desa membangun yang dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk penyusunan rencana pembangunan desa. Selain itu, keterlambatan penyediaan informasi yang berdampak pada keterlambatan penyusunan rencana pembangunan desa dapat diatasi dengan memanfaatkan aplikasi penghitungan indeks pembangunan desa. Target luaran yang dicapai melalui pelatihan dan pendampingan ini adalah meningkatnya kapasitas pemerintah desa dalam menjalankan fungsi manajemen pemerintah salah satunya manajemen perencanaan pembangunan desa dengan tersedianya informasi terkait kondisi atau status desa maka aparatur desa dapat merancang strategi pembangun desa yang tepat. Berdasarkan hasil perhitungan indeks desa membangun selama kegiatan pelatihan dan pendampingan, Desa Wanagiri termasuk dalam status Desa Berkembang. Dengan mengetahui kondisi desa, maka perangkat desa dapat menyusun kebijakan perencanaan pembangunan yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada di Desa Wanagiri. DAFTAR RUJUKAN

Achsin, S. N., Cangara, H., & Unde, A. A. (2016). Profil desa dan kelurahan sebagai sumber informasi: Studi evaluasi tentang penyediaan informasi potensi desa dan kelurahan di sulawesi selatan oleh badan pemberdayaan masyarakat pemerintahan desa dan kelurahan

(BPMPDK) Provinsi Sulawesi

selatan. KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(4), 449-467.

Muhtarom, S. T. I. T., Kusuma, N., & Purwanti, E. (2018). Village Index Analysis Building to Know the Village

(7)

Development in Gadingrejo District of Pringsewu District. Inovasi Pembangunan: Jurnal Kelitbangan, 6(02), 179-190.

Noor, M., Firdaus, M. R., & Yopiannor, F. Z. (2019). Model Penguatan Kapasitas Pemerintah Desa Sebagai Agenda Utama Optimasi Pengelolaan Desa Menuju kemandirian (Studi Kasus Desa Maipe Kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito Timur). Jurnal PubBis, 3(1), 66-86

Nugroho, S., Wijaya, A. F., & Said, M. (2015). Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dalam Upaya Mewujudkan Good Governance. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 1(5), 1010-1015.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Profil Desa dan Kelurahan.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun.

Setyobakti, M. H. (2017). Identifikasi masalah dan potensi desa berbasis Indek Desa Membangun (IDM) di desa gondowangi

kecamatan wagir Kabupaten

Malang. WIGA: Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 7(1), 1-14.

Sulaiman Zuhdi, S. (2018). Pemetaan Data Dan Informasi Penyusunan Perencanaan Pembangun Desa Di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal Niara, 11(2), 26-34.

Gambar

Gambar 2. Pemamparan tutorial penggunaan  aplikasi E-IDM dan E-EPD
Gambar 3. Pendampingan Penggunaan  Aplikasi oleh Programmer

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk pengaruh variabel makro ekonomi domestik (nilai tukar mata uang, tingkat suku bungadan inflasi) di Indonesia dan Malaysia ternyata memiliki pengaruh yang

Pada penelitian Tugas Akhir ini, untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek dilakukan penambahan jam kerja (lembur) dari dua jam sampai empat jam dengan metode Time Cost

Informasi tentang pelaksanaan Penelitian Hibah Unggulan Tahap II UB tahun 2013 yang pembiayaannya bersumber dariDana BOPTN Dikti tahun 2013, dilakukan oleh LPPM UB selaku pelaksana

Dalam hal pelayanan selain siswa, pihak sekolah juga telah menyediakan karyawan untuk membantu siswa dalam mengelola smesa mart. Siapa pun yang melayani pembeli, baik itu

Pengujian proses kompresi citra secara paralel dilakukan pada C dengan input berupa tiga file teks yang berisi data piksel tiap elemen warna hasil dari prosedur pengambilan

Christine Hakim telah menetapkan Kriteria produk sebagai standar kualitas yang harus di penuhi oleh Perusahaan Rendang dan Keripik KOKOCI yakni sebagai Untuk semua

Rapat Gelar Hasil Pengawasan dan Tindak Lanjut pada SKPD Kabupaten /Kota dan Bantuan Keuangan Provinsi pada Kabupaten/Kota 1 Kegiatan Penyusunan Ikhtisar Laporan Hasil Pembinaan

Berkaitan dengan kondisi keberadaannya tersebut maka untuk mendeliniasi daerah sebaran logam tanah jarang (RE) perlu dilakukan evaluasi beberapa parameter, yaitu