• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Askep CA Tulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lp Askep CA Tulang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CA TULANG

OLEH : WIWIN ASTUTIK 150311023 WIWIN EKO R 150311024 YANTI M. MISSA 150311025 FERRY HANDAYANI 150311026 TITIK UTAMI 150311027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES PEMKAB JOMBANG

PRODI S1 KEPERAWATAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, mungkin itu merupakan pertanda awal terjadinya kanker tulang.

Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran darah ataupun aliran limfe.Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung.Apabila sel kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya.Apabila sel berjalan melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru. Proses ini disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target yang paling sering menjadi tempat metastasis.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kanker tulang secara komprehensif. 2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien kanker tulang.

b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien kanker

tulang.

c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah

keperawatan yang timbul pada pasien kanker tulang.

d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu) menimbulkan nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau payudara).Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara periosteal (bila dibandingkan dengan tumor primer).Yang paling penting, hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda.Jarang dapat dikenali tumor primer dari mana metastase berasal.( Tucker.1993 )

2. Etiologi

Beberapa tumor ganas yang sering bermetastasis ke tulang antara lain :

 Prostat ( paling sering bagi pria )

 Payudara (paling sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan

metastasis ke tulang.

 Paru-paru, 1/3 dari kasusmenunjukkan metastasis ke tulang.

 Ginjal

 Multypel myeloma merupakan tumor ganas tulang,dengan gejala klinis nyeri

yang menetap, nyeri pinggang yang kadang-kadang disertai radikuler serta kelemahan gerak. Gejala umum anemia,anoreksia, muntah-muntah.dan gangguan psikis.

 Gambaran radiologisnya;densitas tulang tampak berkurang akibat osteoporosis .

Gambaran ini bisa berbentuk lubang-lubang pukulan yang kecil (punched out) yang bentukya bervariasi serta daerah radiolusen yang berbatas tegas.

 Lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan menyebar ketulang lain, paling

sering tulang belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak. 3. Klasifikasi

Keganasan tulang primer diklasifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel atau jaringan yang mendasarinya.Tipe tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa, retikuloendotelial dan vaskular.

Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang sekunder dan kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya kanker tulang sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker sebelumnya seperti kanker paru-paru yang menyebar ke tulang kemudian berkembang menjadi kanker tulang.

(4)

Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada tulang-tulang rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada tubuh, jenis kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat.

Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada tulang.

4. Patofisiologi

Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :

- Perluasan secara langsung

- Mengikuti aliran darah balik vena

- Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.

Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.

Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) α dan β, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.

Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih mudah patah.

(5)

5. Pathway Kanker Tulang

Zat karsinogen ↓

Timbulnya sel kanker ↓

Bermetastase melalui PD ↓

Sumsum tulang ↓

Mengalami kerusakan yang luas

Aktivitas hematopoetik Pembentukan substrat ↓ perkembangan sel kanker di tulang

↓ ↓ ↓

Plasma tdk matang Anemia proses penyakit gangguan ortopedik

↓ ↓ ↓ ↓

Pembelahan sel Oksigenasi sel ↓ kurang pengetahuan tindakan operasi yang abnormal ↓ ↓ ↓

↓ Gangguan metabolic persepsi tentang penyakit hilangnya anggota tubuh jumlah sel meningkat ↓ ansietas gangguan harga diri

↓ Transport nutrisi ke sel tubuh ↓ ↓ Menekan saraf nyeri ↓ koping tidak efektif

Gangguan Nutrisi Nyeri Akut

6. Manifestasi Klinik a. Nyeri tulang

Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor.Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.

b. Fraktur

Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur.Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya.Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.

c. Penekanan medula spinalis

Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.

d. Peninggian kadar kalsium dalam darah

Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang.Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.

(6)

e. Gejala lainnya

Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah yang terkena.Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah.Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto tulang konvensional

Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.

b. Gambaran CT-Scan

CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau tidak dapat ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan.

c. MRI

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi suatu metastasis lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning. Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.

d. Scintigraphy ( nuclear medicine )

Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai metastasis ke tulang.

e. Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)

Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto bone survey dapat memberikan gambaran klinik yaitu:

- Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada

organ-organ tertentu.

- Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.

- Jenis tulang yang terkena.

- Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode seefektip mungkin :

(7)

- Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.

- Bifosfonat

Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat metastasis.

- Kemoterapi dan terapi hormonal

Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh.Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon digunakan untuk menghambat aktivitas hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.

 Radioterapi

Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area metastasis.

 Pembedahan

Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.Biasanya pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.

b. Penatalaksanaan keperawatan

1. Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika). 2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

3. Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

4. Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah (Smeltzer. 2001)

BAB III

(8)

KASUS :

Tn.Y umur 25 thn mengeluh nyeri pada bagian kaki bagian kanan. Nyeri hilang timbul sejak 2 bln yang lalu dan terasa nyeri berat saat digunakan aktivitas berat. Terlihat ada pembengkakan dibagian kaki kanan. Klien mengeluh demam saat nyeri muncul. Klien terlihat jalan timpang.

A. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 5 Mei 2012 Ruangan : Ruang Bedah

1. Identitas klien a. Nama : Tn.X b. No. MR : 16.05.05 c. Umur : 25 thn d. Pekerjaan : swasta e. Agama : Islam f. Jenis kelamin : Laki-Laki

g. Alamat : Jombang

h. Tanggal masuk RS : 05-05-2016

i. Alasan masuk RS : nyeri pada bagian kaki

j. Cara masuk RS : melalui IGD

k. Penanggung jawab : Diri sendiri

l. Riwayat alergi : tidak ada 1) Obat : -2) Makanan : -m. Alat bantu yang terpakai : cruth

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki kanan dan mengalami pembengkakan.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien merasakan nyeri kaki kurang lebih 2 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul. c. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengalami adanya masa / pembengkakan pada tulang, demam, nyeri progresif, kelemahan, pasien berjalan timpang, kaki terasa nyeri saat dipakai untuk melakukan aktivitas berat. Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Ada keluarga ( keturunan sebelumnya) yang menderita kanker tulang tumor lainnya.

3. Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 130/90 mmHg Nadi : 80x/mnt Pernafasan : 24x/mnt Suhu : 37,5 C

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum klien

(9)

2) Berat badan : 45 kg 3) Tinggi badan : 159 cm b. Rambut

Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok, tidak ada lesi, warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema

c. Wajah

Tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada lesi d. Mata

Mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik

e. Hidung

Simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik. g. Mulut

Berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.

h. Leher

Tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP

i. Dada dan Thorax :

Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris Palpasi : getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus). Perkusi : bunyi suaranya sonor.

Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler. j. Kardiovaskuler :

Inspeksi : ictus cordis terlihat Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari

Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan k. Abdomen :

Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut sirkulasi kolateral.

Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.

Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada abdomen.

Perkusi : Biasanya tympani l. Genitaurinaria :

Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna kehijauan karena bercampur dengan empedu dan bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserat oleh usus.

m. Lengan-Lengan Tungkai :

Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis, biasanya terabanya benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.

(10)

Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan

5. Pengkajian Nyeri

P : Nyeri saat kaki kanan digerakkan Q : Nyeri seperti tertusuk pisau R : Ujung kaki sampai paha kanan S : Skala 7 ( 1 – 10 )

T : 15 – 30 Menit

6. Pemeriksaan diagnostik

a. Rontgen tulang yang terkena

b. Pemeriksaan radiogram untuk melihat aktifitas osteoblas dan osteoklas pada

kanker tulang terjadi peningkatan osteoklas atau osteoblas c. Ct scan tulang yang terkena

d. Ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru

e. Biopsi terbuka dilakukan untuk identifikasi histologik, biopsi harus dilakukan

dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor

f. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor g. Labor pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)

(11)

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI NIC NOC

No Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedekimikian rupa (international) Association for the studay of pain: awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensits ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi > 6 bln

Batasan karakteristik

 Perubahan selera makan

 Perubahan tekanan darah

 Perubahan frekuensi jantung

 Perubahan frekuensi pernafasan

 Laporan isyarat

 Diaforesis

 Prilaku distraksi (mis, berjalan mondar-mandir mencari

orang lain atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

 Mengekskresikan prilaku (mis, gelisah, merengek,

menangis)

 Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak

kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)

 Pain level

 Pain kontrol

 Compor level

Kriteria hasil

 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )

 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri

 Mampu mengennali nyeri ( skala intensitas,

frekuensi, dan tanda nyeri)

 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang

Pain managemen

 Tentukan riwayat nyeri, misal: lokasi nyeri,

frekuensi, durasi, dan intensita (skala 0-10), dan tindakan penghilangan yang digunakan

 Evaluasi/ sadari terapi tertentu misal: radiasi,

pembedahan, kemoterapi, bioterapi, ajarkan pasien atau orang terdekat apa yang diharapkan

 Berikan tindakan kenyamanan dasar, misal:

resposisi, gosokan punggung dan aktifitas hiburan misal: musik dan televisi

 Dorong penggunaan keterampilan manejemen

nyeri(misal: teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, musik dan sentuhan teraupetik.

 Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol nilai aturan

(12)

 Sikap melindungi area nyeri

 Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri,

hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan

 Indikasi nyri yang dapat diamati

 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

 Sikp tubuh melindungi

 Dilatasi pupil

 Melaporkan nyeri secara verbal

 Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan

 Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

2. Resiko terhadap cedera

Defenisi : berisiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defensif individu

Faktor resiko :

 Eksternal

- Biologis (mis, tingkat imunisasi komunitas,

mikroorganisme

- Zat kimia (mis, racun, polutan, obat, agenes farmasi,

alkohol, nikotin, pengawat, kosmetik, pewarna)

- Manusia (mis, agen nosokomial, pola ketegangan, atau

fakror kognitif, afektif, dan psikomotor ) - Cara pemindahan/transpor

 Risk kontrol

Kriteria hasil

 klien terbebas dari cedera

 klien mampu menjelaskan cara/ metode

untuk mencegah injury/cedera

 klien mampu menjelaskan faktor risiko

dari lingkungan/perilaku personal

 mampu memodifikasigaya hidup untuk

mencegah njuri

 menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

 mampu mengenali perubahan status

kesehatan

Environment management(manajemen

lingkungan)

sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai

dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien

 menghindarkan lingkungan yang berbahaya

(misalnya memindahkan perabotan)

 memasang side rali tempat tidur

 menyediakan tempat tidur yang nyaman dan

bersih

 menempatkan saklar lampu ditempat yang

(13)

- Nutrisi ( mis, desain, struktur, dan pengaturan komunitas,

bangunan,dan peralatan

 Internal

- Profil darah yang abnormal (mis, leukositosis/leukopenia,

gangguan faktor koagulasi, trombositopenia, sel sabit, talasemia, penurunan hemoglobin)

- Disfungsi biokimia

- Usia perkembangan (fisiologis, psikososial)

- Disfungsi efektor

- Disfungsi imun-auto imun

- Disfungsi integratif

- Malnutrisi

- Fisik (mis, integritas kulit tidak utuh, gangguan mobilitas)

- Psikologis(orientasi efektif)

- Disfungsi sensorik

- Hipoksia jaringan

membatasi pengunjung

menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

mengontrol lingkungan dari kebisingan

 memindahkan barang-barang yang dapat

membahayakan

 berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau

pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan menyebabkan penyakit.

3 Intoleransi aktifitas :

Definisi: ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan karakteristik:

 respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas

 respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas

 perubahan EKG yang mencerminkan aritmia

 perubahan EKG yang mencerminkan iskimia

 ketidaknyamanan setelah beraktifitas

 dipsnea setelah beraktifitas

 energy conservion

 aktivity tolerance

 self care : ADLS

Kriteri hasil:

 berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR

 mampu melakukan aktifitas sehari-hari

(ADLS) secara mandiri

 tanda-tanda vitas normal

 energy psikomotor

 level kelemahan

a. Diskusikan dengan pasien/ orang terdekat

bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi pasien/rumah dan aktifitas kerja

b. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi

berkenaan dengan pengobatan tertentu, termasuk kemungkinan efek aktifitas seksual dan rasa ketertarikan / keinginan misal alopesia, kecatatan bedah, beri tau pasien bahwa tidak semua efek samping terjadi

(14)

 menyatakan merasa letih

 menyatakan merasa lemah

faktor yang berhubungan:

 tirah baring atau imobilitas

 kelemahan umum

 ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

 imobilitas

 gaya hidup monoton

 mampu perpindah: dengan atau tanpa

bantuan alat

status kardiopulmunari adekuat

sirkulasi status baik

 status respirasi: pertukaran gas dan

ventilasi adekuat

c. Dorong diskusi tentang/ pecahkan masalah

tentang efek kanker / pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua, dan sebagainya.

d. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami.

Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptif

e. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan

digunakan oleh pasien / orang terdekat

f. Berikan dukungan emosi untuk pasien / orang

terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan

g. Gunakan sentuhan selama interksi, bila diterima

pada pasien dan dapat mempertahankan kontak mata.

(15)
(16)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori pada BAB II dengan asuhan keperawatan pada Tn ”X” dengan Ca Tulang pada tanggal 05 Mei 2012 sampai di ruang Bedah . Pembahasan meliputi : berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan keperawatan pada pasien Tn “X” dengan Ca Tulang di ruang Bedah sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi.

Menurut (Tucker.2000) Tumor Tulang yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas. Gejalanya nyeri tulang, fraktur, penekanan medula spinalis, kadal kalsium dalam darah tinggi.

Pada pasien dengan kasus ca tulang kami temukan dengan keluhan nyeri di daerah kaki kanan dan mengalami pembengkakan. Nyeri disebabakan karena pembelahan sel yang abnormal sehingga jumlah sel meningkat dan menekan syaraf nyeri sehingga pasien dengan kasus ca tulang mengalami nyeri dan bengkak pada kaki kanan

A. Pembahasan Pengkajian

Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis membandingkan antara teori pengkajian menurut Doengoes (2002) dengan data hasil pengkajian pada Tn “X” dengan Ca Tulang. Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga, melakukan pemeriksaan fisik observasi serta dari mempelajari satus pasien.

Data yang dikaji sesuai dengan Data dasar pengkajian menurut Doengoes (2002), pengkajian pada klien dengan Ca Tulang. yaitu meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, pola kebiasaan sehari-hari.

Data yang sesuai denga Doengoes (2002) muncul pada kasus adalah nyeri pada kaki kanan, aktivitas terganggu, dan memar serta bengkak pada kaki yang terasa nyeri. Nyeri timbul saat kaki kanan digerakkan terasa seperti tertusuk pisau menjalar sampai ujung kaki kanan sampai paha dengan skala 7 ( 1-10) selama 15 – 30 menit dengan diposisikan yang nyaman, nyeri berkurang.

Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dikarenakan pasien dan keluarga cukup kooperatif.

B. Diagnosa keperawatan

Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis menggunakan pendapat Doengoes (2002) sebagai dasar untuk perumusan diagnosis keperawatannya, penulis mengacu pada rumusan diagnosa NANDA (2009-2011). Menurut Doengoes (2002) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Tn “X” dengan Ca Tulang adalah

(17)

Menurut NANDA 2009-2011 Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedekimikian rupa awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensits ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi > 6 bln. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada pasien Tn “X” Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa Nyeri. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn “X” pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan.

2. Resiko Cedera

Menurut NANDA 2009-2011 berisiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defensif individu. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada pasien Tn “X” Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa Resiko Cedera. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn “X” pasien mengatakan menggunakan alat bantu saat melakukan aktivitas.

3. Intoleransi aktivitas

Menurut NANDA 2009-2011 ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada pasien Tn “X” Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa Resiko Cedera. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn “X” pasien mengatakan cepat lelah saat aktifitas, dan aktifitasnya terganggu.

Diagnosa yang terdapat dalam Doengoes (2002) namun tidak ditemukan pada pasien Tn “X”

1. Kurang pengetahuan

Menurut NANDA 2009-2011 kurang pengetahuan adalah tidak ada atu kurang informasi kognitif berhubungan dengan topik yang spesifik. Pada saat pengkajian pasien dan keluarga tidak menunjukan adanya kurang pengetahuan. Dikarenakan pasien dan keluarga sudah sering mendapatkan informasi dari petugas kesehatan lain mengenai Ca Tulang, sehingga pada saat penulis menanyakan pasien dan keluarga mampu menjawab dengan benar tentang penyakit yang dialaminya.

Faktor pendukung, saat dilakukan pengkajian dan observasi pasien dan keluarga kooperatif. Faktir penghambat tidak ada.

C. Intervensi/perencanaan

Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah. Dalam penetuan prioritas, penulis menetukan berdasarkan teori Hirarki Maslow dan masalah yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan terlebih dahulu. Penetuan prioritas dilakukan

(18)

karenan tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan tempat/ruangan dan sumberdaya dari tim kesehatan. Pada penetuan kriterian waktu, penulis juga menetapkan berdasarkan kondisi pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai.

Adapaun pembahasan perencanaan kepada pasien Tn “X” dengan Ca Tulang, sesuai prioritas diagnosa keperawatan sebagi berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit, tujuan utamanya adalah mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah : 110/80 mmHg, sampai 120/80mmHg, Nadi : 60-100x/menit, respirasi rate : 18-24x/mrnit), skala nyeri menurun. Perencanaan untuk diagnosa

ini sudah sesuai dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing

Outcomes Classification (NOC), perencanannya adalah monitor TTV, kaji nyeri, manajemen nyeri, teknik relaksasi dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

2. Resiko Cedera, tujuan utamanya adalah mampu mengontrol cidera dengan kriteria hasil : mampu mencegah cedera, bebas dari cedera, mampu menggunakan

alat bantu. Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan Nursing

Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC), perencanannya adalah sediakan lingkungan yang nyaman, identifikasi kebutuhan keamanan pasien, anjurkan keluarga menemani pasien, kontrol lingkungan. 3. Intoleransi aktifitas, tujuan utamanya adalah terpenuhinya ADL dengan kriteria

hasil : mampu melakukan aktifitas sendiri, mampu berpindah dengan alat bantu

tanpa cedera. Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan Nursing

Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC), perencanannya adalah kaji kebutuhan aktifitas pasien, tinjau ulang efek samping dan antisipasinya, diskusikan tentang masalah yang ada, ajarkan pasien melakukan aktifikasnya, berikan dukungan pada pasien.

D. Implementasi/pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengansusunan perencanaan , dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien . dalam pelaksanaan penulis juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainya. Dalam hal ini. Faktor pendukung pasien, keluarga dan tim kesehatan lain mudah untuk dilakukan kerjasama. Dalam hal hubungan baik antara pasien, keluarga dan tim kesehatan lain

(19)

memper mudah untuk penyembuhan pasien. Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-masing diagnosa yang telah tersusun adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).

a. Monitor TTV

TD : 130/90mmHg, N : 89x/m, RR : 20x/m, S : 36 0C b. Meng kaji nyeri

P : Nyeri saat kaki kanan digerakkan Q : Nyeri seperti tertusuk pisau R : Ujung kaki sampai paha kanan S : Skala 7 ( 1 – 10 )

T : 15 – 30 Menit c. Manajemen nyeri

d. Mengajarkan teknik relaksasi

e. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri

2. Resiko Cedera. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).

a. Menyyediakan lingkungan yang nyaman b. Meng identifikasi kebutuhan keamanan pasien c. Menganjurkan keluarga menemani pasien d. Mengontrol lingkungan pasien

3. Intoleransi aktifitas. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).

a. Mnegkaji kebutuhan aktifitas pasien

b. Meninjau ulang efek samping dan antisipasinya

c. Melakukan diskusi dengan pasien tentang masalah yang ada d. Mengaajarkan pasien melakukan aktifikasnya

e. Memberikan dukungan pada pasien

E. Evaluasi

Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang telah ditentukan pada tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya. (Nursalam, 2008).

Adapun evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit, tujuan tercapai dengan idikator : TTV dalam batas normal sebagi berikut TD : 130/90mmHg, N : 89x/m, RR : 20x/m, S : 36 0C, skala nyeri menurun dengan skala 5 (1-10).

(20)

2. Resiko cedera, tujuan tercapai dengan indikator : mampu mencegah cedera, bebas dari cedera, mampu menggunakan alat bantu

3. Intoleransi aktifitas, tujuan tercapai dengan indikator : mampu melakukan aktifitas sendiri, mampu berpindah dengan alat bantu tanpa cedera

(21)

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu) menimbulkan nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau payudara).

Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran darah ataupun aliran limfe.

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.

Penyebab yang pasti tidak diketahui. bukti- bukti mendukung bahwa osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan. Untuk kanker tulang sekunder merupakan metastase dari kanker primer diorgan lain, misalnya pada payudara paru, prostat, ginjal dll.

B. SARAN

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Asuhan Keperaatan Kanker tulang(Metastasis) ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.

EGCDonges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta.

EGC

2. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi 8.Vol 3. Jakarta. EGC

3. Price Sylvia,A (1994),Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2

.Edisi 4. Jakarta. EGC

4. Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan Dewasa). Yokyakarta: Nuha Medika

5. Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

6. Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi,2013. Panduan penyusunan asuhan keperawatan profesional. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

tinggi memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengerjakan tugas-tugas yang sukar, sedangkan individu dengan tingkat yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya

Dalam perspektif perencanaan pembangunan daerah, sesuai amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 pada Pasal 272 Ayat

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) MOTOR INDUKSI DAN PERBEDAAN KONTAKTOR DAN RELAY DALAM RANGKA MEMENUHI SYARAT UNTUK MENGIKUTI UJI.. KOMPETENSI DAN UJIAN NASIONAL DISUSUN

Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah, yang dapat dipergunakan oleh daerah

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh dari konsentrasi katalisator kalium hidroksida dan rasio minyak kelapa dan etanol terhadap kualitas biodiesel

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009,saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami,

 Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan,

Aplikasi di rumah kaca pada tanaman padi IR 64 yang telah disemprot dengan agen biokontrol menunjukkan bahwa penggunaan isolat C32a mampu menekan panjang lesio HDB lebih baik