• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan pengertian pengaruh adalah sebagai berikut :

“Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.”

Menurut Badudu dan Zain (1994) mendefinisikan pengertian pengaruh adalah sebagai berikut :

“Pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain”.

Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari pengaruh adalah sesuatu yang dapat mengubah, membentuk atau menyebabkan sesuatu berubah.

2.1.1 Risiko

Risiko memiliki berbagai definisi dan berkaitan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Pada sisi lain, penanganan risiko bahkan dapat memunculkan peluang bagi organisasi. Risiko tidak dapat dihindari oleh organisasi, dan terdapat pada

(2)

sumber daya yang dimiliki dan proses operasi termasuk pengendalian manajemen risiko diperlukan bagi pencapaian tujuan suatu unit dan tujuan organisasi secara keseluruhan.

Berikut beberapa pengertian tentang risiko, antara lain:

1. Risiko adalah segala ancaman yang membatasi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya (Tuanakotta, 2011).

2. Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit, seperti adanya ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disjikan secara wajar setelah audit selesai (Rahayu dan Ely, 2013).

3. Risiko adalah ketidakpastian yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai tujuannya. Risiko juga bisa dipandang sebagai potensi terjadinya kondisi-kondisi atau kejadian-kejadian yang dapat menghambat organisasi untuk mencapai tujuannya (Pusdiklatwas BPKP, 2009).

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya ancaman atau penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian, jadi merupakan ketidakpastian terjadinya sesuatu, yang apabila terjadi akan menimbulkan kerugian.

(3)

2.1.2 Risiko Bisnis Klien (Client Business Risk) a. Bisnis

Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang bisnis, diantaranya adalah: 1. Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang

bertujuan untuk memperoleh keuntungan (profit) (Ebert and Ricky, 1995).

2. Bisnis adalah suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, organisasi atau masyarakat luar (Gitosudarmo, 1996).

Menurut Gitosudarmono (1996) berdasarkan jenis kegiatannya diklasifikasikan menjadi:

1. Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatannya dalam bidang pertambangan.

2. Agraris, yaitu yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian. DAlam hal ini termasuk perusahaan agrarian adalah budi daya perikanan udang ataupun peternakan.

3. Industri/manufaktur, yaitu bisnis yang bergerak di bidang industri. 4. Jasa, yaitu bergerak dalam memenuhi kebutuhan pelayanan jasa bagi

masyarakat. b. Klien

Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan klien sebagai pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan

(4)

jasa professional.Istilah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang atau badan yang mempekerjakan anggota.

c. Pengertian Risiko Bisnis Klien

Risiko bisnis klien yaitu risiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat timbul dari banyak faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strateginya sebagai pesaing (Arens et al, 2006).

Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau laporan pemeriksaan (laporan audit). Pengetahuan tersebut akan digunakan oleh auditor dalam menaksir risiko bawaan dan risiko pengendalian, serta dalam menentukan sifat, saat dan luasnya prosedur audit. Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu penugasan juga mencakup pengetahuan umum tentang ekonomi dan industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas klien, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas klien beroperasi (Hery, 2013).

Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan sangat penting untuk melaksanakan audit yang memadai. Sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor

(5)

menggunakan pengetahuan dari risiko ini untuk menentukan luasan yang tepat dari bukti audit (Arens et al, 2006).

Menurut Arens et al (2006) menjelaskan ada beberapa faktor yang meningkatkan arti penting dari pemahaman atas bisnis dan industri klien, yaitu:

a. Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan pemasok utama. Akibatnya, auditor memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pelanggan dan pemasok utama itu serta risiko yang berkaitan.

b. Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali joint venture atau aliansi strategis.

c. Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang meningkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi.

d. Semakin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak terwujud lainnya telah meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi manajemen.

e. Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik atas bisnis dan industri klien untuk memberikan jasa bernilai tambah kepada klien.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Risiko Bisnis Klien

Menurut Arens et al (2006) ada faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis auditor, antara lain:

(6)

Terdapat tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang industri klien dan lingkungan eksternal adalah:

a) Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima dan bahkan dapat mempengaruhi auditor dalam menerima penugasan pada industri yang lebih berisiko, seperti industri simpan pinjam dan asuransi kesehatan.

b) Terdapat risiko-risiko inhern yang umumnya dimiliki oleh semua klien dalam sejumlah industri tertentu. Pemahaman akan risiko tersebut akan membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko-risiko inhern yang dimiliki klien.

c) Banyak industri yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik, yang harus dipahami oleh auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Operasi dan Proses Bisnis

Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama pendapatan, pelanggan dan pemasok kunci, sumber pembiayaan, dan informasi tentang pihak terkait yang dapat menunjukan area di mana risiko bisnis klien meningkat. Kunjungan ke perusahaan klien dapat membantu auditor memperoleh pemahaman yang lebih baik atas kegiatan bisnis klien, karena kunjungan tersebut akan memberikan

(7)

kesempatan untuk mengamati kegiatan perusahaan secara langsung dan bertemu dengan karyawan kunci.

Diskusi dengan karyawan non akuntansi selama kunjungan ini dan selama proses audit juga membantu auditor untuk mempelajari lebih mendalam bisnis klien guna membantu menilai risiko inhren.

3. Manajemen dan Tata Kelola

Karena manajemen menetapkan strategi dan proses bisnis perusahaan, auditor harus menilai filosofi dan gaya operasi manajemen, serta kemampuannya untuk mengidentifikasi dan merespon risiko, karena hal ini sangat mempengaruhi risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasi klien, serta aktivitas dewan direksi dan komite audit. Dewan direksi yang efektif dapat membantu memastikan bahwa perusahaan hanya mengambil risiko yang tepat, sedangkan komite audit melalui pengawasannya atas pelaporan keuangan, dapat mengurangi kemungkinan akuntasi yang terlalu agresif. Untuk mendapatkan pemahaman akan sistem tata kelola klien, auditor harus memahami anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, mempertimbangkan kode etik perusahaan, dan membaca notulen rapat perusahaan.

4. Tujuan dan Strategi Klien

Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan:

(8)

1. Integritas pelaporan keuangan 2. Efektivitas dan efisiensi kegiatan

3. Ketaatan pada hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku umum 5. Pengukuran dan kinerja

Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja utama yang digunakan manajemen untuk mengukur kemampuan pencapaian tujuan. Indikator ini meliputi angka laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih, yang mencakup ukuran yang sesuai dengan klien dan tujuannya.

e. Penilaian Risiko Bisnis Klien

Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien. Perhatian utama auditor adalah risiko dari salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Penilaian auditor atas risiko bisnis klien mempertimbangkan industri yang digeluti klien dan faktor eksternal lainnya, serta strategi bisnis klien, proses dan faktor internal lainnya. Auditor juga mempertimbangkan pengendalian manajemen yang dapat mengurangi risiko bisnis, seperti praktik penilaian risiko yang efektif dan tata kelola perusahaan (Arens et al, 2006).

(9)

2.1.3 Risiko Audit (Audit Risk) a. Pengertian Audit

Menurut American Accounting Association (AAA) dalam Accounting Review, vol.47 menyatakan :

“Auditing is a systematic process of objectively obtaining snd evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users”.

Auditing merupakan suatu proses yang sistemastis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakn dn peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan criteria yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepad pengguna informasi tersebut.

Menurut Alvin Arens (2006), hakekat mengenai auditing sebagai berikut:

“The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.

Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan criteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

(10)

Dari kedua definisi definisi tersebut disimpulkan bahwa :

Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

b. Pengertian Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Rahayu dan Ely, 2013).

Menurut Tuanakotta (2011) risiko audit adalah risiko seorang auditor tidak menemukan suatu salah saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat manajemen. Kekeliruan dari salah saji (errors dan misstatements) dapat terjadi karena bermacam-macam hal, antara lain: pemrosesan transaksi tidak akurat, transaksi hilang atau terabaikan dari sistem akuntansi, hasil akhir (laporan keuangan) dipalsukan, pemilihan kebijakan akuntansi yang tidak tepat, estimasi akuntansi (misalnya: penyisihan piutang ragu-ragu, nilai wajar surat berharga, persediaan usang, dan lain-lain) berdasarkan analisis yang lemah atau dimanipulasikan.

Sedangkan menurut Arens et al (2006), risiko audit adalah ukuran atas kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan

(11)

mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan keuangan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko audit adalah risiko seorang auditor tidak menemukan salah saji material dalam laporan keuangan atau ditemukannya salah saji material setelah audit dilaksanakan.

c. Model Risiko Audit

Didalam risiko audit itu terdapat beberapa komponen risiko, komponen risiko tersebut meliputi risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi.

Model risiko audit menurut SAS 47 (AU 312) :

Audit Risk (AR) = Inherent Risk (IR) x Control Risk (CR) x Detection Risk (DR)

Model risiko audit digunkan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besarnya bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam setiap siklus.

1) Risiko Bawaan (Inherent Risk)

Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian intern yang terkait. Auditor harus memprediksi di manakah (dalam segmen laporan keuangan) salah saji yang paling mungkin terjadi dan di mana yang kemungkinannya paling kecil.

(12)

Informasi ini mempengaruhi jumlah bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana auditor mengalokasikannya dalam segmen-segmen audit (Rahayu dan Ely, 2013).

a) Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan

Pada awal audit tidak banyak yang dapat diperbuat untuk mengubah risiko bawaan. Sebaliknya auditor harus menetapkan faktor-faktor pembentuk risiko tersebut dan memodifikasi bahan bukti audit (Rahayu dan Ely, 2013).

Faktor-faktor utama tersebut adalah: a. Sifat bidang klien

Akan lebih besar kemungkinan keusangan persediaan pada pabrik komputer daripada pabrik besi. Atau piutang pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan kecil akan lebih rendah kolektibilitasnya daripada pinjaman oleh bank. Risiko bawaan tiap jenis usaha akan lebih bervariasi pada akun seperti piutang usaha, piutang pinjaman, persediaan, tanah dan bangunan. Sifat usaha ini kurang pengaruhnya untuk akun kas, wesel tagih dan utang hipotek.

b. Integritas manajemen

Jika manajemen didominasi satu atau beberapa di mana integritas manajemen kurang maka laporan keuangan yang disajikan kemungkinan besar akan salah saji. Misal auditor mengambil risiko professional dan hukum yang besar jika menerima penugasan dari

(13)

klien yang integritas kurang baik dalam kasus menghadapi tuntutan hukum.

Jika manajemen memiliki integritas tertentu yang memadai, kemungkinan tidak menyajikan apa adanya suatu pos yang disajikannya dalam laporan keuangan juga akan besar. Maka auditor harus mengevaluasi dahulu apakah ia akan menerima penugasan dari klien. Jika menerima maka auditor harus menetapkan tingkat risiko bawaan yang tinggi untuk semua segmen dalam penugasan untuk menguji kemungkinan salah saji yang disengaja.

c. Motivasi klien

Motivasi manajemen dalam menyajikan laporan keuangan dapat termotivasi oleh beberapa hal salah satunya yaitu dari perolehan bonus dari presentase laba bagi manajer. Mungkin manajemen cenderung akan melakukan mark up laba bersih. Selain itu ada pula motivasi bagi manajemen dalam mengurangi laba sebelum pajak yang disajikan dalam laporan keuangan, dengan tujuan untuk mengurangi pajak yang harus dibayar.

Maka jika manajemen tidak memiliki integritas tinggi motivasi seperti itu tentunya dapat mendorong untuk mensalah sajikan laporan keuangan.

(14)

d. Hasil audit sebelumnya

Kemungkinan manajemen akan mengulangi lagi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan dalam tahun berjalan akan terjadi seperti pada audit sebelumnya. Ini disebabkan beberapa salah saji mempunyai sifat yang sistematis dan organisasi cenderung lamban melakukan pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika tidak memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program tahun berjalan.

Jika pada tahun sebelumnya terdapat banyak salah saji pada penetapan harga jual kemungkinan besar risiko bawaan tinggi dan pengujian secara ekstendif harus dilakukan dalam tahun berjalan untuk memeriksa apakah kelemahan dalam sistem klien telah diperbaiki.

Tetapi jika pada beberapa tahun sebelumnya tidak ditemukan salah saji auditor dibenarkan jika ia mengurangi risiko bawaan dengan catatan tidak ada perubahan keadaan yang signifikan.

e. Penugasan pertama

Tidak adanya pengalaman sebelumnya atas audit untuk klien tertentu akan membuat auditor menetapkan tingkat risiko bawaan yang lebih tinggi dibanding dengan jika sebelumnya auditor telah melakukan audit atas klien tersebut. Penetapan tingkat risiko bawaan pada awal penugasan yang tinggi oleh auditor akan

(15)

berkurang secara bertahap pada tahun-tahun berikutnya setelah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai kondisi klien. f. Hubungan istimewa

Dalam hal transaksi yang terjadi antar cabang atau antar anak perusahaan dengan induk perusahaan, auditor harus meningkatkan risiko bawaan klien yang bersangkutan.

g. Transaksi tidak rutin

Transaksi yang tidak biasa bagi perusahaan akan besar kemungkinannya untuk tidak dicatat dengan benar karena kurang pengalaman klien dalam melakukan pencatatan hal yang demikian. Contoh peristiwa luar biasa seperti kerugian karena bencana alam. h. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun yang

melibatkan kebijakan dan pertimbangan manajemen.

Penyisihan piutang ragu-ragu merupakan salah satu akun yang melibatkan kebijakan dan pertimbangan manajemen.

i. Kerentanan terhadap kecurangan

Auditor perlu mempertimbangkan risiko adanya kecurangan dalam situasi di mana relatif mudah untuk memindahkan aktiva perusahaan menjadi milik pribadi, misal kas tunai, jika kemungkinan ini besar maka auditor harus menetapkan risiko bawaan yang tinggi.

(16)

j. Unsur-unsur populasi

Kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang usaha yang kebanyakan telah jatuh tempo dari pada yang unsur-unsurnya adalah piutang yang masih baru. Sehingga membutuhkan penelaahan lebih seksama karena lebih tingginya kemungkinan terjadinya salah saji daripada transaksi biasa.

b) Penilaian Risiko Bawaan

Auditor harus mengavaluasi semua informasi yang dapat mempengaruhi tingkat risiko inheren serta menetapkan suatu tingkat risiko inheren yang tetap bagi setiap siklus dari setiap akun. Sebagai contoh, pada suatu audit atas persediaan, auditor menyatakan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya telah ditemukan sejumlah salah saji dan pergerakan persediaan mengalami penurunan pada tahun berjalan. Pada situasi ini, kebanyakan auditor akan menetapkan tingkat risiko pada tingkat risiko yang relatif tinggi (beberapa auditor bahkan menetapkan tingkat risiko inheren sebesar 100%).

2) Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam satu segmen tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern (Rahayu dan Ely, 2013).

(17)

Risiko pengendalian adalah risiko tidak tercegahnya dan/atau tidak ditemukannya kekeliruan dan salah saji yang material, dalam waktu yang singkat oleh sistem pengendalian intern pada entitas itu. Seperti halnya dengan inherent risk, auditor tidak dapat memengaruhi risiko pengendalian. Tidak ada prosedur audit yang dapat mengurangi control risk. Namun, auditor harus menilai seberapa besarnya control risk untuk perencanaan audit yang baik (Tuanakotta, 2011).

Risiko pengendalian mengandung unsur :

1. Penetapan apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan.

2. Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum dalam rencana audit.

Makin efektif struktur pengendalian intern perusahaan semakin rendah faktor risiko yang dapat diterapkan untuk risiko pengendalian. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas. Jika internal control efektif maka control risk menjadi rendah dan bukti lebih sedikit.

Beberapa risiko pengendlian akan selalu ada karna keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.

a. Risiko pengendalian (CR) akan selalu ada (CR>0) karena faktor keterbatasan pengendalian intern (missal: kelalaian, kejenuhan manusia).

(18)

b. Dalam perencanaan audit, planned assessed level of CR ditentukan berdasarkan hasil pemahaman atas struktur pengendalian intern klien.

c. The actual assessed level of CR ditentukan kemudian setelah auditor melakukan pengujian (tests of control) dan memperoleh bukti tentang efektifitas IC.

a) Pertimbangan Profesional Auditor

Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100%, auditor harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.

b. Mengevaluasi seberapa baik struktur tersebut seharusnya berfungsi berdasarkan pemahaman yang diperoleh dan

c. Melakukan pengujian atas efektivitas pengendalian.

3) Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko deteksi adalah bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi atau segmen. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor (Rahayu dan Ely, 2013).

Risiko deteksi adalah risiko seorang auditor menemukan suatu salah saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat

(19)

manajemen (Tuanakotta, 2011). Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko deteksi, yaitu:

a. Keputusan auditor mengenai 1) Prosedur audit,

2) Besar sampel dan items yang dipilih,

3) Timing

4) Staffing

b. Keliru menerapkan prosedur audit c. Keliru menafsirkan bukti yang diperoleh

4) Hubungan Risiko Bawaan, Risiko Pengendalian dan Risiko Deteksi

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Risiko bawaan dan risiko pengendalian terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, berbeda dengan risiko deteksi, risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.

Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

(20)

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi Risiko Audit

Menurut Arens et al (2006) mendefinisikan dalam menetapkan risiko audit, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

a. Ketergantungan pihak eksternal terhadap laporan keuangan klien Jika para pengguna eksternal bergantung sepenuhnya pada laporan keuangan, maka merupakan hal yang tepat untuk menurunkan tingkat risiko audit. Sejumlah faktor yang dapat menjadi indikator atas derajat ketergantungan para pengguna eksternal pada laporan keuangan adalah :

1) Ukuran usaha klien

Semakin besar kegiatan operasional klien, maka semakin banyak pula pihak yang menggunakan laporan keuangan klien. Ukuran usaha yang diukur dengan total aktiva pendapatan akan memberikan pengaruh pada risiko audit.

2) Distribusi kepemilikan

Laporan keuangan perusahaan publik umumnya banyak digunakan oleh banyak pengguna daripada laporan keuangan perusahaan non publik.

3) Sifat dan nilai kewajiban

Jika laporan keuangan mengandung nilai kewajiban yang besar, laporan keuangan tersebut memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk digunakan secara luas oleh para investor, baik yang

(21)

telah ada maupun calon investor, daripada laporan keuangan yang memiliki nilai kewajiban yang kecil.

b. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah penerbitan laporan audit. Merupakan hal yang sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal tersebut terjadi, tapi beberapa faktor berikut ini akan menjadi indikator yang baik atas peningkatan kemungkinan tersebut:

1) Posisi likuidasi

Jika secara konsisten, klien mengalami kekurangan kas serta modal kerja, maka hal tersebut dapat mengidentifikasi masalah dalam melunasi tagihan-tagihan di masa yang akan datang. 2) Laba (rugi) pada tahun-tahun sebelumnya

Jika perusahaan mengalami penurunan laba yang cepat atau mengalami kenaikan kerugian selama beberapa tahun terakhir, maka auditor harus mengenali sejumlah masalah solvabilitas yang mungkin akan dialami klien di masa yang akan datang. Merupakan hal yang penting pula untuk mempertimbangkan perubahan laba relative terhadap saldo yang tersisa pada akun laba ditahan.

3) Metode pembiayaan pertumbuhan

Semakin klien menyadarkan dirinya pada utang sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan yang akan dihadapinya apabila kegiatan operasi klien kurang berhasil.

(22)

Merupakan hal yang penting pula untuk mengevaluasi apakah aktiva tetap klien dibiayai menggunakan kredit jangka pendek yang bernilai besar dapat memicu perusahaan untuk bangkrut. 4) Kompetensi manajemen

Manajemen yang kompeten akan selalu waspada terhadap potensi akan adanya kesulitan keuangan serta akan memodifikasi metode-metode operasionalnya untuk meminimalkan berbagai pengaruh dari masalah jangka pendek. Kemampuan manajemen ini harus dinilai sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

c. Evaluasi dan integritas manajemen adalah bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi tentang kesinambungan hubungan dengan klien yang telah ada. Jika klien memiliki integritas yang patut dipertanyakan, maka auditor kemungkinan besar akan menentukan tingkat risiko audit yang lebih rendah. Perusahaan-perusahaan dengan integritas yang rendah seringkali melaksanakan kegiatan bisnis mereka dengan suatu tindakan yang dapat menyebabkan konflik dengan para pelanggan. Pada akhirnya, berbagai konflik ini seringkali tercermin pada pemahaman para pengguna laporan akan kualitas dari audit yang dilaksanakan, serta dapat mengakibatkan sejumlah gugatan hukum serta sejumlah ketidakpastian lainnya.

(23)

6) Penilaian Risiko Audit

Untuk menilai risiko audit, auditor pertama-tama harus menilai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit. Suatu evaluasi yang khas tentang risiko audit umumnya bernilai tinggi, sedang dan rendah. Dimana suatu penilaian atas risiko audit yang rendah berarti bahwa klien yang berisiko membutuhkan lebih banyak bukti audit yang ekstensif, penugasan atas personal yang lebih berpengalaman atas suatu review yang lebih ekstensif pada kerja audit. Selagi risiko audit isi berjalan, tambahan ini dapat diperoleh beserta risiko audit tanpa dimodifikasi.

2.1.4 Risiko Bisnis Auditor

a. Pengertian Kantor Akuntan Publik

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa professional dalam praktik akuntan publik.

Menurut Rahayu dan Ely (2013) mendefinisikan Kantor Akuntan Publik sebagai berikut:

“Kantor Akuntan Publik mempunyai tanggung jawab yang lebih jelas dan lebih banyak persyaratan professional yang harus dipenuhi oleh Kantor Akuntan Publik daripada organisasi lainnya karena tanggungjawabnya lebih besar terhadap pemakai laporan audit. Kantor Akuntan Publik mempunyai hak legal untuk melaksanakan audit laporan keuangan berdasarka peraturan yang berlaku. Selain itu juga Kantor Akuntan Publik menyediakan jasa lainnya bagi kliennya, seperti Special audit, Tax service, Other attestations, Accounting services, Management consulin”.

(24)

Menurut Pasal 6 SK Menkeu No. 43/1997, izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan sebegai berikut:

Berdomisili di Indonesia

1. Memiliki register akuntan

2. Menjadi anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

3. Lulus ujian sertifikasi Akuntan Publik yang diselenggarakan oleh IAI 4. Memiliki pengalaman kerja minimal tiga tahun sebegai akuntan dan

pengalaman audit umum sekurang-kurangnya 3000 jam dengan reputasi baik

5. Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum sekurang-kurangnya satu tahun.

6. Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit.

b. Pengertian Risiko Bisnis Auditor (Auditor Business Risk)

Risiko bisnis auditor adalah risiko dimana auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) akan menderita kerugian karena melakukan perikatan, meskipun laporan audit yang dibuat untuk klien dinyatakan unqualified opinion (Johnstone, 2000). Misalnya adanya tuntutan di pengendalian oleh pihak yang merasa dirugikan karena penggunaan jasa dari Kantor Akuntan Publik, sanksi hukum yang ditetapkan oleh organisasi profesi seperti IAI, hukuman masyarakat berupa tuduhan yang sifatnya menjelaskan atau menilai rendah reputasi suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) dan berusaha untuk tidak

(25)

menggunakan jasanya dan kemungkinan tidak dibayar oleh klien. Beberapa pertimbangan dari risiko bisnis auditor antara lain adalah penanganan perusahaan yang go public, regulated industry akan perusahaan-perusahaan yang menjadi sorotan publik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Bisnis Auditor

Menurut Johnstone (2000) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis auditor, yaitu :

1. Initial Public Offering

2. Engagement Timing

3. Audit-Firm Expertise\

4. Additional Billing Opportunities 5. Competitor Strategy

2.1.5 Penerimaan Klien

Keputusan untuk menerima atau menolak penugasan baru merupakan keputusan yang krusial. Di satu pihak ia berhubungan langsung dengan peningkatan pendapatan Kantor Akuntan Publik. Di pihak lain, ia berhubungan dengan berbagai risiko yang berpotensi mengancam kelangsungan Kantor Akuntan Publik. Kantor Akuntan Publik tidak berkewajiban memberi jasa audit kepada perusahaan apa pun. Kantor Akuntan Publik berkewajiban menyeleksi perusahaan mana yang akan diterimanya sebagai klien, dan mana yang harus ditolaknya. Kantor Akuntan Publik berkewajiban menolak penugasan ulang yang

(26)

tidak memenuhi persyaratan Kantor Akuntan Publik itu. Ini adalah esensi dari keputusan mengenai client acceptance dan client retention. (Tuanakotta, 2011).

Menurut Rahayu dan Ely (2013) Ada beberapa pertimbangan penting sebelum kantor akuntan public menerima suatu penugasan, yang menyangkut tanggung jawab pada etika profesi, yaitu:

1. Tanggung jawab terhadap publik yaitu independesi, integritas dan objektivitas

2. Tanggung jawab terhadap klien yaitu melakukan audit dengan kompetensi dan profesionalisme tinggi

3. Tanggung jawab terhadap rekan seprofesi, yaitu mengembangkan kehidupan profesi dan kemampuan melayani publik

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Penerimaan Klien

Menurut Johnstone (2000) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penerimaan klien adalah:

a. Risiko-risiko seperti risiko bisnis klien, risiko audit dan risiko bisnis auditor

b. Audit Hour

Keterbatasan jangka waktu pemeriksaan akan mempengaruhi program audit yang telah ditetapkan karena auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, sehingga akan mengurangi kemungkinan untuk menerima klien

(27)

c. Experience of Engagement Team

Rendahnya kompetensi auditor yang akan ditugaskan untuk melakukan suatu pemeriksaan akan mengurangi kemungkinan untuk menerima klien

d. Audit fee

Ketidaksesuaian biaya pemeriksaan dengan ruang lingkup audit, jumlah personil yang akan ditugaskan, serta biaya pendukung lainnya akan mengurangi kemungkinan untuk menerima klien.

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan standar auditing yang berlaku umum (standar pekerjaan lapangan), auditor diharuskan untuk merencanakan pekerjaannya secara memadai dan jika digunakan asisten harus disupervisi sebagaimana mestinya. Auditor merencanakan penugasan audit dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan bahan bukti yang tepat pada setiap situasi yang dihadapi dan untuk menciptakan tingkat efsiensi biaya audit. Bukti audit yang tepat harus diperoleh auditor untuk memperkecil kewajiban hukum dan mempertahankan reputasinya. Di samping itu, efisiensi biaya audit juga menjadi penting agar kantor akuntan publik dapat tetap kompetitif. Untuk dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki pengetahuan tentang bisnis kliennya agar dapat memahami kejadian, transaksi, dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan klien (Hery, 2013).

(28)

Keputusan untuk menerima atau menolak klien adalah keputusan sebelum proses perencanaan audit dimulai. Keputusan untuk menerima atau menolak penugasan baru merupakan keputusan yang krusial. Di satu pihak ia berhubungan langsung dengan peningkatan pendapatan KAP. Di pihak lain, ia berhubungan dengan berbagai risiko yang berpotensi mengancam kelangsungan KAP (Tuanakotta, 2011).

Meskipun untuk memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah, kantor akuntan publik harus ekstra hati-hati dalam memutuskan klien mana yang akan diterima. Sebisa mungkin kantor akuntan publik menolak penugasan audit dari klien yang memiliki reputasi manajemen yang buruk (tidak memiliki integritas) (Hery, 2013).

Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti, keumdian digambarkan dalam kerangka teoritis yang diuraikan sebagai berikut:

(29)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Dalam penentuan keputusan penerimaan klien, KAP harus memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi.

Risiko Bisnis Auditor

Risiko Audit Risiko Bisnis Klien

Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis klien :

1. Industri dan Lingkungan

Eksternal

2. Operasi dan Proses Bisnis 3. Manajemen dan Tata Kelola 4. Tujuan dan strategi

5. Pengukuran dan kinerja Arens et al. (2006)

Penugasan Audit

Perencanaan Audit

Komponen risiko audit: 1. Risiko Bawaan 2. Risiko Pengendalian 3. Risiko Deteksi Rahayu (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi :

1. Initial Public Offering

2. Engagement Timing 3. Audit-Firm Expertise 4. Additional Billing Opportunities 5. Competitor Strategy Johnstone (2000) Penerimaan Klien Kantor Akuntan Publik

(30)

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut ini akan disajikan beberapa rangkuman mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Risiko Bisnis Klien, Risiko Audit, dan Risiko Bisnis Auditor terhadap Keputusan Penerimaan Klien”.

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Kesimpulan/ Hasil Persamaan Perbedaan

1. Wondabio (2006) Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan Publik (KAP) Dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Acceptance Decisions) Berdasarkan Pertimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk),

Risiko Audit (Audit Risk) Dan Risiko

Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa

risiko bisnis klien, risiko audit, dan risiko

bisnis auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan penerimaan klien. Persamaanya adalah sama-sama meneliti mengenai pengaruh

risiko bisnis klien, risiko audit, dan risiko

bisnis auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan penerimaan klien. Perbedaannya adalah pada penilitian sebelumnya menguji variabel management integrity, audit fee, going concern, dan specialist. Sedangkan dalam penelitian ini tidak menguji variabel tersebut.

Risiko Bisnis Klien

Risiko Bisnis Auditor

Risiko Audit Keputusan

(31)

Bisnis Kap (Auditor’s Business Risk) 2. Sahnoun dan Zarai (2008) Effect of auditee business risk, audit risk and auditor business risk on auditor auditee negotiation outcomes Hasil penelitiannya menunjukan bahwa

hanya auditee business risk yang berpengaruh signifikan terhadap

auditor auditee

negotiation, sedangkan

audit risk dan auditor business risk tidak

berpengaruh signifikan terhadap auditor auditee negotiation. Persamaanya adalah sama-sama meneliti mengenai pengharuh

auditee business risk,

audit risk, auditor business risk terhadap

auditor auditee

negotiation.

Perbedaannya dengan penelitian ini terletak

pada subjek penelitiannya yaitu dalam penelitian sebelumnya dilakukan pada 200 auditor di Tunisia, sedangkan

pada penelitian ini dilakukan pada auditor KAP yang berada di Kota Bandung.

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Hubungan Risiko Bisnis Klien Dengan Keputusan Penerimaan Klien Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien yaitu risiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat timbul dari banyak faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strateginya sebagai pesaing (Arens et al, 2006).

Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan adalah penting untuk melaksanakan audit yang memadai. Sifat bisnis dan industri klien dapat memengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Risiko yang berkaitan dengan risiko industri tertentu dapat memengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima. Bahkan, banyak industri memiliki persyaratan perlakuan akuntansi khusus yang harus dipahami oleh

(32)

auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum. (Hery, 2013).

Auditor harus membangun pemahaman dengan sesuai dengan jasa yang akan dilaksanakan selama penugasan audit. Pemahaman tersebut akan mengurangi risiko terjadinya salah interpretasi kebutuhan pihak laim, baik auditor maupun klien. Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam bentuk komunikasi tertulis dengan klien. Jika auditor yakin bahwa pemahaman dengan klien belum terbentuk, ia harus menolak untuk menerima atau menolak untuk melaksanakan penugasan. Tetapi jika auditor yakin, maka penugasan tersebut dapat diterima. (Rahayu dan Ely, 2013)

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai berikut

Ho1 : Risiko bisnis klien tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

Ha1 : Risiko bisnis klien berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

2.4.2 Hubungan Risiko Audit Dengan Keputusan Penerimaan Klien

Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Konrath, 2002). Pengertian lainnya, risiko audit (audit risk) merupakan risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat

(33)

wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. (Guy et al, 2002).

Kegagalan audit (audit failure) yang dialami oleh auditor independentterutama disebabkan karena KAP gagal mendeteksi adanya kecurangan (fraudulent) yang dilakukan manajemen, baik yang disebabkan oleh perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva perusahaan (misappropriation of assets) atau kecurangan yang terjadi terhadap laporan keuangan (fraudulent financial statement). Kecurangan (fraud) terjadi jika 3 (tiga) kondisi terpenuhi yaitu incentive, opportunity, rationalization/attitude (Ramos, Michael, 2003).

Risiko audit yang dihadapi auditor hendaknya terus diusahakan dapat diminimalisir untuk menghindari risiko bisnis yang dihadapi oleh pengguna laporan auditor dan juga bertujuan untuk menjaga reputasi dari auditor itu sendiri. Auditor dapat menggunakan logika model risiko audit untuk mengambil keputusan tentang sifat, saat, dan luasnya prosedur audit bagi suatu asersi maupun untuk perikatan para staf pada berbagai aspek penugasan. Kompenen risiko audit tersebut adalah risiko bawaan, risiko deteksi dan risiko pengendalian.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai berikut

Ho2 : Risiko audit tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

(34)

2.4.3 Hubungan Risiko Bisnis Auditor Dengan Keputusan Penerimaan Klien

Risiko bisnis auditor adalah risiko dimana auditor atau KAP akan menderita kerugian karena melakukan perikatan, meskipun laporan audit yang dibuat untuk klien dinyatakan unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian). Manajemen risiko KAP merupakan satu hal yang sangat penting bagi profesi akuntan publik. Telah terbukti secara emphiris bahwa risiko klien, risiko audit dan risiko bisnis KAP mempunyai dampak signifikan terhadap proses penerimaan klien di KAP.

Peluang perusahaan yang mempunyai management integrity yang baik untuk diterima sebagai klien pada KAP adalah cukup signifikan dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai integritas management yang buruk. Peluang perusahaan yang mempunyai risiko bisnis dan risiko audit yang rendah, untuk diterima sebagai klien KAP adalah cukup besar (signifikan) dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis dan risiko audit yang tinggi. Peluang perusahaan yang memiliki dampak terhadap risiko bisnis auditor yang rendah untuk diterima sebagai klien KAP adalah cukup signifikan dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dampak terhadap risiko bisnis auditor yang tinggi (Wondabio, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai berikut

Ho3 : Risiko bisnis auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

(35)

Ha3 : Risiko bisnis auditor berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

2.4.4 Hubungan Risiko Bisnis Klien, Risiko Audit, Dan Risiko Bisnis Auditor Dengan Keputusan Penerimaan Klien

Unsur penting dalam audit ialah menilai adanya risiko salah saji yang material salam laporan keuangan. Auditor harus peduli dengan risiko bisnis yang dihadapi perusahaan dalam kesulitan keuangan, atau masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern problem). Apakah ada alasan bagi penggugat untuk menyatakan bahwa ia adalah pemakai laporan keuangan (yang diaudit) dan yang dianggapnya menyesatkan, kemudian menuntut Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam tahap client acceptance, hal khusus seperti ini perlu ditelisik lebih lanjut. Siapa yang berpotensi menjadi pemakai laporan keuangan yang diaudit, apa kepentingannya dengan perusahaan ini, keadaan keuangan dan keadaan legal-nya (apakah ada ancaman hukum, dari siapa saja, mengenai hal apa, berapa besar) (Tuanakotta, 2011).

Kekeliruan dari salah saji (errors dan misstatements) dalam laporan keuangan dapat terjadi karena bermacam-macam hal, antara lain: pemrosesan transaksi tidak akurat, transaksi hilang atau terabaikan dari system akuntansi, hasil akhir (laporan keuangan) dipalsukan, pemilihan kebijakan akuntansi yang tidak tepat, estimasi akuntansi (misalnya: penyisihan piutang ragu-ragu, nilai wajar surat berharga, persediaan usang, dan lain-lain) berdasarkan analisis yang lemah atau dimanipulasikan (Tuanakotta, 2011).

(36)

Keputusan penerimaan klien memberi kesempatan khusus kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengevaluasi dan mengurangi risiko. Auditor harus mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber ketika mengevaluasi klien potensial. Standar khusus pengendalian (Quality Control Standars) dari AICPA mewajibkan Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur penerimaan klien dalam rangka meminimalkan kemungkinan berhubungan dengan klien integritas manajemennya rendah.

Menurut Hery (2013:73) Prosedur yang dapat dilakukan untuk menevaluasi klien baru adalah:

1. Memperoleh dan meninjau informasi keuangan yang ada, seperti laporan keuangan bulanan, laporan keuangan tahunan, surat pemberitahuan pajak penghasilan, dan sebagainya

2. Menanyakan kepada pihak ketiga, seperti pihak bank, pengacara, dan supplier, mengenai beberapa informasi yang terkait dengan integritas dan reputasi manajemen klien

3. Mengkomunikasikannya dengan auditor sebelumnya, sebagaimana yang diharuskan oleh standar auditing, mengenai apakah terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi, prosedur audit, atau masalah penting lainnya

4. Mempertimbangkan apakah klien baru memiliki beberapa keadaan yang memerlukan perhatian khusus atau menunjukan risiko bisnis atau risiko audit yang tidak biasanya, seperti masalah tuntutan hukum atau masalah kesinambungan usaha

(37)

5. Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit

6. Memahami syarat-syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien

7. Menentukan apakah KAP dapat bertindak independen dengan klien baru

8. Menentukan apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki keahlian dan pengetahuan teknis khusus tentang industri klien agar dapat melaksanakan penugasan secara baik, dan

9. Menentukan apakah penerimaan klien baru tersebut tidak melanggar kode perilaku professional

Meskipun untuk memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah, Kantor Akuntan Publik (KAP) harus ekstra hati-hati dalam memutuskan klien mana yang diterima. Sebisa mungkin Kantor Akuntan Publik (KAP) menolak penugasan dari klien yang memiliki reputasi manajemen yang buruk (tidak memiliki integritas). Bahkan, saat ini beberapa KAP menolak klien yang berkecimpung dalam industri tertentu yang berisiko tinggi, seperti perusahaan simpan pinjam dalam perusahaan asuransi jiwa (asuransi kesehatan dan kecelakaan).

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai berikut

Ho4 : Risiko bisnis klien, risiko audit, dan risiko bisnis auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

Ha4 : Risiko bisnis klien, risiko audit, dam risiko bisnis auditor berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2  Paradigma Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Pemilih pemula yang aktif berorganisasi baik di lingkungan sekolah/kampus maupun dalam organisasi sosial kemasyarakatan cenderung memiliki informasi politik

Dari hasil penelitian diperoleh dua isolat bakteri pelarut fosfat dari guano gua kampret Hasil pengujian pada benih tanaman cabai menunjukkan bahwa bakteri ST03 lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas terbesar ditunjukkan oleh ekstrak tembakau dengan berbagai konsentrasi mencapai 100% tidak berbeda nyata dengan

biasanya dilakukan dengan melihat taraf signifikasi yang telah dihitung secara otomatis.. Statistik inferensial dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan syarat terpenuhinya

Atas kewenangan yang dimiliki sebagai penyidik perkara korupsi, Jaksa memiliki wewenang khusus yang tertuang dalam Pasal 26 Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

[r]

“ seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur

Sistem E-Learning merupakan sistem yang dibutuhkan saat ini oleh sebuah lembaga pendidikan terutama dalam tingkat perguruan tinggi, karena dapat menigkatkan efisiensi dan