• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang konflik kepentingan yang terjadi antar stakeholders dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang konflik kepentingan yang terjadi antar stakeholders dalam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini membahas tentang konflik kepentingan yang terjadi antar stakeholders dalam pembangunan Apartemen Uttara di Dusun Karangwuni, Kabupaten Sleman yang diakibatkan oleh pengabaian substansi partisipasi publik terhadap proses kebijakan pembangunan oleh pihak pemerintah. Wadah partisipasi publik sudah disediakan oleh Pemerintah dalam proses kebijakan pembangunan di Sleman, namun yang terjadi partisipasi tersebut hanya sebatas prosedural bukan secara substantif. Hal ini mengakibatkan permasalahan yaitu suara publik tidak menjadi bagian dari pertimbangan pada proses suatu kebijakan pembangunan tersebut. Dinamika konflik inilah yang menjadi rumusan tesis dalam penelitian ini.

Pertumbuhan jumlah penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang kota sehingga dilihat dari aspek fisik geografis selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas penduduk menjadi faktor utama yang mendorong perkembangan kota. Akibatnya, ruang kota menjadi melebar ke kawasan pinggiran kota sehingga kawasan pinggiran pun berwajah kota dilihat dari aspek ekonomi maupun sosialnya. Wilayah pinggiran kota yang telah berkembang dan berwajah kota adalah kawasan utara yakni wilayah Kabupaten Sleman, khususnya di Desa Caturtunggal dan Desa Condongcatur Kecamatan Depok. Perkembangan terjadi sebagai akibat dari penempatan kawasan pendidikan, perumahan dan jasa yang ada di kawasan tersebut.

Perubahan wajah desa menjadi kota di Kecamatan Depok tersebut merupakan konsekuensi dari pertambahan penduduk di kota Yogyakarta yang diikuti dengan dinamika aktivitas perkotaan. Antisipasi terhadap perkembangan ini telah dilakukan pemerintah DIY dengan membuat Rencana

(2)

2

Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta yang di dalamnya telah dikonsep suatu penataan kawasan yang memiliki beragam pusat aktivitas kota mulai perkantoran, komersial, kebudayaan sampai fungsi pendidikan. Penataan kawasan aglomerasi ini tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 2 Tahun 2010.

Keberadaan pusat-pusat aktivitas di kawasan Depok Sleman seperti perguruan tinggi, perkantoran dan pusat bisnis telah menarik aktivitas-aktivitas lain sehingga kawasan pinggiran semakin padat. Pembangunan sistem pelayanan kota di wilayah pinggiran kota Yogyakarta memberikan pengaruh positif sebagai pendorong laju pertumbuhan kawasan perkotaan Yogyakarta. Perubahan lahan kosong menjadi kawasan terbangun, munculnya lembaga pendidikan luar sekolah, perubahan fungsi rumah menjadi penggunaan untuk jasa dan pada akhirnya memberikan dampak pembangunan ekonomi di wilayah perkotaan tersebut. Berbagai sektor ekonomi strategis tumbuh cepat di wilayah ini dalam beberapa tahun terkhir seperti pusat perbelanjaan, pusat hiburan, pertokoan modern, universitas, perumahan mewah dan bisnis hotel restoran. Hal ini mempercepat proses penjalaran ke-kotaan di Kabupaten Sleman.

Peningkatan aktivitas telah mengakibatkan peralihan fungsi lahan dari daerah pertanian menjadi kawasan terbangun seperti untuk daerah pemukiman, untuk kepentingan usaha atau kepentingan lainnya. Pada tahun 2009, lahan pertanian di Kabupaten Sleman mencapai 43,5% dari seluruh luas wilayah. Pada tahun 2012 telah berkurang menjadi 43,1% dari seluruh luas wilayah. Perubahan fungsi lahan terbesar di dua kecamatan di pinggir kota terjadi di kecamatan yang termasuk kawasan perkotaan Yogyakarta, seperti di kecamatan Mlati dan Depok penurunannya mencapai 101,47 hektar1. Peralihan fungsi lahan ini tidak hanya terjadi dari lahan persawahan menjadi perumahan saja, tetapi dapat pula terjadi dari lahan permukiman menjadi lahan usaha,

1 Arina Nurul Faizah, Mulyo Hendarto, Analisis Difusi Keruangan Di Sekitar Kawasan Perkotaan Yogyakarta ,

(3)

3

dengan perubahan fungsi lahan permukiman menjadi tempat-tempat usaha ini dapat meningkatkan nilai ekonomi lahan, dan banyak berpengaruh terhadap mata pencaharian dan pendapatan penduduk.

Perkembangan fungsi kota yang semakin tinggi intensitasnya dihadapkan pada keterbatasan lahan yang mengakibatkan sulitnya memperoleh lahan untuk mewadahi tuntutan kehidupan kota2. Demikian pula yang terjadi di kawasan Desa Caturtunggal dan Condongcatur yang semakin padat. Keterbatasan lahan telah disikapi dengan model pembangunan hunian vertikal. Pembangunan tempat hunian telah banyak yang menggunakan konsep highest and best use yaitu pemanfaatan lahan didasarkan pada kegunaan yang paling menguntungkan secara ekonomi dan memiliki tingkat pengembalian usaha (return) yang lebih tinggi dibandingkan dengan fungsi lain3 sehingga banyak terjadi alih fungsi lahan untuk tujuan-tujuan komersial.

Keberadaan apartemen merupakan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin bertambah. Apartemen telah menjadi pilihan masyarakat modern di kota-kota besar. Pada umumnya, masyarakat modern mengharapkan kepraktisan dan efisinsi waktu disertai dengan kultur kota besar yang serba cepat dapat terwadahi dengan keberadaan hunian vertikal4.

Pembangunan apartemen Uttara tidak lepas dari tuntutan kebutuhan terhadap hunian yang semakin modern. Sebagai bagian dari aktivitas sosial ekonomi, kawasan apartemen Uttara tentu akan menarik aktivitas-aktivitas lain sehingga kebutuhan akan ruang publik semakin besar, sementara luas lahan semakin sempit. Aktivitas penghuni apartemen Uttara pada akhirnya

2 Wahyu Endy Pratista, Putu Gde Ariastita, Penentuan Infrastruktur Prioritas Di Wilayah Pinggiran Kota Yogyakarta,

Jurnal Teknik POMITS, Vol. 2, No. 2, (2013), hlm 178-183.

3 Tito Murbaintoro , M. Syamsul Ma’arif , Surjono H. Sutjahjo , Iskandar Saleh, Model Pengembangan Hunian

Vertikal Menuju Pembangunan Perumahan Berkelanjutan, Jurnal Permukiman Vol. 4 No. 2 September 2009, hlm. 72-87

4 Yani Triyandani dan Sardjito, Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim

(4)

4

menambah kepadatan lalu lintas jalan Kaliurang dan sekitarnya. Pertambahan penduduk dan aktivitas di kecamatan Depok tidak diimbangi dengan pembangunan prasarana transportasi khususnya jalan sehingga menciptakan kemacetan.

Masalah yang dihadapi adalah keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya kendaraan dan orang yang berlalu-lalang menggunakan jalan tersebut. Kerugian paling dasar dari kemacetan lalu lintas adalah kerugian akan waktu tempuh, yaitu adanya pemborosan bahan bakar sehingga adanya kenaikan biaya operasi kendaraan5. Apartemen Uttara yang

dibangun dusun Karangwuni, Kelurahan Caturtunggal, Depok, Sleman sangat mungkin memperparah kemacetan di Jalan Kaliurang. Dengan 3 lantai basement, jumlah mobil yang menambah kemacetan makin banyak.

Kehadiran apartemen Uttara menjadi bagian dari pembangunan hotel, mal, dan apartemen yang beberapa tahun belakangan telah banyak menimbulkan permasalahan dan isu-isu lingkungan di Yogyakarta. Sebagai contoh adalah permasalahan keringnya sumur-sumur warga masyarakat sekitar Fave Hotel Yogyakarta. Sebabnya, Fave Hotel telah membuat sumur bor hingga kedalaman 80 meter sehingga mengubah ketersediaan air sumur yang hanya mengandalkan mata air dengan kedalaman tidak lebih dari 20 meter dari permukaan tanah6. Pembangunan apartemen Uttara dengan menawarkan hunian 19 lantai dan 3 basement tentu akan membutuhkan banyak persediaan air. Pihak apartemen menjelaskan bahwa sumur yang mereka gunakan pada kedalaman 60 meter sedangkan warga menggunakan sumur pada kedalaman 10 meter. Berdasarkan kenyataan yang

5 Imam Basuki & Siswadi, Biaya Kemacetan Ruas Jalan Kota Yogyakarta, Jurnal Teknik Sipil, Volume 9 No. 1,

Oktober 2008 : 71 - 80

6Gilang Ariya Pratama, Dio Prananda, dan Rony Wicaksono, Apartemen di Yogyakarta, Layak kah?, Mei 2015, dalam

(5)

5

terjadi di Fave Hotel atau di tempat lain, wajar bahwa kemudian warga sangat khawatir jika sumur yang biasa mereka gunakan akan mengering7.

Air adalah salah satu sumber kehidupan yang paling penting untuk manusia di mana segala aktivitasnya akan sangat memerlukan ketersediaan air. Apartemen Uttara diduga menggunakan air tanah dalam sehingga akan berakibat sumur masyarakat sekitar akan mengering dan harus membayar kepada PDAM8. Pihak apartemen juga kurang mampu memanfaatkan lahan resapan, hal ini dibuktikan dengan dibuatnya 3 basement ke bawah. Secara langsung maupun tidak langsung hal ini akan mempengaruhi resapan air yang berimbas pada ketersediaan air di sekitar pemukiman warga.

Apartemen Uttara berdiri tentu karena ada ijin dari pemerintah kabupaten Sleman, terlepas dari bagaimana proses ijin tersebut dikeluarkan. Dalam hal ini, pemerintah berkepentingan terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya apartemen Uttara

tersebut seperti pajak, lapangan pekerjaan baru, dan efek berupa munculnya aktivitas ekonomi penghuni apartemen Uttara. Namun demikian, Perencanaan kota mengatur lokasi aktivitas suatu tata guna lahan agar dapat sekaligus mengatur aksesibilitas kota tersebut karena setiap tata guna lahan memiliki dampak pada bangkitan dan tarikan lalu lintas serta sebaran pergerakannya9.

Pembangunan apartemen Uttara dengan kemungkinan dampak positif dan negatifnya telah menimbulkan konflik kepentingan banyak pihak baik pemerintah, pihak swasta yaitu investor, penghuni, masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Pemerintah berkepentingan untuk menata kawasan agar terbangun fasilitas hunian bagi

7Prima S. W, Bahaya Sumur Kering, Warga Karangwuni Tolak Apartemen, dalam http://literasi.co, diakses tanggal

12 Juni 2015op.cit.

8Prima S. W. Op.cit, http://literasi.co, diakses tanggal 12 Juni 2015

(6)

6

masyarakat perkotaan meskipun secara administratif berstatus sebagai Desa. Pemerintah juga berkepentingan untuk memajukan aktivitas perekonomian warga. Investor berkepentingan untuk mendapatkan profit dari penjualan ataupun sewa apartemen. Penghuni apartemen berkepentingan untuk mendapatkan tempat hunian yang praktis dan efisien seperti layaknya di kota-kota besar. Masyarakat sekitar berkepentingan pada kepastian ketersediaan air bersih dan aksesibilitas dan mobilitas tidak terganggu oleh adanya aktivitas apartemen Uttara. LSM berkepentingan terhadap tegaknya aturan dan konsistensi pemerintah dalam membuat kebijakan.

Masing-masing pihak memiliki argumentasi yang mendukung kepentingannya serta melemahkan argumentasi pihak lain yang menentangnya. Dampak seperti berkurangnya ketersediaan air, kemacetan lalu lintas dan tidak adanya resapan air yang disediakan apartemen Uttara telah menjadi alasan masyarakat dan LSM untuk menolak apartemen

Uttara. Secara administratif, prosedur pembangunan apartemen Uttara juga dianggap telah menyalahi prosedur.

Konflik kepentingan sudah terjadi sejak awal sosialisasi tanggal 25 Oktober 2013 di Rt 01 Rw 01 Dusun Karangwuni Desa Caturtunggal, kecamatan Depok. Warga menolak pendirian apartemen Uttara yang direncanakan berdiri di lahan seluas 1.660 meter persegi oleh pengembang yaitu PT. Bukit Alam Permata di atas lahan rumah milik Edhie Sunarso. Sosialisasi kedua terjadi pada bulan Desember 2013 warga tetap menolak. Meksipun ada penolakan warga, proses pembangunan apartemen tetap dimulai. Warga menyatakan protes langsung kepada pihak manajemen apartemen Uttara melalui aksi demonstrasi di sekitar lokasi pembangunan pada tanggal 29 April 2014. Penolakan warga juga disampaikan kepada DPRD Kabupaten Sleman dan

(7)

7

Bupati Sleman. Demonstrasi warga kembali dilakukan tepat pada tanggal 13 Juni 2014 bertepatan dengan peresmian kantor pemasaran Uttara di atas tanah tempat apartemen akan dibangun10.

Sikap pemerintah kabupaten Sleman, baik DPRD ataupun bupati menunjukkan pembelaan terhadap pihak pengembang dengan menyatakan bahwa pemerintah tidak bisa menghentikan karena semua persyaratan pendirian sudah dipenuhi. Manajemen mengklaim Uttara juga menyatakan tidak melanggar regulasi pemerintah11.

Konflik penolakan pembangunan apartemen Uttara ini sejak akhir tahun 2013 hingga saat penelitian ini dilakukan telah melibatkan banyak aktor, baik dari pihak swasta (pengembang dan pelaksana proyek pembangunan apartemen Uttara), masyarakat sekitar lokasi, masyarakat dari 6 pedukuhan yang mengalami keresahan yang sama, hingga pihak instansi pemerintah (Dukuh, Lurah, Camat, Sekda Sleman, Dinas Sleman, Bupati Sleman, DPRD Kabupaten Sleman dan DPRD Provinsi DIY, serta Kementerian Hukum dan HAM), serta LSM yaitu paguyuban warga dan WALHI.

LSM yang aktif melakukan penolakan yaitu Paguyuban Warga Karangwuni Tolak Apartemen Uttara (PWKTAU) dengan didampingi dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) DIY dan Pusat Studi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi (PSHD) Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Sikap masyarakat dan LSM tersebut sama yaitu menghentikan dan menolak pembangunan apartemen Uttara12. Penolakan terhadap apartemen Uttara juga dilakukan ke DPRD Provinsi DIY pada tanggal 18 Februari 2015. Hasil dari pertemuan tersebut, terbit rekomendasi dari DPRD Provinsi DIY yang di antaranya adalah: 1) Bupati Sleman untuk menaati dan melaksanakan isi surat DPRD Kabupaten Sleman Nomor 648/115/2014, tertanggal 28 Mei 2014;

10Prima S. W. Op.cit, http://literasi.co, diakses tanggal 12 Juni 2015 11 Ibid.

(8)

8

2) Mendukung moratorium sampai dengan terbitnya regulasi yang lebih lengkap (antara lain RTRW, RDTR, dan Strata Title); 3) LBH agar lebih aktif untuk mendorong audit perijinan, dan 4) Mendesak pemerintah Kabupaten Sleman untuk meninjau kembali perijinan pembangunan Apartemen Uttara13.

Konflik kepentingan terkait pembangunan apartemen Uttara telah berlarut-larut menunjukkan adanya dinamika yang menarik untuk diteliti. Suatu konflik muncul ke permukaan hingga mencapai puncak dan berlanjut ke proses penurunan eskalasi konflik pasti melalui berbagai upaya yang melibatkan banyak pihak, baik yang pro terhadap pembangunan apartemen Uttara

ataupun yang menolaknya. Penelitian ini menarik dilakukan untuk mengkaji dinamika konflik kepentingan yang melibatkan banyak stakeholders apartemen Uttara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Mengapa konflik kepentingan antar stakeholders dapat terjadi dalam

pembangunan apartemen Uttara di Kabupaten Sleman?”

13 “Tolak Pembangunan Apartemen Uttara, Warga Karangwuni Datangi DPRD DIY” , http://www.dprd-diy.go.id,

(9)

9

Dalam thesis ini konflik kepentingan seperti ini dapat terjadi akibat adanya pengabaian subtansi partisipasi publik dalam proses kebijakan pembangunan Apartemen di Kabupaten Sleman.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemetaan konflik kepentingan yang sedang terjadi dalam pembangunan apartemen Uttara di Kabupaten Sleman.

1.4. Batasan Penelitian

Mengingat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki peneliti dan kondisi konflik yang masih terus berjalan (sejak 2013 hingga 2016 ini masih belum juga selesai), maka dalam penelitian ini diterapkan batasan penelitian yaitu sebatas pembahasan tentang konflik kepentingan antar

stakeholders pada konflik pembangunan apartemen Uttara. Penelitian akan lebih mengulas pada pemetaan aktor dan kepentingannya dalam konflik ini.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

- Sebagai bahan pembelajaran untuk melakukan penelitian terkait dengan konflik

(10)

10

- Untuk menambah wawasan dan pengetahuan untuk melakukan penelitian tentang dinamika kebijakan publik.

2. Bagi Pemerintah

- Sebagai bahan informasi dalam rangka perumusan kebijakan dalam menyelesaikan konflik.

- Sebagai bahan rekomendasi untuk pemerintah agar dapat lebih memperhatian segala bentuk kebijakan yang dikeluarkan agar berpihak pada publik dan tidak menimbulkan konflik berkepanjangan.

3. Bagi Akademisi

- Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

- Sebagai bahan kajian untuk merumuskan metode yang tepat dalam penyelesaian konflik.

4. Bagi Masyarakat

- Sebagai bahan pembelajaran tentang gerakan sosial yang dapat diupayakan oleh masyarakat untuk mengkritisi kebijakan pembangunan yang sekiranya tidak sesuai dengan peraturan perundangan.

- Sebagai bahan pembelajaran tentang arti persatuan bagi masyarakat dalam mengkritisi dan melakukan upaya perlawanan untuk menjaga daerahnya agar terhindar dari pembangunan yang berdampak negatif bagi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal.

1.6. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terkait dengan peran stakeholders dan juga konflik kebijakan tentunya telah banyak diteliti. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan sebagai referensi

(11)

11

ataupun pembanding dalam menganalisis masalah dalam penelitian ini. Beberapa penelitian terkait seperti di bawah ini.

1. Penelitian Reynold Uran dengan judul “Analisis Konflik Pembangunan Rumah Ibadat Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Studi Kasus Pembangunan Masjid Di Kota Kupang Dan Kabupaten TTU)”14.

Penelitian ini mengkaji tentang fase-fase konflik sesuai konsep spiral of unmanaged conflict, mulai dari fase kemunculan, terjadi pemihakan, penguatan posisi, fase muncul sumber daya baru, fase berkembang keluar komunitas, terjadinya penyimpangan persepsi, fase muncul kondisi kritis sampai hasil akhir yang bervariasi. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya faktor-faktor yang menginisiasi konflik maupun faktor yang kemudian bisa menyelesaikan konflik yang muncul di tiap fase konflik seperti faktor prosedur atau teknis yang berfungsi paradoks untuk kedua konflik, faktor isu yang menyertai konflik yang membuat konflik makin kompleks, faktor aksi masyarakat dalam berkonflik, tipe konflik yang berbeda antara dua konflik, dimensi lokalitas konflik, faktor peran pemerintah daerah dan polisi, FKUB, Media Massa dan bagaimana hasil akhir yang bervariasi dari kedua konflik.

2. Penelitian Dyah Setyowati Anggrahita tentang pihak-pihak dalam Konflik Ruang Terbuka Hijau Babakan Siliwangi, Kota Bandung15.

Hasil penelitian menunjukkan Kepentingan Pemerintah Kota Bandung untuk menunjuk investor sebagai pengelola Babakan Siliwangi memicu berbagai reaksi dari

14 Reynold Uran, Analisis Konflik Pembangunan Rumah Ibadat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Studi Kasus

Pembangunan Masjid di Kota Kupang dan Kabupaten TTU), Tesis, Magister Perdamaian & Resolusi Konflik UGM, 2013.

15 Dyah Setyowati Anggrahita, Analisis Para Pihak dalam Konflik Ruang Terbuka Hijau Babakan Siliwangi, Kota

(12)

12

masyarakat, hingga pemerintah kota mengeluarkan resolusi yang mengarahkan Babakan Siliwangi agar dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau hutan kota. Pemangku kepentingan dalam penataan Babakan Siliwangi meliputi pemangku kepentingan sektor publik yaitu pemerintah kota dan DPRD, pemangku kepentingan sektor swasta yaitu PT. Esa Gemilang Indah, sedangkan pemangku kepentingan sektor sipil adalah ITB, Sanggar Olah Seni, Mitra Art Space, Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia, serta koalisi masyarakat seperti Masyarakat Peduli Babakan Siliwangi, Bandung Inisiatif, dan Bandung Creative City Forum. Pemerintah kota adalah pihak dengan pengaruh tinggi-kepentingan tinggi, DPRD adalah pihak dengan pengaruh tinggi-tinggi-kepentingan rendah, PT. Esa Gemilang Indah, ITB, Sanggar Olah Seni, Mitra Art Space, dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia adalah pihak dengan pengaruh rendah-kepentingan tinggi, sedangkan koalisi masyarakat seperti Masyarakat Peduli Babakan Siliwangi, Bandung Inisiatif, dan Bandung Creative City Forum merupakan pihak dengan pengaruh rendah-kepentingan rendah.

3. Penelitian John Petrus Talan tentang konflik pembangunan embung di NTT terkait dengan tata kelolah air dan tantangan penyediaan air melalui bendungan di Indonesia.16

Penelitian ini menganalisis konflik antara pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan publik, dan masyarakat pemilik lahan dalam proses pengadaan air skala besar. Konflik semacam ini berpotensi terjadi, karena pada umumnya proyek pengadaan air mengincar daerah dataran rendah yang subur sebagai lokasi penangkap air, baik

16John Petrus Talan, Masa Depan Tata Kelolah Air dan Tantangan Penyediaan Air Melalui Bendungan di Indonesia:

Studi Kasus Konflik Pembangunan Embung di NTT, Institute of Resource Governance and Social Change, Working Paper Series - WP 13 (3 [www.irgsc.org]). Hlm. 1- 34

(13)

13

menggunakan bendungan maupun embung. Tulisan ini membahas bagaimana masyarakat cenderung berada di posisi kalah ketika berhadapan dengan para teknokrat.

Studi kasus konflik pembangunan embung/bendungan di NTT menunjukan bahwa hingga saat ini orientasi konstruksi top-down masih dominan dalam lembaga negara yang memilik tanggungjawab untuk menyediakan kebutuhan air baku yakni Kemeterian PU melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Balai Wilayah Sungai (BWS). Di tengah keinginan pemerintah untuk melakukan perbaikan terhadap jaringan irigasi yang rusak dan membangun bendungan sebagai upaya untuk menyediakan air demi kedaulatan pangan dan kemandirian ekonomi, konflik air merupakan tantangan yang harus dipecahkan dengan menata institusi penyedia air. Konflik sosial terkait dengan penyediaan air pada dasarnya menunjukan bahwa ada sesuatu yang salah baik itu pendekatan maupun prosedur yang dilangkahi. Refleksi dalam pembangunan dan penyediaan air perlu dilakukan sebelum melaksanakan kebijakan terkait penyediaan air.

Sementara dalam penelitian ini, peneliti mencoba meneliti tentang bagaimana masing-masing stakeholders atau para pemangku kebijakan tersebut berperan dalam penyelesaian kasus konflik dalam pembangunan apartemen Uttara. Melalui konflik kepentingan yang terjadi, penelitian ini juga mengkaji tentang pengaruh konflik kepentingan yang terjadi antara stakeholders tersebut dalam penyelesaian konflik pembangunan apartemen Uttara di Kabupaten Sleman.

Referensi

Dokumen terkait

2.9.5 Tempoh maksimum bagi ketidakhadiran bersebab adalah lima (5) hari sepanjang semester / modul. 2.9.6 Sekiranya pelajar mendapat sijil cuti sakit / surat kebenaran cuti, jumlah

214). Anggota populasi adalah elemen populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung yang datang ke Bandung Indah Waterpark. Pemilihan populasi tersebut karena

nasi yang dibentuk seperti gunungan atau setengahlingkaran yang ditaruh di atas tampah yang dilengkapi dengan lauk pauk, digunakan untuk kenduri. s|gO gOlOG nasi

Widhari (2012) Analisis Faktor- Faktor yang Memotivasi Mahasiswa Berkeinginan Menjadi Wirausaha Dependen : Berkeinginan Menjadi Wirausaha Independen : Faktor-Faktor

Panel juri independen Danamon Award 2008 terdiri dari para individu terkenal dengan latar belakang yang beragam, yaitu; Ade Suwargo Mulyo, Senior Project Manager

A1, A4, A5, B1, B2, B3 6 6 Mengidentifikasi peran bahasa dalam pembangunan bangsa Peran bahasa dalam pembangunan bangsa Ceramah dan Diskusi Ketepatan resume,

Pernyataan P6 tersebut menghasilkan dalam prosentase interpretasi 80%, dengan demikian siswa menyatakan perpaduan warna keseluruhan yang ada pada aplikasi

bahwa berdasarkan pertimbangan yang dimaksud pada huruf a perlu ditetapkan keputusan Kepala Puskesmas Muara Bulian tentang tata naskah dokumen Puskesmas Muara Bulian;.. Mengingat