BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar.
paling luar. Hal ini Hal ini disebabkan jenis disebabkan jenis jamur ini jamur ini tidak dapat tidak dapat mengeluarkan zat mengeluarkan zat yangyang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel luar. Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,
bulat, bertunas, bertunas, berdinding berdinding tebal tebal dan dan memiliki memiliki hifa hifa yang yang berbatang berbatang pendek pendek dandan bengkok,
bengkok, biasanya biasanya tidak tidak menyebabkan menyebabkan tanda-tanda tanda-tanda patologik patologik selain selain sisik sisik halushalus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.
lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.
Tinea versikolor/Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering Tinea versikolor/Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur Robin. Mallasezia furfur Robin, terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur Robin. Mallasezia furfur Robin, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Penyakit jamur kulit ini adalah saprofit menjadi patogen belum diketahui. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit
penyakit yang yang kronik kronik dan dan asimtomatik asimtomatik ditandai ditandai oleh oleh bercak bercak putih putih sampai sampai coklatcoklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Di terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Di Indonesia mungkin lebih dikenal sebagai penyakit kulit karena
Indonesia mungkin lebih dikenal sebagai penyakit kulit karena jamur yang disebutjamur yang disebut
“
“ panu panu”,”, Tinea versicolor adalah infeksi jamur umum yang sering ditemukan padaTinea versicolor adalah infeksi jamur umum yang sering ditemukan pada dewasa dan remaja. Sebutan versicolor berasal dari fakta bahwa infeksi ini dewasa dan remaja. Sebutan versicolor berasal dari fakta bahwa infeksi ini menyebabkan kulit yang terlibat mengalami perubahan warna, baik menjadi lebih menyebabkan kulit yang terlibat mengalami perubahan warna, baik menjadi lebih gelap maupun menjadi lebih terang, daripada area kulit sekitarnya.
gelap maupun menjadi lebih terang, daripada area kulit sekitarnya.
Tinea versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai Tinea versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembapan tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit kelembapan tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian tinea versikolor sama di semua ras. Angka kejadian gelap, namun angka kejadian tinea versikolor sama di semua ras. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit
penyakit ini ini lebih lebih sering sering terjadi terjadi pada pada usia usia 10-19 10-19 tahun. tahun. Beberapa Beberapa faktor faktor dapatdapat meningkatkan angka terjadinya tinea versikolor, diantaranya adalah turunnya meningkatkan angka terjadinya tinea versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor suhu, kelembaban udara, hormonal dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PITIRIASIS VERSIKOLOR
2.1.1 Definisi
Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur Robin adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.1
2.1.2 Sinonim
Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor flava dan panu.
2.1.3 Epidemiologi
Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah tropis oleh karena tingginya temperatur dan kelembaban. Pitiriasis versikolor menyerang semua usia terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita berusia 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09% pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada namun diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis terkena penyakit ini, sedang di negara subtropis, yaitu Eropa tengah dan utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur.1,2
2.1.4 Etiologi
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malassezia furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, Pityrosporum orbiculare) yaitu jamur lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan folikel rambut. Jamur ini merupakan organisme oportunistik yang membutuhkan asam lemak untuk tumbuh. Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran seperti
sphagetti atau meatball saat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2 bentuk, yaitu bentuk hifa (pseudohifa) yang merupakan bentuk vegetatif, dan bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup.
2.1.5 Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang
sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban.1
Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen dapat endogen atau eksogen. Faktor endogen dapat disebabkan diantaranya oleh defisiensi imun, malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cushing, terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif. Faktor eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan keringat. Hal ini merupakan penyebab sehingga pitiriasis versikolor banyak dijumpai di daerah tropis dan pada musim panas di daerah subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik dimana mengakibatkan peningkatan
konsentrasi CO2, mikroflora dan pH.1,2
Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari yang masuk ke dalam lapisan kulit yang mengganggu proses pembentukan melanin, adanya toksin yang langsung menghambat pembantukan melanin, dan adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh pityrosporum dari asam lemak dalam sebum yang merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase.2
2.1.6 Gejala klinis
Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berflourensensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.
Penderita umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang umumnya muncul saat berkeringat. Ukuran dan bentuk lesi sangat bervariasi bergantung lama sakit dan luasnya lesi. Pada lesi baru sering dijumpai makula skuamosa folikular. sedangkan lesi primer tunggal berupa makula dengan batas sangat tegas tertutup skuama halus. Makula umumnya khas berbentuk bulat atu oval tersebar pada daerah yang terkena. Pada kasus yang lama tanpa pengobatan lesi dapat bergabung membentuk gambaran seperti pulau yang luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus di daerah berhawa dingin dapat sembuh total. Pada sebagian besar kasus pengobatan akan menyebabkan lesi berubah menjadi makula hipopigmentasi yang akan menetap beberapa bulan tanpa adanya skuama.1,2
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan lampu Wood, dan sediaan langsung. Gambaran klinis berupa bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas
sampai difus. Fluoresensi lesi kulit pada pemeriksaan lampu Wood berwarna kuning keemasan dan pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.1,3
2.1.8 Diagnosis banding
Penyakit-penyakit kulit yang bisa menyerupai tinea versikolor adalah seperti vitiligo dan pitiriasis alba. Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik yang ditandai dengan adanya macula putih yang dapat meluas. Makula bisa berwarna putih dengan diameter beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter, bulat atau lonjong dengan batas tegas dan kadang-kadang terlihat makula hipomelanotik selain makula apigmentasi. Vitiligo umumnya mengenai kulit di sekitar mata atau persendian. Untuk menegakkan vitiligo dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan hematosiklin eosin di mana pada pemeriksaan tidak ditemukan melanosit.1,4
Pitiriasis alba merupakan bentuk dermatitis yang tidak spesifik yang ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi. Dibedakan dengan vitiligo dan tinea versikolor dengan menggunakan pemeriksaan mikroskop electron di mana akan terlihat penurunan jumlah dan berkurangnya ukuran melanosom.1,4
Morbus Hansen mempunyai ciri-ciri makula hipopigmentasi yang khas yaitu makula anestesi, alopesia, anhidrosis dan atrofi. Lesi dapat satu atau lebih banyak, berbatas tegas dengan ukuran yang bervariasi. Kelainan ini terjadi karena
menurunnya kativitas melanosit.
2.1.9 Pengobatan
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat-obatan yang dapat dipakai misalnya: suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi. Obat-obat lain yang berkhasiat terhadap penyakit ini adalah: salisil spiritus 10%; derivat-derivat azol, misalnya mikonazol,
klotrimazol, isokonazol dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%; tolsiklat; tolnaftat, dan haloprogin. Jika sulit disembuhkan ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 10 hari.1,2
2.1.10 Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.1,2
BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An.FN
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tanjung
Status pernikahan: Belum menikah
Pendidikan : SMA Agama : Islam Suku : Melayu No.RM : 104816 Tanggal : 27 Juni 2014 3.2 ANAMNESIS Keluhan Utama:
Bercak-bercak putih disertai rasa gatal di punggung bawah, lipatan paha, dan kulit kepala sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak 5 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbul bercak-bercak putih di lipatan paha yang disertai rasa gatal. Awalnya bercak putih hanya di lipatan paha,
kemudian menyebar ke punggung bawah dan kulit kepala. Pasien juga mengeluh, gatal dirasakan semakin bertambah saat berkeringat terutama pada siang hari, sehingga pasien sering menggaruknya, dan kulit luar sering ikut terkelupas, tetapi tidak disertai keluarnya cairan dan darah. Tidak ada keluhan nyeri di lipatan paha, punggung bawah ataupun kulit kepala pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan di sangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat alergi keluarga disangkal.
Riwayat Pengobatan:
Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas 2 bulan yang lalu, diberikan obat salep warna putih dan dioleskan 2 kali sehari, keluhan dirasakan berkurang.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK Status Generalisata
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis cooperatif Keadaan gizi : baik
Pemeriksaan thorax : dalam batas normal Pemeriksaan abdomen : dalam batas normal
Status Dermatologis
Lokasi : regio punggung bawah, pubis, capitis Distribusi : regional
Bentuk : teratur bulat, tidak teratur Susunan : anular, polisiklik
Batas : sirkumskrip
Ukuran : lentikular, numular, plakat
Kelainan selaput/mukosa : tidak ditemukan kelainan Kelainan mata : tidak ditemukan kelainan Kelainan kuku : tidak ditemukan kelainan Kelainan rambut : tidak ditemukan kelainan
Kelainan KGB : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lesi kulit dengan lampu Wood
Pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 20%
3.5 RESUME
Seorang anak perempuan umur 19 tahun, pekerjaan pelajar, belum menikah, datang ke poli kulit RSUD Bangkinang dengan keluhan te rdapat bercak- bercak putih disertai rasa gatal di punggung bawah, lipatan paha dan kulit kepala sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih hanya di lipatan paha, kemudian menyebar ke punggung bawah dan kulit kepala. Gatal dirasakan semakin bertambah saat berkeringat terutama pada siang hari. Tidak ada keluhan nyeri di lipatan paha, punggung bawah ataupun kulit kepala pasien. Sudah pernah berobat ke puskesmas diberi obat salep, keluhan berkurang. Keluhan ini belum pernah dialami sebelumnya, riwayat alergi makanan dan obat-oabatan disangkal, riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang sama disangkal. Status dermatologis didapatkan lokasi di regio punggung bawah, pubis dan capitis, distibusi regional, bentuk teratur bulat dan tidak teratur, susunan anular dan polisiklik, batas sirkumskrip, ukuran lentikular sampai plakat, efloresensi makula hipopigmentasi dengan skuama halus diatasnya.
3.6 DIAGNOSIS Tinea Versikolor
3.7 DIAGNOSIS BANDING Vitiligo
3.8 PENATALAKSANAAN Terapi Umum:
Menjaga kebersihan badan dan mengurangi kegiatan yang menyebabkan keringat berlebihan
Memakai pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu ketat
Terapi Khusus:
Topikal: salep ketokonazol 2 x sehari
Sistemik: ketokonazol 1 x 200 mg selama 5-10 hari
3.9 PROGNOSIS
Quo ad sanam : bonam Quo ad vitam : bonam Quo ad fungsionam : bonam Quo ad kosmetikum : bonam
BAB IV PEMBAHASAN
Diagnosis pityriasis versikolor pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis diketahui bahwa pasien mengeluh bercak-bercak putih yang disertai rasa gatal di punggung bawah, lipatan paha dan kulit kepala sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih hanya di lipatan paha, kemudian menyebar ke punggung bawah dan kulit kepala. Gatal dirasakan semakin bertambah saat berkeringat terutama pada siang hari. Tidak ada keluhan nyeri di lipatan paha, punggung bawah ataupun kulit kepala pasien. Keluhan pasien pada kasus ini sesuai dengan gejala subyektif yang sering dikeluhakan oleh pasien pitiriasis versikolor, yaitu berupa bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat.
Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan lokasi di regio punggung bawah, pubis dan capitis, distibusi regional, bentuk teratur bulat dan tidak teratur, susunan anular dan polisiklik, batas sirkumskrip, ukuran lentikular sampai plakat, efloresensi makula hipopigmentasi dengan skuama halus diatasnya. Gambaran dermatologis pada kasus ini sesuai dengan gejala objektif pada pasien pitiriasis versikolor yaitu, bercak/makula hipopigmentasi dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, berbatas tegas dan tertutup skuama. Pada kasus ini, lamanya lesi tanpa pengobatan yang adekuat sehingga beberapa lesi bergabung membentuk
gambaran seperti pulau yang luas berbentuk polisiklik.
Pitiriasis versikolor dapat diterapi secara topikal maupun sistemik. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pitiriasis versikolor yang luas atau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil. Pada kasus ini pasien diberikan terapi topikal salep ketokonazol 2 kali sehari dan terapi sistemik ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari. Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsiste n.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam, cetakan pertama, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010; 99
–
100.2. Partogi, Dona. Pityriasis Versikolor dan Diagnosis Bandingnya. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, RSUP H.Adam Malik, Medan, 2008.
3. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. Jakarta; EGC, 2005.
4. Kuswadji, Budimulya U, Sunoto, Tjokronegoro A. Mikosis Superfisial. Avalaible at http://repository.usu.ac.id.