• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Delay Development

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penatalaksanaan Fisioterapi pada Delay Development"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

LAPORAN

EE ARLY CLIARLY CLI NINI CAL CAL EE XPXPOOSUSURE RE 

 (ECE)

 (ECE)

DELAY

DELAY DEVEDEVE LOLOPMENTPMENT

Disusun oleh : Disusun oleh : Muhammad Faris Muhammad Faris 1610301237 1610301237

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH‘AISYIYAH

YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2018 2018

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EARLY CLINICAL EXPOSURE (ECE)  DELAY DEVELOPMENT

Disusun oleh :

Muhammad Faris Nuuruddin

Untuk memenuhi tugas Semester Genap

Oleh :

Pembimbing : Nindha Prabaningrum, S.Ftr Tanggal :

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv BAB I PENDAHULUAN ... 1. 1. Latar Belakang ...1 1. 2. Rumusan Masalah ...1 1. 3. Tujuan ...1 BAB II PEMBAHASAN ... 2. 1. Pengertian ...2 1. 2. Epidemiologi ...2 2. 3. Patofisiologi ...3

2. 4. Tanda dan Gejala...3

2. 5. Pengkajian Fisioterapi ...4

2. 6. Diagnosis ...5

2. 7. Manajemen Fisioterapi ...5

2. 8. Prognosis ...8

2. 9. Acuan Penelitian yang Mendukung ...8

BAB III PENUTUP ... 3. 1. Kesimpulan ...10

3. 2. Saran ...10 DAFTAR PUSTAKA ... Lampiran ...

(4)

KATA PENGATAR

Segala puji bagi Allah SWT yang mana berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah  Early Clinical Exposure  (ECE) Semester Genap tepat pada waktu yang ditentukan.

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu  Nindha Prabaningrum, S.Ftr., karena telah membimbing dalam pembuatan laporan ini, sehingga menjadi lebih baik. Dan tak lupa kepada berbagai pihak yang telah membantu dari awal sampai terselesaikannya laporan ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada pembaca dan semuanya, saya meminta kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk saya dan umumnya untuk pembaca.

Metro, 8 Februari 2018

(5)

BAB I

PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan semua aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa kemampuan penting menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan  peranan motivasi, pengajaran dan dukungan selama pertumbuhannya.

Masalah pada tumbuh kembang anak yang sering dijumpai adalah  Delay  Develpment. Delay Development (DD) adalah ketertinggalan secara signifikan  pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak akan mengalami ketertundaan dalam perkembangannya. (Mahendra & Susanti, 2015).

Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar anak mampu merangkak sehingga dpat meningkatkan kemampuan fungsionalnya (Waspada, 2010). Beberapa metode yang digunakan oleh fisioterapis RS Muhammadiyah Metro adalah  Neurostructure, mobilisasi trunk , latihan gerak fungsional, dan latihan perseptual.

1. 2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah  bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Delay Development ?

1. 3. Tujuan Tujuan umum:

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa dan mengambil kesimpulan tentang kasus Delay Development.

Tujuan khusus:

Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi yang tepat pada kasus  Delay Devlopment.

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2. 1. Pengertian

 Delay Development   adalah keterlambatan tumbuh kembang anak berupa ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan kondisi tersebut akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya (Wahyono, 2008).

Hidrosepalus adalah kondisi penumpukan cairan didalam kontak otak yang mengakibatkan meningkatnya pada otak. Cairan serebrospinal biasanya mengalir melalui ventrikel dan menggenangi otak dan tulang belakang. Jika tekanan cairan serebrospinal terlalu banyak, maka jaringan otak akan rusak dan menyebabkan gangguan dalam fungsi otak. (Banu, 2017)

2. 2. Epidemiologi

Prevalensi Delay Development sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan di Amerika Serikat angka kejadian  Delay Development diperkirakan 1%-3% dari anak-anak berumur <5 tahun. (Walters, 2010). Sementara di Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK). Hasilnya, 22 anak mengalami Delay Development dari 476 anak. (Perna, 2013)

Penyebab Delay Development  dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :

a. Faktor Herediter

Merupakan faktor yang dapat di turunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping faktor lain. Yang termasuk faktor herediter antara lain :

1. Jenis kelamin 2. Ras

3. Suku bangsa  b. Faktor Lingkungan

(7)

Merupakan faktor yang memegang peran penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah di miliki. Faktor lingkungan meliputi :

1. Lingkungan Pranatal yang meliputi kurang nya gizi pada saat ibu hamil, posisi janin pada uterus,zat kimia pengaruh obat obatan, hormonal (sematrotopin,plasenta,tiroid,insulin), infeksi dan stress. 2. Lingkungan Postnatal yang meliputi : budaya lingkungan , status

sosial ekonomi , nutrisi ,iklim atau cuaca , olah raga atau latihan fisik , posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.

1. 3. Patofisiologi

Keterlambatan perkembangan motorik anak diartikan sebagai keterlambatan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik anak. Perkembangan pengendalian gerakan tubuh meliputi kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.

Keterlambatan perkembangan gerakan motorik anak dapat dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah aspek yang  berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot tubuh yang besar. Contohnya menegakkan kepala, tengkurap, merangkak, berjalan, berlari dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi diperlukan koordinasi yang cermat, contohnya memegang benda kecil dengan jari telunjuk dan ibu  jari, memasukan benda kedalam botol, menggambar. (Khan & Underhill,

2006)

2. 4. Tanda dan Gejala

Ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang pasien bila dibandingkan dengan pasien normal seusianya. (Mahendra & Susanti, 2015).

(8)

2. 5. Pengkajian fisioterapi 2. 5.1. Narasumber Informasi

Fisioterapis : Tukino, S.Fis Orangtua Pasien : Ny Ani

Tempat : RS Muhammadiyah Metro

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif Analitik untuk mengetahui assessment dan perubahan yang dapat diketahui. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan interview kepada orang tua pasien, Fisioterapis dan observasional pada seorang pasien dengan kondisi Delay Development .

Tgl Pembuatan Laporan : 8 Februari 2018 Kondisi/kasus : Delay Development 

I. KETERANGAN UMUM  Nama : An. M I

Umur : 18 bulan Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Seputih Banyak

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT A. DIAGNOSIS MEDIS:

 Delay Development  pada Hidrosepalus B. CATATAN KLINIS:

Prenatal: kondisi ibu dan kandungan sehat

 Natal: pasien lahir normal, cukup umur dengan BBL 3kg Post natal:

C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT): Fisioterapi 3 kali seminggu (Senin, Rabu, Jumat) D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER:

Mohon diberikan tindakan fisioterapi pada An M. I dengan diagnosa  Delay Development .

(9)

2. 6. Diagnosis 2. 6.1. Anamnesis

Fisioterapis memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan orangtua tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat setiap keterlambatan perkembangan, perubahan tubuh dan kurang responsifnya anak tersebut, sehingga perlu perhatian khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah perhatian yang berbeda. Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi, resiko biologi akibat dari gangguan prenatal atau perinatal,  perubahan lingkungan akibat salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang

sudah secara jelas terdiagnosis saat infant.

2. 6.2. Pemeriksaan Fisik

Suatu metode screening pada kelainan perkembangan pasien, dengan  prosedur pemeriksaan sebagai berikut :

a. Menetapkan umur kronologis pasien terlebih dahulu, dengan menanyakan tanggal lahir pasien yang akan diperiksa. Dengan menggunakan patokan 1  bulan sama dengan 30 hari, 12 bulan dalam satu tahun.

 b. Apabila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari maka dibulatkan ke  bawah, namun jika sama dengan atau lebih dari 15 hari maka dibulatkan

ke atas.

c. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Selanjunya dihitung pada masing-masing sektor, berapakah nilai ‘P’ dan nilai ‘F’.  (Mahendra & Susanti, 2015)

2. 7. Manajemen Fisioterapi

Pasien merupakan Seorang balita laki-laki bernama M.I, berumur 18  bulan, beralamat di Seputih Banyak. Beragama islam, dengan diagnosa Delay  Development   datang ke fisioterapi dengan pasien belum bisa memiringkan tubuh, duduk, merangkak, berdiri, berjalan,dan berbicara secara lancar dan sempurna. Dari pemeriksaan didapatkan diagnosa fisioterapi sebagai berikut:

(10)

a. Impairment

1. Hypotonus postural

2. Adanya gangguan otot-otot trunk 3. Gangguan gerak motorik

 b. Fungtional Limitations

Pasien hanya mampu terlentang, pasien di bantu orang tua untuk memiringkan tubuh, duduk, merangkak, berdiri, berjalan.

c. Disability

Keterbatasan untuk bermain bersama teman-teman seusianya.

Pada pasien ini diberikan modalitas fisioterapi sebanyak 3 kali dalam 1 minggu dengan modalitas berupa  Neurostucture,  Mobilisasi Trunk , latihan gerak fungsional, latihan perseptual. Adapun tujuan dari modalitas-modalitas tersebut adalah menormalisasi tonus, head control, koreksi postur, memperbaiki sensoris, dan memaksimalkan aktifitas fungsional agar pasien mampu melakukannya secara mandiri.

2. 7.1. Neurostructure

Konsep Neurostructure adalah suatu pendekatan untuk kasus atau kondisi neurologi untuk menghubungkan brain dengan body, berdasarkan  perkembangan biologi, psikologi, neuro, sosio dan kognitif pasien. Prinsip NS  berdasarkan reflex alam yaitu, centering, grouunding, stability, balancing, gravitasi dan righting. Yang bermanfaat untuk membuka gerbang sensoris anak, menghilangkan ketegangan tendon guard refleks, struktur tubuh, serta mengaktifkan kerja receptors yang berhubungan dengan sentuhan dan tekanan (Takarini, 2015).

Posisi pasien : (a) pasien tidur terlentang, (b) miring kanan, (c) miring kiri.

Posisi terapis : berada di dekat pasien Pelaksanaan :

(11)

 Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai

dari arah proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata, telinga, kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal yakni  paha, lutut kemudian ankle diulangi sampai 3 x.

• Usapan bintang, usapan bergelombang ke arah bintang,

usapan angka 1, usapan angka 8, contra stretch (badan, lengan, tungkai), tendon guard badan

 b) Posisi miring terdiri dari:

Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan

c) Telungkup terdiri dari:

Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang, usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung.

2. 7.2. Mobilisasi Trunk

Merupakan gerakan atau aktifitas yang diberikan baik pasif maupun aktif ke seluruh luas gerak tubuh (fleksi, ekstensi, side fleksi dan rotasi trunk) yang  bertujuan untuk memperbaiki kontraksi otot-otot trunk untuk mencapai fleksibilitas trunk yang diharapkan dapat memperbaiki postur yang cenderung kifosis pada anak. Pada akhir gerakan pasif dapat disertai dengan pemberian stretching dan elongasi.

Posisi pasien : duduk kaki pasien lurus Posisi terapis : dibelakang pasien

Pelaksanaan :

 Pegangan dibawah axilla dari shoulder kanan hingga kiri menggunakan

lengan kanan dan sebaliknya.

(12)

 Lakukan gerakan traksi, side flexi ke kanan dan kiri, rotasi ke kanan

dan kiri dengan sedikit strech dengan 10 hitungan dan 3 kali  pengulangan.

2. 7.3. Latihan gerak fungsional

Latihan gerak fungsional yang dilakukan merupakan serangkaian latihan gerak berupa latihan gerak fungsional seperti duduk, berdiri maupun berjalan. Latihan ini meliputi latihan berguling, merayap, jongkok ke berdiri, berlutut ke berdiri. Latihan dapat dilakukan 10 menit

2. 7.4. Latihan perseptual

Latihan perseptual bertujuan menstimulasi motorik anak sehingga menghimpun informasi yang datang dengan informasi yang disimpan yang menuntun pada respon gerakan. Adapun latihannya meliputi merangkak, on hand, on elbow, berdiri tegak, jongkok berdiri.

2. 8. Prognosis

Merupakan suatu perkiraan tentang kondisi pasien selanjutnya yaitu dengan penilaaian berupa:

a. Quo ad vitam  berupa penilaian tentang kesembuuhan pasien adalah dubia ad bonam (kesembuhan kearah baik)

 b. Quo ad sanam berupa penilaian tentang hidup dan mati pasien adalah dubia ad bonam (kesembuhan kearah baik)

c. Quo ad fugsionam berupa penilaian tentang fungsi dari tubuh pasien yang mengalami gangguan adalah dubia ad bonam  (kesembuhan kearah baik)

d. Quo ad cosmeticam  berupa tampilan dari kondisi tubuh pasien yang mengalami gangguan adalah dubia ad bonam  (kesembuhan kearah  baik)

2. 9. Acuan Penelitian yang Mendukung

Hasil penelitian di klinik tumbuh kembang anak dan remaja RS dr. Soetomo pada tahun 2005, KPU atau DD menempati diagnosis utama pasien

(13)

(29,8%). Meskipun hasil penelitian tidak mencerminkan angka kejadian secara umum di masyarakat, tetapi dapat menggambarkan pentingnya diketahui lebih lanjut mengenai KPU dan faktorfaktor yang berperan di dalamnya.

Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan lakilaki (66%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (34%), menunjukkan relatif sama dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa kebanyakan pasien KPU adalah lakilaki. Sebaran responden juga sesuai dengan jumlah penduduk menurut SUPAS 2005 yang menunjukkan kelompok anak usia 04 tahun di Indonesia, jumlah anak lakilaki lebih banyak dibandingkan anak perempuan.

Orang tua dengan pendidikan tinggi dan status sosial tinggi mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan informasi serta pelayanan kesehatan. Pada umumnya orang tua dengan pendidikan tinggi lebih sadar apabila terdapat gangguan dalam perkembangan anak mereka. Meskipun demikian pengetahuan tentang perkembangan anak ternyata belum diketahui secara menyeluruh, hal ini tampak dari keluhan utama tertinggi adalah gangguan bicara 44 kasus (46,8%). Dari riwayat perjalanan penyakit pada rekam medik tidak didapat keluhan tambahan selain keluhan utama. Tercatat 12,8% pasien tanpa keluhan adalah rujukan dari dokter umum dan dokter anak, menandakan bahwa kewaspadaan dokter dalam perkembangan anak sudah cukup tinggi.

Hasil evaluasi perkembangan memperlihatkan 85,1% keterlambatan  perkembangan motor kasar dan halus, diikuti keterlambatan bicara ekspresif, sosialisasi, kognisi, dan bicara reseptif. Meskipun keluhan utama terbanyak adalah gangguan bicara, ternyata keterlambatan yang ditemukan tidak hanya satu area perkembangan, yaitu dua area perkembangan 14 kasus (14,9%) dari 6 keterlambatan perkembangan yang dievaluasi dan sisanya lebih dari dua area. Hampir seluruh kasus yang berusia kurang dari 12 bulan mempunyai keterlambatan area perkembangan motorik.

(14)

BAB III PENUTUP 3. 1. Kesimpulan

 Delay Development   adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai  perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua  bidang atau lebih perkembangan motor kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Permasalahan yang timbul kasus  Delay  Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses pertumbuhan

dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat. 2. 2. Saran

Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam terapi, maka fisiterapis menyarankan kepada :

1. Orang tua

a. Melanjutkan terapi anaknya di RS Muhammadiyah Metro.  b. Disiplin melaksanakan home program dari fisioterapi.

c. Memberikan motifasi dan dukungan penuh pada anaknya. 2. Fisioterapi

Tetap melanjutkan program latihan sampai tercapai hasil yang di targetkan terutama target jangka pendek dan target jangka panjang. 3. Lingkungan

Selalu menempatkan anak dalam lingkungan aktifitas yang bisa mendukung peningkatan kemampuan funsionalnya

4. Masyarakat

Diharapkan kepada yang membaca makalah ini dan semua masyarakat yang mempunyai tetangga, kerabat atau bahkan keluarga yang mempunyai masalah  Delay Development untuk segera mengkonsultasikan ke tenaga medis terdekat dan membawanya ke fisioterapi supaya mendapatkan penanganan yang tepat.

(15)

Daftar Pustaka

Anonim, (2017).  Keterlambatan Perkembangan Global Delay Development. Https//kupdf.com, diakses tanggal 8 Februari 2018.

Banu, S. (2017).  Hidrosefalus : Penyebab, Gejala, dan Cara Menanganinya. Id.theasianparent.com diakses 14 Februari 2018.

Khan & Underhill. 2006.  Physical Therapy Services in The Developmental  Dissabilitie. USA: Charles Thompson Publisher.

Mahendra, S. Susanti, N. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Development  Delayed (DD) dengan Metode Play Exercise. Portal Gaaruda. 2015. 29-39.  Nur, A. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Delay Development di

Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surakarta. eprint.ums.ac.id diakses tanggal 8 Februari 2018.

Sodiq, M. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Delay Development di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surakarta. eprint.ums.ac.id diakses tanggal 8 Februari 2018.

Srour M, Mazer B, Shevell MI.  Analysis of clinical features predicting etiologic  yield in the Assessment of global development delay. Pediatrics. 2006 (118).

139-45.

Takarini, N. 2015.  Pendekatan Konsep Neuro Senso Motor Reflek Integration (NSMRI).

Tjandrajani, A. Dewant, A, dkk.  Keluhan Utama pada Keterlambatan  Perkembangan Umum di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RSAB Harapan  Kita. Sari Pediatri. 2012 (13). 373-377.

Wahyono, Y. (2008).  Makalah Pelatihan Nasional Pediatri, Pendekatan metode  NDT Pada Anak Dengan Gangguan Neurologis.   eprint.ums.ac.id diakses

tanggal 8 Februari 2018

Waspada, E. (2010).  FT. Pediatri II. eprint.ums.ac.id diakses tanggal 8 Februari 2018

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa CP Spastik Diplegi adalah suatu gangguan tumbuh kembang motorik anak yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak yang terjadi

Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika seorang anak tidak mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada umur yang semestinya, dengan ketertinggalan

Fisioterapi mempunyai peran yang penting dalam proses tumbuh

Pada mata kuliah ini akan dikaji perkembangan anak yang terkait dengan tumbuh kembang anak usia dini (fisik, kognitif, bahasa, sosial dan emosional),

Didalam penelitian Saurina (2016) mengenai tumbuh kembang anak telah dilakukan skrining berupa acuan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) tumbuh kembang balita

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul &#34;Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Delay Develpment di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surakata&#34; disusun dalam rangka

Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Ciri-ciri Tumbuh Kembang Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak Pertumbuhan Fisik Perkembangan Motorik, Sosial dan

Anak usia 21 bulan dengan diagnosa Delay De V elopment dan masih di tangani Dokter Sp.A dan di rujuk untuk ke fisioterapi.anak mengalami keterlambatan pada motorik kasarnya,