• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Pencabutan Gigi Pada Pasien Hipertensi, DM Dan Post Stroke_Ocha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penatalaksanaan Pencabutan Gigi Pada Pasien Hipertensi, DM Dan Post Stroke_Ocha"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN

POST STROKE

Oleh :

Rozario N. Ramandey

200852089

(2)

PENCABUTAN GIGI

Pencabutan gigi yang ideal→pencabutan tanpa

rasa sakit satu gigi utuh, atau akar gigi, dengan

trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi,

sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan

sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik

(3)

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI

Hipertensi→suatu peningkatan tekanan darah di

dalam arteri.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National

Committee on Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure sebagai

tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.

(4)

PENCABUTAN GIGI PADA PENDERITA HIPERTENSI

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa sesuai

JNC-7

 Penderita Hipertensi yang masuk dalam stage I dan stage II masih memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko perdarahan yang terjadi pasca pencabutan relatif masih dapat terkontrol (Little, 1997).

Klasifikasi

Tekanan Darah Sistole (mmHG) Diastole (mmHG)

Normal < 120 < 80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi Stage I 140-159 90-99 Hipertensi Stage II >160 >100

(5)

RESIKO-RESIKO YANG DAPAT TERJADI PADA PENCABUTAN GIGI PENDERITA HIPERTENSI, ANTARA LAIN :

 Resiko akibat anestesi lokal pada penderita hipertensi.

→Larutan anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah lidokain yang dicampur dengan adrenalin, masuknya adrenalin ke dalam pembuluh darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke volume meningkat, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Resiko yang lain adalah terjadinya ischemia otot jantung yang menyebabkan angina pectoris, bila berat bisa berakibat fatal yaitu infark myocardium.

 Resiko akibat ekstraksi gigi pada penderita hipertensi.

→Komplikasi akibat pencabutan gigi adalah terjadinya perdarahan yang sulit dihentikan.

(6)

TINDAKAN PREVENTIF

Tindakan preventif lainnya, antara lain:

 Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan

 Pemberian sedatif peroral membantu mengurangi kecemasan. Sedatif

peroral yang digunakan adalah benzodiazepine 5 mg, diminum malam sebelum tidur dan 1 jam sebelum tindakan.

 Penggunaan sedasi Nitrous oxide menurunkan tekanan darah

sistol-diastole hingga 5-10 mmHg.

 Pemilihan waktu perawatan gigi. Kenaikan tekanan darah pada pasien

hipertensi sering terjadi saat bangun pagi, mencapai puncak pada tengah hari, kemudian menurun di sore hari, sehingga waktu yang dianjurkan untuk melakukan perawatan adalah sore hari.

 Penggunaan anestesi lokal akan lebih baik dibandingkan anestesi

umum.

 Pemberian anestesi harus pelan dan hindari penyuntikan

(7)

LANJUTAN...

 Dalam hubungan pasien hipertensi dengan tindakan

perawatan menggunakan anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor, harus diingat bahwa bahan vasokonstriktor pada anestesi lokal bermacam-macam. Noradrenalin dan levonordefrin merupakan kontraindikasi untuk pasien hipertensi..

TINDAKAN KURATIF

 Penerapan tindakan kuratif ini disesuaikan dengan

kondisi fisik dan kemampuan emosi pasien untuk menerima dan merespon terhadap perawatan yang diberikan.

(8)

PENTALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

 Jumlah penderita DM di Indonesia (USU) pada tahun

2000 adalah 8,4 juta penderita.

 Diperkirakan, jumlah penderita mencapai 21,3 juta

jiwa pada tahun 2030.

 Diabetes Mellitus→Penyakit sistemik yang

mempengaruhi seluruh aspek kehidupan penderita, termasuk kesehatan gigi dan mulut.

 Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh rusaknya sel-sel beta langerhans yang terdapat di organ pankreas sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormon insulin dalam tubuh yang berakibat kadar gula dalam darah menjadi tinggi..

(9)

LANJUTAN…

 Seseorang dikatakan menderita penyakit diabetes

melitus jika kadar gula darahnya pada saat puasa melebihi 70-110 mg/dL, atau pemeriksaan glukosa darah sewaktu lebih dari 180mg/dL.

Akibat yang ditimbulkan bila pencabutan gigi dilakukan pada saat kadar gula darah tinggi antara lain :

 Terjadinya infeksi pasca pencabutan pada daerah bekas

pencabutan.

 Terjadinya sepsis atau peningkatan jumlah bakteri dalam

darah.

 Terjadinya perdarahan yang terus menerus akibat infeksi

(10)

MULUT KERING (XEROSTOMIA) DAN SINDROMA MULUT TERBAKAR (BURNING MOUTH SYNDROME / BMS)

Xerostomia dan BMS pada pasien DM

diakibatkan karena berkurangnya produksi air

liur. Keadaan ini biasanya diikuti dengan gejala

rasa haus, lidah terasa kering, keluhan perih,

panas seperti terbakar, dan perubahan

pengecapan rasa.

Keadaan ini dapat diatasi dengan memperbanyak

konsumsi air dan minuman yang tidak mengandung

gula, serta penggunaan obat kumur yang

mengandung flouride untuk mengurangi rasa

tidak nyaman

(11)

INFEKSI JAMUR (CANDIDIASIS) DAN GIGI RENTAN BERLUBANG (KARIES)

 Bakteri dan flora normal yang hidup dalam rongga

mulut dan bersinergi dengan air liur untuk mempertahankan keseimbangannya. Namun apabila jumlah jamur lebih dari normal, akan terjadi infeksi jamur yang disebut candidiasis.

 Candidiasis dapat berupa perih dan luka pada kedua

sudut mulut (cheilitis angularis), kemerahan pada langit-langit mulut pada pengguna gigi palsu (denture sore mouth), atau bercak merah dan sakit yang sulit dihilangkan pada lidah.

 Sedangkan jumlah bakteri yang berlebihan, terutama

Streptococcus aureus, menyebabkan gigi lebih mudah berlubang.

(12)

RASA SAKIT PADA GIGI, TANPA ADANYA GIGI YANG BERLUBANG (ODONTALGIA)

 Pada penderita DM, terjadi pengecilan saraf yang berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan. Akibatnya, dapat terjadi odontalgia berupa rasa sakit yang berdenyut pada gigi, padahal tidak ada gigi yang berlubang dalam rongga mulut pasien.

BAU MULUT SEPERTI BAU ASETON

 Bau aseton menunjukkan adanya ketoasidosis atau keracunan keton, biasa terjadi bila pada pemeriksaan ditemukan yaitu : hiperglikemia (KGD > 200 mg/dL), asidosis (pH darah < 7,3), dan kadar bikarbonat < 15 mmol/L. Ketoasidosis dapat dideteksi dari bau aseton pada mulut, urin (ketonuria), dan darah (ketonaemia). Ketoasidosis dapat menyebabkan meningkatnya laju pernafasan (hiperventilasi) yang berbahaya bagi tubuh.

(13)

GANGGUAN PENYEMBUHAN LUKA

Kemampuan penyembuhan luka pasien DM tidak

sebaik pada pasien normal. Hal ini disebabkan karena

pembuluh darah yang mengecil, sehingga mengurangi

aliran darah ke daerah luka. Akibat aliran darah yang

berkurang, sel-sel esensial dalam darah juga

jumlahnya berkurang. Leukosit yang berperan untuk

mencegah infeksi, maupun hemaglobin untuk

membantu pembekuan darah berkurang. Oleh sebab

itu, perlu perhatian khusus terhadap penderita DM

yang ingin mendapatkan perawatan gigi dan mulut

yang menyebabkan pendarahan, seperti pencabutan

(

tooth extraction

) dan pembersihan karang gigi

(

scalling

).

(14)

YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PENCABUTAN GIGI PASIEN DM, ANTARA LAIN :

 Melakukan pemeriksaan kadar gula darah. Kadar gula

darah harus dalam batas normal : GDP 70-110 mg/dL dan GDS 100-140 mg/dL. Apabila didapatkan angka diluar batas normal, pencabutan gigi harus ditunda, pasien dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mengontrol kadar gula darah sebelum pencabutan dilakukan.

 Pasien tidak dalam keadaan stress/tegang/takut,

(15)

LANJUTAN…

Penggunaan bahan anestesi noradrenalin,

bukan

adrenalin.

Karena

adrenalin

menyebabkan vasokonstriktor yang dapat

memperkecil pembuluh darah. Pada pasien

DM, pembuluh darah akan menjadi semakin

kecil (mikroangiopati) menghambat aliran

darah ke daerah luka. Padahal sirkulasi darah

yang baik dibutuhkan untuk menghantarkan

Hemoglobin (Hb) pada sel darah merah, yang

akan membantu pembekuan darah.

(16)

LANJUTAN…

Trauma pencabutan seminimal mungkin.

Pada pasien DM disarankan hanya

mencabut satu gigi pada suatu kunjungan

dan menjahit luka untuk mempercepat

penyembuhan. Selain itu, pasien DM mudah

mengalami infeksi karena jumlah leukosit

yang berkurang seiring dengan mengecilnya

pembuluh darah (mikroangiopati). Padahal,

leukosit berfungsi sebagai mekanisme

pertahanan tubuh alami terhadap infeksi.

(17)

PENYAKIT GUSI DAN KERUSAKAN TULANG RAHANG

Keadaan gusi pasein DM umumnya pucat dan

mudah berdarah. Pada tulang rahang, terutama

setelah pencabutan, tulang lebih mudah mengecil

karena aliran darah yang berkurang menyebabkan

tulang

kekurangan

makanan

untuk

mempertahankan integritasnya.

Oleh sebab itu, penderita DM dianjurkan untuk

selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut,

menggunakan obat kumur secukupnya, serta

melakukan kontrol rutin ke dokter gigi sehingga

dapat mencegah pendarahan dan kerusakan gusi

maupun tulang yang lebih parah.

(18)

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA

PASIEN POST STROKE

Dalam rongga mulut terdapat berbagai

mikroorganisme yang meskipun bersifat

komensal, dapat menjadi patologis pada

individu yang immunocompromised (

Li et al

,

2000).

Proses pembersihan rongga mulut secara

fisiologis dilakukan oleh lidah serta

pengeluaran saliva, yang bisa terganggu

(Scully & Ettinger, 2007), misalnya pada

pasien stroke dengan kelumpuhan nervus

Hypoglossus (N.XII).

(19)

HUBUNGAN PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN STROKE

Beberapa

hipotesis

yang

menghubungkan

penyakit

jaringan

periodontal

dengan

aterosklerosis adalah :

Jalur langsung

Mikroorganisme di rongga mulut dan produk

yang dilepaskan dapat menyebar secara

sistemik melalui sistem sirkulasi.

Jalur tidak langsung

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Mandimpan Vesta Dewi Napitupulu : Pengaruh Dan Penatalaksanaan Rasa Sakit Dan Rasa Takut Anak Terhadap Pencabutan Gigi, 2000... Mandimpan Vesta Dewi Napitupulu : Pengaruh

Salah satu perawatan yang dapat dilakukan dokter gigi adalah dengan membuat gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) yang sesuai dengan kondisi rongga mulut pasien.. Pemakai GTSL

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui gambaran status kebersihan rongga mulut dan status gingiva pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember ditinjau

pemakai gigi tiruan penuh dengan kondisi klinis rongga mulut. Untuk memperoleh data mengenai kepuasan pasien memakai gigi

Tujuan menulis makalah ini yaitu untuk menginformasikan kepada kalangan dokler gigi tentang manifestasi mulut berupa ulserasi yang dapal timbul pada individu terinfeksi

Oleh sebab itu, rasa sakit yang dialami pasien menimbulkan memori yang tidak menyenangkan sehingga membentuk rasa cemas ataupun emosi negatif pada pasien gigi setiap

Tujuan: untuk mengetahui signifikansi pengaruh komunikasi interpersonal dokter gigi terhadap tingkat kecemasan pasien ekstraksi gigi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut terhadap kepuasan pasien di poliklinik gigi Rumah Sakit Bhayangkara