• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROYEK PERUBAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROYEK PERUBAHAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PROYEK PERUBAHAN

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN

KEGIATAN PENGEMBANGAN SARANA KAWASAN TRANSMIGRASI

MELALUI MODEL PENGAWASAN PARTISIPATIF

PADA DIREKTORAT PENGEMBANGAN SARANA DAN

PRASARANA KAWASAN

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN XI

OLEH :

Sigit Mustofa Nurudin

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

SEKRETARIAT JENDERAL

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia, transmigrasi bukanlah fenomena baru. Masyarakat dan pemerintah telah melaksanakan transmigrasi dari masa ke masa, dari satu periode ke periode yang lain. Transmigrasi diawali pada tahun 1905 dengan program kolonisasi, masa awal kemerdekaan (1942–1965), masa orde baru dari Pelita I sampai dengan Pelita VI (1968-1998) serta masa reformasi. Jumlah Kepala Keluarga (KK) transmigran yang telah dipindahkan mencapai 2,5 Juta KK atau lebih dari 10 juta jiwa. 1

Perpindahan penduduk yang melatarbelakangi pembangunan transmigrasi pada awal kemerdekaan sebenarnya merupakan suatu kesadaran bersama untuk memanfatkan, mengolah, dan mengembangkan seluruh potensi sumberdaya bangsa sebagai pengamalan Pancasila. Artinya sejak awal gagasan besar transmigrasi sebenarnya telah diarahkan pada upaya pemanfaatan dua potensi besar yaitu potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya manusia.

Seperti telah digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 sebagai Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 1997, tentang ketransmigrasian bahwa, tujuan penyelenggaraan transmigrasi adalah meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Sasarannya adalah terwujudnya peningkatan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi, sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.2 Penyelenggaraan transmigran diarahkan pada penataan persebaran penduduk yang serasi dan seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan perwujudan integrasi masyarakat.

1 Suparno E,. Transmigrasi Menyongsong 2025, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h.2

2 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009, tentang Perubahan atas UU No. 15 Tahun 1997

(3)

Pembangunan ketransmigrasian yang diawali dengan pembangunan permukiman yang dilengkapi dengan lahan pekarangan, lahan usaha 1, lahan usaha 2, sarana dan prasarana yang berupa fasilitas umum dan fasilitas sosial. Pengembangan sarana dan prasarana yang meliputi fasilitas umum dan fasilitas sosial di permukiman dan kawasan transmigrasi dapat ditangani selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah dilakukan penempatan transmigran, seperti tersebut dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang ketransmigrasian.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: 12/MEN/2010 tanggal: 18 Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang menangani pengembangan sarana dan prasarana kawasan adalah Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan. Sarana dan prasarana permukiman dan kawasan transmigrasi merupakan komponen penunjang utama untuk keberlangsungan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya warga masyarakat transmigrasi.

Keberhasilan program transmigrasi tidak lepas dari kondisi sarana dan prasarana. Oleh karenanya, di dalam program transmigrasi ini terdapat Unit Kerja Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan. Adapun Tugas dan Fungsi Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan, sesuai Peraturan Menteri Nakertrans Nomor 12/MEN/2010, yaitu:

Tugas: Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan

kebijakan, standardisasi serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis dan standardisasi sarana dan prasarana, pengembangan sarana, pengembangan prasarana serta evaluasi pengembangan sarana dan prasarana.

Fungsi: (a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan

standardisasi sarana dan prasarana, pengembangan sarana, pengembangan prasarana, serta evaluasi pengembangan sarana dan prasarana. (b) Penyiapan pelaksanan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi sarana dan prasarana, pengembangan sarana, pengembangan prasarana dan evaluasi pengembangan sarana dan prasarana. (c) Penyiapan perumusan norma, standar, prosedur dan kriteria kebijakan di bidang analisis dan standardisasi sarana dan prasarana, pengembangan sarana, pengembangan prasarana dan evaluasi pengembangan sarana dan prasarana. (d) Penyiapan

(4)

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis dan standardisasi sarana dan prasarana, pengembangan sarana, pengembangan prasarana dan evaluasi pengembangan sarana dan prasarana; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. 3

Sub Direktorat Pengambangan Sarana merupakan bagian dari Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan mempunyai tugas dan fungsi yaiu: Tugas: Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan perencanaan teknis sarana dan pembinaan pelaksanaan sarana. Fungsi: (a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan teknis sarana dan pembinaan pelaksanaan sarana; (b) Penyiapan pelaksanan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan teknis sarana dan pembinaan pelaksanaan sarana; (c) Penyiapan perumusan norma, standar, prosedur dan kriteria kebijakan di bidang pembinaan perencanaan teknis sarana dan pembinaan pelaksanaan sarana; dan (d) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis dan standardisasi sarana dan prasarana, pengembangan sarana, pengembangan prasarana dan evaluasi pengembangan sarana dan prasarana.

Indikator Kinerja Kegiatan pengembangan sarana adalah; jumlah permukiman dan kawasan transmigrasi yang kembangkan saranaya. Sedangkan Indikator out put dari kegiatan pembangan sarana sebagai mana diuraikan dalam dokumen Rencana Program Jangka Menengah (RPJM), yaitu pengembangan fasilitas umum, sarana air bersih, penerangan dan energi terbarukan serta rumah transmigran.

Permasalahan dalam Pengembangan Sarana, yang dihadapi saat ini dalam pelaksanaan uraian tugas antara lain; (1) Belum optimalnya penyusunan konsep pelaksanaan kebijakan dibidang pengembangan sarana, dengan adanya peraturan-peraturan baru; (2) Belum optimalnya penyusunan konsep norma, standar, prosedur dan kriteria bidang pengembangan sarana dengan adanya tuntutan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (3) Belum optimalnya pengendalian pelaksanaan program bidang pengembangan sarana,

3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No: 12/MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

(5)

yang ditandai masih terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; dan (4) Belum optimalnya penyusunan konsep bimbingan teknis bidang pengembangan sarana.

Salah satu tugas yang dilakukan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang dibangun di Permukiman Transmigrasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan tersebut yaitu; (1) masih sering terjadi keterlambatan kegiatan pembangunan dari waktu yang telah ditetapkan; (2) rendahnya kepedulian aparat di daerah terhadap hasil pembangunan yang dibangun oleh Kementerian; (3) lemahnya koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan, dan (4) masih terbatasnya pengetahuan aparat pusat dan daerah dalam bidang energi baru terbarukan.

Pengembangan sarana ke depan diharapkan akan berkualitas melalui pengawasan yang partisipatif, yaitu dengan melibatkan lintas unit baik pusat maupun daerah. Kegiatan pembangunan sarana transmigrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, sebaiknya pemerintah kabupaten ikut mengawasi sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki, demikian juga apabila yang membangun adalah pemerintah kabupaten. Pekerjaan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah pusat sebaiknya mengikutkan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten dalam kegiatan pengawasan dan pengendalian pekerjaan. Pengawasan partisipatif juga diharapkan mampu meningkatkan rasa memiliki terhadap hasil pembangunan yang telah dilakukan. Dengan mengikutsertakan aparat didaerah dalam proses pembangunan maka mendapatkan memberikan tambahan pengetahuan tentang teknologi baru, sehingga mampu membimbing dan mendampingi masyarakat transmigrasi dalam memanfaatkan teknologi baru tersebut.

Permasalahan di unit organisasi yang urgen dan perlu untuk segera diselesaikan adalah belum efektifnya pengawasan kegiatan pengembangan sarana, sehingga masyarakat transmigrasi belum mendapatkan pelayanan yang optimal untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi dan sosial budaya di permukiman dan kawasan transmigrasi. Upaya untuk menyelesaian permasalahan tersebut salah satunya adalah melakukan pengawasan yang efektiv oleh aparat pusat sebagai pengawas dan melibatkan peran aparat pemerintah daerah untuk ikut serta melakukan pengawasan kegiatan, sehingga penyelesaian pekerjaan dapat tepat waktu dan tepat mutu, serta terjadi

(6)

transformasi pengetahuan dari kontraktor pelaksana, aparat pusat dan aparat daerah.

Untuk itu pada proyek perubahan ini adalah “Peningkatan Efektivitas

Pengawasan Kegiatan Pengembangan Sarana Kawasan Transmigrasi melalui Model Pengawasan Partisipatif pada Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan” agar upaya untuk meningkatkan hasil

pengembangan sarana yang tepat mutu dan tepat waktu dapat segera diwujudkan.

B. TUJUAN

Tujuan umum proyek perubahan adalah :

a. Meningkatkan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi, sehingga tepat kualitas, tepat kuantitas dan tepat waktu.

b. Meningkatnya kualitas hasil kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan kegiatan usaha ekonomi dan sosial budaya masyarakat transmigrasi.

Tujuan khusus proyek perubahan ini, yaitu;

a. Tujuan Jangka Pendek (sampai batas akhir diklat)  Menyusun instrumen model pengawasan partisipatif  Melaksanakan uji coba pengawasan model partisipatif  Melakukan evaluasi model dan penyempurnaan b. Jangka Mengengah (waktu 1 tahun)

 Melaksanakan sosialisasi model pangawasan partisipatif kepada pemerintah daerah yang menangangi bidang pengembangan sarana dan prasarana kawasan transmigrasi.

 Monitoring dan evaluasi

c. Jangka Panjang (di atas 1 tahun)

 Mewujudkan pengawasan pekerjaan pengembangan sarana kawasan transmigrasi baik dipusat dan daerah dapat berkualitas dan berjalan efektif dengan menerapkan model pengawasan partisipatif.

(7)

 Mewujudkan hasil pembangunan sarana kawasan transmigrasi, tepat waktu, tepat kualitas dan tepat kuantitas sehingga dapat mendukung kegiatan usaha ekonomi dan sosial budaya masyarakat transmigrasi.

C. MANFAAT

Manfaat dari Proyek Perubahan yang akan dilaksanakan adalah :

a. Pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi menjadi lebih efektif dengan menerapkan model pengawasan partisipatif. b. Kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi dapat tepat waktu,

tepat kualitas dan tepat kuantitas.

c. Meningkatkan partisipasi aparat daerah dalam proses pembangunan sehingga pengetahuan dan keterampilan dapat meningkat khususnya dalam bidang pengembangan energi terbarukan.

d. Transmigran dan masyarakat sekitarnya dapat memanfaatkan hasil pembangunan sarana untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi dan sosial budaya maysarakat, secara baik dan berkelanjutan.

e. Dengan meningkatnya kegiatan usaha ekonomi dan sosial budaya masyarakat transmigran, maka dapat meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya.

D. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Proyek Perubahan yang akan dilaksanakan dalam proyek perubahan, adalah :

a. Ruang Lingkup bidang yang terkait adalah seluruh Sub Direktorat di lingkungan Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan. b. Batasan pengawasan kegiatan pengembangan sarana adalah pengawasan

kegiatan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sistem Komunal di Provinsi Sulawesi Barat dan Kalimantan Tengah Tahun 2014.

c. Batasan ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam proyek perubahan secara garis besar yaitu :

1) Pembentukan Tim Kerja

2) Penyusunan Instrumen pengawasan model pengawasan partisipatif 3) Penjelasan kepada pengawas lapangan

(8)

5) Evaluasi dan Penyempurnaan Model

E. CAPAIAN KEBERHASILAN

Capaian keberhasilan proyek perubahan tentang peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif ini dapat dilihat dari pencapaian tujuan jangka pendek yang akan dilakukan.

Pencapaian tujuan jangka pendek tersebut dilakukan melalui milestone yang telah disusun dalam proposal proyek perubahan. Capaian keberhasilan secara garis besar dapat dilihat melalui pencapaian melestone tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Tersusunnya Tim Pusat yang bekerja sesuai tugas serta tanggung jawab masing-masing personil dan bersinergi dalam rangka melaksanakan uji coba pengawasan model partisipatif.

2. Tersusunnya Tim Pengawas Daerah, khusus daerah yang dipergunakan sebagai uji coba pengawasan model partisipatif.

3. Tersusunnya instrumen pengawas model partisipatif, berdasarkan masukan dan kebutuhan stakeholders sehingga dapat diaplikasikan untuk pengawasan di lapangan dengan optimal.

4. Terlaksananya Penjelasan Instrumen kepada pengawas Pusat dan Daerah untuk pelaksanaan ujicoba pengawasan model partisipatif.

5. Terlaksananya Uji Coba pelaksanaan pengawasan model partisipatif, di 2 (dua) lokasi proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya komunal di permukiman transmigrasi.

6. Tersusunnya laporan hasil pengawasan kegiatan pembangunan PLTS komunal oleh pengawas pusat dan daerah dengan model pengawasan partisipatif.

7. Tersusunnya hasil Evaluasi model pengawasan partisipatif, berupa bahan sosialisasi model pengawasan partisipatif yang akan ditindaklanjuti untuk bahan sosialisasi model pada tahun 2015.

(9)

BAB II

DESKRIPSI DAN ANALISIS PROYEK PERUBAHAN

A. DESKRIPSI UMUM

Tugas dan fungsi Sub Direktorat Pengembangan Sarana Direktorat PSPK Ditjen P2MKT salah satunya adalah melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan pengembangan sarana Permukiman dan Kawasan Transmigrasi. Untuk meningkatkan hasil Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal, diperlukan peningakatan pengawasan pekerjaan fisik dengan partipisasi aktif aparat daerah.

Pengawasan adalah suatu tindakan mengawasi, mendeteksi, membimbing dan mengarahkan kepada diri sendiri, orang lain maupun kelompok dengan tujuan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan memenuhi kualitas, kuantitas, serta tepat waktu. Pengawasan pembangunan PLTS adalah kegiatan mengawasi, mendeteksi dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan agar hasil pembangunan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan serta memenuhi standar kualitas, kuantitas dan tepat waktu.

Pengawasan pembangunan PLTS dengan model pengawasan partisipatif merupakan model pengawasan pembangunan PLTS yang melibatkan aparat daerah untuk melakukan pengawasan secara langsung di lokasi dengan mempertimbangkan aspek teknis, aspek administratif, dan aspek sosial kemasyarakatan.

Aspek teknis, bahwa hasil pembangunan harus dilakukan pengawasan agar sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Proyek pembangunan PLTS harus dipastikan dapat berfungsi dengan jumlah kapasitas pembangkit dan distribusi jaringan sesuai yang direncanakan.

Aspek administratif, bahwa hasil pembangunan PLTS harus dilakukan pengawasan agar dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, memenuhi standar dan kriteria dalam penggunakan anggaran negara. Sistem pertanggungjawaban yang disusun dalam keseluruhan kegiatan pembangunan dan pengawasan harus sesuai dengan kaidah yang benar peraturan perundangan yang berlaku.

(10)

Aspek sosial kemasyarakatan, bahwa hasil pembangunan PLTS harus dilakukan pengawasan agar hasil pembangunan dapat fungsional dan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat dalam rangka mendukung kegiatan sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Kegiatan pembangunan fisik, juga harus dipastikan memberikan dampak positif dalam kehidupan kemasyarakatan. Pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan merupakan hal utama, sehingga masyarkat merasa memiliki dan akan memanfaatkan serta mengelola hasil pembanguna PLTS secara mandiri dan berkelanjutan.

B. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatifadalah seperti pada gambar 2.1.

Struktur Organisasi Personil

Gambar 2.1.

Struktur Organisasi Proyek Perubahan

Mentor :

Direktur Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan.

Project Leader:

Kasubdit Pengembangan Sarana.

Anggota :

- Kasi Bina Rentek - Kasi Bina Pelaks. - Staf Seksi Bina Rentek - Staf Seksi Bina Pelaks,

Pengawas Lapangan Aparat Pusat

Stakeholder:

- Eksternal

 Sesditjen P2MKT

 Kadis Nakertrans Pro/Kab  Pengawas Lapangan Aparat Dinas Nakertras/Kab.  Kontraktor Pelaksana  Konsultan Supervisi  Masyarakat Trans. - Internal  PPK

 Kasubdit PP, EPSP, ASSP  Sub Bagian TU Dit. PSPK.

Dalam melaksanakan proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui

Dr. Ir. Chamidun Daim, MBA Mentor Sigit Mustofa N, ST, MM Project Leader Kasi Bina Rentek Kasi Bina Pelaksanaan Stakeholder Eksternal E Stakeholder Internal E  Staf Subdit PS  Pengawas Lapangan Aparat Pusat

(11)

model pengawasan partisipatif, diperlukan pembagian tugas dari masing-masing unsur yang terlibat di dalam lingkungan internal yaitu:

1). Mentor

a) Memberikan arahan, motovasi, bimbingan dan dukungan dalam merencanakan dan implementasi proyek perubahan.

b) Memberikan persetujuan atas dokumen rencana proyek perubahan dan implementasi proyek perubahan.

c) Memantau capaian pelaksanaan proyek perubahan sesuai dengan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan.

2). Project Leader

a) Mengusulkan rancangan proyek perubahan

b) Berkonsultasi dengan mentor dan coach dalam melaksanakan penyusunan rencana, dan implementasi proyek perubahan.

c) Memimpin dan mengarahkan anggota tim kerja

d) Menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan stakeholder baik internal maupun eksternal dalam mendukung keseluruhan tahapan proyek perubahan.

e) Melaksanakan, mengendalian dan memantau seluruh tahapan proyek perubahan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada.

f) Membuat laporan implementasi proyek perubahan.

3) Anggota Tim

Kasi dan Staf Seksi Bina Rentek

a) Menyusun konsep/ SK Tim

b) Menyusun konsep instrumen pengawasan model patisipatif c) Menyiapkan rencana penjelasan kepada Pengawas Lapangan

Kasi dan Staf Seksi Bina Pelaksanaan

a) Melakukan persiapan pemberangkatan tim pengawas b) Melakukan pengawasan di lapangan

(12)

4) Stakeholder

a) Memberikan usulan dan masukan terkat personil pengawas dari aparat daerah.

b) Memberikan data dan infromasi pada saat persiapan dan implementasi proyek perubahan.

c) Koordinasi pada saat persiapan dan pelaksanaan implementasi proyek perubahan.

d) Sebagai pengguna/ penerima manfaat proyek perubahan.

C. ANALISIS STAKEHOLDERS

Stakeholders yang terlibat didalam proyek perubahan berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari sumber daya manusia yang berasal dari Direktorat PSPK. Sedangkan lingkungan ekternal adalah di luar Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan. Identifikasi stake holder yang terlibat dalam proyek perubahan adalah :

1. Internal

a. Direktur Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan b. Kasubdit Pengembangan Prasarana

c. Kasubdit Evaluasi Pengembangan Sarana dan Prasarana d. Kasubdit Analisis dan Standardisasi Sarana dan Prasarana e. Sub Bagian Tata Usaha

f. Kasi Perencanaan dan Kasi Pelaksanaan

g. Pejabat non struktural (staf) di lingkungan Direktorat PSPK.

2. Eksternal

a) Sesditjen P2MKT

b) Kepala Dinas Nakertrans Provinsi/Kabupaten c) Pengawas Lapangan Aparat Daerah

d) Kontraktor Pelaksana Pembangunan Fisik e) Konsultan Supervisi

(13)

Gambaran jejerang kerja antara stakholder dalam pelaksanaan proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif, disajikan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2.

Jejaring Kerja Proyek Perubahan

Sesditen P2MKT

E

Dr. Ir. Chamidun Daim, MBA Mentor Sigit Mustofa N, ST, MM Project Leader Kasi Bina Pelaksanaan Kadisnakertrans Prov/Kab E Kasubdit PP/ PPK  Staf Subdit PS  Pengawas Lapangan Aparat Pusat Kasubdit ASSP Kasubdit EPSP Kasubdit EPSP Kasi Bina Rentek Pengawas Lapangan Daerah

Garis Hierarki/ Perintah Garis Koordinasi Coach Masyarakat Trans. Kontraktor Pelaksana Konsultan Supervisi Kasubag TU

(14)

Dari gambar jejaring kerja tersebut, kemudian dilakukan analisis terhadap tingkat kepentingan dan pengaruh terhadap proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif . Hasil analisis pengaruh masing-masing stakeholder disajikan dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Analisis Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder

No. Stakeholder Pengaruh Kepentingan Kategori

I. Internal

Direktur PSPK + + 1

Kasubdit Pengembangan Sarana + + 1

Kasubdit Pengembangan Prasarana + + 1

Kasubdit EPSP + +/- 1

Kasubdit ASSP + +/- 1

Kasub Bagian Tata Usaha + +/- 1

Kasil Perencanaan dan Kasi Pelaks + +/- 1

Pejabat non struktural (staf) + - 2

II Eksternal

Sesditjen P2MKT + - 3

Kadis Nakertrans Provinsi/Kabupaten + - 3

Pengawas Lapangan Aparat Daerah + - 3

Kontraktor Pelaksana Fisik + - 3

Konsultan Supervisi + - 3 Masyarakat Transmigrasi - - 4 Catatan : + : Tinggi - : Rendah 1 : kwadran 1 = Promoters 2 : kwadran 2 = Defenders 3 : kwadran 3 = Latens 4 : kwadran 4 = Apathetics

(15)

Gambar 2.4 Peta Stakeholder

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap stakeholder yang terlibat dalam proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif, maka dapat digambar peta stakeholder di atas berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya ke dalam 4 (empat kwadran.

Kwadaran 1 dalah kelompok stakeholder sebagai Promoters, yaitu stakeholder yang memiliki pengaruh kuat (tinggi) dan kepentingan yang kuat (tinggi) pula, yaitu :

1. Direktur Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan 2. Kasubdit Pengembangan Prasarana

3. Kasubdit Evaluasi Pengembangan Sarana dan Prasarana 1. Direktur PSPK 2. Kasubdit PS 3. Kasubdit PP 4. Kasubdit EPSP 5. Kasubdit ASSP

6. Sub Bagian Tata Usaha 7. Kasi Perencanaan 8. Kasi Pelaksanaan 1. Sesditjen P2MKT

2. Kadis Nakertrans Prov. 3. Kadis Nakertrans Kab. 4. PL Daerah

5. Kontraktor Pelaksana Fisik 6. Konsultan Supervisi 7. Masyarakat Transmigran 1. PL Pusat 2. Staf Direktorat PSPK - Pengaruh/ Influence Kepentingan/ Influence Promoters Defenders Latens Apathetics (+) (-) (-) (+)

(16)

4. Kasubdit Analisis dan Standardisasi Sarana dan Prasarana 5. Sub Bagian Tata Usaha

6. Kasi Perencanaan Subdit PS 7. Kasi Pelaksanaan Subdit PS

Kwadaran 2 dalah kelompok stakeholder sebagai Defenders, yaitu stakeholder yang memiliki pengaruh lemah (rendah) tetapi kepentingannya kuat (tinggi), yaitu :

1. Pengawas lapangan aparat pusat

2. Pejabat non struktural (staf) di lingkungan Direktorat PSPK.

Kwadaran 3 dalah kelompok stakeholder sebagai Latens, yaitu stakeholder yang memiliki pengaruh kuat (tinggi) tetapi kepentingannya lemah (rendah), yaitu :

1. Sesditjen P2MKT 2. Kadis Nakertrans Prov. 3. Kadis Nakertrans Kab. 4. PL Daerah

5. Kontraktor Pelaksana Fisik 6. Konsultan Supervisi

7. Masyarakat transmigran

Kwadaran 4 dalah stakeholder sebagai Apathetics, yaitu stakeholder yang memiliki pengaruh lemah (rendah) dan kepentingannya yang lemah (rendah) pula, dalam proyek perubahan ini tidak ada.

Berdasarkan hasil pemetaan stakeholder maka dapat disusun strategi komunikasi yang dikembangkan dan akan dilaksanakan dalam pelaksanaan proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif.

Strategi tersebut disusun berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan dari masing-masing stakeholder. Jenis strategi yang dilakukan antara lain; Menindaklanjuti, melaksanakan, mendengarkan, meminta masukan, mengarahkan, memonitoring, surat menyurat, koordinasi, rapat/diskusi, melakukan sosialisasi dan menyampaikan informasi. Penerapan strategi komunikasi kepada kelompok stakeholder disajikan pada gambar 2.5

(17)

Gambar 2.5 Strategi Komunikasi 1. Menindaklanjuti 2. Melaksanakan 3. Mendengarkan 4. Meminta masukan 5. Mengarahkan 6. Memonitoring 1. Surat menyurat 2. Koordinasi 3. Rapat/ diskusi 4. Melakukan sosialisasi 5. Menyampaikan informasi 1. Mengarahkan 2. Memonitoring 3. Melakukan sosialisasi - Pengaruh/ Influence Kepentingan/ Influence Promoters Defenders Latens Apathetics (+) (-) (-) (+)

(18)

D. ANGGARAN

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif adalah menggunakan APBN satuan kerja Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan tahun 2014. Adapun dana yang tersedia baru untuk pelaksanaan kegiatan jangka pendek seperti pada tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.6

Anggaran Biaya Jangka Pendek

No. Uraian Kegiatan Jumlah Biaya

Jangka Pendek 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Rapat-rapat persiapan, penyusunan Instrumen dan penjelasan

Penjelasan aparat daerah

Pelaksanaan Pengawasan Aparat Pusat Di 2 Provinsi

Pelaksanaan Pengawasan Aparat Daerah Penyusunan Laporan dan Dokumentasi Rapat pembahasan Evaluasi Model

Rp. 2.000.000,- Rp. 5.000.000,- Rp. 38.000.000,- Rp. 10.000.000,- Rp. 3.000.000,- Rp. 2.000.000,- Jumlah Biaya Rp. 60.000.000,-

Adapun biaya yang masih dibutuhkan untuk kegiatan jangka menengah dan adalah sebesar Rp. 967.000.000 dan jangka panjang Rp. 9.500.000.000,- dengan rincian kebutuhan sebagai berikut :

(19)

Tabel 2.7

Kebutuhan Anggaran Jangka Menengah dan Panjang

a. Jangka Menengah

1. 2.

Sosialisasi

Monitoring dan Evaluasi

Rp. 370.000.000,-*) Rp. 597.000.000,-*)

b. Jangka Panjang

1.

2.

Pelaksanaan pengawasan model partisipatif (pusat dan daerah)

Monitoring dan evaluasi (pusat dan daerah)

Rp. 8.000.000.000,-

Rp. 1.500.000.000,-

(20)

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

A. TAHAPAN KEGIATAN

Proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam jangka waktu diklat sampai dengan tahun 2014 adalah kegiatan jangka pendek.

Kegiatan jangka pendek mendukung proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif, secara garis besar yaitu :

1. Penyusunan Tim Pusat, diawali dengan rapat penysunan tim dan

diterbitkan SK Tim pusat yang ditandatangai oleh Direktur PSPK.

2. Penyusunan instrumen pengawas model partisipatif, disusun

berdasarkan masukan seluruh stakehder.

3. Penyusunan Tim Pengawas Daerah Untuk Uji Coba, diawali dengan

pembuatan surat permohonan usulan pengawas dari Sesditjen P2MKT kepada Kepala Dinas Naketrans yang akan dilakukan uji coba pengawasan model partisipatif, kemudian diterbitkan SK Pengawas Daerah oleh Direktur PSPK.

4. Penjelasan Instrumen kepada pengawas Pusat, dilaksanakan dalam

rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengawasan. 5. Penjelasan Instrumen kepada pengawas Daerah, dilaksanakan di

daerah, dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengawasan.

6. Pelaksanaan uji coba pengawasan model partisipatif dan penyusunan

laporan pengawasan, dan

7. Evaluasi model dan Penyempurnaan

Rincian tahapan kegiatan dituangkan dalam Milestone proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif pada tabel 3.1 berikut.

(21)

Tabel 3.1 Mileston Proyek Perubahan untuk Kegiatan Jangka Pendek

No. Fokus Tujuan Kegiatan Stakeholder Waktu Kendala Output Peran Project leader Evidence 1 Penyusunan Tim Pusat Menghimpun masukan personil - Rapat persiapan pembentukan Tim - Kasubdit PP - Kasubdit ASSP - Kasubdit EPSP - Kasi Rentek PS - Kasi Pelaks PS

23 Sept 2014 Jadwal padat Draf Usulan Susunan Tim Memimpin Rapat  Notulen  Dafar Hadir  Dokumentasi

SK Tim Pusat Membuat SK Tim Pusat Administrasi (pengetikan, legalisasi, pendistribusian) - Direktur PSPK - Staf Subdit PS 25 Sept 2014 Agenda direktur padat SK Tim Mengarahkan, memonitor, memberikan paraf.  Dokumen SK Tim 2. Menyusun Instrumen Menghimpun masukan

- Rapat - Kasi Rentek PS - Kasi Pelaks PS - Staf Subdit PS 24 Akhir Sept 2014 - Jadwal padat - Literatur terbatas

Draf Instrumen Memimpin Rapat

 Notulen  Dafar Hadir  Dokumentasi Instrumen final Finalisasi

Pembahasan Instrumen - Rapat - Kasubdit PP - Kasubdit ASSP - Kasubdit EPSP - Kasi Rentek PS - Kasi Pelaks PS - Staf Subdit PS 25 Akhir Sept 2014 - Jadwal padat - Literatur terbatas

Final Instrumen Memimpin Rapat

 Notulen  Dafar Hadir  Dokumentasi

3. Penyusunan Tim Daerah untuk uji coba Membuat Surat ke Daerah Administrasi (pengetikan, legalisasi, pendistribusian) - Sesditjen P2MKT - Direktur PSPK - Staf Subdit PS 26 September 2014 Agenda direktur dan ses padat Surat Permohona Pengawas Daerah Mengarahkan, memonitor, memberikan paraf.  Surat ke Dinas Nakertrans Kabupaten. Menyusun pengawas daerah Menghimpun masukan pengawas daerah Menyusun Draf SK Pengawas daerah - Direktur PSPK - Kadis Nakertars Kabupaten 7 Oktober 2014 Agenda direktur padat Draf SK Tim Daerah Mengarahkan, memonitor, memberikan  Draf SK

(22)

- Staf Subdit PS paraf. SK Pengawas Daerah Membuat SK Pengawas Daerah Administrasi (pengetikan, legalisasi, pendistribusian) - Direktur PSPK - Staf Subdit PS 8 Oktober 2014 Agenda direktur padat SK Tim Mengarahkan, memonitor, memberikan paraf.  Dokumen SK Pengawas Daerah 4. Penjelasan Intrumen kepada Pengawas Pusat Memberikan pemahaman kepada pengawas pusat - Sosialisasi pengawas Pusat - Kasubdit PS - Kasi Bina Pelaksanaan - Kasi Bina Perenc. - Pengawas Pusat 20 Oktober 2014  Jadwal padat  Latar belakang pendidikan tidak sama Meningkat pengetahuannya Menyampaikan sosialisasi  Notulen  Dafar Hadir  Dokumentasi Evaluasi hasil penjelasan pengawas pusat Mengetahui peningkatan pemahaman pengawas pusat terhadap instrumen yang disosialisasikan

Pre Tes dan Post Tes pengawas pusat

- Pengawas Pusat 20 Oktober Jadwal padat Ukuran peningkatan Melakukan evaluasi  Notulen  Dafar Hadir  Dokumentasi 5. Penjelasan Intrumen kepada Pengawas Daerah Memberikan pemahaman kepada pengawas daerah - Sosialisasi pengawas daerah - Kasubit PS - Pengawas Pusat 29 Oktober 2014  Jadwal padat  Latar belakang pendidikan tidak sama Meningkat pengetahuannya Menyampaikan sosialisasi  Notulen  Dafar Hadir  Dokumentasi Evaluasi hasil penjelasan pengawas daerah Mengetahui peningkatan pemahaman pengawas daerah terhadap instrumen yang

Pre Tes dan Post Tes pengawas pusat - Kasubdit PS - Pengawas Daerah 29 Oktober – Nopermber 2014 Latar belakang pendidikan tidak sama Ukuran peningkatan Melakukan evaluasi  Notulen  Dafar Hadir  Dokumentasi

(23)

disosialisasikan 6. Pelaksanaan Ujicoba pengawasan pekerjaan Melakukan Ujicoba pengawasan dengan menerapkan model partisipatif Melakukan uji coba model pengawasan partisipatif - Pengawas pusat - Pengawas daerah - Kontraktor pelaksana - Konsultan supervisi Nopember 2014  Pengiriman material  Keterlambat an pekerjaan fisik Pengawasan yang efektif, efisien dan tepat waktu. Mengarahkan, dan memonitor .  Isian instrumen Penyusunan Laporan Menghimpun masukan dan saran hasil pengawasan Melakukan Rapat Penyusunan Laporan - Kasubdit PS - Kasubdit PP - Kasubdit ASSP - Kasubdit EPSP - Kasubag TU - Kasi Pelaksanaan - Kasi Perenc. - Pengawas Lapangan 2 6 Nopember 2014  Jadwal padat Masukan perbaikan Memimpin rapat  Laporan pengawasan  Notulen  Dafar Hadir  Dokumenta 7. Evaluasi Model dan Penyempurnaan Menghimpun masukan penyempurnaan model Melakukan Rapat evaluasi dan penyempurnaan model - Kasubdit PS - Kasubdit PP - Kasubdit ASSP - Kasubdit EPSP - Kasubag TU - Kasi Pelaksanaan - Kasi Perenc. - Pengawas Lapangan 3 Desember 2014  Jadwal padat Model pengawasan partisipatif Memimpin rapat  Dokumen model pengawasan partisipatif  Notulen  Dafar Hadir  Dokumenta

(24)

B. PELAKSANAAN TAHAPAN KEGIATAN

1. Mliestone Pertama Penyusunan Tim Pusat

a. Hasil Pelaksanaan

Sebelum dilakukannya proyek perubahan ini, penyusunan tim pusat dilaksanakan dengan menunjuk personil pengawas lapangan aparat pusat untuk melakukan kegiatan pengawasan dilokasi proyek pembangunan PLTS. Kegiatan pengawasan pada awalnya dilakukan sendiri oleh aparat pusat dan berkoordinasi dengan Dinas yang membidangi ketransmigrasian di daerah, tetapi belum melibatkan secara aktif aparat daerah dalam kegiatan pengawasan.

Dalam proyek perubahan ini, Penyusunan Tim Pusat diawali dengan melakukan rapat persiapan pembentukan tim yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menghimpun masukan dari stakeholder dalam penyusunan Tim. Rapat penyusunan Tim Pusat, telah dilaksanakan pada tanggal 23 September 2014, dengan dokumen pendukung, disajikan pada (lampiran 1).

Penyusunan tim pusat ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan singkronisasi seluruh sumberdaya yang ada dilingkungan direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kwasan dalam melaksanakan peningkatan kualitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif.

Peran project leader dalam rapat penyusunan Tim adalah mengundang rapat dan memimpin rapat yang dihadiri oleh Kasubdit Pengembangan Prasarana/ PPK, Kasubdit ASSP, Kasubdit EPSP, Kasubag Tata Usaha, Kasi Perencanaan, Kasi Pelaksanaan dan para pejabat non struktural di lingkungan Direktorat PSPK (daftar hadir terlampi).

Berdasarkan masukan dalam rapat maka, mekanisme penyusunan Tim pusat untuk pelaksanaan proyek perubahan peningkatan efektivitas pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi melalui model pengawasan partisipatif didasarkan kepada tugas dan fungsi sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 12/MEN/III/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

(25)

Penunjukan tim juga berdasarkan kompetensi dan latar belakang pendidikan khususnya yang ditunjuk sebagai pengawas lapangan, harus memahami dan mengetahui tentang pelaksanaan pembangunan PLTS komunal.

Dari hasil rapat persiapan penyusunan Tim Pusat yang diperoleh Draf SK TIim, kemudian dilakukan proses administrasi untuk legaliasasi SK Tim oleh Direktur Pengembangan Sarana dan Prasaran Kawasan.

b. Susunan Tim

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Ditjen P2MKT Nomor: KEP. 605 A/P2MKT-PSPK/IX/2014 tanggal 25 September 2014 maka susunan Tim adalah sebagai berikut :

(26)

Tabel 3.2

SUSUNAN TIM PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN KEGIATAN PENGEMBANGAN SARANA KAWASAN TRANSMIGRASI MELALUI MODEL

PENGAWASAN PARTISIPATIF PADA DIREKTORAT PSPK TAHUN 2014

NO NAMA/NIP JABATAN KEDUDUKAN

1. Sigit Mustofa Nurudin, ST, MM 19700908 199403 1 002

Kepala Sub Direktorat Pengembangan Sarana, Direktorat PSPK, Ditjen P2MKT.

Ketua Tim 2. Ir. Pahala Tua Sihite, MM.

19580818 188403 1 001

Kepala Seksi Bina Pelaksanaan Sarana, Subdit Pengembangan Dit. PSPK

Wakil Ketua 3. Budi Akhmanudin, S.Sos.

19600529 198603 1 002

Kepala Seksi Bina Perencanaan Teknis Sarana, Subdit Pengembangan Sarana Dit. PSPK.

Sekretaris

4. Drs. AM Dardji Putra 19630929 199003 1 003

Penyusun Bahan Bina Perencanaan Teknis Sarana, Seksi Bina Perencanaan Teknis, Direktorat PSPK.

Pengawas Lapangan 5. Djumari

19581012 198003 1 003

Pengumpul Bahan Bina Perencanaan Teknis Prasarana Seksi Bina Perencanaan Teknis Prasarana Direktorat PSPK.

Pengawas Lapangan 6. Senen Suyitno

19660307 198503 1 002

Pengumpul Bahan Rencana Program dan Anggaran Sub Bagian Tata Usaha Direktorat PSPK.

Pengawas Lapangan 7. Zuhri Ferdeli, ST

19870529 201101 1 002 Penyusun Bahan Bina Perencanaan Teknis Sarana, Seksi Bina Perencanaan Teknis, Direktorat PSPK.

Pengawas Lapangan 8. Imam Murdo Koentjoro, ST.

19570522 199403 1 001 Penyusun Bahan Bina Pelaksanaan Sarana, Seksi Bina Pelaksanaan Sarana, Direktorat PSPK.

Pengawas Lapangan 9. Dedi Supardi

19580912 198212 1 002 Pengumpun Bahan Bina Perencanaan Teknis Sarana, Seksi Bina Perencanaan Teknis, Direktorat PSPK.

Anggota

10. Gusono

19590616 198603 1 002

Pengumpul Bahan Bina Pelaksanaan Sarana, Seksi Bina Pelaksanaan Sarana, Direktorat PSPK.

Anggota

11. Dewi Nurini, SE, MM 19760607 199903 2 001

Pengumpul Bahan Bina Pelaksanaan Sarana, Seksi Bina Pelaksanaan Sarana, Direktorat PSPK.

Anggota

12. Nelmi Sofiati, SE.

19711023 199603 2 001 Penyusun Bahan Bina Pelaksanaan Sarana, Seksi Bina Pelaksanaan Sarana, Direktorat PSPK.

Anggota

13. Jumadi

19760703 200312 1 002

Pengumpul Bahan Bina Pelaksanaan Sarana, Seksi Bina Pelaksanaan Sarana, Direktorat PSPK.

(27)

c. Tugas Tim

1) Ketua Tim bertugas :

a) Mengkoordinir penyusunan rancangan kegiatan b) Memimpin dan mengarahkan anggota tim kerja

c) Menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan stakeholder baik internal maupun eksternal dalam mendukung keseluruhan tahapan proyek perubahan.

d) Melaksanakan, mengendalian dan memantau seluruh tahapan proyek perubahan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada.

2) Wakil Ketua Tim bertugas :

a) Membantu Ketua Tim dalam mengkoordinir penyusunan rancangan kegiatan.

b) Membantu Ketua Tim dalam menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan stakeholder baik internal maupun eksternal dalam mendukung keseluruhan tahapan proyek perubahan.

c) Melaksanakan, mengendalian dan memantau pelaksanaan kegiatan. 3) Sekretaris Tim bertugas :

a) Membantu Ketua Tim dalam melaksanakan proses administrasi kegiatan b) Melakukan koordinasi dengan unit terkait, dalam proses pelaksanaan

kegiatan di kantor dan di lapangan.

c) Koordinasi dalam sistem pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. 4) Pengawas Lapangan Aparat Pusat :

a) Melaksanakan tugas sebagai pengawas lapangan sesuai dengan lokasi yang telah ditetapkan.

b) Menyusun Rencana Kerja kegiatan, tujuan, sasaran dan dokumen pendukung.

c) Membantu Ketua Tim dalam melaksanaakan kegiatan peningkatan efektivitas pengawasan dengan model partisipatif.

d) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan 5) Anggota Tim :

a) Melaksakan kegiatan administrasi

b) Membantu menyusun konsep instrumen pengawasan model patisipatif c) Menyiapkan rencana penjelasan kepada Pengawas Lapangan

(28)

d. Komitmen Stakeholder

Pada rapat penyusunan Tim, tanggal 23 September 2014 disepakati komitmen seluruh stakeholder untuk mendukung proyek perubahan. Isi komitmen dukungan tersebut yaitu:

1) Kasubdit Pengembangan Prasarana/ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), bersedia mendukung Peningkatan Efektivitas Pengawasan Kegiatan Pengembangan Sarana Kawasan Transmigrasi Melalui Model Pengawasan Partisipatif, dengan :

a) Selaku PPK akan menyiapkan dukungan pendanaan, sesuai dengan ketersediaan anggaran dalam DIPA dan sesuai aturan yang berlaku. b) Akan menunjuk pejabat non struktural dari subdit Pengembangan

Prasarana untuk menjadi pengawas lapangan.

c) Membantu mengarahkan, memonitor dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dengan model patisipatif.

2) Kasubdit Analisis dan Standardisasi Sarana dan Prasarana mendukung Peningkatan Efektivitas Pengawasan Kegiatan Pengembangan Sarana Kawasan Transmigrasi Melalui Model Pengawasan Partisipatif, dengan :

a) Memberikan dukungan dalam menyusun standar instrumen pengawasan.

b) Akan menunjuk pejabat non struktural dari Analisis dan Standardisasi Sarana dan Prasarana untuk menjadi pengawas lapangan, jika

diperlukan.

c) Membantu mengarahkan, memonitor dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dengan model patisipatif.

3) Kasubdit Evaluasi Pengembangan Sarana dan Prasarana mendukung Peningkatan Efektivitas Pengawasan Kegiatan Pengembangan Sarana Kawasan Transmigrasi Melalui Model Pengawasan Partisipatif, dengan :

a) Memberikan dukungan dalam penyediaan data dan informasi dalam pelaksanaan pengawasan.

b) Akan menunjuk pejabat non struktural dari Subdit EPSP untuk menjadi pengawas lapangan, jika diperlukan.

c) Membantu mengarahkan, memonitor dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dengan model patisipatif.

(29)

4) Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan mendukung Peningkatan Efektivitas Pengawasan Kegiatan Pengembangan Sarana Kawasan Transmigrasi Melalui Model Pengawasan Partisipatif, dengan :

a) Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan tugas administrasi dan perlengkapan.

b) Membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana rapat dan diskusi. c) Membantu pelaksanaan penyelenggaraan administrasi kegiatan.

5) Para Kasi dan Staf di lingkungan Subdit Pengembangan Sarana Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan mendukung Peningkatan Efektivitas Pengawasan Kegiatan Pengembangan Sarana Kawasan Transmigrasi Melalui Model Pengawasan Partisipatif, dengan :

a) Membantu dalam penyelenggaraan tugas administrasi kegiatan. b) Membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana pelaksanaan

kegiatan.

c) Membantu melaksanakan kegiatan pengawasan di lapangan

e. Kendala

Kendala yang dihadapi dalam penyusunan Tim Pusat, yaitu :

1) Padatnya jadwal kegiatan pada Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan. Mengingat tugas pelaksanaan kegiatan pada T.A 2014 pada Direktorat PSPK cukup banyak sehingga mengakibatkan padatnya jadwal personil sehingga pelaksanaan rapat sempat tertunda.

2) Keterbatasan personil yang memiliki latar belakang teknis, sehingga dalam memberikan tugas sebagai pengawas lapangan tidak semua yang ditunjuk berlatar belakang teknisi.

f. Strategi

Strategi yang dilakukan dalam rangka menghadapi kendala yang ada, yaitu : 1) Melakukan koordinasi dan komunikasi secara intensif kepada stake holder

yang ditunjuk dan diundang dalam rapat persiapan pembentukan.

2) Memberdayakan seluruh staf di lingkungan Subdit untuk melakukan penyesuaian jadwal dengan personil/ Tim diluar Subdit Pengembangan Sarana.

(30)

3) Memberdayakan staf yang tidak berlatar belakang teknis untuk dapat mengawasi pekerjaan fisik, dengan melakukan pengarahan dan bimbingan secara intensif.

2. Milestone Kedua Penyusunan Instrumen Pengawasan

a. Hasil Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan proyek perubahan, instrumen pengawasan belum ada secara khusus, yang dipergunakan oleh pengawas lapangan, berupa buku catatan masing-masing pengawas yang formatnya tidak baku dan diserahkan kepada masing-masing pengawas. Kendala yang dihadapi yaitu, banyak pengawas lapangan yang tidak mencatat progres pekerjaan secara rinci, sehingga pada saat melaporkan progres fisik dan permasalahan di lapangan mengalami kesulitan.

Dalam proyek perubahan ini penyusunan Instrumen Pengawasan diawali dengan melakukan rapat yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menghimpun masukan dari stakeholder dalam rangka penyusunan Instrumen pengawasan partisipatif. Rapat penyusunan instrumen, telah dilaksanakan pada tanggal 24 September 2014, dan kemudian dilanjutkan tanggal 25 September 2014 untuk finalisasi instrumen pengawasan, dengan dokumen pendukung, disajikan pada (lampiran 2).

Peran project leader dalam rapat penyusunan Instrumen pengawasan adalah mengundang rapat dan memimpin rapat yang dihadiri oleh Kasubdit Pengembangan Prasarana/ PPK, Kasubdit ASSP, Kasubdit EPSP, Kasubag Tata Usaha, Kasi Perencanaan, Kasi Pelaksanaan dan para pejabat non struktural di lingkungan Direktorat PSPK (daftar hadir terlampi).

Dalam rangka melaksanakan kegiatan pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigrasi diperlukan Instrumen yang akan diisi oleh pengawas lapangan pusat dan daerah, secara bersama.

Berdasarkan hasil pembahasan dalam rapat, maka Isi Instrumen Pengawasan yaitu meliputi:

 Informasi Umum, berisi data lokasi, kabupaten dan provinsi  Data Pengawas Lapangan, nama pengawas lapangan

(31)

 Hasil Pengawasan, diisi sesuai dengan progres di lapangan dan deskripsi kegiatan yang dilakukan dilapangan, meliputi:

 Pekerjaan Persiapan

 Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Personil  Pekerjaan Konstruksi Pondasi Panel

 Pekerjaan Konstruksi Bangunan Power House  Pekerjaan Jaringan Distribusi

 Pekerjaan Instalasi Rumah  Pekerjaan Instalasi Panel Surya

 Pekerjaan Instalasi Baterai dan Inverter Di Power House  Pekerjaan Running Test

 Kendala dan Permasalahan  Masalah Teknis

 Masalah Administrasi

 Masalah Sosial / Masyarakat

 Pengisian chek list spesifikasi teknis, meliputi :

a) Panel surya yang merupakan komponen pokok sebagai penyerap energi panas matahari.

b) Baterai, yang berfungsi untuk menyimpan energi dari panel surya. c) Inverter dan controler yang berfungsi untuk merubah arus AC

menjadi DC dari panel surya yang kemudian disimpan dalam baterai.

d) Jaringan distribusi, dan instalasi rumah e) Penerangan jalan umum

f) Acecories dan kelengkapan komonen lain

Hasil instrumen yang telah disusun, disajikan pada lampiran.

b. Kendala

(32)

1) Masih terbatasnya literatur tentang hasil pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal di Kawasan Transmigrasi dengan model pengawasan partisipatif.

2) Sangat banyaknya item komponen dan jenis kegiatan yang harus diawasi oleh pengawas lapangan pusat dan pengawas daerah sehingga mengalami kesulitan dalam memformulasikan model instrumen yang akan dibuat.

3) Jadwal tim yang sangat padat, berkaitan dengan tugas yang lain.

c. Strategi

Strategi yang dilakukan dalam rangka menghadapi kendala yang ada, yaitu : 1) Mencari sumber literatur dan informasi berdasarkan dokumen spesifikasi

teknis dari Kementerian ESDM dan Kementerian PDT yang telah lebih dahulu membangun PLTS komunal.

2) Melakukan penyederhanaan jenis komponen yang utama dilakukan pengawasan dengan menyusun instrumen dalam bentuk chek list yang mudah untuk diisi oleh pengawas pusat dan daerah, dengan memberikan penjelasan teknik pengisian instrumennya.

3. Milestone Ketiga Penyusunan Personil Pengawas Daerah

Untuk Uji Coba

a. Hasil Pelaksanaan

Sebelum proyek perubahan, pengawas daerah belum dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kegiatan pengembangan sarana kawasan transmigasi, khususnya pembangunan PLTS yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan. Dengan model pengawasan partisipatif ini, aparat daerah dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pengawasan bersama pengawas dari pusat.

Dalam proyek perubahan ini, penyusunan Tim Pengawas Daaerah untuk uji coba diawali dengan pembuatan konsep Surat Sekretaris Direktorat Jenderal P2MKT kepada Kepala Dinas tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten yang berisi tentang Permohonan Personil Pengawas Lapangan Pekerjaan

(33)

Pembangunan PLTS Komunal di Lokasi Transmigrasi, yang akan dilaksanakan dengan uji coba model pengawasan partisipatif.

Peran dari project leader adalah mengarahkan pembuatan surat dan menyetujui konsep Surat tersebut, untuk selanjutnya diproses di tingkat Direktur dan tanda tangan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal P2MKT.

Surat ditandatangai oleh Sesditjen P2MKT pada tanggal 26 September 2014, yang ditujukan kepada :

1) Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah.

2) Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kota Waringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah.

3) Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

Dari surat permohonan personil tersebut kemudian dijawab oleh Kepala Dinas yang bersangkutan dengan mengusulkan personil yang akan ditugaskan sebagai pengawas lapangan daerah untuk ujicoba pengawasan partisipatif, dokumen pendukung, surat keluar dan masuk disajikan pada

(lampiran 3).

Usulan personil yang disampaikan oleh Kepala Dinas Nakertrans tersebut, kemudian ditindak lanjuti oleh Project Leader untuk menyusun Draf SK Tim Pengawas Daerah untuk uji coba pengawasan model partisipatif yang kemudian dilakukan proses legalisasi, yang selanjutnya ditandatangani oleh Direktur Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan.

b. Susunan Personil Pengawas Daerah

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Ditjen P2MKT Nomor: KEP. 652 /P2MKT-PSPK/X/2014 tanggal 8 Oktober 2014 dengan susunan Personil Pengawas Daerah adalah sebagai berikut :

(34)

c. Tugas dan Fungsi Pengawas Daerah

1) Menyusun rencana kerja kegiatan dan jadwal kegiatan pengawasan model partisipatif

2) Berkoodinasi dan bekerjasama dengan Pengawas Pusat, Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi dalam rangka pengawasan kegiatan.

3) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan.

Tabel 3.3

SUSUNAN PERSONIL PENGAWAS DAERAH UNTUK UJI COBA PENGAWASAN MODEL PARTISIPATIF KEGIATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

KOMUNAL DI KAWASAN TRANSMIGRASI TAHUN 2014

NO NAMA/NIP JABATAN KEDUDUKAN

1. Suwandi SP 19730425 200802 1 001 Pembina Unit Permukiman Transmigrasi Bayat Kabupaten Lamandau Pengawas Daerah Pembangunan PLTS Komunal Desa Bayat Kab. Lamandau Prov.

Kalimantan Tengah 2. Kamiran, SE

19610827 198603 1 011

Kepala UPT Kumai Seberang Kabupaten Kota Waringin Barat

Pengawas Daerah Pembangunan PLTS Komunal UPT Kumai Seberang Kab. Kota Waringin Barat Prov. Kalimantan Tengah 3. Sutedjo, SPd

19630618 198903 1 014

Kasie Penyiapan Lahan dan Bangunan

Dinsosnakertrans Kab. Mamuju.

Pengawas Daerah Pembangunan PLTS Komunal UPT Botteng Kab. Mamuju Prov. Sulawesi Barat

4. Sumali

19630315 198903 1 023

Staf Bidang Transmigrasi Dinsosnakertrans Kab. Mamuju

Pengawas Daerah Pembangunan PLTS Komunal UPT Sinyonyoi Kab. Mamuju Prov. Sulawesi Barat

(35)

d. Kendala

Kendala yang dihadapi dalam penyusunan Personil Pengawas Daerah, yaitu :

1) Keterbatasan personil yang dimiliki pemerintah daerah yang mempunyai latar belakang teknis, hal ini terlihat dari usulan personil dari Kepala Dinas Nakertrans Kabupaten, yang berlatar belakang Sarjana Ekonomi dan Sarjana Pendidikan.

2) Proses administrasi dari surat Sesditjen kepada Dinas Nakertrans, tidak cepat mendapatkan jawaban, sehingga menghambat penerbitan SK Direktur.

e. Strategi

Strategi yang dilakukan dalam rangka menghadapi kendala yang ada, yaitu:

1) Mlelakukan penjelasan model pengawasan partisipatif kepada Dinas membidangi ketransmigrasian, sehingga memiliki pandangan yang sama dengan pengawas pusat dalam melaksanakan kegiatan pengawasan model partisipatif.

2) Untuk mempercepat proses administrasi, maka, telah dilakukan koordinasi melalui telpon kepada Dinas Nakertrans tersebut di atas, sehingga dapat segera diberikan jawaban atas surat Sesditjen tersebut melalui email maupun faximile.

4. Milestone Keempat Penjelasan Instrumen kepada Pengawas

Pusat

a. Pelaksanaan Penjelasan

Sebelum proyek perubahan, penjelasan pengisian instrumen pengawasan belum dilakukan, karena yang ada sebelumnya berupa buku catatan masing-masing pengawas, diisi berdasarkan persepsi dan diskripsi pekerjaan fisik dilapangan. Pada pengawasan model partisipatif, kegiatan penjelasan instrumen kepada pengawas sangat diperlukan sehingga kondisi di lapangan dapat dituliskan dalam format isian instrumen pengawasan, yang meliputi progres pekerjaan fisik, permasalahan teknis dan sosial.

(36)

Dalam proyek perubahan ini penjelasan instrumen pengawasan model partisipatif kepada pengawas pusat telah dilaksanakan pada Hari Senin, 20 Oktober 2014. Tujuan penjelasan kepada pengawas pusat adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan ujicoba pengawasan model partisipatif. Penjelasan ini dihadiri oleh Kasubdit Pengembangan Sarana, Kepala Seksi Bina Pelaksanaan, Kasi Bina Perencanaan dan para pengawas lapangan pusat.

Peran Projec Leader adalah sebagai pemberi materi penjelasan instrumen pengawasan model partisipatif dengan peserta adalah para pengawas lapangan pekerjaan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal di permukiman transmigrasi. Materi yang disampaikan dalam penjelasan instrumen kepada pengawas lapangan meliputi :

Informasi Umum

1) Pengetahuan umum tentang Pembangunan PLTS Komunal

2) Tujuan pembangunan PLTS Komunal di Permukiman Transmigrasi 3) Tujuan model pengawasan partisipatif

4) Instrumen pengawasan yang harus diisisi dalam laporan Pengawasan, meliputi: Mobilisasi personil dan peralatan, pekerjaan persiapan, pekerjaan konstruksi, pekerjaan mekanikal elektrikan dan pekerjaan pelatihan kepada transmigran.

5) Kendala dan Permasalahan ; Masalah Teknis, Masalah Administrasi dan Masalah Sosial / Masyarakat.

6) Isi chek list, meliputi :

 Panel surya yang merupakan komponen pokok sebagai penyerap energi panas matahari.

 Baterai, yang berfungsi untuk menyimpan energi dari panel surya.  Inverter dan controler yang berfungsi untuk merubah arus AC menjadi

DC dari panel surya yang kemudian disimpan dalam baterai.  Jaringan distribusi, dan instalasi rumah

 Penerangan jalan umum

 Acecories dan kelengkapan lainnya

Dokumen pelaksanaan kegiatan penjelasan kepada pengawas pusat disajikan dalam (lampiran 4).

(37)

b. Hasil Pre Test dan Post Test

Pelaksanaan penjelasan kepada pengawas lapangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanaan kegiatan uji coba pengawasan model partisipatif di lapangan. Untuk mengetahui peningkatan tersebut, maka sebelum dilakukan penjelasan dilaksanakan pre test kepada pengawas lapangan, dan post test setelah selesai penjelasan. Jumlah pengawas lapangan yang mengikuti kegiatan penjelasan berjumlah 8 (delapan) orang, dengan hasil disajikan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Pre Test dan Post Test Penjelasan Instrumen Pengawas Lapangan Pusat

No. Nilai Frekwensi Frekwensi x Nilai (%)

Kenaikan Pre Test Post Test Pre Test Post Test

1. 10 - - - - 2. 20 - - - - 3. 30 - - - - 4. 40 1 - 40 - 5. 50 - - - - 6. 60 1 - 60 - 7. 70 2 1 140 140 8. 80 2 1 160 80 9. 90 2 4 180 360 10 100 - 2 - 200 Jumlah 8 8 580 780 Rata-Rata 72,5 97,5 34,48%

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 8 pengawas lapangan, sebelum dilakukan penjelasan diberikan pre test dengan hasil yaitu; yang memperoleh nilai 40 sebanyak 1 orang, nilai 60 sebanyak 1 orang, nilai 70 sebanyak 2 orang, nilai 80 sebanyak 2 orang dan nilai 90 sebanyak 2 orang. Dari hasil tersebut apabila frekwensi jumlah pengawas yang memperoleh nilai yang sama

(38)

dikalikan dengan besarnya nilai maka diperoleh jumlah total nilai pre test sebesar 580, sehingga nilai rata-rata untuk 8 orang adalah sebesar 72,5.

Setelah dilakukan penjelasan instrumen kepada pengawas lapangan diperoleh nilai post test yaitu; nilai 70 sebanyak 1 orang, nilai 80 sebanyak 1 orang, nilai 90 sebanyak 4 orang dan nilai 100 sebanyak 2 orang. Dari hasil tersebut apabila frekwensi jumlah pengawas yang memperoleh nilai yang sama dikalikan dengan besarnya nilai maka diperoleh jumlah total nilai post test sebesar 780, sehingga nilai rata-rata untuk 8 orang adalah sebesar 97,5. Sehingga kenaikan nilai sebelum dan sesudah penjelasan instrumen model pengawasan partisipatif terhadap pengawas lapangan aparat pusat mengalami kenaikan sebesar 34,48 %.

c. Kendala

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penjelasan instrumen pengawasan model partisipatif kepada pengawas lapangan aparat pusat yaitu, yaitu :

1) Terbatasnya jumlah pengawas lapangan aparat pusat yang dapat mengikuti kegiatan sosialisasi, karena padatnya jadwal aparat yang melaksanakan kegiatan perjalanan dinas dan tugas lainnya, sehingga yang mengikuti sangat minim.

2) Latar belakang pendidikan yang dimiliki para pengawas lapangan, sangat heterogen sehingga perbedaan antara satu dengan yang lain masih sangat menyolok.

d. Strategi

Strategi yang dilakukan dalam rangka menghadapi kendala yang ada, yaitu:

1) Bagi pengawas lapangan yang berhalangan hadir karena ada tugas yang sedang dilaksanakan, maka pada kesempatan lain dapat dilakukan penjelasan dan diskusi secara langsung.

2) Dilakukan monitoring dan pengendalian kepada pengawas lapangan dalam rangka pelaksanaan ujicoba model pengawasan partisipatif.

(39)

5. Milestone Kelima Penjelasan Instrumen kepada Pengawas

Daerah

a. Pelaksanaan Penjelasan

Sebelum proyek perubahan ini, kegiatan penjelasan kepada pengawas daerah belum pernah dilakukan, karena pengawas lapangan yang ada baru sebatas pengawas dari aparat pusat, sedangkang pengawas dari daerah belum dilibatkan dalam pegiatan pengawasan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Dalam proyek perubahan ini penjelasan model pengawasan partisipatif kepada pengawas daerah sangat diperlukan, karena merupakan kegiatan baru bagi pemerintah daerah dan agar dalam pelaksanaan pengawasan partisipatif sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat meningkatan efektivitas pengawasan.

Dalam proyek perubahan ini, penjelasan instrumen pengawasan model partisipatif kepada pengawas daerah telah dilaksanakan pada Hari Selasa, 28 Oktober 2014, bertempat di Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh Kepala Bidang P2MKT Dinas Nakertrans Provinsi Kalimantan Tengah, Kepala Bidang P2KT Disnakertrans Provinsi Kalimantan Tengah, perwakilan dari Dinas Kabupaten yang membidangi Ketransmigrasian se wilayah Provinsi Kalimantan Tengah serta para calon pengawas lapangan daerah kegiatan pembangunan PLTS Komunal T.A 2014.

Peran Projec Leader adalah sebagai pemberi materi dalam penjelasan instrumen pengawasan model partisipatif dengan peserta adalah calon pengawas lapangan daerah kegiatan pembangunan PLTS Komunal T.A 2014 dan para aparat Pemerintah Daerah dinas yang membidangi ketransmigrasian di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Materi yang disampaikan pada penjelasan instrumen kepada pengawas lapangan meliputi :

Informasi Umum

1) Pengetahuan umum tentang Pembangunan PLTS Komunal

2) Tujuan pembangunan PLTS Komunal di Permukiman Transmigrasi 3) Tujuan model pengawasan partisipatif

4) Instrumen pengawasan yang harus diisisi dalam laporan Pengawasan, meliputi: Mobilisasi personil dan peralatan, pekerjaan persiapan, pekerjaan

(40)

konstruksi, pekerjaan mekanikal elektrikan dan pekerjaan pelatihan kepada transmigran.

5) Kendala dan Permasalahan ; Masalah Teknis, Masalah Administrasi dan Masalah Sosial / Masyarakat.

6) Isi chek list, meliputi :

 Panel surya yang merupakan komponen pokok sebagai penyerap energi panas matahari.

 Baterai, yang berfungsi untuk menyimpan energi dari panel surya.  Inverter dan controler yang berfungsi untuk merubah arus AC menjadi

DC dari panel surya yang kemudian disimpan dalam baterai.  Jaringan distribusi, dan instalasi rumah

 Penerangan jalan umum

 Acecories dan kelengkapan lainnya

Dokumen pendukung dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi/ penjelasan kepada pengawas daerah, disajikan dalam (lampiran 5).

b. Hasil Pre Test dan Post Test

Pelaksanaan Penjelasan kepada pengawas lapangan aparat daerah bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanaan kegiatan uji coba pengawasan model partisipatif di lapangan. Untuk mengetahui peningkatan tersebut, maka sebelum dilakukan penjelasan dilaksanakan pre test dan setelah penjelasan dilakukan post tes kepada aparat daerah. Jumlah aparat daerah yang mengikuti kegiatan penejelasan instrumen model pengawasan partisipatif serta mengikuti pre test dan post test berjumlah 16 (enam belas) orang, dengan hasil disajikan dalam tabel 3.4.

(41)

Tabel 3.4

Hasil Pre Test dan Post Test Penjelasan Instrumen Pengawas Lapangan Daerah

No. Nilai Frekwensi Frekwensi x Nilai (%)

Kenaikan Pre Test Post Test Pre Test Post Test

1. 10 - - - - 2. 20 - - - - 3. 30 - - - - 4. 40 2 - 40 - 5. 50 2 - 100 - 6. 60 4 1 240 60 7. 70 7 4 490 280 8. 80 1 6 80 480 9. 90 - 5 - 450 10 100 - - - - Jumlah 16 16 Rata-Rata 72,5 97,5 34,48%

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 16 pengawas daerah, sebelum dilakukan penjelasan diberikan pre test dengan hasil yaitu; yang memperoleh nilai 40 sebanyak 2 orang, nilai 50 sebanyak 2 orang, nilai 60 sebanyak 4 orang, nilai 70 sebanyak 7 orang, dan nilai 80 sebanyak 1. Dari hasil tersebut apabila frekwensi jumlah pengawas yang memperoleh nilai yang sama dikalikan dengan besarnya nilai maka diperoleh jumlah total nilai pre test sebesar 950, sehingga nilai rata-rata untuk 16 orang adalah sebesar 59,37.

Setelah dilakukan penjelasan terhadap pengawas daerah diperoleh nilai post test yaitu; nilai 60 sebanyak 1 orang, nilai 70 sebanyak 4 orang, nilai 80 sebanyak 6 orang dan nilai 90 sebanyak 5 orang. Dari hasil tersebut apabila frekwensi jumlah pengawas yang memperoleh nilai yang sama dikalikan dengan besarnya nilai maka diperoleh jumlah total nilai post test sebesar 1.270, sehingga nilai rata-rata untuk 16 orang adalah sebesar 79,37 Sehingga kenaikan nilai sebelum dan sesudah test terhadap pengawas lapangan aparat pusat mengalami kenaikan sebesar 33,68 %.

(42)

c. Kendala

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sosialisasi/ penjelasan instrumen pengawasan model partisipatif kepada pengawas lapangan aparat daerah yaitu, yaitu :

1) Latar belakang pendidikan yang dimiliki para pengawas lapangan aparat daerah, sangat heterogen sehingga perbedaan antara satu dengan yang lain masih sangat menyolok.

2) Teknologi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya sistem Komunal merupakan hal yang relatif baru sehingga para aparat daerah masih minim pengetahuannya tentang hal tersebut.

d. Strategi

Strategi yang dilakukan dalam rangka menghadapi kendala yang ada, yaitu:

1) Pelaksanaan penjelasan kepada aparat daerah, diberikan materi yang mendasar tentang pembangunan PLTS Komunal dan pentingnya kegiatan pengawasan model partisipatif.

2) Dilakukan koordinasi dan pengendalian secara intensif antara pengawas pusat dengan pengawas daerah dalam pelaksanaan ujicoba model pengawasan partisipatif.

6. Milestone Keenam Pelaksanaan Uji Coba Pengawasan PLTS

Komunal dengan model Pengawasan Partisipatif

a. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Sebelum pelaksanaan proyek perubahan, kegiatan pengawasan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sistem Komunal belum pernah dilakukan, karena kebijakan pembangunan PLTS sistem Komunal baru diterapkan pada tahun 2014. Pada tahun sebelumnya pembangunan PLTS menggunakan sistem Individual, yaitu berupa pembangunan Solar Home System (SHS) dan Penerangan Jalan Umum (PJU).

Pembangunan PLTS sistem SHS adalah pembangunan dimana komponen PLTS yang terdiri dari Panel Surya, Baterai, Inverter dan Kontroler

Gambar

Gambar 2.4  Peta Stakeholder
Gambar 2.5  Strategi Komunikasi  1.  Menindaklanjuti 2.  Melaksanakan 3.  Mendengarkan  4
Tabel 3.1 Mileston Proyek Perubahan untuk Kegiatan Jangka Pendek

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Mutu buah yang diinginkan setelah penyimpanan dan pemeraman dapat diduga dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan dan optimasi keadaan penyimpanan sebelum pemeraman dapat

Faktor lain penyebab lebih rendahnya keuntungan yang diperoleh pada pola usaha pembibitan secara ekstensif adalah rataan bobot badan sapi akhir penelitian rendah yang disebabkan

Penyusun tertarik untuk meneliti keputusan yang dikeluarkan oleh majelis GKJ Salatiga karena penyusun ingin mengetahui dasar-dasar dan alasan-alasan mereka mengeluarkan

Menurut Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada  parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi..  parenkim paru yang biasanya berasal dari

Sebagai penyedia jasa di bidang dekorasi ruang, tentu saja kegiatan CV Rumah Kampung akan bersentuhan dengan aktivitas yang berisiko, serta perlengkapan dan

1.1 Hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini adalah tempat uji yang merepresentasikan tempat kerja,

Dari hasil diskusi dengan guru sejawat di SDN Ngagel I/394 Surabaya dapat diuraikan penyebab kelemahan siswa dalam belajar matematika pada materi membandingkan banyak benda

[3.11] Menimbang bahwa Pemohon pada pokoknya mendalilkan keberatan terhadap Keputusan Termohon berupa Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala