• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengubah Citra, Memperbaiki Nama Baik, dan Bertarung dengan Diri Sendiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengubah Citra, Memperbaiki Nama Baik, dan Bertarung dengan Diri Sendiri"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Mengubah Citra, Memperbaiki Nama Baik, dan Bertarung dengan Diri Sendiri

Oleh : Nina Fivi Oktavia, SS., M.Si NIP. 19741005 200604 2 010

Pelaksana pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Cilacap

Pernahkah anda melihat iklan salah satu produk ayam goreng cepat saji terkenal yang dibintangi Tike Priatnakusumah mantan pemain Extravaganza Trans TV? Saya yakin sebagian besar dari anda akan menjawab pernah dan ingat dengan iklan tersebut. Iklan tersebut mengisahkan si Tokoh atau Tike Priatnakusumah, sedang mempunyai urusan tertentu di kantor Pemerintahan yang karyawannya berseragam Pemda warna Khaki. Si karyawan, yaitu bapak petugas di kantor Pemerintahan tersebut digambarkan menunda-nunda memberikan cap stempel pada dokumen si tokoh kita ini, dengan mata melotot dan muka diseram-seramkan, mengangkat tinggi-tinggi cap stempelnya sambil menggeram memandangi si tokoh. Si tokoh ini kemudian dengan tenangnya mengeluarkan sebaskom ayam goreng cepat saji tersebut dan meletakkannya ke atas meja si bapak seram pegawai pemda tersebut. Ajaib, setelah disuguhi sebaskom ayam goreng tersebut, si bapak petugas langsung berubah rona wajahnya. Ia langsung tersenyum puas sambil mendaratkan cap stempelnya ke kertas dokumen si tokoh berkali-kali. Lagi-lagi dan lagi. Dan teman-teman si bapak petugas ini kemudian mendekat sambil memandang iri kepada bapak petugas yang disuguhi upeti sebaskom ayam goreng itu.

Pertanyaan saya: sebagai pegawai negeri yang berseragam sama dengan si bapak petugas di iklan tersebut, bagaimana perasaan anda setelah melihat iklan tersebut?

Saya pribadi, terus terang kesal dan tersinggung. Dan pastinya saya akan berusaha mengeluarkan argumentasi sekuat mungkin yang menyatakan

(2)

bahwa apa yang digambarkan iklan itu salah besar dan kenyataannya adalah bahwa saya sebagai aparatur negara adalah sosok yang ramah, dan melayani masyarakat yang datang ke instansi saya dengan baik, penuh senyum dan tidak minta imbalan apa-apa.

Tapi benarkah demikian yang terjadi pada umumnya? Jika memang kita sebagai pelayan publik telah memberikan pelayanan terbaik, kenapa citra kita sebagai aparat, sebagaimana tergambar dalam iklan tersebut, begitu menyedihkan dan buruk di mata masyarakat? Apa yang salah dengan aturan kita? Setiap saat, di berbagai kesempatan, kita selalu mengucapkan Panca Prasetya Korpri. Bahkan dua kali seminggu kita menyanyikan Lagu yang isinya Sumpah Setia –sekali lagi saya tekankan—Sumpah Setia, demi Tuhan Yang Maha Esa, Nusa dan Bangsa. Lalu, kenapa citra kita selaku Pegawai Negeri Republik Indonesia ini, selalu dipandang nyinyir oleh masyarakat, dicemooh, dijadikan bahan olok-olokan bahkan dijadikan iklan abadi yang, sampai saat saya menulis artikel ini, masih ditayangkan berulang-ulang di Restoran Ayam Goreng Fastfood tersebut.

Mari kita lihat sejenak aturan main kita dalam Undang undang ASN no. 5 tahun 2014. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini menegaskan bahwa PNS berhak memperoleh: a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas; b. Cuti; c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; d. Perlindungan; dan e. Pengembangan kompetensi. Sedangkan kewajiban ASN: a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah; b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.

(3)

Dari aturan main di atas, kita sepakat bahwa kita sudah memperoleh sebagian besar, atau kalau bisa dikatakan, semua hak kita, seperti gaji, tunjangan, fasilitas, cuti dan jaminan pensiun. Nah, bagaimana dengan kewajiban? Kita lihat bahwa semua point tersebut bersifat normatif. Artinya semua orang akan dengan mudah mengatakan, ―Sudah kok. Saya sudah melaksanakan itu semua. Tidak ada masalah, kan?‖

Memang tidak ada masalah jika kita melihat selintas saja. Tapi mari kita bertanya kepada diri sendiri, dari lubuk hati yang terdalam. Sudahkah kita melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang, menaati ketentuan peraturan perundang-undangan, melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab dan menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan?

Jika pertanyaannya menyangkut hati yang terdalam, pasti sebagian besar kita mengakui bahwa hanya sekian persen hati jiwa dan raga kita seperti yang dikatakan dalam aturan tersebut. Seorang teman juga mengatakan, bahwa pada lirik lagu Padamu Negeri yang ia nyanyikan dua kali seminggu setiap selesai apel, hanya kata ―kami berjanji‖ yang bisa ia implementasikan. Sementara kata ―kami berbakti‖ apalagi ―kami mengabdi‖ begitu sulit untuk dilakoni.

Begitu juga dengan yang termaktub dalam Panca Prasetya Korpri. Janji setia Setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan yang harus kita ucapkan,

Pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara, Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan, Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia, dan yang paling menantang kita, Menegakkan kejujuran, keadilan dan disiplin serta meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme.

(4)

Maka, kita menjadi tersadarkan, bahwa tidak ada yang salah dengan aturan main kita sebagai PNS. Undang-undang ASN dan Panca Prasetya Korpri, dan bahkan Himne Korpri yang kita nyanyikan dua kali seminggu, semuanya adalah aturan main dan alat pengingat kita untuk selalu menjaga janji dan sumpah ketika kita diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Yang salah justru adalah implementasinya. Tentu saja, begitu banyak aparat Pemerintahan yang bersih dan berdedikasi. Tetapi masih banyak pula yang tidak pernah memperdulikan aturan main tersebut. Sebut saja oknum yang –kok ya malah- dijadikan contoh di iklan yang saya sebutkan di atas, yang diputar berulang-ulang di setiap gerai ayam goreng merek tersebut di seluruh kota di Indonesia, dan malah tambah memperburuk citra kita sebagai aparatur.

Apa yang harus kita lakukan?

Tidak ada kata lain selain bekerja keras memperbaiki citra tersebut. Gerbang paling depan, tentu saja terletak pada jajaran SKPD yang terkait dengan pelayanan publik. Mereka-mereka ini adalah garda depan yang terlihat oleh masyarakat luas. Senyum, keramahan dan kecepatan dalam melayani, merupakan angin segar yang begitu indah menyapa setiap masyarakat yang datang. Sikap yang tulus dan tidak mengharapkan imbalan –apalagi sekedar imbalan ayam goreng- akan terus diingat oleh pelanggan dan ia sebarkan ke kerabat dan kenalan-kenalannya.

Di SKPD tempat saya sendiri bekerja, yaitu Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) masih banyak masyarakat yang begitu groginya masuk ke ruang pelayanan untuk mengurus ijin usaha mereka. Begitu besar ketakutan dan paranoid mereka terhadap aparat. Sehingga rekan-rekan di bidang pelayanan harus berusaha keras meyakinkan masyarakat ini bahwa aparat pelayanan tidak seperti yang mereka pikirkan. Sering saya lihat, mereka keluar dari Ruang Pelayanan dengan wajah yang lega, dan berkata, “ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan”.

Pandangan seperti itu yang harus selalu kita bangun. Bahwa ternyata berurusan dengan aparat tidak harus selalu sulit, bertele-tele dan di’jutekin’. Bahwa aparat tidak harus disuap dengan amplop atau ayam goreng agar melayani dengan cepat dan ramah. Bahwa orang-orang berseragam khaki ini

(5)

tidak akan menyambut masyarakat yang datang dengan wajah yang diselimuti awan hitam seakan akan turun hujan deras dengan kilat dan halilintar, melainkan dengan wajah yang cerah ceria dan sejuk segar seperti layaknya matahari di bumi Cilacap pada pagi hari yang indah.

Tentu tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Berbagai upaya secara formal telah dilakukan terkait masalah tersebut. Di antaranya diadakannya berbagai lomba kinerja pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam hal ini diminta untuk berpacu dan berlomba-lomba dalam meningkatkan pelayanan publik, dengan sejumlah kriteria yang telah dipancang untuk dapat dipenuhi.

Namun akhirnya semua itu kembali kepada diri kita sendiri sebagai aparat. Keinginan melayani hendaknya ditumbuhkan dari dalam hati yang paling dalam. Kita harus bercermin misalnya dari banyak guru mengaji, bidan, guru di daerah tertinggal, yang tidak selalu protes menuntut haknya, tetapi berusaha untuk mendidik dan menyelamatkan masyarakat sekitarnya dengan tulus dan ikhlas.

Ketulusan dan keikhlasan dari hati, didasari dengan niat ibadah untuk membantu masyarakat, tentu akan terpancar dalam setiap prilaku kita dalam melayani masyarakat. Sehingga, mengacu kepada iklan ayam goreng cepat saji di atas, tanpa disuap dengan sebaskom ayam goreng pun, kita akan siap melayani, dengan senyum tersungging dan wajah yang cerah, dan pola pikir yang terpatri untuk berusaha melayani masyarakat sebaik mungkin dan dengan prosedur yang mudah dan tidak bertele-tele.

Untuk itu semua, mengutip perkataan Presiden RI edisi terbaru 2014, hanya ada tiga kata yang bisa dilakukan, yaitu kerja, kerja dan kerja.

Selamat bekerja, rekan-rekan sesama aparatur sipil. Mari kita buktikan bahwa kita adalah aparat yang membanggakan dan selalu berupaya membantu masyarakat, dan akan selalu berupaya untuk meningkatkan kinerja kita, hari ini, besok dan seterusnya.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Osnovni cilj svakog uvodnog predmeta programiranja, a time i učenja prvog programskog jezika treba biti usvajanje osnovnih koncepata programiranja koji se mogu

1) Pilih dokumen kuitansi yang pernah dicatat, aplikasi akan secara otomatis menampilkan data kuitansi yang belum pernah dicatat dalam menu RUH Transaksi. Hal

Pandangan seperti tercermin di atas menjadi alasan untuk menyatakan bahwa pelaku dosa besar tetap menjadi bagian dari umat Islam (tidak ditolak keanggotaannya sebagai warga umat)

Berdasarkan lokasi, awal bangkitan status epileptikus terjadi dari area tertentu di korteks ( Partial Onset ) atau kedua hemisfer otak ( Generalized onset ) sedangkan

Dalam tulisan ini penults akan memaparkan sebuah prosedur analisis butir soal dengan memu- satkan pada teori tes klasik, deng- an tujuan dapat memberikan se- buah wawasan bagi

Dolok Lubis dalam tulisan mereka yang berjudul Identitas Fungsi Ruko Kesawan, di mana kawasan Kesawan yang merupakan kawasan perdagangan yang sarat akan nilai sejarah

Dari penjabaran terhadap hasil data diatas dapat dianalisis bahwa walaupun hasil data pada momen sebelum tindakan asepsis terjadi penurunan persentase kepatuhan hand

• Namun perbedaanya dengan salep adalah kandungannya; secara umum persentase bahan padat pada pasta lebih besar dibanding salep, oleh karena itu pasta lebih kental dan kaku,