• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT LAPORAN KETERANGANPERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) AKHIR TAHUN ANGGARAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT LAPORAN KETERANGANPERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) AKHIR TAHUN ANGGARAN 2016"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT

LAPORAN KETERANGANPERTANGGUNGJAWABAN

(LKPJ)

AKHIR TAHUN ANGGARAN 2016

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

TAHUN 2017

(2)

i

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 27 ayat 2 mengamanatkan bahwa, salah satu kewajiban kepala daerah adalah memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada DPRD, serta menyampaikan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) kepada masyarakat, yang dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) Provinsi sebagai Penyusunan dan penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada Gubernur Jawa Barat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2016. Gambaran kinerja tahunan ini merupakan implementasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mengakumulasikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat serta optimalisasi dalam pengendalian dan pengawasan seluruh kegiatan, yang ditunjang oleh seluruh pemangku kepentingan. Untuk itu, keberhasilan kinerja maupun permasalahan dan hambatan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan tanggungjawab bersama seluruh Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat dibawah koordinasi Kepala Daerah.

Akhirnya, semoga seluruh upaya yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat dan penyelenggaraan pemerintahan daerah menjadi ladang amal ibadah bagi kita semua, serta semoga seluruh upaya yang dilaksanakan senantiasa mendapat perlindungan, kekuatan, petunjuk, dan ridha Allah SWT.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT,

dr. H. DODO SUHENDAR, MM Pembina Utama Madya NIP. 19650928 199010 1 001

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 ayat 1 dan Pasal 71. Undang-undang ini mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kewajiban penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban juga diatur secara rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ).

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2015 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 dan mengacu kepada Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2015 merupakan pertanggungjawaban Gubernur untuk tahun kedua RPJMD periode Tahun 2013-2018.

1.2 Dasar Hukum

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015, adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

(4)

2

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5589);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

(5)

3

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46);

23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 47 Seri E);

(6)

4

24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 86);

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 160);

27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 26 Seri A);

28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Nomor 5 Seri A);

29. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2015 tentang Perubahan keempat atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 108 Tahun 2009 tentang Sistem Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 181 Seri E), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 52 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 108 Tahun 2009 tentang Sistem Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 52 Seri E);

30. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 115 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 115 Seri A);

31. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Nomor 40 Seri A);

1.3 Gambaran Umum Jawa Barat

(7)

5

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Provinsi Jawa Barat memiliki wilayah daratan seluas 3.709.528,44 hektar dengan garis pantai sepanjang 724,85 km. Secara Geografis Provinsi Jawa Barat terletak pada posisi 104°48" - 108°48" Bujur Timur dan 5°50" - 7°50" Lintang Selatan dengan batas wilayahnya meliputi:

 Sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta;  Sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah;

 Sebelah selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia;

 Sebelah barat, berbatasan dengan Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta.

Secara administrasi pemerintahan, wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi dalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten dan 9 kota, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Pangandaran serta Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar.

Secara topografis Jawa Barat berupa wilayah pegunungan curam (9,5%) yang terletak di bagian selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m diatas permukaan laut, serta wilayah lereng bukit yang landai (36,48%) yang terletak di bagian tengah dengan ketinggian 10-1.500 m dpl, dan wilayah daratan landai (54,02%) yang terletak di bagian utara dengan ketinggian 0-10 m dpl. Wilayah Jawa Barat memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara 17,40-30,70C dan kelembaban udara 73-84%.

2. Gambaran Umum Demografis-cari proyeksi di DDA versi BPS

Kondisi demografis Jawa Barat secara umum tercermin melalui jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, struktur penduduk, sebaran penduduk serta ketenagakerjaan. Berdasarkan data Tahun 2015, jumlah penduduk Jawa Barat adalah sebanyak 46.709,569 jiwa. Sehingga angka sex ratio dijawa barat sebesar 102,83 yang artinya terdapat 102 penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan.

TABEL 1.1.

JUMLAH PENDUDUK PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 - 2016

INDIKATOR SATUAN TAHUN

2014 2015

Demografi

1. Jumlah Penduduk Jiwa 46.029,668 46.709,569

a. Laki-laki Jiwa 23.345.033 23.680,927

b. Perempuan Jiwa 22.684.635 23.028.642

2. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Persen 1,90 1,48

3. Kepadatan Penduduk Orang/km2 1,301 1.250

*) dalam ribuan

(8)

6

Penduduk terbanyak pada Tahun 2015 berada di Kabupaten Bogor yaitu sebanyak 5.131.798 jiwa atau 11,08%, sementara itu ada 3 (tiga) wilayah yang mempunyai penduduk paling sedikit adalah Kota Banjar yaitu sebanyak 188.365 jiwa atau 0,41%, Kota Cirebon sebanyak 318.741 jiwa atau 0,69%, Kabupaten Pangandaran sebanyak 379,255 jiwa atau 0,82% dari total jumlah penduduk Jawa Barat. Sedangkan berdasarkan tingkat kepadatan penduduk yang tertinggi berada di Kota Bandung yaitu 14.687,05 orang/km2, kemudian Kota Cimahi yaitu 14.053,76 orang/km2 dan Kota Bekasi yaitu 12.372,45 orang/km2. Jumlah penduduk dan tingkat di kabupaten/kota Jawa Barat (Tabel 1.2 dan Gambar 1.1).

TABEL 1.2.

LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT, TAHUN 2015

No Kabupaten/Kota Luas (Km2) % Terhadap Luas Jawa Barat Jumlah Penduduk % Terhadap Penduduk Total Jawa Barat Kepadatan Penduduk (orang/Km2) 1 Bogor 2.997,13 8,06 5.459.668 11,69 1.821,63 2 Sukabumi 4.160,75 11,19 2.434.221 5,21 585,04 3 Cianjur 3.594,65 9,07 2.243.904 4,80 624,23 4 Bandung 1.756,65 4,73 3.534.114 7,57 2.011,85 5 Garut 3.094,4 8,32 2.548.723 5,46 823,66 6 Tasikmalaya 2.702,85 7,27 1.735.998 3,72 642,28 7 Ciamis 2.740,76 7,19 1.168.682 2,50 826,09 8 Kuningan 1.189,6 3,12 1.055.417 2,26 887,20 9 Cirebon 1.071,05 2,81 2.126.179 4,55 1.985,14 10 Majalengka 1.343,93 3,52 1.182.109 2,53 879,59 11 Sumedang 1.560,49 4,09 1.137.273 2,43 728,79 12 Indramayu 2.092,1 5,49 1.691.386 3,62 808,46 13 Subang 2.164,48 5,68 1.529.388 3,27 706,58 14 Purwakarta 989,89 2,60 921.598 1,97 931,01 15 Karawang 1.914,16 5,02 2.273.579 4,87 1.187,77 16 Bekasi 1.269,51 3,33 3.246.013 6,95 2.556,90 17 Bandung Barat 1.335,6 3,50 1.629.423 3,49 1.219,99 18 Pangandaran 1010 2,65 390.483 0,84 386,62 19 Kota Bogor 111,73 0,29 1.047.922 2,24 9.379,06

(9)

7 20 Kota Sukabumi 48,96 0,13 318.117 0,68 6.497,49 21 Kota Bandung 168,23 0,44 2.481.469 5,31 14.750,45 22 Kota Cirebon 40,16 0,11 307.494 0,66 7.656,72 23 Kota Bekasi 213,58 0,56 2.714.825 5,81 12.711,05 24 Kota Depok 199,44 0,52 2.106.102 4,51 10.560,08 25 Kota Cimahi 41,2 0,11 586.580 1,26 14.237,38 26 Kota Tasikmalaya 184,38 0,48 657.477 1,41 3.565,88 27 Kota Banjar 130,86 0,34 181.425 0,39 1.386,41 ProvinsiJawa Barat 37.173,97 100,00 46.709.569 100,00 1.256,51 Sumber :Jawa Barat Dalam Angka 2015 (BPS Provinsi Jawa Barat)

3. Aspek Ketenagakerjaan – lihat di Berita Resmi Statistik (BRS)-BPS, kondisi

ketenagakerjaan bulan Agustus 2016

Pada aspek ketenagakerjaan pada Tahun 2015 terjadi peningkatan penduduk usia kerja, angkatan kerja, dan penduduk bekerja dibanding Tahun 2014, sedangkan pengangguran, tingkat partisipasi angkatan kerja terjadi penurunan. Hal ini, menunjukan peningkatan kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam upaya penciptaan lapangan kerja. Dapat dilihat pada table dibawah ini :

TABEL1.1.3.

DATA KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT TAHUN 2013 - 2015

Indikator Satuan Tahun

2013 2014 2015

Ketenagakerjaan

a. Penduduk Usia Kerja (15 tahun keatas) juta orang 32,19 33,47 33,79 b. Penduduk Angkatan Kerja juta orang 20, 28 21,01 22,33 c. Penduduk Bekerja (15 tahun keatas) juta orang 18, 41 19,23 20,46 d. Penganggur (Mencari Kerja) juta orang 1, 87 1, 78 1,88 e. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) Persen 63,01 62,77 66,08*

f. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Persen 9, 22 8,45 8,40*

g. Serapan Tenaga Kerja Orang 207,954 477.046

h. Jumlah Wirausahawan yang berhasil

dicetak Orang N/A 19.436

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2013, 2014 & 2015

Berdasarkan status pekerjaan utama, presentase penduduk Jawa Barat sebagian besar masih merupakan buruh/karyawan (42,45%).Status pekerjaan utama pada aspek berusaha sendiri pada Tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup tinggi (1,04%) dibanding Tahun 2013 atau meningkat

(10)

8

sebanyak 340.495 orang. Sedangkan pada aspek buruh/karyawan terjadi penurunan sebesar 0,86%, dengan jumlah buruh/karyawan tersebut terjadi kenaikan sebesar 18.564 orang (Tabel 1.4.).

TABEL 1.4.

JUMLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KEATAS YANG BEKERJA SELAMA SEMINGGU YANG LALU MENURUT STATUS PEKERJAAN UTAMA DAN JENIS KELAMIN DI PROVINSI JAWA BARAT

TAHUN 2015

Status Pekerjaan Utama Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

Berusaha sendiri 2.349.381 1.061.693 3.411.074

Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar

1.478.638 492.742 1.971.380

Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar

512.392 120.645 633.037

Buruh/Karyawan/Pegawai 6.007.475 2.681.697 8.689.172

Pekerja bebas 719.552 282.876 1.002.428

Pekerja keluarga/tak dibayar 1.533.963 214.521 1.748.484

Jumlah 12.865.217 5.926.265 18.791.482

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

JUMLAH PENDUDUK BERUSIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT STATUS PEKERJAAN UTAMA TAHUN 2013 – 2015 Status

Pekerjaan Utama

Kondisi

Agustus 2013 Agustus 2014 Tahun 2015

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Presentase

Berusaha Sendiri 3.129.504 17,00 3.469.999 18,04 3.411.047 18,2 % Berusaha dibantu buruh tidak tetap 2.412.449 13,10 2.631.805 13,69 1.971.380 10,5 % Berusaha 618.909 3,36 680.679 3,54 633.037 3,4 %

(11)

9 dibantu buruh tetap Buruh / Karyawan 7.974.437 43,31 8.163.001 42,45 8.689.172 46,2 % Pekerja Bebas 2.726.597 14,81 2.727.615 14,18 1.002.428 5,3 % Pekerja Keluarga 1.552.088 8,43 1.557.844 8,10 1.748.848 9,3 % Total 18.413.984 100 19.230.94 3 100 18.791.484 100 %

Sumber : BPS ProvinsiJawa Barat Februari 2015

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, dalam kurun waktu 2013 – 2014 terjadi trend penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada 7 (tujuh) sektor termasuk industri dan pertanian (Tabel 1.5.). Walaupun secara prosentase, kedua sektor tersebut masih merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbanyak. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa daya serap tenaga kerja pada sektor industri dan pertanian mengalami penurunan (Gambar 1.2.). Sementara itu untuk sektor keuangan dan jasa terjadi peningkatan walaupun masih dibawah satu persen.

TABEL 1.5.

JUMLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KEATAS YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA DI JAWA BARAT TAHUN 2015

Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

Pertanian 2.188.643 906.913 3.095.547 16,47 % Industri 2.562.025 1.383.291 3.945.316 21,00 % Perdagangan 2.939.483 2.161.679 5.101.162 27,15 % Jasa-jasa 1.827.761 1.217.973 3.045.734 16,21 % Lainnya 3.347.314 256.409 3.603.723 19,18 % Jumlah 12.865.217 5.926.265 18.791.482 100 %

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

4. Aspek Kesejahteraan Masyarakat – IPM Jawa Barat metode baru

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur

(12)

10

panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.

IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Jawa Barat terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2015. IPM Jawa Barat meningkat dari 66,15 pada tahun 2010 menjadi 69,50 pada tahun 2015. Selama periode tersebut, IPM Jawa Barat rata-rata tumbuh sebesar 0,99 persen per tahun. Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat. Pada tahun 2015, IPM Jawa Barat telah mencapai 69,50. Angka ini meningkat sebesar 0,7 poin dibandingkan dengan IPM Jawa Barat pada tahun 2014 yang sebesar 68,80. Pada tahun 2015, pembangunan manusia di Jawa Barat masih berstatus "sedang", masih sama dengan statusnya pada tahun 2014. IPM Jawa Barat pada tahun 2015 tumbuh sebesar 1,01 persen dibandingkan tahun 2014. Selama periode 2014 hingga 2015, komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan. Bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 72,41 tahun, meningkat 0,18 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 12,15 tahun, meningkat 0,07 tahun dibandingkan pada 2015. Sementara itu, penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 7,86 tahun, meningkat 0,15 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat telah mencapai Rp. 9.778 ribu rupiah pada tahun 2015, meningkat Rp 331 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada periode 2014-2015, IPM Jawa Barat tumbuh 1,01 persen. Pertumbuhan pada periode tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kenaikan pada periode 2013-2014, hanya tumbuh sebesar 0,80 persen. Meskipun selama periode 2010 hingga 2015 IPM Jawa Barat menunjukkan kemajuan yang besar, status pembangunan manusia Jawa Barat masih stagnan. Hingga saat ini, pembangunan manusia Jawa Barat masih berstatus "sedang", dan masih sama sejak tahun 2010.

(13)

11

TABEL 1.6.

INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TAHUN 2013-2014

INDIKATOR SATUAN TAHUN

2013 2014 2015

Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) : Poin 73,40 74,28 *** 69,50

a. Indeks Kesehatan (IK) Poin 72, 99 74,01 1) a.1 AngkaHarapanHidup

(AHH) Tahun 68,80 68,83 1)

a.2 AngkaKematianBayi per 1000 KH 30* 30* 30*

a.3 AngkaKematianIbu per 100.000

KH 359 359 359

b. IndeksPendidikan (IP) Poin 82,31 83,361)

b.1 AngkaMelekHuruf

(AMH) persen 96,49 98,29 1)

b.2 Rata-rata Lama Sekolah

(RLS) tahun 8, 09 8,34

1)

c. IndeksDayaBeli (IDB) Poin 64, 89 65,47

c.1Purchasing Power Parity

(PPP) ribu rupiah 640,80 644,36 ***

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat ,*) angka SDKI 2013.2014, **) RPJMD, ***Pusdalisbang , ****) Dinkes.

1) Angka sementara perhitungan Pusdalisbang Februari 2015.

1.4 Kondisi Pemerataan Ekonomi – lihat publikasi BPS

Pemerataan ekonomi tercermin dalam besaran Indeks Gini yang tidak terlepas dari perkembangan laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan PDRB per kapita. Indeks Gini Jawa Barat Tahun 2014 meningkat 0,01 poin dibanding Tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi Tahun 2014 melambat (mendekati satu persen) dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Nasional Tahun 2013 sebesar 5,78%, menjadi 5,21% pada Tahun 2014 secara tahunan (year-on-year).Perlambatan tersebut diikuti oleh turunnya tingkat inflasi sebesar 1,74%. Sementara untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi Jawa Barat terjadi peningkatan PDRB per kapita (ADHB) Tahun 2013 sebesar Rp 27,7 Juta menjadi menjadi Rp 30,14 juta pada Tahun 2014 (Tabel 1.7).

(14)

12

TABEL 1.7

INDIKATOR MAKRO EKONOMI DAN KETIMPANGAN TAHUN 2013-2014

NO INDIKATOR SATUAN

TAHUN

2013 2014 2015

1 ProdukDomestik Regional Bruto

(PDRB)

a. Nilai PDRB :

a.1 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

triliun rupiah

1.258,91 1.387, 281) 379,40 a.2 Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK)

triliun rupiah

1.092, 59 1.148,011) 301,16*

b. PDRB per Kapita :

b.1 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

ribu rupiah 27.765, 6 30.138, 74 32.65** b.2 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK)

ribu rupiah 24.097, 18 24.940, 51

2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Persen 6,06 5,07 1)

3 Inflasi Persen 9,15 6,16

4 Indeks Gini Poin 0,41 0,42

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Februari 2015, **) Angka Sangat Sementara 1) Menggunakan Perhitungan Dasar Tahun 2010

(15)

12

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

A. Perencanaan

1. Rencana Stratejik Tahun 2013 sampai Tahun 2018

Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005 - 2025 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2010 adalah “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa

Barat Termaju di Indonesia”. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan

tantangan dan peluang serta budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 adalah “Jawa Barat maju dan Sejahtera untuk semua”.

Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

a. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing. b. Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan.

c. Meningkatnya kinerja pemerintah, profesionalisme aparatur dan perluasan partisipasi publik.

d. Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan.

e. Meningkatkan kehidupan social, seni dan budaya, peran pemuda dan olah raga serta pengembangan pariwisata dalam bingkai kearifan local.

Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena penting aktual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 tahun sebelumnya khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Maka Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan kesehatan adalah Misi 1 yaitu Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing., dengan Tujuan Mendorong membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai IPTEK, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya. Dengan sasarannya adalah Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, serta perluasan akses pelayanan yang terjangkau dan merata.

a. Visi dan Misi

1) Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat maka telah disusun Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yaitu :

(16)

13

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat akselerator pencapaian masyarakat yang mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi dimana masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingkungan dan perilaku yang buruk , serta mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan, motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi pendorong, penggerak, fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat menjadi Sehat.

2) Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Misi pembangunan kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 adalah untuk mendukung Misi 1 Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing, yaitu untuk menciptakan sosok Jawa Barat yaitu manusia Jawa Barat yang agamis, berakhlak mulia, sehat, cerdas, bermoral, memiliki spirit juara dan siap berkompetisi. Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian perumusan misi tersebut selaras dengan pernyataan Undang-Undang. Untuk itu misi Dinas Kesehatan diselaraskan dengan Misi pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018. Maka rumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu :

1) Akselerator pembangunan kesehatan di Jawa Barat 2) Menjamin pelayanan kesehatan yang prima

3) Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan 4) Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat Penjabaran Misi Dinas Kesehatan :

Misi 1 yaitu membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat mencerminkan

upaya Dinas Kesehatan dalam mewujudkan masyarakat jawa barat agar mampu mengetahui Masyarakat Jawa Barat yang mandiri

(17)

14

maslaah, menentukan prioritas masalah dan mampu memecahkan masalah kesehatannya dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.

Misi 2 yaitu Menjamin pelayanan kesehatan yang prima mencerminkan upaya yang akan

dilaksanakan Dinas Kesehatan bermitra dengan pihak terkait vertikal dan horizontal untuk mendorong kemandirian masyarakat secara aktif menjaga kesehatannya, mampu memilih dan menjangkau upaya kesehatan yang diperlukan terutama dari aspek pembiayaan dan upaya untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan diberbagai jenjang fasilitas pelayanan melalui akreditasi, lisensi, sertifikasi, pembinaan dan pengawasan sarana maupun tenaga kesehatan.

Misi 3 yaitu Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan mencerminkan upaya yang dilaksanakan Dinas Kesehatan dalam memenuhi ketersediaan sumber daya tenaga, sarana dan pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan bermitra dengan pihak terkait secara vertikal dan horizontal.

Misi 4 yaitu Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat mencerminkan upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam mengatur, mengawasi dan melakukan pembinaan dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Jawa Barat. Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut diatas, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai :

1. Iman dan Takwa :

Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu mendasari setiap pelaksanaan kegiatan dan selalu berpegang bahwa pekerjaan adalah ibadah.

2. Pofesionalisme :

Bersikap dan bertindak Profesional serta senantiasa melaksanakan perubahan untuk mencapai keterampilan dan kompetensi yang lebih baik sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3. Integritas yang Tinggi :

Memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan dengan dasar ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh dan moral yang tinggi.

4. Kerjasama Tim :

Selalu membina kerjasama Tim yang utuh dan kompak dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme dalam upaya pencapaian Visi dan Misi.

5. Transparan dan Akuntabel :

Setiap kegiatan diselenggarakan kegiatan secara transparan, dapat dipertanggung-jawabkan dan dipertanggung-gugatkan kepada masyarakat.

6. Responsif

Mampu mendeteksi secara dini masalah kesehatan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan, potensi dan peluang untuk peningkatan pembangunan kesehatan serta melaksanakan tindakan segera untuk menindaklanjutinya.

(18)

15

b. Tujuan , Sasaran dan Indikator Sasaran

Perumusan Tujuan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat :

Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan permasalahan dan menangani isu strategis daerah yang dihadapi.

Maka rumusan Tujuan Renstra Dinas Kesehatan mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, sebagai berikut :

1. Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk mencapai kualitas lingkungan yang sehat serta Perilaku Hidup Bersih dan sehat

2. Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas 3. Terpenuhinya sumber daya kesehatan

4. Terwujudnya regulasi dan kebijakan kesehatan

2. Sasaran dan Indikator Sasaran :

Untuk mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra, maka perlu ditetapkan sasaran dan indikator.

Tujuan Sasaran Indikator

1. Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk mencapai kualitas lingkungan yang sehat serta Perilaku Hidup Bersih dan sehat

Meningkatnya kemandirian

masyarakat untuk hidup sehat Persentase Rumah yang Berperilaku Hidup Bersih Tangga dan Sehat (PHBS)

Persentase Desa Siaga Aktif diatas Strata Pratama > 50% Meningkatnya Kualitas

Penyehatan Lingkungan persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas

Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat 2.Tercapainya pelayanan kesehatan

yang berkualitas Menurunnya ratio Kematian Ibu dan Bayi Rratio kematian ibu Ratio kematian bayi Prevalensi Gizi Buruk

Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Meningkatnya upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular

Persentase desa/kelurahan yang mencapai UCI ≥ 90% Angka Keberhasilan Pengobatan Tb (Treatment Succes Rate ) Prevalensi Hipertensi

Persentase Kab/Kota dengan

(19)

16

melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa

3. Terpenuhinya sumber daya

kesehatan Meningkatkan sumber daya kesehatan sesuai dengan standar

Persentase RSUD terisi dokter Spesialis Dasar sesuai standar Persentase RSUD terisi dokter Spesialis Penunjang sesuai standar

Jumlah Puskesmas yang sudah Terakreditasi

Jumlah Rumah Sakit yang sudah Terakreditasi

Jumlah RS mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sesuai standar

Persentase ketersediaan obat esensial di instalasi farmasi kabupaten/kota

Menuju universal coverage

JPKM Persentase penduduk dengan jaminan kesehatan 4. Terwujudnya Regulasi dan

kebijakan kesehatan Terwujudnya Regulasi dan kebijakan kesehatan Jumlah kebijakan dokumen pembangunan regulasi kesehatan

Meningkatnya data kesehatan

yang komprehensif Jumlah Dokumen Data Prioritas Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Barat

2. Strategi, Arah dan Kebijakan Kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013 –

2018

Perumusan Strategi dan kebijakan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang selaras dengan strategi dan kebijakan daerah serta rencana program prioritas dalam rancangan awal RPJMD. Rumusan Strategi Bidang Kesehatan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 adalah :

Tabel 4.4.1

Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Arah dan Kebijakan Kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018

MISI I : Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing.

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi semua serta perluasan akses layanan yg terjangkau dan  Menguatkan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan  Penguatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan

(20)

17

MISI I : Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing.

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya merata  Menguatkan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi

 Penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi  Menguatkan pembiayaan dan sumber daya kesehatan  Penguatan pembiayaan dan sumber daya kesehatan  Menguatkan manajemen, regulasi, teknologi informasi kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan  Penguatan manajemen, regulasi, sistem informasi bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018

Berdasarkan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 maka telah ditentukan Strategi dan Arah Kebijakan Kesehatan pada Renstra Dinas Kesehatan sebagai berikut :

Tabel 4.4.2

Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Meningkatnya kemandirian masyarakat

 Menguatkan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan

 Penguatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan Meningkatnya kualitas

penyehatan lingkungan Menurunnya Ratio Kematian Ibu dan Bayi

 Menguatkan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta

 Penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan Meningkatnya upaya

(21)

18

pengendalian penyakit menular dan tidak menular

gangguan gizi mental serta gangguan gizi

Meningkatkan sumber daya kesehatan sesuai dengan standar

 Menguatkan pembiayaan dan sumber daya kesehatan

 Penguatan pembiayaan dan sumber daya kesehatan

Terwujudnya regulasi dan kebijakan kesehatan

 Menguatkan manajemen, regulasi, sistem informasi di bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan

 Penguatan manajemen, regulasi, sistem informasi di bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan

Mengacu kepada RPJMD Transisi Tahun 2014, maka Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 pada Renstra Dinas Kesehatan yaitu :

I. PROMOSI KESEHATAN

Kegiatan Pokok dan program ini adalah :

1. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) 2. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan 3. Kegiatan Promosi Kesehatan RS Pameungpeuk

II. PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT Kegiatan Pokok dan program ini adalah :

1. Pengawasan kualitas kesehatan lingkungan di sasaran prioritas provinsi

2. Penguatan kegiatan STBM dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

III. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN Kegiatan Pokok dan program ini adalah :

1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan KhususPendukung Peningkatan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat

2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kerja yang Prima dan Komprehensif 3. Pembinaan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Lansia

4. Kegiatan Gerakan Penyelamatan Masa Depan (Gema Mapan) Melalui Program Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

5. Pencegahan Kurang Gizi

6. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan

7. Kegiatan Pelayanan kepada Masyarakat Miskin Jawa Barat di RS Pameungpeuk 8. Kegiatan Dukungan Pelayanan kesehatan di RS Pameungpeuk

9. Penyediaan Bahan Penunjang dan Sarana Prasarana Pelayanan Kesehatan di RSUD Pameungpeuk

(22)

19

IV. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR Kegiatan Pokok dan Kegiatan Indikatif program ini adalah :

1. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung 2. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

3. Pencegahan Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah Imunisasi (PD3I) 4. Peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini Bencana Dan Kesehatan Matra 5. Surveilans Penyakit Dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

6. Upaya Peningkatan Kesehatan Paru Masyarakat Dalam Rangka Promosi Dan Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di BKPM

7. Pencegahan dan Pengendalian Program Penyakit Bersumber Binatang V. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN

Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini adalah :

1. Peningkatan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan Paru di BKPM 2. Pengembangan Pelayanan Laboratorium Kesehatan

3. Peningkatan Kualitas Kompetensi Tenaga Kesehatan

4. Kegiatan Ketersediaan, Pemerataan Keterjangkauan dan Mutu Sediaan Farmasi Kosalkes dan Mamin

5. Peningkatan Pelayanan Kesehatan di BKKM

6. Pengembangan Gedung BKKM Provinsi Jawa Barat Tahap II 7. Peningkatan Kuantitas Dan Kualitas SDM Kesehatan

8. Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian, Penggunaan Obat Rasional, Peredaran Sediaan Farmasi, Kosalkes dan Mamin

9. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor Bapelkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 10. Penguatan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat

11. Kegiatan Pengadaan Obat dan Bahan Makanan Pasien di RS Pameungpeuk 12. Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Pameungpeuk

13. Peningkatan Kualitas dan Kesejahteraan Pegawai RSUD PameungpeukRumah Sakit Pameungpeuk

VI. PROGRAM MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini adalah : 1. Manajemen Kesehatan BKKM Provinsi Jawa Barat

2. Peningkatan Kualitas BKPM sebagai Rujukan Kesehatan Paru di Provinsi Jawa Barat 3. Peningkatan Kapasitas BLK sebagai Centre of Excellent Pelayanan Kegiatan Diagnostik

dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

4. Peningkatan Kapasitas Bapelkes Sebagai Pusat Pelatihan Kesehatan 5. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

(23)

20

7. Akreditasi dan Sertifikasi Sarana Pelayanan Kesehatan, Kefarmasaian dan Alkes 8. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Bidang Kesehatan

9. Monitoring dan Evaluasi Bantuan Keuangan Pembangunan Bidang Kesehatan

Kegiatan unggulan maupun penunjang/tupoksi Tahun 2013 - 2018 disesuaikan dengan isu strategis setiap tahun pada Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018, dilaksanakan melalui penajaman kegiatan yang disesuaikan dengan isu strategis pada RKPD Jawa Barat tahun tersebut.

(24)

21 BAB III

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA

3.1. CAPAIAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

A. Capaian Kinerja Sasaran Stratejik Tahun 2016, dengan hasil sebagai berikut :

1. Misi 1 : Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

Tujuan 1 : Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk mencapai kualitas lingkungan yang sehat serta Perilaku Hidup Bersih dan sehat, dengan sasaran :

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (%) Realisasi Capaian (%)

1 2 3 4 5 6

1 Meningkatnya kemandirian Masyarakat

1

Persentase Rumah Tangga yang berprilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

55% 56,03% 101.87% 2 Persentase desa siaga aktif 66,7% 94,9% 143,63% 2 Meningkatnya kualitas penyehatan lingkungan 1

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas

59% 64,42% 109.19%

2

Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

53,5% 66,89% 126.09%

2. Misi 2 : Menjamin pelayanan kesehatan yang prima

Tujuan 2 : Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan sasaran :

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

1 2 3 4 5 6

1 Menurunnya ratio kematian ibu dan bayi

1 Ratio Kematian Ibu 89/100.000 KH

86,97/ 100.000

KH

102,33%

2 Ratio Kematian bayi 5,8/1000 KH 4,01/ 1000 KH

145%

3 Prevalensi gizi buruk 0,58 0.6 96,67%

4 Cakupan Persalinan oleh tenaga Kesehatan 86% 92,46% 107,51% 2 Meningkatnya pencegahan, 1 Persentasi desa/kelurahan mencapai UCI ≥90% 91% 91,8% 100.88%

(25)

22 pemberantasan,

pengendalian penyakit menular dan tidak menular

2 Persentase Treatment Succes Rate (TSR) TB 86% 62% 72,09% 3 Prevalensi Hipertensi 33,06% 32,59% 98.58% 4 Persentase Kabupaten/Kota dengan 100% Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan Jiwa 81,48% 92,59% 112.97%

3. Misi 3 : Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan

Tujuan 3 : Tepenuhinya Sumberdaya Kesehatan, dengan indikator :

NO Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

1 2 3 4 5 6 1 Meningkatkan sumberdaya kesehatan sesuai dengan standar 1

Persentase RSUD terisi dokter spesialis sesuai standar

97,36% 37,5% 38,52%

2

Persentase RSUD terisi Dokter Spesialis Penunjang sesuai standar

52,63% 64,29% 122,15%

3 Jumlah Puskesmas yang

sudah Terakreditasi 64 82 128.13%

4 Jumlah Rumah Sakit yang

sudah Terakreditasi 70 76 108.57%

5

Jumlah Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sesuai standar

78 78 100%

6

Persentasi ketersediaan obat essensial di instalasi farmasi kabupaten/kota

65% 78,04% 120.06% 2 Menuju universal

coverage JPKM

7 Persentase penduduk

(26)

23

4. Misi 4 : Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat

TUJUAN 4 : Terwujudnya Regulasi dan kebijakan kesehatan :

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Tahun 2016

Target Realisasi Capaian (%)

1 2 3 4 5 6

1 Terwujudnya Regulasi

dan kebijakan kesehatan 1

Jumlah dokumen regulasi kebijakan pembangunan Kesehatan 2 0 0% 2 Meningkatnya Data Kesehatan yang komprehensif 2

Jumlah Dokumen Data Prioritas Bidang

Kesehatan Provinsi Jawa Barat

1 1 100%

B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Indikator Kinerja Utama (Key Performace Indicator) merupakan suatu alat ukur keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategi organisasi sehingga memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik; serta memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Pencapaian Kinerja Sasaran Utama berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 dan tahun 2016 sebagai bahan evaluasi kinerja dengan membandingkan antara target dan realisasi serta capaian kinerja.

A.1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

1. Misi 1 : Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

1) Sasaran 1 : Meningkatnya kemandirian masyarakat.

Misi 2 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dengan sasaran pertama adalah meningkatnya kemandirian masyarakat.

a) Persentase Rumah Tangga yang berprilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

INDIKATOR SASARAN 2015 2016 TARGE T REALISA SI CAPAIA N PENILAI AN TARGE T REALISA SI CAPAIA N PENILAIA N Persentase Rumah Tangga yang berprilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

(27)

24 Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tahun 2016 adalah 56,03 %, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2015 sebesar 1,04%. Hal ini dikarenakan ada komitmen di Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program PHBS termasuk keikutsertaan organisasi masyarakat (ormas), LSM dan dunia usaha dalam pelaksanaan kampanye PHBS.

Permasalahan yang dihadapi adalah perlu pembinaan dari berbagai sektor, dan

dukungan khusus dari pemangku kebijakan dalam meningkatkan Indikator sasaran. Masalah Kesehatan Masyarakat yang disebabkan Perilaku Kesehatan dipengaruhi tingkat pendidikan, sehingga pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat sangat kurang.selain itu terdapat inkonsistensi alokasi sumber daya dan anggaran Promosi Kabupaten/Kota untuk peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pembinaan rumah tangga ber-PHBS masih belum sesuai dengan kebutuhan kegiatan promotif dan preventif.

Terdapat 9 Kabupaten/Kota yang sudah memiliki kebijakan publik dalam bentuk peraturan walikota/Bupati atau Peraturan Daerah tentang kawasan tanpa rokok (KTR) diantaranya Kota Bogor, Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Banjar, Kota Depok, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Indramayu.

Upaya yang harus dilakukan adalah perlu adanya komitmen pimpinan daerah untuk menerbitkan kebijakan publik berwawasan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan.

b) Persentase desa siaga aktif

Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi tahun 2016 sebesar 94,9% mengalami dibandingkan tahun 2015 dikarenakan pada tahun 2015 sebagai ukuran dari desa siaga aktif merupakan cakupan dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, untuk tahun 2016 di fokuskan pada peningkatan kualitas kegiatan di masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi adalah Kegiatan reflikasi emas yang pelaksanaannya akan dilaksanakan di kabupaten garut tidak dapat dilaksanakan dikarenakan jadwal pelaksanaan kegiatan terkendala dengan adanya musibah banjir bandang di Kabupaten Garut. Kegiatan reflikasi emas ini dalam melakukan pendekatan dengan melibatkan Ormas, LSM dan tokoh masyarakat; selain itu terdapat inkonsistensi alokasi sumber daya dan anggaran Promosi Kabupaten/Kota untuk peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pembinaan rumah tangga ber-PHBS masih belum sesuai dengan kebutuhan kegiatan promotif dan preventif. INDIKATOR

SASARAN

2015 2016

TARGET REALISASI CAPAIAN PENILAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN PENILAIAN Persentase

desa siaga aktif

(28)

25 Upaya yang harus dilakukan adalah perlu adanya dukungan kebijakan dari Pemerintah Provinsi berupa Peraturan Daerah dalam mengoptimalkan alokasi dana desa untuk kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) sesuai Peraturan Menteri Desa No. 5 Tahun 2015, meningkatkan peran dunia usaha dan organisasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat.

2) Sasaran 2 : Meningkatnya kualitas penyehatan lingkungan

c) Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang

berkualitas.

Tabel diatas memperlihatkan bahwa tahun 2016 pencapaian indikator kinerja Indikator tercapai targetnya karena disamping semua Kab/kota telah menyampaikan laporannya juga karena didukung adanya proses pembangunan sarana air minum yang didanai oleh Pamsimas/Sabermas dan anggaran lain. Dibandingkan dengan capaian kegiatan 2 (dua) tahun sebelumnya (tahun 2014 dan 2015) ada peningkatan capaian. Data- data di dapatkan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi maupun yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten / Kota (melalui Data Profil Kesehatan tahun 2015 – 2016) Dapat dilihat dari tabel data capaian dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.

Tabel 3.1

Persentase Penduduk yang memiliki Akses terhadap Air Minum yang Berkualitas

NO KABUPATEN / KOTA CAPAIAN PROGRAM TAHUN

2014 2015 2016 1 KABUPATEN BOGOR 42,21 55,81 61,59 2 KABUPATEN SUKABUMI 39,55 53,61 61,53 3 KABUPATEN CIANJUR 48,03 60,59 33,17 4 KABUPATEN BANDUNG 59,32 33,72 68,66 INDIKATOR SASARAN 2015 2016 TARGE

T REALISASI CAPAIAN PENILAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN PENILAIAN Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas

(29)

26 5 KABUPATEN GARUT 25,13 64,44 69,29 6 KABUPATEN TASIKMALAYA 55,05 70,51 67,76 7 KABUPATEN CIAMIS 11,44 42,06 79,49 8 KABUPATEN KUNINGAN 83,94 77,98 77,78 9 KABUPATEN CIREBON 68,94 58,99 57,91 10 KABUPATEN MAJALENGKA 55,72 73,38 71,05 11 KABUPATEN SUMEDANG 62,89 88,18 85,75 12 KABUPATEN INDRAMAYU 71,81 75,31 75,11 13 KABUPATEN SUBANG 83,62 84,37 84,97 14 KABUPATEN PURWAKARTA 27,11 68,05 71,44 15 KABUPATEN KARAWANG 36,67 21,32 23,69 16 KABUPATEN BEKASI 59,82 64,52 35,12

17 KABUPATEN BANDUNG BARAT 79,47 81,52 98,55

18 KABUPATEN PANGANDARAN 29,82 65,37 36,10 19 KOTA BOGOR 70,4 91,54 78,04 29 KOTA SUKABUMI 22,54 11,57 75,70 21 KOTA BANDUNG 70,62 68,08 73,76 22 KOTA CIREBON 92,6 85,35 94,01 23 KOTA BEKASI 79,26 81,85 82,51 24 KOTA DEPOK 67,61 74,45 73,56 25 KOTA CIMAHI 71,79 7,24 18,61 26 KOTA TASIKMALAYA 75,86 41,9 72,27 27 KOTA BANJAR 71,23 66,48 84,46 JAWA BARAT 57,04 61,94 64,42

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan Prov. Jabar

Melihat tabel di atas, ada 3 Kabupaten / Kota yang capaiannya tinggi dibandingkan dengan Kab/Kota yang lain, yaitu Kabupaten Bandung Barat, Kota Cirebon dan Kabupaten Sumedang. Sebaliknya Kabupaten Cianjur dan Kab. Karawang mengalami penurunan capaian. Hal ini kemungkinan data yang didapatkan dari puskesmas di Kab Cianjur dan Karawang belum semua disampaikan ke Dinkes Kabupaten Cianjur dan Karawang sampai dengan bulan Desember tahun 2016.

(30)

27

a) Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

Tabel diatas memperlihatkan bahwa tahun 2016 pencapaian indikator kinerja Indikator tercapai targetnya karena disamping semua Kab/kota telah menyampaikan laporannya. Data- data di dapatkan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi maupun yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten / Kota (melalui Data Profil Kesehatan tahun 2015 – 2016). Dapat dilihat dari tabel data capaian dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.

Tabel 3.2

Persentase Penduduk yang menggunakan Jamban Sehat

NO KABUPATEN /KOTA CAPAIAN PROGRAM TAHUN

2014 2015 2016 1 KABUPATEN BOGOR 11,9 6,8 71,26 2 KABUPATEN SUKABUMI 14 47,3 52,94 3 KABUPATEN CIANJUR 42,4 39 43,36 4 KABUPATEN BANDUNG 39,2 38 64,99 5 KABUPATEN GARUT 59 59,5 66,75 6 KABUPATEN TASIKMALAYA 15,4 63,3 59,60 7 KABUPATEN CIAMIS 42,1 42,4 42,26 8 KABUPATEN KUNINGAN 84,2 78,7 79,35 9 KABUPATEN CIREBON 66 60,4 60,73 10 KABUPATEN MAJALENGKA 51,3 58 62,42 11 KABUPATEN SUMEDANG 72,8 67,9 87,79 12 KABUPATEN INDRAMAYU 61,7 61,7 65,92 13 KABUPATEN SUBANG 74,6 71,4 85,64 14 KABUPATEN PURWAKARTA 55,3 62,5 69,31 15 KABUPATEN KARAWANG 52,2 47,9 93,27 INDIKATOR SASARAN 2015 2016 TARGE T REALISASI CAPAI AN (%) PENILAI

AN TARGET REALISASI

CAPAI AN (%) PENILAI AN Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat 53% 53,3% 100,56 % Sangat Baik 53,5% 66,89 % 125,02 % Sangat Baik

(31)

28

16 KABUPATEN BEKASI 70,9 68 52,50

17 KABUPATEN BANDUNG BARAT 65,3 78,6 80,55

18 KABUPATEN PANGANDARAN 27,9 53,3 46,54 19 KOTA BOGOR 57,4 75,4 70,81 29 KOTA SUKABUMI 45,8 8,2 43,10 21 KOTA BANDUNG 66,8 63,8 70,65 22 KOTA CIREBON 87,1 81,5 89,94 23 KOTA BEKASI 77,3 79,9 83,34 24 KOTA DEPOK 64,8 67,7 73,49 25 KOTA CIMAHI 55,8 45,2 52,96 26 KOTA TASIKMALAYA 36,2 29,7 33,94 27 KOTA BANJAR 48,1 71,2 80,74 JAWA BARAT 52,9 53,3 66,89

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan Prov. Jabar tahun 2016

Permasalahan yang dihadapi adalah 1) alokasi anggaran belum dapat memenuhi semua tugas pokok yaitu dalam hal pengawasan kualitas lingkungan prioritas provinsi, seperti pengawasan kualitas lingkungan industri di daerah perbatasan, peningkatan kapasitas tenaga dalam pengambilan dan pemeriksaan sampel lingkungan, audit kesehatan lingkungan di lokasi terbatas dan pengembangan wilayah sehat. Dan adanya efisiensi biaya (dana APBN tahun 2016 yang mengalami efisiensi biaya); 2) Kapasitas tenaga pengelola kesehatan lingkungan di provinsi terbatas jumlah dan kompetensinya, mengingat banyaknya program dan kegiatan yang harus dilaksanakan. Keterbatasan tenaga di tingkat provinsi terutama pada tenaga teknis, sehingga tidak sebanding dengan program dan kegiatan yang ada); 3) Pedoman, Peraturan, Juklak dan Juknis yang masih terbatas; 4) Peran koordinasi antar sektor dan pelibatan peran non pemerintahan yang masih harus ditingkatkan.

Upaya yang harus dilakukan adalah Kab/Kota agar melaksanakan pengawasan terhadap

tempat umum, tempat pengelolaan makanan daan melaporkan hasil kegiatan sesuai format yang telah disepakati dalam pertemuan tentang kualitas penyehatan lingkungan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Jabar setiap triwulan. Apabila terjadi kasus keracunan pangan di kab/kota agar segera melaporkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat beserta hasil investigasi. Seksi penyehatan lingkungan Kabupaten/Kota agar melaksanakan Sosialisasi e – monev HSP kepada petugas Kesehatan Lingkungan di Puskessmas.

(32)

29

2. Misi 2 : Menjamin pelayanan kesehatan yang prima

1) Sasaran 1 : Menurunnya Ratio Kematian Ibu dan Bayi

Misi 2 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah menjamin pelayanan kesehatan yang prima, dengan sasaran pertama adalah menurunnya ratio kematian Ibu dan Bayi.

a) Ratio kematian ibu.

Tahun 2016 ratio kematian ibu dibawah capaian target, yaitu target yang harus dicapai sebesar 89/100.000 KH, dengan realisasi sebesar 86,97/100.000 KH. Hal ini baik sekali karena ada penurunan kematian ibu di banding tahun 2016. Capaian tahun 2016 dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya, jumlah kematian ibu pada tahun 2014 sebanyak 748 jiwa, jumlah kematian ibu pada tahun 2015 sebanyak 823 jiwa dan jumlah kematian ibu pada tahun 2016 sebanyak 797 jiwa, sehingga terdapat penurunan ratio kematian ibu pada tahun 2016 sebesar 86,97/100.000 KH.

Tabel 3.1

Jumlah Kematian Ibu Tahun 2016

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan Prov. Jabar tahun 2016

Permasalahan yang dihadapi adalah adanya tata kelola klinis yang belum maksimal, kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan, pencatatan dan pelaporan yang belum optimal. Adapun penyebab tidak langsung dikarenakan kondisi ibu hamil anemia, Surveilans kematian ibu belum dijalankan dengan optimal, Regulasi BPJS yang kurang tepat terhadap pelayanan kasus kebidanan khususnya dimana ibu hamil yang memiliki faktor risiko/berisiko tidak bisa di rujuk langsung ke FKTL namun harus dikelola di FKTP, sementara kasus-kasus INDIKAT

OR SASARAN

2015 2016

TARGET REALISASI CAPAIAN (%) PENILAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN (%) PENILAIAN Ratio kematian ibu 90/ 100.000 KH 88,10/ 100.000K H 102,11 % Sangat Baik 89/ 100.00 0KH 86,97/ 100.000K H 102,33 Sangat Baik

(33)

30 kebidanan itu dapat terjadi kegawatdaruratan kapanpun dan bila tidak segera ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai standar maka akan terjadi keterlambatan dan bisa mengakibatkan meninggal. sebab kematian ibu diantaranya pendarahan sebesar 206 (25.85%), hipertensi dalam kehamilan sebesar 254 (31.87%), infeksi sebesar 33 (4.14%), gangguan sistem peredaran darah (jantung, Stroke, dll) sebesar 129 (16,18%).

Grafik 3.1 Sebab Kematian Ibu

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan Prov. Jabar tahun 2016

Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencapai target

indikator program melaksanakan pembinaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Lansia melalui kegiatan pertemuan pemantapan dan perencanaan program KIA, Kesehatan Reproduksi dan KB melalui PT KIA di Provinsi Jawa Barat dan 5 Kab/Kota, orientasi dan penguatan jejaring kemitraan penanganan kasus KTP/KTA, Pertemuan koordinasi organisasi profesi, pengembangan program SDIDTK, pengembangan model penyelamatan ibu dan bayi baru lahir di 5 Kab/Kota, pertemuan koordinasi bintek terpadu, pemeriksaan skrening hipothyroid. Dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi, dilakukan dengan pendekatan Continuum of Care yang dimulai sejak masa pra hamil, hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, hingga remaja (pria dan wanita usia subur). Pada masa pra hamil, program ditujukan bagi pasangan usia subur (PUS) melalui program keluarga berencana, yang diarahkan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Dengan demikian, diharapkan setiap PUS dapat merencanakan kehamilannya dengan baik dan terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Untuk PUS juga dikembangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di Puskesmas.

(34)

31

b) Ratio Kematian Bayi

Untuk mendapatkan data Angka Kematian Bayi harus dilakukan melalui survei, baik yang dilakukan oleh BPS maupun lembaga-lembaga survei yang sudah diakui baik secara nasional maupun internasional. Demikian pula dengan angka kematian bayi di Jawa Barat belum mendapatkan data dari hasil survey-survey tersebut diatas, sehingga kematian bayi di Provinsi Jawa Barat didapat berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, yaitu didapat dari jumlah kematian bayi dibagi jumlah kelahiran hidup dikali 1000 KH. Ratio kematian ibu tahun 2016 4,01/1000 KH menurun di bandingkan tahun 2016 4,4 %. Hal ini baik sekali karena terdapat penurunan kematian bayi

Jumlah kematian bayi pada tahun 2016 sebanyak 3730 bayi mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2015 sebanyak 4.124 bayi, sebanding dengan penambahan jumlah penduduk di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46.646.710 jiwa dan secara ratio masih dibawah target dan AKB nasional.

Tabel 3.2

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan Prov. Jabar tahun 2016

Ratio kematian bayi tahun 2016 menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2015, yaitu 4,4/1000 KH, pada tahun 2016 yaitu 4,01/1000 KH, sehingga pencapaiannya menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2015. Penyebab kematian neonatal pada tahun 2016 diakibatkan oleh BBLR sejumlah 1298 bayi, asfiksia sejumlah 781 bayi, sepsis sejumlah 127 bayi, pnemonia sejumlah 143 bayi, diare sejumlah 65 bayi, kelainan saluran cerna INDIKATOR

SASARAN

2015 2016

TARGET REALISASI CAPAIAN (%) PENILAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN (%) PENILAIAN Ratio

kematian bayi

6/1000

(35)

32 sejumlah 26 bayi, kelainan saraf sejumlah 10 bayi dan lain-lain sejumlah 445 bayi. Penyebab tidak langsung diakibatkan karena anemia ibu hamil dalam kehamilan, infeksi, kualitass ANC yang tidak optimal, kepatuhan petugas yang masih kurang, cakupan kunjungan layanan antenatal dan koordinasi lintas sektor.

Grafik 3.2

Sebab Kematian Bayi Lahir Mati

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan Prov. Jabar tahun 2016

Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencapai target

indikator program melaksanakan penguatan manajemen Kab/kota dan peningkatan koordinasi dengan jejaring lintas sektor, kerjasama dengan perguruan tinggi dan organisasi profesi, peningkatan tata kelola klinis, penguatan pelayanan kegawatdaruratan dan optimalisasi dalam pencatatan pelaporan.

c) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pada masa kehamilan, program ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya, dan apabila terdapat komplikasi atau faktor risiko diupayakan dapat dideteksi secara dini dan dilakukan intervensi. Kegiatan yang dilakukan meliputi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), pelayanan antenatal terpadu (HIV, malaria, gizi, dll), dan pelaksanaan kelas ibu hamil. Pada tahap persalinan dan nifas, diupayakan agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui pengembangan rumah tunggu kelahiran di daerah dengan akses sulit dan kemitraan bidan dan dukun untuk daerah dengan proporsi persalinan oleh dukun masih tinggi. Setelah melahirkan, diupayakan agar setiap ibu mendapat pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan. Apabila terjadi komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, maka perlu dirujuk dan mendapatkan penanganan tepat waktu di fasyankes dasar (Puskesmas PONED) maupun fasyankes lanjutan (RS PONEK). Pencapaian indikator kinerja cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar

Tabel  diatas  memperlihatkan  hasil  realisasi  tahun  2016  sebesar  94,9%  mengalami   dibandingkan tahun 2015 dikarenakan pada tahun 2015 sebagai ukuran dari desa siaga aktif  merupakan  cakupan  dari  pelaksanaan  pemberdayaan  masyarakat  bidang  kes
Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  tahun  2016  pencapaian  indikator  kinerja  Indikator  tercapai targetnya karena disamping semua Kab/kota telah menyampaikan laporannya juga  karena  didukung  adanya  proses  pembangunan  sarana  air  minum  yang  di
Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  tahun  2016  pencapaian  indikator  kinerja  Indikator  tercapai  targetnya  karena  disamping  semua  Kab/kota  telah  menyampaikan  laporannya
Grafik 3.1  Sebab Kematian Ibu

Referensi

Dokumen terkait

Internal Fraud adalah penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap (honorer dan outsourcing) Bank Kalteng terkait dengan proses kerja

Maka upaya perlindungan hukum represif yang bisa diimplementasikan korban pencurian pada saat bencana alam di Kota Palu tersebut yang sesuai dan diharapkan bisa

Untuk melakukan desain elemen beton (balok dan kolom) dan elemen baja (profil IWF) yang terdapat struktur jembatan penyeberangan, perlu terlebih dahulu

Selain lima jenis gula utama ini, terdapat ratusan jenis karbohidrat berukuran kecil lainnya yang terdapat pada tanaman dan susu, tetapi tidak satupun yang berasa sangat manis

 Tanpa menggunakan bahan koagulan dan flokulan. Dalam hal ini bahan yang digunakan hanya larutan kaporit untuk mendapatkan konsentrasi sisa klor yang cukup agar

· Bahan pemadaman yang tidak sesuai karena alasan keselamatan: Air dengan tekanan jet penuh · Bahaya khusus akibat dari zat atau campuran Tidak ada informasi lebih lanjut yang

Berkaitan dengan aset, perlindungan hukum berarti perlindungan terhadap aset tersebut agar dapat digunakan dan tidak disalahgunakan. Perlindungan hukum terhadap aset wakaf

Tidak Mementingkan Unsur Kesengajaan Tindak Pidana Pencurian Ikan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia “setiap orang yang memiliki dan/atau