• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik wanita pascamenopause.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik wanita pascamenopause."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

8

Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran mental indeks pada

radiografi panoramik wanita pascamenopause.

(Sensitivity, specificity, and accuracy of mental index measurement on

panoramic radiograph of post-menopausal women)

R.P.Bambang Noerjanto1, Yunita Savitri1, Mirna Cathryna Putri2

1

Staf Pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi 2

Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya – Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang. Radiografi panoramik dapat digunakan untuk melihat dan mendeteksi

manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut, seperti osteoporosis.Osteoporosis adalah penyakit tulang paling umum pada orang dewasa, terutama pada wanita pascamenopause. Gold standard untuk mendeteksi osteoporosis hingga saat ini adalah teknik DXA, namun mental indeks sebagai salah satu indeks radiografi panoramik telah dikembangkan untuk mendeteksi osteoporosis. Mental indeks adalah ketebalan kortikal mandibula rata-rata dihitung secara bilateral pada radiografi panoramik di daerah di bawah foramen mentale. Tujuan. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi mental indeks pada radiografi panoramik dalam mendeteksi osteoporosis pada wanita pascamenopause. Metode. Subjek penelitian ini adalah 18 orang yang menderita osteoporosis dan 18 orang yang tidak osteoporosis, yang didapatkan dari pemeriksaan DXA. Foto panoramik dilakukan pada subjek tersebut, kemudian dilakukan pengukuran mental indeks pada hasil radiografi panoramik. Hasil Pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik wanita pascamenopause menghasilkan sensitivitas sebesar 83%, spesifisitas 67%, dan akurasi 75%. Simpulan. Pengukuran mental indeks terhadap wanita pascamenopause yang menderita osteoporosis efektif sehingga mental indeks dapat digunakan sebagai indikator awal untuk mendeteksi osteoporosis.

Kata kunci: osteoporosis, mental indeks, sensitivitas, spesifisitas, akurasi.

ABSTRACT

Background. Panoramic radiograph can be used to see and detect the systemic manifestation in

mouth, such as osteoporosis. Osteoporosis is a bone disease which is often happened in adults, especially in postmenopausal women. Gold standard for detecting osteoporosis until now is DXA technique, but mental index as one of panoramic radiograph index has been developed to detect osteoporosis. Mental index is the mandible cortical width which is measured bilaterally at the site of mental foramen on panoramic radiograph. Purpose. To know the sensitivity, specificity, and accuracy of mental index on panoramic radiograph for detecting osteoporosis in postmenopausal women. Method. Experimental subjects were 18 osteoporotic females and 18 non-osteoporotic females as the results of DXA examination. Panoramic radiographs were obtained from those subjects, then the measurement of mental index on panoramic radiograph was done. Result. The measurements of mental index on panoramic radiograph of postmenopausal women yield sensitivity 83%, specificity 67%, and accuracy 75%.

Conclusion. The measurement of mental index for osteoporotic postmenopausal women is effective, so it

is able to use as the early indicator for diagnosing osteoporosis.

Keywords: osteoporosis, mental index, sensitivity, specificity, accuracy

(2)

9

Korespondensi (correspondency) : Mirna Cathryna Putri. Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Jl. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia. Email : mcathryna@yahoo.com

PENDAHULUAN

Radiografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk membantu menegakkan suatu diagnosa. Radiografi pada kedokteran gigi dibagi menjadi intra oral dan ekstra oral. Radiografi ekstra oral yang sering digunakan di kedokteran gigi salah satunya adalah radiografi panoramik.1 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa radiografi panoramik dan periapikal adalah yang paling sering digunakan dalam distribusi teknik foto di Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG Padjajaran.2 Radiografi panoramik dapat digunakan untuk melihat kelainan dan penyakit rongga mulut, serta untuk melihat dan mendeteksi manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut. Manifestasi penyakit sistemik tersebut antara lain, yaitu penyakit arteri karotid, diabetes mellitus, hiperparatiroidisme, tuberkulosis, sifilis, metastase malignansi, dan osteoporosis.3

Osteoporosis adalah penyakit tulang paling umum pada orang dewasa, terutama pada usia tua. Prevalensi osteoporosis pada wanita lebih besar daripada pria untuk usia di atas 55 tahun, dengan proporsinya yaitu 30,4% wanita dan 27,7% pria untuk kelompok usia 60-64 tahun, 39,2% wanita dan 32,3% pria pada kelompok usia 65-69 tahun, serta 58,9% wanita dan 43,6% pria pada kelompok usia di atas 70 tahun.4 Wanita memiliki resiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibandingkan dengan pria dikarenakan faktor hormonal, yaitu menurunnya estrogen saat pascamenopause. Hampir 90% wanita di atas 75 tahun mempunyai bukti-bukti osteoporosis yang secara radiologis bermakna.5

Gold standard untuk mendeteksi

osteoporosis hingga saat ini adalah teknik DXA dengan cara mengukur densitas mineral tulang (BMD) tulang belakang dan tulang panggul, namun ketersediaan DXA di Indonesia terbatas dan tidak tersebar merata, serta biayanya cukup mahal.6 Penelitian terbaru mencoba menggunakan

radiografi panoramik sebagai alat pendeteksi osteoporosis. Penelitian saat ini meneliti mengenai kaitan radiografi panoramik dan osteoporosis, baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri, dan menunjukkan bahwa radiografi panoramik dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis.7,8 Alat diagnostik atau parameter yang dapat diukur dari gambaran radiografi panoramik adalah mandibular

angular cortex, gonion index, mental index atau mandibular cortical width, dan panoramic mandibular index. Pengukuran

sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi perlu dilakukan untuk mengetahui keefektifan radiografi panoramik dalam mendeteksi osteoporosis.7 Penelitian sebelumnya di Lithuania mendapatkan hasil sensitivitas pengukuran osteoporosis dengan MI sebesar 73,5% dan spesifisitas 72,6%, namun pengukuran sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi mental index radiografi panoramik dalam mendeteksi osteoporosis belum pernah dilakukan di Indonesia.9

Penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik penderita osteoporosis berdasarkan uraian latar belakang tersebut.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional deskriptif yang dilakukan di UPF Radiologi Kedokteran Gigi Universitas Airrlangga. Sampel penelitian ini adalah 36 wanita yang datang ke laboratorium klinik Pramita Surabaya di Jalan Jemur Andayani no. 67 Surabaya untuk melakukan tes BMD dengan membawa konsul dari, dokter dengan kriteria sebagai berikut (1) wanita yang berusia lebih dari 50 tahun; (2) telah mengalami menopause; (3) positif osteoporosis dan tidak mengalami osteoporosis; dan (4) tidak memiliki penyakit sistemik lain. Alat dan bahan yang

(3)

10 digunakan dalam penelitian ini adalah film

panoramik, viewer, kaliper dengan ketelitian 0,05, kertas transparan, penggaris, busur derajat, dan spidol.

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok sampel yaitu 18 wanita osteoporosis dan 18 wanita tidak osteoporosis berdasarkan hasil DXA. Foto panoramik kemudian dilakukan pada kedua kelompok sampel tersebut. Hasil radiografi diamati dan dilakukan pengukuran mental indeks oleh 3 orang pengamat. Mental indeks adalah ketebalan kortikal mandibula rata-rata dihitung secara bilateral pada radiografi panoramik di daerah di bawah foramen mentale, yaitu dengan mengukur garis pada kortikal mandibula yang dibuat tegak lurus dari foramen mentale terhadap garis singgung paralel yang menyinggung batas dari superior dan inferior kortikal mandibula. Sampel didiagnosa osteoporosis berdasarkan mental indeks apabila nilai mental indeks ≤ 3 mm.10

Gambar 1 : Pengukuran mental indeks11

Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dihitung setelah pengukuran mental indeks dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.12

Keterangan : a = true positive b = false positive c = false negative d = true negative

Analisis data dilanjutkan dengan uji

Friedman menggunakan SPSS setelah

perhitungan nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi masing-masing pengamat dilakukan.

HASIL

Hasil sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Hasil sensitivitas, spesifisitas, dan

akurasi pengukuran mental indeks

Pengamat Sensiti-vitas Spesifisi-tas Aku-rasi Pengamat 1 83 % 67 % 75 % Pengamat 2 83 % 61 % 72 % Pengamat 3 72 % 61 % 67 %

Uji Friedman pada data normal (yang tidak osteoporosis) dan osteoporosis digunakan untuk memastikan ada perbedaan atau tidak dari perhitungan tiap pengamat. Hasil uji Friedman pada data normal dan osteoporosis adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil uji Friedman

Wanita Pascamenopause

Hasil uji

Friedman Asymp. Sig

Sampel osteoporosis 0,264

(4)

11 Jika asymp. sig > 0.05 maka tidak ada

perbedaan yang berarti, sebaliknya jika

asymp. sig < 0.05 maka terdapat perbedaan. Asymp. sig data sampel tidak osteoporosis

pada tabel 5.3 adalah 0.607 dan asymp. sig data osteoporosis adalah 0.264. Kedua hasil tersebut lebih besar daripada 0.05, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan perhitungan dari tiap pengamat baik dalam mengukur sampel yang osteoporosis maupun yang tidak osteoporosis.

PEMBAHASAN

Panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi. Penelitian ini menggunakan radiografi panoramik karena radiografi panoramik memiliki jangkauan area yang luas untuk melihat tulang wajah dan gigi. Kelebihan radiografi panoramik salah satunya adalah dosis radiasinya yang relatif rendah.13

Osteoporosis didefinisikan sebagai gangguan skeletal yang ditandai dengan penurunan massa dan kekuatan tulang sehingga meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Osteoporosis dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dan terutama terjadi pada wanita pascamenopause.14

Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis. Indeks radiografi panoramik yang digunakan untuk mendeteksi osteoporosis pada wanita pascamenopause salah satunya adalah mental indeks. Mental indeks dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis karena penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penipisan ketebalan korteks mandibula di bawah foramen mentale memiliki korelasi yang signifikan dengan rendahnya densitas mineral tulang (BMD) atau osteoporosis.15

Uji sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan mental indeks dalam mendeteksi osteoporosis. Nilai sensitivitas mental indeks sebesar 83%, yang berarti kemampuan pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik untuk memberikan hasil positif bagi mereka yang menderita osteoporosis sebesar 83%. Nilai spesifisitas mental indeks sebesar 67%,

yang berarti kemampuan pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik untuk memberikan hasil negatif pada mereka yang tidak menderita osteoporosis sebesar 67%. Nilai akurasi mental indeks sebesar 75%, yang berarti kemampuan mental indeks untuk mendeteksi secara benar seluruh subjek yang diuji sebesar 75%.

Alat uji diagnostik dengan tingkat sensitivitas yang tinggi dibutuhkan untuk mendeteksi penyakit. Spesifisitas yang tinggi lebih dibutuhkan untuk memperkuat dugaan adanya suatu penyakit, bukan untuk mendeteksi suatu penyakit.16,17 Hasil penelitian menunjukkan nilai sensitivitas yang tinggi meskipun spesifisitasnya lebih rendah, hal ini berarti mental indeks dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis. Sensitivitas yang tinggi dipengaruhi oleh tingginya nilai positif sejati (orang sakit yang diuji juga positif sakit) dan rendahnya nilai negatif palsu (orang sakit yang salah uji negatif atau normal untuk penyakit tersebut). Akurasi yang dihasilkan yaitu sebesar 75%, hal ini berarti bahwa pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik bisa dikatakan cukup akurat dalam mendeteksi osteoporosis.

Spesifitas mental indeks lebih rendah jika dibandingkan dengan sensitivitas karena pada kenyataannya sensitivitas dan spesifisitas dipasangkan dengan cara berlawanan. Tes yang sangat sensitif secara umum memiliki spesifisitas yang rendah, dan tes yang sangat spesifik memiliki sensitivitas yang rendah. Jadi, semakin tinggi sensitivitas suatu uji, maka semakin rendah spesifisitasnya. Adanya peningkatan dalam hasil positif-palsu (false positive), yaitu orang normal yang salah uji menjadi positif untuk suatu penyakit, juga akan menurunkan spesifisitas suatu tes.16

Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi tersebut menunjukkan bahwa mental indeks cukup efektif untuk digunakan dalam mendeteksi osteoporosis dan hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa mental indeks efektif sebagai indikator osteoporosis pada wanita pascamenopause dengan hasil sensitivitas tinggi (73%) dan spesifisitas yang rendah (58%).18 Penelitian

(5)

12 lain juga menyatakan bahwa mental indeks

merupakan indeks yang paling akurat dan efektif dalam mendeteksi osteoporosis.19 SIMPULAN

Pengukuran mental indeks pada

radiografi panoramik wanita

pascamenopause menghasilkan sensitivitas sebesar 83%, spesifisitas 67%, dan akurasi 75%. Pengukuran mental indeks terhadap wanita pascamenopause yang menderita osteoporosis efektif sehingga mental indeks dapat digunakan sebagai indikator awal untuk mendeteksi osteoporosis.

DAFTAR PUSTAKA

1. White SC, Pharoah MJ. 2009. Oral Radiology Principles and Interpretation. 6th ed. United States : Mosby, Inc. p. 53, 175, 183 – 186.

2. Wahyu H. 2007. Gambaran Distribusi Teknik Foto Rontgen Gigi yang Digunakan di RSGM-FKG UNPAD. p. 18.

3. Farman AG. 2007. Panoramic Radiology Seminars on Maxillofacial Imaging and Interpretation. USA : Springer. p. 34 – 38, 171-173.

4. Jahari AB, Sri Prihatini. 2007. Risiko Osteoporosis di Indonesia. Gizi Indonesia Vol 30(1), p. 1-11.

5. Swartz MH. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Editor Edisi Bahasa Indonesia: Harjanto Effendi. Jakarta: EGC. p. 310.

6. Ichramsyah AR, Setyohadi B, Kusumawijaya K, Jatim NM, Suharti, Muharram, Susanti M, Samsuridjal, Soewondo P, Roesadi D, Makmur S, Kasma N, Jasmarizal. Penggunaan Bone Densitometry pada Osteoporosis. Dalam : HTA Indonesia 2005, p. 4,9,24.

7. Taguchi A. 2010. Triage Screening for Osteoporosis in Dental Clinics Using Panoramic Radiographs. Journal of Oral Diseases Vol 16, p. 316-327. 8. Zainal A, Agus Z. 2009. Analisa

Kerapatan Trabecular Bone Berbasis Graph Berbobot pada Citra Panorama Gigi Untuk Identifikasi Osteoporosis. JUTI Vol 7(3), p. 1-6.

9. Jagelaviciene E, Krasauskiene A, Zalinkevicius R, Kubilius R, Vaitkeviciene I. 2013. The relationship between the calcaneal bone mineral density and the mental index in

post-menopausal females.

Dentomaxillofacial Radiology Vol 42, p. 1-7.

10. Taguchi A, Tsuda M, Ohtsuka M, Kodama I, Sanada M, Nakamoto T, Inagaki K, Noguchi T, Kudo Y, Suei Y, Tanimoto K, Bollen AM. 2006. Use of Dental Panoramic Radiographs in Identifying Younger Postmenopausal

Women with Osteoporosis.

Osteoporosis Int Vol 17, p. 387-394. 11. Sylviana H, Azhari, Fahmi O. 2011.

Description of Mandibular Bone Quality Based on Measurements of Cortical Thickness using Mental Index of Male and Female Patients between 40-60 Years Old. Imaging Science in Dentistry Vol 41, p. 151-153.

12. Morton RF, Hebel JR, McCarter RJ. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistika. Editor Bahasa Indonesia: Ferna Solekhah. Jakarta: EGC. hal. 54-57.

13. Varghese, J dan Jose, M. 2011. Panoramic Radiograph a Valuable Diagnostic Tool in Dental Practice-Report of Three Cases. International Journal of Dental Clinics Vol 3(4), p. 47-49.

14. DutraV, Yang J, Devlin H, Susin C. 2005. Radiomorphometric Indices and Their Relation to Gender, Age, and Dental Status. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod Vol 99, p. 479-484.

15. Taguchi A, Ohtsuka M, Tsuda M, Nakamoto T, Kodama I, Inagaki K, Noguchi T, Kudo Y, Suei Y, Tanimoto K. 2007. Risk of Vertebral Osteoporosis in Post-menopausal Women with Alterations of the

Mandible. Journal of

Dentomaxillofacial Radiology Vol 36, p. 143-148.

16. Sacher RA, McPherson RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Editor Bahasa

(6)

13 Indonesia: Huriawati Hartanto. Jakarta:

EGC. p. 4-5.

17. Budiarto E. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta : EGC. p. 185. 18. Bhatnagar S, Khrishnamurthy V,

Pagare SS. 2013. Diagnostic Efficacy of Panoramic Radigraphy in Detection of Osteoporosis in Post-Menopausal Women with Low Bone Mineral Density. Journal of Clinical Imaging Vol 3(2), p.1-7.

19. LeiteAF, Figueiredo PTS, Guia CM, Melo NS, Paula AP. 2010. Correlations

between Seven Panoramic

Radiomorphometric Indices and Bone Mineral Density in Postmenopausal Women. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod Vol 109, p. 449-456.

Gambar

Tabel 1. Hasil sensitivitas, spesifisitas, dan  akurasi pengukuran mental indeks

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) siswa yang berkemampuan tinggi dapat memperbaiki kesalahan konsep siswa yang berkemampuan sedang dan rendah dalam proses

komposit dengan perekat polimer polyurethane lebih dari jenis perekat polimer polyvinyl acetate mendukung bahwa komposit dengan perekat polimer polyurethane memiliki daya adhesif

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa upaya yang telah dilakukan mahasiswa prodi pendidikan biologi untuk mengatasi kesulitan belajar adalah dengan membagi waktu

UPT Medan Utara dahulu terdiri dari lima seksi yaitu : Seksi Bagian Tata Usaha, Seksi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Seksi Pendapatan Lain- lain (PLL), Seksi Pengambilan

Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap kondisi stres yang mungkin terjadi pada lumba-lumba hidung botol (T. aduncus) yang hidup di Kawasan Konservasi Mamalia Air PT

Pelaksanaan pemberian hukuman bagi anggota Polri yang melakukan tindak pidana oleh anggota Kepolisian Polda Nusa Tenggara Barat yaitu melalui Proses pe-radilan

variabel audit operasional sebesar 1,075 dan variabel persediaan pengelolaan barang dagangan sebesar 1,075, yang artinya seluruh variabel independen pada penelitian ini tidak

Suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak Diharapkan,yang dapat mengakibatkan atau berpotensimengakibatkan cedera Pada pasien.Sistem ini