• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Produktivitas

Peningkatan produktivitas merupakan motor penggerak kemajuan ekonomi dan keuntungan perusahaan. Produktivitas juga penting untuk meningkatkan upah dan penerimaan seseorang. Suatu Negara yang tidak dapat meningkatkan produktivitasnya akan segera mengalami penurunan dalam standar kehidupannya.

Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Hubungan ini sering umum dinyatakan sebagai rasio output dengan input. Jika lebih banyak output yang dihasilkan dengan input yang sama, maka disebut terjadi peningkatan produktivitas. Begitu juga kalau input yang lebih rendah dapat menghasilkan output yang tetap, maka produktivitas dikatakan meningkat.

(2)

Para menejer operasi adalah pelopor peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Selama bertahun-tahun menajer operasi telah berperan dalam upaya peningkatan produktivitas dipabrik. Tantangan serupa kini juga sedang dihadapi para menejer operasi industri jasa. Namun demikian ternyata bahwa meningkatkan produktivitas pada fungsi operasi saja tidaklah cukup. Bagian paling luas bagi peningkatan produktivitas adalah di bidang penjualan, keuangan, kepegawaian, pengolahan data, dan bagian staf lainnya. Banyak perusahaan yang telah berhasil mengendaliakan ongkos tenaga kerja langsung tetapi ternyata gagal mengendalikan ongkos tenaga kerja tidak langsung sehingga produktivitas perusahaan menurun. Oleh karena itu produktivitas perusahaan harus dilihat sebagai masalah organisasi secara luas.

Pada bidang manajemen operasi, produktivitas tergantung pada semua keputusan-keputusan sebelumnya, termasuk perancangan proses operasi, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kebijaksanaan kualitas. Hal ini berarti bahwa produktivitas merupakan ukuran kinerja yang terintegrasi dari seluruh sistem operasi.

2.1.1 Definisi Produktivitas

Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetus oleh David Ricardo dan Adam Smith tahun 1810. Inti konsep adalah bagaimana output akan berubah apabila bersama input berubah. Istilah atau kata produktivitas muncul pada artikel Franscois Quesnay tahun 1766, ekonomi perancis. Kemudian pada tahun 1883, littre adalah “faculty of produce”. Beberapa definisi produktivitas antara lain:

(3)

a. Menurut Sumarth tahun 1979, produktivitas total adalah rasio antara tangible output dengan tangible input.

b. Menurut Gordon K.C.Chen adalah perbandingan antara output yang diproduksi dengan unit sumber daya yang digunakan selama proses. Output yang diukur merupakan agregat output produksi sedangkan input adalah segala sumber daya yang digunakan dalam proses. Dalam produktivitas berhubungan dengan efektivitas dalam mencapai hasil dan menggunakan sumber daya dengan efisien.

c. Menurut Siegel, produktivitas berkenaan dengan sekumpulan perbandingan antara output dan input.

d. Menurut Kendrick dan Cremer, produktivitas merupakan definisi fungsional untuk produktivitas parsial, produktivitas total dan factor total produktivitas.

e. Menurut Rome Conference, European Produktivity Agency, tahun 19858, yaitu:

Produktivitas adalah derajat efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan elemen produksi.

Di atas semuanya produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada.

f. Berdasarkan Piagam Produktivitas Osio tahun 1994 antara lain:

Produktivitas adalah konsep universal, yang dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang. Dengan menggunkan sumber daya yang sedikit

(4)

mungkin. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana pengembangan dan pelaksanaan cara-dara produktif, dengan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien, namun tetap mempertahankan kualitas.

Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan ktrampilan, modal, teknologi, majemen, informasi, energy dan sumber-sumberdaya lainnya untuk perbaikan mutu kehidupan yang mantap bagi seluruh manusia dengan melalui pendekatan produktivitas secara total.

g. Pengertian produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional RI yang dirumuskan tahun 1983, ialah:

Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas mengandung sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari sekarang.

Produktivitas dan produksi merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukan penambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengrtian pertambahan hasil dan perbaikan secara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun produktivitas naik atau turun.

(5)

1. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan sumberdaya (input) yang sama.

2. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumberdaya (input) yang lebih sedikit.

3. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan yang jauh lebih besar diperoleh dengan penambahan sumberdaya (input) yang relatif lebih kecil.

Dari definisi-definisi di atas secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan, atau dapat diformulasikan sebagai berikut :

Produktivitas =

2.1.2 Hubungan Produktivitas dengan Efektivitas dan Efisiensi

Whitmore membawa bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam organisasi biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain pengertian produktivitas memiliki dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi.

Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Penjelasan tersebut mengutarakan produktivitas total atau secara keseluruhan, artinya keluaran yang dihasilkan diperoleh dari

(6)

keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi. Masukan input tersebut dinamakan faktor produksi, masukan atau factor produksi dapat berupa tenaga kerja, material, teknologi, dan energi.

Efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan efisiensi berorientasi pada Input dan sering digunakan secara bersamaan, sehingga sering mengaburlkan arti sesungguhnya. Beberapa definisi dari efektivitas dan efisiensi sebagai berikut:

Efektivitas adalah merupakan derajat pencapaian output dari sistem produksi

Efisiensi adalah ukuran yang menunjuk sejauh mana sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output

Jika efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik, dan efisiensi berorientasi pada masukan (input) yang lebih sedikit, maka produktivitas berorientasi pada keduanya

Jika efektivitas membandingkan hasil yang dicapai dan efisiensi membandingkan masukan sumber daya yang digunakan maka produktivitas membandingkan hasil yang dicapai dan sumber daya yang digunakan, yang dapat dihitung dengan rumus:

Output yang digunakan Efektivitas pelaksanaan tugas Produktivitas = --- = --- Input yang digunakan Efisiensi penggunaan sumberdaya

(7)

Efektivitas Produktivitas = --- Efisiensi

2.1.3 Sejarah Perkembangan Produktivitas

Seperti diketahui bahwa banyak dari perusahaan saat ini yang sulit mengambil keputusan disebabkan banyaknya pesaing dan kurangnya perusahaan untuk dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam perusahaan, maka muncullah kata”Produktivitas”. Telah banyak perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur ya terus berusahan untuk mencari tahu tentang produktivitas ini, tidak mengherankan karena produktivitas dapat memecahkan permasalahan baik di sektor industri manapun sektor pemerintahan yang hasil menerapkan sistem produktivitas dengan baik, selain itu produktivitas sangat berkaitan erat dengan keberhasilgunaan dan keberdayagunaan serta kemampuan sebuah perusahaan jika diukur pada tingkat mikro sedangkan untuk tingkat makro produktivitas lebih sering digunakan untuk perbandingan kekuatan ekonomi suatu bangsa.

Dalam perkembangan selanjutnya produktivitas mulai dikenal banyak kalangan industri maupun negara. Oleh karena itu, pengertian dan perkembangan produktivitas terus berkembang, perkembangan selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

(8)

Tabel 2.1

Sejarah Perkembangan Pengertian Produktivitas

Abad Pelopor Tahun Perkembangan

XVIII Quesnay 1766 Kata produktivitas muncul pertama kalinya XIX Littre

1883 Kecapan atau keinginan yang mendalam untuk memproduksi

XX OEEC 1900-an

Hubungan antara masukan dan keluaran yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut

Davis 1950

Besaran yang diperoleh melalui pembagian antara keluaran dengan salah satu faktor produksi

Fabricant 1955

Peningkatan produk yang dapat dihasilkan atas sumber daya yang terpakai

Kendrick

dan Creamer 1962

Senantiasa merupakan hubungan antara keluaran terhadap masukan

Siegel 1965

Pengertian fungsional tentang produktivitas parsial, produktivitas faktor total dan produktivitas total.

Sumanh 1976

Serumpun rasio antara keluaran dan masukan

1979

Produktivitas total adalah rasio antara tangible output dan tangible input

Istilah produktivitas pertama kali diungkapkan secara formal dalam sebuah artikel yang ditulisoleh Quesnay pada tahun 1766, dengan demikian unkapkan produktivitas itu sendiri kini telah berumur 231 tahun. Lebih darri seratus tahun

(9)

kemudian Litrre mendefinisikan sebagai kecakapan dalam memproduksi ataupun suatu niat atau keinginan yang sangat mendalam untuk memproduksi atau dalam matematis ditujukan dalam rasio ataupun hubungan antara keluaran dan masukan yang dipergunkan untuk menghasilkan keluaran tersebut.

Sejarah perkembangan produktivitas tersebut d atas menunjukan bahwa pengertian produktivitas pencerminan tingkat keefisienan dan keefektifan suatu sector produksi dalam menghasilkan produk atau jasa yang akan dipasok ke pasar dengan tetap mempertahankan mutu atau bahkan selalu menyesuaikannya dengan permintaann konsumen. Derajat atau tingkat produktivitas suatu sector industry diukur dengan membandingkan antar keluaran terhadap masing-masing factor masukan atau terhadap total masukan yang digunakan utnuk menghasilkan produk tersebut.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas suatu perusahaan, yaitu:

1. Jumlah Investasi

Ada hubungan yang kuat antara jumlah uang yang diinvestasikan dalam suatu negara dengan tingkat produktivitas tenaga kerja di negara tersebut. 2. Perbandingan antara Modal Investasi dengan Jumlah Tenaga Kerja

Jika perbandingan antara besarnya modal investasi dengan jumlah tenaga kerja menurun, artinya penambahan jumlah modal investasi yang ditanamkan kecil bila dibandingkan penambahan jumlah tenaga kerja yang

(10)

tidak terserap di sektor-sektor produksi, sehingga secara nasioanal produktivitas negara tersebut menurun.

3. Penelitian dan Pengembangan

Pada umumnya, penelitian dan pengembangan lebih pada pengembangan produk bukan pengembangan produktivitas. Tetapi secara tidak langsung ini juga mempengaruhi tingkat produktivitas.

4. Peraturan Pemerintah

Berguna untuk mengatur keseimbangan pencapaian sasaran industri dan sosial.

5. Kapasitas Terpakai

Adalah kapasitas saat ini dimana suatu pabrik beroperasi. Bila kapasitas terpakai di baeah kapasitas terpasang, berarti sumber daya tidak penuh. 6. Umur Pabrik dan Peralatan

Pabrik dan peralatan yang sudah tua tidak tidak bisa memberi output maksimal seperti saat pabrik dan peralatan masih baru.

7. Harga Energi

Tingkat biaya industri sangat dipengaruhi oleh besarnya kompenen energi, kenaikan biaya energi mengakibatkan kenaikan biaya produksi, bahkan berpengaruh juga pada tingkat produktivitas.

8. Semangat Kerja dan Lingkungan

Semangat kerja erat dengan hasil kerja. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan hasil kerja yang baik dari pekerjaan yang dilakukan.

(11)

9. Peran Manajemen

Peran manajemen sangat menentukan tingkat produktivitas perusahaan dengan keputusan yang diambilnya.

2.1.5 Ruang Lingkup Produktivitas

Adapun ruang lingkup produktivitas tidak hanya industri saja melainkan ada beberapa bidang usaha yang lain, bahkan Negara/ nasional. Berikut adalah ruang lingkup produktivitas menurut Mali, (1978) antara lain:

1. Ruang Lingkup Nasional

Pada ruang lingkup ini, estimasi produktivitas digunakan untuk meramalkan pendapatan nasional dan keluaran nasional pada suatu waktu. Memandang Negara secara keseluruhan, dimana dalam hal ini akan mempertimbangkan secara sederhana kerumitan factor-faktor yang saling mempengaruhi produktivitas secara nasional seperti tenaga kerja, kapital, manajemen, bahan mentah, inflasi dan sebagainya, sebagai kekuatan yang mempengaruhi barang-barang, ekonomi dan jasa.

2. Ruang Lingkup Perusahaan atau Organisasi

Didalam suatu perusahaan atau organisasi,dimana hubungan sebab akibat dari banyak faktor yang mempengaruhi lebih jelas dan hubungan antar faktor lebih dimungkinkan untuk diukur. Produk perjam dapat diukur dan dibandingkan dengan perusahaan lain. Begitu juga untuk memperoleh bagaimana efisiensi perusahaan, keuntungan, pemulihan investasi atau budget yang terpenuhi untuk mengantarkan terciptanya suatu output dapat diukur. Produktivitas dalam suatu perusahaan tidaklah ditentukan hanya

(12)

semata-mata oleh beratnya atau senangnya seorang pekerja melaksanakan pekerjaannya, tetapi faktor lain seperti teknologi peralatan dan proses. 3. Ruang Lingkup Industri

Hanya memperhitungkan faktor-faktor yang berhubungan dan berakibat pada industri tertentu seperti industri minyak, batubara, timah, besi baja, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

4. Ruang Lingkup Perorangan

Produktivitas kerja perorangan dipengaruhi oleh lingkungan kerja, peralatan yang digunakan dan proses serta perlengkapan. Disini muncul faktor-faktor internal yaitu motivasi. Motivasi tersebut sangat dipengaruhi oleh kelompok kerja, dimana si pekerja menjadi anggota, pengaruh antar kelompok dan sebab-sebab mangapa si pekerja melakukan tersebut. Pengukuran produktivitas tingkat perusahaan dimaksudkan agar suatu organisasi atau perusahaan mengetahui pada tingkat berapa perusahaan sedang berjalan.

2.1.6 Siklus Produktivitas

Salah satu persoalan utama yang dihadapi manajemen perusahaan adalah bagaimana produktivitas bisa ditingkatkan. Walaupun istilah produktivitas sering mempunyai konotasi, tetapi produktivitas secara langsung akan mempengaruhi daya saing produk yang dihasilkan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Peningkatan produktivitas sebenarnya merupakan upaya yang tidak pernah berhenti. Suatu pabrik yang dipandang memiliki produktivitas yang cukup tinggi pada saat ini mungkin saja tahun depan produktivitasnya relatif

(13)

lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan pesaing, karena mungkin saja pesaing telah menerapkan manajemen dan teknologi baru sehingga produktivitas perusahaan meningkatkan dengan cepat. Pada dasarnya untuk memajukan perusahaan, manajemen perusahaan harus berusaha agar produktivitas hari ini lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih baik dari hari ini. Usaha peningkatan produktivitas yang tidak pernah berhenti ini dinyatakan dengan siklus produktivitas, Sumanth (1984).

Siklus produktivitas bukanlah suatu proyek yang hanya sekali berjalan, tetapi merupakan siklus kontininu, proses yang berlangsung berkesinambungan. Siklus produktivitas merupakan suatu daur yang mencakup empat tahap, yaitu:

Pengukuran Produktivitas (Measurement / M) Evaluasi Produktivitas (Evaluation / E) Perencanaan produktivitas (Planning)

Peningkatan produktivitas (Improvement / I)

(14)

Gambar 2.1 Siklus Produktivitas

Dari gambar diatas tampak bahwa siklus produktivitas merupakan suatu proses yang kontinu, yang melibatkan aspek-aspek: pengukuran, evaluasi, perencanaan, dan peningkatan produktivitas. Berdasarkan konsep siklus produktivitas, secara formal program peningkatan harus dimulai melalui sistem produktivitas dari sistem itu sendiri. Apabila produktivitas dari sistem industri itu telah diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas actual itu untuk diperbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas actual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab

TAHAP 1 PENGUKURAN PRODUKTIVITA S TAHAP 2 EVALUASI PRODUKTIVITAS TAHAP 4 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAHAP 3 PERENCANAAN PRODUKTIVITAS

(15)

yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk mencapai produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas terus menerus. Siklus produktivitas itu diulang kembali

2.1.7 Penyebab Penurunan Produktivitas

Pada umumnya terdapat sejumlah faktor penyebab turunnya produktivitas perusahaan, yang antara lain adalah:

1. Penghamburan pemakaian sumber daya dan ketidakmampuan pihak manajemen dalam mengukur, mengevaluasi dan mengukur produktivitasnya.

2. Pengiriman produk yang sering terlambat karena ketidakmampuan memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.

3. Terjadinya penundaan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan karena tidakjelasan wewenang serta tidak efesiensinya proses produksi dalam suatu perusahaan yang cukup besar.

4. Adanya pertentangan, hambatan-hambatan, dan tidak adanya kerjasama dalam memecahkan masalah yang mengakibatkan ketidakefektifan dalam bekerja sama dan partisipasi total karyawan.

5. Motivasi rendah, ketidak puasan, dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan oleh semakin terspesialisasinya dan terbatasnya proses kerja,

(16)

sistem pengakuan dan penghargaan yang diberikan tidak berkaitan dengan produktivitas dan tanggung jawab karyawan.

6. Ketiadaan sistem pendidikan dan pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan pengetahuan tentang teknik-teknik peningkatan kualitas dan produktivitas perusahaan.

7. Disiplin tentang waktu dikacaukan oleh karena adanya keinginan untuk mempunyai waktu luang yang lebih banyak.

8. Kegagalan perusahaan untuk selalu menyesuaikan diri dengan tingkat peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2.2 Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas merupakan satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Hasil pengukuran pada suatu waktu merupakan patokan bagi peningkatan produktivitas di waktu yang akan datang. Dalam melakukan pengukuran produktivitas, beberapa pendekatan yang dilakukan dalam membandingkan tingkat hasil pengukuran produktivitas dapat dibedakan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Membandingkan unit kerja periode yang diukur dengan unit kerja periode dasar.

2. Membandingkan unit kerja suatu organisasi dengan unit organisasi yang lain.

3. Membandingkan unit kerja yang sebenarnya dengan target yang telah ditetapkan.

(17)

2.2.1 Manfaat Pengukuran Produktivitas

Beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain:

a. Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang atau jasa.

b. Berguna untuk perencanaan sumberdaya baik untuk jangka pendek atau jangka panjang.

c. Dapat dipakai untuk menyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan.

d. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktivitas pada saat ini dapat direncanakan target tingkat produktivitas di masa mendatang.

e. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan perbedaan antara tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat produktivitas yang diukur.

f. Pengukuran produktivitas dapat digunakan untuk membandingkan tingkat produktivitas dari perusahaan sejenis, baik disektor industri maupun national.

g. Penawaran kolektif dapat dicapai secara lebih rasional pada saat diperoleh perkiraan tingkat perusahaan.

h. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan persaingan yang sehat.

i. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari pengukuran produktivitas dapat digunakan dalam perencanaan laba perusahaan.

(18)

2.2.2 Ukuran Produktivitas

Dalam pengukuran produktivitas, model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan rasio output / input. Pengukuran produktivitas berdasarkan rasio output / input akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu:

1. Produktivitas Parsial

Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single - faktor productivity) merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input tenaga kerja. Produktivitas modal diukur berdasarkan rasio output terhadap input modal. Produktivitas material diukur berdasarkan rasio output terhadap input material. Produktivitas energi diukur berdasarkan rasio output terhadap input energi. 2. Produktivitas faktor total

Produktivitas faktor total merupakam rasio dari output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net output) adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa antara yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan definisi diatas, jenis input yang dipergunakan dalam pengukuran produktivitas faktor-total hanya faktor tenaga kerja dan modal.

(19)

3. Produktivitas Total

Merupakan perbandingan antara keluaran dengan jumlah seluruh faktor masukan. Dengan demikian produktivitas total mencerminkan pengaruh bersama seluruh masukan dalam mengahasilkan pengeluaran.

Biasanya orang sering mengandalkan pada pengukuran produktivitas parsial. Pengukuran produktivitas yang sering dipakai adalah pengukuran produktivitas tenaga kerja yang sering dinyatakan dengan keluaran orang per-jam.

Satu bahaya dalam mengandalkan secara terpisah pada pengukuran produktivitas parsial adalah terlalu menekankan satu faktor masukan, sehingga tidak memperkirakan masukan lainnya. Hal ini akan mengarah pada masukan yang salah serta merugikan. Sebaliknya dengan hanya mengetahui produktivitas total akan sulit mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan produktivitas untuk tindakan perbaikan. Jadi kedua bentuk pengukuran produktivitas, baik parsial maupun total harus dikombinasikan bagi rencana produktivitas.

Ketiga pengukuran diatas dapat menggunakan satuan fisik dari output dan input (ukuran, berat, panjang, sisi, dan lain-lain), atau satuan moneter dari output dan input ( dollar, rupiah dan lain-lain). Meskipun setiap orang dapat mengajukan definisi yang berbeda tentang produktivitas, namun definisi itu harus mengaitkan produktivitas secara langsung dengan aspek – aspek kualitas, efektivitas, dan efisiensi. Dalam hal ini produktivitas harus didefiniskan sebagai rasio antara

(20)

efektivitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber – sumber daya (input).

Indikator-indikator pengukuran produktivitas dalam sistem industri masih berada dalam tahap pengembangan, shingga setiap jenis industri biasanya menentukan indikator-indikator yang sesuai dengan proses kerja dan tujuan manajemen dalam perbaikan produktivitas dari industri itu. Setiap manajemen industri harus menetapkan secara formal sistem pengukuran produktivitas sebelum melangkah jauh ke tahap evaluasi, perencanaan, dan peningkatan produktivitas dari sistem industri. Untuk menjamin efektivitas keberhasilan program peningkatan produktivitas perusahaan, maka pemilihan indikator-indikator pengukuran produktivitas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari sistem industri yang ada dengan mengacu pada kebutuhan langsung dari perusahaan berkaitan dengan tujuan perbaikan produktivitas dari perusahaan itu.

Dengan demikian, sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada sistem apa saja, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa saja yang diharapkan dari sistem itu dan sumber-sumber daya input apa saja yang akan dipergunakan dalam proses sistem tersebut untuk menghasilkan output itu. Dengan demikian pengukuran produktivitas harus mampu mencerminkan performasi dari sistem itu berkaitan dengan performasi nilai tambah dari input menjadi output.

2.2.3 Kriteria Pengukuran Produktivitas

Dalam menentukan unsur-unsur mana yang termasuk input dan unsur mana yang termasuk output sehingga rasio produktivitas tadi dapat memberikan

(21)

gambaran yang berarti dalam mengambil keputusan, maka perlu diketahui mengenai kriteria untuk mendapat ratio produktivitas yag baik. Konep produktivitas yang ditekankan di sini tidak semata-mata merupakan untuk kerja, atau semata-mata penggunaan yang baik dari sumber saja, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya. Ukuran ini membandingkan dua variable penting didalam sasaran pembandingnya. Produktivitas adalah unjuk kerja tertinggi yang dapat dicapai dengan penggunaan sumber yang minimal.

Langkah yang penting dalam meningkatkan produktivitas perusahaan adalah mendesain serta mengimplementasikan dari hasil pengukuran yang berarti. Pengukuran yang lebih teliti dan berguna dalam meningkatkan produktivitas tersebut, menurut david bain, hendaknya memenuhi beberapa kriteria yang dapat membantu kita memiliki ratio produktivitas yang berarti seperti berikut ini:

a. Validitas (keabsahan)

Ukuran yang valid adalah ukuran yang dapat secara tepat menggambarkan perubahan dari input menjadi output dalam proses yang sebenarnya.

b. Completeness (kelengkapan)

Kelengkapan berhubungan dengan telitian yang mana seluruh output atau hal yang didapat dan input dari sumber yang digunakan dapat diukur dan termasuk didalam rasio produktivitas tersebut.

c. Comprability (dapat dibandingkan)

Produktivitas adalah relative. Kita mengukur lalu membandingkannya sekarang dengan yang kemarin, bulan ini dengan bulan yang lalu, tahun ini dengan tahun yang lalu.

(22)

d. Timelinees (waktu yang tepat)

Memastikan bahea data yang dihasilkan cukup tepat bagi menager untuk mangambil tindakan bila ada persoalan yang timbul. Pengukutan produktivitas dimaksudkan sebagai alat yang efektif bagi manajemen, sehingga harus dikomunikasikan pada setiap manager yang bertanggung jawab pada bidangnya dalam waktu yang secepat-cepatnya tetapi masih dalam batas-batas yang masih praktis dilakukan.

2.2.4 Hambatan Dalam Mendesain dan Melaksanakan Pengukuran

Kegiatan pengukuran pada tingkat produktivitas diawali oleh penelitian pada ruang lingkup ekonomi makro. Pengukuran produktivitas nasional mendapat perhatian yang lebih besar karena ruang lingkupnya yang lebih luas dan menyangkut kepentingan nasional. Hal ini menyebabkan banyak organisasi/ perusahaan yang tidak memiliki sistem pengukuran produiktivitas yang berarti berarti bagi perkembangan usahanya.

David dan Bain mengemukakan alasan mengapa sulit untuk mendesain, melaksanakan dan mengambil manfaat dari ukuran yang berarti itu karena:

a. Ukuran yang cenderung terlalu luas

Produktivitas sebagai konsep dan ukuran secara tradisional menjadi kegiatan para ekonom, sehingga pembandingan didasarkan pada ukuran keseluruhan seperti Gross National Product atau total produk atau jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan ekonomi. Pandangan yang luas ini biasanya tidak mempunyai arti bagi sebuah perusahaan atau organisasi

(23)

yang memerlukan ukuran yang berhubungan dan bermanfaat bagi perusahaan atau organisasi tersebut.

b. Ukuran biasanya berorientasi pada aktivitas dari pada hasil yang dicapai Kadang-kadang disuatu perusahaan perhatian terpusat pada semangat dan kesibukan dari kegiatan shingga mengabaikan perhatian pada hasil yang dicapai oleh kegiatan-kegiatan tersebut.

c. Perusahaan biasanya segan untuk melakukan pengukuran terhadap penggunaan sumber

Dalam dunia usaha dan organisasi pelayanan kadang-kadang timbul keseganan untuk melakukan pengukuran pada sumber-sumber yang digunakan, padahal pengukuran digunakan untuk menaksir kemajuan perusahaannya dalam rangka mancapai tujuannya. Pada perusahaan lain, ukuran telah ada tetapi hasilnya kadang-kadang merupakan hasil kompromi. Hal ini sering terjadi karena pengukuran yang tepat akan menyebabkan satu atau lebih manager merasa tidak enak.

2.3 Metode Objective Matrix (OMAX)

OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif).

Metode OMAX ini dikembangkan oleh professor produktivitas dari

Department of Industrial Engineering at Oregon State University, yaitu James

L.Riggs, PE, OMAX. Diperkenalkan pada tahun 90-an di Amerika Serikat. OMAX menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk

(24)

yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan.

Objective Matrix dilandasi dengan pernyataan bahwa produktivitas adalah

fungsi dari faktor-faktor performance, dimana masing-masing unit memiliki dimensi khusus yang berbeda-beda, dan cara untuk mengukur produktivitas adalah dengan mengukur faktor yang mempengaruhinya.

Objective Matrix dapat digunakan untuk mengukur unit-unit kerja baik

dalam sekala kecil maupun untuk keseluruhan perusahaan. Tetapi hasil pengukuran performasi dari unit-unit tidak dapat dikaitkan secara adiktif untuk mempresentasikan performasi dari induk unit-unit tersebut. Untuk mengukur seluruhan organisasi harus dilakukan proses pembobotan unit-unit yang terkait.

2.3.1 Kelebihan dan kekurangan Objective Matrix

Objective Matrix mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: Relatif sederhana dan mudah dipahami

Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan keahlian khusus. Merupakan kombinasi dan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Satuan kritertia produktivitas yang berbeda dapat dijadikan satu satuan baku.

Dapat digunakan untuk mengukur semua aspek kinerja atau kriteria produktivitas yang dipertimbangkan dalam unit kerja yang terkait.

Indikator kerja untuk setiap masukan dan keluaran dapat terdefinisi dengan jelas.

(25)

Lebih fleksibel karena memasukkan pertimbangan menejemen dalam penentuan bobot .

Perhitungan indikator kinerja cukup sederhana.

Selain kelebihan-kelebihan diatas, Objective Matrix juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut:

Subjektifitas terkadang dilakukan dalam menentukan level indikator kerja Untuk mendapatkan indeks kinerja yang diharapkan, maka dibutuhkan

suatu pengukuran yang kontinu dan terstandar

2.3.2 Bentuk dan Susunan Objective Matrix

Pengukuran dengan OMAX dilakukan pada sebuah matrix objektif yang terdiri dari 3 kelompok (blok). Bentuk matrix tersebut adalah sebagai berikut:

(26)

PRODUCTIVITY CRITERIA

A

PERFORMANCE

… 10

… 9

… 8

… 7

… 6

B

… 5 SCORES

… 4

… 3

… 2

… 1

… 0

Score

C

Weight

Value

Gambar 2.2 Struktur Model OMAX

A. Blok Pendifinisian

1. Kriteria Produktivitas, yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktifitas pada bagian departemen yang akan akan diukur produktivitasnya. Misalnya, untuk departemen produksi yang menjadi criteria adalah output/jam, scrap/100 unit, dll. kriteria ini sebaiknya lebih dari satu.

CURREN

T

PREVIOU

S

300

INDEX

%

(27)

2. Performasi Sekarang, merupakan nilai pencapaian sekarang yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran terakhir.

B. Blok Kuantifikasi

Yaitu badan matrik yang terdiri dari skala atau angka-angka yang menunjukan tingkat performasi dari pengukuran tiap kriteria produktivitas. Skala tersebut memiliki sebelas level atau bagian darri 0 sampai dengan 10. Semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya. Kesebelas skala tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin terjadi. b. Level 3, yaitu nilai produktifitas performasi sekarang.

c. Level 10 , yaitu nilai produktivitas yang diharapan sampai periode tertentu.

Sedangkan untuk kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi sebagai berikut:

Kenaikan level 1 dan 2

0 -3 0 level -3 level

Kenaikan level 4 sampai dengan 9

3 -10 3 level -10 level

(28)

C. Blok Penilaian Produktivitas

Pada blok penilaian produktivitas terdiri dari : 1. Skor

Yaitu nilai level dimana level pengukuran produktivitas berada. Misalnya jika output / jam = 100 terletak pada level 4, maka skor untuk pengukuran itu adalah 4. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai dengan angka (decimal) pada matrix, maka dilakukan pembulatan ke bawah yang artinya pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi diri sendiri (internal), serta pembulatan ke atas jika pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi penilaian orang luar (eksternal). 2. Bobot

Yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap total produktivitas. Tiap-tiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat unit yang diukur. Untuk itu perlu dicantumkan bobot yang menyatakan drajat kepentingan (dalam presentase) yang menunjukan pengaruh relatif kriteria tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur.

3. Nilai

Nilai merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya 4. Indikator Produktivitas

Indikator produktivitas merupakan jumlah dari tiap nilai Indeks Produktivitas (IP), maka dihitung sebagai presentase kenaikan atau penurunan terhadap performansi sekarang. Performasi sekarang 300

(29)

karena semua indicator mendapat skor tiga pada saat matrik mulai dioperasikan, maka indeks produktivitas adalah:

Indikator Produktivitas - 300

IP = x 100 %

300

2.3.3 Penyusunan Matrix

Dalam peyusunan matrix maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Kriteria Produktivitas

Langkah pertama ini adalah mengidentifikasi kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini dilaksanakan.

2. Identifikasi kriteria

Setelah kriteria produktivitas teridentifikasi dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kriteria tersebut secara terperinci. 3. Menentukan nilai pencapaian mula-mula (skor 3)

Pencapaian mula-mula diletakan pada skor 3 dari skala 1 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memungkinkan terjadinya pertukaran dan memberi kelonggaran apabila sekali-sekali terjadi kemunduran.

(30)

4. Menetapkan Sasaran (skor 10)

Skala skor 10 ini berkenaan dengan sasaran yang ingin kita capai dalam dua atau tiga tahun mendatang sesuai dengan lamanya pengukuran ini akan dilakukan dan karenanya harus berkesan optimis tetapi juga realistis. 5. Menentukan derajat kepentingan (bobot)

Semua kriteria tidaklah memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria harus diberi bobot. Pembobotan biasanya dilakukan oleh pihak pengambil keputusan dan dapat pula dilakukan oleh orang-orang yang terpilih karena dianggap paham akan kondisi unit kerja yang akan diukur.

6. Pengoperasian matriks

Pengoperasian Matriks baru dapat dilakukan apabila semua butir diatas telah dipenuhi. Setelah itu dapat diukur indeks produktivitas dari unit kerja yang diukur.

2.4 Proses Hierarki Analitik

Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP ) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternative yang paling disukai (Saaty 1983). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir,

(31)

sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut.

AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relative dari suatu kriteria majemuk (atau Alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise

Comparadions). Dr. Thomas L.saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan cara

yang konsiste untu mengubah perbandingan berpasangan?parwise, menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relative dari setiap kriteria dan alternative.

2.4.1 Prinsip Kerja AHP

Ide dasar prindip kerja Analytical Hierarchy Process adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Hierarki

Persoalan yang akan diselesaiakan diuraikan menjadi unsure-unsurnya, yaitu kriteria dan alternative, kemudian sidudun menjadi struktur hierarki. 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternative dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty ( 1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut:

(32)

Nilai Keterngan

1 Kriteria /Alternatif A penting dengan kriteria / altenatif B 3 A sedikit lebih penting dari B

5 A lebih pentig dari B

7 A sangat jelas leboh penting dari B

9 Mutlak lebih penting dari B

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

3. Penentuan Prioritas

Ada beberapa cara untuk menentukan vktor prioritas dari matriks Pairwise

Comparasion. Berikut ini adalah salah rumus yang digunakan untuk

menentukan prioritas.

Synthesized matrix for experience

= baris pertama : ∑ kolom pertama pada pairwise comparison

matrx

Priority Vektor ( bobot Wi ) = nilai aij : ∑ aij

Weighted Sum Vector

= (bobot Wi × Baris pertama pada pairwise comparison matrix) Consisency Vector

= Nilai Weighted Sum Vector : Nilai Bobot Wi λ maks

=∑ Consistency vector : Jumlah Elemen perbandingan berpasangan Consistency Indeks (CI)

(33)

Consistensy Random (CR) = CI / RI

2.5 Alat-Alat Pengevaluasi Produktivitas

Evaluasi terhadap suatu sistem produktivitas perusahaan harus mampu menjawab apa yang menjadi penyebab dari penurunan produktivitas perusahaan itu. Berkaitan dengan hal ini, kita dapat menggunakan alat-alat sederhana yang populer seperti: Brainstorming, diagram pareto, dan diagram sebab akibat.

2.5.1 Diagram Pareto ( Pareto Chart )

Pareto chart pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan

digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Pareto chart adalah suatu diagram /grafik batang yang menjelaskan hierarki dari masalah-masalah yang timbul atau menjelaskan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Fungsi pareto chart adalah menentukan prioritas penyelesaian masalah. Masalah yang paling banyak terjadi ditentukan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah paling sedikit terjadi ditunjukan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan.

Langkah – langkah dalam pembuatan diagram Pareto adalah:

1. Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif, peresentase dari total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara komulatif.

(34)

2. Menggambar dua buah garis vertical dan sebuah garis horizontal. a. Garis Vertikal

- Garis Vertikal sebelah kiri : buatlah pada garis ini, skala dari nol sampai total dari kerusakan.

- Garis vertical sebelah kanan: buatlah pada garis ini, skala dari 0% sampai 100%.

b. Garis Horizontal

- Bagilah garis ini ke dalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya item masalah yang diklasifikasikan.

3. Buatkan Histogram pada diagram Pareto

4. Gambarkan kurva komulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif (total kumulatif atau persen kumulatif) disebelah kanan atas dari interval setiap item masalah.

2.5.2 Diagram Sebab Akibat ( Fishbone)

Diagram sebab akibat merupakan suatu diagram yang dapat menunjukan penyebab- penyebab penurunan produktivitas yang terjadi. Penyebab-penyebab tersebut biasanya ditinjau dari beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas. Faktor-faktor tersebut akan dianalisa sehingga dapat diketahui apakah faktor-faktor tersebut merupakan penyebab utama pada penurunan produktivitas yang terjadi atau tidak.

Diagram sebab akibat sering disebut dengan Ishikawa Diagram karena diagram ini diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943. Atau sering

(35)

disebut diagram tulang ikan karena ( fishbone diagram ) karena bentuknya seperti kerangka ikan. Diagram ini dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah, membantu membangkitkan ide-ide dari suatu masalah, dan membantu penyelidikan atau pencarian lebih lanjut.

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut:

Mulai dari pernyataan utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan.

Tentukan masalah yang akan diperbaiki dan usahakan adanya ukuran masalah tersebut sehingga perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilakukan.

Gambar

Gambar  2.1  Siklus Produktivitas
Gambar 2.2   Struktur Model OMAX

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Indikator Kinerja Sat. Capaian Kinerja SKPD Pelaksana Targ. Meningkatnya budaya dan minat baca masyarakat 6. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan

Bunga yang rendah tersebut dikarenakan pembiayaan yang dikhususkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, selain itu marjin yang rendah ini ada dikarenakan

Pada mata kuliah ini juga dibahas klassifikasi tumbuhan tingkat tinggi, karakter, karakteristik tumbuhan, bentuk morfologi organ vegetatif dan organ generatif

Mastitis pada kambing mengakibatkan penurunan produksi susu sekitar 10– 25%, kematian anak karena tidak mendapatkan kolostrum, peningkatan biaya pengobatan, meningkatnya

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Hubungan yang tepat antara alat perkembangbiakan dengan cara pemencarannya terdapat pada ….. Alat perkembangbiakan

Menurut DePorter (2010) terdapat enam fase dari model pembelajaran Quantum Teaching yang kemudian dikenal dengan istilah TANDUR dengan rincian sebagai berikut: (1)

Sedangkan menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen Produksi dan Operasi (2004:210) mengemukakan bahwa “ Pengendalian kualitas adalah kegiatan memastikan apakah