• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) BAWANG MERAH GUNUNGKIDUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) BAWANG MERAH GUNUNGKIDUL"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

STANDARD OPERATING PROCEDURE

(SOP)

BAWANG MERAH

GUNUNGKIDUL

DINAS PERTANIAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2012

(2)

ii

PENGANTAR

Puji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) bawang merah Kabupaten Gunungkidul.

SOP ini memuat tentang teknis budidaya bawang merah mulai dari penetapan lokasi, pemilihan benih, penanaman, pemeliharaan hingga panen hingga pasca panen. SOP ini disusun sebagai acuan dalm budidaya bawang merah untuk petani di Kabupaten Gunungkidul guna memperoleh produk yang bermutu dan aman konsumsi, khususnya bagi petani yang akan mendaftarkan register kebunnya sabagai kebun yang telah melakukan Good Agriculture Practices (GAP).

Buku ini disusun atas bantuan berbagai pihak, untuk itu kami sampaikan terimakasih kepada:

1. KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul

2. KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunannya. Isi buku SOP ini tidak bersifat mutlak, masih dimungkinkan revisi bila tidak sesuai lagi dengan kondisi lapangan di waktu yang akan datang.

Semoga buku ini bermanfaat untuk pengembangan hortikultura khususnya komoditas bawang merah.

Yogyakarta, November 2012 Plt Kepala Dinas Pertanian DIY

Ir. Akhmad Dawam NIP. 19570114 198403 1 003

(3)

iii

DAFTAR ISI

halaman

PENGANTAR ………..……… ii

DAFTAR ISI ………..……… iii

DAFTAR GAMBAR ………..……… iv

DAFTAR LAMPIRAN ………..……… v

PENDAHULUAN ………..……… 1

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) BUDIDAYA BAWANG MERAH GUNUNGKIDUL I. PEMILIHAN LOKASI ……… 4

II PENENTUAN WAKTU TANAM ……… 6 III. PENYIAPAN BENIH ……… 8

IV. PENYIAPAN LAHAN ………..……… 11

V. PENANAMAN ………..……… 20

VI. PEMUPUKAN ………..……… 22

VII. PENGAIRAN ……… 27

VIII. PEMELIHARAAN ………..……… 29

IX. PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT ………..……… 31 X. PENENTUAN SAAT PANEN 48

XI. PANEN ………..……… 51

XII. PASCA PANEN ………..……… 53

XIII. PENGEMASAN DAN DISTRIBUSI ……… 60 LAMPIRAN ………..……… 64

(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1. Umbi yang sudah diteres untuk

mempermudah keluarnya Tunas

10 Gambar 2. Kegiatan Pembersihan Lahan 12 Gambar 3.

Penaburan Penaburan pupuk kandang diatas bedengan 17 Gambar 4. Bedengan Sudah Siap Untuk Ditanami

Bawang Merah

17 Gambar 5. Benih Bawang Merah yang Sudah Ditanam 21 Gambar 6. Pemupukan Dasar 1 hari sebelum tanam 26 Gambar 7. Lalat Pengorok Daun Dewasa 33 Gambar 8. Ulat Bawang Pada Pertanaman bawang Merah 35 Gambar 9. Perangkap Lampu Yang Digunakan Untuk

Mengendalikan Ulat Bawang

37

Gambar 10. Nimfa Trips Dewasa 37

Gambar 11. Ulat Bawang yang Memakan Leher Batang Tanaman Bawang Merah

39 Gambar 12. Serangan Layu Fusarium pada Bawang Merah 41 Gambar 13. Cendawan Bercak Ungu pada Daun Bawang

Merah

42 Gambar 14. Serangan Embun Tepung pada Tanaman Bawang

Merah

46 Gambar 15. Daun Bawang Merah Terlihat Mulai Rebah 49 Gambar 16. Daun Bawang Merah Mulai Menguning serta Umbi

Mulai Muncul Di Permukaan Tanah

(5)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. : Beberapa varietas Bawang Merah Yang Dilepas

Oleh Menteri Pertanian

64

(6)

1

PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan sayuran rempah yang sangat diperlukan masyarakat yang digunakan sebagai bumbu/penyedap baik dalam masakan sehari-hari maupun industri makanan dan dapat dipergunakan sebagai obat. Budidaya bawang merah yang dilakukan petani di Indonesia umumnya belum menerapkan sepenuhnya kaidah budidaya yang benar. Hal ini mengakibatkan usaha agribisnis bawang merah belum memberikan hasil yang optimal bagi pelakunya. Oleh sebab itu perbaikan cara-cara budidaya mulai dari persiapan lahan, penerapan teknik budidaya, perbaikan penanganan pasca panen, prosesing dan pemasaran perlu dilakukan agar hasil panen bawang merah mempunyai nilai tambah, menghasilkan produk yang bermutu dan berdaya saing.

Untuk memperoleh hasil bawang merah yang optimal, maka syarat–syarat kesesuaian agroklimat perlu diperhatikan agar pertumbuhannya dapat pula optimal. Kesesuaian agroekologi bawang merah dapat di lihat pada tabel 1 di bawah ini.

(7)

2

Tabel 1. Kesesuaian Agroekologi untuk Usahatani Bawang Merah.

No Komponen Biofisik Sesuai Sesuai Bersyarat Tidak Sesuai 1 Suhu (0C) 24 – 28 0C 24 – 28 0C 28 – 34 0C < 20 0C 2 Bulan Kering (<100mm/bln) 4 – 5 2 - 3 5 – 6 < 2 > 6 3 Curah hujan (mm/th) 1000 -1500 2000-2500 1000-1500 > 2500 > 1000

4 Klas drainase tanah Baik Sedang Sangat cepat, sangat terlambat

5 Tekstur tanah Lempung Liat berpasir

Liat pasir, kerikil

6 Struktur tanah Remah Sedang Rendah

7 Kedalaman tanah (cm)

> 60 40 - 60 < 40

8 Kesuburan Baik Sedang Rendah

9 pH (H2O) 6,0 – 6,5 5,0 – 6,5 6,0 – 7,0 < 5 >7 10 Lereng (%) < 5 5 – 25 > 25 11 Elevasi m dpl < 250 250 – 1000 > 1000 12 Batuan < 5 5 – 25 > 25 13 Singkapan batuan < 8 8 – 25 > 25 Sumber : BPTP Yogyakarta, 2001

Beberapa varietas bawang merah yang sudah dilepas tingkat nasional dan direkomendasikan sebagai varietas unggul lokal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(8)

3

Tabel 2. Varietas, Produktivitas & Umur Panen Bawang Merah

No Varietas Umur Panen

(hari) Produk-vitas (t/ha) 1 Tiron 55 13-15 2 Crok Kuning / Parangtritis*) 56-66 10-13 3 Super Philip 60 15-17 4 Biru/Probolinggo 60 13-25

*) varietas unggul lokal (VUL) Sumber : UPTD BPSBP DIY, 2012

Dalam rangka meningkatkan produksi yang bermutu dan berdaya saing untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan untuk ekspor, maka proses produksi perlu dilakukan secara baik sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) berbasis norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices/GAP).

Target yang akan dicapai melalui penerapan SPO budidaya bawang merah adalah:

1. Produktivitas > 13 ton/ha umbi kering untuk musim penghujan dan > 25 ton/ha untuk musim kemarau.

2. Diameter umbi 2 – 3 cm.

3. Keseragaman bentuk dan warna umbi mencapai minimal 90 % 4. Rendemen hasil > 85 %.

(9)

4 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM-GK I 1-2 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Pemilihan Lokasi" Revisi…..

Tanggal………

Disahkan ………..

I. PEMILIHAN LOKASI

A. Definisi

Pemilihan lokasi adalah memilih lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh bawang merah untuk mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan bawang merah sesuai dengan target yang ditetapkan.

B. Tujuan

Agar diperoleh lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh untuk budidaya bawang merah.

C. Standar Tentang Pemilihan Lokasi yang Sesuai Dengan Persyaratan Tumbuh

1. Calon lokasi pertanaman bawang merah memiliki kesesuaian agroklimat pertumbuhan bawang merah antara lain pH berkisar 5,6 – 6,5, tinggi tempat 0-400 m dpl, dengan kisaran suhu 25o -32o C dan cukup mengandung banyak bahan organik, tanah berupa sawah atau tegalan dengan tekstur sedang sampai liat.

(10)

5

2. Calon lokasi pertanaman dapat diketahui batas lahan dan sumber air yang tersedia.

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Data atau informasi mengenai pH tanah, ketinggian tempat dan suhu udara.

2. Peta wilayah untuk mengetahui lokasi usaha budidaya 3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

E. Prosedur Kerja Pemilihan Lokasi

1. Mencari informasi mengenai pH tanah, tinggi tempat, suhu udara dan mengetahui sumber air.

2. Melakukan pemetaan lokasi lahan. 3. Mencatat sejarah penggunaan lahan

4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan

F. Validasi Pemilihan Lokasi

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(11)

6

II. PENENTUAN WAKTU TANAM

A. Definisi

Penentuan waktu tanam adalah menetapkan waktu tanam yang tepat bagi penanaman bawang merah.

B. Tujuan

Untuk menentukan waktu tanam yang tepat sehingga tanaman bawang merah dapat tumbuh baik diawal pertumbuhannya sampai saat panen.

C. Standar Tentang Penentuan Waktu Tanam

Waktu tanam ditentukan berdasar perkiraan datangnya musim hujan atau tersedianya air irigasi atau berdasarkan kesepakatan pola tanam kelompok biasanya bulan Juni-Juli (MK) dan September-Oktober (MH) dan pertimbangan kerawanan terhadap serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM-GK II 1-2 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Penentuan Waktu Tanam" Revisi….. Tanggal……… Disahkan ………….

(12)

7 D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Data curah hujan tahun penanaman sebelumnya minimal selama 5 tahun.

2. Data pola tanam yang disepakati sesuai dengan kebutuhan. 3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan. E. Prosedur Kerja Penentuan Waktu Tanam

1. Melakukan pengamatan untuk mengetahui kondisi curah hujan. 2. Melakukan diskusi untuk menentukan waktu tanam yang

disepakati sesuai dengan kebutuhan.

3. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan F. Validasi Penentuan Waktu Tanam

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(13)

8 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM-GK III 1-3 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Penyiapan Benih" Revisi….. Tanggal……… Disahkan ………

III. PENYIAPAN BENIH

A. Definisi dan Tujuan

Penyiapan benih adalah rangkaian kegiatan mulai dari pemilihan benih bermutu dari varietas unggul sampai dengan siap tanam dalam jumlah cukup pada waktu yang tepat.

B. Tujuan

Untuk menjamin benih yang ditanam berkualitas (memiliki keseragaman, kekuatan tumbuh, dan sehat ).

C. Standar Tentang Penyiapan Benih

1. Benih yang digunakan sebaiknya adalah benih bermutu dari varietas unggul yang ditandai dengan label benih yang disahkan oleh BPSB dan benih tersebut siap tanam (telah disimpan 3 – 4 bulan).

2. Peneresan 1/3 bagian ujung benih diperlukan jika tunas dalam benih masih sekitar 50 – 60%

3. Ukuran umbi benih yang optimal adalah 3-4 g/umbi atau diameter < 2 cm

4. Benih bersih dari kulit yang kering atau kotoran maupun penyakit/ hama.

(14)

9

5. Kebutuhan benih 637,5 kg/ha – 1000kg/ha disesuaikan dengan jarak tanam, ukuran bedengan dan ukuran benih

D. Alat, Bahan dan Fungsi 1. Benih

2. Keranjang/ kantong jala/karung untuk menampung benih. 3. Pisau untuk memisahkan daun dan umbi.

4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan. E. Prosedur Kerja Penyiapan Benih

1. Memilih benih bermutu

2. Memilih benih yang telah siap tanam (telah disimpan 3-4 bulan).

3. Jika calon/tunas dalam benih sudah muncul 80% maka ujung benih tidak perlu diteres (dipotong).

4. Jika tunas dalam benih masih sekitar 50 – 60% maka perlu diteres 1/3 bagian ujungnya.

5. Membersihkan benih dari kulit yang kering atau kotoran maupun penyakit/hama.

6. Sebelum ditanam, sebaiknya benih direndam dalam larutan Plant Growth Promoting Rhizobacterium (PGPR) sekitar 20 menit dengan dosis 10 cc/lt air

7. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 5)

(15)

10 F. Validasi Penyiapan Benih

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Gambar 1.Umbi yang sudah diteres untuk mempermudah keluarnya Tunas

(16)

11 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM-GK IV 1-9 Tanggal Dibua 22 November 2012 "Penyiapan Lahan " Revisi……..

Tanggal……

Disahkan ………..

IV. PENYIAPAN LAHAN

Sub Kegiatan: Pembersihan Lahan

A. Definisi

Penyiapan lahan adalah rangkaian kegiatan mulai dari membersihkan lahan dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain.

B. Tujuan

Agar diperoleh lahan yang siap diolah dan terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa tanaman).

C. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Sabit untuk memotong dan membersihkan semak yang dapat menghalangi pertumbuhan tanaman muda.

2. Cangkul untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa tanaman yang tertinggal serta untuk mengolah tanah.

3. Gancu lebih bagus untuk mengambil rumput agar tidak putus dan mudah menancap pada tanah. Juga dapat dipergunakan untuk olah tanah.

(17)

12 D. Standar tentang Pembersihan Lahan

1. Lahan calon lokasi penanaman dibersihkan dari gulma, semak atau sisa-sisa tanaman sebelumnya yang dapat mengganggu pertumbuhan bawang merah sehingga lahan siap diolah

2. Sisa-sisa tanaman dikumpulkan dan dibersihkan dari lahan 3. Lahan yang akan dipakai untuk budidaya bukan bekas

pertanaman yang sefamili, untuk menghindari resiko serangan penyakit.

E. Prosedur Pelaksanaan:

1. Membersihkan lahan dari batu-batuan, gulma, semak yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul

2. Membuang dan memusnahkan sisa-sisa tanaman.

3. Mengumpulkan batu-batuan dan membuang pada tempat tertentu yang aman di luar areal tanam.

4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.

(18)

13 E. Validasi Pembersihan Lahan

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(19)

14

Sub Kegiatan: Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk Organik

A. Definisi

Pembuatan bedengan adalah membuat lahan pertanaman dengan cara mengolah tanah hingga gembur dan dikeringkan

B. Tujuan

Agar diperoleh lahan pertanaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

C. Standar Tentang Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk Organik

1. Lahan calon bedengan diolah terlebih dahulu dengan cara tanah dibalik agar kering, kemudian diberi pupuk kandang dengan dosis 5-10 ton/ha.

2. Lahan calon bedengan diolah dengan cara dibajak atau dicangkul sedalam 30 cm sampai gembur. Pengolahan lahan dilakukan 10-15 hari sebelum tanam untuk memperbaiki keadaan tata udara dan aerasi tanah serta menghilangkan gas-gas beracun dan panas hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman sebelumnya. Setelah dibajak, lahan dibiarkan selama 1 minggu. 3. Bedengan dibuat dengan lebar 80-100 cm, jarak antar bedeng

40-50 cm dengan tinggi bedengan 30 - 60 cm pada musim hujan dan 10-20 cm pada musim kemarau dengan ukuran got keliling lebar 60 cm kedalaman 50 cm. Panjang bedengan, parit atau got menyesuaikan kondisi lahan dan ketersediaan air.

(20)

15 D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Cangkul untuk menggemburkan tanah

2. Meteran sebagai alat ukur menentukan ukuran calon bedengan dan parit.

3. Tali dan patok kayu untuk meluruskan bedengan. 4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan. 5. Pupuk Organik (pupuk kandang).

6. Agensia hayati (Trichoderma/Gliocladium) untuk mencegah terjadinya penyakit.

E. Prosedur Pelaksanaan :

1. Mencangkul tanah sampai menjadi gembur dan dipetak-petak dengan sebelumnya diberi pupuk kandang (5-10 ton/ha) yang telah dicampur dengan agensia hayati;

2. Membuat bedengan dengan ukuran lebar 80-100 cm dan panjang menyesuaikan lahan;

3. Jarak antar bedengan (got/parit) adalah 40-50 cm, kedalaman 50 cm;

4. Membuat got keliling dengan lebar 30 cm dan kedalaman 40 cm;

5. Setelah lahan dikeringkan 7-10 hari, lahan diratakan dan diberi pupuk kandang. Setelah itu lahan siap untuk ditanami. 6. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan;

(21)

16

F. Validasi Pembuatan Bedengan/dan Pemberian Pupuk Organik Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Gambar 3. Penaburan Pupuk Kandang di atas Bedengan

(22)

18

Sub Kegiatan : Pembuatan Lubang Tanam dan Jarak Tanam

A. Definisi

Membuat lubang tanam dengan jarak yang sesuai untuk penanaman benih.

B. Tujuan

Agar diperoleh lubang tanam dengan jarak yang sesuai rencana C. Standar Tentang Pembuatan Lubang Tanam dan Jarak Tanam

1. Pembuatan larikan dan lubang tanaman menggunakan bilah bambu/kayu dengan kedalaman ¾ umbi benih.

2. Jarak antar baris 15 - 20 cm dengan jarak tanam dalam barisan 15 cm

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Bilah bambu/kayu yang diruncingkan dan diberi besi untuk membuat larikan

2. Meteran/alat ukur untuk membuat larikan lubang tanam 3. Bilah bambu/kayu untuk mengatur jarak tanam dalam baris 4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

E. Prosedur Pelaksanaan

1. Membuat blak, yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak yang ditentukan

2. Melakukan penyiraman lahan pertanaman secukupnya dan dilanjutkan dengan membuat larikan dan lubang tanaman dengan bilah bambu/kayu dengan kedalaman ¾ umbi benih.

(23)

19

3. Jarak antar baris 15-20 cm dan jarak tanam dalam barisan 15 cm.

4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang ditentukan

F. Validasi Pembuatan Lubang Tanam dan Jarak Tanam

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(24)

20 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM-GK V Halaman 1-2 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Penanaman" Revisi… Tanggal… Disahkan ……….. V. PENANAMAN A. Definisi

Membenamkan benih kedalam lubang tanam yang telah disiapkan

B. Tujuan

Agar tanaman tumbuh optimal C. Standar tentang Penanaman

1. Penanaman dilakukan dengan membenamkan ¾ bagian benih pada lubang tanam yang tersedia dengan mata tunas menghadap keatas

2. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi penguapan

D. Alat, Bahan dan Fungsi 1. Benih

2. Wadah benih (kantong, ember) untuk membawa benih 3. Gembor untuk menyiram

(25)

21 E. Prosedur Pelaksanaan

1. Membenamkan 2/3 bagian benih ke dalam lubang tanam kemudian ditutup tanah tipis.

2. Setelah selesai penanaman, dilakukan penyiraman

3. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. F. Validasi Penanaman :

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Gambar 5. Benih Bawang Merah yang Sudah Ditanam

(26)

22 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM-GK VI Halaman 1-5 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Pemupukan" Revisi…… Tanggal… Disahkan ………… ….. VI. PEMUPUKAN A. Definisi

Pemupukan adalah menambah unsur hara di dalam tanah untuk memperbaiki kesuburan tanah.

B. Tujuan

Menyediakan unsur hara yang cukup dan dapat diserap untuk pertumbuhan tanaman.

C. Standar tentang Pemupukan

1. Pemupukan harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat jenis.

a. Pada MK pemberian pupuk kandang dilakukan 1 minggu sebelum tanam (pada waktu pengolahan tanah) dengan dosis 10-15 ton/ha

b. Pemupukan Dasar (1 hari sebelum tanam) Musim Kemarau (MK) :

(27)

23 Musim Hujan (MH) :

- Urea sebanyak 50 kg/ha - ZA sebanyak 100 kg/ha. - SP-36 sebanyak 100 kg/ha. - KCl sebanyak 100 kg/ha.

c. Pemupukan susulan I (15 – 20 hari setelah tanam) - Urea 125 kg/ha

- ZA 50 kg/ha.

- KCl sebanyak 100 kg/ha.

d. Pemupukan susulan II (28 - 35 hari setelah tanam) Musim Kemarau (MK) :

- ZA 50 kg/ha.

- KCl sebanyak 50 kg/ha.

- Bila tanaman terlihat subur, pemupukan susulan II tidak perlu dilakukan

Catatan : Pada MH, pemupukan hanya diberikan 2 kali, yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan I

A. Alat, Bahan dan Fungsi 1. Alat :

a. Karung dan ember digunakan untuk mengangkut pupuk selama penaburan pupuk di lahan.

b. Gembor untuk menyiram lahan setelah dipupuk c. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

(28)

24 2. Bahan :

a Pada MK pemberian pupuk kandang dilakukan 1 minggu sebelum tanam (pada waktu pengolahan tanah) dengan dosis 12 ton/ha atau 4-5 ton/ha jika dengan Bokashi.

b. Pemupukan Dasar (1 hari sebelum tanam) Musim Kemarau (MK) :

- Urea sebanyak 2-4 kg/ha - ZA sebanyak 7-15 kg/ha. - SP-36 sebanyak 15-25 kg/ha.

Musim Hujan (MH) :

- Urea sebanyak 50 kg/ha - ZA sebanyak 100 kg/ha. - SP-36 sebanyak 100 kg/ha. - KCl sebanyak 100 kg/ha.

c. Pemupukan susulan I (15 – 20 hari setelah tanam) - Urea sebanyak 25 kg/ha

- ZA 50 kg/ha.

- KCl sebanyak 100 kg/ha

d. Pemupukan susulan II (28 - 35 hari setelah tanam) Musim Kemarau (MK) :

- ZA 50 kg/ha.

- KCl sebanyak 50 kg/ha.

- Bila tanaman terlihat subur, pemupukan susulan II tidak perlu dilakukan

(29)

25 B. Prosedur Pelaksanaan :

1. Melakukan pemupukan pertama dengan menaburkan secara merata ke lahan pertanaman

2. Pemupukan kedua dilakukan dengan menaburkan secara merata ke lahan pertanaman

3. Pemupukan ketiga dilakukan pada waktu 35-40 hari setelah tanam, tergantung pertumbuhan tanaman dengan cara ditabur tipis-tipis.

4. Setelah dilakukan pemupukan, lahan disiram.

5. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.

C. Validasi Penanaman :

- Rekomendasi teknologi budiaya bawang merah, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Jawa Barat;

- Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(30)

26

(31)

27 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM-GK VII Halaman 1-2 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Pengairan" Revisi….. Tanggal….. Disahkan ……….. VII. PENGAIRAN A. Definisi

Pengairan adalah mengatur pemberian air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

B. Tujuan

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

C. Standar Tentang Pengairan :

1. Air selalu tersedia mulai dari penanaman sampai dengan menjelang panen.

2. Pemberian air dilakukan dengan penyiraman/ disiram dengan gembor.

3. Untuk pertumbuhan awal (setelah tunas tumbuh merata), penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 30 hari. Selanjutnya penyiraman dilakukan 2 hari sekali sampai 5 hari menjelang panen.

(32)

28 D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Air untuk menyiram tanaman

2. Pompa air digunakan untuk memompa air dari saluran irigasi, sumur atau embung yang ada

3. Selang air untuk mengalirkan air ke areal pertanaman melalui parit – parit.

4. Ember/gembor untuk menyiramkan air dari parit kepermukaan bedengan yang sudah ditanami.

4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan E. Prosedur Pelaksanaan :

1. Pemberian air dilakukan dengan gembor.

2. Untuk pertumbuhan awal (setelah tunas tumbuh merata), penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 30 hari. Selanjutnya penyiraman dilakukan 2 hari sekali sampai 5 hari menjelang panen.

3. Penyiraman dilakukan pada waktu pagi atau sore 4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang

digunakan. F. Validasi Pengairan

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(33)

29 Standar Prosedur Operasional Nomor: SPO BM-GK VIII Halaman 1-2 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Pemeliha-raan Tanaman" Revisi…… Tanggal….. Disahkan ………..

VIII. PEMELIHARAAN TANAMAN

A. Definisi

Pemeliharaan tanaman adalah melakukan pemeliharaan dan memperbaiki struktur tanah, membersihkan gulma pada lahan pertanaman serta pengendalian OPT.

B. Tujuan

Agar struktur tanah dan kebersihan lahan tetap terjaga sehingga pertumbuhan tanaman optimal

C. Standar Tentang Pemeliharaan Tanaman

1. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan penyiangan 2. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal

pertanaman dari gulma yang tumbuh. D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Gathul digunakan untuk mendangir. 2. Cangkul untuk memperbaiki bedengan

(34)

30 E. Prosedur Pelaksanaan :

1. Mempersiapkan peralatan yang akan dipergunakan untuk melakukan pemeliharaan yang meliputi pembumbunan (nglepo)

2. Melakukan penyiangan dengan cara membersihkan areal pertanaman dari gulma sesuai kondisi tanaman.

3. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.

E. Validasi Pemeliharaan Tanaman

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(35)

31 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM. IX Halaman 1-10 Tanggal Dibuat 22 November 2012 "Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)” Revisi…… Tanggal… Disahkan ………..

IX. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU

TANAMAN (OPT)

A. Definisi

Pengendalian OPT adalah tindakan untuk menekan serangan OPT guna mempertahankan produksi dengan sistem pengendalian hama terpadu ( PHT ).

B. Tujuan

Agar OPT terkendali dan terjaganya kelestarian lingkungan tanaman.

C. Standar tentang pengendalian OPT

1. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala.

2. Tentukan alternatif tindakan yang perlu segera dilakukan. a) Teknis budidaya (meliputi penentuan waktu tanam, pola

tanam, tanam serempak dan perbaikan cara budidaya) b) Pengendalian cara fisik/mekanis/trap.

c) Pengendalian cara bilogis (pemanfaatan agensia hayati) d) Pengendalian secara kimiawi (penggunaan perstisida

(36)

32

3. Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan pestisida yang terdaftar apabila serangan mencapai ambang pengendalian. D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Handsprayer, perangkap kuning sebagai alat untuk mengendalikan OPT

Pestisida (biopestisidia, pestisida nabati, pestisida kimiawi) untuk mengendalikan OPT

2. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan pembersih.

3. Ember/ timba untuk mencampur pestisida dengan air. 4. Pengaduk dari kayu untuk mengaduk pestisida dengan air. 5. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan air. 6. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari

cemaran bahan kimia (Topi, Masker, Kaos lengan panjang, sarung tangan, celana panjang, sepatu lapang). 7. Sabun sebagai pencuci tangan setelah selesai pelaksanaan

penyemprotan.

8. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan E.Prosedur Kerja Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

1. Melakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala.

2. Menentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan.. 3. Melakukan pengendalian OPT bila serangan mencapai

(37)

33

OPT dan fase/stadia tanaman sesuai teknik yang dianjurkan.

4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan

F. Validasi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 1. UPTD BPTP Dinas Pertanian DIY

2. Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Berikut ini adalah jenis OPT utama yang terdapat pada setiap fase/stadia pertumbuhan tanaman bawang merah.

Hama – hama penting pada bawang merah

1. Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis)*

(38)

34

a) Gejala serangan :

Daun bawang yang terserang ditandai dengan adanya bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor lalat betina dan liang korokan larva yang berkelok-kelok pada daun bawang. Serangan berat mengakibatkan hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan, sehingga menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar.

b) Cara Pengendalian :

1) Mengumpulkan daun yang terserang lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diikat dan dimusnahkan 2) Melakukan pemasangan perangkap likat kuning (oli)

yang terbuat dari kertas atau plastik kuning dengan ukuran 16 cm x 16 cm kemudian ditempelkan pada triplek atau kaleng dengan ukuran yang sama lalu dipasang pada tiang bambu yang tingginya 20 cm diatas tajuk tanaman. Jumlah perangkap yang digunakan untuk setiap ha adalah sekitar 80-100 buah. Penggatian perekat dilakukan disesuaikan kondisi perangkap.

3) Apabila serangan telah mencapai 10% dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif dengan jenis dan dosis sesuai anjuran.

(39)

35

2. Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn)

Gambar 8. Ulat Bawang Pada Pertanaman bawang Merah

a) Gejala serangan :

Gejala serangan tampak pada daun berupa bercak berwarna putih transparan. Begitu menetas dari telur ulat masuk ke dalam daun dengan jalan melubangi ujung daun pada saat stadia larva kemudian menggerek permukaan bagian dalam daun, sedangkan bagian epidermis luar ditinggalkan. Serangan lebih lanjut menyebabkan daun mengering. Jika populasi ulat banyak, dapat menyerang umbi. Serangan lebih lanjut menyebabkan daun terkulai dan mengering

b) Pengendalian:

1) Melakukan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang (tanaman palawija) untuk musim tanam selanjutnya

(40)

36

2) Melakukan penanaman secara serentak

3) Mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian dimusnahkan

4) Untuk mengendalikan imago/ klaper ulat bawang dapat menggunakan perangkap lampu yang dipasang secara serentak pada satu hamparan. Pengendalian ini dilakukan dengan cara menggunakan lampu perangkap yang dipasang disawah dengan jarak 20 x 20 m, sehinga tiap hektarnya terdapat 25 – 30 lampu atau titik. Setiap titik terdiri dari lampu neon beserta fitingan, bak penampung yang berisi air detergen, kayu penyangga, paku dan kabel. Jarak mulut bak dengan tanaman tidak lebih dari 40 cm. Sedangkan jarak lampu dengan mulut bak kurang lebih 7 cm.Untuk menghindari hujan diatas lampu diberi pelindung. Lampu dinyalakan secara serentah sejak matahari terbenam sampai dengan menjelang matahari terbit.

5) Apabila populasi kelompok telur pada musim kemarau telah mencapai 1 kelompok/10 rumpun atau 5% daun sudah terserang/rumpun dan pada musim hujan terdapat 3 kelompok telur/10 rumpun atau 10% daun sudah terserang /rumpun dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif.

(41)

37

Gambar 9. Perangkap Lampu Yang Digunakan Untuk Mengendalikan Ulat Bawang*

3. Trips (Thrips tabaci Lind & Thrips parvisipunus Karny)

(42)

38

a) Gejala serangan :

Sasaran serangan adalah daun muda dan pucuk daun. Nimfa dan imago menyerang bagian tersebut dengan jalan menggaruk atau meraut jaringan daun muda dan menghisap cairan selnya. Secara visual daun yang terserang berwarna putih mengkilap seperti perak dan kemudian berubah kecoklatan dan berbintik hitam. Bila serangan berat seluruh daun bisa berwarna putih. Pada serangan berat dapat mengakibatkan umbi menjadi kecil dengan kualitas rendah. Trips dapat juga dijumpai pada umbi bawang merah pada saat panen kemungkinan ikut terbawa ke tempat penyimpanan dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang merah. Serangan berat ini terjadi pada suhu rata – rata di atas suhu normal yang disertai hujan rintik-rintik dan kelembaban udara di atas 70%.

b) Pengendalian :

1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya

2) Penanaman dilakukan secara serentak sekitar pertengahan Mei sampai awal Juni

3) Menggunakan musuh alami kumbang macan/ kumbang helm predator Coccinellidae

(43)

39

4) Melakukan pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat, sebanyak 80 – 100 buah/ hektar

5) Apabila populasi dan serangan terus meningkat dilakukan pengendalian dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifutrin, piraklos.

4. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Gambar 11.Ulat Bawang yang Memakan Leher Batang Tanaman Bawang Merah

a) Gejala serangan :

Ulat aktif pada malam hari. Ulat menyerang leher batang dengan memotong-motong bagian tersebut. Potongan – potongan tanaman tersebut sering ditarik/dibawa ke tempat persembunyiannya. Ulat bersembunyi di dalam tanah dan aktif menyerang pada sore –malam hari sekitar jam 5 – 7.

(44)

40

b) Pengendalian :

1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah (tanaman palawija)

2) Melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya sehingga pupa maupun ulat mati terkena sinar matahari.

3) Memusnahkan ulat yang dijumpai di sekitar tanaman inang

4) Menggunakan lampu perangkap seperti pengendalian pada ulat bawang

(45)

41

Penyakit – Penyakit Penting Pada Bawang Merah

Pada umumnya penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah disebabkan oleh cendawan, terutama disebabkan oleh lahan yang selalu lembab sehingga memungkinkan cendawan berkembang dengan baik. Beberapa jenis penyakit penting yang menyerang tanaman bawang merah, antar lain :

1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Hanz)

Gambar 12. Serangan Layu Fusarium pada Bawang Merah

a) Gejala Serangan

Sasaran serangan adalah bagian dasar dari umbi lapis. Daun bawang menguning dan terpelintir layu ( moler ) serta tanaman mudah tercabut. Umbi yang terserang akan menampakkan dasar umbi yang putih karena massa cendawan dan umbi membusuk dimulai dari dasar umbi. Apabila umbi lapis dipotong membujur terlihat adanya pembusukan berawal dari dasar umbi meluas baik

(46)

42

ke atas maupun samping Serangan lebih lanjut menyebabkan kematian, dimulai dari ujung daun kemudian menjalar ke bagian bawah.

b) Pengendalian:

1) Menentukan waktu tanam yang tepat

2) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah (tanaman palawija).

3) Menggunakan benih yang bebas penyakit

4) Menggunakan pupuk organik dengan penambahan agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma pada setiap lubang tanam

5) Drainase dijaga sebaik mungkin

6) Menjaga tanaman/umbi jangan sampai terluka akibat perlakuan sewaktu pemeliharaan maupun panen

2. Bercak Ungu/trotol (Alternaria porri)

(47)

43

a) Gejala Serangan :

Cendawan Alternaria porri menimbulkan gejala bercak melekuk pada daun, berwana putih atau kelabu. Pada serangan lanjut, terdapat bercak - bercak menyerupai cincin, berwarna agak ungu dengan tepi agak merah atau keunguan dan dikelilingi oleh bagian berwarna kuning yang dapat meluas ke atas atau ke bawah bercak dan ujung daunnya mengering. Ujung daun mengering bahkan dapat patah. Pada saat atau setelah panen biasanya dapat terjadi infeksi pada umbi sehingga umbi membusuk dan berair yang bermula dari bagian leher umbi sampai umbi berwarna kuning atau merah kecoklatan. Serangan berat mengakibatkan jaringan umbi mengering dan berwarna gelap.

b) Pengendalian :

1) Menentukan waktu tanam yang tepat.

2) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah (tanaman palawija ).

3) Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat, tidak keropos, tidak terdapat luka pada kulit/terkelupas dan warna mengkilap.

4) Melakukan sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman yang sakit

(48)

44

5) Menjaga lahan tidak tergenang air dengan membuat saluran drainase.

6) Mengadakan penyiraman di pagi hari (sebelum terbit matahari) untuk menghilangkan embun upas.

7) Jika terjadi hujan pada siang hari, maka tanaman segera disiram dengan air bersih untuk menghindari patogen yang menempel pada daun

8) Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida efektif yang dianjurkan.

3. Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides) a) Gejala serangan

Tampak bercak putih pada daun yang terserang dengan ukuran antara 1-2 mm. Bercak putih tersebut berkembang dan melebar kemudian berubah warna menjadi putih kehijauan. Tanaman bawang merah dapat mati mendadak karena daun bagian bawah pangkal mengecil. Apabila infeksi berlanjut spora akan terlihat dengan koloni berwarna merah muda kemudian berubah menjadi coklat gelap dan akhirnya menjadi kehitam-hitaman.

b) Pengendalian

1) Mengatur waktu tanam yang tepat yaitu penanaman pada musim kemarau

2) Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat dan bebas bibit penyakit

3) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang ( tanaman palawija ) pada musim tanam selanjutnya 4) Melakukan sanitasi dan pemusnahan tanaman sakit

(49)

45 5) Perbaikan saluran drainase

6) Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida efektif yang dianjurkan.

4. Virus mozaik bawang (Onion Yellow Dwarf Virus)* a) Gejala serangan :

Tanaman yang terserang tumbuh kerdil, bentuk daun lebih kecil dibanding daun sehat. Warna daun belang hijau pucat sampai bergaris kekuningan, disertai dengan pertumbuhan daun yang terpilin, sehingga tanaman tampak kerdil meskipun tidak mengalami pemendekan. Umbi menjadi kecil sehingga produksi menjadi rendah

b) Pengendalian :

1) Menggunakan benih yang sehat dan baik dan ditanam didaerah bebas virus dengan jarak jauh dari sumber penyakit 2) Melakukan eradikasi tanaman yang menunjukkan gejala

dengan mencabut tanaman yang terserang dan memusnahkannya

(50)

46

5. Penyakit Embun Tepung (Sercospora duddie)

Gambar 14. Serangan Embun Tepung pada Tanaman Bawang Merah

a) Gejala serangan :

Daun bagian luar dan umbi tertutup “bulu- bulu” halus berwarna ungu yang merupakan massa spora dalam jumlah yang sangat banyak, yang kemudian mngakibatkan daun menjadi layu dan kering. Jika tanaman terinfeksi mampu bertahan hidup, pertumbuhannya terhambat, daun hijau pucat. Serangan dapat menjalar ke umbi yang mengakibatkan umbi membusuk, tetapi lapis luarnya mengering dan berkerut.

b) Pengendalian :

1) Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim kemarau 2) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan

(51)

47

3) Menjaga kebersihan lahan dengan memotong daun daun yang terinfeksi dan membongkarnya

4) Menggunakan benih yang sehat dan bebas penyakit

5) Menjaga kondisi mikroklimat disekitar tanaman tetap kering dengan membuat saluran drainase dengan baik sehingga kelembaban tanah dan udara berkurang

6) Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida efektif yang dianjurkan/ terdaftar.

(52)

48 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM. X Tanggal Dibuat 22 November 2012 " Penentuan Saat Panen" Halaman 1-3 Revisi…… Tanggal…... Disahkan ……….

X. PENENTUAN SAAT PANEN

A. Definisi

Penentuan saat panen adalah memantau/melihat keadaan fisik tanaman untuk menentukan saat panen yang tepat.

B. Tujuan

Agar diperoleh mutu dan produksi umbi yang optimal. C. Standar tentang Penentuan Saat Panen

1. Penentuan saat panen dilakukan dengan melihat perkembangan fisik tanaman (terutama daun) maupun dokumentasi/catatan kebun lainnya.

2. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 60-72 hari dengan ciri-ciri fisik 80% daun rebah, menguning dan leher batang kosong, umbi tersembul kepermukaan tanah dan berwarna merah.

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Catatan waktu tanam untuk mengetahui umur tanaman dan menentukan saat panen.

(53)

49 E. Prosedur Pelaksanaan:

1. Melakukan pengamatan secara periodik terhadap perkembangan fisik tanaman (terutama daun) maupun dokumentasi/catatan kebun lainnya.

2. Melakukan panen setelah tanaman berumur 60-72 dengan ciri-ciri fisik 80% daun rebah menguning dan leher batang kosong, umbi mengambang kepermukaan tanah serta berwarna merah mengkilat dan keras.

3. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. F. Validasi Penentuan Saat Panen

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(54)

50

Gambar 16 . Daun Bawang Merah Mulai Menguning serta Umbi Mulai Muncul di Permukaan Tanah

(55)

51 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM. XI Halaman 1-2 Tanggal Dibuat 22 November 2012 " Panen" Revisi……… Tanggal…… Disahkan ………

XI. PANEN

A. Definisi

Panen adalah proses pengambilan umbi yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) untuk dicabut (masak panen optimal).

B. Tujuan

Untuk mendapatkan hasil tanaman C. Standar tentang Panen

1. Umbi bawang merah dipanen dari dalam tanah dengan cara dicabut dengan tangan atau menggunakan alat dengan hati-hati.

2. Panen dilakukan pada cuaca yang cerah dan tidak pada saat turun hujan atau menjelang hujan.

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Kayu/bambu digunakan untuk mencabut umbi dari dalam tanah.

2. Plastik penutup bila terjadi hujan.

3. Tali untuk mengikat umbi

4. Karung untuk membawa umbi setelah panen

(56)

52 E. Prosedur Kerja Panen

1. Mempersiapkan peralatan panen seperti keranjang, karung, tali.

2. Mencabut umbi dengan hati-hati. Musim penghujan umbi dijemur dengan diangin-anginkan dengan posisi umbi di atas selama ½ hari.

3. Memasukkan umbi ke dalam karung untuk kemudian dibawa ke tempat penyimpanan.

4. Apabila terjadi hujan lakukan penutupan menggunakan plastik

5. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan

F. Validasi Panen :

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(57)

53 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM. XII Halaman 1-7 Tanggal Dibuat 22 November 2012 " Pasca Panen" Revisi…… Tanggal Disahkan ………..

XII. PASCA PANEN

Sub Kegiatan: Pelayuan dan Pengeringan

A. Definisi

Pelayuan dan pengeringan adalah proses pelayuan dan pengeringan umbi untuk mengurangi kadar air.

B. Tujuan

Agar terjadi penurunan kadar air pada daun dan leher umbi. C. Standar Pelayuan dan Pengeringan

1. Pelayuan dan pengeringan dilakukan pada saat cuaca cerah dan sinar matahari optimal.

2. Pelayuan dilakukan setelah panen dengan menjemur bawang merah dibawah sinar matahari selama 2 – 3 hari atau diangin-anginkan selama 2-4 minggu sampai daun menjadi setengah kering. Usahakan pada saat pelayuan umbi bawang tidak terkena sinar matahari secara langsung, sehingga yang layu hanya daun dan leher umbi bawang merah.

(58)

54

3. Pengeringan prosesnya hampir sama dengan pelayuan, hanya waktunya lebih lama 7-10 hari atau juga bisa dengan cara menggantung diatas para-para dan dibalik setiap 2 hari.

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Alas kepang sebagai alas untuk pelayuan dan pengeringan. 2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan. E. Prosedur Kerja Pelayuan dan Pengeringan

1. Mempersiapkan alas kepang untuk alas umbi pada saat pelayuan dan pengeringan.

2. Melakukan pelayuan dengan menjemur bawang merah dibawah sinar matahari selama 2-3 hari setelah panen atau sampai daun menjadi setengah kering. Pada saat pelayuan diusahakan umbi bawang tidak terkena sinar matahari secara langsung, sehingga yang layu hanya daun dan leher umbi bawang merah.

3. Pengeringan prosesnya hampir sama, hanya waktunya lebih lama 7-10 hari atau juga bisa dengan cara menggantung diatas para para dan dibalik tiap 2 hari.

4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan F. Validasi Pelayuan dan Pengeringan

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(59)

55

Sub Kegiatan: Pembersihan dan Sortasi

A. Definisi

Pembersihan dan Sortasi adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi agar diperoleh umbi yang berkualitas baik.

B. Tujuan

Untuk menghilangkan kotoran (seperti tanah, kerikil, rumput, akar, dll) yang masih menempel pada umbi dan memisahkan antara umbi yang baik dengan yang jelek.

C. Standar Tentang Pembersihan dan Sortasi

1. Sortasi dilakukan untuk memisahkan antara umbi yang baik (bernas, tidak cacat fisik atau busuk, berukuran seragam) dengan umbi yang jelek, rusak atau busuk.

2. Pembersihan dilakukan dengan hati hati untuk memisahkan umbi bawang merah dengan kotoran yang masih melekat pada umbi di atas alas dari anyaman bambu (kepang).

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Tali untuk mengikat umbi menjadi satu.

2. Alas kepang untuk menampung kotoran yang tertinggal.

3. Para–para untuk menggantungkan untingan umbi yang sudah dibersihkan dan disortasi.

(60)

56 E. Prosedur Kerja Pembersihan dan Sortasi

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai sarana pembersih dan pengguntingan umbi.

2. Mengambil satu genggam daun umbi bawang merah yang menjadi satu dengan umbi, kemudian memisahkan tiap genggaman antara umbi yang baik dengan umbi yang jelek 3. Mengikat umbi yang baik menjadi satu

4. Menghentakkan pelan-pelan untingan tadi untuk merontokkan kotoran yang masih melekat pada umbi diatas alas dari kepang. 5. Mengikat dua ikatan untingan menjadi satu agar mudah

diletakkan di para-para. Letakkan umbi yang sudah dibersihkan dan diikat pada para para yang telah dipersiapkan.

6. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan F. Validasi Pembersihan dan Sortasi

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(61)

57

Sub Kegiatan : Grading

A. Definisi

Grading adalah memisahkan umbi yang besar dan yang kecil sesuai ukuran pengkelasan.

B. Tujuan

Untuk menentukan kelas umbi bawang merah.

C. Standar Tentang Grading (sesuai SNI nomor :01 3159 1992)

Karakteristik Syarat Cara

Pengujian Mutu I Mutu II Kesamaan varietas Ketuaan Kekerasan Diameter (cm) min. Kerusakan,(% bobot)maks. Busuk, (% bobot) maks. Kotoran, (% bobot) maks.

Seragam Tua Keras 1,7 5 1 Tidak ada Seragam Cukup Tua Cukup Keras 1,3 8 2 Tidak ada Organoleptik Organoleptik Organoleptik SP-SMP-309 SP-SMP-309 SP-SMP-309 SP-SMP-309

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Kepang/anyaman bambu untuk alas.

2. Para–para untuk menggantungkan untingan umbi yang sudah digrading.

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan E. Prosedur Kerja Grading

1. Mempersiapkan kepang untuk meletakkan bawang merah yang akan digrading.

2. Mempersiapkan para-para dari kayu atau bambu yang bersih untuk tempat menggantung umbi.

(62)

58

3. Menggantung dan menyusun rapi bawang merah yang telah digrading dalam bentuk untingan di para-para.

4. Meakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. E. Validasi Grading

Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Bawang Merah Segar, Nomor: 013159 1992), pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Sub Kegiatan: Penyimpanan

A. Definisi

Penyimpanan adalah proses menyimpan hasil panen sebelum dipasarkan.

B. Tujuan

Untuk menunggu saat pemasaran yang tepat C. Standar Tentang Penyimpanan

1. Penyimpanan secara tradisional dapat menggantung bawang merah menggunakan para-para diatas tungku perapian.

2. Penyimpanan di dalam gudang ventilasi harus memadai agar sirkulasi udara lancar dan kelembaban sekitar 65-70%, sinar matahari cukup dan tempat penyimpanan harus bersih.

(63)

59

Penyimpanan dapat juga dilakukan dengan cara menggantung untingan umbi bawang merah menggunakan para para.

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Tempat penyimpanan digunakan sebagai tempat penyimpanan bawang merah yang telah selesai dibersihkan dan disortasi. 2. Para-para digunakan sebagai tempat menggantung umbi

bawang merah yang akan disimpan dalam tempat penyimpanan 3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

E. Prosedur Kerja Penyimpanan

1. Menyiapkan para-para dari kayu atau bambu yang bersih untuk tempat menggantung umbi.

2. Menyiapkan tempat penyimpanan yang akan digunakan

3. Bawang merah yang telah dibersihkan dan disortasi serta untingan digantung ke dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapi menggunakan para para.

4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan F. Validasi Penyimpanan :

Pengalaman petani bawang merah KT Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan KT Sumber Rejeki, Dusun Ngasem Utara, Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

(64)

60 Standar Operasional Prosedur Nomor: SOP BM. XIII Halaman 1-4 Tanggal Dibuat 22 November 2012 " Pengemasan dan Distribusi" Revisi…… Tanggal… Disahkan ………..

XIII. PENGEMASAN DAN DISTRIBUSI Sub Kegiatan: Pengemasan

A. Definisi

Pengemasan adalah proses mengemas umbi yang dilakukan dengan menggunakan bahan pengemas yang sesuai tujuan pasar.

B. Tujuan

Agar diperoleh bawang merah dalam kemasan yang tepat dan aman.

C. Standar tentang Pengemasan

1. Jumlah umbi bawang merah yang dikemas harus sesuai dengan tujuan pengirimannya.

2. Untuk pengiriman jarak dekat bawang merah dikemas menggunakan karung jala/rajut (koli) dengan berat 90 - 100 kg. Dan untuk pengiriman jarak jauh/ antar pulau bawang merah dikemas menggunakan karung jala (koli) dengan berat 20 - 25 kg/koli

(65)

61 D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Timbangan digunakan untuk menimbang bawang merah yang akan dikemas.

2. Karung jala atau koli untuk mengemas bawang merah yang sudah disortir dari tempat penyimpanan untuk didistribusikan. 3. Tali plastik untuk mengikat karung jala (koli) plastik

4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan E. Prosedur Kerja Pengemasan :

1. Menyiapkan peralatan pengemasan beserta timbangan sesuai dengan tujuan pasar;

2. Untuk pengiriman jarak dekat bawang merah dikemas menggunakan karung jala (koli) dan ditimbang dengan berat 90-100 kg dan ujung karung jala diikat menggunakan tali plastik;

3. Untuk pengiriman jarak jauh/antar pulau bawang merah dikemas menggunakan karung jala dan ditimbang dengan berat 20-25 kg dan ujung karung jala diikat menggunakan tali plastik; 4. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. F. Validasi Pengemasan

Pengalaman pedagang bawang merah di Kecamatan Wonosari dan Playen, Kabupaten Gunungkidul dan petugas pembina Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunungkidul.

(66)

62

Sub Kegiatan Pendistribusian

A. Definisi

Pendistribusian adalah proses memindahkan umbi dari produsen ke pasar/konsumen.

B. Tujuan

Untuk mendistribusikan umbi bawang merah sampai ke pasar/konsumen dengan kualitas tetap terjaga

C. Standar Tentang Pendistribusian

1. Alat transportasi untuk mengangkut umbi ke konsumen/pasar/pabrik layak digunakan dan muatan sesuai kapasitas angkut;

2. Tanggal, lokasi dan jumlah yang hendak dikirim sudah dilakukan pengecekan ulang.

D. Alat, Bahan dan Fungsi

1. Alat transportasi untuk mengangkut umbi ke konsumen/pasar/pabrik;

2. Plastik atau terpal sebagai penutup dalam alat transportasi; 3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan. E. Prosedur Kerja Pendistribusian

1. Menyiapkan peralatan transportasi beserta peralatan lain yang diperlukan seperti tali, dan terpal;

(67)

63

2. Melakukan pengecekan tanggal, lokasi dan jumlah yang hendak dikirim;

3. Meletakkan secara perlahan kemasan-kemasan umbi dalam kendaraan. Apabila hendak ditumpuk, diupayakan jumlah tumpukan tidak melebihi kapasitas alat angkut;

4. Memindahkan kemasan dengan hati-hati;

5. Melakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. F. Validasi Pendistribusian

Pengalaman pedagang bawang merah di Kecamatan Wonosari dan Playen, Kabupaten Gunungkidul dan petugas pembina Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunungkidul.

(68)
(69)

65

Lampiran 1.

CONTOH JENIS BAWANG MERAH YANG DILEPAS OLEH MENTERI PERTANIAN

No Jenis/Varietas Asal Lokasi/Materi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bima Brebes Medan Keling Maja Cipanas Bauji Super Philip Kramat – 1 Kramat – 2 Kuning Tiron Lokal Brebes Lokal samosir Lokal Maja Lokal Cipanas Lokal Nganjuk

Introduksi dari Philipina Maja Cipanas x B.Bombay Maja Cipanas x B.Bombay Lokal Brebes

(70)

66

Lampiran 2 :

CONTOH FORM CATATAN KEGIATAN

1. Form Catatan Kegiatan Pemilihan Lokasi

Nama Petani : ………..

Alamat Lahan : ………..

Tanggal Petak Luas (Ha) Kondisi Lahan Riwayat

Penggunaan Lahan Petugas - Tinggi tempat :

- pH Tanah : - Suhu : - Batas Lahan : - Sumber Air :

2. Form Catatan Kegiatan Penentuan Waktu Tanam Nama Petani :...

Alamat Lahan :...

Tgl Petak Luas ( ha) Perkiraan Bulan Basah ( Bulan hujan ) Rencana Waktu Tanam Petugas Minggu ke...

Bulan ke....

3. Form Catatan Kegiatan Penyiapan Benih Nama Petani :...

Alamat Lahan :... Tgl Petak Luas (ha)

Jml Benih (kg) Sumber/ Asal Benih Perlakuan Benih *) Petugas Dirompes Tdk dirompes

(71)

67

4. Form Catatan Kegiatan Pembersihan Lahan Nama Petani :...

Alamat Lahan :...

Tgl Pe- tak Luas (Ha) Kendala di Lahan Cara

Hasil Akhir dan Hal yang Perlu Diperhatikan

Petugas

5. Form Kegiatan Pembuatan Bedengan/ Cemplongan Nama Petani :... Alamat Lahan :... Tgl Petak Luas ( ha) Jenis Tanah *) Waktu & Cara Pengolahan Tanah Cara Membuat Bedengan & parit/cemplong Ukuran bedeng & parit/ cemplong Pemberian Pupuk Kandang Petugas Waktu Dosis Cara debu

berpasir

lempung berpasir

(72)

68

7. Form Kegiatan Pembuatan Lubang Tanam & Jarak Tanam Nama Petani :...

Alamat Lahan :...

Tgl Petak Luas

( ha ) Lubang Tanam Ukuran & jarak Tanam

Pembuatan Lubang Tanam Penetapan Jarak Tanam Petu-gas Alat Cara Alat Cara Umbi besar : Umbi kecil :

8. Form Kegiatan Penanaman Nama Petani :... Alamat Lahan :...

Tgl Petak Luas ( ha ) Cara Penanaman

Waktu

Penanaman Petugas

9. Form Catatan Kegiatan Pemupukan Nama Pemilik : ……….. Alamat Lahan : ……….. A. Catatan Kegiatan Pemupukan Dasar

Tgll Petak Luas (Ha)

Nama

(73)

69

B. Catatan Kegiatan Pemupukan Susulan

Tgl Petak Luas (Ha)

Fase Pertumbuhan

Nama

Pupuk Cara Dosis

Cua-ca

Petu-gas

10. Form Catatan Kegiatan Pengairan

Nama Pemilik : ……….. Alamat Lahan : ………..

Tanggal Petak Luas (Ha)

Fase

Pertumbuhan Cara Pengairan Lama Diairi Petugas

11. Form Catatan Kegiatan Pemeliharaan Tanaman Nama Pemilik : ……….. Alamat Lahan : ……….. Tgl Petak Luas (Ha) Fase Pertum-buhan Cara Pemeliharaan Tanaman Petugas

(74)

70

12. Form Catatan Kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Nama Petani :... Alamat Lahan :... Tgl Petak Luas (ha) Umur Tanaman Jenis OPT Tingkat Serangan Cara Pengenda-lian Nama Bahan Pengendali OPT Cara Aplikasi Bahan Pengendali OPT Cuaca Petugas

13. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Panen Nama Petani :…………. Alamat Lahan :………… Tgl Petak Luas (ha) Umur Tanaman Penampakan Ciri Fisik Tanaman Siap Dipanen Rencana Umbi Dipanen Petugas Umur Tanggal

(75)

71

14. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Panen Nama Pemilik : ……….. Alamat Lahan : ……….. Tgl Petak Luas (Ha) Umur

Tanaman

Rencana Umbi Dipanen

Petugas

15. Form Catatan Kegiatan Panen Nama Petani :... Alamat Lahan :... Tgl Petak Luas ( ha ) Tahapan Cara Panen Cuaca & Waktu Panen Jumlah Hasil Panen Petugas

(76)

72

16. Form Catatan Kegiatan Pelayuan & Pengeringan Nama Petani :...

Alamat Lahan :...

17. Form Catatan Kegiatan Pembersihan dan Sortasi Nama Petani :... Alamat Lahan :... Tgl Jumlah ( kg ) Lokasi Pembersihan & Sortasi Cara Pembersihan Cara Sortasi Prosentase Rusak Petugas Tgl Jum-lah ( kg )

Lokasi : Cara dan Alat : Lama :

Petugas Pela yu-an Pengering-an Pelayu-an Pengeri ngan Pela yuan Pengeri -ngan

(77)

73

18. Form Catatan Kegiatan Penyimpanan Nama Petani :... Alamat Lahan :... Tgl Jumlah ( Kg ) Lokasi Penyimpanan (rumah/gudang dll) Cara Penyimpanan Tujuan Penyimpanan Lama Penyimpa nan Petu-gas

19. Form Catatan Kegiatan Pengemasan Nama Petani :... Alamat Lahan :... Tgl Jumlah (Kg) Lokasi Pengemasan ( rumah/gudang dll) Cara Pengemasan Bahan Kemasan Jumlah Perkemasan ( Kg ) Petugas

20. Form Catatan Kegiatan Pendistribusian Nama Pemilik :... Alamat Lahan :... Tgl Jumlah Kemasan Yang Diangkut Jenis Alat Transportasi ( Kapasitas angkut ) Daerah Tujuan Lama Perjalanan ( hari ) Petugas

(78)

74

TIM PENYUSUN

Ir. Purwantiningsih Arini Sutaryanti, SP, MSc. Sukino

Devi Ria Arthasari, STP Ir. Suharyadi

Fibrianty, SP, MSi Ir. Suzie Wisudarti Ir. Jihadin M

Purwono Sulistyohadi SP, MP Nur Elia Mujahidah, S.P. Reki Hendrata, SP

Dinas Pertanian DIY Dinas Pertanian DIY Dinas Pertanian DIY Dinas Pertanian DIY UPTD BPTP

BPTP Yogyakarta BKPP DIY

UPTD BPSB DIY

Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Gunungkidul Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Gunungkidul BPTP Yogyakarta

Gambar

Tabel 2. Varietas, Produktivitas  &amp; Umur Panen Bawang Merah
Gambar 2. Kegiatan Pembersihan Lahan
Gambar 4. Bedengan  Sudah Siap Untuk Ditanami
Gambar 5. Benih Bawang Merah yang Sudah Ditanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

perolehan margin pemasaran komoditas bawang merah pada petani terendah diperoleh untuk. tujuan pedagang pengumpul dengan margin yang diperoleh sebesar

Kebijakan pemerintah terhadap input dan output bawang merah seperti subsidi pupuk, subsidi bahan bakar, subsidi kredit bagi petani, kebijakan tarif impor bawang merah dan

Sidik Ragam Bobot Kering Jual Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah (Transformasi Akar Kuadrat). SK db JK KT

Sebagaimana hasil penelitian Sulistiyono et.al (2008) terhadap petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk menunjukan bahwa petani yang telah mengikuti Sekolah Lapang

Kelayakan usahatani tumpangsari cabai merah dan bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima oleh petani dari

Program yang akan direkomendasikan kepada petani yaitu: (a) program peningkatan produksi bawang merah yaitu dengan menggunakan bibit bawang merah yang unggul

Sebagai contohnya adalah bawang merah.Meskipun saat ini desa Duwel telah dielu-elukan oleh orang-orang sebagai desa paling potensial dalam pemasokan Bawang merah unggul

Objek jual beli bawang merah dengan tebas di Desa Larangan adalah bawang merah yang sudah tua yaitu sudah layak panen sekitar umur 55-60 hari, sehingga objek