• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

8   

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Informasi 1. Pengertian Sistem

Menurut McLeod (2004, P9), Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut O’Brien (2005, P29) sistem didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling terhubung dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur/terorganisir.

Jadi, dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, terintegrasi, dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan dalam menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

2. Pengertian Informasi

Menurut McLeod (2004, P12), Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.

Menurut Laudon dalam bukunya yang berjudul Essentials of Management Information Systems (2003, P7), informasi adalah data yang telah

(2)

 

mengalami perubahan menjadi suatu bentuk yang lebih berarti atau berharga dan berguna untuk kebutuhan pemakai.

Sedangkan menurut Turban, Rainer, dan Potter dalam bukunya yang berjudul Introduction to Information Technology (2001, P17), informasi adalah kumpulan fakta-fakta (data) yang terorganisir dalam beberapa cara sehingga berarti bagi penerima.

Jadi, dari definisi-definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi lebih berguna dan lebih bermanfaat bagi yang menggunakannya. Setiap Informasi memiliki kadar kualitas yang bergantung pada : keakuratan, ketepatan waktu, kelengkapan, reabilitas dan relevansinya.

3. Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005, P5), sistem informasi adalah kombinasi yang diorganisasi oleh manusia, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan komunikasi, sumber-sumber data yang dikumpulkan, dibentuk dan informasi yang disebarkan dalam organisasi.

Menurut Laudon (2003, P7), sistem informasi adalah komponen-komponen yang saling terhubung yang bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan penyebaran informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan mengontrol atau mengendalikan suatu organisasi.

(3)

 

Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2001, P17), sistem informasi adalah mengambil atau mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Jadi dari definisi-deinisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan, memproses, menganalisis, sehingga dapat menghasilkan informasi bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Sistem informasi dapat membantu para manager dan karyawan dalam menganalisis masalah, menyederhanakan subjek yang komplek dan menciptakan suatu produk yang baru.

2.1.2 Geografi

1. Pengertian Geografi

Menurut Richthoffen (Prahasta, 2005, P12), geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai area-area yang berada di permukaan bumi.

Kata geografi berasal dari kata geographika dari bahasa yunani yang dikemukakan oleh Eratosthenes sekitar abad ke-1 SM. Asal katanya adalah Geo yang berarti Bumi dan graphika yang berarti tulisan atau lukisan. Berdasarkan asal katanya, geografi dapat diartikan sebagai tulisan mengenai Bumi atau lukisan tentang Bumi. Dalam arti yang lebih luas, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk, serta hubungan timbal-balik antara keduanya.

(4)

 

Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan permukaan bumi ialah tempat mahkluk hidup yang meliputi daratan, air atau perairan dan udara atau lapisan udara.

2.1.3 Peta

1. Pengertian Peta

Peta adalah suatu alat peraga untuk menyampaikan suatu ide berupa suatu gambaran mengenai tinggi rendahnya suatu daerah (topologi), penyebaran penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Peta digambarkan dalam skala tertentu dengan tulisan atau simbol sebagai keterangan yang dapat dilihat dari atas. Peta haruslah mewakili sebagian atau seluruh permukaan Bumi sehingga fenomena yang ditampilkan harus benar-benar akurat sesuai dengan data di lapangan (yang sebenar-benarnya). Ilmu pengetahuan yang mempelajari peta adalah Kartografi.

Sedangkan menurut Burrough, peta adalah sekumpulan titik, garis, area yang digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada sistem koordinat, dan peta biasanya direpresentasikan dalam bentuk 2 dimensi, tapi tidak tertutup kemungkinan direpresentasikan dengan dalam bentuk 3 dimensi.

2. Jenis Peta

Ada beberapa jenis peta yang ditinjau dari berbagai aspek, yaitu tujuan, kegunaan, dan skalanya.

(5)

 

1) Peta Umum

Peta yang melukiskan semua kenampakan pada suatu wilayah secara umum. Kenampakan-kenampakan tersebut adalah keadaan alam atau daerah dengan berbagai bentuk permukaan bumi, yaitu gunung, daratan, lembah, sungai dan sebagainya yang merupakan suatu kesatuan. Contohnya Peta Dunia.

2) Peta Khusus atau Tematik

Peta yang memuat informasi geografi tentang fenomena alam dan sosial budaya pada ruang dan waktu tertentu. Contohnya Peta Iklim.

b. Berdasarkan kegunaannya 1) Peta Referensi Umum

Peta yang digunakan mengidentifikasi dan verifikasi macam-macam bentuk geografi termasuk fitur tanah, perkotaan, jalan dan lain sebagainya

2) Peta Mobilitas

Peta ini digunakan untuk membantu masyarakat dalam menentukan jalur dari satu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan darat, laut dan udara.

3) Peta Tematik

Peta yang menunjukkan penyebaran dari suatu objek tertentu seperti populasi, curah hujan dan sumber daya alam.

4) Peta Inventaris

Peta yang menunjukkan lokasi dari fitur-fitur khusus misalnya posisi gedung di suatu wilayah.

(6)

 

c. Berdasarkan skala

1) Skala Besar : Berskala antara 1 : 100 – 1 : 250.000

2) Skala Sedang : Berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 1.000.000 3) Skala Kecil : Berskala antara lebih dari 1 : 1.000.000

3. Penggunaan Peta

Peta pada umumnya digunakan untuk mengetahui berbagai kenampakan pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni :

a. Memperlihatkan posisi suatu tempat dipermukaan bumi

b. Mengukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala dan ukuran peta

c. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala tertentu

d. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.

Sedangkan peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang menonjolkan satu jenis data saja. Misalnya : Peta Curah Hujan, Peta Iklim, Peta Penyebaran Penduduk dan sebagainya.

4. Syarat-syarat Peta

Peta yang ideal mempunyai luas, bentuk, arah dan jarak yang benar. Peta yang baik dan lengkap harus mencantumkan :

(7)

 

1. Judul Peta

Judul peta merupakan identitas yang menggambarkan isi dan jenis peta. Karena itu, judul peta harus ditulis sesuai dengan jenis informasi yang disampaikan dalam peta tersebut. Judul peta harus diletakkan di atas tengah. Contoh : Peta Sulawesi Utara.

2. Tahun Pembuatan

Tahun pembuatan peta diletakkan di kanan bawah atau kiri bawah. Tahun pembuatan peta penting untuk memastikan bahwa peta tersebut masih relevan dan masih baik untuk digunakan.

3. Skala Peta

Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya dipermukaan bumi. Ada 3 macam skala peta, yaitu :

a. Skala numerik

Contoh: 1 : 100000, artinya 1 Cm pada peta sama dengan 100000 Cm pada permukaan bumi.

b. Skala verbal atau skala kalimat Contoh: 1 inch : 1 mil

c. Skala garis atau skala grafik

Skala pada peta berupa garis yang menunjukkan jarak sesungguhnya pada permukaan bumi.

4. Petunjuk Arah (mata angin)

Setiap pembuatan peta harus dicantumkan mata angin sebagai penunjuk arah dari daerah atau wilayah yang dipetakan. Pembuatan mata angin harus memperhatikan hal-hal berikut :

(8)

 

a) Umumnya arah utara peta berada di sisi atas peta.

b) Petunjuk arah ditempatkan pada bagian kosong agar tidak menganggu peta induk.

5. Legenda

Informasi pada peta cenderung banyak dan padat, sehingga tidak dimungkinkan semua data dibubuhi keterangan secara rinci. Karena itu, keterangan pada peta dibuat berupa simbol-simbol. Keterangan berupa simbol ini pada peta dinamakan legenda. Ada 2 macam simbol pada peta : a) Simbol Kualitatif

Digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk dipermukaan bumi. Simbol kualitatif meliputi simbol titik, simbol garis, dan simbol warna.

b) Simbol Kuantitatif

Digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang diwakili, misalnya untuk menggambarkan jumlah penduduk di daerah tertentu. Contoh : ● : 1000 jiwa

●● : 2000 jiwa ●●● : 3000 jiwa 6. Sumber Peta

Merupakan keterangan tentang asal data atau informasi yang ada dalam peta. Sumber peta dapat berasal dari instansi atau lembaga yang berwewenang dan melalui survei lapangan.

(9)

 

2.1.4 Sistem Informasi Geografi

1. Pengertian Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografi merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Puntodewo, 2003). Sistem Informasi Geografi merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif masih baru. Berikut ini merupakan beberapa definisi dari SIG yang telah beredar di berbagai pustaka :

1. SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. [Chrisman97]

2. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. SIG adalah sistem basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang tereferensi secara geografi berikut sekumpulan operasi-operasi yang mengelola data tersebut. [Foote95]

3. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terreferensi secara spasial atau koordinat geografi. SIG adalah basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang terreferensi secara geografi berikut sekumpulan operasi-operasi yang mengelola data tersebut. [Star90]

(10)

 

2. Subsistem Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografi dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem (Prahasta, 2005, P56), yaitu :

1. Data Input

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format yang dapat digunakan oleh sistem informasi geografi.

2. Data Output

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan lain-lain.

3. Data Manajemen

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui, dan diperbaiki.

4. Data Manipulation and Analysis

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem informasi geografi. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

(11)

 

Uraian dari subsistem-subsistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Uraian Subsistem-subsistem SIG

3. Komponen Sistem Informasi Geografi Komponen-komponen SIG terdiri dari : 1. Perangkat keras (hardware)

SIG membutuhkan komputer untuk menyimpan dan memproses data. SIG dengan skala yang kecil membutuhkan PC (Personal Computer) yang kecil untuk menjalankannya, namun ketika sistem menjadi besar dibutuhkan

(12)

 

komputer yang lebih besar serta host untuk client machine yang mendukung penggunaan multiple user. Perangkat keras yang digunakan dalam SIG memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya. Ini dikarenakan penyimpanan data yang digunakan dalam SIG baik data raster maupun data vector membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisisnya membutuhkan memori yang besar dan processor yang cepat. Selain itu diperlukan juga digitizer untuk mengubah peta ke dalam bentuk digital.

2. Perangkat lunak (software)

Perangkat lunak dalam SIG haruslah mampu menyediakan fungsi dan tool untuk melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografi. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen perangkat lunak SIG adalah :

a) Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografi. b) Sistem Manajemen Basis Data.

c) Tool yang mendukung query geografi, analisis dan visualisasi.

d) Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi. Ada banyak perangkat lunak SIG yang dapat kita gunakan, diantaranya adalah Map Info, Arc Info, Arc View, Arc GIS dan masih banyak lainnya.

3. Data

Menurut McLeod (2004, P12), data merupakan fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sedangkan Laudon (2003, P8) mendeskripsikan data sebagai berkas-berkas fakta yang masih mentah yang

(13)

 

menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam perusahaan/organisasi atau di lingkungan fisik sebelum disusun dalam bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan oleh pemakai. Jenis data yang digunakan dalam sistem informasi geografi adalah data spasial (peta) dan data non-spasial (keterangan/atribut). Perbedaan antara 2 jenis data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Data Spasial

Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada dimensi ruang dan dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial, yaitu :

1) Titik

Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol. Titik dapat mewakili objek-objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misalnya : letak bangunan, kota, dan lain-lain.

2) Garis

Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, saluran buangan, jalan, sungai, dan lain sebagainya.

(14)

 

3) Poligon

Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Suatu danau, batas propinsi, batas kota, batas-batas persil tanah milik adalah tipe-tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh 3 garis yang saling terhubung diantara ketiga titik tersebut.

Gambar 2. 2 Komponen data Spasial

b. Data Non-spasial (atribut)

Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan dengan posisi geografi.

Contoh : data atribut jumlah pengungsi yang dapat ditampung oleh suatu fasilitas. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek lain, misalnya : Puskemas, rumah sakit dan kantor pemerintahan. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya, luas suatu fasilitas evakuasi, misalnya luas rumah sakit seluas 1000 meter persegi.

(15)

 

4. Metode

Untuk menghasilkan SIG sesuai dengan yang diinginkan, maka SIG harus direncanakan dengan matang dengan menggunakan metologi yang benar. SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata, yaitu metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap permasalahan.

5. Manusia

Teknologi SIG tidak akan bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun perencanaan untuk diaplikasikan sesuai dunia nyata. Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mendefinisikan, menganalisa, mengoperasikan serta menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi dalam pembuatan SIG. Pemakai pada SIG terdiri dari beberapa tingkatan, dari tingkatan spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaan sehari-hari.

2.1.5 Jalan

1. Pengertian Jalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jalan adalah tempat untuk lalu lintas orang, kendaraan, dan lain sebagainya. sedangkan menurut UU RI No.13 tahun 1983 mengenai jalan, jalan adalah prasarana perhubungan darat yang diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan dan orang atau prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bentuk bagian jalan termasuk bagian pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Bagian

(16)

 

pelengkap yang dimaksudkan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan, antara lain jembatan overpass, underpass, tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran air jalan. Sedangkan perlengkapan jalan adalah rambu-rambu lalu lintas, rambu-rambu jalan, tanda-tanda jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar daerah milik jalan dan patok-patok daerah milik jalan.

2. Jenis Jalan

a. Berdasarkan Fungsi 1) Jalan Ateri

Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan yang masuk dibatasi secara efisien.

2) Jalan Koletor

Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3) Jalan Lokal

Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

b. Jenis Jalan lainnya

1) Jalan Tol (Jalan bebas hambatan)

Jalan umum yang pemakainya dikenai kewajiban membayar tol yang disebut tarif tol. Jalan tol hanya boleh dilalui oleh kendaraan beroda empat atau lebih.

(17)

 

2) Jalan lintas

Jalan yang melayani angkutan utama dan menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama, termasuk pintu-pintu gerbang/outlet dan merupakan jaringan utama transportasi nasional.

3) Jalan Umum

Jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. 4) Jalan Khusus

Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi atau badan hukum atau perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.

5) Jalan Protokol

Jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas kota.

2.1.6 Algoritma Dijkstra

Menurut Wiitala (1987, p240), Algoritma Dijkstra pertama kali ditemukan oleh E. Dijkstra pada tahun 1959, dan merepresentasikan sebuah shorthpath. Ide dibalik algoritma Dijkstra ini cukup pintar. Algoritma ini membuat dua track yang berisi verteks, yang satu berisi verteks yang memiliki path terpendek dari verteks awal / verteks yang diberikan, dan track ke dua berisi sisa verteks yang lainnya. Saat algoritma dimulai, track pertama hanya berisi verteks awal, kemudian dengan proses iterasi dalam algoritma, sebuah verteks dari track kedua dihapus dan dimasukkan ke dalam track pertama. Begitu seterusnya hingga verteks akhir yang diharapkan masuk ke dalam track kedua maka proses berhenti.

(18)

 

1. Cara Kerja Algoritma Dijkstra

Algoritma Dijkstra merupakan algoritma untuk menemukan path terpendek dari verteks awal s, ke semua verteks dalam graph (V-1). V adalah semua verteks yang terdapat dalam graph. Algoritma Dijkstra membagi verteks – verteks yang pernah ditelusuri menjadi S dan F. S terdiri dari verteks – verteks yang telah didapatkan rute terpendeknya, sedangkan F terdiri dari verteks – verteks yang path terpendeknya belum ditemukan. Verteks – verteks yang tidak termasuk S dan F adlaah verteks yang belum pernah ditelusuri (V –( S + F )).

Algoritma Dijkstra terus meng–update d, yang berisi jarak terpendek yang terbaru dari s ke masing – masing verteks. Jika sebuah verteks v termasuk dalam S, maka d[v] sudah pasti merupakan jarak terpendek menuju verteks tersebut. Jika v termasuk F, maka untuk sejauh ini d[v] masih merupakan jarak terpendek ( masih bisa berubah). Selain itu, jika v tidak termasuk S maupun F maka d[v] belum bernilai.

Di bawah ini diberikan pseudocode dari algoritma Dijkstra. L(u, v) adalah panjang edge dari u ke v.

Procedure Dijkstra : S = {s};

F = OUT(s);

For v in OUT(s) {d[v] = length (s,v);} While F is not empty {

V = u such that d[u] is minimum among u in F; F = F – {v};

(19)

  For w in OUT(v) { If w is not in S { New_dist = d[v] + L(v,w); If w is in F {d[w] = min (d[w], New_dist);} Else { D[w] = New_dist; F = F + {w}; } } } } 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Basis Data

1. Pengertian Basis Data

Menurut Connolly (2005, p15) basis data adalah kumpulan bersama dari data-data logikal yang saling terkait, dan deskripsi dari data tersebut, dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. (Basis Data, menurut McLeod, adalah kumpulan data komputer yang terintegrasi, diatur dan disimpan berdasarkan suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali. Basis Data merupakan sebuah gudang data tunggal dan besar yang di-sharing dan dapat digunakan secara simultan oleh banyak departemen dan banyak user).

(20)

 

2. Pengertian Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Menurut Connolly (2005, p16) DBMS adalah sebuah sistem perangkat lunak yang memungkinkan user untuk menentukan, menciptakan, memelihara dan mengontrol akses ke basis data. Sebuah DBMS menyediakan fasilitas-fasilitas berupa :

1. Data Definition Language (DDL) yang memungkinkan user menentukan basis data, misalnya jenis data, struktur data, dan batasan-batasan pada data yang hendak disimpan dalam basis data.

2. Data Manipulation Language (DML) yang memungkinkan user untuk memasukkan, meng-update, menghapus dan me-retrieve data dari basis data. 3. Akses terkontrol ke basis data, contohnya :

a) sistem keamanan yang mana mencegah user yang tidak berhak untuk akses ke basis data

b) sistem terintegrasi yang mana memelihara konsistensi data yang disimpan c) sistem kontrol konkuren yang mana memperbolehkan akses bersama

terhadap basis data

d) sistem kontrol pengembalian data yang mana dapat mengembalikan data ke keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan perangkat keras atau perangkat lunak

e) katalog yang dapat diakses user yang mana berisi deskripsi data dalam basis data

(21)

 

3. Relational Database

Menurut Connolly (2005, p76) Relational Database merupakan kumpulan table-tabel dimana masing-masing tabel memiliki sebuah nama yang unik. Setiap relation memiliki properti-properti sebagai berikut :

1. Sebuah relation memiliki sebuah nama yang berbeda dari yang lainnya 2. Setiap sel pada relation hanya berisi satu nilai saja

3. Setiap atribut memiliki nama yang berbeda

4. Nilai pada sebuah atribut berasal dari nilai domain yang sama 5. Setiap tuple adalah unik, tidak ada duplikatnya

6. Urutan atribut tidaklah penting

7. Secara teori, urutan tuple juga tidaklah penting

4. Entity Relationship (E-R)

Menurut Connolly (2005, p342) Model E-R merupakan sebuah pendekatan topdown dalam mendesain database yang dimulai dengan mengidentifikasi data-data penting(objek-objek dasar) dari dunia nyata yang dinamakan entity dan relationship diantara data-data yang harus direpresentasikan ke dalam model tersebut. Menurut Silberschatz (2006, p204) ada tiga konsep dasar dalam model data E-R, yaitu :

1. Entity sets

Entity adalah ”sesuatu” atau ”objek” dalam dunia nyata yang dapat dibedakan dari objek-objek lainnya. Sedangkan entity sets adalah sekelompok objek dengan property yang sama, atau attributes.

(22)

 

Relationship adalah kaitan (asosiasi) antara beberapa entitas. Sedangkan relationship sets adalah sekumpulan relationship yang memiliki tipe sama. 3. Attributes

Attributes merupakan properti-properti khusus dari entitas. Setiap attributes memiliki nilai yang disebut domain. Attributtes dapat dikelompokkan menjadi:

a) Simple and Composite attributes.

Simple attribute maksudnya atribut yang sederhana dan tidak dapat dapat dibagi-bagikan ke dalam sub-sub bagian atribut lagi, sedangkan composite attribute masih dapat dibagi-bagikan ke sub-sub atribut.

b) Single-Valued and Multi-valued attributes

Dikatakan single-valued attributes apabila sebuah atribut hanya memiliki satu nilai, sedangkan multi-valued attributes dapat memiliki lebih dari satu nilai.

c) Derived attributes

Derived attribute hanya digunakan pada saat diperlukan sehingga tidak disimpan. Model E-R merepresentasikan kendala-kendala yang mana isi dari basis data harus sesuai. Salah satu kendalanya adalah mapping cardinalities, yang menjelaskan jumlah entitas yang dapat diasosiasikan oleh entitas lain lewat relationship sets. Mapping cardinalities yang mungkin terdapat dalam binari relationship sets antara entity sets A dan B adalah :

1. One to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di B dan sebaliknya.

(23)

 

2. One to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di B, namun entitas di B hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di A.

3. Many to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di B, namun entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A.

4. Many to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di B, dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A.

2.2.2 Waterfall

Tahap-tahap Waterfall adalah, sebagai berikut : 1. Rekayasa Sistem

Yaitu dengan menentukan kebutuhan sistem secara keseluruhan, antara lain dengan menentukan komponen-komponen sistem (Entity), atribut komponen dan hubungan antara komponen. Secara umum Entity dibedakan atas data, algoritma dan interface.

2. Analisa Sistem

Yaitu mencari dan menentukan kriteria aplikasi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan sistem.

3. Desain Sistem

Yaitu dengan mendefinisikan hasil analisa dengan merancang modul aplikasi perancangan yang dilakukan pada tiga bagian, yaitu: Struktur data,

(24)

 

rancangannya didefinisikan dalam Entity Relationship Diagram (ERD) dan kamus data.

4. Pemrograman

Yaitu mengimplementasikan rancangan atau desain dengan menuliskan code program sesuai bahasa pemrograman yang dipilih.

5. Ujicoba

Yaitu melakukan pengujian program aplikasi yang telah selesai dibuat dengan memperhatikan konsep logika untuk mengetahui kinerja aplikasi apakah sesuai dengan kebutuhan sistem dan melakukan pencegahan terjadinya kesalahan seminimal mungkin. 

6. Pemeliharaan

Yaitu memungkinkan terjadinya perubahan data, lingkungan sistem dan kebutuhan penggunaan agar aplikasi tetap bisa dikembangkan sesuai perubahan yang terjadi. Berikut ini merupakan gambar hubungan dari tahap-tahap pada konsep waterfall.

(25)

 

2.2.3 Data Flow Diagram (DFD)

Menurut Pressman (2000, p305) DFD atau diagram aliran data adalah sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output. Bentuk dasar dari DFD dapat disebut juga data flow graph atau bubble chart.

Pada DFD tingkat 0, disebut juga model sistem dasar atau model konteks, merepresentasikan keseluruhan elemen sistem sebagai sebuah bubble tunggal dengan data input dan output yang ditunjukkan oleh anak panah masuk dan keluar secara berurutan. Proses tambahan (bubble) dan jalur aliran informasi direpresentasikan pada saat DFD tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail lebih. Contohnya, sebuah DFD tingkat 1 dapat berisi lima atau enam bubble dengan anak panah yang saling menghubungkan. Setiap proses yang direpresentasikan pada tingkat 1 adalah subfungsi dari seluruh sistem yang digambarkan di dalam model konteks.

DFD merepresentasikan suatu sistem, baik otomastis maupun manual melalui gambar yang berupa jaringan grafik. Dengan DFD, seorang analis sistem dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Keuntungan memahami aliran data dalam suatu sistem adalah :

1. Terhindar dari usaha mengimplementasikan suatu sistem yang terlalu dini. Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data yang diperlukan sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara teknik.

(26)

 

2. mengerti lebih dalam hubungan state dengan sub-sub sistem. Dengan DFD, analis sistem dapat membedakan sistem dari lingkungannya dengan batasan-batasannya (boundaries).

3. DFD dapat menginformasikan kepada user sistem yang berlaku dan sebagai alat untuk berinteraksi dengan user dalam bentuk representasi.

Tingkatan-tingkatan dalam DFD : a) Diagram Konteks

Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran dari sistem. Pada diagram konteks hanya terdapat satu proses dan tidak ada data store.

b) Diagram Nol

Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir nomor diberi tanda *.

c) Diagram Rinci

Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses-proses pada diagram ini sebaiknya tidak lebih dari 7 atau maksimum 9. Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD, yaitu :

1. External Entity

Entitas eksternal menggambarkan penghasil atau pengguna informasi yang ada di luar sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan gambar persegi.

(27)

 

2. Process

Proses menggambarkan sebuah transformasi informasi (fungsi) yang ada di dalam sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan lingkaran.

3. Data Object

Data Object menggambarkan anak panah yang mengindikasikan arah dari data flow. Dilambangkan dengan anak panah.

4. Data Store

Data Store menggambarkan tempat penyimpanan data yang digunakan oleh satu atau lebih proses. Dilambangkan dengan 2 garis sejajar.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam DFD, yaitu : a) Antara entitas tidak boleh saling berhubungan

b) Diperbolehkan untuk mengambil entitas yang sama, dengan tujuan untuk menyederhanakan pemodelan

c) Hindari dialog-dialog yang tidak perlu dalam DFD.

2.2.4 State Transition Diagram (STD)

Tujuan dari STD adalah mewakili sistem dengan sejumlah state dan serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antara state, menunjukkan bagaimana sistem bergerak dari satu state ke state yang lain dan

(28)

 

mendokumentasikan urutan dan prioritas dari state. STD pertama kali dikembangkan untuk membantu merancang kompiler. (Davis and Yen, 1999, p235)

STD digunakan untuk menggambarkan diagram dari kelakuan sistem dalam beberapa jenis pesan dengan proses yang komplek dan sinkronisasi kebutuhan. Komponen utama dalam STD adalah state dan arrow yang mewakili perubahan state. Setiap kotak persegi mewakili sebuah state dimana sistem berada. State adalah suatu attribute atau keadaan suatu sistem pada suatu saat tertentu.

STD menggambarkan sifat suatu sistem informasi, menjelaskan bagaimana sistem melakukan suatu respon untuk setiap kejadian dan bagaimana kejadian merubah state suatu sistem.

2.2.5 Bencana Banjir 1. Pengertian Bencana

Definisi bencana menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia atau keduanya yang mengakibatkan korban manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan

(29)

 

pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

Menurut WHO definisi bencana (disaster) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.

Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).

2. Jenis Bencana

Penulis mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:

1. Bencana alam (natural disaster) yaitu bencana yang terjadi karena disebabkan oleh kejadian-kejadian alami seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.

2. Bencana akibat dari perbuatan manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.

(30)

 

3. Cakupan Wilayah

Berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari: 1. Bencana Lokal

Bencana ini adalah bencana yang hanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.

2. Bencana Regional

Bencana ini adalah bencana yang memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.

4. Fase-fase Bencana

Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana, yaitu fase preimpact, fase impact dan fase postimpact.

1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Pada fase ini seharusnya dilakukan segala persiapan untuk menghadapi bencana yang dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.

2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.

(31)

 

3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas yang normal.

2.2.6 Definisi Banjir

Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001).

Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. (Wikipedia, 2009).

1. Penyebab Banjir

Banjir dapat terjadi karena: perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase, perencanaan system pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob, drainase lahan, bendung dan bangunan air, serta kerusakan bangunan pengendali banjir. Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan penyebab yang lainnya (Kodoatie RJ dan Sjarief R (2005)). 

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan banjir meliputi: 1. Hujan deras yang terjadi secara terus menerus dalam beberapa hari.

(32)

 

2. Permukaan tanah tidak dapat menyerap air, karena jenuh atau karena diplester. 3. Debit air sungai yang tinggi karena hujan terus menerus

4. Permukaan tanah yang lebih rendah dari daerah sekitarnya, di mana tidak terdapat saluran-saluran pembuangan air yang berfungsi untuk memindahkan air ke lokasi lain menyeberangi daerah sekitarnya yang lebih tinggi

5. Permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut yang sedang pasang.

2. Kategori Banjir

Menurut penulis berdasarkan sumber air yang menyebabkan banjir di wilayah Jakarta Selatan, maka banjir dapat digolongkan kepada:

1. Banjir kiriman yang dikirim oleh sungai - sungai yang datang dari arah selatan Jakarta.

2. Banjir genangan akibat hujan lokal yang tidak dapat diserap oleh tanah pada daerah genangan air tersebut.

3. Banjir kombinasi kiriman dan hujan lokal yang besar yang datang secara bersamaan.

Berdasarkan jenisnya ada dua jenis banjir, yaitu:

1. Banjir biasa di mana permukaan air yang naik secara perlahan.

2. Banjir bandang, yakni banjir yang datang dan secara cepat menyapu sebuah area. Banjir bandang lebih berbahaya, karena datangnya tiba-tiba dengan kecepatan yang dapat menghancurkan. Banjir bandang dapat disebabkan hujan sangat deras yang terjadi di hulu sungai, atau bendungan yang jebol. Tsunami adalah banjir bandang yang datangnya dari laut yang disebabkan oleh gempa.

(33)

 

3. Upaya-upaya Antisipasi Bencana Banjir

a) Penataan pemukiman di sekitar bantaran kali, penertiban daerah aliran sungai (DAS) sesuai dengan garis sepadan kali (GSK) dari bangunan/gubuk liar dengan meninjau KDB/KLB.

b) Pendataan ulang kawasan dan sungai dengan meninjau peraturan KDB/KLB. c) Peningkatan sarana, prasarana serta SDM penanggulangan bencana.

d) Pembuatan sodetan kali dan saluran air untuk mengurangi debit air pada titik tertentu.

e) Pembuatan sumur resapan air pada setiap pemukiman, perkantoran serta tempat wisata.

f) Penyediaan daerah pompa (polder area) dan daerah dataran banjir

g) Penyediaan lahan terbuka hijau sebagai sarana penampungan air dan memaksimalkan fungsi setu/danau yang sudah ada sebagai tendon air.

4. Metode Penanggulangan Bencana Banjir 1. Langkah Prefentif

a) Meningkatkan peringatan dini antisipasi bencana. b) Melaksanakan pekan sadar bencana untuk masyarakat. c) Meningkatkan program kali bersih.

d) Membentuk satgas dan posko penanggulangan bencana e) Identifikasi wilayah rawan bencana banjir

f) Penyuluhan / sosialisasi tentang upaya yang harus dilakukan sebelum dan sesudah banjir

(34)

 

g) Pembangunan waduk dan pemulihan kondisi dan fungsi daerah aliran sungai

h) Memaksimalkan fungsi waduk / situ sebagai tendon air.

i) Normalisasi fungsi sungai / kali dengan membongkar bangunan liar. j) Konstruksi bendungan pengendali (check dam) berdasarkan landai aliran

air.

k) Penghijauan / Penguhutanan kembali dengan pepohonan yang berdaya serap tinggi

l) Persiapan stock untuk bantuan pangan dan obat-obatan.

m) Pelatihan pelaksanaan penaggulangan banjir Satgas PB, apel siaga banjir, simulasi dapur umum dan posko penanggulangan bencana dan pengungsi 2. Langkah Represif

a) Mengkoordinasikan pelaksanaan tanggap bencana kepada instansi terkait untuk mengerahkan segala potensi dan sarana yang ada melalui radio HT, HP dan sarana telekomunikasi lainnya

b) Mengevakuasikan korban ke rumah sakit atau ke tempat penampungan sesuai dengan kondisi koban

c) Penanganan melalui :

- Mendirikan tenda penampungan - Mendirikan posko kesehatan - Mendirikan dapur umum

d) Pemanfaatan data informasi institusi BMG dan Lapan tentang curah hujan serta kekuatan gempa

(35)

 

f) Peningkatan kesiapan aparat melalui posko bencana, piket banjir dan sebagainya

g) Pembentukan jaringan kerja unit (network) antara instansi pemerintah dengan organisasi relawan (ORARI, RAPI, FMKT, FRPSM, PRAMUKA)

h) Penyiapan alokasi dana, menampung serta menyalurkan baik bantuan maupun dana donator kepada korban bencana

i) Memantau dan mengawasi perkembangan banjir, pengungsi dapur umum, posko kesehatan penyaluran bantuan kepada korban bencana

3. Langkah Rehabilitasi

a) Rehabilitasi struktur dan infrastruktur yang rusak akibat bencana b) Rehabilitasi fisik korban sakit maupun luka-luka akibat bencana c) Rehabilitasi psikis korban bencana

2.2.7 Definisi evakuasi

Evakuasi adalah upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian yang berbahaya ke tempat yang memadai untuk diberi pertolongan atau untuk ditindaklanjuti dengan kondisinya guna kelangsungan hidupnya.

Dalam melakukan evakuasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu situasi dan kondisi dalam evakuasi, kondisi korban dan kondisi penolong sendiri. Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan evakuasi yaitu kontrol keadaan korban secara medis, tapi tetap disesuaikan dengan kondisi trauma korban. Ketiga keadaan tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk

(36)

 

memilih maneuver evakuasi yang khas, seperlunya, dengan tidak membuang waktu.

2.2.8 Tabel Koordinat Centroid

ID mT (x) mS (y) 1 239092.99302 813148.28980 2 230944.45938 812853.55174 3 227558.78453 810962.90316 4 229278.12941 810312.57921 5 229848.05901 808384.29739 6 230188.98163 806888.75133 7 230058.12744 804561.13288 8 232116.98871 807157.44140 9 232101.07630 805260.25293 10 231564.36079 803729.76176 11 231918.98797 802210.30082 12 231812.22093 809244.22664 13 232446.51064 810360.52654 14 236112.63403 807673.95170 15 234127.34541 808343.14801 16 234604.56052 807026.78761 17 234568.20025 805816.99782 18 235261.24244 805295.75973 19 234160.21026 804675.13473

(37)

  20 233972.29623 802802.26108 21 233832.00537 800719.21748 22 233248.30774 798720.90135 23 233826.08969 798067.07759 24 237029.88506 809206.51739 25 235563.65739 811494.72752 26 236504.33367 805154.11945 27 239189.25836 807143.59788 28 237926.10732 804938.79228 29 236759.73015 804337.58967 30 237284.46877 801972.24558 31 236993.05162 802948.02378 32 236349.27621 799263.99499 33 240282.75210 811518.54646 34 239182.48730 803961.32759 35 236247.80853 813679.37550 36 235975.51260 812811.63327 37 230946.22042 812019.81863 38 232131.99838 812577.31029 39 235165.96219 812175.23466

Gambar

Gambar 2.1 Uraian Subsistem-subsistem SIG
Gambar 2. 2 Komponen data Spasial
Gambar 2.3 Konsep metode rekayasa piranti lunak tipe Waterfall
Table 2.1 Tabel Koordinat Centroid

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Dalam membuat pergerakan animasi karakter yang serupa dengan pergerakan manuasia, maka diperlukan proses tracking dari model referensi kemudian hasil tracking

Sehingga dengan pembuatan proyek tersebut dapat merangsang aktivitas, kreativitas siswa, menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi tidak membosankan siswa, belajar

Pertama, keteladanan yang dicontohkan oleh wali kelas akan akan menjadi contoh bagi para siswanya. Keteladanan yang bisa dicontohkan oleh wali kelas bisa melalui

Mengisi daftar hadir peserta setiap mata pelajaran yang diujikan (rangkap 2) sesuai dengan jumlah peserta yang hadir (huruf kapital), diharapkan lebih memperhatikan nomor

Dalam volumetrik, penentuan zat dilakukan dengan cara titrasi yaitu suatu proses dimana larutan baku atau titran (dalam bentuk larutan yang diketahui konsentrasinya)

Perbedaan kelembaban diluar dan didalam arboretum disebabkan oleh adanya kondisi vegetasi di dalam arboretum menyebabkan penguapan terhambat sehingga kandungan air tidak

Paling tidak ada 4 asumsi utama yang digunakan oleh filsuf dalam melakukan pendekatan terhadap ilmu pengetahuan sosial, yaitu :.. Assumption of ontological nature;