• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul 3 PPST 3 2015.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul 3 PPST 3 2015.pdf"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TI 3007

PABRIK

Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III

Program Studi Teknik Industri

(2)

1

Tujuan Praktikum

 Mengetahui kegunaan perancangan tata letak pabrik.

 Memahami dan dapat membuat MPPC

 Memahami dan dapat menentukan luas lantai pabrik

Teori Singkat

Systemic Layout Planning

(SLP)

Tujuan utama dari perancangan tata letak pabrik adalah memperoleh rancangan tata letak yang efisien, yaitu tata letak dengan pergerakan material antar departemen di dalam pabrik minimum. Berdasarkan penelitian, ongkos pemindahan material dapat mencapai 30 - 75% dari total ongkos produksi (Sule, 1991). Sehingga tata letak yang efisien pada akhirnya akan mengurangi ongkos produksi.

Perancangan pabrik terdiri dari tiga bagian besar, yaitu perancangan tata letak pabrik, perancangan material handling, dan perancangan struktur. Dalam merancang tata letak pabrik, produk dan proses sebaiknya dirancang terlebih dahulu sehingga dapat ditentukan jenis mesin dan jumlahnya masing-masing. Selanjutnya, hal-hal operasional seperti penjadwalan dapat ditentukan setelahnya. Oleh karena itu, desain produk yang dilakukan adalah berupa menggambar isometric view secara exploded dari produk yang diproduksi. Desain proses yang dilakukan adalah dengan membuat OPC (Operation Process Chart) dan AC (Assembly Chart) sehingga menjelaskan proses yang terjadi dalam pre-fabrikasi, fabrikasi, hingga proses perakitan mencakup nama proses, jenis mesin yang digunakan, waktu proses, hingga alat bantu dalam proses.

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perancangan tata letak pabrik adalah pendekatan prosedural. Pendekatan prosedural mampu mengakomodir tujuan kualitatif dan kuantitatif dari proses desain. Pada pendekatan ini, proses desain dibagi menjadi beberapa tahapan dan diselesaikan secara sekuensial. Salah satu metode yang digunakan dan terbukti mampu menyajikan panduan desain tata letak adalah SLP (Systematic Layout Planning). SLP memiliki 5 buah input yang biasa dikenal dengan P,Q,R,S,T, yang terdiri dari :

 Product (P) : jenis produk/barang yang dibuat.

 Quantity (Q) : kuantitas produk/barang yang dibuat.

 Routing (R) : deskripsi alur proses produksi/perpindahan material.

 Supporting (S) : fungsi pendukung untuk proses produksi/pemindahan material.

(3)

2

Assembly Chart

Assembly Chart (AC) merupakan gambaran grafis yang mendeskripsikan urutan aliran komponen dan sub-assembly yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly Chart bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun suatu produk dan menjelaskan bagaimana aliran perakitan komponen-komponen tersebut. Sama seperti pembuatan Operation Process Chart (OPC), pada bagian paling atas AC (header) dituliskan nama peta, nomor peta, status peta (eksisting/usulan), nama pembuat peta, dan tanggal dipetakan.

(4)

3

Routing sheet

Routing sheet memberikan spesifikasi operasi yang dibutuhkan sebuah komponen berupa langkah sekuensial mengenai operasi-operasi yang terkait beserta mesin yang digunakan. Routing sheet juga memberikan informasi mengenai urutan proses, kapasitas mesin, waktu proses, dan jumlah produk yang harus disiapkan tiap prosesnya.

Perhitungan routing sheet untuk jumlah yang diharapkan, jumlah yang harus disiapkan, dan jumlah mesin teoritis akan dimulai dari bagian assembly. Perhitungan routing sheet assembly dijelaskan dengan mengacu pada gambar di bawah ini.

No Nama Operasi Nama Mesin

Kapasitas Mesin Teoritis Efisiensi Mesin Availability Mesin Kapasitas Mesin Aktual Waktu Proses (Menit)

10 Rakit stack ke boiler bench I 65 92% 93% 55.614 1.078865 20 Rakit boiler ke chassis bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 30 Rakit cab & tender bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541

(5)

4 Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memindahkan permintaan engine per jam ke dalam jumlah yang diharapkan pada baris paling bawah dari operasi assembly engine.

2. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :

3. Menghitung jumlah mesin teoritis dengan formula sebagai berikut :

4. Jumlah yang diharapkan akan sama dengan jumlah yang harus disiapkan pada no 2

Selanjutnya dilakukan perhitungan routing sheet untuk fabrikasi. Perhitungan routing sheet fabrikasi dijelaskan dengan gambar di bawah ini:

Engine 34 35 31 100 Gondola 68 35 31 134 Box Car 34 0 31 65 Caboose 0 70 31 101 Pack Train 34 35 31 100 Demand Jenis I II III Jumlah

No Nama Operasi Nama Mesin Kapasitas Mesin Teoritis Efisiensi Mesin Availability Mesin Kapasitas Mesin Aktual (unit/jam) Waktu Proses per unit (menit) Reject Jumlah yang Diharapkan

Jumlah yang Harus Disiapkan (unit/jam)

Jumlah Mesin Teoretis (unit

mesin)

10 Rakit stack ke boiler bench I 65 92% 93% 55.614 1.078865 0.10% 100 100.1001001 1.799908298 20 Rakit boiler ke chassis bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512 30 Rakit cab & tender bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512 35 Keringkan lem rack 280 92% 93% 239.568 0.250451 0.00% 100 100 0.417418019 40 Ampelas ujung dan inspeksi disc sand 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512 50 Cat lapisan pertama spray booth 530 92% 93% 453.468 0.132314 0.00% 100 100 0.220522727 55 Keringkan lapisan pertama oven 398 92% 93% 340.5288 0.176197 0.00% 100 100 0.293660918 60 Cat lapisan kedua spray booth 670 92% 93% 573.252 0.104666 0.00% 100 100 0.174443351 65 keringkan lapisan kedua oven 395 92% 93% 337.962 0.177535 0.00% 100 100 0.295891254 70 rakit roda, ring penutup, paku, dll bench II 35 92% 93% 29.946 2.003606 0.00% 100 100 3.339344153 80 Rakit benang dan manic bench II 310 92% 93% 265.236 0.226214 0.00% 100 100 0.377022727

100 Assembly engine

1 2

4

(6)

5 Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memindahkan jumlah boiler yang harus disiapkan per jam ke dalam jumlah yang diharapkan pada baris paling bawah dari operasi fabrikasi boiler.

2. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :

3. Menghitung jumlah mesin teoritis dengan formula sebagai berikut :

4. Jumlah yang diharapkan akan sama dengan jumlah yang harus disiapkan pada no 2

Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk routing sheet pre-fabrikasi. Akan tetapi, sebelum melakukan perhitungan routing sheet pre-fabrikasi, dilakukan perhitungan untuk kebutuhan rough lumber fabrikasi.

No Nama Operasi Nama Mesin Kapasitas Mesin Teoritis Efisiensi Mesin Availability Mesin Kapasitas Mesin Aktual (unit/jam) Waktu Proses per unit (menit) Reject Jumlah yang Diharapkan

Jumlah yang Harus Disiapkan (unit/jam)

Jumlah Mesin Teoretis (unit

mesin)

10 Rakit stack ke boiler bench I 65 92% 93% 55.614 1.078865 0.10% 100 100.1001001 1.799908298 20 Rakit boiler ke chassis bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512 30 Rakit cab & tender bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512 35 Keringkan lem rack 280 92% 93% 239.568 0.250451 0.00% 100 100 0.417418019 40 Ampelas ujung dan inspeksi disc sand 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512 50 Cat lapisan pertama spray booth 530 92% 93% 453.468 0.132314 0.00% 100 100 0.220522727 55 Keringkan lapisan pertama oven 398 92% 93% 340.5288 0.176197 0.00% 100 100 0.293660918 60 Cat lapisan kedua spray booth 670 92% 93% 573.252 0.104666 0.00% 100 100 0.174443351 65 keringkan lapisan kedua oven 395 92% 93% 337.962 0.177535 0.00% 100 100 0.295891254 70 rakit roda, ring penutup, paku, dll bench II 35 92% 93% 29.946 2.003606 0.00% 100 100 3.339344153 80 Rakit benang dan manic bench II 310 92% 93% 265.236 0.226214 0.00% 100 100 0.377022727

100 Assembly engine

No Nama Operasi Nama Mesin Kapasitas Mesin Teoritis Efisiensi Mesin Availability Mesin Kapasitas Mesin Aktual Reject Jumlah yang Diharapkan Jumlah yang Harus Disiapkan Jumlah Mesin Teoretis Waktu Proses (Menit)

10 Rampas bagian bawah Jointer 130 92% 93% 111.228 0.30% 100.501604 100.804016 0.906283 66.20451 20 Potong panjang 4.5" Circ Saw 190 92% 93% 162.564 0.20% 100.300601 100.501604 0.618228 97.05159 30 Ampelas ujung Disc sand 110 92% 93% 94.116 0.10% 100.2003 100.300601 1.065713 56.30036 40 Drill lubang 1/2" D3/4" Drill press 80 92% 93% 68.448 0.10% 100.1001 100.2003 1.463889 40.9867

120 Boiler

1 2 3

(7)

6 Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan tabel routing sheet fabrikasi dengan nama part yang sama dengan kebutuhan rough lumber fabrikasi part tersebut dan memperhatikan tabel keterangan spesifikasi rough lumber dengan jenis yang sama.

2. Memindahkan jumlah yang harus disiapkan pada operasi paling atas di tabel routing sheet fabrikasi ke kolom jumlah kebutuhan part di tabel kebutuhan rough lumber fabrikasi.

3. Menghitung jumlah part 1 unit dengan formula sebagai berikut :

(

) 4. Menghitung jumlah kebutuhan dengan formula sebagai berikut :

5. Menghitung total kebutuhan rough lumber dengan menjumlahkan semua jumlah kebutuhan part dengan jenis rough lumber yang sama.

Setelah menghitung kebutuhan rough lumber fabrikasi, dilakukan penghitungan routing sheet untuk pre-fabrikasi.

No Nama Operasi Nama Mesin

Kapasitas Mesin Teoritis Efisiensi Mesin Availability Mesin Kapasitas Mesin Aktual Reject Jumlah yang Diharapkan Jumlah yang Harus Disiapkan

10 Potong panjang 9.5" Circ Saw 230 92% 93% 196.788 0.30% 100.602206 100.904921

20 amplas ujung belakang Disc sand 110 92% 93% 94.116 0.10% 100.501604 100.602206

30 amplas depan rad. 1.5" Disc sand 80 92% 93% 68.448 0.10% 100.401103 100.501604

40 Drill 8 lubang paku Drill press 90 92% 93% 77.004 0.20% 100.2003 100.401103

50 Drill 1 lubang benang Drill press 230 92% 93% 196.788 0.10% 100.1001 100.2003

60 Drill 1 lubang sekrup, lubang mata Drill press 150 92% 93% 128.34 0.10% 100 100.1001 110 Chasis Engine Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch) Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch) 110 Chassis, engine 0.75 9.5 2 100.90492 1550 0.065099949 210 Chassis, Gondola 0.75 6 2 135.07738 3286 0.041106933 410 Chassis, caboose 0.75 5 2 101.81195 2972 0.034257051 Jumlah kebutuhan Part Jumlah Part 1 Unit Jumlah Kebutuhan Total Kebutuhan Jenis Rough Lumber

Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah Bagian per

Unit

No Part Nama Part

Karakteristik Material 0.14046393 3/4" 1 146 6 3 1 2 3 4 5

(8)

7 Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan baris dengan jenis rough lumber yang sama dengan routing sheet pre-fabrikasi dengan jenis rough lumber yang sama.

2. Memindahkan total kebutuhan rough lumber ke dalam jumlah yang diharapkan pada baris paling bawah dari operasi fabrikasi pre-fabrikasi.

3. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :

Jumlah yang harus disiapkan pada operasi berikutnya adalah jumlah yang diharapkan pada operasi sebelumnya.

4. Menghitung jumlah mesin teoritis dengan formula sebagai berikut :

Langkah yang sama dilakukan untuk menghitung routing sheet pre-fabrikasi komponen lainnya.

5. Nilai jumlah yang diharapkan sama dengan jumlah yang harus disiapkan pada no 3.

Kemudian untuk menghitung kebutuhan rough lumber dari awal proses pre-fabrikasi, terlebih dahulu dilakukan perhitungan routing sheet pre-fabrikasi per part. Perhitungan rough lumber pre-fabrikasi dapat dijelaskan dengan mengacu pada gambar di bawah ini.

Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch) Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch) 131 Side cab 0.25 2.5 2 200.6014 11715 0.017123466 133 Front cab 0.25 2 1.5 100.50191 7336 0.013699824 141 Side tender 0.25 2 1.5 201.00381 14673 0.01369889 144 Back tender 0.25 1.5 1.5 100.2004 9752 0.010274857 231 Side gondola 0.25 6 1 269.61472 6560 0.041099806 233 End gondola 0.25 1.5 1 269.34457 26216 0.010274053 431 Side caboose 0.25 4 1.5 203.82835 7439 0.027399966 433 End caboose 0.25 1.5 1.5 203.42069 19799 0.010274291 0.14384515 3 2 146 1.25 1/4" Jumlah kebutuhan Part Jumlah Part 1 Unit Jumlah Kebutuhan Total Kebutuhan Jenis Rough Lumber

Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah Bagian per

Unit

No Part Nama Part

Karakteristik Material

No Nama Operasi Nama Mesin Kapasitas Mesin Teoritis Efisiensi Mesin Availability Mesin Kapasitas Mesin Aktual Reject Jumlah yang Diharapkan Jumlah yang Harus Disiapkan Jumlah Mesin Teoretis Waktu Proses (Menit)

10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 18 92% 93% 15.4008 0.20% 0.14471169 0.1450017 0.009415 6372.671 20 potong sesuai dengan ketebalan circ saw 41 92% 93% 35.0796 0.20% 0.14442226 0.1447117 0.004125 14544.62 30 ratakan pada ketebalan 1/4" planner 22 92% 93% 18.8232 0.20% 0.14413342 0.1444223 0.007673 7820.069 40 Potong bentuk sesuai ukuran circ saw 42 92% 93% 35.9352 0.20% 0.14384515 0.1441334 0.004011 14959.14

Rough lumber 1/4" (3 per ketebalan 5/4")

1 2

3 4

(9)

8 Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan tabel routing sheet fabrikasi dengan nama part yang sama dengan kebutuhan rough lumber pre-fabrikasi part tersebut serta routing sheet pre-fabrikasi rough lumber yang sejenis.

2. Memindahkan jumlah kebutuhan di tabel kebutuhan rough lumber fabrikasi ke kolom jumlah yang diharapkan di tabel routing sheet pre-fabrikasi rough lumber ¼”.

3. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :

Jumlah yang harus disiapkan pada operasi berikutnya adalah jumlah yang diharapkan pada operasi sebelumnya.

4. Memindahkan jumlah yang harus disiapkan pada tabel routing sheet pre-fabrikasi rough lumber ke kolom jumlah kebutuhan yang harus disiapkan pada tabel kebutuhan rough lumber pre-fabrikasi.

5. Menghitung total kebutuhan rough lumber dengan menjumlahkan semua jumlah kebutuhan part dengan jenis rough lumber yang sama.

Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch) Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch) 131 Side cab 0.25 2.5 2 200.6014 11715 0.017123466 133 Front cab 0.25 2 1.5 100.50191 7336 0.013699824 141 Side tender 0.25 2 1.5 201.00381 14673 0.01369889 144 Back tender 0.25 1.5 1.5 100.2004 9752 0.010274857 231 Side gondola 0.25 6 1 269.61472 6560 0.041099806 233 End gondola 0.25 1.5 1 269.34457 26216 0.010274053 431 Side caboose 0.25 4 1.5 203.82835 7439 0.027399966 433 End caboose 0.25 1.5 1.5 203.42069 19799 0.010274291 0.14384515 3 2 146 1.25 1/4" Jumlah kebutuhan Part Jumlah Part 1 Unit Jumlah Kebutuhan Total Kebutuhan Jenis Rough Lumber

Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah Bagian per

Unit

No Part Nama Part

Karakteristik Material

No Nama Operasi Nama Mesin Kapasitas Mesin Teoritis Efisiensi Mesin Availability Mesin Kapasitas Mesin Aktual Reject Jumlah yang Diharapkan Jumlah yang Harus Disiapkan Jumlah Mesin Teoretis Waktu Proses (Menit)

10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 18 92% 93% 15.4008 0.20% 0.01722662 0.0172611 0.001121 53533.42 20 potong sesuai dengan ketebalan circ saw 43 92% 93% 36.7908 0.20% 0.01719217 0.0172266 0.000468 128141.7 30 ratakan pada ketebalan 1/4" planner 22 92% 93% 18.8232 0.20% 0.01715778 0.0171922 0.000913 65692.25 40 Potong bentuk sesuai ukuran circ saw 42 92% 93% 35.9352 0.20% 0.01712347 0.0171578 0.000477 125663.8

131 - Side Cab (2) Panjang (inch) Lebar (inch) Lebar (inch) Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch) 131 Side cab 0.25 2.5 2 0.017261141 133 Front cab 0.25 2 1.5 0.013809972 141 Side tender 0.25 2 1.5 0.013809031 144 Back tender 0.25 1.5 1.5 0.010357468 231 Side gondola 0.25 6 1 0.041430255 233 End gondola 0.25 1.5 1 0.010356658 431 Side caboose 0.25 4 1.5 0.027620266 433 End caboose 0.25 1.5 1.5 0.010356898 Jumlah Kebutuhan RL yang Harus Disiapkan

Total Kebutuhan

1/4" 146 2 1.25 3 0.14500169

Jenis Rough Lumber

Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah Bagian per Unit

No. Part Nama Part

Karakteristik Material

1

2 3

4

(10)

9

MPPC

MPPC adalah tabel yang memperlihatkan aliran masing-masing komponen serta kebutuhan mesin baik secara teoritis maupun aktual. MPPC digunakan untuk mengetahui jumlah mesin yang dibutuhkan sesuai dengan keperluan produksi, biasanya job-shop. MPPC juga digunakan untuk mengetahui keterkaitan produksi antara komponen suatu produk atau antar produk, bahan, bagian, pekerjaan, atau aktivitas. Dalam membuat MPPC dibutuhkan informasi dari routing sheet berupa jumlah mesin teoritis dan dari OPC (Operation Process Chart) berupa urutan proses.

(11)

10 1. Memperhatikan jenis material antara spesifikasi rough lumber dan ukuran material tiap proses

yang akan diisi. Jenis rough lumber yang diisi harus sama.

2. Memindahkan ukuran per unit rough lumber ke dalam input pada operasi pre-fabrikasi yang pertama.

3. Mengikuti proses yang terjadi pada semua operasi dan memindahkannya ke kolom output. 4. Input dari suatu operasi adalah output dari operasi sebelumnya. Proses yang terjadi dipindahkan

ke output hingga proses selesai.

5. Output dari proses pre-fabrikasi adalah input pada operasi pertama dari semua kegiatan fabrikasi dengan jenis rough lumber yang sama.

Luas lantai

Perhitungan Luas Lantai Pabrik dilakukan untuk mengetahui luas setiap departemen yang terdapat pada lantai pabrik, yaitu receiving, gudang bahan baku utama, gudang bahan baku pembantu, warehouse, shipping, perawatan, kantor dan pelayanan personil kantor, pelayanan produksi, pelayanan pabrik, dan departemen- departemen yang terdapat pada bagian produksi. Pada bagian produksi, mesin-mesin sejenis dikelompokkan dalam satu departemen, seperti mesin Circular Saw, mesin Jointer, dan sebagainya.

Catatan: Pastikan skala (page setup) yang digunakan pada saat penyusunan departemen adalah 1:200.

Data umum :

 Jumlah jam kerja / shift = 8 jam

 Jumlah shift / hari = 2 shift Panjang (inch) Lebar (inch) Lebar (inch) Tebal (inch) Panjang (inch) Lebar (inch)

2" 146 6 2.5 3 330 Body box car 2 6 2 0.041472513 0.04147251

Jumlah Kebutuhan RL yang Harus Disiapkan

Total Kebutuhan Jenis Rough

Lumber

Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah Bagian per Unit

No. Part Nama Part

Karakteristik Material

P L T P L T

10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 146 6 2.5 146 6 2.5 20 ratakan pada ketebalan 2" planner 146 6 2.5 146 6 2 30 potong lebar 2" circ saw 146 6 2 146 2 2 40 Ratakan lebar 2" planner 146 2 2 146 2 2

10 Rampas lebar 2" Jointer 146 2 2 146 2 2 20 Potong panjang 6" Circ Saw 146 2 2 6 2 2 30 Amplas ujung Disc sand 6 2 2 6 2 2 40 Drill 6 lubang paku Drill press 6 2 2 6 2 2 50 Drill 2 lubang kait Drill press 6 2 2 6 2 2

Ukuran Material Pada Tiap Proses

Rough

Lumber No Nama Operasi Nama Mesin

Input (inch) Output (inch)

R o u gh lu m b e r 2 " (3 p e r ke te b al an 1 0 /4 ") Pre-Fabrikasi

330 Body Box Car

1 2

3 4

(12)

11

 Jumlah hari kerja / minggu = 5 hari

 Dimensi Lift Truck : 2.5 m x 1.5 m

 1 inch = 0.0254 m

Perhitungan luas lantai pabrik meliputi :

 Gudang Bahan Baku Utama

 Gudang Bahan Baku Pembantu

 Bagian Produksi

Receiving

Warehouse

Shipping

Maintenance

Sebelum menghitung luas lantai pabrik, terlebih dahulu dilakukan perhitungan ukuran material. Tabel perhitungan ukuran material akan memudahkan dalam penentuan allowance untuk incoming dan outgoing material.

Cara perhitungan luas lantai pabrik :

Bagian Produksi

 Jumlah mesin diambil dari hasil pengolahan data tugas sebelumnya.

Allowance Orang (Pekerja dan Maintenance) ditetapkan selebar 1m.

Allowance Material pada incoming dan outgoing ditetapkan sebesar 20 % dari panjang material terbesar. Jika panjang material lebih kecil dari lebar lift truck, maka gunakan lebar lift truck + 20%.

 Allowance Gang atau Transportasi ditetapkan sebesar 20% dari panjang material terpanjang yang dipindahkan. Jika panjang material lebih kecil dari panjang lift truck, maka gunakan panjang lift truck + 20%.

Allowance untuk Transportasi dan Gang ditetapkan setelah membuat layout tata letak mesin. Besarnya allowance transportasi adalah total luas layout dikurangi oleh total luas mesin (Luas 1 Mesin + luas incoming + luas outgoing + Maintenance + Pekerja ).

(13)

12

 Jumlah kebutuhan rough lumber per jam diambil dari pengolahan data sebelumnya.

 Kebutuhan rough lumber per lead time dihitung untuk lead time 1 minggu (dibulatkan ke atas). Jumlah rough lumber per tumpukan = rounddown (Max. tinggi tumpukan (2 m) / tebal rough lumber sebelum proses prefab)

 Jumlah tumpukan = roundup ( kebutuhan rough lumber sejenis per lead time / jumlah rough lumber per tumpukan)

Allowance untuk Transportasi dan Gang ditetapkan setelah membuat layout Gudang Bahan baku Utama .

Luas allowance Transportasi dan Gang = Luas layout – Luas lantai

 Luas lantai = jumlah tumpukan x panjang rough lumber x lebar rough lumber sebelum proses prefab.

Gudang Bahan Baku Pembantu

 Kapasitas produksi diambil dari Routing Sheet.

 Jumlah produk per lead time dihitung untuk lead time 1 minggu (dibulatkan ke atas).

 Kebutuhan bahan per lead time = jumlah produk per lead time x jumlah part per produk.

Unit received per lead time = roundup{kebutuhan bahan per lead time / (received per smaller unit x unit received)}.

 Jumlah unit received per tumpukan = rounddown {max. tinggi tumpukan (2 m) / tebal unit received }.

 Luas lantai per tumpukan = panjang unit received x lebar unit received.

 Jumlah tumpukan = roundup { unit received per lead time / jumlah unit received per tumpukan }

Allowance untuk Transportasi dan Gang ditetapkan setelah membuat layout Gudang Bahan baku Utama .

Luas allowance Transportasi dan Gang = Luas layout – Luas lantai (luas lantai per tumpukan x jumlah tumpukan)

 Luas lantai = luas lantai per tumpukan x jumlah tumpukan

 Perhitungan kebutuhan la quar, la quar thinner, glue, sand paper dan sand disc menggunakan proporsi waktu operasi.

Receiving

 Luas lantai receiving = 30 % x luas gudang (bahan baku utama dan pembantu) + allowance 100%

Warehouse

 Jumlah tumpukan = produksi per minggu / jumlah dus kecil per dus besar / jumlah dus per tumpukan (dibulatkan ke atas).

 Kebutuhan dus besar = produksi per minggu / jumlah dus kecil per dus besar.

 Luas lantai = jumlah tumpukan x luas per tumpukan.

Shipping

(14)

13

Jenis - Jenis Layout

a. Product Layout

Pengaturan tata letak fasilitas produksi dibuat berdasar aliran produk. Tipe ini sangat popular dan sering digunakan pada pabrik yang menghasilkan produk secara massal (mass production), dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk jangka waktu relatif lama. Pengaturannya adalah dengan urutan operasi dari satu bagian ke bagian lain hingga produk selesai diproses. Tujuan utama layout ini adalah mengurangi pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan. Misalnya pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, dan televisi. Layout produk adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang terus menerus.

b. Process Layout

Pada layout jenis ini mesin dan peralatan yang rnempuyai karakter atau fungsi yang sama ditempatkan dalam satu departemen. Misalnya mesin bubut, mesin drill, dan mesin las. Layout proses dapat digunakan sebagai suatu tipe yang menyediakan keluwesan output atau produksi berdasar pesanan, desain produk, dan metode-metode proses pabrikasinya. Layout proses adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang terputus-putus. Tata letak ini berkaitan dengan proses produksi dengan volume rendah dan variasi tinggi, seperti mesin dan peralatan yang dikelompokkan bersama. Tata letak yang berorientasi pada proses sangat baik untuk menangani produksi komponen dalam batch kecil, atau disebut job-lot, dan untuk memproduksi beragam komponen dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Kelemahan tata letak ini ada pada peralatan yang biasanya memiliki kegunaan umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam sistem karena penjadwalan sangat sulit, penyetelan mesin berubah, dan penanganan bahan yang unik. Peralatan yang memiliki kegunaan umum membutuhkan tenaga kerja terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena

(15)

14 jumlah barang setengah jadi cukup tinggi sehingga mengakibatkan kebutuhan modal meningkat.

c. Group Technology Layout

Group Technology adalah sebuah jenis pengaturan layout dimana dilakukan pengelompokan produk yang memiliki desain dan karakteristik manufaktur yang serupa. Pengelompokan tersebut memiliki konsekuensi dimana mesin yang digunakan didalam sebuah sel memiliki suatu karakteristik yang sama. Karakteristik tersebut adalah kemiripan dimensi dan proses yang dilaluinya.

d. Fixed Layout

Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya, sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan, perkakas, mesin, dan pekerja yaag bergerak berpindah menuju lokasi material tersebut. Misalnya pabrik perakitan pesawat terbang, perakitan kapal, dan pembuatan gedung. Layout ini mengatasi kebutuha tata letak proyek yang tidak berpindah atau proyek yang menyita tempat yang luas.

Dibawah ini ditampilkan sebuah diagram yang menampilkan perbandingan antar beberapa jenis layout berdasarkan klasifikasi volume-variasi:

Volume Produksi Variasi Produk Group Technology (Part Family) Layout Process (Job shop) Layout Product

(Flow shop) Layout

Fixed Layout

(16)

15

Referensi

Apple, James M., Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerbit ITB, Bandung 1990. Sule, D.R. (1991), Manufacturing Facilities: Location, Planning and Design, PWS, Kent, Boston. Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhana Anggawisastra, Jann H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri, ITB.

Tompkins, James A., et al., Facilities Planning, John Wiley & Sons, Canada, 1996.

Outline Laporan

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Flowchart Praktikum 2. Pengolahan Data 2.1 Routing sheet 2.1.1 Assembly 2.1.2 Fabrikasi 2.1.3 Pre-Fabrikasi 2.2 Pembuatan AC 2.3 MPPC

2.4 Jumlah Kebutuhan Produksi Komponen

2.4.1 Perhitungan Ukuran Material Untuk Tiap Proses 2.4.2 Perhitungan Luas Lantai Pabrik dan Maintenance 2.4.3 Perhitungan Luas Gudang Bahan Baku Utama 2.4.4 Perhitungan Luas Gudang Bahan Baku Pembantu 2.4.5 Perhitungan Luas Lantai receiving dan Warehouse 3. Analisis

3.1 Analisis AC

3.2 Analisis pembuatan Routing Sheet 3.3 Analisis Kebutuhan Rough Lumber 3.4 Analisis pembuatan MPPC

(17)

16 4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

(18)

17

Engine

(19)
(20)

19

Gondola

(21)

20 1. Drive nail (P) 900 2. Wheel (P) 905 3. Washerflat (P) 910 4. String (P) 915 5. Wood bead (P) 920 6. Screw hook (P) 925 7. Screw eye (P) 930 8. Carton (P) 935 9. Carton liner (P) 936 10. Label (P) 937 11. Laquar 951 12. Laquar thinner 959 13. Gamed tape (F) 960 14. Glue (F) 961 15. Sandpaper 965 16. Sand disc 970

Penggunaan alat bantu:

1. Proses amplas : sand paper, sand disc

2. Proses rakit : glue

3. Proses cat : laquar, laquar thinner

4. Proses rakit roda : drive nail, wheel, screw hook / screw eye, washer flat

Gambar

Tabel perhitungan ukuran material akan memudahkan dalam penentuan allowance untuk incoming  dan outgoing material

Referensi

Dokumen terkait

terintegrasi yang berbentuk kotak ataupun disesuaikan dengan desain dan ruang yang tersedia di dalam kapal. Proses pembuatannya dimulai dari tahap desain, fabrikasi dan

Nama Objek : Lampu No. Assembly Chart Desain Usulan 4) Perhitungan efisiensi desain Boothroyd-Dewhurst produk existing .. Proses selanjutnya dalam metode DFA adalah melakukan

Dalam desain proses manufaktur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu material produk, mesin yang digunakan, Bill Of Material (BOM), Assembly Chart, ukuran

terintegrasi yang berbentuk kotak ataupun disesuaikan dengan desain dan ruang yang tersedia di dalam kapal. Proses pembuatannya dimulai dari tahap desain, fabrikasi dan

Klik icon Swept Boss/Base , lalu pilih close contour (Ellipse) sebagai profile, dan sketsa yang lain sebagai Path maka akan muncul preview dari proses Swept

Untuk merancang tata letak pabrik dapat digunakan metode Systematic Layout Planning (SLP) dengan membuat operation process chart untuk mengetahui proses

The themes con- sidered are the equilibrium distribution of prices and monetary balances, the link between price dispersion and the process of money creation, the endogenous ac-

2.4.3 Assembly Chart AC Data yang dibutuhkan pada subbab ini antara lain nama setiap komponen, kode komponen, jumlah komponen, keputusan komponen yang dibuat atau dibeli, alur proses