• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMUTIHAN PULP DENGAN HIDROGEN PEROKSIDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMUTIHAN PULP DENGAN HIDROGEN PEROKSIDA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

1

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMUTIHAN

PULP DENGAN HIDROGEN PEROKSIDA

A.M. Fuadi

1

, Wahyudi,B.S

2

., Rochmadi,

2

Suryo, P.

2

1. Jurusan T Kimia FT-UMS, email :fuadi60@yahoo.com

2. Jurusan T Kimia FT-UGM

Abstrak

Pemakaian kertas di dunia meningkat sekitar 50 % selama sepuluh tahun terakhir. Kenaikan ini menyebabkan peningkatan terhadap pemakaian bahan pemutih. Bahan pemutih yang banyak digunakan adalah senyawa yang mengandung khlor, yang dalam penggunaannya akan menghasilkan zat yang sangat berbahaya seperti gas khlor, khloroform dan lain-lain, sehingga perlu dipelajari pemakaian zat pemutih yang ramah limhkungan, salah satunya adalah hydrogen peroksida. Pulp yang akan diputihkan mula-mula diuji derajat putihnya, bilangan Kappa dan viskositasnya. Bahan dimasukkan dalam kantong plastik dan ditambah aquades sehingga konsistensinya 10 %, kemudian dimasukkan dalam water bath. Pada saat suhu yang diinginkan tercapai, dimasukkan hidrogen peroksida sebanyak 5 % dari berat pulp kering. Setelah waktu pemutihan dicapai, pulp dikeluarkan dan dicuci dengan aquades, selanjutnya diuji derajat putih, bilangan Kappa dan viskositas. Hasil dari proses pemutihan dengan hydrogen peroksida menunjukkan adanya peningkatan derajat putih dari o GE 41,71 menjadi o GE 57.58, bilangan Kappa mengalami penurunan dari 10,38 menjadi 7,17, sedang viskositas pulp mengalami penurunan dari 16,46 mPa.S menjadi 10,5 mPa.S. Berdasarkan hasil penelitian ini bisa disimpulkan hydrogen peroksida bisa digunakan sebagai bahan pemutih pulp.

Abstract

Paper consumption in the world has increased by 50 % during the last decade. Increasing consumption of paper results in the increase of the use of bleaching agent. The bleaching agent widely used is chlorine compounds, which in using it will produce dangerous materials like chlorine, chloroform and others, therefore the use of bleaching agent which is environmental friendly should be studied, one of them is hydrogen peroxide. Pulp which will be bleached, initially examined its brightness, Kappa number and viscosity. Pulp was added in the plastic bag and added by aquadest until of water consistency 10%, then placed in water bath. When temperature condition has been reached, plastic bag was taken, and added with H2O2 as much as 5 % from dry pulp. When

bleaching time has been reached, pulp was taken and washed by water, then analyzed its brightness, viscosity and KAPPA number. The result of bleaching process using hydrogen peroxide showed that the brightness increased from o GE 41,71 to o GE 57.58, Kappa number decreased from 10.38 to 7.17and pulp viscosity decreased from 16.46 to 10.5 mPa S. Based on the result of this research it can be concluded that hydrogen peroxide can be used as bleaching agent.

1. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Sejalan dengan pertambahan penduduk, kebutuhan terhadap tekstil dan kertas mengalami peningkatan

yang tinggi. Pemakaian kertas di dunia pada sepuluh tahun terakhir ini mengalami peningkatan sekitar 50 %. Peningkatan terhadap kebutuhan tekstil dan kertas ini, mengakibatkan peningkatan kebutuhan bahan pemutih. Catatan terbaru dari Business Communications Company, Inc. RC-196R oxidizing and bleaching

agent total pemakaian zat-zat pemutih di Amerika Serikat terus mengalami kenaikan. Kebutuhan bahan

pemutih pada tahun 2002 sekitar 11.900 juta ton dan diperkirakan pada tahun 2007 meningkat menjadi sekitar 12.300 juta ton.

Zat-zat pemutih yang banyak digunakan pada industri tekstil dan kertas saat ini adalah zat pemutih yang mengandung khlor. Padahal oksidasi dengan senyawa yang mengandung khlor dapat membentuk senyawa-senyawa berbahaya yang tidak ramah lingkungan. Hipokhlorit adalah salah satu zat pemutih yang

(2)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

2

mengandung khlor. Hipokhlorit merupakan pengoksida kuat yang dapat mengoksidasi zat-zat lain dengan membebaskan ion khlor. Apabila hipokhlorit direaksikan dengan zat organic, maka halogenasi terhadap zat organik akan terjadi dan akan menghasilkan senyawa-senyawa seperti, khloroform, haloacetic acid, haloacetonitriles, chloronitromethanes. Beberapa dari campuran ini bersifat racun dan terurai lambat dalam air. Sodium hipokhlorit termasuk salah satu bahan yang berbahaya dalam daftar Council Directive 671548/EEC dengan klasifikasi, menyebabkan kebakaran, korosif, jika kontak dengan asam akan membebaskan gas yang sangat beracun. Mengingat efek samping dari proses bleaching menggunakan zat yang mengandung senyawa khlor, maka perlu perlu dipikirkan penggunaan zat-zat pemutih lain yang ramah terhadap lingkungan. Ada beberapa zat pemutih yang tidak mengandung khlor, salah satu di antaranya

adalah hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan On melalui reaksi yang

diikuti dengan pelepasan panas. Oksigen (On) yang terbentuk bisa digunakan sebagai oksidator pada proses

pemutihan. Dengan demikian pada saat proses pemutihan berlangsung tidak menimbulkan zat-zat yang berbahaya.

b. Tujuan Penelitian

Mempelajari proses pemutihan dengan menggunakan hydrogen peroksida dengan harapan bisa memberikan kontribusi yang berarti dalam menjaga lingkungan dari pencemaran zat-zat yang berbahaya.

2. Tinjauan Pustaka

Proses pemutihan adalah proses penghilangan warna yang ada pada bahan yang disebabkan karena adanya pigmen-pigmen atau zat-zat lain. Tujuan proses pemutihan adalah memutihkan serat tanpa mengurangi kekuatan serat atau sifat-sifat lain. Pada serat kain, pigmen-pigmen ini merupakan senyawa organic yang mempunyai ikatan rangkap yang dapat dioksidasi atau direduksi menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga warna menjadi putih (Rosyid, dkk.,1976). Sedangkan warna yang ada pada pulp umumnya merupakan sisa-sisa lignin yang tertinggal pada saat pemasakan (Fengel,D.,1983). Pada proses pembuatan pulp, warna pulp yang dihasilkan tergantung dari beberapa factor antara lain cara proses dan jenis kayu. Berdasarkan cara pembuatannya serat-serat pulp dibedakan menjadi : mechanical pulp, chemical pulp,

chemimechanical pulp dan semi mechanical pulp. Pulp jenis mechanical mempunyai sifat kuat tarik serat

rendah serta ukuran partikel kecil. Kertas yang dihasilkan dari mechanical pulp mempunyai ketahanan derajat putih yang rendah terutama adanya pengaruh sinar ultra violet. Pulp jenis chemical umumnya mempunyai kekuatan serat yang lebih tinggi daripada jenis mechanical pulp. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan lignin tidak disertai perusakan serat, pengambilan lignin terjadi karena reaksi dan ekstraksi tanpa menurunkan kandungan hidro-karbon dalam kayu (Othmer, 1992)

Proses pemutihan merupakan salah satu proses yang telah lama dikenal. Pada mulanya proses pemutihan dilakukan dengan bantuan sinar matahari dan udara. Saat ini telah banyak dikenal zat-zat kimia yang bisa digunakan sebagai pemutih . Zat pemutih dapat digolongkan menjadi dua yaitu sebagai zat pengoksidasi dan sebagai zat pereduksi (Fengel,D.,1983).

Tabel I. Bahan-bahan Kimia Pemutih

Bahan Pengoksidasi Bahan Pereduksi Keterangan

Khlor Natrium Hipokhlorit Kalsium Hipokhlorit Khlor Dioksida Hidrogen Peroksida Natrium Peroksida Natrium Ditionit Zeng Ditionit Natrium Bisulfit

Penting secara industri

Bahan Pengoksidasi Bahan Pereduksi Keterangan

Ozon Natrium Khlorit Asam Perasetat Khlor Monoksida Asam Tioglikolat Hidrogen Kalium Permanganat Belerang Dioksida Natrium Borohidrida Kalsium Ditionit Alumunium Ditionit

Tidak digunakan secara Komersial

(3)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

3

Zat pemutih yang bersifat oksidator pada umumnya digunakan untuk serat-serat selulosa dan beberapa di antaranya bisa digunakan untuk serat binatang dan serat sintetis. Ditinjau dari dampak terhadap lingkungan, zat pemutih oksidator bisa digolongkan menjadi dua golongan yaitu yang mengandung khlor dan yang tidak mengandung khlor. Saat ini pemutihan dengan menggunakan senyawa yang mengandung khlor paling banyak digunakan, terutama di industri tekstil dan kertas. Oksidasi dengan senyawa yang mengandung khlor bisa membentuk campuran yang berbahaya seperti khloroform, haloacetic acid haloacetonitriles dan

chloronitrometan. Beberapa campuran dari hasil halogenasi ini banyak yang mengandung racun dan sulit

terdegradasi di lingkungan berair. Senyawa HOCl jika masuk dalam tubuh akan cepat terserap dalam aliran darah. Oksidasi dengan menggunakan senyawa halogen diketahui dapat menghasilkan senyawa yang sangat berbahaya, yang dikenal dengan adsorbable organically boundhalogen

Kaporit salah satu zat pemutih yang mengandung khlor. Selama proses pemutihan, kaporit akan mengeluarkan gas khlor yang sebagian terserap dalam bahan. Adanya gas khlor dalam serat akan mengakibatkan penurunan kekuatan serat Untuk menghindari peristiwa ini maka setelah proses pemutihan dengan zat yang mengandung khlor perlu dilanjutkan dengan proses anti khlor yang mungkin ada dalam bahan.

NaHSO3 + Cl2 + H2O NaHSO4 + 2HCl (1)

Na2S2O4 + 3 Cl2 + 4 H2O 2 NaHSO4 +6 HCl (2)

Kaporit mengandung garam-garam kalsium yang mungkin mengendap dalam bahan, yang menyebabkan pegangan bahan menjadi kasar. Pada pemutihan bahan-bahan tekstil setelah proses pemutihan dengan kaporit dilanjutkan dengan proses scouring.

Selama proses pemutihan dengan menggunakan kaporit, terjadi beberapa reaksi antara lain: - Pelarutan kaporit dalam air

2CaOCl2 Ca(OCl)2 + CaCl2 (3)

- Kalsium hipokhlorit terhidrolisa

Ca (O Cl)2 + H2O Ca(OH)2 + 2HOCl (4)

- Pelepasan gas khlor

Ca Cl2 + Ca (OCl)2 + H2O Ca(OH)2 + Cl2 (5)

- Asam hipokhlorit menghasilkan On yang bereaksi dengan zat warna

-

HOCl H Cl + On (6)

Gas khlor yang dilepaskan selama proses pemutihan sangat berbahaya bagi kesehatan, apalagi dalam konsentrasi yang tinggi.

Mengingat betapa bahayanya senyawa yang mengandung khlor, maka saat ini banyak dikembangkan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan proses pemutihan dengan prinsip total clor free dengan menggunakan oksigen, peroksida, dan lain-lain. Pada dasarnya semuanya bertujuan untuk menggantikan proses pemutihan menggunakan khlor dengan proses pemutihan dengan senyawa-senyawa yang benar-benar bebas khlor, sehingga tidak ada zat-zat berbahaya dari sisa-sisa khlorinasi yang berasal dari proses pemutihan ( Paren,dkk., 1995 ). Proses pemutihan dengan menggunakan senyawa yang ramah lingkungan untuk menggantikan proses pemutihan dengan menggunakan khlor telah dilakukan ( Maria,L.,1977 ). Di dalam penelitiannya pemutih yang digunakan adalah hydrogen peroksida dengan katalisator heteropolyacids. Sebelum proses pemutihan, dilakukan analisa terhadap ( TAPPI,1989; Berzins, 1966) dan viscositas ( TAPPI, 1982). Setelah proses pemutihan, dilakukan lagi analisa yang serupa. Hasil terbaik yang diperoleh adalah kappa number 3,2 dan viskositas 17,1 cp. Pada suhu yang tinggi menunjukkan penurunan viskositas pulp yang signifikan dan menaikkan derajat putih ( ditunjukkan dengan penurunan kappa number ).Operasi yang dijalankan pada pH yang tinggi bisa mencegah kerusakan serat. Pada penelitian ini suhu operasi dijalankan

bervariasi yaitu 60 o C, 80 oC, dan 100 oC. Penelitian untuk mencari kondisi operasi yang optimum dalam

proses pemutihan telah dilakukan ( Lopez, F.,2002 ). Sebagai zat pemutih digunakan hydrogen peroksida yang dikombinasi dengan berbagai zat pemutih ( oksigen, ozon, khlorin, dan ekstrak alkali ). Zat-zat yang ditambahkan (selain hydrogen peroiksida) , dimaksudkan untuk memperbaiki kekuatan serat. Penentuan

(4)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

4

kondisi optimum dikaitkan dengan derajat putih yang dicapai, dan kekuatan serat pulp yang dihubungkan dengan viskositas pulp.

Setelah mengalami proses pemutihan ada kemungkinan selulosa mengalami kerusakan baik secara mekanik maupun secara kimia. Kerusakan selulosa dapat disebabkan oleh asam kuat, oksidator, alkali kuat, maupun jamur dan hama. Oksidator akan mengoksidasi selulosa menjadi oksiselulosa, sedang asam akan menghidrolisa selulosa menjadi hidroselulosa. Apabila selulosa diserang oleh asam, maka terjadi reaksi hidrolisa yang mengambil tempat pada jembatan glukosida, sehingga terjadi pemutusan rantai molekul dan terbentuk senyawa hidroselulosa. Senyawa hidroselulosa menyebabkan penurunan kuat tarik karena rantai molekul menjadi lebih rendah (Rosyid,Dkk.,1976). Pada reaksi sederhana , misalnya dengan NaOCl dalam senyawa organic, tidak terjadi pemutusan rantai, tetapi hanya terjadi pembukaan cincin. Pada keadaan ini penurunan kekuatan tarik tidak terlalu besar.

Kekuatan tarik adalah daya tahan maksimum kertas terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung jalur tersebut sampai putus. Kekuatan tarik merupakan sifat yang penting agar pada penggunaannya mampu menerima perlakuan yang diterima. Penentuan nilai ketahanan tarik dapat dilakukan dengan cara metode kecepatan pembebanan tetap dan kecepatan elongasi (mulur) tetap.

Kekuatan tarik dari serat pulp berhubungan dengan derajat polimerisasi selulosa. Derajad polimerisasi selulosa dapat diukur secara tidak langsung sebagai viscositas dari larutan pulp dalam pelarut selulosa (Othmer, 1992).

Tujuan utama dari pemutihan adalah menaikkan derajat putih . Tingkat putih dari pulp sangat dipengaruhi oleh jumlah kromofor yang ada di dalamnya. Semakin sedikit senyawa-senyawa kromofor yang ada di dalam pulp maka pulp akan semakin putih. Kromofor dalam pulp yang tidak dikelantang adalah gugus-gugus fungsional dari lignin yang terdegradasi dan sisa-sisa lignin. Pemutihan dapat juga dipandang sebagai proses pemurnian yang terutama digunakan dalam memproduksi pulp larutan untuk memperoleh pulp yang murni dengan kandungan alfa selulosa yang tinggi (Fengel,D.,1983).

Klasifikasi gugus-gugus kromofor yang penting (Hon dan Glaser. 1979) adalah: 1.Gugus fungsional kromofor: gugus hidrofil fenol, ikatan rangkap,

2.Sistem kromofor : metilena kuinon, fenantrena kuinon, fenilnaftalenadion, bimetilenakuinon, dan sebagainya.

3. Zat antara : radikal-radikal bebas

4. Kompleks : struktur khelat dengan ion-ion logam.

Berbagai gugus kromofor yang ada dalam lignin dapat dilihat pada gambar.1.

(5)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

5

Pada proses pemutihan dengan menggunakan hydrogen peroksida, mula-mula hydrogen peroksida akan terurai sebagaimana persamaan reaksi :

H2O2 H2 O +On (7)

Adapun mekanisme peruraian hydrogen peroksida adalah: (Othmer, 1992)

H2O2 k1 2OH* (8)

H2O2 + OH* k2 OOH* + H2O (9)

OOH* + OH* k3 H2O + 2On (10)

Berdasar mekanisme reaksi tersebut dapat dibuat persamaan reaksi sebagai berikut:

-r H2O2 = k1CH2O2 + k2 CH2O2 C OH* (11)

rOH* = k1CH2O2 – k2 CH2O2 COH* - k3 COOH* COH (12)

rOOH* = k2 CH2O2 COH* -k3 COOH* C OH (13)

Kecepatan intermediate = 0 ( Levenspiel, 1972 )

Sehingga: rOH* = 0

rOOH* = 0

sehingga persamaan 11,12,13 menjadi: Dari persamaan 12 diperoleh:

k1 CH2o2 = k2CH2O2 COH* + k3 COOH* COH*

k1 CH2o2 = COH* ( k2 CH2O2 + k3 COOH* ) (14)

Dari persamaan 13 diperoleh:

k2 CH2O2 COH* = k3 COOH* C OH*

COOH* = k2/k3 CH2O2 (15)

Substitusi persamaan 14 ke persamaan 13 diperoleh:

k1C H2O2 = COH* ( k2 CH2O2 + k3

3 2

k

k

C H2O2 ) = COH* ( 2 k2 CH2O2 ) COH* = 2 1

2

1

k

k

(16) Persamaan 14 dan 16 dimasukkan ke persdamaan 11, diperoleh:

-rH2O2 = k1 CH2O2 + k2 CH2O2 (

2 1

2

1

k

k

) (17) setelah disederhanakan akhirnya diperoleh:

- rH2O2 = 1

2

3

k

CH2O2 (18)

Zat reaktif, On, yang terbentuk dari peruraian hydrogen peroksida akan mendifusi ke dalam serat, di

dalam serat akan terjadi reaksi oksidasi gugus kromofor oleh On.Adanya reaksi ini, akan mengakibatkan

pengurangan gugus kromofor. Kecepatan pengurangan gugus-gugus kromofor identik dengan kecepatan pertambahan derajat putih pulp.

(6)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

6

3. Pelaksanaan Penelitian

a, Bahan dan Alat Percobaan

Pulp yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari PT Indah Kiat yang mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut: derajat putih dari o GE 41, bilangan Kappa: 10,38, viskositas pulp 16,46 mPa.S dan kadar air

: 72,7 %, sedang higrogen peroksida diperoleh dari laboratorium Nalai Nasar Selulosa Bandung. Proses pemutihan dilakukan dengan pemanas air yang suhunya bisa diatur.

b. Cara Penelitian

Bahan dimasukkan dalam kantong plastik dan ditambah aquades sehingga konsistensinya 10 %,

kemudian dimasukkan dalam water bath. Suhu operasi pada proses ini adalah 65 0C dan 80 0C yang dilakukan

selama 1, 2 dan 3 jam. Pada saat suhu yang diinginkan tercapai, dimasukkan hidrogen peroksida sebanyak 5 % dari berat pulp kering. Setelah waktu pemutihan dicapai, pulp dikeluarkan dan dicuci dengan aquades, selanjutnya diuji derajat putih, bilangan Kappa dan viskositas.

4. Hasil Penelitian

Hasil dari proses pemutihan disajikan pada tabel II dan gambar Tabel II. Pengaruh Waktu dan Suhu Terhadap Hasil Pemutihan

Kondisi Operasi

Suhu, oC Waktu, jam

Derajat Putih Pulp

(oGE)

Viscositas Pulp, mPa.s

KAPPA Number Kekuatan serat

(Nm/g) Awal - 16.46 10.38 13.88 16.46 1 15.71 8.24 13.84 15.71 2 13.60 8.03 10.37 13.60 65 3 13.01 8.14 12.92 13.01 1 12.37 8.05 10.39 12.37 2 10.77 7.96 12.24 10.77 80 3 11.50 7.17 13.34 11.50 Dari tabel II bisa dibuat gambar hubungan antara waktu pemutihan dengan derajat putih yang dicapai

pada suhu 65 0C dan 80 0C, disajikan pada gambar 2, 3 dan 4.

40 45 50 55 60 0 1 2 3 4 Time,hour o GE 65 80

Gambar 2. Hubungan antara Derajat Putih dan Waktu Pemutihan

Dari gambar 2 menunjukkan senakin tinggi suhu dan semakin lama proses, derajat putih semakin meningkat.

Pada 1 jam pertama, derajat putih menungkat sangat tajam baik pada suhu 65 0C maupun 80 0C, berikutnya

(7)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

7

10 14 18 0 1 2 3 4 time, hour viscosity, mPa.s 65 80

Gambar 3. Hubungan antara Kondisi Operasi Pemutihan dengan Viskositas

Dari gambar 3 mrnunjukkan viskositas pujp menurun dengan naiknya suhu dan lamanya waktu proses, tetapi penurunan viskositas ini belum memberikan pengaruh yang significant terhadap penurunan kuat tarik dari pulp, yang bisa dilihat pada tabel II.

7 8 9 10 11 0 1 2 3 4 time, hour kappa number 65 80

Gambar 4. Hubungan antara Kondisi Operasi Pemutihan dengan Bilangan Kappa

Dari gambar 4 menunjukkan bilangan Kappa menurun dengan lamanya proses dan naiknya suhu. Pada 2 jam pertama penurunan bilangan Kappa mempunyai kecenderungan yang sama untuk kedua suhu operasi,

tetapi setelah lebih dari 2 jam kecenderungan penurunannya berbeda, pada suhu 80 0C menurun lebih tajam.

Ada korelasi antara derajat putih dengan bilangan Kappa, ditunjukkan pada gambar 5.

40 45 50 55 60 6 7 8 9 10 11 kappa number

level of whitening, oGE

Series1

Gambar 5. Hubungan antara Derajat Putih fengan Bilangan Kappa

(8)

Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif

8

5. Kesimpulan

. Hasil dari proses pemutihan dengan hydrogen peroksida menunjukkan adanya peningkatan derajat putih

dari o GE 41,71 menjadi o GE 57.58, bilangan Kappa mengalami penurunan dari 10,38 menjadi 7,17, sedang

viskositas pulp mengalami penurunan dari 16,46 mPa.S menjadi 10,5 mPa.S. Berdasarkan hasil penelitian ini bisa disimpulkan hydrogen peroksida bisa digunakan sebagai bahan pemutih pulp. Hasil pemutihan yang diperoleh masih bisa ditingkatkan dengan menambah waktu pemutihan dan suhu operasi sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2 dan 4

Daftar Pustaka

Bayer, J.,Dilme., Fernandez-Zapico, J.M., (1999), “Tendenciaous on in Industria Papelera en Los

Inicios del Singlo XXI Ingenieria Quimico”, 3rd, 177-181.

Cang Sun,R., (2000), Delignification of Rye Straw Using Hydrogen Peroxide, Industrial Corps and Product 12, 71-83.

Collodette,J.L., Singh,.U.P., Ghosh,A.K., Singh,R.P., (1993), Ozone Bleaching Research Focuses on Reducing High Cost, Poor Selectivity, Pulp and Paper June,139.

Diaz, M.J., Eugenio, M.E., Vidal, T., Garcia,O., Lopez,F., (2001), Delignification ( on Oxygen ) Peroxide de Pasta Kraft de Podas de Olivo, Afinidat 58 (496), 421-426.

Fengel,D., dan Wegener,G. (Soenardi,P.), (1983), : Wood Chemistry” , Ultrastructure, Reactions, ed.1, Gadjahmada University Press, Yogyakarta.

Kirk and Othmer, (1992), “Encyclopedia of Chemical Technology”, 4 ed., John Wiley and Sons, New York.

Levenspiel,O., (1972), “Chemical Reaction Engineering”, 2 ed., John Wiley and Sons, New York. Lopez,F., (2003), “Optimization of Hydrogen Peroxide in Totally Chlorine Free Residues”, Bioresource Technology , 87,255-261.

Maria,L., (1999), “ Bleaching of Commercial Pulp With Hydrogen Peroxide Catalyzed by Heteropolyacids” , Bioresource Technology 68, 17-21.

Rasyid, D., Kasunarno, Astini,S., Arifin, L.,(1976),” Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan”, 2 ed., ITT., Bandung

Gambar

Tabel I. Bahan-bahan Kimia Pemutih
Gambar 2. Hubungan antara Derajat Putih dan Waktu Pemutihan
Gambar 3. Hubungan antara Kondisi Operasi Pemutihan dengan Viskositas

Referensi

Dokumen terkait

Pemohon memahami proses asesmen untuk skema Klaster Perawatan Pencegahan ( Preventive Maintenance ) Alat Berat Big Bulldozer yang mencakup persyaratan dan ruang

Seluruh dosen dan staf Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana yang telah memberikan segenap ilmunya.. Pihak-pihak lain yang tidak

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis empiris. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

Representasi perkalian pecahan dengan bilangan bulat dengan dua cara berbeda Sementara itu mahasiswa lebih mampu merepresentasikan dengan model yang benar untuk perkalian

Untuk perlakuan pada media formulasi limbah cair pabrik kelapa sawit hambatan makan yang paling rendah pada perlakuan LCPKS 75 % + 0,4 g gula merah + 30 ml air kelapa +

Munculnya obyek wisata baru seperti obyek wisata rohani Katolik sendang Sono, sendang Ganjuran, dan sendang sriningsih membawa dampak positif yaitu meningkatkan keadaan sosial

pengimplementasian kebijakan dalam WTO, maka dalam hal ini diperlukan adanya sebuah reformasi dalam struktur WTO untuk menciptakan sebuah institusi perdagangan internasional

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan