KARAKTERISASI GAS OZON DI DALAM PENJERAP KALIUM
IODIDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI
DEDE YULIAS NURUL MIFTAH
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUR PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
DEDE YULIAS NURUL MIFTAH. Karakterisasi gas ozon di dalam penjerap kalium
iodida dengan menggunakan metode spektroskopi. Dibimbing oleh AKHIRUDDIN
MADDU dan MAMAT RAHMAT.
Metode pengukuran yang sering digunakan dalam pengukuran gas ozon adalah metode
neutral buffer kalium iodida (NBKI). Hasil pengukuran tidak ditampilkan pada saat itu
tetapi beberapa jam bahkan hari sesudahnya. Pada penelitian ini gas ozon dijerap
menggunakan larutan penjerap kalium iodida (KI) kemudian diukur menggunakan
metode spektroskopi sebagai tahapan awal pembuatan sensor kristal fotonik untuk
mendeteksi gas ozon. Gas ozon bereaksi dengan larutan penjerap KI menghasilkan
larutan berwarna kuning muda tetapi panjang gelombang absorpsinya berada di daerah
ultraviolet yaitu 351.58 nm. Penelitian ini mengkarakterisasi gas ozon dengan metode
spektroskopi, menghitung konsentrasi gas ozon yang terjerap, menentukan kurva
kalibrasi, menentukan konsentrasi secara real-time pada saat penjerapan beserta
menentukan α (koefisien absorpsi) sebagai dasar pembuatan sensor kristal fotonik. Kurva
kalibrasi yang diperoleh menunjukkan peningkatan konsentrasi gas ozon yang terjerap
menyebabkan intensitas yang ditransmisikan semakin menurun secara eksponensial. Nilai
koefisien absorpsi yang diperoleh adalah 43.5 m
2/μg.
KARAKTERISASI GAS OZON DI DALAM PENJERAP KALIUM
IODIDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI
DEDE YULIAS NURUL MIFTAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul : Karakterisasi Gas Ozon Di dalam Penjerap Kalium Iodida dengan
Menggunakan Metode Spektroskopi
Nama : Dede Yulias Nurul Miftah
NRP : G74070048
Disetujui,
(Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si)
(Mamat Rahmat, M.Si)
Pembimbing I
Pembimbing II
Diketahui,
(Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si)
Kepala Departemen Fisika
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala rahmat, nikmat
kesehatan, kekuatan dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
dengan topik karakterisasi gas ozon di dalam penjerap kalium iodida dengan
menggunakan metode spektroskopi. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan program sarjana di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk semuanya. Kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan dari aplikasi material yang
dikembangkan ini.
Bogor, Januari 2012
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala rahmat, nikmat kesehatan, kekuatan dan
karunia-Nya.
2. Bapak Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si sebagai pembimbing utama penulis dalam
penelitian ini atas nasehat dan saran yang telah di berikan kepada penulis.
3. Bapak Mamat Rahmat, M.Si sebagai pembimbing kedua sekaligus sebagai ketua
tim, yang mengusulkan serangkaian proyek, sangat membantu dalam mengolah
data penelitian dan dengan sabar membimbing penulis selama penelitian.
4. Bapak Ir Hanedi Darmasetiawan sebagai tim editor yang telah banyak
memberikan masukan cara penulisan kepada penulis.
5. Bapak Dr Toni Ibnu dan Bu Ani sebagai penguji yang telah menyempatkan
waktunya dan memberikan masukan kepada penulis.
6. Bapak/Ibu, Adik dan Kakak yang selalu memberikan fasilitas beserta dukungan
do’a dan semangat kepada penulis.
7. Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) yang telah memberikan
Beasiswa Unggulan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.
8. Silvira Septiana, S.Pd yang selalu memberikan dukungan beserta semangat kepada
penulis.
9. Dita Rahayu, Arianti Tumanggor, Anggi dan Nissa, kalian selalu ada membantu
penulis ketika sedang melakukan penelitian, tanpa kalian penelitian ini terasa sepi,
tetap jaga kekompakan tim kita.
10. Kak Erus Rustami, Kak Wenny Maulina, Kak Azis, Kak Ais dan Kak Fabian,
kalian semua selalu memberikan inspirasi dan pencerahan ketika penulis sedang
mengalami ketidak pahaman tentang teori penelitian.
11. Izzatu Yazzidah dan Switenia Wanna Putri sahabat seperjuangan, sukses untuk
kalian semua.
12. Bu Eti, Pak Gamal, Pak Deni dan seluruh staf Laboratorium PPLH yang telah
bersedia membantu dan menyampaikan ilmu mengenai serangkaian kegiatan
penelitian ini.
13. Teman-teman fisika 42, 43, 44, 45, 46, 47 dan semua pihak yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, 21 Juli 1988 dari
pasangan Abdul Patah dan Omah Rohmah. Merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan
dasar dari SDN 1 Cineam pada tahun 2001 dan pada tahun
2004, menamatkan pendidikan tingkat pertama dari SMPN 1
Cineam yang dilanjutkan dengan pendidikan atas di SMAN 1
Manonjaya Tasikmalaya.
Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB) di Departemen Fisika.
Saat menjadi mahnnasiswa IPB, penulis tercatat sebagai
asisten praktikum Fisika Dasar, Elektronika Dasar S1 dan D3,
asisten Elektronika Lanjut, asisten Eksperimen Fisika II,
Pengajar fisika di MSC Education (2010), Statistic Center (2010-2011) dan Katalis Corp
(2010-2011). Selain itu penulis juga pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya
(HIMALAYA), Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) menjabat sebagai wakil ketua
pada tahun 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...
x
BAB I PENDAHULUAN ...
1
1.1. Latar Belakang ...
1
1.2. Tujuan Penelitian ...
1
1.3. Manfaat Penelitian ...
1
1.4. Perumusan Masalah ...
1
1.5. Hipotesis ...
1
1.6. Batasan Masalah ...
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
1
2.1. Definisi ...
1
2.2. Gas Ozon ...
2
2.2.1. Dampak polusi ozon ...
3
2.3. Metode Spektroskopi dan Hukum Beer-Lambert ...
3
2.4. Kristal Fotonik ...
4
BAB III METODOLOGI ...
5
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ...
5
3.2. Alat dan Bahan ...
5
3.3. Metode Pengukuran dan Pengujian ...
5
3.3.1. Menentukan panjang gelombang absorpsi gas ozon yang terjerap di
dalam larutan KI. ...
5
3.3.2. Proses penjerapan gas ozon dan menentukan kurva real-time dengan
metode spektroskopi ...
5
3.3.2.1. Pembilasan tabung ...
5
3.3.2.2. Proses pengisian gas ozon ...
5
3.3.2.3. Penjerapan gas ozon dengan larutan KI dan pengambilan data
real-time ...
5
3.3.3. Pengenceran dan pembuatan kurva kalibrasi...
6
3.3.4. Menentukan nilai α (koefisien absorpsi) untuk desain pembuatan
sensor kristal fotonik. ...
7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...
6
4.1. Karakterisasi Absorpsi Gas Ozon dalam Larutan Penjerap KI ...
6
4.2. Data Real-time dan Konsentrasi Gas Ozon yang Terjerap. ...
7
4.3. Kurva Kalibrasi dan Nilai Koefisien Absorpsi...
9
4.4. Desain Sensor Kristal Fotonik Satu Dimensi ... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 11
5.1. Kesimpulan ... 11
5.2. Saran ... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 11
LAMPIRAN ... 13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nilai indeks standar pencemar udara ... 2
Tabel 2. Batas indeks standar pencemar udara untuk gas ozon ... 2
Tabel 3. Panjang gelombang absorbsi gas ozon dalam larutan penjerap KI ... 7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pengaturan alat spektrofotometer ... 3
Gambar 2. Prinsip penyerapan cahaya ... 3
Gambar 3. Bentuk kristal fotonik berdasarkan arah penjalaran gelombang ... 4
Gambar 4. Hubungan transmitansi dan panjang gelombang pada kristal
fotonik satu dimensi tanpa defect ... 4
Gambar 5. Model kristal fotonik satu dimensi dengan dua defect ... 4
Gambar 6. Hubungan transmitansi dan panjang gelombang pada kristal fotonik
satu dimensi dengan defect ... 5
Gambar 7. Ilustrasi perangkat sensor kristal fotonik mendeteksi larutan ... 5
Gambar 8. Perubahan transmitansi terhadap panjang gelombang gas ozon di dalam
larutan penjerap ... 6
Gambar 9. Karakteristik LED UV emitter ... 7
Gambar 10.Perubahan intensitas cahaya terhadap waktu ketika gas
ozon dilewatkan ke dalam larutan KI. (a) pada tekanan
-40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa ... 7
Gambar 11. Hubungan konsentrasi gas ozon yang terjerap terhadap
waktu secara real-time. (a) pada tekanan -40 kPa.
(b) pada tekanan -70 kPa. ... 8
Gambar 12. Hubungan konsentrasi gas ozon yang terjerap dalam
skala ppb terhadap waktu secara real-time. (a) pada
tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa. ... 8
Gambar 13. Hubungan nilai ISPU dari gas ozon yang terjerap terhadap
waktu secara real-time. (a) pada tekanan -40 kPa.
(b) pada tekanan -70 kPa. ... 8
Gambar 14. Total konsentrasi gas ozon yang terjerap setiap menit
(a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa ... 9
Gambar 15. Kalibrasi hubungan transmitansi dan konsentrasi.
(a) pada tekanan -40 KPa. (b) pada tekanan -70 KPa. ... 10
Gambar 16. Linearitas untuk mendeteksi gas ozon dengan konsep
Beer-Lambert. (a) pada tekanan -40 KPa. (b) pada tekanan
-70 KPa. ... 10
Gambar 17. Desain PPB kristal fotonik pada panjang gelombang absorpi gas
ozon dalam larutan penjerap KI. ... 11
Gambar 18. Desain kristal fotonik satu dimensi dengan dua defect. ... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data lapangan proses penjerapan dan perhitungan konsentrasi
gas ozon ... 14
Lampiran 2. Perhitungan menentukan nilai konsentrasi pada setiap
titik pengenceran. ... 21
Lampiran 3. Perhitungan normalisasi menentukan nilai intensitas dari
transmitansi pada proses pengenceran. ... 21
Lampiran 4. Konversi satuan nilai intensitas dari counts menjadi watt/m
2... 21
Lampiran 5. Perhitungan untuk menentukan nilai indeks standar pencemar
udara (ISPU) dari konsentrasi gas ozon yang terjerap.. ... 22
Lampiran 6. Cara uji kadar oksidan dengan metode neutral buffer
kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ... 23
Lampiran 7. Skema penjerapan gas ozon untuk menentukan panjang
gelombang absorpsi ... 26
Lampiran 8. Skema pengujian dengan metode spektroskopi ... 27
Lampiran 9. Simulasi perubahan transmitansi terhadap perubahan indeks bias
larutan penjerap KI pada sensor kristal fotonik pendeteksi gas
ozon ... 28
Lampiran 10. Gambar – gambar alat yang digunakan ... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada masa kini tingkat pencemaran udara terus meningkat baik yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor, pembakaran hutan
maupun hasil dari mesin industri. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Selain mengakibatkan pencemaran lingkungan, dapat juga mengakibatkan global warming, meningkatnya suhu bumi akibat
efek rumah kaca.1
Ozon terdiri atas tiga molekul oksigen dan amat berbahaya pada kesehatan manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui
percampuran cahaya ultraviolet dengan
atmosfer bumi dan membentuk suatu lapisan ozon pada lapisan stratosfer ketinggian 50 kilometer. Pada lapisan stratosfer bermanfaat untuk menyaring ultraviolet yang dihasilkan oleh sinar matahari tetapi pada lapisan troposfer dapat membahayakan kelangsungan mahluk hidup termasuk manusia. Ozon telah menjadi suatu isu aktual karena kaitannya dengan satu efek global pencemaran udara yaitu penipisan lapisan ozon di atmosfer bumi. Ozon merupakan salah satu pencemaran udara yang terus meningkat konsentrasinya, sehingga pengukuran ozon ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat diketahui tingkat
konsentrasi ozon di atmosfer.1
Metode pengukuran yang digunakan saat ini adalah neutral buffer kalium iodida (NBKI) sesuai dengan standar nasional indonesia (SNI) untuk mengetahui konsentrasi ozon di atmosfer, tetapi masih kurang efisien masalah data yang tidak real-time, data yang ditampilkan bukan pada saat itu tetapi
beberapa jam bahkan beberapa hari
sebelumnya. Dengan menggunakan sensor berbasis kristal fotonik yang tersusun dari bahan periodik dengan indek bias yang berbeda, pengukuran dapat dilakukan secara kontinu dan data yang diperoleh real-time
karena proses pengukuran yang cepat.2
1.2. Tujuan Penelitian
a. Menentukan panjang gelombang absorpsi gas ozon di dalam larutan penjerap. b. Menentukan kurva real-time penjerapan
gas ozon dan menghitung konsentrasi gas ozon yang bereaksi dengan larutan penjerap.
c. Membuat kurva kalibrasi antara
transmitansi dengan konsentrasi gas ozon yang terjerap.
d. Menentukan nilai α (koefisien absorpsi) untuk desain pembuatan sensor kristal fotonik.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk
mengetahui tingkat konsentrasi gas ozon yang terjerap dalam larutan penjerap KI dan menentukan desain sensor kristal fotonik sebagai sensor gas ozon.
1.4. Perumusan Masalah
Bagaimana menentukan kurva kalibrasi pengukuran gas ozon di dalam larutan
penjerap KI menggunakan metode
spektroskopi untuk desain sensor kristal fotonik ?
1.5. Hipotesis
Variasi konsentrasi gas ozon yang terjerap akan memberikan respon yang eksponensial
terhadap transmitansi ketika dilewatkan
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu.
1.6. Batasan Masalah
Penelitian ini meliputi uji penentuan panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan penjerap KI, pengukuran konsentrasi gas ozon, sampai penentuan kurva kalibrasi sebagai dasar pembuatan sensor kristal fotonik untuk mendeteksi gas ozon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pencemaran udara adalah akibat dari adanya satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh
sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia.2
Indeks standar pencemar udara (ISPU) adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara lingkungan di lokasi dan waktu tertentu yang
didasarkan kepada dampak terhadap
kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk
hidup lainnya.2 Rentang dan batas dari nilai
2
Tabel 1 Nilai indeks standar pencemar udara.2
Kategori Rentang Penjelasan
Baik 0 – 50
Tingkat kualitas yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika
Sedang 51 – 100
Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika
Tidak Sehat 101 – 199
Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika
Sangat Tidak Sehat 200 – 299
Tingkat udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar
Berbahaya 300 – lebih
Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi
Tabel 2 Batas indeks standar pencemar udara
untuk gas ozon.2
Indeks standar pencemar udara 1 jam O3 µg/m3 50 120 100 235 200 400 300 800 400 1000 500 1200
Udara lingkungan merupakan udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer
yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya.3
2.2. Gas Ozon
Ozon memiliki bau yang menyengat sehingga keberadaannya mudah diketahui walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Ozon adalah gas yang secara alami terdapat di dalam atmosfer. Masing-masing molekul ozon terdiri dari tiga buah atom oksigen dan
dinyatakan sebagai O3. Ozon bisa dijumpai di
dua wilayah atmosfer. Sekitar 10% ozon berada di lapisan troposfer, yaitu wilayah
atmosfer yang paling dekat dengan
permukaan bumi dengan ketinggian 10-16 kilometer. Sekitar 90% ozon berada di lapisan stratosfer, yaitu wilayah atmosfer yang
terletak mulai dari puncak troposfer hingga ketinggian sekitar 50 kilometer. Ozon yang berada di stratosfer sering kali disebut lapisan
ozon.4
Konsentrasi molekul-molekul ozon di atmosfer jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan gas-gas lainnya seperti oksigen (O2)
dan nitrogen (N2). Di lapisan stratosfir
disekitar puncak lapisan ozon, terdapat sekitar 12 molekul ozon untuk setiap satu juta molekul udara. Di lapisan troposfer dekat permukaan bumi, konsentrasi ozon lebih sedikit, berkisar antara 0.02 hingga 0.1 molekul ozon untuk setiap satu juta molekul udara. Konsentrasi tertinggi ozon permukaan berasal dari udara yang tercemar oleh aktivitas
manusia.4
2.2.1. Dampak polusi ozon
Ozon adalah gas beracun sehingga bila berada dekat permukaan tanah berbahaya bila terhisap dan dapat merusak paru-paru.
Sebaliknya, lapisan ozon di stratosfer
melindungi kehidupan di bumi karena menyaring sinar ultraviolet yang dapat
menyebabkan kanker.5
Dampak ozon terhadap kesehatan manusia adalah konsentrasi 0.3 ppm selama 8 jam menyebabkan iritasi pada mata, konsentrasi 0.3 – 1 ppm (part per million) selama 3 menit sampai dengan 2 jam memberikan reaksi
3
konsentrasi 1.5 – 2 ppm selama 2 jam mengakibatkan sakit dada, batuk-batuk, sakit kepala, kehilangan koordinasi serta sulit
ekspresi dan gerak.5
Walaupun ozon pada atmosfer teratas melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang berbahaya, ozon yang mendekati permukaan tanah membahayakan makhluk hidup karena ozon merupakan oksidan potensial dan berkontribusi bagi kabut asap fotokimia. Selama bulan-bulan musim panas, gas ozon bisa menjadi semakin rendah keberadaannya, memperburuk kondisi-kondisi seperti asma pada orang-orang yang rentan. Ini juga dianggap mengganggu fotosintesis dan telah
dibuktikan menghambat pertumbuhan
beberapa tanaman pangan.6
2.3. Metode Spektroskopi dan Hukum
Beer-Lambert
Spektroskopi adalah ilmu yang
mempelajari materi dan atributnya
berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Interaksi dari energi radiasi dengan bahan adalah merupakan dasar dari teori spektroskopi. Radiasi yang berasal dari sinar terdiri dari beberapa panjang gelombang dari yang sangat
pendek sampai yang sangat panjang.7
Spektrofotometer adalah instrumen yang digunakan untuk menghasilkan spektrum
optik, baik spektrum emisi, spektrum
absorpsi, spektrum transmisi dari sebuah
benda atau objek.8
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik
analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Spektroskopi UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektroskopi UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif.9
Gambar 1 Pengaturan alat spektrofotometer.8
Susunan komponen dan prinsip kerja dari spektrofotometer ditunjukan pada Gambar 1
sumber cahaya polikromatik dihasilkan dari sumber cahaya, kemudian dilewatkan pada monokromator (prisma atau kisi difraksi) sehingga menjadi cahaya monokromatik, cahaya diteruskan pada sampel sehingga intensitas cahaya berkurang karena adanya penyerapan oleh sampel kemudian dideteksi oleh fotodetektor dan diproses beserta
ditampilkan pada interface komputer.8
Menurut hukum beer-lambert, serapan berbanding lurus dengan ketebalan bahan yang disinari dan hanya berlaku untuk cahaya
monokromatik dan larutan yang encer.10
Berkas cahaya yang datang pada medium dengan daya Po dan yang menembus medium dengan daya P. Jumlah sinar yang diserap atau
diteruskan oleh suatu larutan adalah
merupakan suatu fungsi eksponensial dari konsentrasi larutan dan ketebalan larutan yang
disinari.7
Gambar 2 Prinsip penyerapan cahaya.11
Transmitansi didefinisikan sebagai nisbah daya cahaya yang ditransmisikan melewati sampel terhadap daya cahaya datang, yang diukur pada panjang gelombang yang sama (Gambar 2).
………...…...…(1)
Keterangan :
T Transmitansi (%)
P Daya cahaya setelah menembus medium
/ bahan (watt)
Po Daya cahaya yang datang (watt)
Besar daya cahaya yang hilang sebanding dengan Po, ketebalan medium berupa larutan dan sebuah konstanta absorpsivitas (α).
Absorpsivitas atau koefisien absorpsi
merupakan karakteristik material dan fungsi
panjang gelombang.9 Persamaan
Beer-Lambert :
……….….(2)
Keterangan :
Po Daya cahaya yang datang (watt)
P Daya cahaya setelah menembus medium
4
α koefisien absorpsi (m2/μg)
x ketebalan medium / bahan (m)
c konsentrasi larutan (μg/m3)
Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif suatu zat biasanya merupakan panjang gelombang yang menghasilkan serapan yang maksimum, sebab keakuratan pengukurannya menjadi lebih besar. Hal tersebut dapat terjadi karena pada
panjang gelombang maksimum bentuk
serapan pada umumnya landai sehingga perubahan yang tidak terlalu besar pada kurva
serapan tidak menyebabkan kesalahan
pembacaan yang terlalu besar pula (dapat
diabaikan).12
2.4. Kristal Fotonik
Kristal fotonik adalah material dielektrik yang memiliki indeks bias atau permitivitas berbeda secara periodik, sehingga dapat
mencegah perambatan cahaya dengan
frekuensi dan arah tertentu.13 Kristal fotonik
paling sederhana dibuat dari dua medium berseling yang transparan dengan indek bias
yang berbeda.14
Kristal fotonik dalam penjalaran
gelombangnya dapat dibedakan yaitu satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Bentuk kristal fotonik berdasarkan
arah penjalaran gelombang.15
Interferensi antara gelombang transmisi
dengan refleksi dapat mengakibatkan
pemblokiran perambatan gelombang
elektromagnetik pada rentang panjang
gelombang tertentu. Rentang ini dikenal dengan istilah photonic band gap (PBG).16 Kurva dari PBG dapat dilihat pada Gambar 4 dengan hubungan antara panjang gelombang dengan transmitansi.
Struktur kristal fotonik didesain memiliki satu atau lebih lapisan defect (cacat), yaitu lapisan yang memiliki ketebalan optik berbeda dengan ketebalan lapisan reguler, sehingga muncul fenomena photonic pass
band (PPB) seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar 4 Hubungan transmitansi dan
panjang gelombang pada
kristal fotonik satu dimensi
tanpa defect.17
Pada penelitian ini yang akan
menggunakan adalah kristal fotonik satu dimensi dengan dua defect agar sensitivitas dari sensor ini meningkat. Model kristal fotonik satu dimensi dengan dua defect seperti pada Gambar 5, pada defect pertama dibuat dua kali ketebalan indek bias yang tinggi, dan
defect kedua dibuat kosong untuk sampel
yang akan diuji. Fenomena PBB ini
mengakibatkan ada gelombang
elektromagnetik yang diteruskan dalam
rentang PBG (Gambar 6).16
Gambar 5 Model kristal fotonik satu dimensi
dengan dua defect.18
Gambar 6 Hubungan transmitansi dan
panjang gelombang pada
kristal fotonik satu dimensi
dengan defect.18
Karakteristik PPB tersebut sangat sensitif terhadap perubahan indeks bias material pada
lapisan defect. Fenomena inilah yang
dimanfaatkan untuk pembuatan sensor optik berbasis kristal fotonik, material sampel yang dideteksi diperlakukan sebagai lapisan defect (Gambar 7). 2-D periodic in two directions 3-D periodic in three directions 1-D periodic in one direction
5
Gambar 7 Ilustrasi perangkat sensor kristal
fotonik mendeteksi larutan.18
Prinsip kerja dari sensor ini adalah
dengan merambatkan gelombang
elektromagnetik yang dihasilkan dari sumber cahaya melewati kristal fotonik disisipi material sampel pada defect kedua, kemudian diterima oleh fotodetektor yang mengubahnya menjadi tegangan listrik. Tegangan keluaran dari fotodetektor sangat kecil sehingga tegangan tersebut diperkuat oleh rangkaian penguat. Tegangan yang dihasilkan pada prinsipnya dapat dikonversi dan dikalibrasi ke
dalam satuan parameter yang dibutuhkan.16
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2010 hingga Desember 2011 di Laboratorium Biofisika, Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), yang seluruhnya berkedudukan di Institut Pertanian Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung isolasi gas berkapasitas 5 liter, tabung penjerap, pompa vakum, sumber ozon (ozonizer), ocean optic spectrophotometer
USB 4000 UV-VIS, perangkat komputer, LED
ultraviolet (UV) 355 nm, termometer digital,
flowmeter, cuvette, pipet, gelas ukur, tabung centrifuge dan beaker glass. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah aquades dan larutan penjerap KI.
3.3. Metode Pengukuran dan Pengujian
Metode pengukuran gas ozon pada penelitian ini dengan metode spektroskopi di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika dan hasil pengujian dibandingkan dengan hasil analisis kimia yang di uji di Laboratorium PPLH Institut Pertanian Bogor. Analisis spektroskopi ini mengacu pada standar nasional indonesia (SNI) tentang cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral
buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan
spektrofotometer (Lampiran 6).
.3.1. Menentukan panjang gelombang
absorpsi gas ozon yang terjerap
di dalam larutan KI
Larutan penjerap dipersiapkan sebanyak 10 ml dan dimasukan ke dalam tabung penjerap yang telah disambungkan dengan pompa vakum dilakukan penghisapan dengan udara lingkungan selama satu jam. Hasil dari pengujian dianalisis dengan spektrofotometer
untuk mendapatkan panjang gelombang
dengan transmitansi yang paling besar perubahannya.
3.3.2. Proses penjerapan gas ozon dan
menentukan kurva real-time
dengan metode spektroskopi
3.3.2.1. Pembilasan tabung
Tabung isolasi dihisap dengan pompa vakum sampai tekanan -80 kPa (tanda negatif menunjukkan di bawah tekanan lingkungan), kemudian diisi dengan udara lingkungan sampai tekanan 0 kPa (sama dengan tekanan lingkungan).
3.3.2.2. Proses pengisian gas ozon
Tabung isolasi kembali dihisap dengan pompa vakum sampai tekanan -40 kPa (perlakuan pertama) dan -70 kPa (perlakuan kedua), kemudian gas ozon yang dihasilkan oleh ozonizer dimasukan ke dalam tabung dengan laju alir 2 liter/menit sampai tekanan tabung 0 kPa.
3.3.2.3. Penjerapan gas ozon dengan
larutan KI dan pengambilan
data real-time
Sumber cahaya LED UV dipasang pada ulir tabung penjerap dan serat optik yang telah
dihubungkan dengan ocean optic
spectrophotometer USB 4000 UV-VIS
dipasang pada ulir sebelahnya, kemudian tabung penjerap dihubungkan dengan tabung gas menggunakan selang. Keran-keran yang dihubungkan dengan tabung penjerap dibuka dan gas ozon dalam tabung gas dialirkan dengan bantuan pompa sirkulasi dengan laju alir 0,4 liter/menit selama 30 menit. Data diamati dan dicatat pada panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan penjerap setiap 1 menit adalah transmitansi, suhu, kelembaban, laju alir dan tekanan. Setelah penjerapan selesai kurva real-time hubungan antara intensitas dan waktu dapat dibuat dan dianalisis.
6
3.3.3. Pengenceran dan pembuatan
kurva kalibrasi
a) Optimalisasi alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. b) Larutan penjerap 10 mL yang sudah
dilakukan penjerapan dibagi dua, 5 mL
pertama disimpan dalam tabung
centrifuge untuk dianalisis di Lab PPLH
IPB sehingga mendapatkan nilai
konsentrasi gas ozon yang terjerap. c) Sisa sampel 5 mL dimasukan ke dalam
gelas ukur dan di uji transmitansinya dengan menggunakan spektrofotometer terlebih dahulu sebagai “sampel murni” sebelum dencerkan. Sampel diamati pada panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan penjerap.
d) Setiap kali penambahan larutan penjerap murni sebanyak 1 mL data transmitansi dicatat.
e) Setiap kali penambahan larutan penjerap murni sebanyak 5 mL sampel di bagi dua 5 mL pertama disimpan dalam tabung centrifuge untuk dianalisis di Lab PPLH IPB sebagai “sampel 1” dan seterusnya. f) Pengenceran dilakukan sampai nilai
transmitansi mendekati 100%.
g) Kurva kalibrasi dapat dibuat hubungan antara transmitansi dan konsentrasi.
3.3.4. Menentukan nilai α (koefisien
absorpsi)
untuk
desain
pembuatan sensor kristal fotonik
Nilai α dapat ditentukan dari persamaan regresi kurva kalibrasi hubungan antara
transmitansi dan konsentrasi. Hal ini
mengikuti persamaan Beer-Lambert sehingga nilai α dapat diperoleh untuk mendesain
pembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakterisasi Absorpsi Gas Ozon
dalam Larutan Penjerap KI
Untuk menjerap gas ozon menggunakan larutan kalium iodida (KI) sesuai dengan metode NBKI. Gas ozon bereaksi dengan ion iodida dan membebaskan iod yang berwarna kuning muda. Hal ini menjadi dasar untuk menentukan panjang gelombang absorpsi gas ozon untuk pembuatan sensor kristal fotonik.
Spektrum absorpsi paling besar untuk gas ozon ketika dilewatkan pada larutan penejerap KI ditampilkan pada Gambar 8. T1 adalah transmitansi ulangan pertama, T2 adalah transmitansi ulangan kedua dan selanjutnya. Secara keseluruhan selang panjang gelombang untuk serapan gas ozon berada pada 310 – 400 nm (daerah ultraviolet) dengan puncak serapan masing-masing berbeda tetapi tidak signifikan ditunjukan pada Tabel 3. Diperoleh panjang gelombang rata-rata serapan gas ozon adalah 351.58 nm dan panjang gelombang ini dijadikan sebagai acuan pembuatan sensor kristal fotonik. PPB kristal fotonik untuk mendeteksi gas ozon dalam larutan penjerap spesifik pada panjang gelombang tersebut.
Sumber cahaya yang digunakan berupa LED UV di uji dengan spektrofotometer dan spektrumnya ditampilkan pada Gambar 9. Spektrum emisi LED berada pada selang panjang gelombang antara 330 – 390 nm dan puncak intensitas berada pada panjang gelombang 355.52 nm.
Gambar 8 Perubahan transmitansi terhadap panjang gelombang gas ozon di dalam larutan penjerap. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 300 320 340 360 380 400 420 440 T ran sm itan si (%) Panjang gelombang (nm) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
7
Tabel 3 Panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan penjerap KI.
Transmitansi Ke Panjang Gelombang (nm) T1 355.32 T2 349.50 T3 353.66 T4 353.86 T5 347.22 T6 353.24 T7 345.14 T8 351.79 T9 354.49 Rata-rata 351.58
Gambar 9 Karakteristik LED UV emitter. Sedangkan panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan penjerap KI pada 351.58 nm. Panjang gelombang ini masih berada pada selang panjang gelombang emisi LED, sehingga LED ini bisa digunakan pada penelitian.
4.2. Data Real-time dan Konsentrasi
Gas Ozon yang Terjerap.
Data real-time ini menunjukkan
konsentrasi gas ozon yang terjerap pada setiap waktu, sehingga konsentrasi gas ozon yang terjerap dapat diketahui secara langsung tidak harus menunggu waktu yang lama dalam pengujian dan analisis sampel di laboraturium. Hal ini yang menjadi kelebihan dibandingkan metode NBKI secara konvensional (Lampiran 6).
Proses ini dilakukan dengan beberapa perlakuan, pada perlakuan pertama gas ozon dimasukan pada tekanan -40 kPa sampai tekanan 0 kPa ditunjukan pada Gambar 10a. Intensitas menurun sebagai fungsi waktu, pada menit pertama sampai menit ke-20 intensitas mengalami penurunan menunjukkan ada gas ozon yang terjerap dalam larutan KI meningkat. Pada menit ke-21 tidak mengalami perubahan secara signifikan, gas ozon tidak ada yang terjerap lagi karena gas ozon di dalam tabung isolasi sudah habis.
Pada perlakuan kedua dilakukan pada waktu yang berbeda dan tempat yang sama. Gas ozon diisi pada tekanan -70 kPa sampai tekanan 0 kPa, konsentrasi gas ozon yang dimasukan ke dalam tabung isolasi lebih besar dibandingkan perlakuan sebelumnya (Gambar 10b). Pada menit ke-22 dan 23 intensitas mengalami kenaikan, hal ini terjadi karena kesalahan teknis pada alat pengujian. Secara keseluruhan transmisi mengalami penurunan seiring kenaikan gas ozon yang terjerap dalam larutan KI. Proses penjerapan gas ozon
dengan larutan penjerap KI bersifat
akumulatif, semakin lama waktu penjerapan larutan penjerap semakin tinggi (Gambar 10).
Saat penjerapan gas ozon di dalam larutan
penjerap dan saat proses pengenceran
menggunakan sumber cahaya yang berbeda, sehingga harus dilakukan proses normalisasi untuk mendapatkan nilai konsentrasi secara
real-time dari kurva kalibrasi (Lampiran 1).
(a)
(b)
Gambar 10 Perubahan intensitas cahaya terhadap waktu ketika gas ozon dilewatkan ke dalam larutan KI. (a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa.
Konsentrasi gas ozon yang terjerap setiap
menit dapat ditampilkan pada kurva
perubahan konsentrasi terhadap perubahan waktu (Gambar 11) yang berkebalikan dengan kurva perubahan intensitas cahaya terhadap waktu penjerapan (Gambar 10). Hal ini karena semakin besar konsentrasi gas ozon yang terjerap mengakibatkan intensitas cahaya yang
0.00E+00 5.00E+04 1.00E+05 1.50E+05 2.00E+05 300 350 400 In ten si tas (w att /m 2) Panjang gelombang (nm) 0.00E+00 1.00E+04 2.00E+04 3.00E+04 4.00E+04 0 10 20 30 In ten sitas (w att /m 2) Waktu (menit) 0.00E+00 1.00E+04 2.00E+04 3.00E+04 0 10 20 30 In ten sitas (w att /m 2) Waktu (menit)
8
(a)
(b)
Gambar 11 Hubungan konsentrasi gas ozon yang terjerap terhadap waktu secara real-time. (a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa.
ditransmisikan semakin kecil. Pada menit
pertama sampai menit ke-23 konsentrasi gas
ozon yang terjerap mengalami kenaikan, pada menit selanjutnya mengalami penurunan intensitas dengan perubahan yang sangat kecil dan hal ini dianggap bahwa tidak ada perubahan konsentrasi secara signifikan. Secara keseluruhan kurva hubungan antara konsentrasi dengan waktu (Gambar 11a) memiliki trend naik secara eksponensial, dan mendekati titik jenuh larutan ketika secara
terus-menerus dilakukan penjerapan.
Perlakuan kedua mengalami fenomena yang sama, memiliki bentuk kurva yang naik (Gambar 11b). Konsentrasi gas ozon yang
terjerap semakin lama semakin tinggi
konsentrasinya.
Kurva real-time dapat ditampilkan juga hubungan antara konsentrasi dalam ppb (part
per billion) terhadap waktu (Gambar 12).
Secara umum data konsentrasi gas ozon yang terjerap ditampilkan dalam satuan ppb. Konsentrasi dalam satuan ppb setara dengan
satuan μg/m3, sehingga bentuk kurva
real-time hubungan konsentrasi gas ozon yang
terjerap terhadap waktu (Gambar 11) sama dengan kurva real-time hubungan konsentrasi gas ozon yang terjerap dalam skala ppb terhadap waktu (Gambar 12). Selain dalam bentuk satuan ppb, konsentrasi gas ozon juga dapat ditampilkan dalam skala ISPU (Gambar
(a)
(b)
Gambar 12 Hubungan konsentrasi gas ozon yang terjerap dalam skala ppb terhadap waktu secara real-time. (a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa.
(a)
(b)
Gambar 13 Hubungan nilai ISPU dari gas ozon yang terjerap terhadap waktu secara real-time. (a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa.
13). Nilai ISPU tertinggi 34.91 (Gambar 14a) sedangkan nilai ISPU pada selang 0 – 50 dinyatakan bahwa kualitas udara masih dikategorikan baik (Tabel 1).
0 20 40 60 80 100 0 10 20 30 Ko n se n tras i (μ g /m 3) Waktu (menit) 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 Ko n se n tras i (μ g /m 3) Waktu (menit) 0 20 40 60 80 100 0 10 20 30 Ko n se n tras i (p p b ) Waktu (menit) 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 Ko n se n tras i (p p b ) Waktu (menit) 0 10 20 30 40 0 10 20 30 IS P U Waktu (menit) 0 5 10 15 20 25 0 10 20 30 IS P U Waktu (menit)
9
Pengujian gas ozon secara kovensional, daftar data ditampilkan setelah beberapa jam kemudian dari pengambilan sampel dan data yang ditampilkan adalah data akumulatif selama penjerapan dilakukan. Pada penelitian ini data konsentrasi yang terjerap setiap menit dapat ditampilkan sehingga informasi yang disampaikan dapat secara real-time.
Pada Gambar 14a, menunjukkan
konsentrasi gas ozon yang terjerap dalam larutan penjerap. Pada menit pertama gas ozon yang terjerap sangat kecil dan pada menit ke-2 konsentrasi yang terjerap cukup besar, fenomena ini terjadi dikarenakan alat yang belum stabil pada awal pengukuran
sehingga memerlukan waktu untuk
beradaptasi sampai kondisi stabil. Pada proses penjerapan gas ozon dimasukan dalam tabung isolasi kemudian dilewatkan pada tabung penjerap yang berisi larutan penjerap KI dengan bantuan pompa sirkulasi, sehingga semakin lama konsentrasi gas ozon dalam tabung isolasi berkurang seiring dengan proses penjerapan (Gambar 14a). Konsentrasi gas ozon di dalam tabung isolasi yang terjerap
(a)
(b)
Gambar 14 Total konsentrasi gas ozon yang terjerap setiap menit (a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa.
setiap menit terus berkurang sampai suatu saat habis.
Pada Gambar 14b, pada menit ke-20
konsentrasi yang terjerap mengalami
kenaikan. Secara keseluruhan trend kurva konsentrasi gas ozon yang terjerap pada setiap menit adalah menurun (Gambar 14). Pada penjerapan gas ozon di udara lingkungan tidak ada batasan bentuk kurva dari konsentrasi gas ozon yang terjerap setiap menit, karena gas ozon di udara tidak dapat diperkirakan perubahan setiap saatnya.
4.3. Kurva Kalibrasi dan Nilai
Koefisien Absorpsi
Pengenceran dan validasi data konsentrasi gas ozon yang terjerap berdasarkan data Lab PPLH IPB (Lampiran 1). Kurva kalibrasi antara transmitansi dan konsentrasi (Gambar 15) menunjukkan bahwa konsentrasi gas ozon
yang terjerap semakin besar sehingga
mengakibatkan cahaya yang diteruskan
semakin kecil karena diserap oleh larutan pada panjang gelombang absorpsi gas ozon
dalam larutan KI. Hasil perhitungan
konsentrasi dengan pengujian di PPLH IPB ditunjukan pada Gambar 15, semakin besar konsentrasi gas ozon yang terjerap semakin
kecil cahaya yang ditransmisikan dan
perubahan ini terjadi secara eksponensial. Pada penelitian ini memanfaatkan perubahan konsentrasi dan ketebalan dibuat tetap.
Koefisien absorpsi merupakan sifat
penyerapan cahaya oleh larutan, hal ini menandakan bahwa seberapa besar larutan tersebut menyerap cahaya saat dilewatkan. Berdasarkan pada Gambar 15, diperoleh
rata-rata koefisien absorpsi 43.5 m2/μg dari
persamaan garis sesuai dengan persamaan Beer-Lambert dan nilai ini digunakan sebagai dasar untuk desain kristal fotonik untuk mendeteksi gas ozon sesuai dengan panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan penjerap.
Berdasarkan kurva kalibrasi dapat diambil linearitas karakteristik sensor pada selang konsentrasi tertentu. Gambar 16 menunjukkan
kurva hasil linearitas dengan selang
konsentrasi sekitar 1.5 – 17 μg/m3 dandengan
menggunakan metode spektroskopi diperoleh nilai rata-rata sensitivitas sekitar 0.0312
%/(μg/m3
), satuan dinyatakan dalam persen per konsentrasi. 0 2 4 6 8 10 0 10 20 30 Ko n se n tras i (μ g /m 3) Waktu (menit) 0 2 4 6 8 0 10 20 30 Ko n se n tras i (μ g /m 3) Waktu (menit)
10
(a)
(b)
Gambar 15 Kalibrasi hubungan transmitansi dan konsentrasi. (a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa.
(a)
(b)
Gambar 16 Linearitas untuk mendeteksi gas
ozon dengan konsep
Beer-Lambert. (a) pada tekanan -40 kPa. (b) pada tekanan -70 kPa.
4.4. Desain Sensor Kristal Fotonik Satu
Dimensi
Simulasi dengan bantuan software filmstar dilakukan sebelum melakukan fabrikasi. Puncak transmitansi PPB pada kristal fotonik di desain pada panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan penjerap KI yaitu 352 nm (Gambar 17). Sehingga sensor berbasis kristal fotonik satu dimensi untuk mendeteksi gas ozon spesifik pada panjang gelombang absorpsinya.
Sensor kristal fotonik dibuat dengan lapisan tipis dengan pola M=5, N=6 dan L=1.
Lapisan defect pertama dibuat tetap
dengandua kali ketebalan indeks bias tinggi (high index) yang berfungsi sebagai regulator dan defect kedua dikosongkan yang berfungsi sebagai reseptor, untuk pendeteksian sampel yang dilewatkan. Material yang digunakan adalah OS-5 dengan indeks bias 2.1 (high
index) dan MgF2 dengan indeks bias 1.38 (low
index). Substrat-1 (S1) dan substrat-2 (S2)
menggunakan material BK-7 dengan indeks bias 1.52 (Gambar 18). y = 116.67e-0.041x R² = 0.999 y = 86.761e-0.039x R² = 0.971 0 20 40 60 80 100 120 0 50 100 T ra n sm it an si (% ) konsentrasi (μg/m3) Hasil Perhitungan Validasi PPLH y = 107.93e-0.046x R² = 0.9955 y = 94.69e-0.047x R² = 0.9954 0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 T ra n sm it an si (% ) konsentrasi (μg/m3) Hasil Perhitungan Validasi PPLH y = -0.0301x + 2.086 R² = 0.9841 0 0.5 1 1.5 2 2.5 0 5 10 15 20 L o g (T ) Konsentrasi (μg/m3) y = -0.0323x + 2.042 R² = 0.9984 0 0.5 1 1.5 2 2.5 0 5 10 15 20 L o g ( T ) Konsentrasi (μg/m3)
11
Gambar 17 Desain PPB kristal fotonik pada panjang gelombang absorpi gas ozon dalam larutan penjerap KI.
Gambar 18 Desain kristal fotonik satu dimensi dengan dua defect.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Panjang gelombang absorpsi gas ozon dalam larutan KI berada pada daerah ultraviolet yaitu 351.58 nm.
Data real-time menunjukkan nilai
konsentrasi gas ozon yang terjerap dalam
larutan KI, memberikan respon yang
eksponensial terhadap perubahan intensitas cahaya yang dilewatkan.
Konsentrasi gas ozon yang terjerap dalam
larutan KI dapat ditentukan melalui
pengenceran sampel dan membandingkan data hasil analisis dari Lab PPLH. Semakin sedikit cahaya yang diteruskan maka konsentrasi gas ozon yang terjerap semakin besar, sehingga kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi
dengan transmitansi dapat ditentukan.
Konsentrasi gas ozon yang terjerap semakin lama semakin tinggi dan transmitansi semakin rendah.
Koefisien absorpsi gas ozon di dalam larutan penjerap KI ditentukan dari persamaan garis pada kurva kalibrasi diperoleh 43.5
m2/μg dan nilai ini menjadi dasar desain
pembuatan sensor kristal fotonik untuk
mendeteksi gas ozon dengan panjang
gelombang absorpsinya.
5.2. Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan
pengukuran gas ozon tanpa menggunakan
reagent dan membuat luas penampang sensor
berukuran lebih besar sehingga peluang partikel terdeteksi lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
1. [Anonim]. Dampak polusi udara. 1 April 2010. web. 20 Oktober 2010. <http://wart awarga.gunadarma.ac.id/2010/04/dampak -polusi-udara-2/>
2. [BAPEDAL] Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan. 1998. Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara ISPU).
3. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2005. Udara ambien – Bagian 8: cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer. SNI 19-7119.8-2005. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 300 350 400 T ran sm itan si (%) T ran sm itan si (%) Panjang gelombang (nm) Panjang gelombang operasi PPB kristal fotonik
12
4. [Anonim]. Lapisan ozon. Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2010. Web. 20 Oktober 2010. <http://www.ozonindonesi a.org/index.php?table=ozon&view=true& no=2>
5. West B, Sandman PM, Greenberg MR. 1998. Paduan Pemberitaan Lingkungan Hidup. Yayasan Obor Indonesia.
6. Soetrisno. Peringatan polusi global ozon. 24 Oktober 2008. Web. 20 Oktober
2010.<http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/p eringatan-polusi-ozon-global/>
7. Winarno FG, Fardiaz D, Fardiaz S. 1973.
Spektroskopi. Bogor : Departemen
Teknologi Hasil Pertanian, IPB.
8. Maddu A. 2010. Pedoman praktikum
eksperimen fisika II. Bogor :
Laboraturium Fisika Lanjut, Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor.
9. Tim penyusun. 2007. Spektroskopi.
Yogyakarta : Fakultas Farmasi,
Universitas Shanata Dharma.
10. Sirait RA. 2009. Penerapan metode
spektrofotometri ultraviolet pada
penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatra Utara.
11. Carlos RC. Beer lambert. 2006. Web. 12 November 2011.<http://en.wikipedia.org/ wiki/File:Beer_lambert.png>
12. Joni IM. 2007. Diktat Mata Kuliah Pengantar Biospektroskopi. Bandung: Universitas Padjajaran.
13. Kurniawan C. 2010. Analisis kopling
medan elektromagnetik transverse
magnetic (TM) pada kristal fotonik 2D
dengan defect indeks bias simetrik
menggunakan metode tensor green
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, IPB.
14. Hardhienata H. 2005. Analisis relasi
disperse gelombang elektromagnetik
datar stasioner dalam kristal fotonik
kuasi-periodik satu dimensi [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB. 15. Joannopoulos JD, Johnson SG, Winn JN.
2008. Photonic Crystal, Molding the
Flow of Light. United Kingdom:
Princeton University Press.
16. Alatas H. OptIPB sensor, sensor optik berbasis kristal fotonik satu dimensi. 27 Maret 2010. Web . 20 Oktober 2010. <http://alatas.staff.ipb.ac.id/2010/03/27/o ptip/>
17. Rahmat M. 2010. Development of air quality index measurement system based on 1D photonic crystal [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB. 18. Rahmat M. 2009. Design and fabrication
of one-dimensonal photonic crystal as a real time optical sensor for sugar solution concentration detection [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB.
19. Hardhienata H. 2005. Analisis relasi
disperse gelombang elektromagnetik
datar stasioner dalam kristal fotonik kuasi-periodik satu dimensi [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB. 20. Joannopoulos JD, Johnson SG, Winn JN.
2008. Photonic Crystal, Molding the Flow of Light. United Kingdom: Princeton University Press.
21. Alatas H. OptIPB sensor, sensor optik berbasis kristal fotonik satu dimensi. 27 Maret 2010. Web . 20 Oktober 2010. <http://alatas.staff.ipb.ac.id/2010/03/27/o ptip/>
22. Rahmat M. 2010. Development of air quality index measurement system based on 1D photonic crystal [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB. 23. Rahmat M. 2009. Design and fabrication
of one-dimensonal photonic crystal as a real time optical sensor for sugar solution concentration detection [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB.
13
Lampiran 1. Data lapangan proses penjerapan dan perhitungan konsentrasi gas ozon.
Hari/Tanggal
: Rabu, 19 Oktober 2011
Tekanan
: -40 kPa
Panjang Gelombang : 354,28 nm
Data penjerapan gas ozon secara real-time dengan laju alir 0.4 liter/menit
Waktu (menit) Suhu (oC) Kelembaban (%) Tekanan (kPa)* Intensitas (counts) Intensitas (watt /m2)** Konsentrasi (μg/m3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m3) **** ppb ISPU Status 0 28.9 67 -0.3 5039.00 - - - - 1 28.9 67 -0.9 4750.72
2.91E+04
-12.52300 0.000000-
-
-
2 28.9 67 -1.2 4490.882.76E+04
-4.487590 8.035359-
-
-
3 28.9 67 -1.6 4235.062.60E+04
3.891145 8.378740 3.8911451.62
Baik
4 28.9 67 -1.7 3967.402.43E+04
13.21779 9.326647 13.217795.51
Baik
5 28.9 67 -1.8 3750.812.30E+04
21.23767 8.019879 21.237678.85
Baik
6 28.9 67 -1.8 3553.242.18E+04
28.96795 7.730279 28.9679512.07
Baik
7 29 66 -1.8 3375.242.07E+04
36.30987 7.341919 36.3098715.13
Baik
8 29 67 -1.8 3224.961.98E+04
42.81642 6.506555 42.8164217.84
Baik
9 29.2 71 -1.8 3082.441.89E+04
49.27343 6.457008 49.2734320.53
Baik
10 29.3 70 -1.9 2977.261.83E+04
54.23316 4.959725 54.2331622.60
Baik
11 29.3 69 -1.9 2868.221.76E+04
59.56341 5.330255 59.5634124.82
Baik
12 29.3 68 -1.9 2776.781.70E+04
64.19193 4.628521 64.1919326.75
Baik
13 29.3 67 -1.8 2703.911.66E+04
67.99095 3.799016 67.9909528.33
Baik
14 29.2 67 -1.9 2637.381.62E+04
71.54993 3.558982 71.5499329.81
Baik
15 29.2 66 -1.9 2590.201.59E+04
74.12863 2.578701 74.1286330.89
Baik
14
Lanjutan Lampiran 1
Keterangan :
Tanda – menunjukkan tidak ada gas ozon yang terdeteksi *) Tanda negatif (-) menunjukkan di bawah tekanan lingkungan. **) Nilai intensitas dikonversi berdasarkan Lampiran 4.
***) Nilai konsentrasi diperoleh dengan persamaan y=4352e-0.007x , dari kurva kalibrasi hasil dari normalisasi
****) Nilai konsentrasi merupakan selisih konsentrasi dengan waktu sebelumnya Waktu (menit) Suhu (oC) Kelembaban (%) Tekanan (kPa)* Intensitas (counts) Intensitas (watt /m2)** Konsentrasi (μg/m3) *** Perubahan konsentrasi (μg/m3) **** ppb ISPU Status 16 29.2 66 -1.9 2546.01
1.56E+04
76.58687 2.458238 76.5868731.91
Baik
17 29.2 66 -1.9 2502.001.53E+04
79.07787 2.491002 79.0778732.95
Baik
18 29.2 66 -1.9 2484.861.52E+04
80.05988 0.982013 80.0598833.36
Baik
19 29.2 66 -1.9 2464.151.51E+04
81.25551 1.195628 81.2555133.86
Baik
20 29.2 66 -1.9 2442.521.50E+04
82.51503 1.259518 82.5150334.38
Baik
21 29.2 65 -1.9 2436.741.49E+04
82.85349 0.338459 82.8534934.52
Baik
22 29.2 65 -1.9 2430.111.49E+04
83.24271 0.389222 83.2427134.68
Baik
23 29.2 65 -1.9 2420.961.49E+04
83.78162 0.538910 83.7816234.91
Baik
24 29.2 65 -1.9 2423.281.49E+04
83.64479 0.000000 83.6447934.85
Baik
25 29.2 65 -1.9 2436.451.49E+04
82.87049 0.000000 82.8704934.53
Baik
26 29.2 65 -1.9 2430.491.49E+04
83.22038 0.349883 83.2203834.68
Baik
27 29.2 65 -1.9 2444.181.50E+04
82.41797 0.000000 82.4179734.34
Baik
28 29.2 65 -1.9 2461.941.51E+04
81.38369 0.000000 81.3836933.91
Baik
29 29.3 65 -1.9 2472.601.52E+04
80.76647 0.000000 80.7664733.65
Baik
30 29.3 65 -1.9 2488.281.53E+04
79.86340 0.000000 79.8634033.28
Baik
15
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 20 40 60 80 100 120 In ten sitas ( C o u n ts ) Konsentrasi (μg/m3) y = 4352e-0.007x R² = 0.8596
Lanjutan Lampiran 1
Data proses pengencearan sampel gas ozon, 19 Oktober 2011.
Lanjutan Lampiran 1
V + dV
T(%)
Konsentrasi
perhitungan
(μg/m
3)
Konsentrasi
PPLH
(μg/m
3)
Intensitas
(counts)*
5
1.210
111.6533
111.653300
2420.960
6
2.327
93.04439
2447.549
7
4.990
79.75234
2510.940
8
6.811
69.78329
2554.287
9
9.429
62.02960
2616.606
10
12.439
55.82664
34.715090
2688.257
6
17.393
46.52220
2806.183
7
23.215
39.87617
2944.770
8
28.462
34.89165
3069.671
9
33.944
31.01480
3200.165
10
38.323
27.91332
24.930230
3304.404
6
42.651
23.26110
3407.428
7
50.153
19.93808
3586.007
8
55.475
17.44582
3712.692
9
61.274
15.50740
3850.733
10
66.000
13.95666
7.139563
3963.231
6
73.355
11.63055
4138.311
7
75.361
9.969042
4186.062
8
81.763
8.722912
4338.456
9
83.128
7.753699
4370.949
10
87.671
6.978329
1.579980
4479.091
6
92.732
5.815275
4599.564
7
97.537
4.984521
4713.943
8
99.082
4.361456
1.357597
4750.720
Dari data pengenceran dapat dibuat hubungan konsentrasi dan
intensitas cahaya. Persamaan kurva dapat digunakan untuk
menentukan nilai konsentrasi dari data real-time.
Keterangan :
*) Nilai intensitas dari hasil normalisasi pada Lampiran 3.
Lanjutan Lampiran 1
Hari/Tanggal
: Kamis, 27 Oktober 2011
Tekanan
: - 70 kPa
Panjang Gelombang : 357,39 nm
Data penjerapan gas ozon secara real-time dengan laju alir 0.4 liter/menit
Waktu
(menit)
Suhu
(
oC)
Kelembaban
(%)
Tekanan
(kPa)
*Intensitas
(counts)
Intensitas
(watt /m
2)
**Konsentrasi
(μg/m
3)
***Perubahan
konsentrasi
(μg/m
3)
****ppb
ISPU
Status
0
28.9
70
-0.3
4124.43
-
-
-
-
-
-
1
28.9
70
0.0
4067.68
2.50E+04
0.414021
0.414021 0.414021
0.173
Baik
2
28.9
70
0.2
3893.72
2.39E+04
2.235180
1.821159 2.235180
0.931
Baik
3
28.9
70
0.3
3497.12
2.15E+04
6.711231
4.476051 6.711231
2.796
Baik
4
28.9
70
0.3
3127.10
1.92E+04
11.37097
4.659738 11.37097
4.738
Baik
5
29.0
69
0.3
2744.44
1.69E+04
16.80968
5.438709 16.80968
7.004
Baik
6
29.0
69
0.3
2542.49
1.56E+04
19.99439
3.184714 19.99439
8.331
Baik
7
29.0
69
0.3
2479.27
1.52E+04
21.04355
1.049156 21.04355
8.768
Baik
8
29.0
68
0.3
2306.65
1.42E+04
24.05054
3.006996 24.05054
10.021
Baik
9
29.0
68
0.2
2196.07
1.35E+04
26.09750
2.046952 26.09750
10.874
Baik
10
29.0
68
0.3
2137.68
1.31E+04
27.22034
1.122845 27.22034
11.342
Baik
11
29.0
68
0.4
2056.46
1.26E+04
28.83430
1.613961 28.83430
12.014
Baik
12
29.0
68
0.2
1978.52
1.22E+04
30.44418
1.609874 30.44418
12.685
Baik
13
29.0
68
0.3
1904.23
1.17E+04
32.03882
1.594640 32.03882
13.350
Baik
14
29.0
68
0.3
1860.53
1.14E+04
33.00616
0.967347 33.00616
13.753
Baik
15
29.0
68
0.2
1808.41
1.11E+04
34.19005
1.183891 34.19005
14.246
Baik
16
29.0
68
0.2
1756.87
1.08E+04
35.39481
1.204758 35.39481
14.748
Baik
17
29.0
68
0.2
1673.70
1.03E+04
37.41552
2.020711 37.41552
15.590
Baik
17
Lanjutan Lampiran 1
Keterangan :
Tanda – menunjukkan tidak ada gas ozon yang terdeteksi *) Tanda negatif (-) menunjukkan di bawah tekanan lingkungan **) Nilai intensitas dikonversi berdasarkan Lampiran 4.
***) Nilai konsentrasi diperoleh dengan persamaan y=4108.3e-0.024x , dari kurva kalibrasi hasil dari normalisasi
****) Nilai konsentrasi merupakan selisih konsentrasi dengan waktu sebelumnya
Waktu
(menit)
Suhu
(
oC)
Kelembaban
(%)
Tekanan
(kPa)
*Intensitas
(counts)
Intensitas
(watt /m
2)
**Konsentrasi
(μg/m
3)
***Perubahan
konsentrasi
(μg/m
3)
****ppb
ISPU
Status
18
29.0
68
0.2
1623.42
9.98E+03
38.68643
1.270905
38.68643
16.119
Baik
19
29.0
68
0.2
1611.01
9.91E+03
39.00617
0.319738
39.00617
16.253
Baik
20
29.0
68
0.2
1522.14
9.36E+03
41.37050
2.364336
41.37050
17.238
Baik
21
29.0
68
0.3
1471.04
9.05E+03
42.79332
1.422817
42.79332
17.831
Baik
22
29.0
68
0.4
1720.43
1.06E+04
36.26813
0.000000
36.26813
15.112
Baik
23
29.1
68
0.2
1693.55
1.04E+04
36.92427
0.656139
36.92427
15.385
Baik
24
29.1
67
0.2
1441.49
8.86E+03
43.63883
6.714567
43.63883
18.183
Baik
25
29.1
67
0.2
1438.33
8.84E+03
43.73027
0.091441
43.73027
18.221
Baik
26
29.1
67
0.3
1375.14
8.46E+03
45.60224
1.871966
45.60224
19.001
Baik
27
29.1
67
0.3
1370.01
8.42E+03
45.75797
0.155729
45.75797
19.066
Baik
28
29.1
67
0.2
1335.89
8.22E+03
46.80882
1.050846
46.80882
19.504
Baik
29
29.1
67
0.2
1238.02
7.61E+03
49.97900
3.170184
49.97900
20.825
Baik
30
29.1
67
0.3
1192.00
7.33E+03
51.55736
1.578365
51.55736
21.482
Baik
18
Lanjutan Lampiran 1
Data proses pengencearan sampel gas ozon, 27 Oktober 2011.
Lanjutan Lampiran 1
V + dV T(%) Konsentrasi perhitungan (μg/m3 ) Konsentrasi PPLH (μg/m3 ) Intensitas (counts)* V + dV T(%) Konsentrasi perhitungan (μg/m3 ) Konsentrasi PPLH (μg/m3 ) Intensitas (counts)* V + dV T(%) Konsentrasi perhitungan (μg/m3 ) Konsentrasi PPLH (μg/m3 ) Intensitas (counts)* 5.0 6.437 56.96240 56.9624 1192.00 10.0 58.373 14.24060 11.6246 2852.79 10.0 90.036 3.560150 1.0089 3865.29 5.5 10.173 51.78400 1311.47 5.5 61.444 12.94600 2950.99 5.5 90.061 3.236500 3866.09 6.0 12.303 47.46867 1379.58 6.0 63.746 11.86717 3024.60 6.0 91.828 2.966792 3922.60 6.5 13.496 43.81723 1417.73 6.5 64.867 10.95431 3060.45 6.5 91.892 2.738577 3924.64 7.0 17.17 40.68743 1535.22 7.0 70.072 10.17186 3226.89 7.0 93.157 2.542964 3965.10 7.5 19.34 37.97493 1604.61 7.5 72.204 9.493733 3295.07 7.5 94.081 2.373433 3994.64 8.0 19.474 35.60150 1608.89 8.0 72.442 8.900375 3302.68 8.0 94.567 2.225094 4010.18 8.5 21.755 33.50729 1681.83 8.5 75.593 8.376824 3403.44 8.5 94.534 2.094206 4009.13 9.0 23.295 31.64578 1731.08 9.0 76.515 7.911444 3432.92 9.0 95.154 1.977861 4028.96 9.5 28.423 29.98021 1895.06 9.5 77.224 7.495053 3455.60 9.5 95.518 1.873763 4040.59 10.0 30.535 28.48120 25.5577 1962.60 10.0 77.521 7.120300 1.672 3465.09 10.0 96.365 1.780075 0.5666 4067.68 5.5 34.357 25.89200 2084.81 5.5 79.601 6.473000 3531.61 6.0 38.458 23.73433 2215.95 6.0 81.112 5.933583 3579.93 6.5 39.361 21.90862 2244.83 6.5 80.346 5.477154 3555.43 7.0 44.803 20.34371 2418.85 7.0 83.929 5.085929 3670.01 7.5 46.705 18.98747 2479.67 7.5 84.769 4.746867 3696.87 8.0 50.908 17.80075 2614.08 8.0 86.698 4.450188 3758.55 8.5 52.787 16.75365 2674.16 8.5 86.739 4.188412 3759.86 9.0 54.103 15.82289 2716.24 9.0 87.966 3.955722 3799.10 9.5 55.343 14.99011 2755.90 9.5 88.323 3.747526 3810.52 Keterangan :y = 4108.3e-0.024x R² = 0.986 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 0 10 20 30 40 50 60 In ten sitas ( co u n ts ) Konsentrasi (μg/m3)