• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Nyeri - GALUH DEWI HINDUN BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Nyeri - GALUH DEWI HINDUN BAB II"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA. A. Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).

Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2007).

(2)

2. Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. ada empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Manuaba, 2008)

3. Teori- Teori Nyeri

a. Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)

Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013). Teori spesivitas ini tidak menunjukkan karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).

b. Teori Pola (Pattern theory)

Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari stimulasi reseprot yang menghasilkan pola dari implus saraf (Andarmoyo, 2013).

(3)

intensitas rendah dapat mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983 dalam Andarmoyo, 2013).

c. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)

Teori gate control dari Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa implus nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013).

d. Endogenous Opiat Theory

Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).

(4)

4. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi 1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2007).

b. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal 1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).

(5)

2) Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi 1) Supervicial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.

2) Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.

3) Nyeri Alih (Referred pain)

(6)

menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

4) Radiasi Nyeri

radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

5. Pengukuran Intensitas

Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).

(7)

Beberapa skala intensitas nyeri :

a. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Gambar 1.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana Andarmoyo, S. (2013)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian VDS

diranking dari ” tidak nyeri” sampai ” nyeri yang tidak tertahankan”

(Andarmoyo, 2013).

Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

b. Skala Intensitas Nyeri Numerik

(8)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013)

c. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Gambar 1.3 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale Andarmoyo, S. (2013)

(9)

d. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Aktivitas Berbaring, posisi

normal, mudah

Menangis Tidak menangis Merintih atau merengek,

Hiburan Rileks. Kadang-kadang

hati tentram

(10)

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya (Judha, 2012).

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu:

1. 0 : Tidak Nyeri 2. 1-2 : Nyeri Ringan 3. 3-5 : Nyeri Sedang 4. 6-7 : Nyeri Berat

5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012). 6. Manajemen penatalaksanaan nyeri

a. Manajemen Non Farmakologi

Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan intervensi keperawatan/kebidanan, manajemen non farmakologi merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013).

b. Manajemen Farmakologi

(11)

B. Kehamilan 1. Pengertian

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2008).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). 2. Tanda dan gejala

Tanda-tanda dugaan hamil yaitu :

untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut :

a. Tanda Dugaan Kehamilan 1). Amenorea

(12)

2). Mual dan Muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah pada pagi hari disebut morning sickness.

3). Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

4). Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. 5). Payudara Tegang

Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

6). Sering Miksi (Sering BAK)

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang. 7). Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar

8). Pigmentasi Kulit

(13)

9). Epulis

Hipertrofi gusi yang disebut epuils, dapat terjadi saat kehamilan. 10). Varices

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. (Manuaba, 2010).

3. Komplikasi pada kehamilan

Komplikasi dalam kehamilan antara lain : a. Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu.

b. Anemia Kehamilan

Anemia Kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin Hb) dibawah nilai normal.

c. Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil.

d. Kehamilan Ektopik Terganggu

(14)

C. Abortus

1. Pengertian Abortus

Istilah Abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Manuaba, 2008).

2. Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan : a. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi :

1) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana 27 hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.

2) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

3) Abortus Inkomplete adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.

4) Abortus Komplete adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri. 5) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau

(15)

6) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. 7) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran yang disertai

infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2008).

b. Abortus Provokatus (Induced Abortion)

Mendefinisikan Abortus Provokatus merupakan Abortus yang disengaja baik dengan memakai obat obatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi :

1) Abortus Medisinalis ialah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.

(16)

D. Konsep Abortus Incomplete 1. Pengertian Abortus Incomplete

Abortus incomplete adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009).

Abortus incomplete adalah Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina servikalis terbuka dan jaringan dapat di raba dalam kafum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin di keluarkan, dapat menyebabkan shok (ika pantikawati, 2010).

Abortus incomplete adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Khumaira, 2012).

Abortus incomplete merupakan perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian ari hasil konsepsi telah keluar dari vakum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Rukiyah,dkk,2010).

(17)

2. Etiologi

Abortus Inkomplete dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :

1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom 2) Faktor lingkungan endometrium

3) Pengaruh luar

a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi

b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

b. Kelainan Pada Plasenta c. Penyakit Ibu

d. Kelainan yang terdapat dalam rahim (Manuaba, 2010). 3. Tanda dan Gejala

a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut: 1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis 3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat 4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi

(18)

4. Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi

Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu : genetalia eksternal dan genetalia internal.

Gambar 1. 4 : Organ Reproduksi eksternal pada wanita Joseph HK dan Nugroho. (2011) a. Organ genitalia eksternal pada wanita meliputi:

1) Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis.

2) Labia mayora

(19)

Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah.

3) Labia minora

Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette.

4) Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus pubis.

5) Prepusium klitoris

Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan lateral.

6) Vestibulum

Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin).

7) Fourchette

(20)

8) Perineum

Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. b. organ genitalia internal pada wanita meliputi:

Gambar 1.5 : Organ Reproduksi internal pada wanita. Joseph HK dan Nugroho. (2011) 1) Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii.

2) Tuba Fallopii

(21)

3) Uterus

Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat.

Dinding uterus

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis. a) Endometrium, yang banyak mengandung pembuluh darah

adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berakahir, tebal endometrium 0,5 mm.Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm. b) Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut

(22)

4) Vagina

Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks.( Manuaba,2007).

5. Pathofisiologi abortus incomplete

Awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.

Apabila janin yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi sedikit gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.

(23)

membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Khumaira, 2012).

Pathway

Tabel 2.2 Pathway Post Abortus Inkomplete 1. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi 2. Kelainan Pada Plasenta

3. Penyakit Ibu

4. Kelainan yang terdapat pada rahim Abortus ( mati janin, BB = 400-1000gr)

Abortus Inkomplete

Pre Curretage Post Curretage

(24)

6. Penatalaksanaan abortus incomplete

Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase (Prawirohardjo, 2010).

a. Penatalaksanaan keperawatan :

1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda- tanda vital.

2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.

b. Penanganan medis Abortus Inkomplit

1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis)

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:

(25)

7. Konsep asuhan keperawatan a. Pengkajian

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginan berulang

Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam diluar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

(26)

Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

b. Pemeriksaan fisik, meliputi :

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal

(27)

E. Konsep Curretage 1. Pengertian Curretage

Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Nugroho, Taufan,2010 ).

2. Tujuan Curretage

Menurut Nugroho, Taufan (2010) , tujuan kuret ada dua.Yaitu :

a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.

b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja.

3. Etiologi Curretage

Hal-hal yang menyebabkan kuret harus dilakukan adalah sebagai berikut : a . Usia ibu yang lanjut

b. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik c. Riwayat infertilitas

d. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan e. Berbagai macam infeksi

(28)

4. Persiapan Sebelum Kuretase : a. Konseling pra tindakan :

1) Memberi informed consent.

2) Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita.

3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan: garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan. 4) Memeriksa keadaan umum pasien,bila memungkinkan pasien

dipuasakan (Prawirohardjo, 2010) 5. Persiapan Tindakan :

a. Menyiapkan pasien.

b. Mengosongkan kandung kemih. c. Membersihkan genetalia eksterna. d. Membantu pasien naik ke meja ginek.

e. Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan paru – paru dan sebagainya.

f. Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis.

g. Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.

h. Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan.

(29)

Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal

6. Post Curretage

Hal-hal yang perlu dilakukan:

a. Mengukur tekanan darah, sebelum dan sesudah tindakan.

b. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih kembali

c. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap

observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan. F. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa post curretage

Menurut Wilkinson & Atern ( 2012) dan Reader ( 2011), diagnosa yang muncul pada periode post curretage meliputi :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan c. Resiko infeksi

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum Intervensi

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik

(30)

Pain control (NOC)

 Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif

 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management nyeri

 Mampu mengenali nyeri ( skala,intensitas,frekuensi dan tanda nyeri)

Pain management (NIC)

 Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif  Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.

b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas teratasi, Anxiety Control (NOC)

Kriteria Hasil:

 Klien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan gejala cemas

 Mengidentifikasikan, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas

 Vital sign dalam batas normal

(31)

Anxiety Reduction (NIC)

 Gunakan pendekatan yang menyenangkan

 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur  Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres

 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Coping enchancement (NIC)

 Jelaskan semua tes dan pengobatan pasa pasien dan keluarga  Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan,

 Persepsi dan rasa cemasnya c. Resiko Infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawtaan diharapkan tidak ada infeksi dengan kriteria hasil :

Risk Control (NOC)

 Klien bebas dari gejala infeksi

 Mendiskripsikan proses menular penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan secara penatalaksanaannya

 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi  Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (NIC)

 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain  Pertahankan tehnik isolasi

(32)

 instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

 Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan  Gunakan sarung tangan sebagai alat pelindung d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat bergerak tanpa bantuan orang lain, dengan kriteria hasil :

Intervensi :

Energy convervation (NOC)

 Mampu melakukan aktifitas sehari(ADLs) secara mandiri  Tanda vital dalam batas normal

 Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan orang lain. Activity therapy (NIC)

 Kolaborasi dengan tenaga rehabiltas medik dalam merencanakan program terapi

 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

 Bantu klien untuk memilih 2 aktivitas konsisten yang sesuai dengan program kemampuan fisik, psikologi dan sosial.

(33)

e. Defisit Volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif

setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi, dengan kriteria hasil:

intervensi : NOC :

Fluid Balance

Hydration

Nutritional Status : Food and Fluid Intake

NIC : Fluid Manangement

 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat  Monitor status hidrasi

 Monitor tandaa vital

Gambar

Gambar 1.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
Gambar 1.3 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale
Tabel  2.1 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC
Gambar 1. 4 : Organ Reproduksi eksternal pada wanita
+3

Referensi

Dokumen terkait

Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat, tetapi hail konsepsi masih dalam uterus.. Kondisi ini

Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih

Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan &lt;20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa disertai dilatasi serviks

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih

Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan &lt;20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa disertai dilatasi

Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi