TUGAS RESUME KASUS TUGAS RESUME KASUS
ABORTUS ABORTUS FEBRINA VISELI FEBRINA VISELITTAA NPM 220112130098 NPM 220112130098
1
1 DefinisiDefinisi
Abortus adalah berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di Abortus adalah berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru
dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di duniamungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai > 500 gr atau umur kehamilan > 20 luar bila berat badannya telah mencapai > 500 gr atau umur kehamilan > 20 minggu (Sastrawinata, 2004).
minggu (Sastrawinata, 2004).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn & Jones, 2002).
liewollyn & Jones, 2002). Abo
Aborturtus s adaladalah ah isiisitilatilah h yanyang g dibdiberikerikan an untuntuk uk semsemua ua kehkehamilamilan an yanyangg berakhir sebelum
berakhir sebelum periode viabilitas periode viabilitas janin, yaitu yang janin, yaitu yang berakhir sebelum berakhir sebelum berat janinberat janin 500 gram.
500 gram. BilBila a berberat at badbadan an tidatidak k dikdiketahetahui, ui, makmaka a perperkirakiraan an lamlama a kehkehamiamilanlan kurang dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir kurang dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir normal yang
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abrtus pada trimester pertama, yakni:
aKelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kelainan kromosom ( monosomi, trisomi, atau poliploidi) b Embrio dengan kelainan lokal
cAbnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
2Faktor Maternal
aInfeksi
Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yaang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester
kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
; Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus saat hamil.
f Kelainan uterus – Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma
submukosa), serviks inkompeten atau retroflexio uterigravidi incarcerata.
g Faktor psikosomatik – Pengaruh dari faktor ini masih
dipertanyakan. 3Faktor Eksternal
aRadiasi – Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama
dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b Obat-obatan – Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain.
Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 26 minggu, kecuali telah dibuktikan bahea obat tersebut tidak
cAbortus terapeutik adalah penghentian kehamilan dikarenakan alasan
medis, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
d Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
eAbortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Penanganannya : bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah
itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
lebih. Penanganannya : Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.
(Mohctar, 1998) 5 Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
b Tanda dan gejala pada abortus Insipien : perdarahan lebih banyak,
perut mules atau sakit lebih hebat, pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba.
cTanda dan gejala abortus Inkomplit : perdarahan memanjang, sampai
terjadi keadaan anemis, perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat, terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi, dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
d Tanda dan gejala abortus Kompletus : uterus telah mengecil,
perdarahan sedikit, canalis servikalis telah tertutup.
Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah lepas secara keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.
7 Pemeriksaan Diagnostik
aTes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
cPemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan
; Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(2 Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
aJika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
aJika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
b Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan : ; Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah. (5 Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
(7 Abortus Habitualis
4 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
5 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit la innya.
6 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
dengan jari.
ü Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
ü Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
ü Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
ü Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
14 Data lain-lain :
ü Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan
selama dirawat di RS.Data psikososial.
ü Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
ü Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
ü Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME,
12 Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1. Ketidakseimbangan cairan: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
Tidak terjadi defisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
1 Kaji kondisi status hemodinamika.
2 Ukur
pengeluaran cairan per hari. 3 Berikan sejumlah cairan pengganti sesuai 1 Pengeluar an cairan pervaginal sebagai aki bat a bortus memiliki karekteristik bervariasi. 2 Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang
hilang pervaginal.
3 Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif.
kebutuhan per hari. 4 Evaluasi status hemodinamika. 4 Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
2 Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
3 Kolaborasi pemberian analgetika.
1 Pengukura n nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2 Meningka tkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri. 3 Menguran gi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian
anal get ika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.
3. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
1 Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas. 2 Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan. 3 Bantu klien 1 Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk .
2 Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi.
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
4 Bantu klien unt uk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien. 5 Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. 3 Mengistir atkan klilen secara optimal.
4 Mengopti malkan kondi si klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.
5 Menilai kondisi umum klien.
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang. 1 Kaji tingkat kecemasan klien. 2 Beri kesempatan pada klien untuk
1 Mengetah ui sej auh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
2 Ungkapan perasaan dapat
mengungkapkan perasaannya.
3 Mendengarkan keluhan klien dengan empati.
4 Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan. 5 Be ri dorongan spiritual/support. memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan. 3 Dengan mendengarkan kel uahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan.
4 Menamba h pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
5 Menciptak an ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
•
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.
1 Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau.
2 Terangkan pada kli en pentingnya perawatan vulva selama
masa perdarahan. 3 Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. 4 Lakukan perawatan vulva. 1 Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi.
2 Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
kebersihan genital yang lebih luar.
3 Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
5 Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.
6 Anj urkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan.
kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5 Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi. 6 Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk
kondi si system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
6. Perubahan pola tidur berhubungan
dengan adanya nyeri.
Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu. 1 Kaji pola tidur. 2 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
3 Anjurkan klien minum susu
1 Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya. 2 Memberik an kesempatan pada klien untuk beristirahat. 3 Susu mengandung protein yang tinggi
hangat sebelum tidur. 4 Batasi jumlah penjaga klien. 5 Memberlak ukan jam besuk.
6 Kolaborasi dengan tim medis
sehingga dapat merangsang untuk tidur.
4 Dengan jumlah penjaga
klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat. 5 Memberik an kesempatan pada klien untuk beristirahat. 6 Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot se hi ngga klien dapat tenang dan mudah tidur.
pemberian obat tidur Diazepam.
DAFTAR PUSTAKA Achadiat, Chrisdiono M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC
Bobak, Irene. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed. 4. Jakarta: EGC Hamilton, C. Mary. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6 . EGC:
Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius: Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Morgan, Geri, and Hamilton, Carole. (2009). Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Sastrawinata, Sulaiman; Martaadisoebrata, Djamhoer; F. Wirakusumah, Firman. (2003). Ilmu Kesehatan Reproduksi: obstetri patologi. Jakarta: EGC Sinclair, Constance. (2009). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC