BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa tugas
guru adalah membelajarkan peserta didik, bukan mengajar. Pemberlakuan
Kurikulum 2006, menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses
pembelajaran yang mengarahkan agar peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya. Pengembangan potensi peserta didik dalam standar kompetensi
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi dan
belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya
(Depdiknas 2003a:2). Standar Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan
MTs meliputi:
(1) mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik sastra maupun nonsastra; (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan; (3) mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai; (4) mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan; (5) mampu mengapresiasi berbagai ragam sastra (Depdiknas 2003b:4).
Salah satu Standar Kompetensi adalah mampu mengekspresikan berbagai
pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan.
Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kehidupan,
baik dalam kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
gagasan atau pendapat, perasaan, persetujuan, pemikiran, dan kemampuan dalam
memperluas wawasan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir
dan kreativitas peserta didik (Badudu, 1994:3).
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2004:179) mengungkapkan dalam
bukunya yang berjudul Quantum Learning, menulis adalah aktivitas seluruh otak
yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika)
dan tak satupun belahan otak itu bekerja secara sempurna tanpa adanya
rangsangan atau dorongan dari bagian yang lain.
Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan
cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Kegiatan menulis
sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung dan sebagai keterampilan seseorang untuk mengungkapkan
ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu
keterampilan yang produktif. Menulis tidak bisa terlepas dari keterampilan
produktif lainnya yakni berbicara serta keterampilan reseptif yakni membaca dan
menyimak juga tentang pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, dan
penggunaan ejaan.
Keterampilan menulis juga berkaitan erat dengan keterpelajaran seseorang.
Mengingat status keterpelajaran seseorang akan semakin tampak manakala
mampu mengungkapkan pengetahuan dan pengalamannya dengan baik. Sehingga
mampu mengomunikasikan dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai
bahasa itu (Putrayasa, 2009:1). Maka sangatlah penting peserta didik mampu
mengungkapkannya melalui tulisan dengan cara yang tepat yakni menulis narasi
yang berdasarkan pada pengalaman seseorang. Namun, tidaklah mudah untuk bisa
menulis karena keterampilan ini harus dilakukan dengan berlatih secara terus
menerus.
Keterampilan menulis adalah merupakan (a) pemindahan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa (b) kemampuan menggunakan tata bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan (c) mencakup berbagai kemampuan: menguasai gagasan yang dikemukakan, menggunakan unsur-unsur bahasa, menggunakan gaya, dan menggunakan ejaan dan tanda baca. Juga diungkapkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis memerlukan usaha sadar dalam menuliskan kalimat, mempertimbangkan cara mengomunikasikan, dan mengatur ( Byrne, 1988 dalam Depdiknas, 2005:8).
Pernyataan-pernyataan di atas menandai bahwa keterampilan menulis perlu
pendampingan dan keseriusan penanganannya agar peserta didik benar-benar
mampu berkomunikasi secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Namun suatu kenyataan, bahwa pembelajaran menulis pada
peserta didik SMP yang dilaksanakan selama ini kurang efektif. Guru pada
umumnya membelajarkan materi yang tertera pada kompetensi dasar dalam
kurikulum terutama yang terkait dengan Standar Kelulusan dalam Ujian Nasional.
Sementara pembelajaran menulis yang sebenarnya jarang dibahas atau
disampaikan, terutama dalam penerapan tata bahasa dalam tataran morfologi,
sintaksis, dan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik
dalam menulis masih rendah. Padahal kemampuan ini sangat penting, karena
menulis merupakan kemampuan berbahasa yang paling sulit. Hal ini disebabkan
peserta didik harus memahami tentang tata kata, tata kalimat, dan penerapan
ejaan.
struktur bahasa, dan kosa kata sehingga informasi yang disampaikan berterima oleh orang lain. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus (Tarigan 1986:3-4).
Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini, alokasi waktu pembelajaran
menulis di SMP, relatif sedikit, sehingga keterampilan menulis peserta didik
masih memprihatinkan. Tulisan/ karangan mereka masih kurang dalam aturan
penulisan, baik dari segi ekspresi maupun bahasa: tata kata, tata kalimat maupun
ejaan. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis di sekolah perlu mendapat perhatian
(http://www.scribd.com/ Pembelajaran-Menulis di SMP). Hal ini berdampak pada
keterampilan menulis mereka belum maksimal sehingga dikhawatirkan setelah
para peserta didik menamatkan jenjang sekolah, belum mampu menggunakan
keterampilan berbahasa secara baik dan benar.
Melalui observasi di kelas, peneliti menemukan fenomena bahwa peserta
didik pada saat diberi kesempatan menulis teks bentuk apapun kurang
memperhatikan penggunaan tata kata, tata kalimat maupun ejaan sehingga
mempengaruhi keefektivan kalimat, terlebih memadukan kalimat dalam suatu
paragraf. Mereka lebih mementingkan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
gurunya dan terselesaikan dengan cepat. Dan berdasarkan dialog dengan sesama
guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 1 Purwokerto
Kabupaten Banyumas tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini kondisi kemampuan
menulis teks peserta didik masih rendah. Adapun rendahnya kemampuan tersebut
salah satunya disebabkan kurang memahami penggunaan tata bahasa dalam
menulis. Sedangkan hasil observasi sementara dengan peserta didik SMP Negeri
1 Purwokerto Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2011/2012 diperoleh
memperhatikan aturan-aturan tata bahasa. Karena kekurangpahaman tata bahasa
dalam penerapannya menyebabkan nilai peserta didik kurang memuaskan atau
jarang yang memperoleh nilai tinggi, sehingga semakin tidak termotivasi untuk
menulis teks dengan serius. Dengan demikian, keterampilan menulis teks narasi
ekspositoris peserta didik di SMP Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas
perlu ditingkatkan.
Atas dasar kenyataan di atas, maka peneliti bermaksud meneliti untuk
meningkatkan penguasaan tata bahasa dalam menulis teks narasi ekspositoris
melalui pengefektivan metode berpikir berpasangan berbagi berpikir berpasangan
berbagi (think pair share). Metode berpikir berpasangan berbagi berpikir
berpasangan berbagi (think pair share) merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Metode berpikir
berpasangan berbagi menghendaki peserta didik bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif,
daripada penghargaan individual (Ibrahim dkk: 2007:26). Melalui metode berpikir
berpasangan berbagi (think pair share) memberi waktu kepada peserta didik untuk
berfikir dan merespon serta saling membantu yang lain. Guru menciptakan
interaksi peserta didik yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba,
bersikap mandiri, dan ingin maju. Terutama untuk penguasaan tata bahasa dalam
keterampilan menulis, dengan harapan peserta didik mampu menulis teks yang
baik, benar, dan utuh. Maka berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini
penulis memberi judul “ Efektivitas Metode Berpikir Berpasangan Berbagi (think
pair share) bagi Peningkatan Penguasaan Tata Bahasa dalam Menulis Teks
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: “Apakah metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share)
efektif bagi peningkatan penguasaan tata bahasa dalam menulis teks narasi
ekspositoris peserta didik SMP Negeri 1 Purwokerto?”
C. Hipotesis
Berlandaskan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, peneliti
mengambil hipotesis sebagai berikut:
H1 : Metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share) lebih efektif
dibandingkan dengan metode yang lain dalam pembelajaran peningkatan
kemampuan penguasaan tata bahasa dalam menulis teks narasi ekspositoris.
H0 : Metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share) sama
efektifnya dengan metode lainnya dalam pembelajaran peningkatan penguasaan
tata bahasa dalam menulis teks narasi ekspositoris.
Untuk menentukan perbedaan kemampuan penguasaan tata bahasa dalam
menulis teks narasi eskpositoris pada siswa kelas VII yang mendapatkan
perlakuan pembelajaran menggunakan metode berpikir berpasangan berbagi
(think pair share) dan yang tidak menggunakan metode berpikir berpasangan
berbagi (think pair share), digunakan uji-t. Hipotesis dinyatakan diterima apabila
thitung lebih besar daripada ttabel. Hipotesis ditolak apabila thitung lebih rendah
daripada ttabel. Sedangkan untuk mengetahui signifikasi perbedaan kemampuan
penguasaan tata bahasa dalam menulis teks narasi eskpositoris pada siswa kelas
berbagi (think pair share) dan yang tidak menggunakan metode berpikir
berpasangan berbagi (think pair share), digunakan uji scheffe.
D. Tujuan Penelitian
Secara operasional, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengungkap efektivitas metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share)
bagi peningkatan penguasaan tata bahasa dalam menulis teks narasi ekspositoris
peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Purwokerto.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoretis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan di
bidang teori penerapan tata bahasa dalam menulis teks untuk siswa SMP,
serta bagi pengembangan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
di tingkat SMP Pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pengembangan
pemetaan standar kompetensi keterampilan menulis dengan mencermati
materi kebahasaan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Secara praktis penelitian ini untuk memacu guru Bahasa Indonesia di
terus meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan pemetaan
silabus/kurikulum terutama kajian kebahasaan dalam pembelajaran
menulis, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia akan bermanfaat dan
bermakna bagi siswa.
b. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengambil
kebijakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
perbaikan pemahaman materi dan metode yang dianggap relevan dengan
peserta didik dan karakteristik pelajaran.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
1. Asumsi Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah (1) peserta didik kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran; (2) prestasi keterampilan menulis teks narasi ekspositoris
kurang; (3) suasana belajar yang kurang menyenangkan; (4) kurangnya
penguasaan tata bahasa peserta didik dalam keterampilan menulis; (5)
kurangnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran menulis teks narasi
ekspositoris.
Hal tersebut menandai bahwa proses penggunaan tata bahasa dalam
keterampilan menulis ada kendala bagi peserta didik, dalam proses
pembelajaran, maupun bagi guru itu sendiri. Oleh karena itu, guru
upaya peningkatan kemampuan penggunaan tata bahasa dalam keterampilan
menulis peserta didik.
Banyak peneliti telah melakukan penelitian tentang penguasaan tata
bahasa dalam menulis, hal tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa
keterampilan menulis di sekolah-sekolah menarik untuk diteliti. Oleh karena
itu, peneliti menganggap perlu pula untuk melakukan penelitian penguasaan
tata bahasa dalam menulis. Dengan berdasarkan pada peneliti terdahulu
ternyata penelitian untuk meningkatkan penguasaan tata bahasa dalam
menulis narasi ekspositoris dengan mengefektifkan metode berpikir
berpasangan berbagi (think pair share) belum banyak dilakukan oleh orang
lain. Untuk itulah, peneliti akan melakukan penelitian tentang Efektivitas
Metode Berpikir Berpasangan Berbagi (think pair share) untuk
Meningkatkan Penguasaan Tata Bahasa dalam Menulis Teks Narasi
Ekspositoris Peserta Didik SMP Negeri 1 Purwokerto.
Berdasarkan kenyataan yang ada maka penelitian kali ini berasumsi
penggunaan metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share) akan
memberi solusi pada proses pembelajaran yang dilakukan guru akan lebih
menarik, bervariasi, dan berlangsung menyenangkan. Dengan pembelajaran
yang dilaksanakan menyenangkan akan menarik siswa dalam pembelajaran
yang aktif dan kreaktif sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal.
2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini hendaknya diperhatikan
tentunya masih memiliki keterbatasan dengan harapannya akan dapat
disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. Oleh karena itu, sebelum dikaji
lebih lanjut penelitian ini, perlu lebih dahulu dikemukakan keterbatasan
yang ada. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Peneliti hanya menggambarkan kemampuan siswa dalam pengembangan
teks narasi ekspositoris yang memperhatikan penggunaan tata bahasa
dengan populasi terbatas pada siswa kelas VII SMP N 1 Purwokerto.
Oleh karena itu, generalisasi kesimpulan penelitian hanya dapat
digunakan terhadap populasi yang memiliki kriteria dan karakteristik
yang sama dengan populasi penelitian ini. Hal ini tentunya terjadi
disebabkan keterbatasan waktu, anggaran, dan keterjangkauan peneliti
dalam melakukan penelitian.
b. Pembuatan instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan siswa
dalam penggunaan tata bahasa dalam pengembangan narasi ekspositoris
merupakan instrumen yang belum dijadikan standar, karena instrumen
tersebut disusun oleh peneliti sendiri, dengan memadukan instrumen
penelitian dari para ahli dan peneliti lainnya. Namun, kekurangan dan
keterbatasan instrumen tidak dijadikan sebagai kesimpulan bahwa
penelitian ini tidak valid. Karena peneliti telah berusaha seobjektif
mungkin dan secara cermat dengan tetap mempertimbangkan indikator
G.Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan
menulis peserta didik kelas VII terutama dalam menulis teks narasi
ekspositoris dengan memperhatikan penggunaan tata bahasa yang baik dan
benar melalui metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share).
Aspek-aspek yang ditingkatkan adalah aspek kemampuan meningkatkan
penguasaan tata bahasa yang mencakup tata kata, tata kalimat efektif, dan
ejaan, serta aspek kemampuan menulis teks narasi ekspositoris. Dengan
adanya ruang lingkup dalam penelitian ini, diharapkan kinerja peneliti lebih
terfokus pada batasan ruang lingkup tersebut.
H. Definisi Istilah
1. Efektivitas
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga
diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai
dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut
adalah benar atau efektif.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 375), efektif berarti
dikatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat
berhasil guna.
2. Metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share)
Metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share) sebuah metode
yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja
bersama dengan cara atau proses diskusi, berpasangan, dilanjutkan dengan
diskusi pleno (Lie 2010: 57). Dengan model pembelajaran ini peserta didik
dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan peserta juga belajar
menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau
tujuan pembelajaran. Metode pengajaran tipe berpikir berpasangan berbagi
(think pair share) ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan
dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode
resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas
secara keseluruhan. Metode berpikir berpasangan berbagi (think pair share)
memberi waktu kepada para peserta didik untuk berfikir dan merespon serta
saling membantu yang lain.
Metode berpikir, pasangan, dan berbagi adalah teknik pembelajaran
kooperatif yang mendorong partisipasi individu dan berlaku di semua
tingkat kelas maupun ukuran kelas. Langkah metode tersebut adalah sebagai
berikut
a. berpikir/think: Peserta didik berpikir secara mandiri tentang
b. berpasangan/pair: Peserta didik dikelompokkan dalam pasangan,
berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.untuk mendiskusikan hasil
pemikiran mereka. Langkah ini memungkinkan siswa untuk
mengartikulasikan ide-ide mereka dan untuk mempertimbangkan hasil
peserta didik lain.
c. berbagi/share: peserta didik melaksanakan pleno kecil, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya kemudian berbagi ide mereka dengan
kelompok yang lebih besar, seperti seluruh kelas.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat dikatakan bahwa metode berpikir
berpasangan berbagi (think pair share) adalah sebuah metode yang
mengajak peserta didik untuk mampu menggunakan kemampuan diri untuk
berpikir, kemudian mampu berbagi dengan peserta didik lain melalui
kelompok.
3. Penguasaan Tata Bahasa
Penguasaan tata bahasa adalah pemahaman atau kesanggupan untuk
menggunakan tata bahasa. Tata bahasa adalah seperangkat aturan atau
kumpulan kaidah tentang stuktur gramatikal yang meliputi fonologi,
morfologi, dan sintaksis (Depdikbud, 2002: 1014) yang mendasari
pemakaian atau penggunaan berbahasa. Dalam berbahasa untuk
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan baik secara lisan maupun
tertulis harus mampu memilih kata-kata yang tepat serta menyusun dalam
Indonesia berpedoman pada bahasa baku atau bahasa standar yang telah
ditetapkan. Sehingga para penutur atau penulis dalam menyampaikan
pernyataan atau pertanyaan yang diungkapkan akan mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengar.
Jadi penguasaan tata bahasa berarti pemahaman atau kesanggupan
seseorang untuk menggunakan seperangkat aturan untuk mengungkapkan
gagasan, pikiran, atau perasaan baik secara lisan maupun tertulis sesuai
dengan aturan berbahasa.
4. Menulis Teks Narasi Ekspositoris
Menulis merupakan suatu tindakan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis maka seorang penulis harus terampil memanfaatkan
grafologi, stuktur bahasa, dan kosa kata. (Tarigan, 1986:4). Diungkapkan
pula bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan
belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) dan tak
satupun belahan otak itu bekerja secara sempurna tanpa adanya rangsangan
atau dorongan dari bagian yang lain (De Porter, Hernacki, 2004: 179).
Teks narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran
utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi
sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau bisa
diungkapkan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa
Teks narasi ekspositoris adalah paragraf yang ditulis berdasarkan
kenyataan atau pengalaman dengan tujuan untuk menggugah pikiran
pembaca untuk mengetahui apa yang akan dikisahkan. Dengan sasaran
utama rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca setelah
membaca kisah tersebut (Keraf, 2007: 137).
Jadi menulis teks narasi ekspositoris adalah sebuah keterampilan menulis
yang menekankan pada bagaimana peserta didik mampu mengungkapkan