• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSTIKA HAYATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MUSTIKA HAYATI BAB II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Fakta Cerita dalam Karya Sastra

Dalam sebuah novel, terdapat berbagai macam konflik yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat melalui fakta cerita yang ada di dalam novel. Sayuti (2000 : 39) menyebutkan fakta cerita meliputi tiga bagian yaitu tokoh, alur, serta latar.

1. Tokoh dan Penokohan

Sebuah karya sastra, terutama berbentuk novel, di dalamnya terdapat pelaku yang biasa disebut sebagai tokoh. Tokoh-tokoh ini berperan sangat penting terhadap terjalinnya berbagai macam peristiwa mulai dari awal penceritaan hingga menuju titik puncak cerita.

Tokoh cerita, menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007: 165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dengan demikian, tokoh merupakan sosok yang ada di dalam cerita yang memiliki ekspresi, ucapan, serta kualitas hidup. Selain itu tokoh juga dapat disimpulkan sebagai pelaku yang hidup pada peristiwa cerita, dan memiliki cara bermain peran yang sesuai dengan kehidupan nyata.

(2)

a. Tokoh utama dan tokoh tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, sebaliknya tokoh tambahan adalah tokoh yang dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung.

b. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang pada umumnya disebut sebagai hero. Tokoh ini merupakan pengejawantahan norma-norma, serta nilai-nilai yang ideal di dalam kehidupan. Dalam novel pada umumnya selain terdapat tokoh protagonis juga terdapat tokoh antagonis. Tokoh antagonis merupakan tokoh yang menyebabkan terjadinya ketegangan, serta konflik pada tokoh protagonis.

c. Penokohan

Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.

Karakter yaitu pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dengan dengan perwatakan yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang, langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya (Nurgiyantoro, 2007 : 165-166).

(3)

masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, melainkan juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadirannya secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan. Teknik pelukisan tokoh tersebut bisa dilukiskan dengan teknik analitik dan teknik dramatik.

Nurgiyantoro (2007 : 195) mengemukakan Teknik analitik yang sering juga disebut sebagai teknik ekspositori, pelukisan cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.

Nurgiyantoro (2007 : 198) mengemukakan penampilan tokoh dalam teknik dramatik mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukan kedirianannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.

2. Alur/Plot

(4)

merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya.

Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2007: 149) membedakan tahapan plot menjadi lima bagian. Kelima bagian plot tersebut adalah tahap penyituasian (situation), tahap pemunculan konflik (generating circumstance), tahap peningkatan konflik (rising action), tahap klimaks (climax), serta tahap penyelesaian (denouement). Tiap tahap

dijelaskan sebagai berikut.

a. Tahap penyituasian (situation)

Tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembuka cerita, pemberian informasi, dan berfungsi sebagai dasar cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. b. Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)

Pada tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

3. Latar

Latar, merupakan salah satu unsur intrinsik yang digunakan oleh sastrawan untuk membangun cerita. Keberadaan latar dalam sebuah karya fiksi dalah wajib karena dengan adanya latar, pembaca akan lebih mudah untuk berimajinasi tentang gambaran yang terjadi dalam cerita.

(5)

a. Latar tempat

Latar menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi, merupakan dalam suatu rangkaian pendukung ceritayang merujuk pada tempat kejadian atau peristiwa dalam karya fiksi yang bersangkutan.

b. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu dalam karya fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika dikrerjakan secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah.

c. Latar sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup hidup jenis latar yang cukup kompleks. Latar sosial bisa dalam bentuk kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, cara bersikap, dan lain-lain.

B. Konsep Nilai Ketuhanan dan Nilai Kepribadian 1. Nilai Ketuhanan

(6)

Manusia dituntut mempunyai akhlak dan akidah yang baik, karena akhlak dan akidah tersebutlah yang mampu mengendalikan tindakan atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian akhlak menurut Ilyas (2009 : 1) ialah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan bahkan dengan alam semesta sekalipun.

Ruang lingkup akhlak menurut Ilyas (2009 : 5) antara lain.

1. Akhlak Pribadi (al- akhlaq al fardiyah). Terdiri dari: (a) yang diperintahkan (al- awamir), (b) yang dilarang (al- nawahi), (c) yang dibolehkan (al- mubahat) dan (d) akhlak dalam keadaan darurat (al- mukhalafah bi al-idhtirar)

2. Akhlak berkeluarga (al- akhlaq al- usariyah). Terdiri dari: (a) kewajiban timbal balik orangtua dan anak (wajibat nahwa al- ushul wa al-furu), (b) kewajiban suami istri (wajibat baina al-azwaj), (c) kewajiban terhadap kerabat karib (wajibat nahwa al- aqrib).

3. Akhlak bermasyarakaat (al- akhlaq alijtima’ iyyah) terdiri dari: (a) yang dilarang (al- mahzurat), (b) yang diperintahkan (al- awamir) dan (c) kaedah-kaedah adab (qawa’ id al- adab)

(7)

Menurut Ilyas (2007 : 6) ruang lingkup akidah, antara lain.

1. Ilahiyat yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Alloh) seperti wujud Alloh, nama-nam dan sifat-sifat Alloh.

2. Nabuwat yaitu tentang segala hal yang berhubungan dengan Nabi dan Rosul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Alloh, mujizat, kiamat dan lain-lain. 3. Ruhaniyat yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik

seperti malaikat, jin, syaitan. Roh dan lain-lain.

4. Sam’iyyat yaitu tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa Al- Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.

Setiap manusia yang memiliki atau memeluk keyakinan Islam harus mempercayai adanya Tuhan atau Alloh dan mempunyai akhlak dan akidah yang baik. Alloh ilah Sang Pencipta alam semesta beserta isi-isinya, Alloh yang selalu memberikan banyak kenikmatan kepda hamba-hamba- Nya. Alloh mewajibkan kepada makhluk ciptaannya agar senantiasa berserah diri kepada-Nya, mengikuti semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Alloh tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bertakwa dan beriman, yang mempunyai akhlak dan akidah yang mulia. Manusia yang ingin mempunyai kehidupan yang selalu berjalan lurus di jalan Alloh, haruslah menanamkan nilai-nilai ketuhanan dalam dirinya masing-masing, karena nilai ketuhananlah yang dapat menentukan akan harga diri seorang manusia di mata Yang kuasa dan di mata sesama manusia lainnya. Nilai-nilai ketuhanan yang dapat diterapkan dalam diri manusia yang beriman antara lain, tidak berbohong, tidak durhaka atau menghina orang yang lebih tua, tidak su’udzon atau berprasangka buruk terhadap orang lain, tidak tidak mencuri, dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat membawa diri manusia ke arah yang lebih baik lagi.

(8)

fenomena fisikal, alamiah, fenomena kehidupan, dan fenomena rohaniah. Nilai yang tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan (unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan antara kehendak manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dengan tindakan, atau antar itiqad dengan perbuatan (Mulyana: 2004: 35)

Dalam hal ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa harus ada keselarasan dan keharmonisan di dalam kehidupan manusia baik secara pribadi dengan dirinya sendiri ataupun dengan manusia lainnya.

Jadi, nilai ketuhanan merupakan gagasan abstrak yang berhubungan dengan Tuhan atau percaya adanya Tuhan agar kita selalu menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya serta mengenai apa yang dianggap baik, benar, dan berharga yang dapat menyempurnakan hidup manusia.

2. Nilai Kepribadian

Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya (Mulyana, 2004 : 9). Jadi nilai itu sendiri bisa juga diartikan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan, nilai itu sendiripun tidak bisa dipaksakan, karena nilai mempunyai peran tersendiri dalam kehidupan setiap individu. Nilai dapat dibedakan pula dari keyakinan. Setiap individu dapat memiliki keyakinan bahwa sesuatu hal yang tengah dihadapinya itu benar dan tepat, atau sebaliknya salah dan tidak tepat. Baik buruk atau benar salahnya sesuatu yang dipertimbangkan secara pribadi, baik untuk diterima atau tidak.

(9)

lain. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.

Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari aspek psikis, seperti: intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita,serta aspek fisik, seperti: bentuk tubuh dan kesehatan jasmani. Kesatuan dari dua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalami perubahan secara terus menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas atau unik. Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap. Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu.

Menurut Ahyadi (1995 : 64) kepribadian adalah sesuatu yang berdiri sendiri, mencukupi buat dirinya sendiri,tetapi juga sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya. Menurut Bastaman (1989, 4) dapat dikatakan kepribadian adalah corak tingkah laku sosial. Corak ketakutan, dorongan dan keinginan. Tingkah laku yang disebut kepribadian bersifat sadar dan tidak sadar. Hal itu dapat dilihat dari sudut diri manusia dan dari sudut lingkungannya.

Menurut Yusuf (2011 : 3-4) Dalam kehidupan sehari-hari , kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan identitas diri, jati diri seseorang. Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli antara lain, Hall & Lindzey mengemukakan bahwa kepribadian dapat diartikan sebagai (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill) dan (2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukan seseorang terhadap orang

(10)

relatif stabil mengenai karakteristik individu yang bersifat internal, yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan dan tingkah laku yang konsisten.

Menurut Yusuf (2011 : 12-14) mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat ditandai dengan.

a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai diri apa adanya baik kelebihan ataupun kelemahannya (postur tubuh, wajah keutuhan dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan).

b. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik atau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna. c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu dapat menilai

prestasinya secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami ‘superiority complex’, apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik (penuh harapan).

d. Menerima tanggung jawab.individuyang sehat adalah individu yang bertanggung jawa. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

e. Kemandirian (autonomy). Individu memiliki sifat mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

f. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stres secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).

g. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namun, dalam mrumuskan tujuan itu ada yang realistik dan ada yang tidak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara rasional (matang), tidak atas paksaan dari luar. Dia berupaya untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan) dan keterampilan.

h. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar. Dia bersifat respek (hormat), empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi, atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikir. i. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi aktif

dalam kegiatan sosial, dan mau memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

j. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

k. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor achievement (pencapaian prestasi),

acceptance (penerimaan dari orang lain) dan affection (perasaan dicintai atau

(11)

Jadi dapat disimpulkan kepribadian yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh diri manusia, bisa pula disebut sebagai potret jiwa dan batin manusia yang terlahir dalam tingkah lakunya, yang membuat dia memiliki martabat atau kehinaan diantara sesama manusia. Nilai-nilai kepribadian yang dapat diterapkan antara lain, tidak mudah putus asa, bersemangat, disiplin, jujr, rajin, penyayang, prihatin, dermawan dan lain-lain

Tidak mudah putus asa yang artinya pantang menyerah, tidak pernah menyerah, mengeluh dan pantang untuk mundur. Anak yang tidak putus asa adalah anak yang selalu memiliki jiwa yang kuat. Biasanya anak tersebut cenderung selalu penasaran, apabila mengalami suatu kegagalan anak tersebut tidal lantas menyerah begitu saja, tapi justru akan berusaha lebih keras lagi samapai apa yang diinginkannya tercapai.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Sarana dan prasarana pendukung proses belajar kimia di SMA Negeri 1 Pekalongan sudah cukup memadai, ruang kelas yang ber AC membuat siswa menjadi nyaman berada

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Relaksasi

Pengetahuan ilmiah ini secara terus menerus dikembangkan dan dikaji manusia secara mendalam, sehingga melahirkan apa yang disebut filsafat ilmu (philosophy of

ahli 3,33 3,56 3 Substansi yang dijelaskan kepada kelompok asal 3,22 3,33 Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 2 terlihat bahwa proses pembelajaran dengan metode

Pada tahap pengklasifikasian data ini, peneliti mengklasifikasikan berita mana saja yang mengandung kohesi aspek gramatikal dan leksikal yang ada dalam wacana

Akuntansi sektor publik menurut Abdul Halim (2011) adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan sektor publik sehingga pihak-pihak yang

Dalam bulan Februari 2002 laju inflasi mencapai 1,50% antara lain disebabkan oleh bencana banjir yang melanda beberapa daerah dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia