• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPS"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM

DI INDONESIA MELALUI MODEL

COOPERATIVE LEARNING

TYPE

MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF

ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

SYARIFATUL UMAMI

NIM. 11510062

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM

DI INDONESIA MELALUI MODEL

COOPERATIVE LEARNING

TYPE

MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF

ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

SYARIFATUL UMAMI

NIM. 11510062

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini

 Tak ada yang tak mungkin kalau kita yakin

 Masa lalu tidak menentukan masa sekarang, tapi masa sekarang menentukan

masa depan

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dan aku takdhimi (Bapak Rokhimin (alm.) dan Ibu Umi Badriyah), karena dengan bimbingan, arahan, dan do’a-do’a beliaulah aku bisa menjadi yang terbaik dan berprestasi. Kakak laki-lakiku yang aku sayangi dan aku banggakan (Fuad Fakhruddin) yang telah membantuku menyelesaikan skripsiku Adikku yang aku sayangi dan aku banggakan (Ida Maskana Latifa) yang telah membantuku pula dalam menyelesaikan skripsiku, aku berdo’a semoga cita-cita kalian tercapai dan menjadi orang yang dapat mengharumkan nama keluarga. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepadaku, memfasilitasiku, dan telah memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sehingga menjadikanku seperti sekarang ini. Aku hanya bisa berucap

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad

saw. yang senantiasa dinanti-nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti. Penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial Materi Sejarah Masa Hindu Budha Dan Islam di Indonesia

Melalui Model Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”

ini, adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik sarjana

pendidikan dalam bidang Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan

dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusu

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga.

2. Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag. selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik

STAIN Salatiga.

3. Suwardi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah

(9)

5. Rasimin, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiranya guna memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan STAIN Salatiga yang telah

memberikan ilmu dan bimbinganya kepada penulis

7. Aris Triharyanto, M.Pd. selaku Kepala Sekolah MI Ma’arif Rowosari yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Kepada Isyami, S.Pdi. selaku wali kelas V MI Ma’arif Rowosari yang turut

membantu dalam penelitian.

9. Kepada seluruh siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari yang telah mendukung

dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

10.Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukunganya hingga penyusun dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

Selanjutnya penyusun hanya dapat berdo’a “jazakumullahu khairal jaza’

jazaan katsiran”. Penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun membuka tangan yang selebar-lebarnya

terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi

ini. Akhirnya, penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

(10)

ABSTRAK

Umami, Syarifatul. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia Melalui Model Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Rasimin, M.Pd

.

Kata kunci: Model Cooperative Learning Type Make A Match dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembelajaran IPS umumnya membutuhkan kemampuan siswa untuk menghafal materi, sehingga guru sebagai pengajar haruslah lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan. Namun faktanya masih ada guru yang mengajar monoton. Hal itu membuat siswa kebosanan dan banyak yang berbicara sendiri akibatnya hasil belajar IPS rendah. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi sejarah masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia pada siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015?

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melaui tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Tiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes post test, lembar pengamatan dan dokumentasi.

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 8

G. Metode Penelitian... 9

1. Rancangan Penelitian ... 9

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Langkah-langkah Penelitian ... 11

4. Instrumen Penelitian... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 13

6. Analisis Data ... 14

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar IPS ... 17

1. Pengertian Hasil Belajar ... 17

2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ... 18

3. Penilaian Keberhasilan Belajar ... 20

4. Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar ... 22

B. IPS ... 24

1. Pengertian IPS ... 24

2. Fungsi dan Tujuan IPS ... 25

3. Ruang Lingkup IPS ... 26

4. Materi Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia ... 26

5. Standar Kompetensi IPS Kelas V SD/MI ... 33

C. Model Cooperative Learning ... 35

1. Pengertian Coopertaive Learning ... 35

2. Coopeative Learning Type Make A Match... 38

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma’arif Rowosari... 41

1. Lokasi Penelitian ... 41

2. Keadaan Guru dan Siswa MI Ma’arif Rowosari ... 41

3. Subyek Penelitian ... 43

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 43

1. Perencanaan... 43

2. Tindakan ... 44

3. Observasi ... 45

4. Refleksi ... 46

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 48

1. Perencanaan... 48

2. Tindakan ... 48

3. Observasi ... 51

(13)

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 53

5. Perencanaan... 53

6. Tindakan ... 53

7. Observasi ... 56

8. Refleksi ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 57

B. Analisis Data Per Siklus ... 59

1. Deskripsi Siklus I ... 59

2. Deskripsi Siklus II ... 60

3. Deskripsi Siklus III ... 60

C. Pembahasan ... 62

1. Analisis Siklus I ... 62

2. Analisis Siklus II ... 66

3. Analisis Siklus III ... 71

4. Data Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

1 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V 38

2 Tabel 3.1 Data Nama Guru MI Ma’arif Rowosari Tahun Pelajaran

2014/2015

39

3 Tabel.3.2 Data Seluruh Siswa MI Ma’arif Rowosari Tahun

Pelajaran 2014/2015

40

4 Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V di MI Ma’arif Rowosari 51

5 Tabel 4.1 Daftar Nilai Pra Siklus IPS Kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015

52

6 Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I 53

7 Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II 54

8 Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III 55

9 Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I 55

10 Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I 56

11 Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I 58

12 Tabel 4.8 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II 59

13 Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus II 61

14 Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I 63

15 Tabel 4.11 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III 64

16 Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus III 65

17 Tabel 4.13 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus III 67

18 Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

Lampiran 4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I

Lampiran 6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru Siklus III

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III

Lampiran 10 Soal Post Tes Siklus I

Lampiran 11 Soal Post Tes Siklus II

Lampiran 12 Soal Post Tes Siklus III

Lampiran 13

Lampiran 14

Dokumentasi Penelitian

Contoh Kartu Make A Match

Lampiran 15 Surat Permohonsn Ijin Penelitian

Lampiran 16 Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 17 Daftar Nilai SKK

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

mengalami kemajuan. Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas

sumberdaya manusia didalamnya. Perkembangan kualitas sumber daya

manusia tidak dapat lepas dari perkembangan dan kualitas sebuah pendidikan.

Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan adalah tuntutan

di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya, pendidikan yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Haryanto, 2012). Seperti

halnya pendapat Hamalik (1977:13) bahwa dengan adanya pendidikan

diharapkan agar kelak anak menjadi manusia atau warga masyarakat yang

terampil bekerja, mampu menyesuaikan diri dengan sekitarnya dan mengatasi

masalah-masalah dalam kehidupannya pada masa sekarang dan yang akan

datang.

Oleh karena itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif,

inovatif, dan produktif seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.20

tahun 2003 diperlukan perbaikan sistem pendidikan yang berkualitas. Sistem

pendidikan di Indonesia masih sedikit tertinggal dibanding negara-negara

(18)

dan perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses

belajar mengajar dikelas.

Belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar

menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun

tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang

lebih baik (Rusyan dkk, 1989: 1). Proses belajar mengajar yang baik harus

melibatkan keaktifan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran,

pendengaran, penglihatan, dan ketrampilan yang dimiliki. Rusyan dkk (1989:

8) juga menyebutkan bahwa tujuan setelah dilakukan proses belajar mengajar

adalah berupa keberhasilan dalam pembelajaran yang ditandai dengan adanya

perubahan kemampuan atau kecakapan yang sebelumnya tidak dimiliki,

kemudian muncul. Selain itu, adanya perubahan tingkah laku siswa menuju

ke arah yang lebih baik.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan antara ilmu sosial

dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup antropologi, ekonomi,

geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan

psikologi. Dimana tujuannya adalah membantu mengembangkan kemampuan

dan wawasan siswa yang menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek

ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora) (Susanto, 2013: 139). Melalui

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat

menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab

(19)

Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus bisa menciptakan

suasana kelas yang menyenangkan, lebih kreatif dalam mengajar, dan bisa

memanfaatkan media pembelajaran sehingga menjadikan siswa aktif dan

bersemangat mengikuti pembelajaran.

Namun, sampai saat ini sering guru sebagai pelaksana dalam proses

belajar mengajar IPS memberikan penyajian yang bersifat monoton yaitu

dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan menghafal yang

justru membuat siswa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar IPS. Hal

tersebut juga terjadi pada guru MI Ma’arif Rowosari. Selama proses

pembelajaran di kelas, model pembelajaran yang digunakan guru MI Ma’arif

masih didominasi metode ceramah dan penugasan. Guru sebagai

penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar yang selesai

mendengar kemudian mengerjakan latihan. Yang demikian itu membuat

siswa kebosanan, apalagi materi IPS sebagian besar uraian panjang dan

banyak hafalan.

Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti selama pra penelitian,

hampir 65% siswa berbicara dengan teman sebangkunya. Mereka

menganggap pembelajaran tidak penting, sehingga walaupun ikut

pembelajaran mereka tidak memperhatikan dan sering membuat gaduh di

kelas. Apalagi saat siswa diminta maju untuk mengerjakan tugas di papan

tulis masih kesulitan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Hal itu berdampak

(20)

Berdasarkan hasil survei pada bulan Agustus di kelas V MI Ma’arif

Rowosari, menunjukkan bahwa dari 18 siswa hanya 5 siswa atau 27,8% yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum pada nilai ulangan harian.

Berdasarkan permasalahan yang muncul, ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan guru untuk membangkitkan belajar siswa, salah satunya

menggunakan cara, metode, dan media yang bervariasi. Pembelajaran IPS

umumnya membutuhkan kemampuan siswa untuk menghafal materi,

sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang membuat siswa menghafal

tanpa ada rasa bosan. Salah satunya adalah model cooperative learning

(pemebelajaran kooperatif).

Menurut Rusman (2011:202) pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen, disini penulis akan menerapkan model cooperative learning type

make a match (membuat pasangan) untuk mata pelajaran IPS kelas V. Model

cooperative learning type maka a match (membuat pasangan) ini diharapkan

mampu membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu

meningkatkan hasil pembelajaran IPS.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan

penelitian tentang: “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

(21)

Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif

Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah

penerapan model cooperative learning type make a match dapat

meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi Sejarah Masa

Hindu Budha dan Islam di Indonesia pada Siswa Kelas V MI Ma’arif

Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia

melalui model cooperative learning type make a match pada siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran

2014/2015.

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah, “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”

(Arikunto, 2010:71). Adapun menurut Hadi (2000:63), “hipotesis

(22)

salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan”.

Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa

hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara mengenai jawaban

atas rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan di lapangan atau

masih perlu diuji melalui penelitian. Dalam penelitian ini, dapat

dirumuskan hipotesis “melalui model cooperative learning type make a

match dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Sejarah Masa Hindu,

Budha, dan Islam di Indonesia pada siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015”.

2. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan yang dapat dicapai dalam materi

sejarah hindu budha dan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Siswa mampu menceritakan sejarah pada masa Hindu, Budha, dan

Islam di Indonesia

b. Siswa mampu menyebutkan sejarah pada masa Hindu, Budha, dan

Islam di Indonesia

c. Siswa mampu mengelompokkan sejarah pada masa Hindu, Budha

dan Islam di Indonesia

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,

(23)

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau acuan

yang dapat dijadikan pedoman guru dalam meningkatkan hasil

belajar IPS dengan model cooperative learning type make a match.

b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagi

pelaksanaan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan bagi pembinaan dan pengembangan dunia

pendidikan serta bermanfaat bagi:

a. Bagi Siswa

Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa

b. Bagi Guru

1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan penggunaan

model pembelajaran.

2) Memberikan arahan dalam proses pembelajaran dan memberi

solusi untuk mengajarkan mata pelajaran IPS yang

menyenangkan dengan model cooperative learning type make a

match.

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah

(24)

2) Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di MI Ma’arif Rowosari

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda

dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian

ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok yang menjadi variabel penelitian.

Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai

berikut :

1. Peningkatan

Menurut Poerwadarminta (2006: 1281) peningkatan adalah proses,

cara, perbuatan, meningkatkan usaha. Maksudnya adalah usaha sesorang

untuk memperoleh nilai yang lebih dari sebelumnya, dengan berbagai cara

sesuai dengan peraturan yang ada.

2. Hasil Belajar IPS

Menurut Susanto (2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang

menyangkut aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor

(keterampilan) sebagai hasil dari kegiatan belajar. Perubahan tersebut

dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang

(25)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang

mempelajari kehidupan sosial, dimana dalam kajiannya mengintegrasikan

bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Rasimin, 2012: 11).

3. Cooperative Learning TypeMake A Match

Cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif (Rusman, 2011: 202). Make a match merupakan salah satu type

cooperative learning. Jadi, model cooperative learning typemake a match

adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa berpartisipasi aktif

dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), PTK yaitu Classroom Action Research (CAR), yang berarti action

research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. Penelitian

tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan

atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih

profesional (Suyanto, 1997: 4).

Pendapat lain mengemukakan PTK adalah penelitian tindakan

(action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

(26)

Pemilihan model penelitian ini, karena secara langsung peneliti ikut

terlibat langsung dalam penelitian. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bisa

dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti dimana peneliti

mengamati kegiatan guru saat mengajar dan siswa saat menerima

pelajaran. PTK juga bisa dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai

guru dan bekerja sama dengan guru yang bersangkutan dimana guru yang

bersangkutan tersebut mengamati kegiatan peneliti saat mengajar dan

siswa menerima pelajaran (Suhardjono, 2008: 57).

2. Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MI Ma’arif Rowosari Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang dan dilaksanakan pada siswa kelas V yang

berjumlah 18 siswa. Dasar pertimbangan pemilihan subjek adalah perlunya

penerapan tindakan dalam penelitian ini terhadap pembelajaran IPS di MI

tersebut mengingat masih rendahnya hasil belajar IPS terutama pada siswa

kelas V.

Untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat

memecahkan masalah tersebut sehingga hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari dapat meningkat. Penelitian ini dilakukan tiga kali

tahapan yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Siklus I sudah menerapkan

model cooperative learning type make a match setelah itu dilakukan

(27)

3. Langkah-langkah Penelitian

Tahapan-tahapan dalam melaksanakan PTK adalah perencanaan

(planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

(reflektion).

a. Perencanaan (Planning)

Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum

seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan model

cooperative learning type make a match (Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)).

2) Menyusun soal evaluasi/post test.

3) Menyusun lembar pengamatan untuk guru dan siswa.

b. Tindakan (Action)

Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada

tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa

pada tahap ini tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus

terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam

proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat

disinkronkan dengan maksud semula.

c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

(28)

balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan inisiatif siswa selama

kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi

(penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi

atas pelaksanaan tindakan (Kunandar, 2011: 75).

Pada tahap refleksi meliputi: 1) Mencatat hasil observasi dan

pelaksanaan pembelajaran, 2) Evaluasi hasil observasi, 3) Analisis hasil

pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I pada siklus II.

Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah

dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki

kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya.

Untuk lebih jelasnya berikut adalah skema siklus penelitian PTK.

Skema Siklus Penelitian

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian

SIKLUS I Refleksi Perencanaan

Pengamatan Refleksi

?

Tindakan Perencanaan Pengamatan

Tindakan

(29)

4. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah:

a. Pedoman atau lembar pengamatan (observasi) yang digunakan untuk

mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam proses

pembelajaran.

b. Soal tes/evaluasi teks/soal, digunakan untuk mendapatkan data

kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target

kompetensi.

c. Pedoman dokumentasi digunakan untuk mendapatkan keterangan atau

data mengenai gambaran umum kegiatan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti

dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2011: 84).

Lebih jelasnya metode pengumpulan data akan diuraikan sebagai berikut:

a. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi (Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pengamatan secara

sistematis (Arikunto, 1990: 27). Metode ini penulis gunakan untuk

mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan

(30)

𝑀 = 𝑁𝑋

b. Tes

Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa

yang berupa nilai hasil post test. Post test adalah tes yang diberikan

setelah pembelajaran berakhir.

c. Metode Dokumentasi

Metode ini dalam arti sempit adalah sebagai kumpulan data verbal

yang berben tuk

tulisan, dalam arti luas adalah dokumen, sertifikat, foto, tape dan

lainnya (Arikunto, 2002: 64). Dokumentasi ini penulis gunakan untuk

mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana

dan prasarana, dan keadaan siswa.

6. Analisis data

Semua data yang telah kita peroleh dan kita kumpulkan pada

dasarnya untuk menguji atau membuktikan kebenaran hipotesis. Benar

tidaknya dugaan itu akan dibuktikan melalui data yang kita peroleh dari

lapangan. Oleh sebab itu, pada tahap ini data sebagaimana adanya harus

dianalisa, diolah, dan disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan

untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan.

Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan

analisis dengan:

(31)

𝑃= 𝑁𝑓 × 100%

Keterangan: M = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: 302)

b. Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai

berikut:

Keterangan: P = Presentase

F = Frekuensi yang dicari presentasinya

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: 264-265).

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka peneliti

susun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,

manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian pustaka, terdiri dari hasil belajar ips, hakikat

pembelajaran ips, model cooperative learning, model cooperative learning

(32)

Bab III Pelaksanaan penelitian, terdiri dari gambaran umum MI Ma’arif

Rowosari, deskripsi pelaksanan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan

deskripsi pelaksanaan siklus III.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari deskripsi kondisi

awal (pra-siklus), analisis data per siklus, dan pembahasan

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar IPS

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh suatu kepandaian

(Poerwadarminta, 2006: 121). Menurut Yamin (2005: 97) belajar

merupakan proses orang memperoleh kecakapan, ketrampilan dan sikap.

Belajar dapat diartikan dengan menuntut ilmu. Belajar dimulai dari masih

kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasulullah SAW., bersabda dalam

salah satu haditsnya yaitu sebagai berikut:

)لْسم هاور( ِدْحَّلا َلىِا ِدْهَمْلا َنِم َْلِْعْلا ُبُلْطُأ

Artinya: “Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR. Muslim)

Dari hadits diatas, Rasulullah SAW. menyatakan bahwa manusia

harus belajar sejak dari ayunan hingga ke liang lahat.

Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar

merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3)

mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan

Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil

(34)

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar.

Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognifif, aspek

afektif, dan aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan kognitif

yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan,

partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan

pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik meliputi:

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003: 160).

2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar

Hasil belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum

kita yang diukur oleh IQ (Intelligence Quotient). IQ yang tinggi dapat

meramalkan kesuksesan hasil belajar. Namun demikian pada beberapa

kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang

dalam belajar dan hidup bermasyarakat. IQ bukanlah satu-satunya

faktor penentu kesuksesan hasil belajar seseorang.

Menurut Suryabrata, 2004 (dalam Sriyanti, 2009: 23), secara umum

terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor

(35)

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar. Faktor internal tediri dari faktor fisiologis dan

faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam

diri individu. Faktor ini antara lain tingkat kesehatan dan

kebugaran fisik individu.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri

individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat

kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,

kematangan, dan lain sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri

individu yang sedang belajar. Faktor-faktor eksternal terdiri dari

faktor nonsosial dan faktor sosial.

1) Faktor nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik

(36)

2) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

berupa manusia. Faktor ini antara lain yang berasal dari keluarga,

lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar.

Pengaruhnya bisa bersifat positif (mendukung), namun bisa juga negatif

(menghambat).

3. Penilaian Keberhasilan Belajar

Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar.

Menurut Yamin (2005: 146) penilaian keberhasilan belajar siswa dapat

dilakukan dengan:

a. Pertanyaan Lisan di Kelas

Dalam teknik ini guru memberikan pertanyaan yang

dilemparkan kepada siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk berfikir

kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Jika seorang siswa salah,

maka pertanyaan dilemparkan ke siswa lain, dan berhenti pada siswa

yang menjawab benar.

Materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep, prinsip atau

teori. Dengan pertanyaan lisan siswa dapat diberi kesempatan

mengeluarkan gagasannya.

b. Kuis

Kuis adalah pertanyaan yang diajukan kepada siswa dalam

(37)

penilaian melalui kuis dapat berupa pilihan atau jawaban singkat.

Waktu pelaksanaan kuis pada umumnya dilakukan diawal

pembelajaran. Kuis digunakan untuk mendapatkan gambaran materi

sebelumnya, yaitu apakah siswa sudah menguasai materi sebelumnya

atau belum. Jika sebagian siswa ada yang belum menguasai, guru bisa

menjelaskan kembali secara singkat.

c. Ulangan Harian

Ulangan harian merupakan ulangan periodik yang dapat

dilakukan oleh guru setiap 1 atau 2 materi pokok selesai diajarkan.

Dalam ulangan harian guru bisa membuat soal dalam bentuk objektif

maupun non-objektif. Ulangan dalam bentuk objektif dapat berupa

pilihan ganda, benar-salah, atau menjodohkan. Sedangkan ulangan

dalam bentuk non-objektif dapat berupa jawaban singkat dan uraian.

d. Ulangan Semester

Ulangan semester merupakan ujian yang dilakukan pada akhir

semester. Cakupan materi dalam ulangan ini lebih luas dari ulangan

harian. Adapun bentuk soal dalam ujian semester ini bisa berupa

pilihan ganda atau uraian.

e. Tugas Individu

Tugas individu adalah tugas yang diberikan pada setiap siswa

untuk mengetahui tingkat pemahaman materi pelajaran. Tugas individu

ini dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas untuk kerja

(38)

berupa tugas membuat sesuatu atau tugas observasi lapangan.

Sementara untuk tugas individu dalam bentuk soal tertulis, dapat

berupa soal uraian objektif maupun non-objektif.

f. Tugas Kelompok

Tugas kelompok adalah tugas yang diberikan untuk menilai

kemampuan kerja kelompok. Pola dasar tugas ini hampir mirip dengan

tugas individu, bedanya dalam tugas ini pekerjaan dilakukan bersama

dengan siswa lainnya dalam kelompok-kelompok tertentu, yaitu guru

bisa membuat kelompok dan memberi tugas kepada mereka untuk

dikerjakan bersama-sama.

4. Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar

Arifin (2009: 123) dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran

menyebutkan ada dua jenis instrumen yang dapat digunakan untuk menilai

hasil belajar siswa, yaitu instrumen tes objektif dan non-objektif.

a. Instrumen Penilaian secara Objektif

1) Pilihan Ganda

Soal tes bentuk pilihan ganda dapat dipakai untuk

mengukur hasil belajar yang lebih kompleks berkenaan dengan

aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan

penilaian. Pilihan ganda merupakan jenis instrumen yang paling

sering digunakan dalam evaluasi pendidikan. Bentuk soal terdiri

dari item (pokok soal) dan opsi (pilihan jawaban). Soal terdiri dari

(39)

pertanyaan itu disebut pilihan. Dalam pilihan terdapat jawaban

yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh (diktator).

2) Benar-Salah

Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang

mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah.

Contoh soal benar-salah seperti Gedung Monumen Nasional

berada di Jakarta.

3) Menjodohkan

Bentuk instrumen ini cocok untuk mengetahui fakta dan

konsep. Cakupan materinya bisa banyak namun tingkat berfikir

yang terlibat cenderung rendah karena sudah terdapat pilihan

jawaban tanpa mengecoh seperti yang ada pada pilihan ganda.

Guru membuat konsep atau pernyataan dengan jumlah soal dan

pilihan jawaban sama banyak.

b. Instrumen Penilaian secara Non-Objektif

1) Jawaban Singkat atau Isian Singkat

Soal tes jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam

bentuk pertanyaan, namun ada juga yang berbentuk melengkapi

atau isian. Tes bentuk jawaban singkat dibuat dengan

menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk

(40)

2) Uraian Objektif

Dalam uraian objektif pertanyaan yang biasa digunakan

adalah urutkan, simpulkan, tafsirkan dan sebagainya. Langkah

untuk membuat tes uraian objektif ini adalah guru membuat soal

berdasarkan indikator pada kisi-kisi. Adapun contoh soal uraian

objektif adalah sebutkan lima sila dalam pancasila secara urut!

3) Uraian Bebas

Instrumen uraian bebas menuntut siswa untuk mengingat

dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan)

gagasan-gagasan pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam

bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya sangat

memungkinkan adanya unsur subjektifitas.

B. IPS Materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia

1. Pengertian IPS

IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa,

fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi

untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa

tentang masyarakat, bangsa, dan negara indonesia (Departemen Agama,

2004:77). Sedangkan menurut Ahmadi (1997:34) IPS adalah bidang studi

yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial untuk

tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah

(41)

Menurut Rasimin (2012:11) IPS merupakan mata pelajaran yang

mempelajari kehidupan sosial, dimana dalam kajiannya mengintegrasikan

bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan pengertian

IPS adalah suatu disiplin ilmu sosial atau bidang kajian sosial

kemasyarakatan yang mempelajari manusia pada konteks sosialnya atau

manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang kajian IPS adalah

mempelajari kehidupan manusia dan interaksinya dalam masyarakat.

2. Fungsi dan Tujuan IPS

Mata pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk

mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan siswa tentang

masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Secar umum tujuan IPS adalah sebagai berikut (Departemen

Agama, 2004:78) :

a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,

sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagodis dan

psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampailan dalam

kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan

(42)

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

3. Ruang Lingkup IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek sebagai

berikut :

a. Sistem sosial dan budaya

b. Manusia, tempat dan lingkungan

c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan

e. Sistem berbangsa dan bernegara

4. Materi Sejarah Masa Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia

Materi ini difokuskan pada bab tentang Tokoh-tokoh Sejarah pada

Masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia. Berikut uraian materinya:

a. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu

1) Raja Aswawarman

Aswawarman adalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan

Kudungga sebagai raja. Sebelum masa pemerintahan

Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan animisme. Ketika

Asmawarman naik tahta, ajaran Hindu masuk ke Kutai. Kemudian

kerajaan ini menganut agama Hindu. Aswawarman dipandang

sebagai pembentuk dinasti raja yang beragama Hindu. Agama

Hindu masuk ke dalam sendi kehidupan Kerajaan Kutai.

(43)

digunakan di India. Pengaruh Hindu juga tampak pada tatanan

masyarakat, upacara keagamaan, dan pola pemerintahan Kerajaan

Kutai.

2) Raja Mulawarman

Raja Mulawarman adalah raja dari kerajaan Hindu pertama di

Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai. Selama masa pemerintahannya,

rakyat hidup makmur dan sejahtera. Kutai berkembang pesat pada

masa pemerintahannya. Raja Mulawarman pernah memberi

bantuan berupa ribuan ekor lembu pada brahmana, atas

bantuannya tersebut para brahmana mendirikan tugu peringatan.

Raja Mulawarman adalah pemeluk agama Hindu yang taat dan ia

menyembah Dewa Siwa.

3) Raja Purnawarman

Raja Purnawarman merupakan raja yang terkenal dari

Kerajaan Tarumanegara. Beliau juga dikenal sebagai raja yang

bijaksana. Purnawarman memeluk agama Hindu dan menyembah

DewaWisnu.

4) Jayabaya

Raja Jayabaya adalah tokoh dari Kerajaan Kediri. Ia

menggantikan Raja Bameswara. Jayabaya memiliki kemampuan

meramal yang dikenal dengan nama Jangka Jayabaya. Bahkan ia

(44)

5) Gajah Mada

Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih)

Kerajaan Majapahit. Namanya mulai dikenal setelah beliau

berhasil memadamkan pemberontakan Kuti. Gajah Mada muncul

sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan

Jayanegara (1309-1328). Kariernya dimulai dengan menjadi

anggota pasukan pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-mula,

beliau menjadi Bekel Bahanyangkari (setingkat komandan

pasukan). Kariernya terus menanjak pada masa Kerajaan

Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti

pemberontakan Ragga Lawe (1309), Lembu Sura (1311), Nambi

(1316), dan Kuti (1319).

Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat. Beliau digantikan

oleh Tribhuanatunggadewi. Sadeng melakukan pemberontakan.

Pemberontakan Sadeng dapat ditumpas oleh pasukan Gajah Mada.

Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Maha Patih Majapahit

pada tahun 1334. Pada upacara pengangkatannya, beliau

bersumpah untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah

kekuasaan Majapahit. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa.

Gajah Mada tetap menjadi Patih mangkubumi ketika Hayam

Wuruk naik tahta. Beliau mendampingi Hayam Wuruk

menjalankan pemerintahan. Pada masa inilah Majapahit

(45)

seluruh Jawa, sebagian besar Pulau Sumatera, Semenanjung

Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga Papua.

6) Raja Hayam Wuruk

Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit yang paling

terkenal. Beliau bergelar Rajasanegara. Pada masa

pemerintahannya dengan didampingi oleh Patih Gajah Mada,

Majapahit mencapai kejayaannya dan menguasai seluruh wilayah

Nusantara, ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung

Malaya.

b. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Budha

1) Balaputradewa

Raja Balaputradewa merupakan raja yang terkenal dari

Kerajaan Sriwijaya. Beliau adalah putra dari Raja Samaratungga

dari Jawa. Beliau berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya mencapai

kejayaannya dan dikenal sebagai kerajaan maritim dan

pusat perdagangan di Asia Tenggara. Beliau juga memperhatikan

perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam agama Budha

sehingga Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan

dan penyebaran agama buddha.

2) Sakyakirti

Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Budha yang

ada di Kerajaan Sriwijaya. Sakyakirti menjadi pendidik Budha

(46)

3) Kertanegara

Kertanegara adalah raja terakhir dari kerajaan Singasari.

Beliau adalah cicit Ken Arok. Kertanegara adalah raja yang sangat

terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam

bidang politik, Kertanegara dikenal sebagai raja yang menguasai

ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayah

kerajaannya. Kertanegara menganut agama Budha Tantrayana.

Tahun 1275 M Kertanegara mengirim pasukan untuk

menaklukkkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal

dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara memerintah,

Kerajaan Singosari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura

(Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dsn Gurun

(bagian Indonesia Timur).

Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh

Jayakatwang. Setelah Kertanegara gugur, seluruh Kerajaan

Singosari dikuasai oleh Jayakatwang.

c. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Islam

1) Sultan Malik Al-Saleh

Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama

Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergear

Merah Selu. Beliau adalah putra Merah Gajah. Diceritakan Merah

(47)

berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudera

Pasai.

Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh

Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu

diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh.

Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.

2) Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh pada tahun

1607-1636. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mencapai

puncak kejayaannya dan memiliki wilayah kekuasaan hingga ke

Semenanjung Malaya. Tata pemerintahan masyarakat Aceh yang

dikembangkan oleh Sultan Iskandar Muda masih berlaku hingga

sekarang. Beliau wafat pada tahun 1636 .

3) Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa dilahirkan di Banten pada tahun

1631. Pada waktu kecil, ia bernamaAbdul Fath Abdulfatah. Rakyat

Banten diperintahkan untuk menyerang Belanda secara gerilya.

Padatahun 1655, dua buah kapal dagang Belanda berhasil dirusak

oleh rakyat Banten. Akibatnya, hubungan antara Banten dan

Belanda menjadi tegang. Belanda mulai menjalankan politik adu

domba. Pada tahun1680 M, pecahlah perang antara Sultan Ageng

Tirtayasa dengan Belanda yang dibantu Sultan Haji. Pada tahun

(48)

Pada tahun 1692 M, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia

dalam penjara. Jasadnya dimakamkan di dekat Masjid Agung

Banten.

4) Raden Fatah

Raden Fatah merupakan raja pertama sekaligus pendiri

Kesultanan Demak. Dalam kepemimpinannya, Demak berkembang

pesat karena ia mendapat dukungan dari para ulama yang bergelar

Walisongo. Para wali ini juga bertugas membantu dan menjadi

penasihat sultan.

5) Sultan Hasanudin

Sultan Hasanudin adalah raja Kerajaan Gowa-Tallo

(Makasar). Beliau dilahirkan di Makasar pada tahun 1631dengan

nama Muhammad Bakir. Pada masa pemerintahannya, ia berusaha

merangkul raja-raja kecil di Indonesia Timur untuk menentang

Belanda. Pada tahun 1660, terjadi perang antara Gowa dengan

Belanda. Karena penghianatan Raja Aru Palaka dari Bone, Sultan

Hasanudin kalah dari Belanda, ia dijuluki Ayam Jantan dari Timur.

6) Sultan Zainal Abidin

Sultan Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate

(1486-1500). Beliau pernah pergi ke Giri, untuk belajar agama Islam.

Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha memasukkan ajaran

Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha memperluas

(49)

mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Sultan

Zainal Abidin juga berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi

kekuasaannya.

7) Walisongo

Berkembangnya Islam di Pulau Jawa tidak lepas dari peran

walisongo. Walisongo yang membantu penyebaran agama Islam di

Pulau Jawa antara lain:

(1) Sunan Gresik (Raden Maulana Malik Ibrahim)

(2) Sunan Gunung Jati (Fatahillah atau Raden Syarif Hidayatullah)

(3) Sunan Kudus (Raden Ja’far Sadiq)

(4) Sunan Drajat (Raden Kosim Syarifudin)

(5) Sunan Giri (Raden Paku)

(6) Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)

(7) Sunan Ampel (Raden Rahmat)

(8) Sunan Muria (Raden Umar Syaid)

(9) Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

5. Standar Kompetensi IPS Kelas V SD/MI

Dalam silabus kelas V Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI

Departemen Pendidikan Nasional terdapat standar kompetensi untuk mata

pelajaran IPS. Standar kompetensi yaitu kompetensi yang harus dikuasai

oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Standar kompetensi IPS

(50)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015

Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I

(Satu)

1. Menghargai berbagai

peninggalan dan tokoh

sejarah yang berskala

nasional pada masa

Hindu, Budha, dan

Islam, keragaman,

kenampakan alam, dan

suku bangsa serta

kegiatan ekonomi di

Indonesia.

1.1 Mengenal makna peninggalan

sejarah yang berskala nasional

dari masa Hindu, Budha dan

Islam di Indonesia.

1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah

pada masa Hindu-Budha dan

Islam di Indonesia.

1.3 Mengenal keragaman

kenampakan alam dan buatan

serta pembagian wilayah waktu di

Indonesia dengan menggunakan

peta/atlas/globe dan media

lainnya.

1.4 Menghargai keragaman suku

bangsa dan budaya di Indonesia

1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan

kegiatan ekonomi di Indonesia.

II

(Dua)

2. Menghargai peranan

tokoh pejuang dan

masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para

tokoh pejuang pada masa

penjajahan Belanda dan Jepang.

2.2 Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam

mempersiapkan kemerdekaan

(51)

2.3 Menghargai jasa dan peranan

tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan.

2.4 Menghargai perjuangan para

tokoh dalam mempertahankan

kemerdekaan.

C. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman,

2011: 202). Lebih lanjut Etin Solihatin menjelaskan keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu

sendiri.

Menurut Sanjaya (2006: 239) model cooperative learning adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Pendapat lain datang dari Nurulhayati, 2002 (dalam Rusman,

2011: 203) cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang

melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling

(52)

Cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan

hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota

kelompok. (Slavin, 1983; Stahl, 1994).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model cooperative

learning adalah model pembelajaran dengan cara berkelompok dimana

siswa aktif bekerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan atau

mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Model cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena

untuk mendorong siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga

memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi,

serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dalam

cooperative learning ini peran guru sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan proses cooperative learning. Menurut Siswoyo (2013), peran

guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sebagai

berikut.

a. Fasilitator

Guru harus memiliki sikap sebagai berikut: 1) mampu

menciptakan suasana kelompok yang nyaman dan menyenangkan, 2)

mendorong siswa mengungkapkan gagasannya, 3) menyediakan

(53)

membina siswa, 5) menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan

mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.

b. Mediator

Guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani materi

pelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan

permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan serta menyediakan

sarana pembelajaran agar suasana belajar tidak monoton dan

membosankan.

c. Direktor-motivator

Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya

diskusi dan membantu kelancaran diskusi. Guru berperan sebagai

pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.

d. Evaluator

Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang

sedang berlangsung tidak hanya pada hasil, namun lebih ditekankan

pada proses pembelajaran.

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur

dasar dalam model cooperative learning, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip saling ketergantungan positif

Dalam sistem pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam

penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh

kelompok tersebut.

(54)

Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing

anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam

kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka

Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk

saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi

Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok

Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok,

agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2. Cooperative Learning Type Make A Match

a. Pengertian Cooperative Learning Type Make A Match

Menurut Rusman (2011: 202) cooperative learning merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri

dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

(55)

Make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif. Jadi, model cooperative learning type make

a match (membuat pasangan) adalah model pembelajaran kooperatif

dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa yang

sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat

poin (Rusman, 2011: 223). Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk

wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban dan dibacakan di depan

kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).

b. Langkah-langkah Cooperative Learning TypeMake A Match

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu

berisi soal dan bagian lainnya berisi jawaban.

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban

atau soal dari kartu yang dipegang.

3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya.

4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas

waktu diberi poin.

5) Setetelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

(56)

c. Kelebihan dan Kekurangan Coperative Learning Type Make A

Match

1) Kelebihan Coperative Learning Type Make A Match

Kelebihan dari model cooperative learning type make a

match adalah :

a) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan;

b) Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih

menarik perhatian;

c) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf

ketuntasan belajar secara klasikal;

d) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

2) Kekurangan Coperative Learning Type Make A Match

Sedangkan kekurangan model cooperative learning type

make a match adalah

a) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan;

b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa

bermain-main dalam pembelajaran;

c) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai;

d) Pada kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang

bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar

dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini

akan mengganggu ketenangan belajar di kelas kiri kanannya.

(57)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum MI Ma’arif Rowosari

1. Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian : MI Ma’arif Rowosari

Alamat Lengkap : Ds. Rowosari Kec. Tuntang Kab.

Semarang. 50773.

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Materi Pokok : Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di

Indonesia

Kelas/Semester : V (Lima)/I (Ganjil)

2. Keadaan Guru dan Siswa MI Ma’arif Rowosari

a. Keadaan Guru MI Ma’arif Rowosari

Jumlah guru atau staf pengajar pada MI Ma’arif Rowosari

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015

berjumlah 10 orang yang terdiri dari S1 dan S2.

Adapun nama-nama pengajar atau guru pada MI Ma’arif

Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015

(58)

Tabel 3.1

Data Nama Guru MI Ma’arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/2015

No Nama Jenjang Jabatan Pendidikan

1 Aris Trihariyanto, S.Ag, M.Pd.I S2 Kepala Sekolah

2 Budi Ambar Siswati, S.Ag S1 Guru Kelas VI

3 Isyami, S.Pd.I S1 Guru Kelas V

4 Muchammad Immamudin, S.Pd.I S1 Guru Kelas III

5 Ranindya Candra Kartika, S.Pd.I S1 Guru Kelas IV

6 Fuad Fakhruddin, S.Pd.I S1 Agama

7 Afidatul Hasanah, S.Pd S1 Guru Kelas I

8 Diah Ari Istanti, S.Pd.I S1 Guru Kelas II

9 Ulul Azmi, S.Pd.I S1 Penjasorkes

10 Ana Supriyanti, S.Pd.I S1 Agama

b. Keadaan Siswa MI Ma’arif Rowosari

Secara keseluruhan jumlah siswa MI Ma’arif Rowosari pada

tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 111 siswa. Di bawah ini adalah data siswa MI Ma’arif Rowosari tahun pelajaran 2014/2015:

Tabel 3.2

Data Siswa MI Ma’arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/2015

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 15 6 21

2 II 13 6 19

3 III 7 7 14

4 IV 11 5 16

5 V 10 8 18

6 VI 13 10 23

(59)

3. Subyek Penelitian

Siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari berjumlah 18 orang, terdiri

dari 10 laki-laki dan 8 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 3.3

Tabel 3.3

Data Siswa Kelas V di MI Ma’arif Rowosari

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

1. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Menyusun alat observasi berupa lembar pengamatan guru dan siswa

dan alat evaluasi berupa lembar soal

c. Merancang dan membuat kartu sesuai dengan jumlah siswa. Sebagian

kartu berisi pertanyaan sebagian berisi jawaban. No Nama Siswa Jenis

Kelamin No Nama Siswa

Jenis Kelamin

1 M. Ridho Abadi L 10 Riska Nur Widayati P

2 Atika Masruhatin P 11 Salfa Febrian M. L

3 Aqual Sidiqin L 12 Sauma Handoko L

4 Fika Fatmawati P 13 M. Imam Muttadien L

5 Ilham Mynto L 14 Fina Takulyatul Ulya P

6 Danang Nikolas S. L 15 Ahamad Nurul Irvani L

7 M. Syukron Ni’am L 16 Adinda Rahmatika P

8 M. Fauzan Aris M. L 17 Vita Rahmawati P

(60)

2. Tindakan

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 September 2014 jam ke 4-5

selama 70 menit, dengan materi tentang sejarah pada masa Hindu di

Indonesia. Dalam siklus ini peneliti sudah menggunakan model

cooperative learning type make a match. Tahap-tahap yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Guru memberikan salam kemudian berdoa bersama.

2) Guru menanyakan keadaan siswa dan melakukan presensi.

3) Guru memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan

jelas

b. Kegiatan Inti

1) Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari

2) Guru menjelaskan sekilas mengenai sejarah masa Hindu di

Indonesia.

3) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan memberi materi pada

setiap kelompok untuk mendiskusikannya.

4) Guru membimbing jalannya diskusi.

5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusinya

6) Guru mengarahkan siswa untuk menanggapi tentang materi yang

Gambar

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian
Tabel 2.1
Tabel 3.1MI Ma’arif Rowosari
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Penggunaan Pendapatan Badan Layanan Umum Pusat

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan (Lembaran Negara Republik

[r]

Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi misi Gubernur berdasarkan Undang-Undang Nomor

Kompetensi SDM mempengaruhi kepuasan kerja dan kualitas pelayanan, terbukti melalui keahlian, sifat dan motivasi dokter dan perawat yang baik, maka kualitas pelayanan

[r]

B   Informasi merupakan kebutuhan sehari- hari, sehingga harus tersedia secara. cepat, mudah,