PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM
DI INDONESIA MELALUI MODEL
COOPERATIVE LEARNING
TYPE
MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF
ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
SYARIFATUL UMAMI
NIM. 11510062
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM
DI INDONESIA MELALUI MODEL
COOPERATIVE LEARNING
TYPE
MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF
ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
SYARIFATUL UMAMI
NIM. 11510062
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini
Tak ada yang tak mungkin kalau kita yakin
Masa lalu tidak menentukan masa sekarang, tapi masa sekarang menentukan
masa depan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dan aku takdhimi (Bapak Rokhimin (alm.) dan Ibu Umi Badriyah), karena dengan bimbingan, arahan, dan do’a-do’a beliaulah aku bisa menjadi yang terbaik dan berprestasi. Kakak laki-lakiku yang aku sayangi dan aku banggakan (Fuad Fakhruddin) yang telah membantuku menyelesaikan skripsiku Adikku yang aku sayangi dan aku banggakan (Ida Maskana Latifa) yang telah membantuku pula dalam menyelesaikan skripsiku, aku berdo’a semoga cita-cita kalian tercapai dan menjadi orang yang dapat mengharumkan nama keluarga. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepadaku, memfasilitasiku, dan telah memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sehingga menjadikanku seperti sekarang ini. Aku hanya bisa berucap
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad
saw. yang senantiasa dinanti-nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti. Penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Materi Sejarah Masa Hindu Budha Dan Islam di Indonesia
Melalui Model Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”
ini, adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik sarjana
pendidikan dalam bidang Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan
dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusu
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag. selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik
STAIN Salatiga.
3. Suwardi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah
5. Rasimin, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiranya guna memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan STAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmu dan bimbinganya kepada penulis
7. Aris Triharyanto, M.Pd. selaku Kepala Sekolah MI Ma’arif Rowosari yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Kepada Isyami, S.Pdi. selaku wali kelas V MI Ma’arif Rowosari yang turut
membantu dalam penelitian.
9. Kepada seluruh siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari yang telah mendukung
dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
10.Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dukunganya hingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Selanjutnya penyusun hanya dapat berdo’a “jazakumullahu khairal jaza’
jazaan katsiran”. Penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun membuka tangan yang selebar-lebarnya
terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Akhirnya, penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.
ABSTRAK
Umami, Syarifatul. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia Melalui Model Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Rasimin, M.Pd
.
Kata kunci: Model Cooperative Learning Type Make A Match dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Pembelajaran IPS umumnya membutuhkan kemampuan siswa untuk menghafal materi, sehingga guru sebagai pengajar haruslah lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan. Namun faktanya masih ada guru yang mengajar monoton. Hal itu membuat siswa kebosanan dan banyak yang berbicara sendiri akibatnya hasil belajar IPS rendah. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi sejarah masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia pada siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015?
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melaui tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Tiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes post test, lembar pengamatan dan dokumentasi.
DAFTAR ISI
SAMPUL... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional... 8
G. Metode Penelitian... 9
1. Rancangan Penelitian ... 9
2. Subjek Penelitian ... 10
3. Langkah-langkah Penelitian ... 11
4. Instrumen Penelitian... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 13
6. Analisis Data ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar IPS ... 17
1. Pengertian Hasil Belajar ... 17
2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ... 18
3. Penilaian Keberhasilan Belajar ... 20
4. Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar ... 22
B. IPS ... 24
1. Pengertian IPS ... 24
2. Fungsi dan Tujuan IPS ... 25
3. Ruang Lingkup IPS ... 26
4. Materi Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia ... 26
5. Standar Kompetensi IPS Kelas V SD/MI ... 33
C. Model Cooperative Learning ... 35
1. Pengertian Coopertaive Learning ... 35
2. Coopeative Learning Type Make A Match... 38
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma’arif Rowosari... 41
1. Lokasi Penelitian ... 41
2. Keadaan Guru dan Siswa MI Ma’arif Rowosari ... 41
3. Subyek Penelitian ... 43
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 43
1. Perencanaan... 43
2. Tindakan ... 44
3. Observasi ... 45
4. Refleksi ... 46
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 48
1. Perencanaan... 48
2. Tindakan ... 48
3. Observasi ... 51
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 53
5. Perencanaan... 53
6. Tindakan ... 53
7. Observasi ... 56
8. Refleksi ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 57
B. Analisis Data Per Siklus ... 59
1. Deskripsi Siklus I ... 59
2. Deskripsi Siklus II ... 60
3. Deskripsi Siklus III ... 60
C. Pembahasan ... 62
1. Analisis Siklus I ... 62
2. Analisis Siklus II ... 66
3. Analisis Siklus III ... 71
4. Data Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 75
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V 38
2 Tabel 3.1 Data Nama Guru MI Ma’arif Rowosari Tahun Pelajaran
2014/2015
39
3 Tabel.3.2 Data Seluruh Siswa MI Ma’arif Rowosari Tahun
Pelajaran 2014/2015
40
4 Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V di MI Ma’arif Rowosari 51
5 Tabel 4.1 Daftar Nilai Pra Siklus IPS Kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015
52
6 Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I 53
7 Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II 54
8 Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III 55
9 Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I 55
10 Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I 56
11 Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I 58
12 Tabel 4.8 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II 59
13 Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus II 61
14 Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I 63
15 Tabel 4.11 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III 64
16 Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus III 65
17 Tabel 4.13 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus III 67
18 Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lampiran 4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru Siklus III
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III
Lampiran 10 Soal Post Tes Siklus I
Lampiran 11 Soal Post Tes Siklus II
Lampiran 12 Soal Post Tes Siklus III
Lampiran 13
Lampiran 14
Dokumentasi Penelitian
Contoh Kartu Make A Match
Lampiran 15 Surat Permohonsn Ijin Penelitian
Lampiran 16 Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 17 Daftar Nilai SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalami kemajuan. Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas
sumberdaya manusia didalamnya. Perkembangan kualitas sumber daya
manusia tidak dapat lepas dari perkembangan dan kualitas sebuah pendidikan.
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan adalah tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Haryanto, 2012). Seperti
halnya pendapat Hamalik (1977:13) bahwa dengan adanya pendidikan
diharapkan agar kelak anak menjadi manusia atau warga masyarakat yang
terampil bekerja, mampu menyesuaikan diri dengan sekitarnya dan mengatasi
masalah-masalah dalam kehidupannya pada masa sekarang dan yang akan
datang.
Oleh karena itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif,
inovatif, dan produktif seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.20
tahun 2003 diperlukan perbaikan sistem pendidikan yang berkualitas. Sistem
pendidikan di Indonesia masih sedikit tertinggal dibanding negara-negara
dan perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses
belajar mengajar dikelas.
Belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar
menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun
tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang
lebih baik (Rusyan dkk, 1989: 1). Proses belajar mengajar yang baik harus
melibatkan keaktifan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran,
pendengaran, penglihatan, dan ketrampilan yang dimiliki. Rusyan dkk (1989:
8) juga menyebutkan bahwa tujuan setelah dilakukan proses belajar mengajar
adalah berupa keberhasilan dalam pembelajaran yang ditandai dengan adanya
perubahan kemampuan atau kecakapan yang sebelumnya tidak dimiliki,
kemudian muncul. Selain itu, adanya perubahan tingkah laku siswa menuju
ke arah yang lebih baik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan antara ilmu sosial
dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup antropologi, ekonomi,
geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan
psikologi. Dimana tujuannya adalah membantu mengembangkan kemampuan
dan wawasan siswa yang menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek
ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora) (Susanto, 2013: 139). Melalui
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus bisa menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan, lebih kreatif dalam mengajar, dan bisa
memanfaatkan media pembelajaran sehingga menjadikan siswa aktif dan
bersemangat mengikuti pembelajaran.
Namun, sampai saat ini sering guru sebagai pelaksana dalam proses
belajar mengajar IPS memberikan penyajian yang bersifat monoton yaitu
dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan menghafal yang
justru membuat siswa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar IPS. Hal
tersebut juga terjadi pada guru MI Ma’arif Rowosari. Selama proses
pembelajaran di kelas, model pembelajaran yang digunakan guru MI Ma’arif
masih didominasi metode ceramah dan penugasan. Guru sebagai
penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar yang selesai
mendengar kemudian mengerjakan latihan. Yang demikian itu membuat
siswa kebosanan, apalagi materi IPS sebagian besar uraian panjang dan
banyak hafalan.
Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti selama pra penelitian,
hampir 65% siswa berbicara dengan teman sebangkunya. Mereka
menganggap pembelajaran tidak penting, sehingga walaupun ikut
pembelajaran mereka tidak memperhatikan dan sering membuat gaduh di
kelas. Apalagi saat siswa diminta maju untuk mengerjakan tugas di papan
tulis masih kesulitan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Hal itu berdampak
Berdasarkan hasil survei pada bulan Agustus di kelas V MI Ma’arif
Rowosari, menunjukkan bahwa dari 18 siswa hanya 5 siswa atau 27,8% yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum pada nilai ulangan harian.
Berdasarkan permasalahan yang muncul, ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan guru untuk membangkitkan belajar siswa, salah satunya
menggunakan cara, metode, dan media yang bervariasi. Pembelajaran IPS
umumnya membutuhkan kemampuan siswa untuk menghafal materi,
sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang membuat siswa menghafal
tanpa ada rasa bosan. Salah satunya adalah model cooperative learning
(pemebelajaran kooperatif).
Menurut Rusman (2011:202) pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen, disini penulis akan menerapkan model cooperative learning type
make a match (membuat pasangan) untuk mata pelajaran IPS kelas V. Model
cooperative learning type maka a match (membuat pasangan) ini diharapkan
mampu membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu
meningkatkan hasil pembelajaran IPS.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian tentang: “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif
Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah
penerapan model cooperative learning type make a match dapat
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi Sejarah Masa
Hindu Budha dan Islam di Indonesia pada Siswa Kelas V MI Ma’arif
Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia
melalui model cooperative learning type make a match pada siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran
2014/2015.
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah, “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”
(Arikunto, 2010:71). Adapun menurut Hadi (2000:63), “hipotesis
salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan”.
Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara mengenai jawaban
atas rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan di lapangan atau
masih perlu diuji melalui penelitian. Dalam penelitian ini, dapat
dirumuskan hipotesis “melalui model cooperative learning type make a
match dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Sejarah Masa Hindu,
Budha, dan Islam di Indonesia pada siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015”.
2. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan yang dapat dicapai dalam materi
sejarah hindu budha dan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Siswa mampu menceritakan sejarah pada masa Hindu, Budha, dan
Islam di Indonesia
b. Siswa mampu menyebutkan sejarah pada masa Hindu, Budha, dan
Islam di Indonesia
c. Siswa mampu mengelompokkan sejarah pada masa Hindu, Budha
dan Islam di Indonesia
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau acuan
yang dapat dijadikan pedoman guru dalam meningkatkan hasil
belajar IPS dengan model cooperative learning type make a match.
b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagi
pelaksanaan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi pembinaan dan pengembangan dunia
pendidikan serta bermanfaat bagi:
a. Bagi Siswa
Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
b. Bagi Guru
1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan penggunaan
model pembelajaran.
2) Memberikan arahan dalam proses pembelajaran dan memberi
solusi untuk mengajarkan mata pelajaran IPS yang
menyenangkan dengan model cooperative learning type make a
match.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah
2) Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di MI Ma’arif Rowosari
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda
dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian
ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok yang menjadi variabel penelitian.
Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan
Menurut Poerwadarminta (2006: 1281) peningkatan adalah proses,
cara, perbuatan, meningkatkan usaha. Maksudnya adalah usaha sesorang
untuk memperoleh nilai yang lebih dari sebelumnya, dengan berbagai cara
sesuai dengan peraturan yang ada.
2. Hasil Belajar IPS
Menurut Susanto (2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor
(keterampilan) sebagai hasil dari kegiatan belajar. Perubahan tersebut
dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
mempelajari kehidupan sosial, dimana dalam kajiannya mengintegrasikan
bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Rasimin, 2012: 11).
3. Cooperative Learning TypeMake A Match
Cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif (Rusman, 2011: 202). Make a match merupakan salah satu type
cooperative learning. Jadi, model cooperative learning typemake a match
adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa berpartisipasi aktif
dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), PTK yaitu Classroom Action Research (CAR), yang berarti action
research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. Penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih
profesional (Suyanto, 1997: 4).
Pendapat lain mengemukakan PTK adalah penelitian tindakan
(action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
Pemilihan model penelitian ini, karena secara langsung peneliti ikut
terlibat langsung dalam penelitian. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bisa
dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti dimana peneliti
mengamati kegiatan guru saat mengajar dan siswa saat menerima
pelajaran. PTK juga bisa dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai
guru dan bekerja sama dengan guru yang bersangkutan dimana guru yang
bersangkutan tersebut mengamati kegiatan peneliti saat mengajar dan
siswa menerima pelajaran (Suhardjono, 2008: 57).
2. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MI Ma’arif Rowosari Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang dan dilaksanakan pada siswa kelas V yang
berjumlah 18 siswa. Dasar pertimbangan pemilihan subjek adalah perlunya
penerapan tindakan dalam penelitian ini terhadap pembelajaran IPS di MI
tersebut mengingat masih rendahnya hasil belajar IPS terutama pada siswa
kelas V.
Untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat
memecahkan masalah tersebut sehingga hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari dapat meningkat. Penelitian ini dilakukan tiga kali
tahapan yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Siklus I sudah menerapkan
model cooperative learning type make a match setelah itu dilakukan
3. Langkah-langkah Penelitian
Tahapan-tahapan dalam melaksanakan PTK adalah perencanaan
(planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi
(reflektion).
a. Perencanaan (Planning)
Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum
seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan model
cooperative learning type make a match (Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)).
2) Menyusun soal evaluasi/post test.
3) Menyusun lembar pengamatan untuk guru dan siswa.
b. Tindakan (Action)
Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada
tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa
pada tahap ini tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus
terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam
proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat
disinkronkan dengan maksud semula.
c. Pengamatan (Observation)
Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan inisiatif siswa selama
kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi
(penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi
atas pelaksanaan tindakan (Kunandar, 2011: 75).
Pada tahap refleksi meliputi: 1) Mencatat hasil observasi dan
pelaksanaan pembelajaran, 2) Evaluasi hasil observasi, 3) Analisis hasil
pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I pada siklus II.
Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah
dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki
kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah skema siklus penelitian PTK.
Skema Siklus Penelitian
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian
SIKLUS I Refleksi Perencanaan
Pengamatan Refleksi
?
Tindakan Perencanaan Pengamatan
Tindakan
4. Instrumen Penelitian
Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah:
a. Pedoman atau lembar pengamatan (observasi) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran.
b. Soal tes/evaluasi teks/soal, digunakan untuk mendapatkan data
kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target
kompetensi.
c. Pedoman dokumentasi digunakan untuk mendapatkan keterangan atau
data mengenai gambaran umum kegiatan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti
dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2011: 84).
Lebih jelasnya metode pengumpulan data akan diuraikan sebagai berikut:
a. Metode Observasi (Pengamatan)
Observasi (Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pengamatan secara
sistematis (Arikunto, 1990: 27). Metode ini penulis gunakan untuk
mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan
𝑀 = 𝑁𝑋
b. Tes
Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa
yang berupa nilai hasil post test. Post test adalah tes yang diberikan
setelah pembelajaran berakhir.
c. Metode Dokumentasi
Metode ini dalam arti sempit adalah sebagai kumpulan data verbal
yang berben tuk
tulisan, dalam arti luas adalah dokumen, sertifikat, foto, tape dan
lainnya (Arikunto, 2002: 64). Dokumentasi ini penulis gunakan untuk
mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana
dan prasarana, dan keadaan siswa.
6. Analisis data
Semua data yang telah kita peroleh dan kita kumpulkan pada
dasarnya untuk menguji atau membuktikan kebenaran hipotesis. Benar
tidaknya dugaan itu akan dibuktikan melalui data yang kita peroleh dari
lapangan. Oleh sebab itu, pada tahap ini data sebagaimana adanya harus
dianalisa, diolah, dan disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan
untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan.
Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan
analisis dengan:
𝑃= 𝑁𝑓 × 100%
Keterangan: M = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: 302)
b. Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan: P = Presentase
F = Frekuensi yang dicari presentasinya
N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: 264-265).
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka peneliti
susun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,
manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Kajian pustaka, terdiri dari hasil belajar ips, hakikat
pembelajaran ips, model cooperative learning, model cooperative learning
Bab III Pelaksanaan penelitian, terdiri dari gambaran umum MI Ma’arif
Rowosari, deskripsi pelaksanan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan
deskripsi pelaksanaan siklus III.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari deskripsi kondisi
awal (pra-siklus), analisis data per siklus, dan pembahasan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar IPS
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah berusaha memperoleh suatu kepandaian
(Poerwadarminta, 2006: 121). Menurut Yamin (2005: 97) belajar
merupakan proses orang memperoleh kecakapan, ketrampilan dan sikap.
Belajar dapat diartikan dengan menuntut ilmu. Belajar dimulai dari masih
kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasulullah SAW., bersabda dalam
salah satu haditsnya yaitu sebagai berikut:
)لْسم هاور( ِدْحَّلا َلىِا ِدْهَمْلا َنِم َْلِْعْلا ُبُلْطُأ
Artinya: “Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR. Muslim)
Dari hadits diatas, Rasulullah SAW. menyatakan bahwa manusia
harus belajar sejak dari ayunan hingga ke liang lahat.
Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar
merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar.
Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognifif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan kognitif
yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan,
partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan
pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik meliputi:
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003: 160).
2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Hasil belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum
kita yang diukur oleh IQ (Intelligence Quotient). IQ yang tinggi dapat
meramalkan kesuksesan hasil belajar. Namun demikian pada beberapa
kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang
dalam belajar dan hidup bermasyarakat. IQ bukanlah satu-satunya
faktor penentu kesuksesan hasil belajar seseorang.
Menurut Suryabrata, 2004 (dalam Sriyanti, 2009: 23), secara umum
terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor internal tediri dari faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam
diri individu. Faktor ini antara lain tingkat kesehatan dan
kebugaran fisik individu.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri
individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan, dan lain sebagainya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu yang sedang belajar. Faktor-faktor eksternal terdiri dari
faktor nonsosial dan faktor sosial.
1) Faktor nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa manusia. Faktor ini antara lain yang berasal dari keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar.
Pengaruhnya bisa bersifat positif (mendukung), namun bisa juga negatif
(menghambat).
3. Penilaian Keberhasilan Belajar
Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar.
Menurut Yamin (2005: 146) penilaian keberhasilan belajar siswa dapat
dilakukan dengan:
a. Pertanyaan Lisan di Kelas
Dalam teknik ini guru memberikan pertanyaan yang
dilemparkan kepada siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk berfikir
kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Jika seorang siswa salah,
maka pertanyaan dilemparkan ke siswa lain, dan berhenti pada siswa
yang menjawab benar.
Materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep, prinsip atau
teori. Dengan pertanyaan lisan siswa dapat diberi kesempatan
mengeluarkan gagasannya.
b. Kuis
Kuis adalah pertanyaan yang diajukan kepada siswa dalam
penilaian melalui kuis dapat berupa pilihan atau jawaban singkat.
Waktu pelaksanaan kuis pada umumnya dilakukan diawal
pembelajaran. Kuis digunakan untuk mendapatkan gambaran materi
sebelumnya, yaitu apakah siswa sudah menguasai materi sebelumnya
atau belum. Jika sebagian siswa ada yang belum menguasai, guru bisa
menjelaskan kembali secara singkat.
c. Ulangan Harian
Ulangan harian merupakan ulangan periodik yang dapat
dilakukan oleh guru setiap 1 atau 2 materi pokok selesai diajarkan.
Dalam ulangan harian guru bisa membuat soal dalam bentuk objektif
maupun non-objektif. Ulangan dalam bentuk objektif dapat berupa
pilihan ganda, benar-salah, atau menjodohkan. Sedangkan ulangan
dalam bentuk non-objektif dapat berupa jawaban singkat dan uraian.
d. Ulangan Semester
Ulangan semester merupakan ujian yang dilakukan pada akhir
semester. Cakupan materi dalam ulangan ini lebih luas dari ulangan
harian. Adapun bentuk soal dalam ujian semester ini bisa berupa
pilihan ganda atau uraian.
e. Tugas Individu
Tugas individu adalah tugas yang diberikan pada setiap siswa
untuk mengetahui tingkat pemahaman materi pelajaran. Tugas individu
ini dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas untuk kerja
berupa tugas membuat sesuatu atau tugas observasi lapangan.
Sementara untuk tugas individu dalam bentuk soal tertulis, dapat
berupa soal uraian objektif maupun non-objektif.
f. Tugas Kelompok
Tugas kelompok adalah tugas yang diberikan untuk menilai
kemampuan kerja kelompok. Pola dasar tugas ini hampir mirip dengan
tugas individu, bedanya dalam tugas ini pekerjaan dilakukan bersama
dengan siswa lainnya dalam kelompok-kelompok tertentu, yaitu guru
bisa membuat kelompok dan memberi tugas kepada mereka untuk
dikerjakan bersama-sama.
4. Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar
Arifin (2009: 123) dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran
menyebutkan ada dua jenis instrumen yang dapat digunakan untuk menilai
hasil belajar siswa, yaitu instrumen tes objektif dan non-objektif.
a. Instrumen Penilaian secara Objektif
1) Pilihan Ganda
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat dipakai untuk
mengukur hasil belajar yang lebih kompleks berkenaan dengan
aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan
penilaian. Pilihan ganda merupakan jenis instrumen yang paling
sering digunakan dalam evaluasi pendidikan. Bentuk soal terdiri
dari item (pokok soal) dan opsi (pilihan jawaban). Soal terdiri dari
pertanyaan itu disebut pilihan. Dalam pilihan terdapat jawaban
yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh (diktator).
2) Benar-Salah
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah.
Contoh soal benar-salah seperti Gedung Monumen Nasional
berada di Jakarta.
3) Menjodohkan
Bentuk instrumen ini cocok untuk mengetahui fakta dan
konsep. Cakupan materinya bisa banyak namun tingkat berfikir
yang terlibat cenderung rendah karena sudah terdapat pilihan
jawaban tanpa mengecoh seperti yang ada pada pilihan ganda.
Guru membuat konsep atau pernyataan dengan jumlah soal dan
pilihan jawaban sama banyak.
b. Instrumen Penilaian secara Non-Objektif
1) Jawaban Singkat atau Isian Singkat
Soal tes jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam
bentuk pertanyaan, namun ada juga yang berbentuk melengkapi
atau isian. Tes bentuk jawaban singkat dibuat dengan
menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk
2) Uraian Objektif
Dalam uraian objektif pertanyaan yang biasa digunakan
adalah urutkan, simpulkan, tafsirkan dan sebagainya. Langkah
untuk membuat tes uraian objektif ini adalah guru membuat soal
berdasarkan indikator pada kisi-kisi. Adapun contoh soal uraian
objektif adalah sebutkan lima sila dalam pancasila secara urut!
3) Uraian Bebas
Instrumen uraian bebas menuntut siswa untuk mengingat
dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan)
gagasan-gagasan pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya sangat
memungkinkan adanya unsur subjektifitas.
B. IPS Materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia
1. Pengertian IPS
IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi
untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa
tentang masyarakat, bangsa, dan negara indonesia (Departemen Agama,
2004:77). Sedangkan menurut Ahmadi (1997:34) IPS adalah bidang studi
yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial untuk
tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah
Menurut Rasimin (2012:11) IPS merupakan mata pelajaran yang
mempelajari kehidupan sosial, dimana dalam kajiannya mengintegrasikan
bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan pengertian
IPS adalah suatu disiplin ilmu sosial atau bidang kajian sosial
kemasyarakatan yang mempelajari manusia pada konteks sosialnya atau
manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang kajian IPS adalah
mempelajari kehidupan manusia dan interaksinya dalam masyarakat.
2. Fungsi dan Tujuan IPS
Mata pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan siswa tentang
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Secar umum tujuan IPS adalah sebagai berikut (Departemen
Agama, 2004:78) :
a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,
sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagodis dan
psikologis.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampailan dalam
kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
3. Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek sebagai
berikut :
a. Sistem sosial dan budaya
b. Manusia, tempat dan lingkungan
c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan
e. Sistem berbangsa dan bernegara
4. Materi Sejarah Masa Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia
Materi ini difokuskan pada bab tentang Tokoh-tokoh Sejarah pada
Masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia. Berikut uraian materinya:
a. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu
1) Raja Aswawarman
Aswawarman adalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan
Kudungga sebagai raja. Sebelum masa pemerintahan
Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan animisme. Ketika
Asmawarman naik tahta, ajaran Hindu masuk ke Kutai. Kemudian
kerajaan ini menganut agama Hindu. Aswawarman dipandang
sebagai pembentuk dinasti raja yang beragama Hindu. Agama
Hindu masuk ke dalam sendi kehidupan Kerajaan Kutai.
digunakan di India. Pengaruh Hindu juga tampak pada tatanan
masyarakat, upacara keagamaan, dan pola pemerintahan Kerajaan
Kutai.
2) Raja Mulawarman
Raja Mulawarman adalah raja dari kerajaan Hindu pertama di
Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai. Selama masa pemerintahannya,
rakyat hidup makmur dan sejahtera. Kutai berkembang pesat pada
masa pemerintahannya. Raja Mulawarman pernah memberi
bantuan berupa ribuan ekor lembu pada brahmana, atas
bantuannya tersebut para brahmana mendirikan tugu peringatan.
Raja Mulawarman adalah pemeluk agama Hindu yang taat dan ia
menyembah Dewa Siwa.
3) Raja Purnawarman
Raja Purnawarman merupakan raja yang terkenal dari
Kerajaan Tarumanegara. Beliau juga dikenal sebagai raja yang
bijaksana. Purnawarman memeluk agama Hindu dan menyembah
DewaWisnu.
4) Jayabaya
Raja Jayabaya adalah tokoh dari Kerajaan Kediri. Ia
menggantikan Raja Bameswara. Jayabaya memiliki kemampuan
meramal yang dikenal dengan nama Jangka Jayabaya. Bahkan ia
5) Gajah Mada
Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih)
Kerajaan Majapahit. Namanya mulai dikenal setelah beliau
berhasil memadamkan pemberontakan Kuti. Gajah Mada muncul
sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan
Jayanegara (1309-1328). Kariernya dimulai dengan menjadi
anggota pasukan pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-mula,
beliau menjadi Bekel Bahanyangkari (setingkat komandan
pasukan). Kariernya terus menanjak pada masa Kerajaan
Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti
pemberontakan Ragga Lawe (1309), Lembu Sura (1311), Nambi
(1316), dan Kuti (1319).
Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat. Beliau digantikan
oleh Tribhuanatunggadewi. Sadeng melakukan pemberontakan.
Pemberontakan Sadeng dapat ditumpas oleh pasukan Gajah Mada.
Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Maha Patih Majapahit
pada tahun 1334. Pada upacara pengangkatannya, beliau
bersumpah untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah
kekuasaan Majapahit. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa.
Gajah Mada tetap menjadi Patih mangkubumi ketika Hayam
Wuruk naik tahta. Beliau mendampingi Hayam Wuruk
menjalankan pemerintahan. Pada masa inilah Majapahit
seluruh Jawa, sebagian besar Pulau Sumatera, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga Papua.
6) Raja Hayam Wuruk
Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit yang paling
terkenal. Beliau bergelar Rajasanegara. Pada masa
pemerintahannya dengan didampingi oleh Patih Gajah Mada,
Majapahit mencapai kejayaannya dan menguasai seluruh wilayah
Nusantara, ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung
Malaya.
b. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Budha
1) Balaputradewa
Raja Balaputradewa merupakan raja yang terkenal dari
Kerajaan Sriwijaya. Beliau adalah putra dari Raja Samaratungga
dari Jawa. Beliau berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya mencapai
kejayaannya dan dikenal sebagai kerajaan maritim dan
pusat perdagangan di Asia Tenggara. Beliau juga memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam agama Budha
sehingga Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan
dan penyebaran agama buddha.
2) Sakyakirti
Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Budha yang
ada di Kerajaan Sriwijaya. Sakyakirti menjadi pendidik Budha
3) Kertanegara
Kertanegara adalah raja terakhir dari kerajaan Singasari.
Beliau adalah cicit Ken Arok. Kertanegara adalah raja yang sangat
terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam
bidang politik, Kertanegara dikenal sebagai raja yang menguasai
ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayah
kerajaannya. Kertanegara menganut agama Budha Tantrayana.
Tahun 1275 M Kertanegara mengirim pasukan untuk
menaklukkkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal
dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara memerintah,
Kerajaan Singosari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura
(Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dsn Gurun
(bagian Indonesia Timur).
Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh
Jayakatwang. Setelah Kertanegara gugur, seluruh Kerajaan
Singosari dikuasai oleh Jayakatwang.
c. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Islam
1) Sultan Malik Al-Saleh
Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama
Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergear
Merah Selu. Beliau adalah putra Merah Gajah. Diceritakan Merah
berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudera
Pasai.
Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh
Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu
diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh.
Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.
2) Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh pada tahun
1607-1636. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mencapai
puncak kejayaannya dan memiliki wilayah kekuasaan hingga ke
Semenanjung Malaya. Tata pemerintahan masyarakat Aceh yang
dikembangkan oleh Sultan Iskandar Muda masih berlaku hingga
sekarang. Beliau wafat pada tahun 1636 .
3) Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa dilahirkan di Banten pada tahun
1631. Pada waktu kecil, ia bernamaAbdul Fath Abdulfatah. Rakyat
Banten diperintahkan untuk menyerang Belanda secara gerilya.
Padatahun 1655, dua buah kapal dagang Belanda berhasil dirusak
oleh rakyat Banten. Akibatnya, hubungan antara Banten dan
Belanda menjadi tegang. Belanda mulai menjalankan politik adu
domba. Pada tahun1680 M, pecahlah perang antara Sultan Ageng
Tirtayasa dengan Belanda yang dibantu Sultan Haji. Pada tahun
Pada tahun 1692 M, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia
dalam penjara. Jasadnya dimakamkan di dekat Masjid Agung
Banten.
4) Raden Fatah
Raden Fatah merupakan raja pertama sekaligus pendiri
Kesultanan Demak. Dalam kepemimpinannya, Demak berkembang
pesat karena ia mendapat dukungan dari para ulama yang bergelar
Walisongo. Para wali ini juga bertugas membantu dan menjadi
penasihat sultan.
5) Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja Kerajaan Gowa-Tallo
(Makasar). Beliau dilahirkan di Makasar pada tahun 1631dengan
nama Muhammad Bakir. Pada masa pemerintahannya, ia berusaha
merangkul raja-raja kecil di Indonesia Timur untuk menentang
Belanda. Pada tahun 1660, terjadi perang antara Gowa dengan
Belanda. Karena penghianatan Raja Aru Palaka dari Bone, Sultan
Hasanudin kalah dari Belanda, ia dijuluki Ayam Jantan dari Timur.
6) Sultan Zainal Abidin
Sultan Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate
(1486-1500). Beliau pernah pergi ke Giri, untuk belajar agama Islam.
Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha memasukkan ajaran
Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha memperluas
mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Sultan
Zainal Abidin juga berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi
kekuasaannya.
7) Walisongo
Berkembangnya Islam di Pulau Jawa tidak lepas dari peran
walisongo. Walisongo yang membantu penyebaran agama Islam di
Pulau Jawa antara lain:
(1) Sunan Gresik (Raden Maulana Malik Ibrahim)
(2) Sunan Gunung Jati (Fatahillah atau Raden Syarif Hidayatullah)
(3) Sunan Kudus (Raden Ja’far Sadiq)
(4) Sunan Drajat (Raden Kosim Syarifudin)
(5) Sunan Giri (Raden Paku)
(6) Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)
(7) Sunan Ampel (Raden Rahmat)
(8) Sunan Muria (Raden Umar Syaid)
(9) Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
5. Standar Kompetensi IPS Kelas V SD/MI
Dalam silabus kelas V Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI
Departemen Pendidikan Nasional terdapat standar kompetensi untuk mata
pelajaran IPS. Standar kompetensi yaitu kompetensi yang harus dikuasai
oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Standar kompetensi IPS
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015
Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
I
(Satu)
1. Menghargai berbagai
peninggalan dan tokoh
sejarah yang berskala
nasional pada masa
Hindu, Budha, dan
Islam, keragaman,
kenampakan alam, dan
suku bangsa serta
kegiatan ekonomi di
Indonesia.
1.1 Mengenal makna peninggalan
sejarah yang berskala nasional
dari masa Hindu, Budha dan
Islam di Indonesia.
1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah
pada masa Hindu-Budha dan
Islam di Indonesia.
1.3 Mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan
serta pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/globe dan media
lainnya.
1.4 Menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia
1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan
kegiatan ekonomi di Indonesia.
II
(Dua)
2. Menghargai peranan
tokoh pejuang dan
masyarakat dalam
mempersiapkan dan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para
tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang.
2.2 Menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan
2.3 Menghargai jasa dan peranan
tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan.
2.4 Menghargai perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
C. Model Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman,
2011: 202). Lebih lanjut Etin Solihatin menjelaskan keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri.
Menurut Sanjaya (2006: 239) model cooperative learning adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Pendapat lain datang dari Nurulhayati, 2002 (dalam Rusman,
2011: 203) cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
Cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota
kelompok. (Slavin, 1983; Stahl, 1994).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model cooperative
learning adalah model pembelajaran dengan cara berkelompok dimana
siswa aktif bekerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan atau
mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Model cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena
untuk mendorong siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi,
serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dalam
cooperative learning ini peran guru sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan proses cooperative learning. Menurut Siswoyo (2013), peran
guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sebagai
berikut.
a. Fasilitator
Guru harus memiliki sikap sebagai berikut: 1) mampu
menciptakan suasana kelompok yang nyaman dan menyenangkan, 2)
mendorong siswa mengungkapkan gagasannya, 3) menyediakan
membina siswa, 5) menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan
mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.
b. Mediator
Guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani materi
pelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan
permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan serta menyediakan
sarana pembelajaran agar suasana belajar tidak monoton dan
membosankan.
c. Direktor-motivator
Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya
diskusi dan membantu kelancaran diskusi. Guru berperan sebagai
pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.
d. Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang
sedang berlangsung tidak hanya pada hasil, namun lebih ditekankan
pada proses pembelajaran.
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur
dasar dalam model cooperative learning, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip saling ketergantungan positif
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh
kelompok tersebut.
Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing
anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam
kelompok tersebut.
c. Interaksi tatap muka
Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk
saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
d. Partisipasi dan komunikasi
Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
e. Evaluasi proses kelompok
Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok,
agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
2. Cooperative Learning Type Make A Match
a. Pengertian Cooperative Learning Type Make A Match
Menurut Rusman (2011: 202) cooperative learning merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
Make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif. Jadi, model cooperative learning type make
a match (membuat pasangan) adalah model pembelajaran kooperatif
dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa yang
sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat
poin (Rusman, 2011: 223). Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk
wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban dan dibacakan di depan
kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
b. Langkah-langkah Cooperative Learning TypeMake A Match
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu
berisi soal dan bagian lainnya berisi jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban
atau soal dari kartu yang dipegang.
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya.
4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
5) Setetelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Coperative Learning Type Make A
Match
1) Kelebihan Coperative Learning Type Make A Match
Kelebihan dari model cooperative learning type make a
match adalah :
a) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan;
b) Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih
menarik perhatian;
c) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar secara klasikal;
d) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
2) Kekurangan Coperative Learning Type Make A Match
Sedangkan kekurangan model cooperative learning type
make a match adalah
a) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan;
b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa
bermain-main dalam pembelajaran;
c) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai;
d) Pada kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang
bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar
dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini
akan mengganggu ketenangan belajar di kelas kiri kanannya.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Ma’arif Rowosari
1. Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian : MI Ma’arif Rowosari
Alamat Lengkap : Ds. Rowosari Kec. Tuntang Kab.
Semarang. 50773.
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi Pokok : Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di
Indonesia
Kelas/Semester : V (Lima)/I (Ganjil)
2. Keadaan Guru dan Siswa MI Ma’arif Rowosari
a. Keadaan Guru MI Ma’arif Rowosari
Jumlah guru atau staf pengajar pada MI Ma’arif Rowosari
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015
berjumlah 10 orang yang terdiri dari S1 dan S2.
Adapun nama-nama pengajar atau guru pada MI Ma’arif
Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015
Tabel 3.1
Data Nama Guru MI Ma’arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/2015
No Nama Jenjang Jabatan Pendidikan
1 Aris Trihariyanto, S.Ag, M.Pd.I S2 Kepala Sekolah
2 Budi Ambar Siswati, S.Ag S1 Guru Kelas VI
3 Isyami, S.Pd.I S1 Guru Kelas V
4 Muchammad Immamudin, S.Pd.I S1 Guru Kelas III
5 Ranindya Candra Kartika, S.Pd.I S1 Guru Kelas IV
6 Fuad Fakhruddin, S.Pd.I S1 Agama
7 Afidatul Hasanah, S.Pd S1 Guru Kelas I
8 Diah Ari Istanti, S.Pd.I S1 Guru Kelas II
9 Ulul Azmi, S.Pd.I S1 Penjasorkes
10 Ana Supriyanti, S.Pd.I S1 Agama
b. Keadaan Siswa MI Ma’arif Rowosari
Secara keseluruhan jumlah siswa MI Ma’arif Rowosari pada
tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 111 siswa. Di bawah ini adalah data siswa MI Ma’arif Rowosari tahun pelajaran 2014/2015:
Tabel 3.2
Data Siswa MI Ma’arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/2015
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 15 6 21
2 II 13 6 19
3 III 7 7 14
4 IV 11 5 16
5 V 10 8 18
6 VI 13 10 23
3. Subyek Penelitian
Siswa kelas V MI Ma’arif Rowosari berjumlah 18 orang, terdiri
dari 10 laki-laki dan 8 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3.3
Tabel 3.3
Data Siswa Kelas V di MI Ma’arif Rowosari
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Menyusun alat observasi berupa lembar pengamatan guru dan siswa
dan alat evaluasi berupa lembar soal
c. Merancang dan membuat kartu sesuai dengan jumlah siswa. Sebagian
kartu berisi pertanyaan sebagian berisi jawaban. No Nama Siswa Jenis
Kelamin No Nama Siswa
Jenis Kelamin
1 M. Ridho Abadi L 10 Riska Nur Widayati P
2 Atika Masruhatin P 11 Salfa Febrian M. L
3 Aqual Sidiqin L 12 Sauma Handoko L
4 Fika Fatmawati P 13 M. Imam Muttadien L
5 Ilham Mynto L 14 Fina Takulyatul Ulya P
6 Danang Nikolas S. L 15 Ahamad Nurul Irvani L
7 M. Syukron Ni’am L 16 Adinda Rahmatika P
8 M. Fauzan Aris M. L 17 Vita Rahmawati P
2. Tindakan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 September 2014 jam ke 4-5
selama 70 menit, dengan materi tentang sejarah pada masa Hindu di
Indonesia. Dalam siklus ini peneliti sudah menggunakan model
cooperative learning type make a match. Tahap-tahap yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan salam kemudian berdoa bersama.
2) Guru menanyakan keadaan siswa dan melakukan presensi.
3) Guru memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
jelas
b. Kegiatan Inti
1) Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari
2) Guru menjelaskan sekilas mengenai sejarah masa Hindu di
Indonesia.
3) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan memberi materi pada
setiap kelompok untuk mendiskusikannya.
4) Guru membimbing jalannya diskusi.
5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya
6) Guru mengarahkan siswa untuk menanggapi tentang materi yang