• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAO KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP N 4 SALATIGA TAHUN 2010 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAO KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP N 4 SALATIGA TAHUN 2010 - Test Repository"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PE N G A R U H PO L A A SU H O R A N G T U A T E R H A D A P K E M A N D IR IA N B E L A JA R SISW A

SMP N 4 S A L A T IG A T A H U N 2010

SK R IPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

HASNAH KURNIATI NIM 11105022

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

PE N G A R U H PO LA A SU H O RANG T U A T E R H A D A P K E M A N D IR IA N B E L A JA R SISW A

SM P N 4 SA L A T IG A T A H U N 2010

SK R IPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

HASNAH KURNIATI NIM 11105022

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(3)

KEMENTRIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

JL Stadion 03 Phone. 0298 323706 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id NOTA PEMBIMBING

Hal : Pengajuan naskah skripsi

Lampiran : 4 lembar

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga

Di tempat

Assalamu ’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Hasnah Kumiati

NIM : 11105022

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar

Siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Telah kami setujui untuk di munaqosahkan _ ___ — -—

•---Salatiga, 11 Agustus 2010

Pembimbing

Siti Rukhavati, M. Ag

NIP. 19770403 200312 003

(4)

#

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGAKEMENTRIAN AGAMA RI JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m a il: administrasi@stamsalatma.ac.id PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi saudari : HASNAH KURNIATI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 05 022 yang berjudul : PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA SMP N 4 SALATIGA TAHUN 2010 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I.)

31 Agustus 2010 M

Salatiga,---21 Ramadhan 1431 H

Panitia Ujian

Dra. Siti Asdigoh, M.Si Peni Susapti, S.Si, M.Si NIP 19680812 199403 2 003 NIP. 19700403 200003 2 003

Pembimbing

(5)

KEMENTRIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

JL Stadion 03 Phone. 0298 323706 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Bismillahirahmanirahim

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hasnah Kumiati

NIM : 11105022

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi: pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 21 Juni 2010

Yang Menyatakan

Hasnah Kumiati NIM 11105022

(6)

MOTTO

% j\/C an u $ia ^ h fa n y a <J^)isa J Q e re n c a n a 7 /tifia n

ijQ ^enentiiJfcan

X^ranj ZTerfluat dSu£tmfafi ^C)rtmy 'e^efafti

*j\jC enanj t& afam “<&eyafa X^)ranq ^ fa n e

(7)

(persem6aHan

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

*%edua orangtuaku,flbafi upi’ mama iyafiyang telah mencyrahkgn kasih sayang, bimbingan,dorongan motivasi

dan segalanya untukku

^Jldikjodikku tercinta (Rpis dan <De’N a

*Seseorang speciabterimakgsih untukjemuanya...

*%ebuarga (Baru sebaku memberi hab-hatyang baru setaap hari,Mb

‘Vmmajlna,'YdiPenyu,Indah,'YunitaJltinki arienikebersamaan kita kpn sebatu menjadi kenanganyang terindah.

*!My (BestfriendChoinS^ika, iin,sundy sebabu memberikan semangat dan dorongan

(8)

KATA PENGANTAR

1 1 1 p««*d

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan pada baginda

rasulullah Muhammad SAW. Sehingga penyusunan skripsi yang mengambil judul

“Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa S MP N 4

Salatiga” dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

dari berbagi pihak, baik berupa material maupun spiritual. Selanjutnya penulis

haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si., selaku Ketua program studi PAI

4. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak / Ibu dosen beserta karyawan STAIN Salatiga

6. Kepala sekolah SMPN 4 Salatiga beserta karyawan yang telah membantu

memberikan informasi dan data penelitian.

7. Ayah dan Bunda tercinta

8. Dan seluruh teman yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

(9)

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,

dan dibagi para pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 2 Agustus 2010

Penulis

(10)

ABSTRAK

Kumiati, Hasnah. 2010. Pengaruh pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 4 Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M. Ag.

Kata K u n ci: pola asuh orang tua dan kemandirian belajar siswa.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui variasi pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya untuk mandiri dalam belajar di SMP Negeri 4. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana variasi pola asuh orang tua siswa SMP Negeri 4 Salatiga? (2) bagaimana kemandirian belajar siswa SMP Negeri 4 Salatiga? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengaruh pola asuh orang tua siswa di SMPN 4 Salatiaga tergolong pola asuh otoriter (45% sebanayak 18 siswa) sedangkan tingkat kemandirian belajar siswa tergolong sedang (50% sebanyak 20 siswa). Dalam pola asuh otoriter, orang tua cenderung lebih memperhatikan masalah pendidikan anaknya, sehingga dalam diri anak akan tumbuh rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap orang tuanya. Jadi sikap mandiri muncur dari paksaan orang tua. Pola asuh otoriter dianggap sebagai pola asuh yang tepat untuk mendidik anak.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar siswa. Dengan kata lain Ha diterima.

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL... i

NOTA PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

DEKLARASI... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah... ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan penelitian... 4

D. Hipotesis... 5

E. Kegunaan penelitian... 5

F. Definisi Operasional... 5

G. Metode penelitian... 9

H. Sistematika penulisan Skripsi... 12

BAB ILLANDASAN TEORI A. Pola Asuh Orang Tua..-.r... 15

(12)

1. Pengertian Pola Asuh Orang tua... 15

2. Bentuk-Bentuk pola Asuh Orang tua... 17

a. Pola Asuh Otoriter... 17

b. Pola Asuh Demokratis... 19

c. Pola Asuh permisif... 21

B. Kemandirian Belajar Siswa... 23

1. Pengertian Kemandirian Belajar... 24

2. Ciri-Ciri kemandirian Belajar... 25

3. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi kemandirian Belajar... 31

C. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap kemandirian Belajar Siswa... 36

BAB m LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi penelitian... 40

1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah... 40

2. Letak Geografis... 40

3. Struktur Organisasi... 41

4. Keadaan Guru dan Siswa... 42

5. Sarana Prasarana... 42

6. Visi Misi... 43

B. Laporan hasil Angket... 45

1. Daftar Nama Responden... 45

2. Hasil Jawaban Angket... 46

(13)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pertama... 51

B. Analisis Kedua... 59

C. Analisis Ketiga... 66

D. Interpretasi Data... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 75

C. Kata penutup... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I Keadaan Siswa... 42

Tabel II Data Ruang... 42

Tabel III Daftar Nama Responden... 45

Tabel IV Jawaban Angket Pola Asuh Orang Tua... 47

Tabel V Jawaban Angket Kemandirian Belajar... 48

Tabel VI Nilai Jawaban Angket Pola Asuh Orang Tua... 52

Tabel VII Tingkat Nilai Prosentase Pola Asuh Orang Tua... 55

Tabel VIII Jawaban Per Item Pertanyaan Pola Asuh Orang T ua... 56

Tabel IX Nilai Jawaban kemandirian Belajar... 60

Tabel X Tingkat Nilai prosentase kemandirian Belajar... 63

Tabel XI Jawaban Per Item Pertanyaan Kemandirian Belajar... 64

Tabel XII Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar iiswa ....727.... 67

(15)

BABI

PENDAHULUAN

A. L atar Belakang

Keluarga merupakan satu kesatuan masyarakat terkecil dan di dalamnya

terjalin hubungan antara ayah, ibu dan anak. Fungsi keluarga bukan hanya

sebagai penerus keturunan saja, akan tetapi masih banyak fungsi yang lain,

diantaranya fungsi ekonomi, sosial, edukatif, religius dan efektif.

Peranan keluarga sangat besar untuk menyiapkan anak sehingga mampu

berdiri sendiri, bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakat kelak. Untuk itu,

di dalam membentuk itu diperlukan suatu pola asuh yang baik yang bisa

mendorong kemajuan anak di dalam keluarganya.

Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan orang lain

yang paling utama dan pertama bertanggungjawab adalah orang tua sendiri.

Orang tuanyalah yang bertanggungjawab memperkembangkan keseluruhan

eksistensi si anak. Tanggung jawab orang tua memenuhi kebutuhan-kebutuhan si

anak baik dari sudut organis psikologis, kebutuhan intelektual, rasa kasih,

dimengerti, rasa aman melalui asuhan perlakuan. Dengan demikian kita harapkan

si anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah suatu gambaran kepribadian yang

harmonis dan matang.

Gambaran kepribadian si anak ternyata berlainan dengan keinginan orang

tua, kita telah berbuat banyak berusaha sekuat mungkin untuk

memperkembangkan anak sebaik-baiknya, kita merasa telah berbuat

(16)

2

adilnya terhadap semua anak akan tetapi ternyata keadaan dan perbuatan-

perbuatan anak adalah lain sekali dari apa yang sebenarnya kita kehendaki,

demikian seterusnya. Banyak hal sering timbul sebagai masalah bagi orangtua

dalam menghadapi anak. Banyak orangtua yang bersikap acuh tak acuh terhadap

perkembangan anak.

Penanaman aspek-aspek pada diri anak akan membuat mereka menjadi

manusia yang mampu mengembangkan potensi dan kreatifitasnya, ketrampilan

yang ditopang dengan tata nilai yang baik, sikap yang positif dan pengetahuan

yang luas akan mampu mengelola dan memanfaatkan dunia di sekitarnya menjadi

lahan garapan yang sangat berharga bagi dirinya.

Dalam Al-Qur'an Surat At-Tahrim:6:

i' , ^ f ^ < 1 ^ . ' V « £ ,

IJ b tj ! Iji IjJ^a If i^ j j l {j L'

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (Depag RI, 2005 : 447).

Maksud dari ayat tersebut adalah perintah memelihara keluarga, termasuk

anak, bagaimana orang tua bisa mengarahkan, mendidik, dan mengajarkan agar

anak terhindar dari siksa api neraka. Hal ini juga memberikan arahan bagaimana

orang tua harus mampu menerapkan pendidikan yang bisa membuat anak

mempunyai prinsip untuk menjalankan hidup yang positif. Mengarahkan mereka

pada hal-hala yang bermanfaat dan menjadikan anak yang berakhlaqul karimah,

(17)

3

Keharusan tanggung jawab keluarga untuk menyelamatkan dirinya dan

keluarganya melalui pendidikan Islam juga ditegaskan dalam sabda Nabi

Muhammad SAW sebagai berikut:

o\j j ) . j \ 6

AaJlM

^ J *

Jr

•* «• •« • «•

Artinya: “Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, dan Majusi” (H.R. Bukhori) (Bukhori dan Muslim, 212).

Hadits Rasulullah di atas menunjukkan bahwa orangtua bertanggungjawab

saat kekuatan akal fikiran manusia belum sempurna dalam memiliki tanggung

jawab untuk memelihara sampai anak mampu menemukan dirinya sendiri dan

bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.

Tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak ini berlangsung terus

sampai akhir hayat. Peran orangtuanya terhadap pendidikan anak akan berangsur-

angsur mengecil setelah anak mencapai kematangaan dan kedewasaan, tapi

tanggung jawab orangtua tidak lepas sama sekali.

Hendaknya orangtua mampu bersikap bijak dalam membina dan mendidik

putra-putrinya. Orangtua mampu bersikap bijak dan demokratis dalam

memutuskan persoalan serta mampu memilih mana yang terbaik yang seharusnya

diberikan kepada anak-anak atau setidaknya orangtua mampu membimbing pada

yang diinginkan anak.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberi

pendidikan pertama sebelum mereka berada di tengah-tengah masyarakat,

sehingga keberadaan keluarga sangat penting untuk membentuk kepribadian yang

(18)

4

mandiri, percaya diri atau tidak mudah terpengaruh, terombang-ambing dalam

berperilaku dan bersikap.

Dengan kemandirian yang dimiliki, seseorang mampu mengelola diri untuk

memenuhi tuntutan jaman yang semakin maju dan pesat perkembangannya.

Selain itu tidak akan mudah terpengaruh serta ketergantungan pada orang lain.

Dengan kemandirian belajar, seseorang mampu mengelola dan belajar sendiri

menggunakan kreativitasnya, mengekspresikan gagasannya.

Dari uraian tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan

mengambil judul Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Belajar

Siswa SMPN 4 Salatiga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana variasi pola asuh orangtua siswa SMPN 4 Salatiga?

2. Bagaimana kemandirian belajar siswa SMPN 4 Salatiga?

3. Adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian belajar siswa

SMPN 4 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui variasi pola asuh orangtua siswa SMPN 4 Salatiga.

2. Untuk mengetahui kemandirian belajar siswa SMPN 4 Salatiga.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian

(19)

5

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 1989:62).

penelitian nanti hipotesisnya adalah ada pengaruh positif pola asuh orangtua

terhadap kemandirian belajar siswa.

E. Kegunaan Penelitian

1. • Bagi Orangtua

Agar lebih memperhatikan aktivitas kegiatan anak-anak serta mampu

mendidik anak-anak sesuai dengan perkembangan fisik dan pemikirannya.

2. Bagi Siswa

Diharapkan agar anak mampu bersikap mandiri dalam belajar.

3. Bagi Peneliti

Sebagai media untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam

meneliti sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan

pada keadaan yang sebenarnya di lapangan.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda, maka

penulis menjelaskan istilah dan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang timbul oleh sesuatu bisa berupa orang,

(20)

6

perbuatan seseorang (Poerwadarminto, 1982:59). Yang dimaksud dengan

pengaruh di sini adalah kekuatan atau daya akibat dari pola asuh orang tua

terhadap siswa.

2. Pola Asuh Orang tua

Pola dalam istilah pola berarti desain atau konfigurasi (Hurlock,

1978:237). Sedangkan pola asuh merupakan sikap orang tua dalam

berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari beberapa segi, antara

lain dari cara orang tua memberikann aturan kepada anak, cara memberi

hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua

memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak, dengan

demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara

orang tua mendidik anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih

jelasnya, bagaimana siakap dan perilakau orang tua saat berinteraksi dengan

anak. Termasuk cara menerapkan aturan dan mengajarkan norma-norma

membeikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan

perilaku yang baik, sehingga menjadi panutak bagi anaknya.

Yang dimaksud penulis di sini adalah metode orang tua dalam mendidik

anak-anaknya. Menurut Hurlock, ada 3 jenis pola asuh orang tua terhadap

anaknya yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh

per missive!acuh tak acuh,

a. Pola asuh otoriter

(21)

7

aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku

seperti dirinya, kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Toha,

1996:110-111).

Indikator pola asuh otoriter, diantaranya:

1) Memaksakan kehendak

2) Tidak memberikan pilihan-pilihan kepada anak

3) Banyak mengkritik anak.

b. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua

terhadap kemampuan anak. Anak diberi kesempatan agar tidak selallu

bergantung kepada orang tuanya, orang tua sedikit memberi kebebasan

kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak

didengarkan pendapatnya dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang

menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri (Toha, 1996:111).

Indikator pola asuh demokratis:

1) Memberi kebebasan

2) Menerima saran dan kritik

3) Musyawarah untuk mufakat.

c. Pola asuh acuh tak a.cu\dpermissive

Pola asuh laissez faire ditandai dengan adanya orang tua mendidik

anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa/muda, ia diberi

kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki

(22)

8

Indikator pola asuh permissive/acvh tak acuh:

1 Orang tua bersikap acuh tak acuh terhadap anak

2 Kurang memberi nasihat pada anak

3 Membiarkan anak berbuat sekehendaknya

4 Orang tua tidak mengarahkan dan membimbing anak.

3. Kemandirian Belajar

Kemandirian berasal dari kata mandiri yang artinya berdiri sendiri

(Poerwadarminto, 1982:630).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan. Belajar adalah berubah, dalam hal ini dimaksudkan bahwa belajar

akan membawa suatu perubahan tingkah laku bagi individu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya terkait dengan penambahan ilmu pengetahuan,

tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri,

minat, watak, penyesuaian diri dan lain-lain (Sardinian, 1994:23).

Jadi sikap kemandirian belajar yang penulis maksud adalah sikap yang

tampak dari anak dalam keadaan mencerminkan suatu perubahan sikap

percaya pada kemampuan dirinya sendiri.

Untuk mengukur kemandirian siswa menggunakan indikator dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

a Belajar tepat waktu

(23)

9

c Mempunyai catatan lengkap

d Siswa mampu mendiskusikan pelajaran dengan teman-teman

e Selalu bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

f Mampu mengeijakan tugas tanpa meminta bantuan teman.

G. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah seluruh subyek yang diteliti dan diselidiki, atau

dengan kata lain populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-

kenyataan yang diperoleh dari sampel yang hendak digeneralisasikan

(Hadi, 1981:70). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas I SMPN 4 Salatiga yang berjumlah 160 siswa dari seluruh

siswa kelas I.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Hadi, 1981:70).

Jadi, sampel adalah bagian dari individu yang diselidiki yang akan

dijadikan sebagian atau semua pada sampel. Kemudian perlu disampaikan

dalam hubungan dengan penarikan sampel di atas didasarkan pendapat

Suharsimi (1998:117) yaitu untuk sekedar ancer-ancer apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sedangkan bila subyeknya

(24)

10

Jumlah sampel yang diteliti adalah 40 siswa yang berasal dari sebagian

siswa kelas VII yang berjumlah 160 dari 6 kelas diambil 25%. Uraiannya

adalah sebagai berikut:

Kelas VII-A 32 x 25 % = 8 siswa

Kelas VII-B 32 x 25 % = 8 siswa

Kelas VII-C 28 x 25 % = 7 siswa

Kelas VII-D 24 x 25 % = 6 siswa

Kelas VII-E 24 x 25 % = 6 siswa

Kelas VII-F 2 0 x 2 5 % = 5 siswa +

Jumlah = 40 siswa

2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel:

a. Pola asuh orangtua

b. Kemandirian belajar siswa.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode angket

Metode angket adalah sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998:229).

Adapun bentuk angket yang digunakan adalah langsung dan

tertutup, di mana seorang responden tinggal menentukan option mana

(25)

11

Metode ini digunakan untuk mencari data tentang pola asuh orang

tua (yang bersifat demokratis, otoriter, permisif), dan kemandirian belajar.

Angket ini ditujukan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Salatiga,

b. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

notulen, ledger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 1989:188).

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran

umum meliputi data demografi sekolah, struktur organisasi sekolah,

keadaan guru, siswa dan karyawan, sarana dan fasilitas sekolah.

4. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

mengolah atau menganalisis data. Dalam mengolah dan menganalisis data

tersebut, penulis menggunakan metode analisis data sebagai berikut:

a. Analisis pertama

Pada tahap ini digunakan perhitungan awal dari data yang

dipisahkan melalui prosentase dan analisis tiap-tiap item yaitu dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

/>=— *100%

N

Keterangan:

P = prosentase

F = frekuensi

(26)

1 2

b. Analisis kedua

Dalam penentuan subjek penelitian, peneliti membagi menjadi dua

yaitu pola asuh orang tua dan kemandirian belajar. Untuk mengetahui

adanya pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian belajar anak,

maka penulis menggunakan analisis product moment.

Rumus:

r N Lxy-(Lx)(I.y)

* V {/VLx2 - (£x)2 }{ASy2 - (Ey)2}

Keterangan:

rX7 = koefisien korelasi antara X dan Y

X = variabel pengaruh pola asuh

Y - variabel kemandirian belajar

N = j umlah responden

X2 = hasil kuadrat variabel Y

Y2 = hasil kuadrat variabel X

XY = produk X - Y

E = jumlah.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi di sini merupakan gambaran secara garis

besar tentang isi skripsi yang terdiri dari bab-bab tertentu.

BAB I PENDAHULUAN

(27)

13

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Hipotesis

E. Kegunaan Penelitian

F. Definisi Operasional

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan Skripsi

BABU LAND ASAN TEORI

A. Pola Asuh Orangtua

1. Pengertian Pola Asuh Orangtua

2. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orangtua

a. Pola Asuh Otoriter

b. Pola Asuh Demokratis

c. Pola Asuh Permisif

B. Kemandirian Belajar Siswa

1. Pengertian Kemandirian Belaj ar

2. Bentuk-bentuk Kemandirian Belajar

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

C. Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Belajar Siswa

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah

(28)

3. Struktur Organisasi

4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan

5. Sarana Prasarana

6. Visi Misi

B. Laporan Hasil Angket

1. Daftar Nama Responden

2. Hasil Jawaban Angket

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pertama

B. Analisis Kedua

C. Analisis Lanjutan

D. Interpretasi Data

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

(29)

BAB II

LAND ASAN TEORI

A. Pola Asuh Orangtua

1. Pengertian Pola Asuh

Pola berarti cara atau model (Poerwadarminta, 1982:763) Sedangkan

asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik anak kecil untuk dapat berdiri

sendiri (Poerwadarminta, 1982:63). Jadi pola asuh berarti model merawat,

mendidik, membantu dan melatih anak supaya dapat berdiri sendiri.

Pola asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh

orangtua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggungiawab

kepada anak, dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah

merupakan tanggung jawab primer, karena anak adalah hasil dari buah kasih

sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam suatu

keluarga. Keluarga adalah satu elemen terkecil dalam masyarakat yang

merupakan institusi sosial terpenting dan merupakan unit sosial yang utama

melalui individu-individu disiapkan nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang

utama.

Mengutip pendapat Kohn dalam buku Chabib Toha (1996:110), pola

asuh merupakan sikap orangtua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini

dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orangtua memberikan

peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orangtua

menunjukkan otoritas dan cara orangtua memberikan pemahaman atau

tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan demikian, yang disebut dengan

(30)

16

pola asuh orangtua adalah bagaimana cara orangtua mendidik anak baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Cara mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orangtua

yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan ketrampilan

yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman,

penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan dalam

situasi seperti ini diharapkan muncul dari anak adalah efek instruksional yakni

respon-respon anak terhadap aktifitas pendidikan itu.

Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan

sehari-hari baik tutur kata sampai alat kebiasaan dan pola hidup. Hubungan

orangtua dengan keluarga, masyarakat, hubungan suami istri, semacam secara

tidak sengaja telah membentuk situasi dewasa anak selalu bercermin terhadap

kehidupan sehari-hari dari orangtuanya.

Pola asuh orangtua dalam membantu anak untuk mengembangkan

disiplin diri ini adalah upaya orangtua yang diaktualisasikan terhadap

penataan:

a. Lingkungan fisik

b. Lingkungan sosial internal dan eksternal

c. Pendidikan internal dan eksternal

d. Dialog dengan anak-anaknya

e. Suasana psikologis

f. Sosiobudaya

(31)

anak-17

anaknya

h. Kontrol terhadap perilaku anak-anak

i. Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan diupayakan

kepada anak-anak (Shochib, 1998:15).

Hampir tanpa terkecuali, para orangtua dapat digolongkan secara kasar

dalam 3 kelompok yaitu: mereka yang menang, yang kalah dan yang menang-

kalah. Para orangtua yang tergolong dalam kelompok pertama gigih

mempertahankan dalam membenarkan hak mereka untuk menggunakan

otoritas maupun kekuasaan atas anak. Mereka percaya perlunya mengekang,

menentukan batas, menuntut tingkah laku sesuatu, memberi perintah, dan

mengharapkan sikap taat. Kelompok orangtua kedua, yang berjumlah lebih

sedikit daripada kelompok pertama, hampir selalu memberikan anak-anak

mereka kebebasan. Mereka secara sadar menghindari pemberian batas-batas

kepada anak mereka dengan bangga mengemukakan bahwa mereka bukan

penganut metode otoriter. Kelompok terbesar dari para orangtua terdiri dari

mereka yang beranggapan bahwa sulit mengikuti secara konsisten salah satu

di antara kedua perdebatan tadi. Akibatnya, untuk mencoba sampai pada

“perpaduan yang adil” dari masing-masing cara pendekatan itu, mereka

bergerak hilir-mudik antara menjadi orangtua yang keras dan lemah, sulit

mudah, membatasi dan membiarkan, menang dan kalah (Gordon, 1984:9-10).

2. Bentuk-bentuk Pola Asuh

a. Pola Asuh Otoriter

(32)

18

aturan-aturan yang ketat namun dituntut untuk mempunyai

tanggungjawab, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti

dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama sendiri dibatasi

sehingga anak tidak bisa mengembangkan segala potensi yang dimiliki

termasuk kreativitasnya

. Anak jarang dijajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan

orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar

sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak.

Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan

hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak

juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap

diberlakukan meskipun menginjak usia dewasa (Thoha, 1994:111).

Sebagai akibat yang lebih jauh akan berpengaruh kepada sifat-sifat

kepribadian anak, sehingga kemungkinan sifat anak dari keluarga otoriter

ialah:

1) Kurang inisiatif

2) Gugup

3) Ragu-ragu

4) Suka membangkang

5) Menentang kewibawaan orangtua

6) Penakut

7) Penurut (Bamadib, 1976:126).

(33)

19

orangtua untuk menolong anak dalam memenuhi kebutuhan hidup

mereka, akan tetapi tidak boleh berlebih-lebihan dalam menolong

sehingga anak tidak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri nanti

(Al Qussy, 1974:220). Lebih lanjut dikemukakan bahwa ada orangtua

yang suka mencampuri urusan anak sampai masalah yang kecil-kecil,

misalnya mengatur jadwal perbuatan anaknya, jam istirahat, cara

membelanjakan uang, warna pakaian yang cocok, memilihkan teman-

teman untuk bermain, macam sekolah yang harus dimiliki. Anak yang

dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-

ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang

apa saja (Al Qussy, 1974:225).

Anak dari orangtua otoriter menunjukkan ciri-ciri pasivitas (sikap

menunggu) dan menyerahkan segala-galanya kepada pemimpin, makin

berkurang ketidaktaatan, kurangnya inisiatif, tidak merencanakan sesuatu,

daya tahan berkurang dan ciri-ciri takut-takut (Gerungan, 1991:189).

Kepribadian anak juga dipengaruhi negatif oleh disiplin yang terlalu

keras. Anak yang di luar tampak diam, berperilaku baik dan tidak

melawan sering memendam permusuhan mendalam yang membuatnya

tidak bahagia dan curiga terhadap siapa saja yang berhubungan

dengannya, terutama yang berkuasa,

b. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orangtua

(34)

20

tergantung kepada orangtua. Orangtua sedikit memberi kebebasan kepada

anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak diberi kesempatan

untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit

berlatih untuk bertanggungjawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan

diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya (Thoha,

1996:111).

Sebagai akibat yang lebih jauh akan berpengaruh kepada sifat-sifat

kepribadian anak dari keluarga yang demokratis antara lain:

1) Anak aktif di dalam hidupnya

2) Penuh inisiatif

3) Percaya kepada diri sendiri

4) Perasaan sosial

5) Penuh tanggung jawab

6) Menerima kritik dengan terbuka

7) Emosi lebih stabil

8) Mudah menyesuaikan diri (Bamadib, 1976:125).

Prof.Dr. Abdul Aziz Al Qussy mengatakan bahwa tidak semua

orangtua harus mentolerir terhadap anak, dalam hal-hal tertentu orangtua

perlu ikut campur tangan, misalnya:

1) Dalam keadaan yang membahayakan hidupnya atau keselamatan anak

2) Hal-hal yang terlarang bagi anak dan tidak tampak alasan-alasan yang

lahir

(35)

21

keruhnya suasana yang mengganggu ketenangan umum (Al Qussy,

1974:227).

Demikian pula kepada hal-hal yang sangat prinsip sifatnya

mengenai pilihan agama, pilihan nilai hidup yang bersifat universal dan

absolut, orangtua dapat memaksakan kehendaknya kepada anak karena

anak belum memiliki wawasan yang cukup mengenai hal ini.

Kedisiplinan berasal dari kebebasan di rumah tampil dalam

kerjasama yang baik, ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi

hambatan, pengendalian diri yang lebih baik, kreatifitas yang lebih besar

dan sikap yang ramah terhadap orang lain.

Keluarga demokrasi memandang anak sebagai individu yang

berkembang, anak ditempatkan di tempat yang semestinya, yang

mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif, anak dapat menghargai

orang lain karena anak sudah biasa menghargai hak dan anggota keluarga

di rumah.

c. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif ditandai dengan cara orangtua mendidik anak

secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa/muda. Ia diberi

kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki,

kontrol orangtua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan

bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa yang dilakukan

oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau

(36)

22

Orangtua yang memberikan kebebasan kepada anaknya, orangtua

-p

yang tidak memegang fungsi sebagai pimpinan yang mempunyai

kewibawaan, suasana keluarga bebas bahkan boleh dikatakan agak 'liar'

karena tidak adanya norma-norma yang harus dianut. Anak merasa tidak

ada pegangan tertentu sehingga mereka bertindak sekehendaknya sendiri.

Keadaan yang demikian mempunyai pengaruh yang negatif terhadap

perkembangan kepribadian anak. Anak tidak dapat mengenal tata tertib,

tidak dapat mematuhi pimpinan, tidak dapat memimpin dan tidak dapat

dipimpin. Anak tidak dapat menghargai orang lain sehingga anak selalu

mementingkan diri-sendiri. Di dalam keluarga permisif ini maka sifat atau

pribadi anak kemungkinan sebagai berikut:

1) Agresif

2) Menentang atau tidak dapat bekerjasama dengan orang lain

3) Emosi kurang stabil

4) Selalu berekspresi bebas

5) Selalu mengalami kegagalan karena tidak ada bimbingan (Bamadib,

1976:124).

Dengan sifat permisif ini anak cenderung menjadi bingung dan

merasa tidak aman.

Secara umum, dalam pola asuh otoriter orangtua sangat

menanamkan disiplin dan menuntut prestasi tinggi pada anaknya, hanya

(37)

23

mengungkapkan pendapat sekaligus menomorduakan kebutuhan anak.

Dalam pola asuh permisif, orangtua bersikap demokratis dan penuh kasih

sayang, namun kendali orangtua dan tuntutan prestasi terhadap anak

rendah. Anak dibiarkan berbuat sesukanya tanpa beban kewajiban atau

target apapun. Sementara itu pola demokratis muncul bila orangtua

menerapkan kendali yang tinggi pada anak, orangtua menuntut prestasi

yang tinggi tapi disertai sikap demokratis dan kasih sayang pula.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orangtua

yang berpola asuh otoriter memiliki ciri-ciri cenderung memberikan perintah

dan larangan, menerapkan disiplin yang kaku, mengharuskan anak untuk

patuh dan tidak boleh membantah orangtua, anak tidak mempunyai hak untuk

berpendapat, bila bersalah anak harus dihukum, orangtua merasa paling benar

dan anak disalahkan. Orangtua yang berpola asuh permisif memiliki ciri-ciri

tidak membimbing dan memonitor anak, tidak ada aturan yang digariskan

oleh orangtua, anak bebas melakukan segala sesuatu, bila anak bersalah tidak

diberi hukuman, bila anak berbuat baik atau memenuhi harapan orangtua

tidak memberi hadiah dan tidak ada kehangatan dalam hubungan keluarga.

Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri

keputusan dan aturan di rumah dibuat bersama oleh orangtua dan anak, ada

bimbingan dan kontrol dari orangtua kepada anak, bila melakukan kesalahan

anak akan mendapat peringatan atau hukuman, dan bila anak berbuat baik

(38)

24

mempertimbangkan keadaan atau alasan dari anak yang dapat diterima oleh

orangtua, hubungan keluarga sangat komunikatif dan hangat.

B. Kemandirian Belajar Siswa 1. Pengertian Kemandirian Belajar

Kemandirian dari kata 'mandiri' yang berarti berdiri sendiri dan tidak

bergantung pada orang lain (Poerwadarminta, 1982:630). Orang yang mandiri

berarti orang yang dapat menghargai dirinya sendiri dan percaya pada diri

sendiri tanpa menggantungkan dirinya dengan orang lain. Bila seseorang telah

memiliki sikap tersebut, hal itu merupakan langkah awal dari sikap mandiri.

Sedangkan kemandirian menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai

berikut:

a. Prof. Dr. Azyumardi Azra mengatakan kemandirian adalah hasrat untuk

mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri yang diwujudkan dalam

aspek kreativitas dan kemampuan mencipta (Rofiq, 2008:65).

b. Zakiyah Darajat menjelaskan kemandirian adalah kecenderungan anak

untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa minta tolong kepada

orang lain, biasanya anak dapat berdiri sendiri, lebih mampu memikul

tanggung jawab dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil

(Zakiyah Darajat, 1976:130).

c. Agung menyatakan bahwa sebuah kemandirian adalah pemahaman kita

mengenai hal-hal yang membutuhkan dan hal-hal yang kita inginkan

(Agung, 2005:59).

d. Chabib Thoha merumuskan bahwa kemandirian adalah perilaku yang

(39)

25

aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri tanpa mengharapkan

pengarahan dari orang lain dalam pemecahan masalah yang kita inginkan

(Chabib Thoha, 1996:121).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa

kemandirian adalah perilaku yang aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri

tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain yang diwujudkan dalam aspek-

aspek kreativitas dan kemampuan menciptakan sesuatu.

Pengertian kemandirian yang penulis maksud di sini adalah suatu sikap

yang menunjukkan bahwa seorang siswa tidak lagi bergantung kepada orang

lain, ia bersusaha di mana siswa menentukan cara berfikimya sesuai dengan

kemampuannya sendiri, sehingga dapat bertanggungjawab terhadap dirinya

sendiri dengan belajar.

2. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Mandiri merupakan proses kepada kemerdekaan dan kesejahteraan yang

mana setiap orang ingin memiliki sikap mandiri dalam menjalani hidupnya.

Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan sifat-sifat yang merupakan

ciri-ciri mandiri, yaitu:

a. Mampu berfikir aktif

Seorang yang mandiri selalu mempunyai keinginan, keberanian

untuk menampilkan minat serta kebutuhan dan permasalahannya.

b. Mampu berpikir kreatif

Kreatif adalah kecenderungan seseorang untuk menciptakan dan

(40)

2 6

Adapun ciri-ciri orang yang kreatif antara lain:

1) Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan melahirkan gagasan-gagasan

baru yang berlainan

2) Sikap yang terbuka, yaitu mempersiapkan dirinya untuk menerima

stimulus internal dan eksternal dan ia memiliki minat yang beraneka

ragam

3) Sikap yang bebas, otonom dan percaya pada dirinya sendiri (Jalaludin

Rachmad, 1982:12).

c. Bertanggung) awab terhadap kegiatan dan hasil kelompok

Seorang yang mandiri tidak akan lari dari tanggungjawab terhadap

suatu kegiatan atau suatu hasil kelompok yang telah dilaksanakan.

d. Berusaha bekerja dengan penuh keyakinan dan disiplin

Ketekunan, keyakinan dan disiplin merupakan kunci dari

kesuksesan. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Bagi anak (santri)

kesuksesan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan disiplin

akan terbentuk sikap mematuhi segala aturan yang dibentuknya sendiri.

Kemudian ciri-ciri kemandirian yang dirumuskan oleh Prof. Dr. H.

Hadari Nawawi (1993:341-372), adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui secara tepat cita-cita yang hendak dicapainya

Mengetahui secara tepat keinginan atau yang dikehendaki dalam

menjalani dan menjalankan hidup dan kehidupan sebagai khalifah di

bumi, akan menuntun pikiran, sikap dan tingkah laku manusia. Pribadi

(41)

27

diinginkan dan yang harus dikerjakan sehari-hari. Sejak bangun dari

tidurnya dimalam hari, pribadi mandiri sudah mengetahui apa yang akan

dikerjakannya disiang hari guna menunjang tercapainya cita-cita dalam

kehidupan, tahu menyibukkan dirinya dengan melakukan kegiatan yang

bermanfaat, untuk kebaikan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak,

b. Percaya pada nasib dari Allah SWT tetapi memahami bahwa semua

manusia diberikan kesempatan yang sama dalam berusaha untuk

memperoleh nasib terbaik, sesuai cita-citanya

Dalam Al-Qur'an Surat Ar-Raad ayat 11 bahwasanya Allah SWT

telah berfirman, yaitu:

Artinya: Nasib suatu kaum (termasuk individu) tidak akan berubah jika kaum (individu) tersebut tidak berusaha untuk merubah nasibnya (Depag, 2005 : 198)

Pada dasarnya tidak seorangpun manusia yang mengetahui

nasibnya, besok atau kemudian hari.oleh karena itulah kepada semua

manusia sebenarnya telah diberi peluang atau kesempatan yang sama

untuk mencapai sukses material maupun spiritual,

c. Percaya diri, dapat dipercaya orang lain

Orang-orang yang mandiri merupakan orang yang menggunakan

pikiran agar bekeija untuk dirinya, bukan sebaliknya melawan dirinya.

Pada tahap pertama, pikiran harus digunakan untuk menumbuhkan

kepercayaan pada diri sendiri, percaya bahwa diri sendiri sama baiknya

(42)

sesuatu kebaikan, maka diri sendiripun mampu melakukannya, baik untuk

kepentingan hidup di dunia maupun di akhirat. Mempunyai percaya diri

terdapat keyakinan yang kuat bahwa dirinya bisa mengerjakan sesuatu

yang membawa dirinya pada sukses.

Adapun ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain sebagai berikut:

1) Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan sesuatu

2) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi

3) Memiliki kemampuan bersosialisasi

4) Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah,

misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi

persoalan hidup (Hakim, 2002:5).

Orang-orang beriman yang percaya diri sebagai bagian pribadi

mandiri selalu mampu bersaing, namun mampu pula bekerjasama dengan

orang lain. Percaya pada orang lain merupakan dasar bagi perwujudan

kerjasama, karena menyadari bahwa pekerjaan besar selalu memerlukan

bantuan orang lain, mengingat kodrat sebagai makhluk sosial. Keijasama

atas dasar percaya pada orang lain, terutama sesama saudara umat Islam

diyakininya akan membawa kebaikan,

d. Mengetahui bahwa sukses adalah kesempatan bukan hadiah

Orang-orang yang berkepribadian mandiri yang kreatif dan penuh

inisiatif, mampu menciptakan kerja dan tidak menunggu-nunggu kerja.

(43)

29

buang waktu hanya utnuk tidur atau tidur-tiduran belaka. Disiplin waktu

dan disiplin kerjanya sangat tinggi.

Orang yang mandiri tahu dengan tepat cara mempergunakan waktu,

kapan waktu harus belajar, bekeija dan santai. Penggunaan waktu tidak

akan dibaliknya dengan bersantai di waktu harus belajar atau bekerja,

sebaliknya juga tidak bekerja pada saat seharusnya santai dan istirahat.

Dalam kondisi itu terwujudlah disiplin kerja pada seseorang dan berjalan

terus tidak akan dipergunakan untuk merugikan dirinya, justru sebaliknya

harus dijadikan kesempatan untuk mengejar sukses. Allah SWT berfirman

di dalam Surat Al Ashr ayat 1 sampai 3:

I j U - p j

O iO J l *5 j ( J )

j^ > - J i}

o i

0

! J J J (3>«J L) i jf r y O l j ) " j i ~ l l

Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, berbuat baik dan saling menasihati dengar> eraran dan kesabaran. (Depag, 2005 : 485)

Dengan demikian jelas pula bahwa orang-orang mandiri yang

beriman mengetahui secara tepat kapan harus beribadah dan berbuat amal

kebaikan, karena jika terlambat maka akan menjadi sia-sia. Oleh karena

itu berarti orang-orang yang berkepribadian mandiri terdiri dari orang-

orang yang bersedia dan mampu bekeija keras (termasuk belajar) bagi

siswa dan mahasiswa.

e. Membekali dengan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna untuk

(44)

31

kehidupannya yang berada dalam kekuasaan dan pemeliharaan Allah

SWT. Bersyukur diberi kehidupan karena merupakan kesempatan untuk

melakukan segala sesuatu, terutama untuk menyembah Allah SWT dan

untuk berbuat amal kebaikan semata-mata karena Allah SWT. Pada tahap

berikutnya bersyukur terhadap pemberian wujud diri dengan perpaduan

jasmani dan rohani, bagaimanapun kejadian atau keadaannya. Untuk itu

seluruh pemberian itu patut digunakan untuk melakukan segala sesuatu

yang diridhoi Allah SWT.

Dari uraian di atas berarti pribadi mandiri merupakan kemampuan

mengendalikan atau memenej diri. Dengan kata lain, sukses tergantung pada

bagaimana seseorang mengendalikan atau mengelola dirinya sendiri di

tengah-tengah kehidupan masyarakat modem yang kondisinya semakin berat

dan penuh tantangan. Setiap hari yang kita lewati diisi dengan sesuatu yang

berkarya, sederhana apapun persaingan dalam segala segi kehidupan semakin

ketat. Namun itu bukan berarti manusia harus pasrah, tetapi kita harus

berusaha sekuat kemampuan yang kita miliki.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Suatu kemandirian yang timbul dari pribadi seseorang dapat

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak dan

faktor dari luar anak, yaitu:

a. Faktor dari dalam diri anak yaitu pembawaan (hereditas) yang melekat

pada organisme dan citra diri (se lf concept) (Andi, 1982:67)

(45)

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Usia

Salah satu faktor yang menentukan sikap kemandirian dan

berasal dari dalam diri anak yaitu faktor usia, karena dengan

bertambahnya usia anak akan mendorong timbulnya kecenderungan

untuk melepaskan diri dari orangtua dengan melihat fakta-fakta yang

ada sesuai jenjang umur, seperti dikatakan Zakiyah Daradjat

(1993:90):

Masa remaja awal adaalah masa perkembangan yang akan mencapai puncaknya pada umur antara 16-18 tahun. Perkembangan kecerdasan dapat dikatakan selesai. Oleh karena itu, mereka telah mampu mengkritik orangtuanya, guru dan para pemimpin yang menurut penilaian objektif kurang baik atau

tidak bijaksana.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila

usia semakin bertambah maka bertambah pula kecakapan-kecakapan

dan ketrampilan yang dimiliki, sehingga otomatis sikap kemandirian

anak dapat bertambah semakin matang.

2) Motivasi

Motivasi merupakan tenaga penggerak bagi aktifitas belajar

anak. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang berasal dari diri

seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan suatu

perbuatan. Dengan motivasi yang kuat, anak mempunyai banyak

tenaga yang mendorong untuk belajar mandiri sehingga kemandirian

anak meningkat dan tumbuh secara maksimal. Sedangkan motivasi

(46)

33

Motivasi yang lemah akan menyebabkan anak sulit menjadi mandiri

dan belajar akan mudah luntur.

3) Kepribadian

Kepribadian seorang anak seperti ketekunan, kemauan anak

untuk bersaing, tidak mudah putus asa dan tidak takut gagal

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan anak

untuk mandiri. Pribadi yang tangguh akan membuat anak memiliki

semangat tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi dan giat demi tercapai

cita-citanya. Sebaliknya, pribadi yang lemah seperti kurang percaya

diri, pemalu, takut gagal dan mudah putus asa akan menjadi tantangan

bagi anak menjadi mandiri.

Faktor kematangan usia dan jenis kelamin merupakan faktor

yang mempengaruhi kemandirian. Anak semiakin tua usia akan

cenderung semakin mandiri. Di samping itu intelegensia anak juga

berpengaruh terhadap kemandirian anak. Faktor lain yang menentukan

kemandirian anak dari dalam adalah kekuatan anak dan ketakwaan

yang kuat akan cenderung memiliki sifat mandiri yang kuat pula,

b. Faktor yang berasal dari luar yaitu faktor lingkungan, terutama lingkungan

sosial (Andi, 1982:123)

Selain berasal dari dalam diri anak, pembentukan kemandirian juga

berasal dari faktor luar, antara lain:

1) Faktor keluarga

(47)

34

makhluk sosial, di mana keluarga sangat berpengaruh besar terhadap

anak. Akan tetapi, pengaruh ini tidak terbatas pada waktu ia telah

menjadi anak saja, tetapi telah dimulai sejak dari bayi bahkan sejak ia

dalam kandungan. Dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diterimanya

waktu kecil itu jauh lebih menentukan dalam kehidupannya di

kemudian hari. Karena pengalamannya waktu kecil itu akan lebih

membentuk kepribadian dan kemandirian anak. Apa yang dilihat,

didengar dan dirasakannya dalam kehidupan waktu kecil masuk

terjalin ke dalam pembinaan kepribadiannya.

Dalam menjalankan fungsi edukatif dan religius, maka setiap

orangtua di samping sebagai pemimpin keluarga juga berperan sebagai

pendidik. Pendidikan harus diarahkan mencapai tujuan

mengembangkan anak secara maksimal dalam seluruh aspek

perkembangannya, yaitu jasmani, akal dan rohani (Daradjat, 1978:42).

Karena itu, keteladanan orangtua menjadi salah satu pendekatan atau

teknik dalam mendidik dan membentuk kemandirian anak. Seluruh

tingkah laku orangtua baik dalam berbicara, berbuat dan bertingkah

laku merupakan contoh bagi anak untuk membentuk kemandirian. Jadi

jelaslah bahwa keteladanan orangtua dan kondisi keluarga sangat

berpengaruh terhadap perkembangan dan kemandirian anak.

2) Faktor sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang penting setelah

(48)

35

pengasuh menyerahkan tanggung) awabnya kepada sekolah. Sekolah

berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah

memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak, sehingga

mereka tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga pintar (baik)

dalam perilaku hingga menjadi pribadi yang mandiri dan taat berilmu

serta taat beramal.

Oleh karena itu, tidak baik jika keluarga dan sekolah terdapat

kontradiksi. Akan tetapi harus saling melengkapi kelemahan-

kelemahan yang ada di antara keduanya, sehingga menyatu dalam satu

tujuan yaitu terbentuknya kemandirian anak seperti yang diharapkan.

3) Faktor masyarakat (lingkungan sosial)

Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat

mempengaruhi pembentukan kemandirian anak. Karena setiap anak

tidak akan mungkin hidup tanpa adanya bantuan dari masyarakat.

Apabila anak hidup dalam lingkungan masyarakat yang terbiasa hidup

dengan kemandirian, maka anak itu akan tumbuh dan terlatih untuk

hidup mandiri. Sebaliknya jika anak hidup dalam lingkungan

masyarakat yang selalu dimanjakan, maka kemandirian anak tidak

akan tumbuh dan dalam melakukan segala sesuatu bergantung dengan

orang lain.

Adapun faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak

adalah faktor kebudayaan dan pengaruh keluarga terhadap anak.

(49)

36

masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung

mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat

yang masih sederhana.

Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi

aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik,

cara memberikan penilaian kepada anak, sehingga apabila latihan

mandiri itu dikembangkan orangtua sejak awal maka sifat mandiri

berkembang lebih awal (Thoha, 1996:124).

C. Pengaruh Pola Asuh terhadap Kemandirian Belajar

Keterkaitan pola asuh orangtua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan

sebagai upaya orangtua dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak

dan membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki disiplin diri.

Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orangtua bagi

kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri, menunjukkan adanya

kebutuhan internal yaitu:

1. Tingkat rendah, manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan dari

orangtua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri

(berdasarkan naluri)

2. Tingkat menengah, manakala anak kadang-kadang masih membutuhkan

bantuan dari orangtua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar

disiplin diri (berdasarkan nalar)

(50)

37

kontrol orangtua untuk memiliki dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri

(berdasarkan kata hati) (Shochib, 1998:16).

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya

mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan

pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya yang

diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak

menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi

kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan

kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan

keluarga dengan upaya memenuhi individu dari Maslow, maka keluarga

merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui

perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasarnya baik fisik-biologis maupun psikologisnya. Apabila

anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri

(self-actualization).

Menjadi orangtua efektif memberi pandangan baru mengenai hukuman

dalam mendidik anak, bahwa pemberian hukuman dapat ditiadakan untuk

seterusnya dalam menanamkan disiplin anak, semua jenis hukuman bukan hanya

yang bersifat fisik saja. Orangtua dapat membesarkan anak-anak yang

bertanggungjawab, memiliki disiplin diri dan kooperatif tanpa menakut-nakuti,

mereka dapat belajar bagaimana mempengaruhi anak untuk bertindak atas dasar

(51)

38

takut dihukum atau dikurangi hak-hak mereka.

Sepasang orangtua yang efektif akan tetap membiarkan dirinya sendiri

sebagai pribadi sejati. Anak-anak sungguh akan menghargai sifat manusiawi dan

sifat tidak berpura-pura dari orangtua mereka. Mereka ingin agar orangtua mereka

menjadi manusia bukan malaikat. Mereka menunjukkan reaksi yang baik terhadap

orangtua sebagai manusia pribadi, tidak sebagai pemain sandiwara, berpura-pura

menjadi tokoh yang bukan dirinya yang sejati.

Kemandirian belajar itu merupakan keharusan dalam pelajaran dewasa ini,

sejauh pelajaran itu diarahkan keadaan di hari depan pelajar, yang dengan nyata

dapat dilihat dalam keluarga dan masyarakat, sudah sejak pergerakan perubahan

pedagogis pada permulaan abad ke-20 datangnya persyaratan tersebut. Sejak itu

diusahakan agar belajar di sekolah direncanakan dan diatur atas dasar

kemandirian para murid (Holstein, 1986:7).

Dengan pola asuh otoriter mengakibatkan anak menjadi individu pasif, acuh

tak acuh, agresif, mudah putus asa, takut dalam merencanakan sesuatu, tergantung

pada orang lain dan daya kreatifnya tidak berkembang, yang membuat anak sulit

untuk mandiri. Pola asuh permisif mengakibatkan anak tidak mempunyai

pegangan melakukan sesuatu sehingga anak menjadi individu yang agresif,

menentang atau tidak dapat bekeijasama dengan oranglain,berekspresi sebebas

dan seluas-luasnya tanpa ada control.mengalami kegagalan karena tidak

mendapat bimbingan.

(52)

39

bahwa:

Children have highself reliance are those who came from families where parents received positively by children and this can only be found ways to teach democracy, (Anak mempunyai kemandirian tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga dimana orangtua diterima secara positif oleh

anak dan hal tersebut hanya dapat ditemui pada pola asuh demokratis).

Dapat disimpulkan bahwa pola asuh terbaik yang diterapkan oleh orangtua

terhadap anaknya adalah pola asuh demokratis karena pola asuh ini dapat

menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab dan

kemandirian anak. Pola asuh otoriter dapat mengakibatkan anak menjadi individu

yang tidak percaya diri, tidak kreatif, penakut dan tidak mandiri. Sedangkan pola

asuh permisif akan mengakibatkan anak menjadi tidak dapat mengontrol

perilakunya, tidak bertanggungjawab, bingung dan merasa tidak aman. Dengan

demikian kemandirian anak dipengaruhi oleh pola asuh orangtua, sedangkan pola

(53)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMPN 4 Salatiga 1. Sejarah berdiri SMPN 4 Salatiga

Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari Tata Usaha SMPN 4 Salatiga tahun 2009/2010

disebutkan bahwa SMPN 4 SALATIGA adalah lembaga pendidikan yang

didirikan di kota Salatiga pada tahun 1979.

Berdirinya SMPN 4 Salatiga, awal didirikan memiliki 2 lokal gedung

terpisah. 1 gedung berada di Jl. Veteran, sedang satu gedung lagi berada di Jl.

Suwardi. Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan belajar mengajar

tidak efektif, kemudian pada bulan November 2007 SMPN 4 mulai di

univikasi di Jl. Patimura 47 Salatiga.

2. Letak Geografis

a. Alamat Sekolah

SMP Negeri 4 Salatiga beralamat di Jl. Patimura 47 Salatiga, telepon/Fax

(0298) 326785.

b. Luas Tanah

Jumlah tanah yang dimiliki SMP N 4 Salatiga adalah sebesar 3883 M2

(54)

41

3. Struktur Organisasi SMPN 4 Salatiga

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Salatiga sebuah lembaga

pendidikan, juga memiliki struktur organisasi sebagai sistem penggerak

dalam rangka mewujudkan visi dan misi SMPN 4 salatiga.

STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 4 SALATIGA

KA. TATA USAHA SUMIYATI

WAKIL KEPALA SEKOLAH 1 2 1. Abdul Rahman Yusuf

2. SR. Sapto Riani

KURIKULUM 1. Dwi Hartati, M.Pd. 2. Wiwik Ambar, S.Pd 3. Dwi Setyowati, S.Pd. 4. Eny Sudaryanti. S.Pd. 5. Ira Kusuma, S.Pd. 6. Rosmawati Y.A. S.Pd.

KESISWAAN 1. Isty Roostikawati, A.Md.Pd. 2. Didk Wtdiatmoko. S.Pd. 3. Dwi Partatmoko 4. Agus Prihananto, S.Pd.

WALI KELAS

7. Dwi Haratati. S.Si, M.Pd. 8. Sri Mardyasluti, S.Pd. 9. Nur Razi. S.Pd. 10. Anisa Fathonah, S.Pd. 11. Muji Lestari, S.Pd. 12. Sutinah, S.Pd. 13. Didik Widiyatmoko, S.Pd. KELAS 9

14. Isty Roostikawati, S.Md. S.Pd. 15. Wiwik Ambar W, S.Pd. 16. Drs. SB. Hariyanto 17. Ira Kusumawardani, S.Si 18. Dewi Indah, S.Pd. 19. Satiman. S.Pd.

1. MY. Wardhani, BA. 2. M. Bud Wibowo, S.Pd. 3. Saliyo, BA. 4. Dra. Endang Susanti

SAPRAS 1. M. Bud Wibowo, S.Pd. 2. Nur Razi, S.Pd. 3. Satiman, S.Pd. 4. Drs. Agus Triyanta

HUMAS Drs. SD. Hariyanto Dyah Respati, TAP. S.Pd. Istrini, S.Pd. Sutinah, S.Pd.

LABORAN PERPUSTAKAAN

1. Rini Kusuma W. S.Pd. 1. Wiji Peni Tri Hastuti, S.Pd. 2. Anisa Fathonah 2. Sri Iriyanti

I.Drs. H.M. Munadzir, M.Si. 24.Dwi Setyawati, SH. 2,Drs. SB. Hariyanto 25.Muslimin, S.Pd. 3.Yasinta DH. S.Pd.

4.lstrini, S.Pd.

26. Drs. Agus Triyanta 27. Tony Adriyanto 28,Didik Widyatmoko, S.Pd. 5,Nurchani, S.Pd. 29.Sutinah, S.Pd. S.Muslimah, S.Pd. 30.Eny Sudaryanti, S.Pd. 7.A. Rahman Yusuf 31.Muji Lestari, S.Pd. 8.Sri Mardyastuti, S.Pd. 32.Supenl Sri L. S.Pd. 9.Dewi Indah, S.Pd. 33.Rosmawati Y.A.S.Pd. lO.Wiwik Ambar W. S.Pd. 34. 35. Markuwati, S.Pd.Pamuji Wiyana, S.S 11.Subiyat 36 Wiji Peni

12.Nur Rozi, S.Pd. 37.Satiman. S.Pd. 13.Yeny Deswita, S.Pd. 38.Krisminiatun H .lndah Wahyuningsih, 39.Bawonowati 15.Dwi Hartati, Ss.Si. M.Pd. 40.Dwi Partatmoko 16.lsty Roostikawati, S.Md. S.Pd. 41.Endang RetnoH 17.lra Kusumawardhani, S.Si 43.Yusuf Haryadi, S.Pd. 18.Anisa Fatonah, S.Pd. 44.Siswanta, S.Ag. 19.Agus Prihananto, S.Pd. 45.Debora Mahjuni, S.Th. 20.Rini Kusuma D, S.Pd. 46.lmam Muthohar 21.SR. Sapto Ri8ni, S.Pd.

22. Dyah Respati TAP, S.Pd. 23. Endang Wahyuningsih, S.Pd.

(55)

42

4. Keadaan Guru dan siswa

Data pendidik dan kependidikan

PNS = 48 orang

GTT = 4 orang

PTT =12 orang

Tabel I

Keadaan siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa

1 VII 6 160

2 VIII 7 251

3 IX 6 188

Jum ah 670

5. Sarana Prasarana

Tabel H Data Ruang

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Luas Tanah 3883 m2

2 Luas bangunan 3233 m2

3 Ruang RKB 19

4 Ruang Kantor 1 lokal

5 Ruang Guru 1

6 Ruang Perpustakaan 1

7 Ruang Lab IPA 1

8 Multimedia 2

9 Ruang BP 1

10 Ruang Elektro 1

(56)

43

No Sarana Prasarana Jumlah

12 Ruang Kelas 19

13 Kurikulum 1

14 Koperasi 1

15 KM /W C 2

6. Adapun Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga adalah

a. Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif, efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan prestasi akademik non akademik

3) Terwujudnya harmonisasi inter-antar warga sekolah dan stake holder

pendidikan

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah yang kondusif,

sesuai standar pelayanan minimum

5) Terlaksananya program ekstra kurikuler excelen program secara

kontinyu dan berkelanjutan

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi siswa yang santun, etis dan berbudi luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian, kepemimpinan dan

perkaderan siswa

10) Terlaksananya program keorganisasian, kepemimpinan dan

(57)

45

B. Laporan hasil Angket 1. Daftar nama Responden

Data nama responden yang penulis teliti pada penelitian di SMPN 4 Salatiga

Tabel III

Data Nama Responden

No Nama Jenis Kelamin Kelas

Gambar

Tabel IKeadaan siswa SMPN 4 Salatiga
Tabel IIIData Nama Responden
Tabel IVJawaban Angket Tentang Pola Asuh Orang Tua
Tabel VIPola Asuh Orang Tua SMPN 4 Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

activity of ceria-promoted Ni catalyst supported on powder alumina (96%) was quite close to the equilibrium CO conversion (99.6%) at the same temperature (250 ° C) and CO/S molar

Penderajatan utk NSCLC ditentukan menurut International Staging System For Lung Cancer berdasarkan sistem TNM. Pengertian T tumor yg dikatagorikan atas

Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, pemberian tugas individu akan memberikan pengaruh baik pada performance tugasnya maupun didalam hasil belajar, yang perlu diperhatikan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai koefisien

[r]

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari

Pada hari ini Jumat tanggal lima bulan juni tahun dua ribu lima belas bertempat diruang sekretariat Unit Layanan Pengadaan Kordinator Pengadilan Tinggi Kendari, telah diadakan