PE N G A R U H PO L A A SU H O R A N G T U A T E R H A D A P K E M A N D IR IA N B E L A JA R SISW A
SMP N 4 S A L A T IG A T A H U N 2010
SK R IPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
HASNAH KURNIATI NIM 11105022
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN)
PE N G A R U H PO LA A SU H O RANG T U A T E R H A D A P K E M A N D IR IA N B E L A JA R SISW A
SM P N 4 SA L A T IG A T A H U N 2010
SK R IPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
HASNAH KURNIATI NIM 11105022
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
JL Stadion 03 Phone. 0298 323706 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id NOTA PEMBIMBING
Hal : Pengajuan naskah skripsi
Lampiran : 4 lembar
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di tempat
Assalamu ’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Hasnah Kumiati
NIM : 11105022
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar
Siswa SMP Negeri 4 Salatiga
Telah kami setujui untuk di munaqosahkan _ ___ — -—
•---Salatiga, 11 Agustus 2010
Pembimbing
Siti Rukhavati, M. Ag
NIP. 19770403 200312 003
#
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGAKEMENTRIAN AGAMA RI JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m a il: administrasi@stamsalatma.ac.id PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudari : HASNAH KURNIATI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 05 022 yang berjudul : PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA SMP N 4 SALATIGA TAHUN 2010 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I.)
31 Agustus 2010 M
Salatiga,---21 Ramadhan 1431 H
Panitia Ujian
Dra. Siti Asdigoh, M.Si Peni Susapti, S.Si, M.Si NIP 19680812 199403 2 003 NIP. 19700403 200003 2 003
Pembimbing
KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
JL Stadion 03 Phone. 0298 323706 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Bismillahirahmanirahim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hasnah Kumiati
NIM : 11105022
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi: pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 21 Juni 2010
Yang Menyatakan
Hasnah Kumiati NIM 11105022
MOTTO
% j\/C an u $ia ^ h fa n y a <J^)isa J Q e re n c a n a 7 /tifia n
ijQ ^enentiiJfcan
X^ranj ZTerfluat dSu£tmfafi ^C)rtmy 'e^efafti
*j\jC enanj t& afam “<&eyafa X^)ranq ^ fa n e
(persem6aHan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
*%edua orangtuaku,flbafi upi’ mama iyafiyang telah mencyrahkgn kasih sayang, bimbingan,dorongan motivasi
dan segalanya untukku
^Jldikjodikku tercinta (Rpis dan <De’N a
*Seseorang speciabterimakgsih untukjemuanya...
*%ebuarga (Baru sebaku memberi hab-hatyang baru setaap hari,Mb
‘Vmmajlna,'YdiPenyu,Indah,'YunitaJltinki arienikebersamaan kita kpn sebatu menjadi kenanganyang terindah.
*!My (BestfriendChoinS^ika, iin,sundy sebabu memberikan semangat dan dorongan
KATA PENGANTAR
1 1 1 p««*d
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan pada baginda
rasulullah Muhammad SAW. Sehingga penyusunan skripsi yang mengambil judul
“Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa S MP N 4
Salatiga” dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
dari berbagi pihak, baik berupa material maupun spiritual. Selanjutnya penulis
haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si., selaku Ketua program studi PAI
4. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak / Ibu dosen beserta karyawan STAIN Salatiga
6. Kepala sekolah SMPN 4 Salatiga beserta karyawan yang telah membantu
memberikan informasi dan data penelitian.
7. Ayah dan Bunda tercinta
8. Dan seluruh teman yang membantu dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
dan dibagi para pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 2 Agustus 2010
Penulis
ABSTRAK
Kumiati, Hasnah. 2010. Pengaruh pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 4 Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M. Ag.
Kata K u n ci: pola asuh orang tua dan kemandirian belajar siswa.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui variasi pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya untuk mandiri dalam belajar di SMP Negeri 4. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana variasi pola asuh orang tua siswa SMP Negeri 4 Salatiga? (2) bagaimana kemandirian belajar siswa SMP Negeri 4 Salatiga? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengaruh pola asuh orang tua siswa di SMPN 4 Salatiaga tergolong pola asuh otoriter (45% sebanayak 18 siswa) sedangkan tingkat kemandirian belajar siswa tergolong sedang (50% sebanyak 20 siswa). Dalam pola asuh otoriter, orang tua cenderung lebih memperhatikan masalah pendidikan anaknya, sehingga dalam diri anak akan tumbuh rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap orang tuanya. Jadi sikap mandiri muncur dari paksaan orang tua. Pola asuh otoriter dianggap sebagai pola asuh yang tepat untuk mendidik anak.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar siswa. Dengan kata lain Ha diterima.
DAFTAR ISI
JUDUL... i
NOTA PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN... iii
DEKLARASI... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah... ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan penelitian... 4
D. Hipotesis... 5
E. Kegunaan penelitian... 5
F. Definisi Operasional... 5
G. Metode penelitian... 9
H. Sistematika penulisan Skripsi... 12
BAB ILLANDASAN TEORI A. Pola Asuh Orang Tua..-.r... 15
1. Pengertian Pola Asuh Orang tua... 15
2. Bentuk-Bentuk pola Asuh Orang tua... 17
a. Pola Asuh Otoriter... 17
b. Pola Asuh Demokratis... 19
c. Pola Asuh permisif... 21
B. Kemandirian Belajar Siswa... 23
1. Pengertian Kemandirian Belajar... 24
2. Ciri-Ciri kemandirian Belajar... 25
3. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi kemandirian Belajar... 31
C. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap kemandirian Belajar Siswa... 36
BAB m LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi penelitian... 40
1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah... 40
2. Letak Geografis... 40
3. Struktur Organisasi... 41
4. Keadaan Guru dan Siswa... 42
5. Sarana Prasarana... 42
6. Visi Misi... 43
B. Laporan hasil Angket... 45
1. Daftar Nama Responden... 45
2. Hasil Jawaban Angket... 46
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pertama... 51
B. Analisis Kedua... 59
C. Analisis Ketiga... 66
D. Interpretasi Data... 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 73
B. Saran... 75
C. Kata penutup... 76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I Keadaan Siswa... 42
Tabel II Data Ruang... 42
Tabel III Daftar Nama Responden... 45
Tabel IV Jawaban Angket Pola Asuh Orang Tua... 47
Tabel V Jawaban Angket Kemandirian Belajar... 48
Tabel VI Nilai Jawaban Angket Pola Asuh Orang Tua... 52
Tabel VII Tingkat Nilai Prosentase Pola Asuh Orang Tua... 55
Tabel VIII Jawaban Per Item Pertanyaan Pola Asuh Orang T ua... 56
Tabel IX Nilai Jawaban kemandirian Belajar... 60
Tabel X Tingkat Nilai prosentase kemandirian Belajar... 63
Tabel XI Jawaban Per Item Pertanyaan Kemandirian Belajar... 64
Tabel XII Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar iiswa ....727.... 67
BABI
PENDAHULUAN
A. L atar Belakang
Keluarga merupakan satu kesatuan masyarakat terkecil dan di dalamnya
terjalin hubungan antara ayah, ibu dan anak. Fungsi keluarga bukan hanya
sebagai penerus keturunan saja, akan tetapi masih banyak fungsi yang lain,
diantaranya fungsi ekonomi, sosial, edukatif, religius dan efektif.
Peranan keluarga sangat besar untuk menyiapkan anak sehingga mampu
berdiri sendiri, bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakat kelak. Untuk itu,
di dalam membentuk itu diperlukan suatu pola asuh yang baik yang bisa
mendorong kemajuan anak di dalam keluarganya.
Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan orang lain
yang paling utama dan pertama bertanggungjawab adalah orang tua sendiri.
Orang tuanyalah yang bertanggungjawab memperkembangkan keseluruhan
eksistensi si anak. Tanggung jawab orang tua memenuhi kebutuhan-kebutuhan si
anak baik dari sudut organis psikologis, kebutuhan intelektual, rasa kasih,
dimengerti, rasa aman melalui asuhan perlakuan. Dengan demikian kita harapkan
si anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah suatu gambaran kepribadian yang
harmonis dan matang.
Gambaran kepribadian si anak ternyata berlainan dengan keinginan orang
tua, kita telah berbuat banyak berusaha sekuat mungkin untuk
memperkembangkan anak sebaik-baiknya, kita merasa telah berbuat
2
adilnya terhadap semua anak akan tetapi ternyata keadaan dan perbuatan-
perbuatan anak adalah lain sekali dari apa yang sebenarnya kita kehendaki,
demikian seterusnya. Banyak hal sering timbul sebagai masalah bagi orangtua
dalam menghadapi anak. Banyak orangtua yang bersikap acuh tak acuh terhadap
perkembangan anak.
Penanaman aspek-aspek pada diri anak akan membuat mereka menjadi
manusia yang mampu mengembangkan potensi dan kreatifitasnya, ketrampilan
yang ditopang dengan tata nilai yang baik, sikap yang positif dan pengetahuan
yang luas akan mampu mengelola dan memanfaatkan dunia di sekitarnya menjadi
lahan garapan yang sangat berharga bagi dirinya.
Dalam Al-Qur'an Surat At-Tahrim:6:
i' , ^ f ^ < 1 ^ . ' V « £ ,
IJ b tj ! Iji IjJ^a If i^ j j l {j L'
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (Depag RI, 2005 : 447).
Maksud dari ayat tersebut adalah perintah memelihara keluarga, termasuk
anak, bagaimana orang tua bisa mengarahkan, mendidik, dan mengajarkan agar
anak terhindar dari siksa api neraka. Hal ini juga memberikan arahan bagaimana
orang tua harus mampu menerapkan pendidikan yang bisa membuat anak
mempunyai prinsip untuk menjalankan hidup yang positif. Mengarahkan mereka
pada hal-hala yang bermanfaat dan menjadikan anak yang berakhlaqul karimah,
3
Keharusan tanggung jawab keluarga untuk menyelamatkan dirinya dan
keluarganya melalui pendidikan Islam juga ditegaskan dalam sabda Nabi
Muhammad SAW sebagai berikut:
o\j j ) . j \ 6
AaJlM
^ J *Jr
•* «• •« • «•
Artinya: “Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, dan Majusi” (H.R. Bukhori) (Bukhori dan Muslim, 212).
Hadits Rasulullah di atas menunjukkan bahwa orangtua bertanggungjawab
saat kekuatan akal fikiran manusia belum sempurna dalam memiliki tanggung
jawab untuk memelihara sampai anak mampu menemukan dirinya sendiri dan
bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.
Tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak ini berlangsung terus
sampai akhir hayat. Peran orangtuanya terhadap pendidikan anak akan berangsur-
angsur mengecil setelah anak mencapai kematangaan dan kedewasaan, tapi
tanggung jawab orangtua tidak lepas sama sekali.
Hendaknya orangtua mampu bersikap bijak dalam membina dan mendidik
putra-putrinya. Orangtua mampu bersikap bijak dan demokratis dalam
memutuskan persoalan serta mampu memilih mana yang terbaik yang seharusnya
diberikan kepada anak-anak atau setidaknya orangtua mampu membimbing pada
yang diinginkan anak.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberi
pendidikan pertama sebelum mereka berada di tengah-tengah masyarakat,
sehingga keberadaan keluarga sangat penting untuk membentuk kepribadian yang
4
mandiri, percaya diri atau tidak mudah terpengaruh, terombang-ambing dalam
berperilaku dan bersikap.
Dengan kemandirian yang dimiliki, seseorang mampu mengelola diri untuk
memenuhi tuntutan jaman yang semakin maju dan pesat perkembangannya.
Selain itu tidak akan mudah terpengaruh serta ketergantungan pada orang lain.
Dengan kemandirian belajar, seseorang mampu mengelola dan belajar sendiri
menggunakan kreativitasnya, mengekspresikan gagasannya.
Dari uraian tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Belajar
Siswa SMPN 4 Salatiga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana variasi pola asuh orangtua siswa SMPN 4 Salatiga?
2. Bagaimana kemandirian belajar siswa SMPN 4 Salatiga?
3. Adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian belajar siswa
SMPN 4 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui variasi pola asuh orangtua siswa SMPN 4 Salatiga.
2. Untuk mengetahui kemandirian belajar siswa SMPN 4 Salatiga.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian
5
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 1989:62).
penelitian nanti hipotesisnya adalah ada pengaruh positif pola asuh orangtua
terhadap kemandirian belajar siswa.
E. Kegunaan Penelitian
1. • Bagi Orangtua
Agar lebih memperhatikan aktivitas kegiatan anak-anak serta mampu
mendidik anak-anak sesuai dengan perkembangan fisik dan pemikirannya.
2. Bagi Siswa
Diharapkan agar anak mampu bersikap mandiri dalam belajar.
3. Bagi Peneliti
Sebagai media untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
meneliti sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan
pada keadaan yang sebenarnya di lapangan.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda, maka
penulis menjelaskan istilah dan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang timbul oleh sesuatu bisa berupa orang,
6
perbuatan seseorang (Poerwadarminto, 1982:59). Yang dimaksud dengan
pengaruh di sini adalah kekuatan atau daya akibat dari pola asuh orang tua
terhadap siswa.
2. Pola Asuh Orang tua
Pola dalam istilah pola berarti desain atau konfigurasi (Hurlock,
1978:237). Sedangkan pola asuh merupakan sikap orang tua dalam
berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari beberapa segi, antara
lain dari cara orang tua memberikann aturan kepada anak, cara memberi
hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua
memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak, dengan
demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara
orang tua mendidik anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih
jelasnya, bagaimana siakap dan perilakau orang tua saat berinteraksi dengan
anak. Termasuk cara menerapkan aturan dan mengajarkan norma-norma
membeikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan
perilaku yang baik, sehingga menjadi panutak bagi anaknya.
Yang dimaksud penulis di sini adalah metode orang tua dalam mendidik
anak-anaknya. Menurut Hurlock, ada 3 jenis pola asuh orang tua terhadap
anaknya yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh
per missive!acuh tak acuh,
a. Pola asuh otoriter
7
aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku
seperti dirinya, kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Toha,
1996:110-111).
Indikator pola asuh otoriter, diantaranya:
1) Memaksakan kehendak
2) Tidak memberikan pilihan-pilihan kepada anak
3) Banyak mengkritik anak.
b. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak. Anak diberi kesempatan agar tidak selallu
bergantung kepada orang tuanya, orang tua sedikit memberi kebebasan
kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak
didengarkan pendapatnya dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang
menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri (Toha, 1996:111).
Indikator pola asuh demokratis:
1) Memberi kebebasan
2) Menerima saran dan kritik
3) Musyawarah untuk mufakat.
c. Pola asuh acuh tak a.cu\dpermissive
Pola asuh laissez faire ditandai dengan adanya orang tua mendidik
anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa/muda, ia diberi
kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki
8
Indikator pola asuh permissive/acvh tak acuh:
1 Orang tua bersikap acuh tak acuh terhadap anak
2 Kurang memberi nasihat pada anak
3 Membiarkan anak berbuat sekehendaknya
4 Orang tua tidak mengarahkan dan membimbing anak.
3. Kemandirian Belajar
Kemandirian berasal dari kata mandiri yang artinya berdiri sendiri
(Poerwadarminto, 1982:630).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Belajar adalah berubah, dalam hal ini dimaksudkan bahwa belajar
akan membawa suatu perubahan tingkah laku bagi individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya terkait dengan penambahan ilmu pengetahuan,
tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri dan lain-lain (Sardinian, 1994:23).
Jadi sikap kemandirian belajar yang penulis maksud adalah sikap yang
tampak dari anak dalam keadaan mencerminkan suatu perubahan sikap
percaya pada kemampuan dirinya sendiri.
Untuk mengukur kemandirian siswa menggunakan indikator dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a Belajar tepat waktu
9
c Mempunyai catatan lengkap
d Siswa mampu mendiskusikan pelajaran dengan teman-teman
e Selalu bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
f Mampu mengeijakan tugas tanpa meminta bantuan teman.
G. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah seluruh subyek yang diteliti dan diselidiki, atau
dengan kata lain populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-
kenyataan yang diperoleh dari sampel yang hendak digeneralisasikan
(Hadi, 1981:70). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas I SMPN 4 Salatiga yang berjumlah 160 siswa dari seluruh
siswa kelas I.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Hadi, 1981:70).
Jadi, sampel adalah bagian dari individu yang diselidiki yang akan
dijadikan sebagian atau semua pada sampel. Kemudian perlu disampaikan
dalam hubungan dengan penarikan sampel di atas didasarkan pendapat
Suharsimi (1998:117) yaitu untuk sekedar ancer-ancer apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sedangkan bila subyeknya
10
Jumlah sampel yang diteliti adalah 40 siswa yang berasal dari sebagian
siswa kelas VII yang berjumlah 160 dari 6 kelas diambil 25%. Uraiannya
adalah sebagai berikut:
Kelas VII-A 32 x 25 % = 8 siswa
Kelas VII-B 32 x 25 % = 8 siswa
Kelas VII-C 28 x 25 % = 7 siswa
Kelas VII-D 24 x 25 % = 6 siswa
Kelas VII-E 24 x 25 % = 6 siswa
Kelas VII-F 2 0 x 2 5 % = 5 siswa +
Jumlah = 40 siswa
2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel:
a. Pola asuh orangtua
b. Kemandirian belajar siswa.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode angket
Metode angket adalah sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998:229).
Adapun bentuk angket yang digunakan adalah langsung dan
tertutup, di mana seorang responden tinggal menentukan option mana
11
Metode ini digunakan untuk mencari data tentang pola asuh orang
tua (yang bersifat demokratis, otoriter, permisif), dan kemandirian belajar.
Angket ini ditujukan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Salatiga,
b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
notulen, ledger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 1989:188).
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran
umum meliputi data demografi sekolah, struktur organisasi sekolah,
keadaan guru, siswa dan karyawan, sarana dan fasilitas sekolah.
4. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
mengolah atau menganalisis data. Dalam mengolah dan menganalisis data
tersebut, penulis menggunakan metode analisis data sebagai berikut:
a. Analisis pertama
Pada tahap ini digunakan perhitungan awal dari data yang
dipisahkan melalui prosentase dan analisis tiap-tiap item yaitu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
/>=— *100%
N
Keterangan:
P = prosentase
F = frekuensi
1 2
b. Analisis kedua
Dalam penentuan subjek penelitian, peneliti membagi menjadi dua
yaitu pola asuh orang tua dan kemandirian belajar. Untuk mengetahui
adanya pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian belajar anak,
maka penulis menggunakan analisis product moment.
Rumus:
r N Lxy-(Lx)(I.y)
* V {/VLx2 - (£x)2 }{ASy2 - (Ey)2}
Keterangan:
rX7 = koefisien korelasi antara X dan Y
X = variabel pengaruh pola asuh
Y - variabel kemandirian belajar
N = j umlah responden
X2 = hasil kuadrat variabel Y
Y2 = hasil kuadrat variabel X
XY = produk X - Y
E = jumlah.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi di sini merupakan gambaran secara garis
besar tentang isi skripsi yang terdiri dari bab-bab tertentu.
BAB I PENDAHULUAN
13
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis
E. Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan Skripsi
BABU LAND ASAN TEORI
A. Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh Orangtua
2. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orangtua
a. Pola Asuh Otoriter
b. Pola Asuh Demokratis
c. Pola Asuh Permisif
B. Kemandirian Belajar Siswa
1. Pengertian Kemandirian Belaj ar
2. Bentuk-bentuk Kemandirian Belajar
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
C. Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Belajar Siswa
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah
3. Struktur Organisasi
4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan
5. Sarana Prasarana
6. Visi Misi
B. Laporan Hasil Angket
1. Daftar Nama Responden
2. Hasil Jawaban Angket
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pertama
B. Analisis Kedua
C. Analisis Lanjutan
D. Interpretasi Data
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
LAND ASAN TEORI
A. Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh
Pola berarti cara atau model (Poerwadarminta, 1982:763) Sedangkan
asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik anak kecil untuk dapat berdiri
sendiri (Poerwadarminta, 1982:63). Jadi pola asuh berarti model merawat,
mendidik, membantu dan melatih anak supaya dapat berdiri sendiri.
Pola asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh
orangtua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggungiawab
kepada anak, dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah
merupakan tanggung jawab primer, karena anak adalah hasil dari buah kasih
sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam suatu
keluarga. Keluarga adalah satu elemen terkecil dalam masyarakat yang
merupakan institusi sosial terpenting dan merupakan unit sosial yang utama
melalui individu-individu disiapkan nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang
utama.
Mengutip pendapat Kohn dalam buku Chabib Toha (1996:110), pola
asuh merupakan sikap orangtua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini
dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orangtua memberikan
peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orangtua
menunjukkan otoritas dan cara orangtua memberikan pemahaman atau
tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan demikian, yang disebut dengan
16
pola asuh orangtua adalah bagaimana cara orangtua mendidik anak baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Cara mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orangtua
yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan ketrampilan
yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman,
penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan dalam
situasi seperti ini diharapkan muncul dari anak adalah efek instruksional yakni
respon-respon anak terhadap aktifitas pendidikan itu.
Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan
sehari-hari baik tutur kata sampai alat kebiasaan dan pola hidup. Hubungan
orangtua dengan keluarga, masyarakat, hubungan suami istri, semacam secara
tidak sengaja telah membentuk situasi dewasa anak selalu bercermin terhadap
kehidupan sehari-hari dari orangtuanya.
Pola asuh orangtua dalam membantu anak untuk mengembangkan
disiplin diri ini adalah upaya orangtua yang diaktualisasikan terhadap
penataan:
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan sosial internal dan eksternal
c. Pendidikan internal dan eksternal
d. Dialog dengan anak-anaknya
e. Suasana psikologis
f. Sosiobudaya
anak-17
anaknya
h. Kontrol terhadap perilaku anak-anak
i. Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan diupayakan
kepada anak-anak (Shochib, 1998:15).
Hampir tanpa terkecuali, para orangtua dapat digolongkan secara kasar
dalam 3 kelompok yaitu: mereka yang menang, yang kalah dan yang menang-
kalah. Para orangtua yang tergolong dalam kelompok pertama gigih
mempertahankan dalam membenarkan hak mereka untuk menggunakan
otoritas maupun kekuasaan atas anak. Mereka percaya perlunya mengekang,
menentukan batas, menuntut tingkah laku sesuatu, memberi perintah, dan
mengharapkan sikap taat. Kelompok orangtua kedua, yang berjumlah lebih
sedikit daripada kelompok pertama, hampir selalu memberikan anak-anak
mereka kebebasan. Mereka secara sadar menghindari pemberian batas-batas
kepada anak mereka dengan bangga mengemukakan bahwa mereka bukan
penganut metode otoriter. Kelompok terbesar dari para orangtua terdiri dari
mereka yang beranggapan bahwa sulit mengikuti secara konsisten salah satu
di antara kedua perdebatan tadi. Akibatnya, untuk mencoba sampai pada
“perpaduan yang adil” dari masing-masing cara pendekatan itu, mereka
bergerak hilir-mudik antara menjadi orangtua yang keras dan lemah, sulit
mudah, membatasi dan membiarkan, menang dan kalah (Gordon, 1984:9-10).
2. Bentuk-bentuk Pola Asuh
a. Pola Asuh Otoriter
18
aturan-aturan yang ketat namun dituntut untuk mempunyai
tanggungjawab, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti
dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama sendiri dibatasi
sehingga anak tidak bisa mengembangkan segala potensi yang dimiliki
termasuk kreativitasnya
. Anak jarang dijajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan
orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar
sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak.
Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan
hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak
juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap
diberlakukan meskipun menginjak usia dewasa (Thoha, 1994:111).
Sebagai akibat yang lebih jauh akan berpengaruh kepada sifat-sifat
kepribadian anak, sehingga kemungkinan sifat anak dari keluarga otoriter
ialah:
1) Kurang inisiatif
2) Gugup
3) Ragu-ragu
4) Suka membangkang
5) Menentang kewibawaan orangtua
6) Penakut
7) Penurut (Bamadib, 1976:126).
19
orangtua untuk menolong anak dalam memenuhi kebutuhan hidup
mereka, akan tetapi tidak boleh berlebih-lebihan dalam menolong
sehingga anak tidak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri nanti
(Al Qussy, 1974:220). Lebih lanjut dikemukakan bahwa ada orangtua
yang suka mencampuri urusan anak sampai masalah yang kecil-kecil,
misalnya mengatur jadwal perbuatan anaknya, jam istirahat, cara
membelanjakan uang, warna pakaian yang cocok, memilihkan teman-
teman untuk bermain, macam sekolah yang harus dimiliki. Anak yang
dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-
ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang
apa saja (Al Qussy, 1974:225).
Anak dari orangtua otoriter menunjukkan ciri-ciri pasivitas (sikap
menunggu) dan menyerahkan segala-galanya kepada pemimpin, makin
berkurang ketidaktaatan, kurangnya inisiatif, tidak merencanakan sesuatu,
daya tahan berkurang dan ciri-ciri takut-takut (Gerungan, 1991:189).
Kepribadian anak juga dipengaruhi negatif oleh disiplin yang terlalu
keras. Anak yang di luar tampak diam, berperilaku baik dan tidak
melawan sering memendam permusuhan mendalam yang membuatnya
tidak bahagia dan curiga terhadap siapa saja yang berhubungan
dengannya, terutama yang berkuasa,
b. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orangtua
20
tergantung kepada orangtua. Orangtua sedikit memberi kebebasan kepada
anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak diberi kesempatan
untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit
berlatih untuk bertanggungjawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya (Thoha,
1996:111).
Sebagai akibat yang lebih jauh akan berpengaruh kepada sifat-sifat
kepribadian anak dari keluarga yang demokratis antara lain:
1) Anak aktif di dalam hidupnya
2) Penuh inisiatif
3) Percaya kepada diri sendiri
4) Perasaan sosial
5) Penuh tanggung jawab
6) Menerima kritik dengan terbuka
7) Emosi lebih stabil
8) Mudah menyesuaikan diri (Bamadib, 1976:125).
Prof.Dr. Abdul Aziz Al Qussy mengatakan bahwa tidak semua
orangtua harus mentolerir terhadap anak, dalam hal-hal tertentu orangtua
perlu ikut campur tangan, misalnya:
1) Dalam keadaan yang membahayakan hidupnya atau keselamatan anak
2) Hal-hal yang terlarang bagi anak dan tidak tampak alasan-alasan yang
lahir
21
keruhnya suasana yang mengganggu ketenangan umum (Al Qussy,
1974:227).
Demikian pula kepada hal-hal yang sangat prinsip sifatnya
mengenai pilihan agama, pilihan nilai hidup yang bersifat universal dan
absolut, orangtua dapat memaksakan kehendaknya kepada anak karena
anak belum memiliki wawasan yang cukup mengenai hal ini.
Kedisiplinan berasal dari kebebasan di rumah tampil dalam
kerjasama yang baik, ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi
hambatan, pengendalian diri yang lebih baik, kreatifitas yang lebih besar
dan sikap yang ramah terhadap orang lain.
Keluarga demokrasi memandang anak sebagai individu yang
berkembang, anak ditempatkan di tempat yang semestinya, yang
mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif, anak dapat menghargai
orang lain karena anak sudah biasa menghargai hak dan anggota keluarga
di rumah.
c. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif ditandai dengan cara orangtua mendidik anak
secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa/muda. Ia diberi
kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki,
kontrol orangtua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan
bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa yang dilakukan
oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau
22
Orangtua yang memberikan kebebasan kepada anaknya, orangtua
-p
yang tidak memegang fungsi sebagai pimpinan yang mempunyai
kewibawaan, suasana keluarga bebas bahkan boleh dikatakan agak 'liar'
karena tidak adanya norma-norma yang harus dianut. Anak merasa tidak
ada pegangan tertentu sehingga mereka bertindak sekehendaknya sendiri.
Keadaan yang demikian mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
perkembangan kepribadian anak. Anak tidak dapat mengenal tata tertib,
tidak dapat mematuhi pimpinan, tidak dapat memimpin dan tidak dapat
dipimpin. Anak tidak dapat menghargai orang lain sehingga anak selalu
mementingkan diri-sendiri. Di dalam keluarga permisif ini maka sifat atau
pribadi anak kemungkinan sebagai berikut:
1) Agresif
2) Menentang atau tidak dapat bekerjasama dengan orang lain
3) Emosi kurang stabil
4) Selalu berekspresi bebas
5) Selalu mengalami kegagalan karena tidak ada bimbingan (Bamadib,
1976:124).
Dengan sifat permisif ini anak cenderung menjadi bingung dan
merasa tidak aman.
Secara umum, dalam pola asuh otoriter orangtua sangat
menanamkan disiplin dan menuntut prestasi tinggi pada anaknya, hanya
23
mengungkapkan pendapat sekaligus menomorduakan kebutuhan anak.
Dalam pola asuh permisif, orangtua bersikap demokratis dan penuh kasih
sayang, namun kendali orangtua dan tuntutan prestasi terhadap anak
rendah. Anak dibiarkan berbuat sesukanya tanpa beban kewajiban atau
target apapun. Sementara itu pola demokratis muncul bila orangtua
menerapkan kendali yang tinggi pada anak, orangtua menuntut prestasi
yang tinggi tapi disertai sikap demokratis dan kasih sayang pula.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orangtua
yang berpola asuh otoriter memiliki ciri-ciri cenderung memberikan perintah
dan larangan, menerapkan disiplin yang kaku, mengharuskan anak untuk
patuh dan tidak boleh membantah orangtua, anak tidak mempunyai hak untuk
berpendapat, bila bersalah anak harus dihukum, orangtua merasa paling benar
dan anak disalahkan. Orangtua yang berpola asuh permisif memiliki ciri-ciri
tidak membimbing dan memonitor anak, tidak ada aturan yang digariskan
oleh orangtua, anak bebas melakukan segala sesuatu, bila anak bersalah tidak
diberi hukuman, bila anak berbuat baik atau memenuhi harapan orangtua
tidak memberi hadiah dan tidak ada kehangatan dalam hubungan keluarga.
Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri
keputusan dan aturan di rumah dibuat bersama oleh orangtua dan anak, ada
bimbingan dan kontrol dari orangtua kepada anak, bila melakukan kesalahan
anak akan mendapat peringatan atau hukuman, dan bila anak berbuat baik
24
mempertimbangkan keadaan atau alasan dari anak yang dapat diterima oleh
orangtua, hubungan keluarga sangat komunikatif dan hangat.
B. Kemandirian Belajar Siswa 1. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian dari kata 'mandiri' yang berarti berdiri sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain (Poerwadarminta, 1982:630). Orang yang mandiri
berarti orang yang dapat menghargai dirinya sendiri dan percaya pada diri
sendiri tanpa menggantungkan dirinya dengan orang lain. Bila seseorang telah
memiliki sikap tersebut, hal itu merupakan langkah awal dari sikap mandiri.
Sedangkan kemandirian menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
a. Prof. Dr. Azyumardi Azra mengatakan kemandirian adalah hasrat untuk
mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri yang diwujudkan dalam
aspek kreativitas dan kemampuan mencipta (Rofiq, 2008:65).
b. Zakiyah Darajat menjelaskan kemandirian adalah kecenderungan anak
untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa minta tolong kepada
orang lain, biasanya anak dapat berdiri sendiri, lebih mampu memikul
tanggung jawab dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil
(Zakiyah Darajat, 1976:130).
c. Agung menyatakan bahwa sebuah kemandirian adalah pemahaman kita
mengenai hal-hal yang membutuhkan dan hal-hal yang kita inginkan
(Agung, 2005:59).
d. Chabib Thoha merumuskan bahwa kemandirian adalah perilaku yang
25
aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri tanpa mengharapkan
pengarahan dari orang lain dalam pemecahan masalah yang kita inginkan
(Chabib Thoha, 1996:121).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
kemandirian adalah perilaku yang aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri
tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain yang diwujudkan dalam aspek-
aspek kreativitas dan kemampuan menciptakan sesuatu.
Pengertian kemandirian yang penulis maksud di sini adalah suatu sikap
yang menunjukkan bahwa seorang siswa tidak lagi bergantung kepada orang
lain, ia bersusaha di mana siswa menentukan cara berfikimya sesuai dengan
kemampuannya sendiri, sehingga dapat bertanggungjawab terhadap dirinya
sendiri dengan belajar.
2. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Mandiri merupakan proses kepada kemerdekaan dan kesejahteraan yang
mana setiap orang ingin memiliki sikap mandiri dalam menjalani hidupnya.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan sifat-sifat yang merupakan
ciri-ciri mandiri, yaitu:
a. Mampu berfikir aktif
Seorang yang mandiri selalu mempunyai keinginan, keberanian
untuk menampilkan minat serta kebutuhan dan permasalahannya.
b. Mampu berpikir kreatif
Kreatif adalah kecenderungan seseorang untuk menciptakan dan
2 6
Adapun ciri-ciri orang yang kreatif antara lain:
1) Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan melahirkan gagasan-gagasan
baru yang berlainan
2) Sikap yang terbuka, yaitu mempersiapkan dirinya untuk menerima
stimulus internal dan eksternal dan ia memiliki minat yang beraneka
ragam
3) Sikap yang bebas, otonom dan percaya pada dirinya sendiri (Jalaludin
Rachmad, 1982:12).
c. Bertanggung) awab terhadap kegiatan dan hasil kelompok
Seorang yang mandiri tidak akan lari dari tanggungjawab terhadap
suatu kegiatan atau suatu hasil kelompok yang telah dilaksanakan.
d. Berusaha bekerja dengan penuh keyakinan dan disiplin
Ketekunan, keyakinan dan disiplin merupakan kunci dari
kesuksesan. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Bagi anak (santri)
kesuksesan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan disiplin
akan terbentuk sikap mematuhi segala aturan yang dibentuknya sendiri.
Kemudian ciri-ciri kemandirian yang dirumuskan oleh Prof. Dr. H.
Hadari Nawawi (1993:341-372), adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui secara tepat cita-cita yang hendak dicapainya
Mengetahui secara tepat keinginan atau yang dikehendaki dalam
menjalani dan menjalankan hidup dan kehidupan sebagai khalifah di
bumi, akan menuntun pikiran, sikap dan tingkah laku manusia. Pribadi
27
diinginkan dan yang harus dikerjakan sehari-hari. Sejak bangun dari
tidurnya dimalam hari, pribadi mandiri sudah mengetahui apa yang akan
dikerjakannya disiang hari guna menunjang tercapainya cita-cita dalam
kehidupan, tahu menyibukkan dirinya dengan melakukan kegiatan yang
bermanfaat, untuk kebaikan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak,
b. Percaya pada nasib dari Allah SWT tetapi memahami bahwa semua
manusia diberikan kesempatan yang sama dalam berusaha untuk
memperoleh nasib terbaik, sesuai cita-citanya
Dalam Al-Qur'an Surat Ar-Raad ayat 11 bahwasanya Allah SWT
telah berfirman, yaitu:
Artinya: Nasib suatu kaum (termasuk individu) tidak akan berubah jika kaum (individu) tersebut tidak berusaha untuk merubah nasibnya (Depag, 2005 : 198)
Pada dasarnya tidak seorangpun manusia yang mengetahui
nasibnya, besok atau kemudian hari.oleh karena itulah kepada semua
manusia sebenarnya telah diberi peluang atau kesempatan yang sama
untuk mencapai sukses material maupun spiritual,
c. Percaya diri, dapat dipercaya orang lain
Orang-orang yang mandiri merupakan orang yang menggunakan
pikiran agar bekeija untuk dirinya, bukan sebaliknya melawan dirinya.
Pada tahap pertama, pikiran harus digunakan untuk menumbuhkan
kepercayaan pada diri sendiri, percaya bahwa diri sendiri sama baiknya
sesuatu kebaikan, maka diri sendiripun mampu melakukannya, baik untuk
kepentingan hidup di dunia maupun di akhirat. Mempunyai percaya diri
terdapat keyakinan yang kuat bahwa dirinya bisa mengerjakan sesuatu
yang membawa dirinya pada sukses.
Adapun ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain sebagai berikut:
1) Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan sesuatu
2) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
3) Memiliki kemampuan bersosialisasi
4) Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah,
misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi
persoalan hidup (Hakim, 2002:5).
Orang-orang beriman yang percaya diri sebagai bagian pribadi
mandiri selalu mampu bersaing, namun mampu pula bekerjasama dengan
orang lain. Percaya pada orang lain merupakan dasar bagi perwujudan
kerjasama, karena menyadari bahwa pekerjaan besar selalu memerlukan
bantuan orang lain, mengingat kodrat sebagai makhluk sosial. Keijasama
atas dasar percaya pada orang lain, terutama sesama saudara umat Islam
diyakininya akan membawa kebaikan,
d. Mengetahui bahwa sukses adalah kesempatan bukan hadiah
Orang-orang yang berkepribadian mandiri yang kreatif dan penuh
inisiatif, mampu menciptakan kerja dan tidak menunggu-nunggu kerja.
29
buang waktu hanya utnuk tidur atau tidur-tiduran belaka. Disiplin waktu
dan disiplin kerjanya sangat tinggi.
Orang yang mandiri tahu dengan tepat cara mempergunakan waktu,
kapan waktu harus belajar, bekeija dan santai. Penggunaan waktu tidak
akan dibaliknya dengan bersantai di waktu harus belajar atau bekerja,
sebaliknya juga tidak bekerja pada saat seharusnya santai dan istirahat.
Dalam kondisi itu terwujudlah disiplin kerja pada seseorang dan berjalan
terus tidak akan dipergunakan untuk merugikan dirinya, justru sebaliknya
harus dijadikan kesempatan untuk mengejar sukses. Allah SWT berfirman
di dalam Surat Al Ashr ayat 1 sampai 3:
I j U - p j
O iO J l *5 j ( J )
j^ > - J i}o i
0! J J J (3>«J L) i jf r y O l j ) " j i ~ l l
Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, berbuat baik dan saling menasihati dengar> eraran dan kesabaran. (Depag, 2005 : 485)
Dengan demikian jelas pula bahwa orang-orang mandiri yang
beriman mengetahui secara tepat kapan harus beribadah dan berbuat amal
kebaikan, karena jika terlambat maka akan menjadi sia-sia. Oleh karena
itu berarti orang-orang yang berkepribadian mandiri terdiri dari orang-
orang yang bersedia dan mampu bekeija keras (termasuk belajar) bagi
siswa dan mahasiswa.
e. Membekali dengan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna untuk
31
kehidupannya yang berada dalam kekuasaan dan pemeliharaan Allah
SWT. Bersyukur diberi kehidupan karena merupakan kesempatan untuk
melakukan segala sesuatu, terutama untuk menyembah Allah SWT dan
untuk berbuat amal kebaikan semata-mata karena Allah SWT. Pada tahap
berikutnya bersyukur terhadap pemberian wujud diri dengan perpaduan
jasmani dan rohani, bagaimanapun kejadian atau keadaannya. Untuk itu
seluruh pemberian itu patut digunakan untuk melakukan segala sesuatu
yang diridhoi Allah SWT.
Dari uraian di atas berarti pribadi mandiri merupakan kemampuan
mengendalikan atau memenej diri. Dengan kata lain, sukses tergantung pada
bagaimana seseorang mengendalikan atau mengelola dirinya sendiri di
tengah-tengah kehidupan masyarakat modem yang kondisinya semakin berat
dan penuh tantangan. Setiap hari yang kita lewati diisi dengan sesuatu yang
berkarya, sederhana apapun persaingan dalam segala segi kehidupan semakin
ketat. Namun itu bukan berarti manusia harus pasrah, tetapi kita harus
berusaha sekuat kemampuan yang kita miliki.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Suatu kemandirian yang timbul dari pribadi seseorang dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak dan
faktor dari luar anak, yaitu:
a. Faktor dari dalam diri anak yaitu pembawaan (hereditas) yang melekat
pada organisme dan citra diri (se lf concept) (Andi, 1982:67)
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Usia
Salah satu faktor yang menentukan sikap kemandirian dan
berasal dari dalam diri anak yaitu faktor usia, karena dengan
bertambahnya usia anak akan mendorong timbulnya kecenderungan
untuk melepaskan diri dari orangtua dengan melihat fakta-fakta yang
ada sesuai jenjang umur, seperti dikatakan Zakiyah Daradjat
(1993:90):
Masa remaja awal adaalah masa perkembangan yang akan mencapai puncaknya pada umur antara 16-18 tahun. Perkembangan kecerdasan dapat dikatakan selesai. Oleh karena itu, mereka telah mampu mengkritik orangtuanya, guru dan para pemimpin yang menurut penilaian objektif kurang baik atau
tidak bijaksana.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila
usia semakin bertambah maka bertambah pula kecakapan-kecakapan
dan ketrampilan yang dimiliki, sehingga otomatis sikap kemandirian
anak dapat bertambah semakin matang.
2) Motivasi
Motivasi merupakan tenaga penggerak bagi aktifitas belajar
anak. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang berasal dari diri
seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan suatu
perbuatan. Dengan motivasi yang kuat, anak mempunyai banyak
tenaga yang mendorong untuk belajar mandiri sehingga kemandirian
anak meningkat dan tumbuh secara maksimal. Sedangkan motivasi
33
Motivasi yang lemah akan menyebabkan anak sulit menjadi mandiri
dan belajar akan mudah luntur.
3) Kepribadian
Kepribadian seorang anak seperti ketekunan, kemauan anak
untuk bersaing, tidak mudah putus asa dan tidak takut gagal
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan anak
untuk mandiri. Pribadi yang tangguh akan membuat anak memiliki
semangat tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi dan giat demi tercapai
cita-citanya. Sebaliknya, pribadi yang lemah seperti kurang percaya
diri, pemalu, takut gagal dan mudah putus asa akan menjadi tantangan
bagi anak menjadi mandiri.
Faktor kematangan usia dan jenis kelamin merupakan faktor
yang mempengaruhi kemandirian. Anak semiakin tua usia akan
cenderung semakin mandiri. Di samping itu intelegensia anak juga
berpengaruh terhadap kemandirian anak. Faktor lain yang menentukan
kemandirian anak dari dalam adalah kekuatan anak dan ketakwaan
yang kuat akan cenderung memiliki sifat mandiri yang kuat pula,
b. Faktor yang berasal dari luar yaitu faktor lingkungan, terutama lingkungan
sosial (Andi, 1982:123)
Selain berasal dari dalam diri anak, pembentukan kemandirian juga
berasal dari faktor luar, antara lain:
1) Faktor keluarga
34
makhluk sosial, di mana keluarga sangat berpengaruh besar terhadap
anak. Akan tetapi, pengaruh ini tidak terbatas pada waktu ia telah
menjadi anak saja, tetapi telah dimulai sejak dari bayi bahkan sejak ia
dalam kandungan. Dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diterimanya
waktu kecil itu jauh lebih menentukan dalam kehidupannya di
kemudian hari. Karena pengalamannya waktu kecil itu akan lebih
membentuk kepribadian dan kemandirian anak. Apa yang dilihat,
didengar dan dirasakannya dalam kehidupan waktu kecil masuk
terjalin ke dalam pembinaan kepribadiannya.
Dalam menjalankan fungsi edukatif dan religius, maka setiap
orangtua di samping sebagai pemimpin keluarga juga berperan sebagai
pendidik. Pendidikan harus diarahkan mencapai tujuan
mengembangkan anak secara maksimal dalam seluruh aspek
perkembangannya, yaitu jasmani, akal dan rohani (Daradjat, 1978:42).
Karena itu, keteladanan orangtua menjadi salah satu pendekatan atau
teknik dalam mendidik dan membentuk kemandirian anak. Seluruh
tingkah laku orangtua baik dalam berbicara, berbuat dan bertingkah
laku merupakan contoh bagi anak untuk membentuk kemandirian. Jadi
jelaslah bahwa keteladanan orangtua dan kondisi keluarga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan kemandirian anak.
2) Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang penting setelah
35
pengasuh menyerahkan tanggung) awabnya kepada sekolah. Sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak, sehingga
mereka tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga pintar (baik)
dalam perilaku hingga menjadi pribadi yang mandiri dan taat berilmu
serta taat beramal.
Oleh karena itu, tidak baik jika keluarga dan sekolah terdapat
kontradiksi. Akan tetapi harus saling melengkapi kelemahan-
kelemahan yang ada di antara keduanya, sehingga menyatu dalam satu
tujuan yaitu terbentuknya kemandirian anak seperti yang diharapkan.
3) Faktor masyarakat (lingkungan sosial)
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat
mempengaruhi pembentukan kemandirian anak. Karena setiap anak
tidak akan mungkin hidup tanpa adanya bantuan dari masyarakat.
Apabila anak hidup dalam lingkungan masyarakat yang terbiasa hidup
dengan kemandirian, maka anak itu akan tumbuh dan terlatih untuk
hidup mandiri. Sebaliknya jika anak hidup dalam lingkungan
masyarakat yang selalu dimanjakan, maka kemandirian anak tidak
akan tumbuh dan dalam melakukan segala sesuatu bergantung dengan
orang lain.
Adapun faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak
adalah faktor kebudayaan dan pengaruh keluarga terhadap anak.
36
masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung
mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat
yang masih sederhana.
Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi
aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik,
cara memberikan penilaian kepada anak, sehingga apabila latihan
mandiri itu dikembangkan orangtua sejak awal maka sifat mandiri
berkembang lebih awal (Thoha, 1996:124).
C. Pengaruh Pola Asuh terhadap Kemandirian Belajar
Keterkaitan pola asuh orangtua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan
sebagai upaya orangtua dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak
dan membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki disiplin diri.
Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orangtua bagi
kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri, menunjukkan adanya
kebutuhan internal yaitu:
1. Tingkat rendah, manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan dari
orangtua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri
(berdasarkan naluri)
2. Tingkat menengah, manakala anak kadang-kadang masih membutuhkan
bantuan dari orangtua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar
disiplin diri (berdasarkan nalar)
37
kontrol orangtua untuk memiliki dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri
(berdasarkan kata hati) (Shochib, 1998:16).
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi
kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan
kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan
keluarga dengan upaya memenuhi individu dari Maslow, maka keluarga
merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui
perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya baik fisik-biologis maupun psikologisnya. Apabila
anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri
(self-actualization).
Menjadi orangtua efektif memberi pandangan baru mengenai hukuman
dalam mendidik anak, bahwa pemberian hukuman dapat ditiadakan untuk
seterusnya dalam menanamkan disiplin anak, semua jenis hukuman bukan hanya
yang bersifat fisik saja. Orangtua dapat membesarkan anak-anak yang
bertanggungjawab, memiliki disiplin diri dan kooperatif tanpa menakut-nakuti,
mereka dapat belajar bagaimana mempengaruhi anak untuk bertindak atas dasar
38
takut dihukum atau dikurangi hak-hak mereka.
Sepasang orangtua yang efektif akan tetap membiarkan dirinya sendiri
sebagai pribadi sejati. Anak-anak sungguh akan menghargai sifat manusiawi dan
sifat tidak berpura-pura dari orangtua mereka. Mereka ingin agar orangtua mereka
menjadi manusia bukan malaikat. Mereka menunjukkan reaksi yang baik terhadap
orangtua sebagai manusia pribadi, tidak sebagai pemain sandiwara, berpura-pura
menjadi tokoh yang bukan dirinya yang sejati.
Kemandirian belajar itu merupakan keharusan dalam pelajaran dewasa ini,
sejauh pelajaran itu diarahkan keadaan di hari depan pelajar, yang dengan nyata
dapat dilihat dalam keluarga dan masyarakat, sudah sejak pergerakan perubahan
pedagogis pada permulaan abad ke-20 datangnya persyaratan tersebut. Sejak itu
diusahakan agar belajar di sekolah direncanakan dan diatur atas dasar
kemandirian para murid (Holstein, 1986:7).
Dengan pola asuh otoriter mengakibatkan anak menjadi individu pasif, acuh
tak acuh, agresif, mudah putus asa, takut dalam merencanakan sesuatu, tergantung
pada orang lain dan daya kreatifnya tidak berkembang, yang membuat anak sulit
untuk mandiri. Pola asuh permisif mengakibatkan anak tidak mempunyai
pegangan melakukan sesuatu sehingga anak menjadi individu yang agresif,
menentang atau tidak dapat bekeijasama dengan oranglain,berekspresi sebebas
dan seluas-luasnya tanpa ada control.mengalami kegagalan karena tidak
mendapat bimbingan.
39
bahwa:
Children have highself reliance are those who came from families where parents received positively by children and this can only be found ways to teach democracy, (Anak mempunyai kemandirian tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga dimana orangtua diterima secara positif oleh
anak dan hal tersebut hanya dapat ditemui pada pola asuh demokratis).
Dapat disimpulkan bahwa pola asuh terbaik yang diterapkan oleh orangtua
terhadap anaknya adalah pola asuh demokratis karena pola asuh ini dapat
menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab dan
kemandirian anak. Pola asuh otoriter dapat mengakibatkan anak menjadi individu
yang tidak percaya diri, tidak kreatif, penakut dan tidak mandiri. Sedangkan pola
asuh permisif akan mengakibatkan anak menjadi tidak dapat mengontrol
perilakunya, tidak bertanggungjawab, bingung dan merasa tidak aman. Dengan
demikian kemandirian anak dipengaruhi oleh pola asuh orangtua, sedangkan pola
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMPN 4 Salatiga 1. Sejarah berdiri SMPN 4 Salatiga
Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan diperoleh data serta
dokumen-dokumen dari Tata Usaha SMPN 4 Salatiga tahun 2009/2010
disebutkan bahwa SMPN 4 SALATIGA adalah lembaga pendidikan yang
didirikan di kota Salatiga pada tahun 1979.
Berdirinya SMPN 4 Salatiga, awal didirikan memiliki 2 lokal gedung
terpisah. 1 gedung berada di Jl. Veteran, sedang satu gedung lagi berada di Jl.
Suwardi. Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan belajar mengajar
tidak efektif, kemudian pada bulan November 2007 SMPN 4 mulai di
univikasi di Jl. Patimura 47 Salatiga.
2. Letak Geografis
a. Alamat Sekolah
SMP Negeri 4 Salatiga beralamat di Jl. Patimura 47 Salatiga, telepon/Fax
(0298) 326785.
b. Luas Tanah
Jumlah tanah yang dimiliki SMP N 4 Salatiga adalah sebesar 3883 M2
41
3. Struktur Organisasi SMPN 4 Salatiga
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Salatiga sebuah lembaga
pendidikan, juga memiliki struktur organisasi sebagai sistem penggerak
dalam rangka mewujudkan visi dan misi SMPN 4 salatiga.
STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 4 SALATIGA
KA. TATA USAHA SUMIYATI
WAKIL KEPALA SEKOLAH 1 2 1. Abdul Rahman Yusuf
2. SR. Sapto Riani
KURIKULUM 1. Dwi Hartati, M.Pd. 2. Wiwik Ambar, S.Pd 3. Dwi Setyowati, S.Pd. 4. Eny Sudaryanti. S.Pd. 5. Ira Kusuma, S.Pd. 6. Rosmawati Y.A. S.Pd.
KESISWAAN 1. Isty Roostikawati, A.Md.Pd. 2. Didk Wtdiatmoko. S.Pd. 3. Dwi Partatmoko 4. Agus Prihananto, S.Pd.
WALI KELAS
7. Dwi Haratati. S.Si, M.Pd. 8. Sri Mardyasluti, S.Pd. 9. Nur Razi. S.Pd. 10. Anisa Fathonah, S.Pd. 11. Muji Lestari, S.Pd. 12. Sutinah, S.Pd. 13. Didik Widiyatmoko, S.Pd. KELAS 9
14. Isty Roostikawati, S.Md. S.Pd. 15. Wiwik Ambar W, S.Pd. 16. Drs. SB. Hariyanto 17. Ira Kusumawardani, S.Si 18. Dewi Indah, S.Pd. 19. Satiman. S.Pd.
1. MY. Wardhani, BA. 2. M. Bud Wibowo, S.Pd. 3. Saliyo, BA. 4. Dra. Endang Susanti
SAPRAS 1. M. Bud Wibowo, S.Pd. 2. Nur Razi, S.Pd. 3. Satiman, S.Pd. 4. Drs. Agus Triyanta
HUMAS Drs. SD. Hariyanto Dyah Respati, TAP. S.Pd. Istrini, S.Pd. Sutinah, S.Pd.
LABORAN PERPUSTAKAAN
1. Rini Kusuma W. S.Pd. 1. Wiji Peni Tri Hastuti, S.Pd. 2. Anisa Fathonah 2. Sri Iriyanti
I.Drs. H.M. Munadzir, M.Si. 24.Dwi Setyawati, SH. 2,Drs. SB. Hariyanto 25.Muslimin, S.Pd. 3.Yasinta DH. S.Pd.
4.lstrini, S.Pd.
26. Drs. Agus Triyanta 27. Tony Adriyanto 28,Didik Widyatmoko, S.Pd. 5,Nurchani, S.Pd. 29.Sutinah, S.Pd. S.Muslimah, S.Pd. 30.Eny Sudaryanti, S.Pd. 7.A. Rahman Yusuf 31.Muji Lestari, S.Pd. 8.Sri Mardyastuti, S.Pd. 32.Supenl Sri L. S.Pd. 9.Dewi Indah, S.Pd. 33.Rosmawati Y.A.S.Pd. lO.Wiwik Ambar W. S.Pd. 34. 35. Markuwati, S.Pd.Pamuji Wiyana, S.S 11.Subiyat 36 Wiji Peni
12.Nur Rozi, S.Pd. 37.Satiman. S.Pd. 13.Yeny Deswita, S.Pd. 38.Krisminiatun H .lndah Wahyuningsih, 39.Bawonowati 15.Dwi Hartati, Ss.Si. M.Pd. 40.Dwi Partatmoko 16.lsty Roostikawati, S.Md. S.Pd. 41.Endang RetnoH 17.lra Kusumawardhani, S.Si 43.Yusuf Haryadi, S.Pd. 18.Anisa Fatonah, S.Pd. 44.Siswanta, S.Ag. 19.Agus Prihananto, S.Pd. 45.Debora Mahjuni, S.Th. 20.Rini Kusuma D, S.Pd. 46.lmam Muthohar 21.SR. Sapto Ri8ni, S.Pd.
22. Dyah Respati TAP, S.Pd. 23. Endang Wahyuningsih, S.Pd.
42
4. Keadaan Guru dan siswa
Data pendidik dan kependidikan
PNS = 48 orang
GTT = 4 orang
PTT =12 orang
Tabel I
Keadaan siswa SMPN 4 Salatiga
No Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa
1 VII 6 160
2 VIII 7 251
3 IX 6 188
Jum ah 670
5. Sarana Prasarana
Tabel H Data Ruang
No Sarana Prasarana Jumlah
1 Luas Tanah 3883 m2
2 Luas bangunan 3233 m2
3 Ruang RKB 19
4 Ruang Kantor 1 lokal
5 Ruang Guru 1
6 Ruang Perpustakaan 1
7 Ruang Lab IPA 1
8 Multimedia 2
9 Ruang BP 1
10 Ruang Elektro 1
43
No Sarana Prasarana Jumlah
12 Ruang Kelas 19
13 Kurikulum 1
14 Koperasi 1
15 KM /W C 2
6. Adapun Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga adalah
a. Visi
1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif, efisien
dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)
2) Terwujudnya keseimbangan prestasi akademik non akademik
3) Terwujudnya harmonisasi inter-antar warga sekolah dan stake holder
pendidikan
4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah yang kondusif,
sesuai standar pelayanan minimum
5) Terlaksananya program ekstra kurikuler excelen program secara
kontinyu dan berkelanjutan
6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha
7) Terbentuknya pribadi siswa yang santun, etis dan berbudi luhur
8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa
9) Terlaksananya program keorganisasian, kepemimpinan dan
perkaderan siswa
10) Terlaksananya program keorganisasian, kepemimpinan dan
45
B. Laporan hasil Angket 1. Daftar nama Responden
Data nama responden yang penulis teliti pada penelitian di SMPN 4 Salatiga
Tabel III
Data Nama Responden
No Nama Jenis Kelamin Kelas