• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF 411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF 411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP

SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF

411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Hasan Maftuh

NIM : 111 10 143

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP

SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF

411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Hasan Maftuh

NIM : 111 10 143

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(3)
(4)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA

JL. Tentara Pelajar 02 Telp.( 0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www. Stainsalatiga. ac. Id E-mail : administrasi@stainsalatiga. ac. Id

NOTA PEMBIMBING

Hal : Skripsi Sdr. Hasan Maftuh

NIM: 111 10 143

Kepada :

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga

Di Tempat

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Setelah membaca dan memberikan arahan dan perbaikan seperlunya, maka

kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdr.

Nama : Hasan Maftuh

NIM : 11110143

Judul : Pembinaan Keagamaan Dalam Konsep Sapta

Marga di Lingkungan TNI Yonif 411 Kostrad Salatiga tahun 2014.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosyah skripsi

guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agam Islam.

Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Salatiga, 11 Desember 2014

Pembimbing

Maslikhah, S. Ag., M.Si.

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP

SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF 411 KOSTRAD SALATIGA

TAHUN 2014 yang disusun oleh Hasan Maftuh telah dipertahankan di depan

Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga pada hari ..., tanggal

... dan dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam

bidang Pendidikan Agama Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : ______________

Sekretaris Penguji : ______________

Penguji I : ______________

Penguji II : ______________

Penguji III : ______________

Salatiga, 2015

Rektor STAIN Salatiga

Dr.Rahmad Hariyadi, M. pd.

(6)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA

JL. Tentara Pelajar 02 Telp.( 0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www. Stainsalatiga. ac. Id E-mail : administrasi@stainsalatiga. ac. Id.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hasan Maftuh

NIM : 111 10 143

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar- benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 06 Januari 2015

Yang menyatakan,

Hasan Maftuh

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan Iklas dan Ungkapan Syukur Alhamdulillah,

Skripsi ini telah tersusun untuk dipersembahkan kepada:

1. Ayahanda Bapak Jupriyadi (Alm) dan Ibunda tercinta Siti Wafiroh yang telah

berjuang mendidik, membimbing dan membesarkan ananda dengan penuh

kesabaran, keiklasan serta doa dan harapan beliau. Doa dan harapan kepada

ibu adalah selalu diberi kesehatan dan panjang umur. Bapak Jupriyadi (Alm)

agar diampuni dosanya dan diterima disisi-Nya.

2. Adikku tercinta, M. Rizal Baihaqi dan Faqih Yusuf serta keluarga Besarku

yang selalu mendorongku dengan penuh keceriaan dan semangat sehingga

ananda terstimulus untuk berjuang keras segera menyelesaikan skripsi ini.

Doa dan harapan, agar adikku selalu berbakti kepada orang tua, dan bisa

menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

(8)

MOTTO













Artinya : Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah

membalas tipu daya mereka itu. dan Allah sebaik-baik pembalas

tipu daya..."

)

Al-Imron - 54 )

(9)

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang telah

memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada

junjungan Nabi Agung Muhammad saw beserta para keluarga, sahabat dan para

pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kepada

kita agama yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman

yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada

bantuan, dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait.

Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah

penulisan skripsi ini selesai. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapkan banyak

terimakasih setulus-tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada:

1. Dr. H.Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku ketua STAIN Salatiga

2. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam

beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan

ketika penyusunan skripsi ini.

3. DANYONIF 411 yang telah membatu mengizinkan kami untuk melakukan

penelitian di Yonif 411 Salatiga

4. Maslikhah, S.Ag.,M.Si selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan

memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam

penulisan skripsi ini.

5. Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan

(10)

akademik STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan

kepada penulis dan Seluruh Staff di STAIN Salatiga.

6. Teman-teman seperjuangan organisasi/Instasi selama kuliahku yakni Staff

Guru di MI Sukorejo 01 Kec. Suruh, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Salatiga , Racana STAIN Salatiga, SMC Stain Salatiga, Pusat Informasi

Konseling (PIK), Kelas D PAI 2010 dan Karang Taruna yang memberikan

motivasi untuk selalu berjuang menjadi insan yang melayani dan pengabdi.

7. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah Swt yang

telah memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian,

akhirnya penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam

penulisan atau penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang

dermawan, serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin

Salatiga, 13 januari 2015

Penulis

Hasan Maftuh NIM : 111 10 143

ABSTRAK

(11)

Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negei Salatiga. Pembimbing : Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Kata Kunci: Pembinaan Keagamaan, Konsep Sapta Marga

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Sebuah kepercayaan itu sering dikenal dengan yang nama agama. Sebuah negara tidak lepas dengan apa yang namanya agama. Selain agama, negara juga membutuhkan sebuah pertahanan militer yang kuat. Islam dan militer apabila dikorelasikan pasti akan saling terkait di negara Indonesia. Sapta Marga merupakan pondasi prajurit dalam mengemban tugasnya. Pembinaan keagamaan dan penanaman nilai Sapta Marga peneliti rasa perlu diterapkan dalam diri seorang prajurit. Penelitian di lakukan di

Yonif 411 Kostrad Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realitas

pelaksanaan pembinaan keagamaan di Yonif 411 Kostrad Salatiga. Rumusan masalahnya adalah bagaimana pembinaan keagamaan Islam di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tahun 2014? Bagaimana pembinaan keagamaan Islam dalam Konsep Sapta Marga di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tahun 2014? Apa Makna Konsep Sapta Marga dalam pembinaan keagamaan bagi Prajurit di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tahun 2014? Dengan tujuan meliputi; (1) Pembinaan Keagamaan Islam di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga Tahun 2014. (2) Pembinaan Keagamaan Islam dalam Konsep Sapta Marga di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga Tahun 2014. (3) Makna Konsep Sapta Marga Bagi Prajurit di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga Tahun 2014.

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah penelitian menjadi mutlak adanya. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Militer Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Prosedur pengumpulan data meliputi, observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan bentuk observasi, yaitu observasi partisipasi dan observasi terus terang. Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi yaitu triangulasi sumber dan waktu.

Kesimpulannya yaitu tujuan pembinaan keagamaan di yonif 411 Salatiga, berpegang teguh pada kualitas mental kejuangan, ideologi, rohani dan keilmuan.

Hal itu dilakukan kegiatan keagamaan antara lain: Shalat Dhuhur-Isya‟

berjamaah, Kegiatan Yasinan, Khutbah hari Jum‟at, Pengajaran Iqro‟ dan al

-Qur‟an, PHBI. Pembinaan Keagamaan dalam Konsep Sapta Marga di Yonif 411 di paparkan dengan dua jenis model dan sejumlah metode yang digunakan. Diakhiri dengan sebuah makna yang dapat diambil melalui rumusan masalah korelasi antara pembinaan keagamaan dan Sapta Marga yang melahirkan sebuah pedoman dalam menjalankan tugas sebagai seorang militer sesuai Sapta Marga.

(12)

Halaman Judul ... i

Lembar Berlogo ... ii

Nota Pembimbing ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan Keaslian... v

Halaman Persembahan ... vi

Motto ... vii

Kata Pengantar ... viii

Abstrak ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Kajian Teori ... 10

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II: KAJIAN TEORI A. Pembinaan Keagamaan Islam 1. Pengertian Pembinaan Keagamaan Islam ... 21

2. Dasar Pembinaan Keagamaan Islam ... 22

(13)

4. Dimensi-Dimensi Pembinaan Keagamaan Islam ... 39

B. Sapta Marga 1. Pengertian Sapta Marga ... 46

2. Butir-Butir Sapta Marga ... 47

C. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sapta Marga 1. Nilai-Nilai Sapta Marga ... 48

a. Toleransi (Pluraslisme) ... 48

b. Patriotisme (Cinta tanah Air) ... 54

c. Ketakwaan, Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan ... 55

d. Kesiapsiagaan (Bhayangkari) ... 56

e. Kedisiplinan ... 57

f. Keperwiraan dan Sedia Berbakti ... 57

g. Tepat Janji ... 58

D. Makna Sapta Marga dalam Pembinaan Keagamaan ... 58

1. Pengertian Makna ... 59

2. Tipe-Tipe Makna ... 59

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data

h. Materi Pembinaan Mental Yonif 411 Salatiga ... 65

(14)

b. Sholat Berjama‟ah ... 67

c. Kegiatan PHBI ... 67

B. Temuan Penelitian 1. Pembinaan Keagamaan Yonif 411 Salatiga a. Sejarah singkat Pembinaan Keagamaan ... 68

b. Tujuan Pembinaan Keagamaan ... 70

c. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan ... 72

d. Metode Pembinaan Keagamaan ... 74

e. Hambatan Pembinaan Keagamaan ... 76

2. Pembinaan Keagamaan Dalam Konsep Sapta Marga a. Model Penanaman Nilai-Nilai Sapta Marga ... 77

b. Metode Penanaman Nilai-Nilai Sapta Marga ... 78

3. Makna Sapta Marga Bagi Prajurit di yonif 411 Salatiga a. Makna Sapta Marga Bagi Prajurit di yonif 411 ... 80

BAB IV: PEMBAHASAN A. Pembianaan Keagamaan Di Yonif 411 Salatiga 1. Sejarah singkat terbentuknya Pembinaan ... 82

2. Tujuan Pembinaan ... 84

3. Pelaksanaan pembinaan ... 86

4. Metode Pembinaan ... 92

5. Penghambat pembinaan ... 97

(15)

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 108

DAFTAR TABEL

(16)

Tabel 2 Daftar Struktur Organisasi Yonif 411 Salatiga ... 63

Tabel 3 Daftar Sarana dan Prasarana Yonif 411 Salatiga ... 63

Tabel 4 Daftar Keagamaan Prajurit Yonif 411 Salatiga ... 64

Tabel 5 Daftar Informan Yonif 411 Salatiga ... 65

Tabel 6 Daftar Materi Pembinaan di Yonif 411 Salatiga ... 66

Tabel 7 Contoh Jadwal Yasinan Bulan Oktober ... 66

Tabel 8 Contoh Jadwal Sholat Berjama‟ah ... 67

Tabel 9 Jadwal Kegiatan PHBI ... 67

(17)

Lampiran II tetang Pedoman Wawancara ... 110

Lampiran III tetang Dokumentasi ... 111

Lampiran IV tetang Surat Keterangan Penelitian ... 113

Lampiran V tetang Surat Keterangan Kegiatan ... 114

Lampiran VI tetang Lembar Konsultasi Skripsi ... 115

Lampiran VII tetang Surat Tugas Pembimbing ... 117

Lampiran IX tetang Kode Penelitian ... 118

Lampiran VIII tetang Transkip Wawacara ... 119

(18)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan peradaban dunia dari dulu hingga sekarang telah

mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Hal tersebut bisa dilihat dari

segi ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini umat manusia memasuki

kehidupan era globalisasi. Sebuah istilah yang merujuk kepada suatu

keadaan di mana antara bangsa-bangsa di dunia sudah saling berinteraksi

dan menyatu dalam berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik,

budaya, lingkungan dan sebagainya. Keadaan ini terjadi berkat penggunaan

ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi di bidang informasi.

Realita dalam era globalisasi ini, menunjukkan bahwa batas-batas geografis,

budaya, agama, dan lain sebagainya, sudah tidak lagi menjadi halangan

untuk melakukan hubungan antara satu dan lainnya. Merujuk pada era

globalisasi ini, masyarakat (manusia) membentuk sebuah perkampungan

besar dan menyatu yang selanjutnya disebut dengan global village (Saridjo,

2009: 89).

Memasuki kehidupan era globalisasi yang ditandai oleh kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta berkuasanya ideologi-ideologi modern

seperti marxisme, sosialisme atau nasionalisme, beberapa kalangan merasa

pesimis akan masa depan agama. Begitu pula pada saat budaya modern yang

(19)

mempercayakan akan datangnya masa akhir perjalanan agama (Saridjo,

2009: 74).

Namun demikian, sejarah membuktikan bahwa agama tetap

bertahan, sekalipun dalam masa pasca modern yang dikenal sebagai puncak

pencapaian peradapan manusia. Agama kini semakin diminati oleh kalangan

seniman, artis, olahragawan, politisi, diplomat, ilmuwan, hingga biarawati

dan pendeta banyak yang masuk agama Islam (Saridjo, 2009: 46). Fenomena

tersebut membuat optimis bahwa ketertarikan masyarakat (manusia) akan

eksistensi agama masih menjadi kajian penting dalam tatanan kehidupan

manusia.

Fenomena lain, dalam Saridjo, (2009: 47) mengatakan bahwa

dikalangan ahli-ahli ilmu sosial dan humaniora tercatat nama-nama besar

yang tertarik mempelajari agama, seperti Robert N. Bellah, Robert

Wathnow, B. Malinowski dan Clifford Geertz. Disiplin ilmu lainnya, seperti

psikologi, sejarah, dan politik juga digunakan sebagai pendekatan untuk

mengkaji agama.

Islam menurut penganutnya, merupakan agama yang lengkap dan

sempurna, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam atau bersifat universal,

bahasa lain yaitu “rahmatan lil-„alamin” (Urbaningrum, 2004: 72). Islam

membahas seluruh aspek kehidupan, termasuk didalam persoalan-persoalan

yang berkaitan dengan dimensi dasar kehidupan manusia. Dimensi dasar

yang dibahas oleh agama Islam bukan lain adalah masalah-masalah yang

(20)

dengan kekuatan “Ruh Tauhid” dan ibadah dengan Allah Swt sebagai

kewajiban dan tujuan hidup dari perputaran roda sejarah manusia di bumi

ini.

Sejalan dengan dasar itu dapat disimpulkan bahwa dimensi dasar

ajaran Islam yang dimaksud adalah Tauhid, Ibadah dan Akhlak. Ketiga

dimensi dasar ini merupakan hal pokok yang harus ditanamkan dalam diri

manusia sejak lahir. Mengingat pentingnya dari ketiga hal pokok tersebut,

perlu diketahui bersama salah satu kelebihan manusia sebagai mahluk Allah

Swt adalah dia dianugerahi fitrah sejak lahir. Istilah fitrah dalam kalimat

sederhana dapat diartikan sebagai potensi manusia untuk mengimani Allah

Swt dan mengamalkan ajarannya. Makna dari “fitrah” yang lebih eksplisit

adalah sebuah panggilan sebagai mahluk yang sejak dalam kandungan telah

menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah Swt. Berangkat dari hal inilah

kemudian manusia dijuluki “Homo Religius” mahluk beragama. Namun,

fitrah itu baru berfungsi dikemudian hari melalui proses pembinaan,

bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan psikologis.

Helmy, (2012: 31) mengatakan bahwa pembinaan adalah mencakup

segala ikhtiar (usaha-usaha), tindakan dan kegiatan yang ditunjukan untuk

meningkatkan kualitas beragama baik dalam bidang tauhid, bidang

peribadatan, bidang ahlak dan bidang kemasyarakatan. Kesimpulan di atas

dapat dijelaskan bahwa hubungan antara ketiga perihal itu sangat lazim

dimaknai dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Tujuan pembinaan

(21)

iman serta ahlak yang mulia, serta selalu senantiasa memelihara dan

mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh agama. Selain itu juga, perlu

ditambah adanya praktek-praktek langsung yaitu melakukan amal perbuatan

yang diperintahkan oleh agama secara nyata.

Peran agama dalam sebuah negara merupakan komponen yang tidak

dapat terpisahkan. Selain agama, jika pandang dari sisi lain sebuah negara

tidak akan lepas pula dengan yang dinamakan kemiliteran. Pertahanan

sebuah negara tanpa didukung kekuatan militer tentu akan lemah dalam

mempertahankan wilayah kekuasaan negaranya. Substansi logis yang harus

dibangun adalah kekuatan dalam dunia militer terletak kepada personil yang

ditugasi dalam menjaga negara. Bahasa atau istilah sehari-hari personil

militer tersebut dinamakan Tentara Nasional Indonesia (TNI). TNI

diharuskan cakap dalam membidangi tugas yang sudah menjadi tanggung

jawabnya. Hal lain harus ditunjang dalam segi kualitas, kuantitas dan

profesionalitas yang dimiliki untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai

pembela bangsa dan negara. Berangkat dari hal tersebut, tidak akan jauh

hubungannya yaitu antara dunia militer apabila didekatkan dengan konsep

agama Islam. Gambaran umumnya adalah masyarakat Indonesia mayoritas

memeluk agama Islam, tentu konsekuensi logisnya adalah nilai-nilai agama

Islam akan merasuk dalam dunia kemiliteran yang mana anggota militer

juga banyak yang beragam Islam. Realitas masyarakat Indonesia yang

mayoritas memeluk agama Islam tentu akan mempengaruhi tradisi

(22)

langsung dunia militer akan mendapat suntikan ruh Islam (intervensi Islam).

Suntikan ruh islam tersebut akan berpengaruh dalam pembinaan-pembinaan

atau metode yang sudah diterapkan dalam dunia kemiliteran.

Istilah (pembinaan), apabila diteropong dari konteks militer,

menunjukkan bahwa pembinaan personal TNI atau personnel management

merupakan cara untuk membina personil meliputi beberapa aspek, yaitu

seleksi personil baru, pembinaan karier yang terdiri dari pembinaan jabatan

dan pembinaan kepangkatan, pengurusan kesejahteraan dan gaji serta

pendidikan pembinaan personel bertujuan untuk memperoleh personil yang

cocok dalam melaksanakan fungsi di TNI, memelihara personil itu

sebaik-baiknya agar terus memenuhi kecocokan dan meningkatkan mutu

personilnya agar dapat menjalankan pekerjaan lebih baik. Pembinaan

personil merupakan salah satu fungsi staf dalam kepemimpinan TNI

(Suryohadiprojo, 1996: 43). Seleksi warga negara untuk masuk TNI adalah

suatu proses yang meliputi penelitian terhadap kondisi mental, fisik dan

intelektual. Pembinaan di dalam dunia pendidikan, seorang prajurit akan

dilatih baik itu secara fisik dan ada juga pembekalan suatu pedoman untuk

eksistensi dalam tugas kemiliteran. Kehidupan TNI perlu diadakan satu etik

yang selanjutnya menjadi pegangan hidup bagi seluruh anggota TNI, baik

itu Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) maupun Angkatan Udara

(AU). Lebih rinci dapat dilihat bahwa prajurit TNI terdiri berbagai macam

suku dan perbedaan aliran (agama). Agar terjadi satu ideologi pada era tahun

(23)

satu konsep Sapta Marga lalu disetujui oleh Presiden Soekarno dan disebar

luaskan melalui latihan Chandradimuka.

Konsekuensi logis yang muncul jika belajar bersosialisasi dalam

kehidupan bermasyarakat, sering kali ditemukan perilaku menyimpang dari

aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Begitu juga dalam

lingkungan prajurit TNI, sudah barang tentu menjalani kehidupan layaknya

masyarakat yang lainnya, ada yang berperilaku salah dan taat akan perintah.

Dasar utama yang harus dibangun adalah diperlukan berbagai usaha agar

seluruh lapisan masyarakat, baik dalam masyarakat biasa maupun dalam

lingkungan TNI agar tetap dalam koridor yang telah berlaku seperti usaha

preventif untuk mencegah seluruh elemen masyarakat tidak terjerumus

kedalam tindakan yang melanggar norma dan etika yang berlaku.

Langkah pasti dari usaha kuratif yang dilakukan yaitu dengan jalan

menyembuhkan mental orang bersangkutan terlebih dahulu, sehingga

tercapai mental yang sehat dan normal kembali seperti yang diharapakan

teks Sapta Marga. Teks Sapta Marga tersebut rutin dibaca pada setiap senin

pagi dan pada hari jadi TNI tanggal 5 Oktober. Adapun bunyi Sapta Marga

ialah: (1) Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

Bersendikan Pancasila; (2) Kami Patriot Indonesia, Pendukung Serta

Pembela Idiologi Negara yang Bertanggung Jawab dan Tidak Mengenal

Menyerah; (3) Kami Ksatria Indonesia yang Bertaqwa Kepada Tuhan yang

Maha Esa Serta Membela Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan; (4) Kami

(24)

Negar dan Bangsa Indonesia; (5) Kami Prajurit Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia Memegang Teguh Disiplin, Patuh dan Taat Kepada

Pemimpin Serta Menjunjung Tinggi Sikap dan Kehormatan Prajurit; (6)

Kami Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Mengutamakan

Keperwiraan Didalam Melaksanakan Tugas Serta Senantiasa Siap Sedia

Berbakti Kepada Negara dan Bangsa; (7) Kami Prajurit Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia Setia dan Menepati Janji Serta Sumpah Prajurit (Buku

Saku Bintara dan Tamtama Korps Marinir, 2007: 4). Apabila usaha

menormalisir mental telah berhasil maka akan mudah untuk melakukan

usaha-usaha selanjutnya.

Tujuan Sapta Marga merupakan rambu-rambu yang harus dipatuhi

bagi segenap prajurit TNI dan harus dilaksanakan norma-norma yang

terkandung dalam teks Sapta Marga. Prajurit yang mengklasifikasikan

nilai-nilai kandungan Sapta Marga akan berpengaruh terhadap mental yang

terdapat jiwa besar untuk takwa kepada Allah Swt, Prajurit TNI juga akan

disiplin selalu tepat waktu, menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dan

loyal terhadap kepentingan Negara.

Pembinaan keagamaan yang baik, secara teoretis akan melahirkan

hasil binaan yang baik untuk manusia. Begitu pula pembinaan dalam konsep

Sapta Marga yang baik, juga akan menghasilkan karakter militer yang baik

bagi anggotanya. Akan tetapi fenomena yang ditemukan masih ada juga

anggota militer yang menyalahi kode etik kemiliteran (Sapta Marga).

(25)

untuk berbuat kebaikan dan menaati peraturan agama. Sehingga bagi

peneliti permasalahan yang muncul menarik untuk dilakukan. Peneliti akan

meneliti di lingkungan TNI Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga sebagai

objek penelitian. Karena hemat peneliti lokasi sangat strategis dan objek

mudah untuk dijangkau untuk penelitian. Dari latar belakang masalah dan

paparan pendek tersebut peneliti mengambil judul sebagai berikut:

“PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP SAPTA MARGA DI

LINGKUNGAN TNI YONIF 411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014”.

B. Fokus Penelitian

Latar belakang dalam penelitian ini antara lain dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana pembinaan keagamaan Islam di Yonif 411 Raider Kostrad

Salatiga tahun 2014?

2. Bagaimana pembinaan keagamaan Islam dalam konsep Sapta Marga di

Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tahun 2014?

3. Apa makna konsep Sapta Marga dalam pembinaan keagamaan bagi

Prajurit di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui :

1. Pembinaan keagamaan Islam di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tahun

(26)

2. Pembinaan keagamaan Islam dalam konsep Sapta Marga di Yonif 411

Raider Kostrad Salatiga tahun 2014.

3. Makna konsep Sapta Marga dalam pembinaan keagamaan bagi Prajurit

di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tahun 2014.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoretis

a. Memberikan kejelasan secara teoritis tentang pembinaan keagamaan

dalam konsep Sapta Marga di lingkungan militer.

b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia

pendidikan untuk hal pembinaan keagamaan dalam konsep Sapta

Marga dilingkungan militer.

c. Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas

Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga.

2. Secara Praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai kegiatan

pembinaan keagamaan dalam konsep Sapta Marga dilingkungan

militer.

b. Untuk memberikan saran dan rekomendasi hasil penelitian bagi TNI

Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga tentang pembinaan keagamaan

(27)

E. Kajian Teori

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam penulisan skripsi

ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah pokok, yakni:

1. Pembinaan Keagamaan

Pembinaan keagamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah proses, cara, perbuatan membina. Pembinaan merujuk pada suatu

kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada, dan

keagamaan sendiri adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama, segala

sesuatu mengenai agama (Poerwadarminta, 2006: 11). Makna

keagamaan tidak sekadar mengarah pada hubungan manusia dengan

Tuhan secara pribadi, tapi mencakup hal-hal yang melingkupi agama itu

sendiri. Termasuk hubungan manusia dengan manusia, ibadah dan

ritual-ritual keagamaan.

Jadi, pembinaan keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah bentuk kegiatan yang mengarah pada proses membangun dan

memandirikan manusia dalam hal-hal yang berhubungan dengan agama

dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah Swt, sehingga tercapai

kedamaian dalam diri. Kedamaian dalam diri tersebut terkait erat dengan

kualitas pembinaan tentang akidah, ibadah dan akhlak.

2. Konsep Sapta Marga

a. Sapta Marga

Sapta Marga diambil dari bahasa sansekerta (Puspen TNI,

(28)

segenap prajurit tujuh pedoman yang menuntun menjadi prajurit

Sapta Marganis.

b. Butir-butir Sapta Marga

1) Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

Bersendikan Pancasila.

2) Kami Patriot Indonesia, Pendukung Serta Pembela Idiologi

Negara yang Bertanggung Jawab dan Tidak Mengenal

Menyerah.

3) Kami Ksatria Indonesia yang Bertaqwa Kepada Tuhan yang

Maha Esa Serta Membela Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan.

4) Kami Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Adalah

Bhayangkari Negar dan Bangsa Indonesia.

5) Kami Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Memegang Teguh Disiplin, Patuh dan Taat Kepada Pemimpin

Serta Menjunjung Tinggi Sikap Dan Kehormatan Prajurit.

6) Kami Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Mengutamakan Keperwiraan didalam Melaksanakan Tugas Serta

Senantiasa Siap Sedia Berbakti Kepada Negara dan Bangsa.

7) Kami Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Setia dan

Menepati Janji Serta Sumpah Prajurit (Buku Saku Bintara dan

(29)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,

2011: 4).

Laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Peneliti akan

mengkaji permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan

diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan

dengan permasalahan tersebut.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif

kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah penelitian menjadi mutlak

adanya. Relevansi dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi “key

instrumen” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri

pengamatan atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan

buku catatan. Selain itu guna menunjang perolehan informasi yang valid,

peneliti akan menggunakan alat rekam atau kamera, dan peniliti tetap

(30)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Militer Yonif 411 Raider

Kostrad Salatiga dengan tanpa alasan. Alasan logisnya adalah meskipun

penelitian sudah pernah ada peneliti sebelumnya dengan topik yang

berbeda. Alasan lainnya adalah ketertarikan peneliti terhadap fenomena

keagamaan yang terjadi pada prajurit TNI yang nota bene bergerak

dalam dibidang militer dan bukan fokus dalam bidang keagamaan, tetapi

memiliki variasi dan intensitas yang baik dalam melaksanakan kegiatan

keagamaan bagi prajurit.

4. Sumber Data

Sumber data adalah situasi yang wajar atau “natural setting”.

Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar

sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Berdasarkan

pada penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data, yakni:

a. Sumber Data Primer

Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan

dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan sumber pokok

yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan kajian. Sumber data

utama yang akan dihimpun adalah prajurit yang mengikuti

pembinaan, pembina dan beberapa anggota Militer yang lain di

(31)

kegiatan pembinaan keagamaan bagi Prajurit Yonif 411 dalam

konsep Sapta Marga. Data pembinaan keagamaan meliputi pada

aspek aqidah, ibadah, dan akhlak dalam konsep nilai-nilai Sapta

Marga.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data pendukung merupakan data-data yang

digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang

didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber

data pendukung di sini adalah buku-buku yang terkait dengan

pembinaaan keagamaan, Sapta Marga dan Militer.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah peninjauan secara cermat (Alwi, 2007:

794). Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang

fenomena-fenomena yang diselidiki yang dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1980:136). Peneliti

melakukan pengamatan-pengamatan terhadap gejala-gejala subjek

yang diteliti antara lain kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang tersedia

dalam rangka menunjang proses pembinaan keagamaan di

(32)

untuk menemukan permasalahan yang ada hubungannya dengan

pembinaan keagamaan bagi parajurit Yonif 411 Salatiga dalam

konsep Sapta Marga.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186).

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data langsung

secara lebih mendalam dan akurat tentang permasalahan yang

diteliti. Dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan kepada pihak yang mengetahui permasalahan seputar

proses pelaksanaan pembinaan keagamaan di Yonif 411 Raider

Kostrad Salatiga. Permasalahan yang akan dicari dan diteliti dengan

metode wawancara antara lain: (1) Bagaimana Pembinaan

Keagamaan Islam di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga Tahun

2014? (2) Bagaimana Pembinaan Keagamaan Islam dalam Konsep

Sapta Marga di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga Tahun 2014? (3)

Apa Makna Konsep Sapta Marga Dalam Pembinaan Keagamaan

Bagi Prajurit di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga Tahun 2014?

Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:

(33)

1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara

yang hanya membuat garis besar yeng akan ditanyakan. Tentu

saja kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil

wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung

dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban

responden.

2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor

yang sesuai.

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara tidak

terstruktur. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman

wawancara yang hanya membuat garis besar yang akan ditanyakan.

Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil

wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari

pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban

responden.

c. Dokumentasi

Arikunto (2010: 274) menyatakan metode dokumentasi

sebagai cara untuk mencari data tentang hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk

(34)

pembinaan keagamaan dalam konsep Sapta Marga di Yonif 411

Raider Kostrad Salatiga Tahun 2014. Antara lain tentang sejarah

singkat satuan yonif 411 salatiga, letak geografis yonif 411 salatiga,

visi misi, struktur organisasi kabintal, sarana dan prasarana, kondisi

keagamaan prajurit, materi pembinaan mental prajurit dan daftar

kegiatan keagamaan prajurit di Yonif 411 Salatiga.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008: 244). Penelitian ini

akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah data dari lapangan:

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara

mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang

diperoleh dari penelitian.

b. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan jalan membuat abstraksi,

abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses,

dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga dalam penelitian ini.

(35)

Penyajian data merupakan kegiatan untuk menggambarkan

fenomena-fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang telah di

reduksi terlebih dahulu.

d. Kesimpulan

Kesimpulan yaitu permasalahan penelitian yang menjadi

pokok pemikiran terhadap apa yang akan diteliti, sehingga

mendapatkan gambaran dari apa yang sesungguhnya menjadi tujuan

penelitian.

7. Validitas Data

Validitas data adalah suatu instrumen yang telah memiliki

ketepatan. Validitas data digunakan dalam teknik triangulasi. Menurut

moleong (2007: 330), triangulasi adalah “teknik pemeriksaan data yang

bermanfaat”. Menurut Sugiono (2005: 127), jenis-jenis triangulasi antara

lain:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dan dilakukan

dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

(36)

Waktu mempengaruhi kredibilitas suatun data. Dalam

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan melalui wawancara, observasi, atau teknik lain dalam

waktu atau situasi yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi yaitu

teriangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu data diperoleh dari

informasi yaitu pembina, prajurit yang dibina, dan tempat. Triangulasi

waktu dalam penelitian ini berupa wawancara pembina dan observasi

prajurit yang dibina selama proses pembinaan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika di sini adalah gambaran umum tentang skripsi ini.

Skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan

bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan,

motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table,

daftar lampiran; adapun bagian inti berisi pendahuluan sampai dengan

penutup; dan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran,

riwayat hidup peneliti. Adapun sistematik bagian isi adalah sebagai berikut:

BAB I : Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Teori, Metode Penelitian

(37)

Penelitian, Sumber Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, dan

Tahap-tahap Penelitian), dan Sitematika Penulisan.

BAB II : Berisi tentang kajian teori, merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang

memuat pengertian pembinaan keagamaan, dasar pembinaan keagamaan,

tujuan dan metode pembinaan keagamaan, dimensi-dimensi pembinaan

keagamaan, pengertian Sapta Marga, Butir Sapta Marga, nilai nilai agama

yang terkandung dalam Sapta Marga, dan Makna Sapta Marga.

BAB III : Berisi paparan data dan temuan peneliti menjelaskan tentang sejarah Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga, Letak Geografis Yonif

411 Raider Kostrad Salatiga, visi dan misi, struktur organisasi dan Tugas

Staf, Sarana dan Prasarana Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga , program

pembinaan keagamaan di Yonif 411 Raider Kostrad Salatiga, Gambaran

informan, materi pembinaan dan Temuan Penelitian.

BAB IV : Merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah

penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah

ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah

ilmu.

BAB V : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan

pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan

(38)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembinaan Keagamaan Islam

1. Pengertian Pembinaan Keagamaan Islam

Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan

“usaha” tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif

untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan

Westy Soemanto, Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang

memperthankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat,

Sahrani, dan Muslih, 2008: 152-153).

Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap

kepercayaan terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang

terdapat di dalam agama (Syafaat, Sahrani, dan Muslih, 2008: 154).

Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian

Keagamaan yaitu “kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya)

dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan

kepercayaan itu (Syafaat, Sahrani, dan Muslih, 2008: 12).

Frezer dalam Aslam Hadi menuliskan agama yaitu menyembah

atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang

dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya

peri kehidupan manusia (Syafaat, Sahrani, dan Muslih, 2008: 11-13).

Menurut Nasution agama adalah perilaku bagi umat manusia

(39)

utusan-utusan, rasul-rasul atau nabi-nabi (Syafaat, Sahrani, dan Muslih,

2008: 14).

Kesimpulan dari paparan di atas menunjukkan bahwa agama

adalah aturan-aturan yang bersumber dari Allah Swt yang berfungsi

mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Allah Swt

maupun hubungan manusia dengan manusia sendiri dan hubungan

manusia dengan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan hidup di

dunia.

Pengertian Islam sendiri adalah Agama yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad Saw, yang berpedoman kitab suci Al-Qur‟an yang

diturunkan kedunia melalui wahyu Allah Swt. (Syafaat, Sahrani, dan

Muslih, 2008: 15).

Merujuk dari istilah di atas, pembinaan keagamaan Islam adalah

suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun,

membina, dan menyempurnakan serta menanamkan nilai-nilai

keagamaan yang sesuai ajaran Nabi Muhammad Saw. yang berpedoman

pada Al-Qur‟an dan Hadits untuk memperoleh hasil yang optimal dalam

menjalankan fitrah serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna.

2. Dasar Pembinaan Keagamaan Islam

Fungsi dasar ialah memberikan arahan kepada tujuan yang akan

dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu

(40)

Dasar ideal pembinaan Islam adalah identik dengan ajaran Islam

itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur‟an

dan Hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para

ulama. Pemahaman apapun ulama dalam menjalani proses kehidupan

manusia tidak lepas dengan dasar Al-Qur‟an dan Hadits. Dasar

Pembinaan Keagamaan Islam diwujudkan dalam bentuk:

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang

membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala (Chalik,

2007: 15).

Pengertian Al-Qur‟an dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah Swt yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara

Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai

petunjuk untuk pedoman hidup bagi umat manusia (Moeliono, 1986:

33).

Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini

dengan nama Al-Qur‟an diantara kitab-kitab Allah Swt itu karena

kitab ini mencakup inti dari kitab-kitabnya (Qattan, 2000: 56).

(41)

menjelaskan segala sesuatu.(QS An-Nahl: 89).

Setiap mukmin yang mempercayai Al-Qur‟an, mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Di antara

kewajiban dan tanggung jawabnya itu, ia mempelajari Al-Qur‟an dan

mengajarkannya.

Umat Islam yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab suci

Al-Qur‟an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh

aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar

pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup yang

berdasar kepada Al-Qur‟an. Nabi Muhammad Saw, sebagai pendidik

pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan

Al-Qur‟an sebagai dasar pendidikan Islam disamping sunnah beliau

sendiri.

Al-Qur‟an merupakan firman Allah Swt yang telah

diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw Untuk disampaikan

kepada umat manusia. Al-Qur‟an merupakan petunjuk yang lengkap

dan juga merupakan pedoman bagi kehidupan manusia, yang

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang bersifat universal.

(42)

pembinaan sosial, akidah, akhlak, ibadah, dan muamalat.

Sebagaimana yang diungkapkan Azra, (1998: 9) bahwa “Al-Qur‟an

mempunyai kedudukan yang paling depan dalam pengambilan

sumber-sumber pembinaan lainnya. Segala kegiatan dan proses

pembinaan harus berorietasi kepada prisnsip nilai-nilai Al-Qur‟an.

b. Sunnah (Hadits)

Dasar yang kedua selain Al-Qur‟an adalah Sunnah

Rasuluallah Saw. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah Saw

dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama

pembinaan Islam karena Allah Swt menjadikan Muhammad Saw

sebagai teladan bagi umatnya.

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik.(Al-Ahzab: 21).

Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rasulullah Saw, yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian

atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah Saw dan beliau

membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu bejalan. Sunnah

merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an. Seperti Al

-Qur‟an, Sunnah juga berisi akidah dan syariah. Sunnah berisi

(43)

atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah Saw menjadi guru

dan pembina utama (Daradjat, 2004: 35).

Sunnah mencerminkan prinsip manifestasi wahyu dalam

segala perbuatan, perkataan, dan taqriri Nabi. Beliau menjadi teladan

yang harus diikuti. Keteladanan Nabi, terkadang unsur-unsur

pembinaan yang diberikan sangat besar artinya. Substansi

pendidikan Islam, dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu (1) sebagai

acuan syariah yang meliputi muatan pokok ajaran Islam secara

teoretis; (2) acuan operasional-aplikatif yang meliputi cara Nabi

memainkan peranannya sebagai pembina dan sekaligus sebagai

evaluator yang professional, adil, dan tetap menunjang nilai-nilai

ajaran Islam. Semuanya dapat dilihat dari bagaimana cara Nabi

melaksanakan proses pembinaan, metode yang digunakan, sehingga

dalam waktu singkat mampu diserap oleh para sahabat. Evaluasi

yang dilaksanakan sangat intensif, sehingga bernilai efektif dan

efisien. Kharisma dan syarat pribadi yang harus ada pada diri

seorang pendidik yang telah contohkan oleh Nabi harus sesuai.

Tentang bagaimana cara Nabi dalam memilih materi, alat peraga,

dan kondisi yang begitu adaptik, maupun cara Nabi dalam

menempatkan posisi yang dibina, dan lain sebagainya (Nizar, 2001:

98-99).

Konsep dasar pembinaan yang dicontohkan Nabi Muhammad

(44)

1) Disampaikan sebagai rahmatal lil‟alamin (QS Al-Anbiya: 107).

2) Disampaikan secara universal.

3) Apa yang disampaikan adalah kebenaran mutlak (QS Al-Hijr: 9).

4) Kehadiran Nabi sebagai evaluator atau segal aktivitas pembinaan

(QS AL-Syura: 48).

5) Perilaku nabi sebagai figur identitas (uswah hasanah) bagi

umatnya (QS-Al-Ahdzab) (Ramayulis, 2004: 67).

Ada tiga fungsi Sunnah terhadap Al-Qur‟an dalam pandangan

ahli-ahli usul, sebagaimana dijelaskan Muhammad Ajjad al-Khatib

dalam Muhammad Alim sebagai berikut:

1. Sunnah berfungsi mendukung atau mengesahkan sesuatu

ketentuan yang dibawa Al-Qur‟an.

2. Sunnah berfungsi memperjelas atau merinci (menafsirkan) apa

yang telah digariskan dalam Al-Qur‟an.

3. Sunnah berfungsi menetapkan hukum yang tidak terdapat

didalam Al-Quran (M. Halim, 2006: 190).

c. Ijtihad

Salah satu sumber hukum Islam yang valid (muktamad)

adalah ijtihad. Ijtihad ini dilakukan untuk menetapakan hukum atau

tuntutan suatu perkara yang adakalanya tidak terdapat didalam

Al-Qur‟an maupun Sunnah. Ijtihad ini dilakukan untuk menjelaskan

suatu perkara dan ditetapkan hukumnya bila tidak terdapat

(45)

Ijtihad adalah pengerahan segala kesanggupan seorang faqih

(pakar fikih Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum

sesuatu melalui dalil syara‟ (agama). Dalam Istilah inilah, ijtihad

lebih banyak dikenal dan digunakan, bahkan banyak para fuqaha

(Para pakar hukum Islam) yang menegasakan bahwa ijtihad itu bisa

dilakukan dibidang fiqh (Syafe‟i, 1999: 99).

Daradjat, (2004: 87) mendefinisikan ijtihad adalah istilah

para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang

dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk menentukan sesuatu

hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan

hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.

Apabila pada masa Nabi saja ijtihad sudah bisa dilakukan,

maka sepeninggalan Nabi, tentu jauh lebih mungkin dan diperlukan.

Kalangan umat Islam mana pun, tidak pernah ada perintah yang

sungguh-sungguh menyatakan ijtihad haram, dan harus dihindari.

Dalam kitab Al-Radd „ ala Man Afsad fi al-Ardh, sebuah kitab

sangat kuning”, al-Suyuthi dengan tandas menyimpulkan, pada

periode (ashr), harus ada seorang, atau beberapa orang yang mampu

berperan sebagai mujtahid (Mahfudz, 2004: 37). Dengan kata lain,

ijtihad berarti usaha keras dan bersungguh-sungguh yang dilakukan

oleh para ulama untuk menetapkan hukum suatu perkara atau suatu

(46)

3. Tujuan dan Metode Pembinaan Keagamaan

a. Tujuan Pembinaan Agama Islam

Tujuan pembinaan keagamaan ialah sesuatu yang diharapkan

tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka

pembinaan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang

berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya

bertahap dan bertingkat. Tujuan pembinaan bukanlah suatu benda

yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu

keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh

aspek kehidupannya (Daradjad, 2004: 56).

Tujuan Pembinaan keagamaan, menurut hasil seminar

pendidikan Islam se-Indonesia, tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung

Bogor, adalah menanamkan takwa dan ahlak serta menegakkan

kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan

berbudi luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut didasarkan

kepada proposisi bahwa pembinaan keagamaan adalah bimbingan

terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam

dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan

mengawasi berlakunya semua ajaran Islam (Baihaqi, 2000: 13).

Pembinaan keagamaan bertujuan menumbuhkan pola

kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan yang bulat

melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan

(47)

semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi,

jasmaniah, ilmiah maupun bahasannya (secara perorangan maupun

secara berkelompok). Dan, pembinaan ini mendorong semua aspek

tersebut kearah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup.

Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam QS

Al-Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al-An‟am: 162).

Jadi tujuan akhir pembinaan keagamaan adalah membimbing

manusia agar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt., baik

secara individual maupun komunal dan sebagai umat seluruhnya.

Setiap orang semestinya menyerahkan diri kepada Allah Swt karena

penciptaan jin dan manusia oleh Allah Swt adalah untuk menjadi

hamba-Nya yang memperhambakan diri (beribadah) kepada-Nya.

Allah Swt menjelaskan hal ini melalui firman-Nya dalam QS. Al-mereka mengabdi kepada-Ku (QS-Al-Dzariat: 56).

Dengan demikian, jika disimpulkan dari penjelasan disebut

(48)

memiliki kepribadian seperti Nabi Muhammad Saw, yaitu melalui

uswatun hasanan yang diajarkannya.

b. Metode Pembinaan Keagamaan

Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui,

dan hodos yang berarti jalan (ke) atau (cara ke). Dalam bahasa arab,

metode disebut tariqah, artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban

dalam mengerjalakan sesuatu. Menurut istilah, metode ialah suatu

sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.

Pembinaan Keagamaan adalah bimbingan secara sadar dari

pendidik (orang dewasa) kepada anak-anak yang masih dalam proses

pertumbuhannya berdasarkan norma-norma yang Islami agar

terbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.

Selanjutnya yang dimaksud dengan metode pembinaan

keagamaan disini adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk

menyampaikan bahan atau materi pembinaan keagamaan kepada

anak didik agar terwujud kepribadian muslim (Syafaat, Sahrani dan

Muslih, 2008: 152-153).

Abdullah Nashih Ulwan menyatakan bahwa teknik atau

metode pembinaan Islam itu ada lima macam, yaitu:

(49)

Keteladanan dalam pembinaan adalah metode influentif

yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan

dan membentuk anak dalam moral, spiritual, dan sosial. Hal ini

karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak

yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya, dat tata santunnya,

disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan

suatu gambaran pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau

perbuatan, baik materi atau spiritual, diketahui atau tidak

diketahui (Ulwan, 1993: 2).

Allah Swt menunjukkan bahwa contoh keteladanan dari

kehidupan Nabi Muhammad Saw mengandung nilai pedagogis

bagi manusia (para pengikutnya). Seperti ayat yang menyatakan:



Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS Al-Ahzab: 21).

Demikianlah metode pendidikan Rasulullah Saw., ketika

membina ahlak manusia dengan contoh teladan beliau langsung.

Bentuk pembinaan seperti inilah yang merupakan sebaik-baiknya

metode yang dapat diterapkan pada setiap insan.

Bapak yang merokok dituntut untuk berhenti merokok

(50)

anak bisa belajar tentang pentingnya keinginan yang kuat untuk

suatu perubahan. Bapak malas melakukan shalat jama‟ah harus

berubah menjadi rajin melakukannya kalau ingin benar-benar

ingin anak-anaknya rajin ke masjid. Ibu yang menginginkan

putrinya memakai jilbab sesuai syariah, ia harus terlebih dahulu

memberi contoh dengan memakainya. Demikian seterusnya.

Teladan yang baik adalah menyelaraskan perkataan dan

perbuatan dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Seseorang

ayah tidak cukup hanya memiliki wawasan keislaman yang

bagus untuk mengarahkan anak-anaknya. Orang tua juga tidak

bisa hanya sekedar memerintahkan anak-anaknya untuk

merealisasikan apa yang telah diperintahkan kepada mereka

(Zuhaili, 2004: 84).

2) Pembinaan dengan Adat Kebiasaan.

Masalah-masalah yang sudah menjadi ketetapan dalam

syariat Islam bahwa manusia diciptakan dengan fitrah tauhid

yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah Swt. Ini

sesuai dengan apa yang Allah Swt firmankan:

(51)

menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS Al-Ruum: 30).

Fitrah Allah Swt bahwa manusia diciptakan Allah Swt

mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Jika ada

manusia tidak memiliki agama tauhid, hal itu tidaklah wajar.

Mereka tidak beragama tauhid beragama tauhid itu hanyalah

lantaran pengaruh lingkungan.

Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia. Sesuatu perbuatan, kalau sudah menjadi kebiasaan yang

sudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan

untuk kegiatan-kegiatan di lapangan lain seperti untuk bekerja,

memproduksi dan mencipta. Bila pembawaan seperti ini tidak

diberikan Tuhan kepada manusia, maka tentu mereka akan

menghabiskan hidup mereka hanya untuk belajar berjalan,

berbicara, dan berhitung. Tetapi, di samping itu kebiasaan juga

merupakan faktor penghalang, terutama apabila tidak ada

penggeraknya dan berubah menjadi kelambanan yang

memperlemah dan mengurangi reaksi jiwa. Jadi, kebiasaan

adalah suatu sikap yang harus diasah terus demi mendapatkan

substansi hidup yang baik.

3) Pembinaan dengan Nasihat

Metode lain yang penting dalam pembinaan,

(52)

sosial manusia adalah pembinaan dengan pemberian nasihat.

Sebab, nasihat itu dapat membukakan mata dalam diri untuk

mengenal hakikat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur,

menghiasinya dengan ahlak yang mulia, dan membekalinya

dengan prinsip-prinsip Islam. Maka tak heran kita mendapatkan

Al-Qur‟an memakai metode ini, yang bicara kepada jiwa, dan

mengulang-ngulangnya dalam beberapa ayat dan ditempat

(Ulwan, 1993: 64).

Setiap orang memiliki kecenderungan untuk meniru dan

terpengaruh oleh kata-kata yang didengarnya, kemudian

direspons ke dalam tingkah lakunya. Pembawaan itu biasanya

tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang.

Nasihat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa

secara langsung melalui perasaan. Ia menggerakkannya dan

menggoncangkan isinya selama waktu tertentu, tak ubahnya

seperti seorang peminta-minta yang berusaha

membangkit-bangkitkan kenistaannya sehingga menyelebungi seluruh dirinya.

Tetapi, bila tidak dibangkit-bangkitkannya, maka kenistaan itu

terbenam lagi. Nasihat yang jelas dan dapat diperangi adalah

nasihat yang dapat menggantungkan perasaan dan tidak

membiarkan perasaan itu jatuh ke dasar bawah dan mati tak

(53)

Al-Quran sendiri penuh berisi nasihat-nasihat dan

tuntunan-tuntunan, seperti surat Luqman ayat 13:



Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan

(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS

Luqman: 13).

4) Pembinaan dengan Memberikan Perhatian

Pembinaan dengan perhatian artinya mencurahkan,

memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak

dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan

sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi pembinaan

jasmani dan daya hasil ilmiahnya.

Tidak diragukan bahwa pembinaan dianggap sebagai asas

terkuat dalam pembentukan manusia secara utuh, yang

menunaikan hak setiap orang dalam kehidupa, termasuk

mendorongnya untuk menunaikan tenggung jawab dan

kewajiban secara sempurna. Melalui upaya tersebut akan tercipta

kewajiban secara sempurna. Melalui upaya tersebut akan tercipta

muslim hakiki, sebagai batu pertama untuk membangun fondasi

Islam, dan dengan mengandalkan dirinya, akan berdiri Daulah

(54)

eksisitensi, maka bangsa lain akan tunduk kepadanya (Ulwan,

1993: 123).

Metode pembinaan dengan cara memberikan perhatian

kepada anak didik akan memberikan dampak positif, karena

dengan metode ini anak didik merasa dilindungi, diberi kasih

sayang karena ada tempat untuk mengadu baik suka maupun

duka. Sehingga anak didik tersebut menjadi berani untuk

mengutarakan isi hatinya/permasalahan yang ia hadapi kepada

orang tua/pendidiknya.

5) Pembinaan dengan Memberikan Hukuman

Pada dasarnya, hukum-hukum syariat Islam yang lurus

dan adil, prinsip-prinsipnya yang universal, berkisar di sekitar

penjagaan berbagai keharusan asasi yang tidak bisa dilepas oleh

umat manusia. Manusia tak bisa hidup tanpa hukuman. Dalam

hal ini, para imam mujtahid dan ulama ushul fiqh membatasi

pada lima perkara. Mereka menamakannya sebagai kulliyat

al-khamsah (lima prinsip universal), yakni menjaga agama, menjaga

jiwa, menjaga kehormatan, menjaga akal, dan menjaga harta

benda (Ulwan, 1993: 146-147).

M. Athiyah Al-Abrasyi dalam Uhbiyati (Uhbiyati, 1998:

135) mengemukakan tiga syarat apabila seorang pendidik ingin

menghukum dengan hukuman badan (jasmani), yaitu:

(55)

b) Pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali. Dimaksud dengan

pukulan di sini ialah dengan lidi atau tongkat kecil bukan

dengan tongkat besar.

c) Diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk taubat untuk

apa yang ia lakukan dan memperbaiki kesalahannya tanpa

perlu menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya “

menjadikan ia malu ” .

Hukuman itu harus adil (sesuai dengan kesalahan),

seseorang harus mengetahui mengapa ia harus dihukum.

Selanjutnya, hukuman itu harus membawa seseorang kepada

kesadaran akan kesalahannya. Hukuman jangan meninggalkan

dendamnya pada seorang manusia (Tafsir, 2001: 186).

Dalam kondisi tertentu kadang-kadang orang tua merasa

perlu memberikan hukuman fisik kepada anak.Dan harus

diperhatikan tujuan memberikan hukuman adalah untuk

mendidik anak. Hukuman harus diberikan dengan cara-cara yang

baik.

4. Dimensi-Dimensi Pembinaan Keagamaan

Pada kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber

pembinaan keagamaan yang utama adalah Al-Qur‟an dan Sunnah,

(56)

memahami Al-Qur‟an dan Sunnah. Pikiran kreatif dari penjabaran Al

-Qur‟an dan Sunnah dalam bahasa Islam dinamakan Ijtihad. Ketentuan

ini sesuai dengan eksistensi Islam sebagai wahyu yang berasal dari Allah

Swt. yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.

Menurut Daradjat, (2001: 292-293) dikutip dalam Abuddin Nata,

bahwa dari segi aspek materi didikannya, pendidikan Islam

sekurang-kurangnya mencakup pendidikan fisik, akal, agama (akidah dan agama),

akhlak, kejiwaan, rasa keindahan, dan sosial kemasyarakatan.

Selanjutnya Abuddin Nata mengemukakan bahwa aspek

kandungan materi dari pembinaan Islam, secara garis besarnya

mencakup aspek akidah, ibadah, dan akhlak (Nata, 2001: 84).

Aspek-aspek tersebut yaitu akidah, ibadah, dan akhlak.

a. Dimensi Akidah

Akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut,

sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Ikatan ini berbeda

dengan arti ribath yang artinya juga ikatan, tetapi ikatan yang mudah

dibuka, karena akan mengandung unsur yang membahayakan (Nata,

2001: 84). Dalam hal lain, para ulama menyebutkan akidah dengan

term tauhid, yang berarti mengesakan Allah Swt.

Akidah dalam syariat Islam meliputi keyakinan dalam hati

tentang Allah Swt., Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan

lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu menyatakan bahwa

Gambar

Tabel 7            Contoh Jadwal Yasinan Bulan Oktober   ..................................
Tabel. 3.1
Tabel. 3.2
Tabel. 3.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika terjadi suatu masalah yang tidak sesuai dengan yang sudah disepakati dalam kontrak, baik penyedia jasa maupun pengguna jasa dapat mengajukan klaim kepada pihak

Hasil dari laporan akhir ini menunjukan bahwa perbandingan proses Transmisi Sinyal SNG (Sattekite News Ghatering) dengan Transmisi Sinyal Gelombang Microwave

Penelitian ini memiliki 2 (dua) variabel yang terdiri dari variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain dengan simbol (X)

Soal Kuesioner……….L1 Pedoman Pengkodean Soal Kuesioner Bagian I………..L3 Matriks Data Soal Kuesioner Bagian I pada Mahasiswa/i Semester VI ………….L4 Matriks Data Soal

1) Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Disamping itu perhatian siswa pun

Sepeda elektrik merupakan sebuah alat transportasi alternatif sederhana yang dirancang untuk memperlancar kebutuhan manusia berpergian dari suatu tempat ke tempat

Suryadi, (2013) menyatakan, bahwa kerapatan tanam yang lebih renggang diketahui memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih banyak daripada jumlah daun pada

h) Kejaksaan merupakan lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara khususnyaa di bidang penuntutan. 12 Salah satu tugas utama kejaksaan adalah sebagai eksekutorial dalam