HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA
TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT
MENJADI GURU
Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh: Krismanto NIM : 051334056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA
TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT
MENJADI GURU
Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh:
Krismanto
NIM : 051334056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA
TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT
MENJADI GURU
Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Oleh:
Krismanto
NIM : 051334056
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
iii
SKRIPSI
HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA
TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT
MENJADI GURU
Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Krismanto
NIM: 051334056
Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji pada tanggal 18 Mei 2011
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. ...
Sekertaris Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ...
Anggota Drs. FX. Muhadi, M.Pd. ...
Anggota Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. ...
Anggota Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. ...
Yogyakarta, 18 Mei 2011
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, kupersembahkan karya
kecilku ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus sang juru selamatku
Bunda Maria yang selalu menguatkan dan
menyalakan semangatku
Santo Bernadus, santo pelindungku
Almarhum aBapakku yang telah bersama dengan
Bapa di Surga
Ibukku tercinta Rubiyem yang selalu mencintaiku
dan menyayangiku dengan penuh kasih
Kakak-kakakku, Sugiyanto, Suratijem,
Sugiyatno, Suratinem, dan Suparno
My lovely Yoanq atas segenap cinta, kasih sayang
perhatian dan selalu memberikan semangat serta
dukungan.
v
MOTTO
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu:
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
Carilah, maka kamu akan mendapat;
Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu
(Lukas 11:9)
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman
(Mateus 27:20)
Teruslah berkarya membangun prestasi dalam hidup dan
jangan takut akan kegagalan, karena kegagalan adalah
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Mei 2011
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Krismanto
Nomor Mahasiswa : 051334056
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT MENJADI GURU
Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, menditribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebaagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 18 Mei 2011
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA
TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT
MENJADI GURU
Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Krismanto sosial guru dengan minat menjadi guru.
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan November 2010 sampai Maret 2011. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2006 dan 2007 yang sudah menempuh Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) II sebanyak 720 orang mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 257 orang mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dengan kuesioner, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dengan korelasi rank spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Tidak ada hubungan antara prestasi PPL dengan minat menjadi guru, hal ini dapat dilihat dari nilai rhitung =
0,068 > rtabel = 0,122. (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara
persepsi mahasiswa tentang status sosial guru dengan minat menjadi guru, hal ini dapat dilihat dengan nilai rhitung = 0,203 > rtabel = 0,122 dan nilai thitung = 3,310 >
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ACHIEVEMENT OF
FIELD STUDY EXPERIENCE AND STUDENT
S’
PERCEPTION ON THE SOCIAL STATUS OF TEACHERS
WITH INTEREST IN BECOMING TEACHERS
A Case Study: Students of Faculty of Teacher Training College, Sanata Dharma University, Yogyakarta
Krismanto
Sanata Dharma University Yogyakarta
2011
The purpose of this study is to investigate the relationship between: (1) the achievements of PPL with interest to be a teacher, (2) students’ perceptions on the social status of teachers with an interest to become teachers.
The research was conducted at the Faculty of Teacher Training College Sanata Dharma University in Yogyakarta from November 2010 to March 2011. The population of this study were all students of Faculty of Teacher Training College Sanata Dharma University Yogyakarta 2006 and 2007 bateh who had taken the second field study experience. The population of this study was 720 students. The samples were 257 students. The technique of taking the samples was
convenience sampling. Data collections methods used in this research were questionnaires and documentation. Data analysis technique was Spearman rank correlation.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG STATUS
SOSIAL GURU DENGAN MINAT MENJADI GURU”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan
Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang
merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,
saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini
penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
xi
4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. Selaku Dosen Pembimbing yang
selalu dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi,
memberikan saran, masukan, semangat, dorongan dan pelajaran hidup
yang berharga bagiku, terimakasih untuk semuanya.
5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd.,
M.Si., dan Ibu Rita Eny Purwantini, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji
yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini,
dan memberikan dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima
kasih untuk semuanya.
6. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada
penulis selama kuliah.
7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala
keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.
8. Seluruh keluargaku: Ibuku tercinta Rubiyem, Mas Sugiyanto, Mbak
Suratijem, Mas Sugiyatno, Mbak Suratinem, Mas Suparno, Mbak Yah,
dan Ayuk yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang,
dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.
Berkat Allah Bapa selalu beserta kalian semua.
9. Buat Yohana Krisdian yang selalu membantu dan memberikan semangat,
xii
10.Buat Yudhi Prihartanta dan Anna yang selalu kemana-mana bersama
terimakasih kaliyan telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan
penulisan hingga sampai merelakan waktu kerja untuk menunggui ujian.
11.Sahabat sahabatku Itok yang ikut menunggui aku ujian, Anak anak Lab
Micro teaching (Adit, Andri, Agung), Anak-anak Kos Kolobendono No.
16 (Wisnu Setiawan, Febri, Candra, dan Putra) yang selalu membantuku.
Terimakasih untuk semuanya.
12.Ibu Surojo, Ibu Adi, dan Ibu Inni yang selalu mendoakanku ketika aku
ujian.
13.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2005.
14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat
diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 18 Mei 2011
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv
MOTTO ………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….. vii
ABSTRAK ………. viii
ABSTRAK………... ix
DAFTAR ISI ……….. xiii
DAFTAR TABEL ……….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xviii
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………... 1
xiv
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ……… 42
1. Populasi ……….. 42
2. Sampel ……… 43
3. Teknik Pengambilan Sampel ……….. 44
E. Operasional Variabel ………... 45
F. Teknik Pengumpulan Data ……….. 48
1. Teknik Kuesioner ……… 48
xv
G. Pengujian Instrumen Penelitian ……….. 49
1. Analisis Validitas………. 49
2. Analisis Reliabilitas ……… 52
H. Teknik Analisis Data ………. 54
D. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ……… 65
1. Jurusan dan Program Studi ………. 65
2. Visi dan Misi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ………. 66
xvi
2. Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Status Sosial Guru dengan
Minat Menjadi Guru……… 77
a. Rumusan Hipotesis ………. 77
b. Pengujian Hipotesis ……… 78
D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 80
1. Hubungan Prestasi PPL dengan Minat Menjadi Guru ……… 80
2. Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Status Sosial Guru dengan Minat Menjadi Guru……… 82
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 85
A. Kesimpulan .……… 85
B. Keterbatan .……….. 85
C. Saran ………... 86
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III. 1. Penentuan Jumlah Sampel ………. 45
Tabel III.2. Rentang Nilai PPL ……….. 46
Tabel III.3. Persepsi Mahasiswa Tentang Status Sosial Guru ……….. 46
Tabel III.4. Minat menjadi Guru ……….... 47
Tabel III.5. Skor Pernyataan Kuesioner ………. 48
Tabel III.6. Hasil Perhitungan Validitas Persepsi Mahasiswa Tentang Status Sosial Guru ……… 51
Tabel III.7. Hasil Perhitungan Validitas Minat Menjadi Guru ……… 51
Tabel III.8. Hasil Uji Reliabilitas ……… 53
Tabel III.9. PAP Tipe II ………... 54
Tabel V.1. Distribusi Data Tentang Prestasi PPL ………. 72
Tabel V.2. Distribusi Data Tentang Persepsi Mahasiswa Tentang Status Sosial Guru ……….. 74
Tabel V.3. Distribusi Data Tentang Minat Menjadi Guru ………... 75
Tabel V.4. Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian …………. 76
Tabel V.5. Hasil Pengujian Hipotesis I ……… 77
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I. Kuesioner ……… 92
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ……… 96
Lampiran 3. Data Validitas dan Reliabilitas ……… 99
Lampiran 4. Output Uji Validitas dan Reliabilitas ……….. 102
Lampiran 5. Data Induk Penelitian ………. 105
Lampiran 6. Uji Normalitas ………. 133
Lampiran 7. Output Uji Hipotesis ………... 135
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas guru saat ini tetap menjadi persoalan penting karena pada
kenyataannya keberadaan guru di berbagai jenjang pendidikan, dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas oleh sebagian kalangan dinilai jauh dari performa yang distandarkan. Keluhan bahwa banyak guru lulusan
FKIP kurang profesional, yaitu kurang menguasai bahan dan kurang kompeten dalam pembelajaran cukup marak. Mutu guru yang belum seperti
yang diharapkan inilah mengakibatkan salah satu penyebab mutu pendidikan di Indonesia kurang baik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional
dalam mendidik siswa-siswanya di sekolah.
Salah satu penyebab guru kurang profesional adalah minat dan motivasi
sebagian calon guru rendah. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya mahasiswa yang masuk FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) bukan merupakan pilihan pertama. Lulusan SMA kurang berminat menjadi guru
karena kesejahteraan guru relatif kecil dibandingkan profesi lainnya yang setingkat dan ada indikasi banyak orang tua yang menjadi guru, tidak ingin
anaknya menjadi guru (Paul Suparno, 2005).
Masalah-masalah tersebut merupakan tantangan bagi FKIP. Tantangannya adalah bagaimana membantu calon guru dengan pendidikan
guru yang ada, dapat membangkitkan minat dan motivosi guna meningkatkan profesionalitas mereka. Minat dan motivasi dapat dimunculkan melalui
proses pembelajaran mahasiswa di kelas.
Secara umum FKIP bertujuan untuk menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional, humanistik, memiliki semangat dialogis, dan menghargai
serta mengembangkan kebebasan dan kejujuran akademik dalam proses pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut FKIP didukung oleh
tenaga-tenaga pendidikan yang telah berpengalaman serta fasilitas-fasilitas yang sangat memadai (www.fkip.usd.ac.id)
Dalam proses pendidikan di LPTK/IKIP, mahasiswa dibina untuk
semakin memupuk kecintaannya terhadap profesi guru. Salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan memperkenalkan dunia persekolahan melalui Program
Pengalaman Lapangan (PPL). PPL bertujuan agar praktikan memiliki kompetensi keguruan. Melalui PPL, mahasiswa terjun langsung di
sekolah-sekolah untuk mempraktikkan langsung teori yang mereka dapatkan di perkuliahan. Program ini dimaksudkan agar para mahasiswa mengenal secara langsung lingkungan sekolah, menerapkan kecakapan keguruan secara
menyeluruh dan terintegrasi dalam situasi nyata. Dengan demikian mahasiswa calon guru benar-benar merasakan manfaat PPL. Aspek yang
Saat ini profesi guru mempunyai daya tarik tersendiri. Salah satunya adalah adanya upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan guru dengan
memberikan tunjangan profesi. Langkah yang diambil pemerintah nampaknya menjadikan guru sebagai profesi yang diperhitungkan dibandingkan dengan profesi lainnya. Banyak generasi muda yang
sebelumnya enggan menjadi guru karena dianggap sebagai profesi yang kurang bergengsi, sekarang mulai berbondong-bondong memasuki lembaga
pendidikan calon guru. Bahkan para sarjana yang bukan dari lembaga tenaga kependidikan banyak yang putar haluan memilih menjadi seorang guru.
Menurut Darmawan (2009) ada banyak faktor positif yang
mempengaruhi minat memilih profesi guru, yang di antaranya: pertama, tingginya tingkat kesejahteraan guru saat ini. Kedua, guru dianggap paling
banyak peluang menjadi PNS sehingga di benak mereka kelak lulus pendidikan guru cepat mendapat pekerjaan dan tidak perlu menganggur
cukup lama dan itu pun bisa honor dulu. Ketiga, tersedianya sekolah-sekolah yang dapat menampung mereka setelah lulus, walaupun masih dalam status honor, yang jelas mereka bisa membagikan ilmunya di sekolah. Keempat,
profesi guru merasa terhormat dan dihargai di lingkungan masyarakat. Kelima, hasil pendidikan guru bisa diterapkan dalam pendidikan keluarga dan
Namun dalam kenyataanya ada faktor negatif yang diduga berpengaruh pada minat seseorang menjadi guru adalah pengakuan (penghargaan)
masyarakat terhadap profesi guru semakin menurun (S.Widanarto P,dkk:2008). Seperti yang dimuat dalam media massa maupun elektronik memuat profesi guru cenderung ke hal-hal negatif seperti keluh kesah,
ketidakmampuan atau ketidakberdayaan. Hal ini lambat laun menumbuhkan citra bahwa guru identik dengan kesengsaraan, kelemahan, kekurangan,
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan (Christina Ririn Kurniawati, 2002:4) Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi masyarakat di sekitarnya, baik kehidupan pribadinya maupun kehidupan
keluarganya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator (penengah) antara masyarakat dengan dunia pendidikan khususnya di
sekolah. Dalam kaitan ini, guru akan membawa dan mengembangkan berbagai upaya pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat, dan
juga membawa kehidupan di masyarakat ke sekolah. Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat, bersama unsur masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang
pencapaian hasil pendidikan yang bermutu. Pengakuan terhadap peran guru di masyarakat inilah yang dapat menimbulkan mahasiswa FKIP menjadi guru.
profesi maka akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menggelutinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN PRESTASI PPL DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG STATUS SOSIAL GURU DENGAN MINAT
MENJADI GURU” dengan studi kasus pada mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak faktor yang mempengaruhi minat yang
diantaranya adalah faktor intern dan ekstern dinama faktor intern merupakan dorongan dari dalam dirinya sendiri dan dorongan dari orang lain,
sedangkan faktor ekstern merupakan motif dalam lingkungan hubungan sosial. Namun penelitian ini berfokus pada bagaimana prestasi Program
Pengalaman Lapangan (PPL) dan persepsi mahasiswa tentang status sosial guru dengan minat menjadi guru di Universitas Sanata Dharma.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi PPL
dengan minat menjadi guru?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara
prestasi PPL dengan minat menjadi guru.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang setatus sosial guru dengan minat menjadi
guru.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa FKIP USD, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi apakah PPL USD sudah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa atau
belum.
2. Bagi dosen FKIP USD, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan profesionalitas mahasiswa FKIP USD sebagai calon guru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Pengalaman Lapangan
1. Hakikat, Tujuan dan Status PPL
Program Pengalaman Lapangan (PPL) dalam kurikulum Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi(PGBK) termasuk komponen Proses
Belajar Mengajar (PBM). Pelaksanaan kegiatannya dapat digolongkan atas tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda walaupun secara keseluruhan diarahkan kepada satu tujuan yaitu pembentukan profesional keguruan.
Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan Pengalaman Lapangan (2007:7), PPL dirancang untuk melatih para calon guru agar memiliki kecakapan keguruan secara lengkap dan terintegrasi. Program ini meliputi
latihan pembelajaran dan latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan selain pembelajaran. PPL merupakan muara dari seluruh program
pendidikan pra-jabatan guru. Oleh karena itu, pelaksanaan PPL dilakukan sesudah mahasiswa memperoleh bekal yang memadai dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru, seperti penguasaan
landasan kependidikan, penguasaan mata pelajaran, dan pengelolaan proses pembelajaran. Kecakapan keguruan mempunyai banyak aspek
yang harus dilatih secara bertahap dan terintegrasi. Keseluruhan kecakapan keguruan tersebut perlu dilandasi dengan nilai serta sikap keguruan yang positif.
Tujuan PPL (Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan, 2007:7) adalah sebagai berikut :
a. praktikan mengenal lingkungan sosial sekolah secara cermat dan menyeluruh, memiliki aspek fisik, tata administratif, serta tata kurikuler dan kegiatan kependidikan
b. praktikan menerapkan berbagai kecakapan keguruan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam situasi nyata di bawah bimbingan
Guru Pamong dan dosen Pembimbing PPL
c. praktikan mengambil manfaat dari pengalaman PPL agar semakin memiliki kecakapan keguruan secara profesional.
Status PPL di FKIP USD merupakan matakuliah wajib lulus dengan bobot 2 sampai 6 SKS dengan nilai final minimal C.
Menurut Entang (1980:4), tingkat kegiatan dalam Pengalaman Lapangan seperti yang dituntut program pendidikan guru berdasarkan
kompetensi hendaknya meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Observasi orientasi (field familiarization)
Kegiatan ini bermaksud untuk memperkenalkan para mahasiswa
kepada kehidupan sekolah (school life). b. Latihan terbatas (isolated skill development)
Pada fase ini para mahasiswa dilatih secara elementer mengenal dan mempergunakan berbagai metode mengajar, cara menganalisis situasi kelas dan melaksanakan evaluasi hasil belajar.
Pada fase ini mahasiswa secara berangsur-angsur diberikan tanggung jawab melaksanakan tugas guru dengan bimbingan sampai dapat
berdiri sendiri dan bertanggung jawab penuh (mulai dari supervised teaching sampai dengan full responsibity teaching).
2. Persiapan Program Kegiatan PPL (Pedoman Pelaksanaan PPL,
2007:8-11)
a. Prasyarat
Mahasiswa yang diperkenankan melaksanakan PPL adalah mahasiswa yang memenuhi prasyarat sebagai berikut:
1) telah mengikuti mata kuliah yang di Koordinasi MKDK berikut
ini dengan nilai minimal C: a) Pengantar Pendidikan
b) Psikologi Belajar dan Pembelajaran c) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling
d) Psikologi Remaja e) Manajemen Sekolah
2) sudah mengikuti mata kuliah PBM berikut ini dengan nilai
minimal C:
a) Perencanaan Pengajaran
3) telah mengikuti mata kuliah yang ditentukan oleh program studi yang bersangkutan.
Selain telah menempuh matakuliah yang telah ditentukan, praktikan juga diberi pembekalan PPL. Pembekalan yang telah diikuti praktikan sebelum melaksanakan PPL dilakukan dua kali,
yaitu pembekalan tingkat Program Studi dan Pembekalan tingkat Fakultas.
b. Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan selama PPL adalah sebagai berikut. 1) Membuat rencana kegiatan.
2) Mengenal sekolah tempat melaksanakan PPL (observasi sekolah). a) Pengenalan lapangan (sekolah tempat praktikan melaksanakan
PPL).
b) Aspek-aspek kehidupan sekolah (keadaan fisik sekolah,
lingkungan dan tata tertibnya, sarana prasarana, fasilitas dan sumber belajar, perangkat administrasi kelas dan sekolah, jenis-jenis program kokurikuler dan ekstrakurikuler yang
tersedia di sekolah, struktur organisasi dan personalia/kepegawaian di sekolah, kehidupan sosial waktu
belajar dan waktu istirahat, dan membuat peta kerawanan kelas).
a) Untuk menemukan model pembelajaran, praktikan wajib mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan guru
pamong minimal tiga kali, sedapat mungkin pada kelas yang berbeda.
b) Untuk menambah pengalaman mengajar, praktikan wajib
mengobservasi pembelajaran oleh sesama praktikan minimal tiga kali, sedapat mungkin pada praktikan yang berbeda.
4) Melaksanakan pembelajaran.
a) Praktikan wajib melaksanakan pembelajaran minimal delapan kali. Untuk itu praktikan wajib menyusun silabus dan rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b) Silabus dan RPP wajib dikonsultasikan kepada guru pamong
dan dosen pembimbing.
c) Penilaian pembelajaran praktikan dilakukan oleh guru pamong
dan dosen pembimbing.
5) Membuat alat peraga untuk kepentingan pengajaran. 6) Mengerjakan tugas administrasi/ketatausahaan.
Dengan bimbingan wali kelas dan kepala sekolah atau petugas lain yang mewakilinya, praktikan berlatih serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan administrasi kepegawian, administrasi kesiswaan, dan administrasi sekolah.
7) Berlatih dalam pemeliharaan dan pendayagunaan sarana
Kegiatan ini dilakukan antara lain dalam hal pengelolaan perpustakaan dan laboratorium.
8) Berlatih serta berpartisipasi dalam pembinaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler (misal: pengelolaan OSIS dan kepramukaan). 9) Menyelenggarakan kegiatan lain.
Praktikan dianjurkan melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti hal-hal berikut:
a) membimbing pengisian majalah dinding b) mengikuti upacara-upacara sekolah
c) mengikuti pertemuan atau rapat-rapat sekolah
d) melaksanakan tugas piket.
10)Menghadiri pertemuan dengan dosen pembimbing dan membina
hubungan dengan sekolah.
a) Kegiatan ini dilakukan dalam rangka persiapan dan
pembekalan PPL di kampus, dan berbagai pengalaman dalam kelompok di sekolah tempat praktikan, minimal dilaksanakan empat kali dalam periode PPL.
b) Selama melaksakan PPL, praktikan berusaha membina hubungan dengan personil sekolah.
11)Membuat laporan.
b) laporan akhir dibuat tiga eksemplar, untuk praktikan yang bersangkutan, pihak sekolah terkait, dan dosen pembimbing.
12)Menempuh ujian lisan pertanggungjawaban PPL pada dosen pembimbing.
Hal ini digunakan untuk menentukan nilai final.
c. Penilaian
1) Pengertian dan Tujuan
Penilaian merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan PPL. Penilaian mempunyai dua aspek, yaitu penilaian terhadap pencapaian mahasiswa calon guru dalam setiap
tahap latihan, serta penilaian terhadap keefektifan program yang dirancang bagi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan
profesional mahasiswa calon guru (Anah dkk, 2007:101).
Secara lebih rinci, pengukuran tingkat kinerja mahasiswa
calon guru meliputi kinerja dalam hal-hal berikut (Anah dkk, 2007:102).
a) Melakukan observasi lapangan, baik yang bersifat lingkungan
fisik maupun lingkungan akademik-administratif.
b) Melakukan latihan keterampilan mengajar terbatas, yang
meliputi: kinerja ketrampilan bertanya, memberi penguatan, menjelaskan, mengadakan variasi, membuka dan menutup pelajaran, mengelola kelas, memimpin diskusi kelompok
c) Melakukan latihan terbimbing yang meliputi kinerja dalam kegiatan belajar mengajar, memberikan bimbingan belajar,
mengerjakan tugas administrasi, serta melakukan tugas kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Tujuan penilaian keefektifan PPL meliputi penilaian
keefektifan dalam hal berikut:
a) perencanaan dan pelaksanaan latihan pengalaman lapangan
b) mekanisme pelaksanaan latihan ketrampilan mengajar terbatas c) perencanaan dan pelaksanaan latihan terbimbing
d) mekanisme bimbingan secara keseluruhan.
2) Prinsip-prinsip Penilaian (Pedoman Pelaksanaan PPL,
2007:18)
a) Terbuka
Butir-butir yang akan dinilai dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan penilaian diketahui juga oleh praktikan. b) Berkesinambungan
Penilaian dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir.
c) Membimbing
Penilaian merupakan bagian dari pembimbingan yaitu untuk
memperbaiki kekurangan yang ada.
3) Komponen yang dinilai, Penilai dan Rentang Nilai (Pedoman
Pelaksanaan PPL, 2007:18-19)
1) Kemampuan menyusun rencana pembelajaran.
- Kemampuan menyusun tujuan pembelajaran dan
indikator.
- Kemampuan menganalisis materi pembelajaran.
- Kemampuan merancang pengalaman belajar yang
mengaktifkan siswa.
- Kemampuan menyusun alokasi waktu, media dan
sumber belajar yang relevan.
- Kemampuan menyusun alat evaluasi formatif. 2) Kemampuan melakukan proses pembelajaran.
- Kemampuan melakukan kegiatan pra pembelajaran. - Kemampuan membuka pelajaran.
- Kemampuan melaksanakan kegiatan inti pembelajaran. - Kemampuan menutup pembelajaran.
3) Kemampuan personal dan sosial. Komponen yang dinilai adalah:
- kedisiplinan
- rasa tanggung jawab
- kesungguhan melakukan tugas yang diberikan di sekolah
- kemampuan bekerja sama dengan guru dan dosen pembimbing, staf administrasi sekolah, siswa, dan
sesama praktikan - kerapian berpakaian
- kesungguhan memperbaiki kesalahan/kekurangan selama
melaksanakan PPL.
4) Laporan akhir terdiri dari kelengkapan isi, sistematika, serta
penggunaan bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).
b) Penilai
1) Guru Pamong
Guru pamong menilai komponen-komponen pembelajaran,
komponen tugas-tugas lain, serta penilaian penampilan personal dan sosial.
2) Dosen pembimbing
Dosen pembimbing menilai komponen praktikan pembelajaran, aspek personal dan sosial, laporan
akhir/pertanggungjawaban dan menguji serta menentukan nilai final.
c) Rentang Nilai
Rentang Nilai Huruf Predikat
8,0 - 10,0 A Sangat Baik 6,6 – 7,9 B Baik 5,6 – 6,5 C Cukup Baik 5,0 – 5,5 D Kurang 0,0 – 4,9 E Sangat Kurang
B. Persepsi
Persepsi adalah pengamatan global, kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan cirri-ciri fisik
obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk (Winkel, 1986:161). Sementara Thoha dalam Nolowati (2009:10) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya baik melalui pehlihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Serdangakan menurut Walgito (1994:53) persepsi merupakan
suatu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat responnya. Stimulus yang di indera oleh individu diorganisasikan sedemekian rupa kemudian di inter pretasikan sehingga individu menyadari, mengerti
tentang apa yang di indera.
Supaya individu dapat menyadari dan dapat mengadakan persepsi, maka
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Adanya obyek yang dipersepsikan
Obyek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
(reseptor), dapat datang dari dalam langsung mengenai syaraf penerima (sensor) yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera atau reseptor
Reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, dan ada pula syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor
ke pusat susunan syaraf otak sebagai pusat kesadaran, dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai sesuatu
persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi, maka untuk mengadakan persepsi ada syarat yang bersifat fisik,
fisiologis dan psikologis.
C. Status Sosial
Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prastisnya,
hak-hak dan kewajiban-kewajibannya (Narwoko dan Suyanto dalam Nolowati, 2009:13). Dalam masyarakat sering kali kedudukan dibedakan
menjadi dua macam (Narwoko dan Suyanto dalam Nolowati, 2009:14), yaitu: 1. Ascribed Staus
Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat
diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta Brahmana
juga akan memperoleh kedudukan yang demikuan. 2. Achieved Status
Achieved Status yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan
usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran.
Disamping kedua kedudukan tersebut diatas, sering kali debedakan lagi
satu macam kedudukan, yaitu assigned status (kedudukan yang diberikan).
Assigned Status sangat erat hubungannya dengan achieved status, artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi
kepada seseorang karena telah berjasa kepada masyarakat. Kedudukan seseorang dalam masyarakat sebenarnya dapat dilihat dari kehidupan
sehari-harinya yang merupakan ciri-ciri tertentu. Dalam sosiologi hal ini disebut sebagai status symbol. Symbol status tersebut tampak dalam cara berpakaian,
pergaulan, memilih tempat tinggal dan seabagainya (Nolowati, 2009:14-15).
D. Faktor Sosial
Fungsi sosial adalah pengaruh khas yang diberikan seseorang atau lembaga sosial terhadap seluruh masyarakat. Rasa pengertian terhadap
disebarkan kepada seseorang atau institusi sosial oleh instansi yang berwenang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat..
Kehidupan sosial guru sangat mempengaruhi prestasi guru karena dalam kehidupan sosial guru dinilai dan dicontoh oleh masyarakat jika dapat menunjukkan martabat dan budi pekerti yang baik. Masyarakat nantinya akan
menghormati dan menyegani keberadaan guru jika guru memiliki status sosial yang tinggi.
Menurut Edman dan Rini Yuniyanti (2005:12), peranan guru dalam kontek antar budaya mencakup 2 hal yaitu:
1. melaksanakan apa yang diamanatkan masyarakat melalui sekolah agar
dapat mempersiapkan anak didik sesuai tujuan yang diharapkan masyarakat,
2. melaksanakan tujuan yang diserahkan kepadanya baik di dalam kelas sehari-hari maupun dalam hubungannya dengan tuntutan masyarakat.
Peranan guru dalam masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Guru bergaul dengan masyarakat, dengan tetap memelihara statusnya bahwa ia adalah orang yang digugu dan ditiru dimana saja ia berada.
2. Guru menjauhkan diri untuk memasuki kegiatan-kegiatan masyarakat tertentu.
3. Guru menerima peranan secara tidak bertentangan dengan kenyataan yang dihadapi.
5. Guru menyayangi semua golongan sebab kehidupan guru dan keahliaannya, dicontoh, dan diteladani oleh seluruh masyarakat.
6. Guru merupakan perintis pembangunan pada segala bidang kehidupan dalam masyarakat.
Seorang guru melaksanakan tugas berdasarkan kasih sayang, adil, dan
dapat menumbuhkan perasaan-perasaan dengan rasa penuh tanggung jawab. Selain itu guru harus dapat mempertahankan status dan jarak dengan peserta
didik. Tugas guru sebagai orang tua di sekolah juga harus bisa bekerja sama dengan orang tua peserta didik dalam memecahkan suatu masalah pribadi peserta didik di sekolah (Nugraheni dan Brataningrum dalam Andriyani,
2009:23).
Selain guru memiliki status sosial di masyarakat, dalam Peraturan
Menteri Nomer 16 tahun 2007 seorang guru juga harus mempunyai kompetensi sosial yang perlu dimiliki. Kompetensi tersebut antara lain :
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
Menurut Supriyadi (1999:68), makin tinggi sekolah tempat guru mengajar, semakin baik status sosial keluarganya. Secara umum status sosial
keluarga guru SMA jauh lebih baik dari status sosial keluarga guru SMP dan SD. Hal ini dapat dipahami untuk menjadi guru pada jenjang yang lebih tinggi dibutuhkan pendidikan yang lebih tinggi pula yang terkait dengan
status sosial keluarga dan juga ekonomi, meskipun sekarang ini tuntutan untuk menjadi seorang guru SD harus berpendidikan S1.
Hal yang telah disebutkan di atas mempengaruhi kewajiban guru di mata masyarakat. Profesi guru hendaknya dihargai dan dipandang oleh masyarakat, dengan begitu citra guru menjadi terangkat.
E. Minat, Profesi Guru dan Kompetensi Keguruan.
1. Minat
Minat merupakan salah satu faktor psikologi yang penting untuk
kemajuan dan keberhasilan seseorang, selain itu minat juga merupakan faktor psikologi yang menentukan pilihan seseorang. Orang yang melakukan suatu pekerjaan disertai dengan minat pada umumnya akan
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak disertai minat.
Menurut Bimo Walgito (1977:65), minat merupakan keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan
Sedangkan menurut Slameto (2003:57), minat adalah “interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or
content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan Sementara itu minat menurut Winkel W.S.(1983:30) merupakan kecenderungan yang agak menetap dalam
subyek untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut.
Berkaitan dengan definisi tersebut di atas, minat mempunyai peranan
penting dalam mempengaruhi keputusan pemilihan pendidikan maupun karir seseorang. Keberhasilan individu dalam lingkungan pendidikan maupun pekerjaan sangat tergantung pada motivasi, kesungguhan,
disiplin, dan ketrampilan. Motivasi, disiplin dan ketrampilan merupakan hasil usaha dan pengembangan diri yang terus menerus dilakukan dalam
lingkungan pekerjaan. Motivasi, disiplin dan ketrampilan yang dimiliki seseorang dibentuk dan diarahkan oleh minat individu tersebut akan
obyek atau jenjang pekerjaan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat seseorang sangat berperan penting dalam pemilihan karir seseorang.
Giatama, (1990:6) (dalam penelitian bersama dosen dan mahasiswa 2008) menggolongkan minat menjadi dua yaitu:
a. Minat secara intrinsik
timbul karena pengaruh sikap, prestasi belajar, persepsi, bakat, jenis kelamin dan intelegensinya.
1) Sikap
Menurut Thrustone dalam Andriyani (2009:26) sikap adalah suatu tingkat afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif
dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis, afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedang afeksi negatif adalah yang
tidak menyenangkan. Dengan demikian obyek dapat menimbulkan berbagai macam sikap.
2) Prestasi belajar
Seorang yang kurang berminat pada pendidikan atau pekerjaan biasanya menunjukkan ketidaksenangan. Hal ini dapat
dilihat dalam kejadian-kejadian seperti berprestasi rendah, bekerja di bawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam
melaksanakan pekerjaan yang tidak disukai. Besarnya minat seseorang terhadap pendidikan dapat dipengaruhi oleh minat pada pekerjaan. Jika seseorang mengharapkan pekerjaan yang
menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagi batu loncatan (Elizabeth B. Hurlock, 1997:221)
3) Persepsi
Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia (Slameto, 2003:102)
4) Bakat
Bakat aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2003:57) adalah “the capacity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Sedangkan bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami adalah
kelebihan/keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain.
5) Jenis kelamin
Laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan perempuan yang kebanyakan
memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah. Laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan
menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang
bermartabat tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit daripada berbagai kegiatan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak
laki-laki dari keluarga yang statusnya rendah, berharap mencapai status sosial yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya perempuan memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan
biasanya perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti mengajar atau merawat (Elizabeth B. Hurlock, 1997:221).
6) Intelegensi
Menurut J.P. Haplin dalam Slameto (2003:55-56) merumuskan inteligensi sebagai:
The ability to meet and adapt to novel situations quickly and
effectively.
The ability to untilize abstract concepts effectively.
The ability to grasp relationships and learn quickly.
Jadi inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi
dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi masing-masing individu berbeda-beda, karena perbedaan tersebut maka individu
satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang dihadapi.
b. Minat secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul karena
Bila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu di
laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau kurang baik karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.
2. Minat orang tua
Remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan
seorang anggota keluarga akan mengidentifikasi diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama (Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).
3. Minat teman sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam
dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya. Kedua,
ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian
remaja karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth B.Hurlock, 1997:235).
Menurut Andi Mappiare (1980:80), minat di pengaruhi oleh latar
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh unsur lingkungan yang ada di sekitar anak akan menjadi faktor yang
mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru.
Menurut Andi Mappiare (1980:62), perkembangan minat terhadap cita-cita, jabatan, dan pendidikan dibagi menjadi dua yaitu:
1) Perkembangan minat dan cita-cita remaja awal
Minat dan cita-cita remaja tehadap sekolah dan jabatan remaja awal
banyak dipengaruhi oleh minat orang tua dan minat kelompoknya. Faktor-faktor yang berpengaruh tehadap pemilihan jabatan seseorang cukup banyak antara lain tingkat status ekonomi atau sosial, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, kebutuhan-kebutuhan dan lain-lain. Dalam masa remaja awal, minat dan cita-cita bersekolah atau jabatan
seseorang masih berubah-ubah.
2) Perkembangan minat dan cita-cita remaja akhir
Minat dan cita-cita pendidikan serta jabatan pekerjaan dalam masa remaja akhir pada umumnya telah mantap dalam pilihan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jabatan ramaja adalah pengaruh citra
diri, lingkungan keluarga, lingkungan sosial kultural, dan sebagainya. Setelah mendekati masa remaja akhir, minat tersebut dapat lebih jelas,
dan beberapa remaja telah dapat menentukan dan mengarahkan minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan. Jadi, dapat dikatakan bahwa jenis sekolah dan jenis pekerjaan yang dipilih seorang remaja akhir,
tuanya, kesan-kesan (menyangkut gengsi) dari teman-teman sebaya remaja yang bersangkutan.
Minat merupakan salah satu unsur pokok yang sangat penting untuk meraih sukses dalam melakukan kegiatan. Menurut The Liang Gie (1994:28), minat menjadi guru adalah suatu perangkat mental yang terdiri
dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang untuk
memilih menjadi guru.
2. Profesi Guru
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan
yang lanjut dan latihan khusus, seperti ahli hukum, arsitek, dokter, guru, teolog dan lain-lain (Homby dalam Intan Desy Cahyani, 2006:10).
Menurut Arikunto (1990:231), profesi diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan nafkah. Dedi
Supriyadi (1999:95) berpendapat bahwa profesi menunjukkan pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teoritik tidak bisa
dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu.
Ciri-ciri profesi menurut Dedi Supriadi (1999:96) adalah:
b. menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu secara sosial
dapat dipertanggungjawabkan (accountable),
c. didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan hanya sekedar serpihan atau hanya common sense,
d. ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik.
e. sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperolah imbalan finansial atau material.
Sementara itu, guru dapat diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar (McLeod, 1989), sedangkan Soelaeman (1985:7),
mendefinisikan guru sebagai komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Sementara
itu UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 5 mendefinisikan guru sebagi tenaga profesional yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi pendidik yang
memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas yang
Menurut Amatembun (1973:4-10), jabatan guru sebagai suatu profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian
(pendidikan atau latihan) khusus di bidang keguruan, perlu memiliki syarat-syarat tertentu untuk menjunjung martabat guru dan menjamin mutu pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu,
dibutuhkan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: a. Syarat profesional
Syarat profesional adalah syarat menyangkut bidang keahlian guru, meliputi:
1) pengetahuan di bidang keguruan pada khususnya dan mendidik
pada umumnya
2) ketrampilan dalam mengajar pada khususnya dan mendidik pada
umumnya yang pada hakekatnya memiliki kesanggupan dalam memimpin kelasnya.
b. Syarat personal
Syarat ini yang menyangkut diri pribadi orang yang menjadi guru, adapun syaratnya adalah:
1) Kesehatan fisik
Guru harus sehat secara jasmani atau fisik tidak sakit-sakitan
apalagi mengidap penyakit menular seperti TBC. Mengenai jasmani yang cacat seperti buta dan sebagainya dewasa ini bukanlah menjadi hambatan utama bagi seorang yang merasa
beberapa Sarjana Muda bahkan Sarjana pendidikan lulusan IKIP yang tuna netra.
2) Kesehatan psikis
Guru hendaklah sehat jiwanya, sehat mental atau rohaninya. Orang yang menderita penyakit jiwa atau gangguan syaraf (misalnya
gangguan sayaf otak dan kejiwaan), janganlah diangkat menjadi guru.
3) Kesehatan psycho-somatic
Guru bukan hanya sehat jasmaniah dan rohaniahnya saja tetapi juga harus memiliki kesehatan psycho-somatcs yang baik karena
gangguan-gangguan pada badan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi jiwa tertentu dan sebaliknya.
4) Integritas pribadi
Syarat personal terintegrasi kepribadiannya yang telah dewasa
dalam arti menyangkut kepribadian seorang guru sebagai suatu totalitas. Kita membutuhkan guru yang telah pendagogik yaitu sanggup mengambil keputusan sendiri atas tanggung jawab
sendiri. c. Syarat moralitas
Faktor ini lebih menyangkut watak pribadi seseorang, atau suatu pertanda kemampuan seseorang bertindak susila. Seorang guru bukan hanya dapat mengetahui apa yang baik dan buruk tetapi juga sanggup
d. Syarat religiousity
Syarat beragama adalah syarat yang mutlak bagi orang-orang yang
bertindak sebagai guru di bumi Indonesia ini sebagai perwujudan falsafah Pancasila secara konsekuen.
e. Syarat formalitas
Syarat ini mencakup keempat syarat yang telah disediakan di atas (profesional, personal, moralitas, religiousity) merupakan syarat
formal yang harus dimiliki seseorang sebelum menjadi guru.
Dalam UUGD (Undang-Undang Guru dan Dosen) syarat-syarat menjadi guru adalah sebagi berikut:
1) guru wajib memiliki kualifikasi akademik melalui pendidikan sarjana atau diploma empat,
2) memiliki kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi,
3) sertifikat pendidik diberikan pada guru yang telah memenuhi persyaratan,
4) sehat jasmani dan rohani,
5) memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi keguruan
Kompetensi pada dasarnya merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja,
program pendidikan. Sementara itu menurut keputusan menteri Pendidikan Nasional No. 045/u/2003, kompetensi diartikan sebagai seperangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Berkaitan dengan kompetensi keguruan yang harus dikuasai guru, kompetensi diartikan sebagai kebutuhan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru dijelaskan sebagai
berikut.
a. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. b. Kompetansi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Kompetensi ini mencakup kemampuan
rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijadikan menjadi subkompetensi sebagai berikut.
1) Memahami peserta didik. Subkompetensi ini mempunyai indikator esensial memahami pesert didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bakal-ajar peserta didik.
2) Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: merupakan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran subkompetensi ini memiliki indikator esensial; menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran subkompetensi ini memiliki indikator esensial; melaksankan
evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat
penilaian pembelajaran untuk perbaiki kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik.
c. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.
1) Menguasai substansi keilmuan yang berkaitan dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/bidang studi.
d. Kompetensi Sosial.
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
F. Kerangka Berpikir
PPL adalah serangkaian kegiatan bagi siswa LPTK yang meliputi, baik latihan mengajar maupun latihan di luar mangajar (Oemar Hamalik,
2002:171). Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan membina kompetensi-kompetensi profesional yang dipersyaratkan oleh profesi guru atau tenaga kependidikan yang lain. Sasaran yang ingin
dicapai adalah pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap, serta pola tingkah laku yang
diperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya di dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
PPL merupakan salah satu program yang diterapkan di FKIP USD untuk membekali mahasiswanya dengan kecakapan keguruan secara
lengkap dan terintegrasi. Program ini meliputi latihan pembelajaran dan latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan selain pembelajaran
(Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan, 2007:7)
Di FKIP USD, PPL dilaksanakan di SMA/SMK yang telah bekerjasama. Dalam praktiknya, praktikan diberi tugas mengajar mata
pelajaran sesuai dengan program keahlian masing-masing. Dalam PPL ini mahasiswa didampingi oleh dosen pembimbing dan guru pamong,
sehingga dalam tugasnya, praktikan tidak bekerja sendirian tetapi berada dalam pengawasan dosen dan guru pamong. Dengan demikian praktikan akan merasa dimudahkan dalam melaksanakan latihan mengajar di
Dengan PPL praktikan dihadapkan pada kondisi nyata di sekolah. Selain praktikan bisa menerapkan teori-teori yang didapat saat kuliah,
praktikan bisa secara langsung berlatih mengasah skill keguruan. Mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi-kompetensi keguruan. Karena seorang guru yang profesional harus memiliki ke
empat kompetensi keguruan, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Selain
praktikan dituntut untuk berlatih menjadi pendidik, praktikan juga harus mengenal lingkungan sekolah. Dengan demikian akan membuat praktikan terbiasa dengan lingkungan sekolah.
Untuk mengetahui kompetensi yang dicapai mahasiswa/praktikan selama PPL, kita dapat melihat nilai yang diberikan guru pamong.
Karena guru pamong yang mendampingi praktikan selama praktik, maka gurulah yang benar-benar mengerti kemampuan praktikan dalam
penguasaan ketrampilan yang dilatihkan. Aspek yang dinilai oleh guru pamong disini adalah proses pembelajaran, penampilan personal dan sosial serta laporan akhir (Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman
Lapangan, 2007:16). Semakin tinggi nilai PPL dari guru pamong maka mahasiswa tersebut semakin menguasai kompetensi keguruan yang
Kompetensi yang dikuasai mahasiswa/praktikan tersebut dapat mempengaruhi minat mahasiswa untuk memilih profesi guru. Dengan
nilai prestasi PPL yang tinggi, minat mahasiswa/praktikan untuk memilih profesi guru akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya bila nilai prestasi PPL rendah, minat mahasiswa/praktikan untuk memilih profesi
guru juga akan rendah. Hal ini karena minat menjadi guru tidak langsung muncul ketika seseorang ditanya apakah berminat untuk menjadi guru,
melainkan minat bisa tumbuh saat menjalani praktik nyata. Dengan demikian pengalaman nyata tersebut bisa meningkatkan minat mahasiswa/praktikan untuk menjadi guru khususnya pada bidang
keahliannya (Andriyani, 2009:45)
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka peneliti menurunkan
hipotesis sebagai berikit:
Ha : ρ ≠ 0 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi PPL dengan minat menjadi guru.
2. Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Status Sosial Guru dengan Minat Menjadi Guru
Meski banyak kalangan masyarakat memandang profesi guru jauh
dari performa yang diharapkan, akan tetapi sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menghormati profesi guru, karena guru dipandang
ilmu, peran guru juga penting dalam hal penanaman-penanaman sikap dan moral pada peserta didik.
Guru dalam menjalankan profesinya selalu berinteraksi dengan masyarakat tempat ia tinggal selain di sekolah tempat ia bekerja. Sebagai anggota masyarakat, guru berperan sebagai teladan bagi masyarakat di
sekitarnya baik kehidupan pribadinya maupun keluarganya (Muhamad Surya, 2006:47). Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat, bersama
unsur masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil pendidikan yang bermutu. Pengakuan terhadap peran guru di masyarakat inilah yang dapat
menimbulkan minat mahasiswa FKIP menjadi guru. Selain itu, peran pemerintah yang juga turut dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
guru, kiranya menjadikan profesi guru semakin diminati. Jadi kalau semakin tinggi penghargaan yang diberikan pada salah satu bidang
profesi maka akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menggelutinya (Hidayat, 2008:13).
Berdasarkan kerangka berfikir di atas diturunkan hipotesis sebagai
berikut:
Ha : ρ ≠ 0 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Persepsi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah studi kasus. Penelitian
studi kasus yaitu penelitian dimana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang di teliti (Drs
tatang M. Amirin, 1986:137).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Waktu penelitian adalah bulan November 2010 - Maret 2011.
C. Subyek dan obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma angkatan 2006 dan 2007, dengan alasan angkatan 2006 dan 2007 sudah menempuh PPL. Sedangkan obyek penelitian adalah hubungan
prestasi PPL dan Persepsi mahasswa tentang status sosial guru dengan minat mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma untuk menjadi guru.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP angkatan 2006 dan 2007. Karena angkatan 2006 dan 2007 sudah menempuh
matakuliah PPL.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 720 mahasiswa yang terdiri dari 21 mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling, 105 angkatan 2006 dan 92 angkatan 2007 untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, 58 angkatan
2006 dan 62 angankatan 2007 unatuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, 25 angkatan 2006 dan 26 angkatan 2007 untuk mahasiswa Program Studi
Pendidikan Sejarah, 18 angkatan 2006 dan 20 angkatan 2007 untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, 21 angkatan 2006
dan 20 angkatan 2007 untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, 57 angkatan 2006 dan 87 angkatan 2007 untuk mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika, 13 angkatan 2006 dan 14 angkatan 2007 mahasiswa Program Studi Fisika, dan 54 angkatan 2006 dan 27 angakatan 2007 untuk mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Khatolik. 2. Sampel