• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANIMASI LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANIMASI LOKAL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

PELUANG BISNIS ANIMASI LOKAL

Di Susun Oleh :

NAMA : Hari Anggara NIM : 11.12.5805 KELAS : 11.S1SI.07

MATA KULIAH : Lingkungan Bisnis

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

2012

(2)

ABSTRAK

Kondisi animasi di Indonesia pada saat ini,sungguh memeprihatinkan,padahal sebenarnya produksi animasi para animator-animator Indonesia sudah lumayan banyak dan juga beragam,tetapi kondisi ini di perparah karena murahnya harga beli oleh televisi nasiona,sehingga para animator lebih memilih menjual hasil produksinya ke luar negeri. Di Indonesia animasi belum terrealisasi secara sempurna, bahkan animasi seperti halnya film kartun yang di tayangkan di televisi nasional di dominasi oleh film-film kartun asing.

Sebenarnya peluang bisnis animasi di Indonesia sangatlah besar,karena animasi bukan hanya di pakai di film kartun saja,melainkan bisa juga di pakai dalam iklan,ataupun dalam pembuatan film untuk membuat trik yang tidak bisa di perankan oleh manusia pada umumnya,agar film lebih menarik.

PEMBAHASAN

Dalam beberapa tahun terakhir,industri animasi dalam negeri belum berkembang secara maksimal. Meskipun karya animasi sudah layak tampil di layar kaca untuk keperluan iklan komersial atau memenuhi kebutuhan trik dalam film “live” yang tidak bisa di peragakan para pemain film. Hasil karya animasi juga belum di kemas dalam bentuk indrustri,karena pemilikprodukso masih menempatkan animator sebagai tenaga kerja outsourching saja. Padahal pertumbuhan televisi swasta nasional dan berkembangnya pemirsa televisi harusnya dapat meningkatkan karya aniamasi lokal.

Selain keperluan televisi,keterampilan membuat animasi di butuhkan juga untuk menciptakan permainan (game), baik “game online” (biasanya berjenjang tingkat kesulitannya dan berkesinambungan dan membuat kecanduan pemainnya),maupun “arcade” (permainan pendek dan cepat). Karya ini justru di minati masyarakat luas,bisa sebagai hiburan atau menghasilkan uang. Karya animasi lokal yang belum maksimal bagi animator di sebabkan tidak adanya dukungan dari pemangku kepentingan pada film animasi nasional. Kondisi ini di perparah juga dari murahnya harga beli stasiun televisi nasional yang menjauhkan mimpi animator untuk memperoleh ke untungan yang besar. Potensi industri animasi bukan hanya pada filmnya. Banyak orang yang belum mengerti perbedaan antara industri film animasi dengan industri animasi. Industri animasi bersifat luas, mencakup banyak hal yang ada dalam animasi serta hal-hal yang bisa di kembangkan dari animasi. Contohnya karakter, cerita, film, games, hingga merchandise karakter-karakter animasi , merchandise ini bisa berupa bisa berupa kaos, handuk, mug, tas, jam tangan, atau mainan.

RINTANGAN

Animasi termasuk sektor industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja meski tidak termasuk dalam kategori padat karya, tapi ketika mengerjakan satu episode membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengerjakan detail tertentu. Apalagi untuk sebuah film animasi,butuh ribuan tenaga kerja dengan pengerjaan tahunan sebagaimana film Avtar yang sukses di pasaran.

Ada beberapa rintangan yang di hadapi oleh industri animasi indonesia :

 Adanya kesenjangan mengenai pengetahuan tentang produk (product knowledge). Ini terjadi antara animator dengan pengambil keputusan baik itu investor atau pemerintah.

(3)

 Kurangnya dukungan dari pemerintah.

 Adanya kebanggaan brlebihan dengan karya dalam negri.  Adanya persoalan di pemasaran.

 Sumber daya manusia yang masih terbatas.

SOLUSI

Ada lima cara untuk mengatasi masalah di atas :

1. Pengambil keputusan harus mengerti mengapa membuat animasi itu memerlukan waktu yang lama. Cukup banyak investor yang kapok, karena merasa uangnya telah habis, sementara produknya belum dapat di jual. Padahal masuk ke industri animasi memutuhkan kesabaran dalam menjalani proses produksi yang panjang untuk sebuah karya yang berkualitas. Seperti halnya film Upin & Ipin yang mendapatkan dana besar dari pemerintah Malaysia, harus siap rugi ketika membiayai suatu karya animasi yang berkualitas.Tapi,bukan berarti tidak bisa untung, namun prosesnya sangat panjang. Ini terkait teknologi dan jumla tenaga kerja ahlinya. Terlebih lagi, produknya belum pasti laku atau tidak. Dibutuhkan modal besar, niat kuat dan idealise di awal-awal berinvestasi di industri animasi. 2. Pemerintah harus memberi dukungan beupa pembiayaan, bantuan alat dan

teknolgi yang di butuhkan. Hampir 80% pemain di industri animasi indonesia skalanya Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dalam hal regulasi dan dukungan leih jauh sebagai program Nasional, sebaiknya di buat lembaga khusus yang menangani industri animasi di bawah pemerintah yang di lakukan Malysia dengan mendirikan Multimedia Development Corporation (MdeC). Lembaga tersebut bertujuan untuk membangun dan memberdayakan indstri animasi Nasional. 3. Jangan bangga berebihan dengan hasil karya dalam negeri, karena itu tidak sehat

dan dapat melahirkan para animator yang tidak mau terus belajar. Dalam bahasa lain, seperti yang di sampaikan Animator Andri.K.Putra, “Jika memang karya animasi itu buruk, Sebaiknya dikatakan buruk saja, jika memang baik katakan baik”. Jangan karena atas nama nasionalime, karya yang jelas-jelas di bawah standar di katakan luar biasa.

4. Televisi nasional harus membeli karya animasi lokal, jangan membeli karya animasi impor karena harganya yang murah yang kebanyakan sudah di tayangkan di televisi luar negeri berkali-kali.

5. Mengembangkan sumber daya manusia tentang animasi. Sebagai sebuah kegiatan ekonomi kreatif yang membutuhkan skill tinggi, industri animasi indonesia masih banyak membutuhkan anak muda yang handal. Sebagai gambaran, untuk mengerjakan serial “menggapai bintang” rumah produksi animasi banyak yang kehabisan orang. Bahkan ada yang melatih beberapa minggu para penjaga warung internet (warnet) untuk menambah pekerja dadakan. Di sisi lain, fakta minat generasi muda terhadap animasi masih rendah . Sementara, dari sisi pendidikan formal hanya ada program studi di perguruan tinggi yang mengkajinya. Kebanyakan Animator rata-rata alumni sekolah luar negeri.

Untuk menangani masalah tersebut juga, hadirlah CAM solution (sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang creative, animation, dan multimedia yang di kelola oleh

(4)

PT.Citra Andra Media) sebagai penengah antara animator dan penggunanya sebagai tenaga pemasaran.Peni cameron sebagai nahkoda CAM solution mengatakan, sebenarnya konsentrasi CAMS terhadap industri animasi hanya sebatas memasarkan karya animasi saja. “tetapi kalau di tarik kebelakang bikin animasi di butuhkan juga keterampilan untuk menggambar, berakting, menari, bikin musik, tahu sejarah ceritanya, dan penulisan naskah”. Tutur peni kepada berita baru.com. Namun, dalam perjalanannya, CAMS bertindak sebagai pembina animator sekaligus sebagai produser dalam membantu membiayai pembuatan film-film animasi. “Tetapi yang paling penting adalah industri kreatif akarnya adalah budaya kreatif. Maksudnya bukan dilihat dari pakaian atau seni tradisionalnya melainkan budaya atau karakter kreatif itu sendiri” kata dia.

Peni menjelaskan,kalo budayanya itu beli bukan mencipta sendiri atau budayanya nyontek rame-rame tidak berkerja sendiri,ini tidak akan berkembang. Bangsa kita bisa kalah perkembangan industri kreatifnya selama 5 tahun terakhir terhadap filipina, laos, dan korea. “Kita inikan bangsa yang senang membeli produk luar negeri, tapi ekspor produk lokal saja masih rendah. Nah,bagaimana mau berkembang produk asli dalam negeri” katanya.

Lalu berapa besar keuntungan yang bisa di peroleh dari produksi animasi. Peni menuturkan kalo satu judul film total biaya produksi, promosi, dan seterusnya, mencapai Rp50 juta dan film itu biasa di tayangkan di 50 TV dalam setahun dengan harga sekitar Rp1 juta . “Berarti dalam setahun sudah balik modal. Belum lagi masukan dari iklan-iklan dan sponsor. Karena itu, biaya promosi dan bangunanjaringan di awal cukup besar. Kita saat ini sudah mendapatkan ke percayaan dari jaringan TV lokal. Meskipun mereka kurang mendapat ke percayaan dari pihak manapun” ujarnya.

Berdasarkan solusi yang dirintis oleh CAMS itu, Peni mengakui sudah memulai pertimbangan, pengalaman, diskusi, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak, baik pemerintah (Depdiknas, Depperin, Depdag, Depdupbar, Kementerian Negara Riset dan Teknologi-KNRT, dan Depkominfo) maupun para praktisi industri dan unsur akademisi. NILAI EDUKASI

Semoga karya animasi dapat membangun karakter anak-anak yang menonton karena mengandung nilai edukasi, seperti nilai perjuangan, persahabatan, menang atau kalah “yang penting buat pertumbuhan perilaku dan karakter mulai dari usia dini”. Film animasi juga mengembangkan daya imajinasi dalam membuat cerita atau keadaan yang tidak bisa di buat oleh manusia biasa. Bebas berekspresi, mau menyindir orang, menyindir pemerintah atau yang lainnya tanpa membuat mereka tersinggung.

Selain itu, semoga para orang tua menyadari kalau secara finansial tidak mampu anaknya juga tidak mampu mengikut pelajaran di sekolah. Silahkan salurkan ke sekolah kreatif saja, seperti jurusan seni tari, dalang, reog, SMK, dan lain-lain. Kedepannya, mereka akan menjadi contoh yang baik, dan budaya lokal memang harusnya menjadi jualan kita yang mengaku memiliki banyak budaya dan etnis. Sekaligus anak-anak itu menjadi penerus budaya bangsa. Jika anak-anak maunya sekolah Manajemen, lebih baik menyalurkan sesuai dengan kemampuanya saja. Kasihan sudah biaya banyak, anaknya tidak senang di sekolah, belum lagi kurikulum yang tidak benar. “Selanjutnya menjadi lulusan sekolah yang tidak bisa apa-apa, rugi kan orang tua dan anaknya”. Siapan pun bisa membangun industri animasi di indonesia kalau ada kemauan dan keterampilan. Selain itu, faktor modal turut mendukung pengembangan studio baru.

(5)

REFRENSI http://www.sunangunungdjati.com/blog http://www.cams.co.id http://www.ideanimasi.com http://www.gswahyu4.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait

Pak Budi memiliki kawat panjangnya 10 m yang akan dibuat empat kerangka bangun ruang seperti gambar berikut.... Sisa kawat yang dimiliki Pak Budi

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas

Pada penelitian yang penulis lakukan siswi berpengetahuan baik dan siap meng- hadapi menarche, mereka mendapat- kan pengetahuan seputar menstruasi selain dari

Waktu 83 tahun adalah waktu yang lama seandainya seorang muslim menghabiskan waktu tersebut dalam ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla, namun beribadah pada malam Al-Qadr lebih

Untuk bentuk aljabar yang mempunyai beberapa suku seperti suku dua, suku tiga, suku empat, suku delapan dan sebagainya dinamakan suku banyak atau polinomial?.

- Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, bertindak mewakili Tergugat dalam Perkara Tata Usaha Negara atas gugatan yang diajukan oleh ……….. 3) di Pengadilan Tata Usaha

Percakapan di atas adalah percakapan yang terjadi antar teman yang terlibat peminjaman barang, percakapan di atas jika disalin ke dalam bahasa Indonesia dan konteks

Dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan care perineum dan akseptor KB dengan flouralbus pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Klinik Pratama Tutun Sehati