• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Cacat pada Struktur Pelat Baja dengan Respons Dinamis Regangan (Sebuah Studi Numerik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Cacat pada Struktur Pelat Baja dengan Respons Dinamis Regangan (Sebuah Studi Numerik)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dicky Roy, Hal; 1 – 7 1

Identifikasi Cacat pada Struktur Pelat Baja dengan Respons Dinamis Regangan

(Sebuah Studi Numerik)

Oleh: Dicky Roy

Abstract

This paper presents the results of a numerical study of the dynamic behavior of the steel plate

structure with and without the defect/damage. Steel plate rectangular studied. One of the short

sides of the plate is squeezed while the other side is left free. Test numerical computer

program package to obtain structural dynamic parameters performed on the intact condition

and there are defects/damage with two different degrees. Damage in this study with idealized

rigidity reduction in certain parts of the structure. Dynamic parameters studied include

natural frequency, damping factor, and the maximum value of the frequency response function

of strain in the range. Strain dynamic parameters of the structure are used to compute various

constants that are used as an index value of damage. The results of this study indicate that the

index is able to distinguish the condition of the structure is intact or there is a defect / damage

and predict the location of the defect / damage to the structure. The damage index values

change consistently and significantly greater than the percentage change in the natural

frequency and damping factor.

Keywords

: Steel plate, strain, computer

Pendahuluan

Untuk menentukan apakah cacat/kerusakan pada struktur sipil akan mempengaruhi

integritas struktur tersebut informasi mengenai besar dan letak kerusakan pada struktur harus

diperoleh secara dini sehingga studi yang lebih detail untuk menentukan integritas struktur

dapat dilakukan. Pada beberapa tahun terakhir ini

strain gage

menjadi sensor yang populer

pada studi respons dinamis struktur dengan menggunakan pendekatan analisis ragam. Karena

beberapa alasan, banyak peneliti memilih sensor pengukur regangan (

strain gage

) dari pada

sensor pengukur percepatan (

accelerometer

).

Strain gage

dapat memberikan informasi

mengenai perubahan regangan lokal pada sebuah struktur sedangkan

accelerometer

lebih pada

informasi mengenai perlaku global struktur. Bersamaan dengan studi ekperimental, sejumlah

teori uji dinamis struktur dengan

strain gage

telah dikembangkan. Nampaknya ke depan

strain

gage

akan lebih memainkan peranan penting utamanya prediksi

fatigue life

dan analisis

keruntuhan pada struktur.

Pengaruh perubahan frekuensi alamiah dan bentuk ragam regangan pada pelat dengan

dan tanpa

slot

(lubang berbentuk segi empat) diselidiki dan hasilnya dipaparkan di

[1].

Sebanyak 22 (dua puluh dua)

strain gage

diletakkan pada permukaan pelat untuk memonitor

(2)

Dicky Roy, Hal; 1 – 7 2

respons dari struktur yang bergetar. Mereka melaporkan bahwa nilai ragam regangan disekitar

slot

mengalami perubahan secara signifikan dibandingkan nilai pada kondisi pelat utuh.

Metodologi untuk mendeteksi adanya kerusakan dan memprediksi lokasi kerusakan pada

struktur dengan data fungsi respons frekuensi diusulkan di

[2]

. Studi numerik dilakukan

terhadap respons dinamis pelat untuk menguji metodologi yang diusulkan. Pelat yang diuji

terbuat dari aluminium dengan sisi sisi bebas. Respons dari struktur tersebut diteliti pada

kondisi struktur utuh dan terdapat kerusakan. Metodologi untuk memprediksi lokasi kerusakan

pada struktur diusulkan dengan menggunakan perbedaan kekakuan struktur pada kedua

kondisi tersebut di atas. Penentuan lokasi kerusakan dengan metodologi yang diusulkan tidak

sepenuhnya berhasil. Perbedaan kekakuan cukup besar terlihat tidak saja pada derajat

kebebasan yang dekat dengan lokasi kerusakan namun juga pada lokasi yang jauh dari lokasi

tersebut.

Hasil investigasi numerik terhadap identifikasi retak pada pelat dengan sisi sisi bebas

dilaporkan oleh Gomes dan Silva

[3].

Spring element

digunakan untuk memodelkan bagian

struktur yang rusak. Frekuensi alamiah yang diperoleh dari studi terhadap struktur utuh dan

rusak diteliti. Rusak yang diteliti berupa retak dan

slot

(lubang berbentuk segi empat) dengan

kedalaman retak dan besar

slot

yang bervariasi. Variasi frekuensi alamiah akibat retak lebih

tinggi dibandingkan dengan akibat

slot

. Menurut mereka perbedaan terhadap variasi frekuensi

alamiah tersebut karena garis perambatan retak tidak sejajar dengan arah sumbu retak. Chen

dan Swamidas

[4]

melakukan studi numerik terhadap pengaruh retak pada permukaan pelat

baja terhadap parameter dinamis struktur yang diperoleh dari fungsi respons frekuensi.

Mereka mencatat bahwa fungsi respon frekuensi berubah seiring adanya retak permukaan

yang semakin besar. Pada

[5]

Budi Priyanto melaporkan penggunaan

strain gage

untuk

mendeteksi kerusakan pada balok kayu. Studi numerik dan eksperimen dilakukan untuk

meneliti pengaruh kerusakan (berupa lubang berbentuk kotak) pada balok terhadap respons

dinamis regangan struktur tersebut. Dua indeks kerusakan digunakan dalam studi tersebut

yaitu nilai konstanta ragam dan amplitudo dari sebuah fungsi dari frekuensi alamiah, faktor

redaman, dan respons struktur. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks

kerusakan tersebut dapat mendekteksi kesusakan pada stuktur yang diteliti serta menentukan

lokasinya. Tulisan ini mengulas hasil studi mengenai penggunaan nilai konstanta ragam untuk

identifikasi cacat/kerusakan pada struktur. Nilai indeks tersebut dihitung dari respons

regangan struktur. Tidak seperti pada studi yang telah dilaporkan sebelumnya oleh penulis di

[6],

pada studi ini nilai konstanta ragam diteliti untuk retak/kerusakan dengan dua derajat yang

berbeda.

Uji Numerik Struktur

Struktur yang diuji adalah pelat baja dengan panjang 652 mm, lebar 204 mm, dan tebal

9,5mm. Pelat tersebut dijepit pada salah satu sisi pendeknya dan bebas pada sisi sisi yang lain.

Struktur pelat tersebut diuji dalam posisi horisontal pada dua kondisi yakni utuh dan cacat

(terdapat kerusakan). Letak cacat tersebut berada 110mm dari sisi pelat yang terjepit. Cacat

dalam studi ini berupa keretakan simetris pada sisi atas dan bawah pelat dengan kedalaman 2 x

0,794 mm dan 2 x 2,381 mm, lihat Gambar 1. Dalam studi ini retak dengan kedalaman 2 x

0,794 mm disebut kasus (cacat) 1 dan retak dengan kedalaman 2 x 2,381mm disebut kasus 2.

Analisis dilakukan dangan bantuan paket program komputer ABAQUS

[7].

Pelat

dimodelkan dengan elemen balok karena hanya respons lentur dalam arah vertikal saja yang

(3)

Dicky Roy, Hal; 1 – 7 3

diteliti. Udara disekitar struktur yang bergetar juga dimodelkan. Respons struktur dan

frekuensi alamiah hasil studi numerik dengan dan tanpa pengaruh udara di sekitarnya

[8]

.

Dalam studi ini redaman diasumsikan sebagai redaman viskous dengan nilai yang diperoleh

dari hasil eksperimen. Respons yang diperoleh dari

strain gage

dipakai untuk mendeteksi

kondisi struktur dan mengidentifikasi lokasi kerusakan pada struktur yang diteliti. Pada studi

ini nilai indeks kerusakan yang diperoleh dari Persamaan

(8)

digunakan untuk membedakan

kondisi struktur yaitu utuh atau terdapat cacat/kerusakan serta lokasinya. Respons yang

diperoleh dari sensor pengukur percepatan (

accelerometer

) tidak dipresentasikan pada tulisan

ini karena penulis ingin fokus terhadap hasil yang diperoleh dari respons regangan.

Hasil dan Pembahasan

Nilai frekuensi alamiah dan faktor redaman yang diperoleh dari studi ini ditampilkan

pada Tabel 1 sampai dengan 3. Nilai frekuensi alamiah dalam tabel tersebut diperoleh dari

hasil studi numerik yang telah dilaporkan sebelumnya di

[9],

sedangkan nilai faktor redaman

diperoleh dari eksperimen karena penulis ingin mendapatkan faktor redaman di tiap lokasi

tempat sensor berada. Umumnya pada studi numerik, nilai redaman pada struktur dimodelkan

sebagai Rayleigh damping yaitu dengan menganggap redaman berbanding lurus dengan

matriks masa dan kekakuan atau dengan mengasumsikan nilai ratio redaman dengan redaman

kritis. Kedua cara tersebut akan memberikan nilai redaman yang sama di semua lokasi pada

struktur setiap ragamnya. Pada Tabel 1 dipresentasikan nilai frekuensi alamiah dan faktor

redaman pada kondisi utuh sedangkan pada Tabel 2 dan 3 tertera nilai nilai pada kondisi

masing masing retak dengan kedalaman 2 x 0,794mm (kasus 1) dan retak dengan kedalaman 2

x 2,381mm (kasus2). Nilai frekuensi alamiah dan faktor redaman yang ada pada Tabel 1, 2,

dan 3 serta nilai maksimum dari fungsi respons frekuensi pada setiap ragam yang diperoleh

dari

strain gage

#1, #2, dan #3 digunakan untuk menghitung nilai indeks kerusakan seperti,

Tabel 1.

Frekuensi Alamiah dan Faktor Redaman Struktur dalam Kondisi Utuh

(a). Ragam 1

Strain Gage Frek. alamiah Faktor redaman

(Hz) (%)

#1 18.48 0.191

#2 18.48 0.187

#3 18.48 0.178

(b). Ragam 2

Strain Gage Frek. alamiah Faktor redaman

(Hz) (%)

#1 115.4 0.181

#2 115.4 0.182

#3 115.4 0.188

(c). Ragam 3

Strain Gage Frek. alamiah Faktor redaman

(Hz) (%)

#1 321.3 0.219

#2 321.3 0.221

(4)

Dicky Roy, Hal; 1 – 7 4

Tabel 2.

Frekuensi Alamiah dan Faktor Redaman Struktur Dalam Kondisi Retak dengan Kedalaman 2 x 0.794 mm (Kasus 1)

(a). Ragam 1 Strain Gage

Frek. alamiah Faktor redaman

(Hz) (%) #1 18.42 0.194 #2 18.42 0.178 #3 18.42 0.175 (b). Ragam 2 Strain Gage

Frek. alamiah Faktor redaman

(Hz) (%) #1 115.4 0.176 #2 115.4 0.176 #3 115.4 0.182 (c). Ragam 3 Strain Gage

Frek, alamiah Faktor redaman

(Hz) (%)

#1 321.3 0.206

#2 321.3 0.204

#3 321.3 0.202

Tabel 3.

Frekuensi Alamiah dan Faktor Redaman Struktur Dalam Kondisi Retak dengan Kedalaman 2 x 2,381 mm (Kasus 2)

(a). Ragam 1 Strain Gage Frek.

alamiah Faktor redaman (Hz) (%) #1 17.92 0.198 #2 17.92 0.193 #3 17.92 0.185 (b). Ragam 2 Strain Gage Frek.

alamiah Faktor redaman (Hz) (%) #1 115.2 0.170 #2 115.2 0.171 #3 115.2 0.179 (c). Ragam 3

Strain Gage Frekuensi alamiah Faktor redaman (Hz) (%) #1 319.4 0.203 #2 319.4 0.208 #3 319.4 0.197

(5)

Dicky Roy, Hal; 1 – 7 5

Gambar 1

.

Dimensi Struktur Pelat

Dinyatakan dalam Persamaan1 pada kondisi pelat utuh dan retak. Untuk memperoleh

kecenderungan nilai indeks kerusakan pada tiga kondisi yang diteliti, nilai indeks tersebut

dinormalisasi dengan nilai pada kondisi utuh. Nilai indeks kerusakan yang telah dinormalisasi

tersebut dipresentasikan pada Gambar 2.

Terlihat dari gambar tersebut nilai indeks kerusakan berubah secara konsisten dan

persentase perubahan lebih signifikan dibandingkan frekuensi alamiah dan faktor redaman

struktur. Sebagai contoh akibat adanya retak dengan kedalaman 2 x 0,791 mm, nilai indeks

kerusakan pada ragam pertama naik sebesar 90,69% sedangkan akibat retak 2 x 2,381 mm

nilai indeks tersebut naik sebesar 178,80%.

Akibat adanya retak tersebut nilai frekuensi alamiah masing masing turun sebesar 0,32%

dan 3.03%. Sedangkan nilai persentase faktor redaman pada ragam tersebut naik sebesar

4.83% akibat retak 2 x 0,791 mm dan turun 4,3% akibat adanya retak 2 x 2,381 mm. Pada

ragam kedua dan ketiga nilai indeks tersebut juga berubah secara konsisten dengan nilai

persentase perubahan yang jauh lebih besar dari nilai parameter ragam (frekuensi alamiah dan

faktor ragam) yang diteliti.

Selain itu, seperti terlihat dari Gambar 2 indeks kerusakan yang diperoleh dari respons

strain gage

#2 mempunyai kecenderungan yang berbeda (mempunyai perubahan yang relatif

lebih besar) akibat perubahan kondisi struktur dibandingkan dengan indeks yang dihitung dari

respons

strain gage

#2 dan #3. Jika dilihat dari lokasinya, jelas terlihat pada Gambar 1, bahwa

letak

strain gage

#2 lebih dekat dengan lokasi kerusakan struktur dibandingkan dengan lokasi

strain gage

yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa indeks kerusakan ini dapat pula digunakan

untuk menentukan kondisi pelat yang diteliti dan melokalisir (memprediksi) letak kerusakan

pada struktur.

(6)

Dicky Roy, Hal; 1 – 7 6 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1 2 3 Utuh Kasus 1 Kasus 2 Ragam 1 Ragam 2 0 0,5 1 1,5 1 2 3 Utuh Kasus 1 Kasus 2

Ragam 3

Gambar 2.

Nilai indeks kerusakan yang telah dinormalisasi yang diperoleh dari studi numerik pada respons strain

gage #1, #2, dan #3 untuk tiga ragam pertama. kasus 1: kedalaman retak 2 x 0,794 mm; kasus 2: kedalaman reak 2 x 2,381 mm.

Kesimpulan

Studi numerik ini dilakukan untuk menentukan kondisi struktur pelat baja dengan

panjang 652 mm, lebar 204mm, dan tebal 9,5mm yang bergetar pada 3(tiga) ragam pertama.

Struktur tersebut diuji pada tiga kondisi yakni utuh, terdapat cacat /kerusakan berupa retak

dengan kedalaman masing masing 2 x 0,794 mm, dan 2 x 2,381 mm. Uji dinamis terhadap

struktur dilakukan untuk memperoleh frekuensi alamiah dan nilai nilai maksimum dari fungsi

respons frekuensi regangan pada satu ragam.

Sebuah indeks kerusakan yang diturunkan dari persamaan fungsi respons frekuensi

regangan digunakan untuk menentukan kondisi struktur yang diuji dan memprediksi lokasi

retak yang diteliti. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa indeks kerusakan yang dipakai

secara konsisten mengalami perubahan pada struktur pelat pada kondisi utuh, dengan retak

dengan kedalaman masing masing 2 x 0,794 mm, dan 2 x 2,381 mm. Dengan adanya retak

pada struktur, nilai persentase perubahan indeks kerusakan yang digunakan dalam studi ini

minimum 18 kali lebih besar dari persentase perubahan frekuensi alamiah dan faktor redaman.

(7)

Dicky Roy, Hal; 1 – 7 7

Selain itu dari hasil studi ini diperoleh informasi bahwa nilai indeks yang dihitung dari

respons regangan struktur yang dekat dengan lokasi kerusakan mengalami perubahan relatif

lebih signifikan dibandingkan dengan nilai yang dihitung dari respons yang lebih jauh dari

lokasi kerusakan. Dengan demikian kondisi struktur dan lokasi cacat/kerusakan struktur dapat

ditentukan dengan indeks yang dipakai dalam studi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Feng, W.Q. Zhang, K.Y. and Wu, X.Y. 1989. “Research on the Change of Modal Parameters

of a Beam Resulted from a Slot”.

Proceedings of the 7th International Modal Analysis

Conference

, Orlando, Florida, pp. 1100-1108.

Mannan, M.A. dan Richardson, M.H. 1990. “Detection and Location of Structural Cracks

using FRF Measuremants”.

Proceedings of the 8th International Modal Analysis

Conference

, Kissimmee, Florida, pp. 652-657.

Gomes, A.J.M.A. and Silva, J.M.M. 1990. “On the Use of Modal Analysis for Crack

Identification”.

Proceedings of the 8th International Modal Analysis Conference

,

Kissimmee, Florida, pp. 1108-1115.

Chen, Y. Swamidas, A.S.J. 1994. “Dynamic Characteristics and Modal Parameters of A Plate

with Small Growing Surface Crack”.

Proceedings of the 12th International Modal

Analysis Conference

, Honolulu, Hawaii pp. 1155-1161.

Budipriyanto, A. 2009. “Strain Frequency Response Based Damage Identification of Wood

Beams”.

Jurnal Teknik Mesin

FTI ITS, Vol. 9, No.1, pp. 1-13.

Debao, L. Hongcheng, Z. and Bo,W. 1989. “The Principle and Techniques of Experimental

Strain Modal Analysis”.

Proceedings of the 7th International Modal Analysis

Conference

, Orlando, Florida, pp. 1285-1289.

ABAQUS User Manual, 2004. Hibbit, Karlsson & Sorensen Inc.

Budipriyanto, A. 2009. “Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Numerik

Interaksi Struktur dan Udara”. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol. 6, No.1, pp. 12-20.

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 175,

Dapat juga dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa agar (a) memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan

Para penganut ekonomi kelembagaan percaya bahwa pendekatan multidisipliner sangat penting untuk memotret masalah-masalah ekonomi, seperti aspek sosial, hukum,

pelanggaran ketentuan tentang sampah di atur dalam Undang - Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah sedangkan untuk Pemerintah Kota Denpasar masalah sampah

Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini diterima dan berarti siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Rohis mempunyai prestasi lebih baik dari pada siswa

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan pada siklus I dengan menggunakan metode wahdah dan metode takrir maka dapat dipaparkan bahwa jumlah skor

9 Untuk mendapatkan bentuk permukaan yang sesuai dengan keadaan geologi daerah penelitian, maka perlu dilakukan volum 3D stratigrafi grid dengan cara menempelkan

Hal ini dikarenakan pengukuran tidak langsung merupakan sistem pengukuran energi listrik yang menggunakan komponen CT atau PT pada rangkaian pengawatan untuk memperkecil